bab 1.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teknologi peralatan semakin berkembang dan meningkat, kebutuhan manusia baik primer atau sekunder juga semakin meningkat. Baik peralatan yang berupa sarana informasi komunikasi produksi teknologi dan hiburan. Seiring dengan penggunaan peralatan-perlatan tersebut, permasalahan lingkunganpun muncul seperti halnya polusi suara /kebisingan. Seperti yang terjadi di sekolah-sekolah yang berlokasi di pinggir jalan besar dengan arus kendaraan lumayan ramai sehingga menyebabkan proses pembelajaran terganggu. Selain itu, kebisingan sangat erat hubunganya dengan kesehatan seseorang, yaitu dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi.Peraturan menteri Kesehatan No. 718 Tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dengan empat zona. Untuk zona C yang antara lain perkantoran, perdagangan dan pasar dengan kebisingan sekitar 50 60 dB. Pada zona ini khususnya banyak disebabkan oleh bunyi knalpot kendaraan bermotor. Karena itu perlu adanya upaya untuk mengurangi dampak negative tersebut. Pengurangan kebisingan dengan biaya murah dan teknologi yang sederhana, memerlukan perencanaan yang matang ( Nurdiana & Isranuri, 2011 ) Salah satu upaya untuk mengurangi polusi suara/tingkat kebisingan didalam gedung, sekolah-sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan bahan peredam suara atau material akustik, yaitu material yang bersifat menyerap atau meredam bunyi sehingga kebisingan dapat berkurang ( Nurdiana & Isranuri, 2011 ). Bahan peredam suara atau bahan akustik adalah bahan khusus yang dibuat untuk fungsi menyerap bunyi pada frekuensi tertentu. Material yang bersifat lembut, berpori dan berserat diyakini mampu menyerap energi suara yang mengenainya . Material yang sering digunakan untuk peredam suara adalah glasswool dan rackwool ,tetapi bahan ini sangat mahal harganya, maka diperlukkan bahan peredam yang sangat melimpah dialam sekitar kita, salah satunya adalah pemanfaatan pelepah pisang . Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mencoba mengadakan suatu penelitan dengan judul Analisa Mampu Redam Komposit Polyester Diperkuat Serat Pelepah Pisang .

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang peneliti uraikan sebelumnya, agar dapat di analisis dan dapat menjawab permasalahan yang ada dalam sebuah penelitian, maka perumusan masalahnya dalam penelitian ini adalah bagaimana mampu redam suara komposit polyester diperkuat serat pelepah pisang 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mampu redam suara komposit polyester diperkuat serat pelepah pisang.

1.4 Batasan MasalahAgar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan terfokus pada tujuan yang akan dicapai, maka perlu dilakukan pembatasan masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini yaitu : 1. Bahan baku yang digunakan adalah serat pelepah pisang .2. Fraksi perbandingan yang digunakan adalah fraksi volume serat polyester dengan perbandingan : 30% serat : 70% komposit polyester , 40% serat : 60% komposit polyester ,dan 50% serat : 50% komposit polyester .3. Pembuatan material peredam bunyi sebanyak 3 spesimen dengan variasi fraksi volume yaitu 30% :70% , 40% : 60% , 50% : 50% .4. Proses pencetakakan dengan serat acak dengan ukuran cetakan 30 cm kali 30 cm 5. Volume input yang digunakan adalah 100 hz , 300 hz ,600 hz . 6. Jarak speaker dengan sampel adalah 70 cm .1.5 Manfaat PenelitianAdapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang penelitian peredaman suara.2. Bagi universitas, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut 3. Bagi perindustrian, dapat digunakan untuk membuat material yang bermanfaat.1.5 Sistematika PenulisanAgar penelitian ini dapat mencapai tujuan, terfokus dengan baik, maka disusun penulisan dengan tersistematis sebagai berikut :BAB I : Pendahuluan Berisi tentang, Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan Masalah, Manfaat Penulisan dan Sistematika Penulisan.BAB II : Tinjauan Pustaka Membahas tentang Landasan Teori, berisi tentang tinjauan pustaka dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang memiliki hubungan dengan tema penelitian dan dasar-dasar teori yang mendukung penelitian yang dilakukan.BAB III : Metode Penelitian Mencakup tentang, Waktu dan Tempat Penelitian, Pemilihan Alat dan Bahan, Prosedur Penelitian, Prosedur Pengambilan Data dan Diagram Alir

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pustaka Terdahulu Evi Indrawwati dan M.Tirono ( 2009 ) Telah melakukan penelitian dengan judul koefisien penyerapan bunyi bahan akuistik dari pelepah pisang dengan kerapatan yang berbeda dengan hasil pengujian sebagai berikut : Koefisien penyerapan bunyi bahan akustik dari pelepah pisang dengan kerapatan yang berbeda pada massa 700g mampu menyerap bunyi sebersar 0,1176 , Koefisien penyerapan bunyi bahan akustik dari pelepah pisang dengan kerapatan yang berbeda bisa menyerap bunyi hingga mencapai 0,25dB pada massa 840 g ,Kepadatan bahan akustik memberi pengaruh terhadap koefisien serapan bunyi karena semakin padat bahan yang digunakan semakin besar pula nilai koefisien yang dihasilkan .Eko Setiyo Heri Cahyono ( 2010 ) Telah melakukan penelitian Noica Absoption Coeficien kommposit jerami dengan matrik alami sebagai peredam bunyi . Pengujian spesimen peredam bunyi dilakukan dengan Kundts Tube Impedance satu mikropon. Dimensi spesimen peredam bunyi yaitu, diameter 98,67mm, dan variasi tebal 5,4mm, 62mm, dan 84mm. Kinerja spesimen peredam bunyi dinyatakan dengan Standing Wave Ratio SWR), Nilai Serapan Bunyi (NAC) dinyatakan dengan (_), Tingkat Tekanan Bunyi (dB). Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai serapan bising dari ke tiga spesimen peredam bunyi, yaitu spesimen I rata-rata 0,975, spesimen II rata-rata 0,980, dan pada spesimen III rata-rata 0,994. Penambahan komposisi komposit jerami padi memberikan pengaruh terhadap nilai serapan bunyi .Suhaemi Thamrin, Seni H.J.Tongkukuta dan Asari (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik koefisien serap bunyi papan partikel dari kayu kelapa dengan tepung kanji, dicetak, dan dikeringkan. Sampel berbentuk silinder, dibuat sebanyak 4 buah dengan tebal yaitu : (1,15 cm), (1,95 cm), (2,95 cm) dan (4,05 cm). Nilai koefisien serap bunyi sampel diukur menggunakan alat ukur koefisien serap bunyi. Hasil penelitian menunjukkan, ketebalan sampel mempengaruhi nilai koefisien serap bunyi () yaitu bahan dasar serbuk kayu kelapa. Papan partikel dibuat dengan mencampur serbuk pada frekuensi 600 Hz. Koefisien serap bunyi () semakin menurun dengan bertambahnya ketebalan papan partikel (sampel penyerap).

2.2 Landasan Teori2.2.1 KompositSecara umum komposit didefinisikan sebagai sebuah material yang terdiri atas beberapa material dengan sifat yang berbeda yang tersusun dari dua komponen yaitu matrik ( resin ) dan filler ( serat ) .

Gambar 2. 1 Bagian bagian komposit ( Khotimah dkk, 2015 )2.2.2 Klasifikasi kompositBerdasarkan material morfologi penguatnya , komposit dibagi menjadi 3 . yaitu :1. Komposit partikulat ( penguatnya butiran, kerikil, pasir, filler lain dalam matriks kontinu ) .2. Komposit serat (berpenguat serat). Dalam hal polimer diperkuat serat, ada zat ketiga yang disebut zat penjodoh, penggabung, atau penyerasi (kopling) untuk meningkatkan rekatan antara serat dengan matriks.3. Komposit laminat (penguatnya lembaran, kertas, kain, direkatkan dan dikenyangkan).

Berdasarkan Matriks yang digunakan komposit dibagi 3 yaitu:1. MMC : Metal Matriks Composite (menggunakan matriks logam) .Material ini memiliki matriks dari logam yang bersifat ulet. Umumnya material ini dapat dipakai pada suhu lebih tinggii dari suhu material logam . Berbagai jenis logam dapat dipakai sebagai matriks komposit. Bentuk penguatnya berupa partikel ,serat dan whisker .Pemrosesan komposit bermatriks logam umumnya terdiri dari 2 tahap yaitu konsolidasi atau sintesis ( tahap pemasukan penguat dalam matrik logam ) , diikuti dengan proses pembentukan . Aplikasi material ini seperti komponen komponen mobil . Beberapa komponen mobil menggunakan komposit alumenium yang yang diperkuat alumina , sehingga menjadi ringan , tahan aus , dan distorsi . Untuk mobil , komposit logam juga dipakai untuk suspense dan komponen transmisi . Pesawat ulang alik memakai komposit alumenium yang diperkuat serat baron pada orbiternya . Selain itu , paduan super ( berbasis Ni dan Co ) juga dibuat dari kompositdengan berpenguat logam rafraktori , seperti tungsten . 2. CMC : Ceramic Matriks Composite (menggunakan matriks ceramic) .`Keramik merupakan material yang tahan oksidasi dan tahan terhadap suhu yang tinggi , namun memiliki kerapuhan luar biasa , dengan nilai ketangguhan patah tang sangat rendah . Komposit bermatriks keramik diperkuat dengan serat panjang maupun pendek . proses pembuatannya adalah melalui proses penekanan panas , penekanan panas isostatik ,sintering fase air . Sifat sifat yang dimiliki komposit bermatriks keramik dengan serat yang panjang yaitu : 1. Kekuatan mekanik yang tinggi .2. Ketahanan kejut panas yang tinggi .3. Kekakuan yang tinggi .4. Stabilitas panas yang tinggi .5. Ketahanan korosi yang tinggi .6. Berat jenis yang rendah .Salah satu contoh komposit bermatriks keramik dengan serat panjang adalah komposit bermatriks karbida silicon , komposit karbon karbon yang juga dihasilkam melalui metode infltrasi fase uap kimia dari material matriks kesuatu bakalan yang terbuat dari serat karbon . material ini dipakai untuk elemen pemanas , system rem yang canggih , cetakan hot pressing dan komponen mesin pesawat .3. PMC : Polymer Matriks Composite (menggunakan matriks polymer) .Komposit ini terdiri atas polimer sebagai matriks , dengan berbagai bentuk penguat . Pada dasarnya , polimer memiliki sifat mekanik yang terbatas , tetapi denagn adanya penguat , material ini memiliki kekuatan tarik , kekakuan , ketangguhan , ketahanan abrasi , dan kertahan korosi yang tinggi . Kekurangan material ini adalah ketahan panas yang rendah dan koefisien ekspansi panas yang besar .Ada 2 jenis polimer yang basa digunakan sebagai matriks , yaitu termoset ( epoksi , fenolik ) dan termoplastik ( nilon , akrilik ) . Berdasarkan material penguatnya , komposit polimer dibagi menjadi 3 , yaitu : 1. Komposit polimer berpenguat serat gelas .2. Komposit polimer berpenguat serat karbon .3. Komposit polimer berpenguat serat aramid .2.2. 3 Resin Polyester Resin poliester tak jenuh atau sering disebut poliester merupakan matrik dari komposit. Resin ini termasuk juga dalam resin termoset. Pada polimer termoset resin cair diubah menjadi padatan yang keras dan getas yang terbentuk oleh ikatan silang kimiawi yang membentuk rantai polimer yang kuat. Resin termoset tidak mencair karena pemanasan. Pada saat pencetakan, resin ini tidak perlu diberikan tekanan, karena ketika masih cair memiliki viskositas yang relatif rendah, mengeras dalam suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas (tidak seperti resin termoset lainnya). Pada umumnya resin poliester kuat terhadap asam kecuali asam pengoksida, tetapi memiliki ketahanan yang rendah terhadap basa. Jika resin ini dimasukkan ke dalam air mendidih selama 300 jam maka akan pecah dan retak-retak. Secara luas poliester digunakan dalam bentuk bahan komposit.Poliester merupakan jenis material polimer thermosetting, yaitu jenis material dimana terbentuknya ikatan dibantu oleh panas, katalis atau gabungannya. Matriks ini dapat menghasilkan keserasian matriks-penguat dengan mengontrol faktor jenis danjumlah komponen, katalis, waktu, dan suhu. Sifatnyatahan creep, memadai selaku perekat struktur berbeban berat, serta tahan kondisi ekstrim panas, radiasi, kelembaban, dan tahan kimia.Resin poliester merupakan resin yang paling banyak digunakan dalam berbagai aplikasi yang menggunakan resin termoset, baik secara terpisah maupun dalam bentuk material komposit. Resin Poliester seperti yang telah dijelaskan diatas memiliki banyak kelebihan sekaligus beberapa kelemahan, dalam aplikasi komposit resin poliester dalam hal ini poliester tidak jenuh, biasanya ditambahkanpenguat (reinforced) berupa serat. Serat yang digunakan sebagai penguat adalah bisa berupa serat gelas, serat alam, serta carbon dan berbagai serat lainnya. Karena sifatnya yang polar, hampir semua jenis serat bisa dikombinasikan dengan resin poliester.Penambahan filler/fiber pada resin poliester dilakukan dengan berbagai macam alasan, namun secara umum penambahan fiber pada material resin poliester bertujuan untuk:

1) Mengurangi biaya dari proses moulding/pencetakan2) Untuk memfasilitasi proses moulding/pencetakan3) Untuk memberikan sifat-sifat mekanik tertentu pada material yang ingin dibuat.Dalam melakukan fabrikasi menggunakan resin polyester, kita harus meyakinkanbahwa resin dan additif lainnya harus sudah tersebar secara merata sebelum katalis ditambahkan. Dan dalam proses pengadukan jangan sampai ada udara yang terperangkap didalamn larutan komposit. Karendariitu kemudian akan menyebabkan sifat mekanik dari material komposit berkurang secara signifikan. Kemudian pemberian katalis jugaharus diperhatikan, terlalu banyak katalis akan mengakibatkan proses pengerasan terlalu cepat sedangkan jika terlalu sedikit komposit yang terbentuk akan terbentuk under-cure(Khotimah dkk, 2015).

2. 2. 4 Serat Pelepah pisangSerat batang pisang yang termasuk dalam jenis vascular fibers, berasal dari batang tanaman pisang (Musa x Paridasiaca). Selain mudah diperoleh, serat pisang juga memiliki potensi untuk digunakan bahkan di dalam dunia industri sekalipun. Salah satu family dari tanaman pisang yaitu abaca telah lama digunakan dalam pembuatan uang , kantung teh , dan kertas manila yang terkenal . Bahkan kekuatan tariknyapun termasuk salah satu yang tertinggi di antara serat-serat alam lainnya . Serat batang pisang diperoleh dari batang palsu ( pseduo-stem ) pokok pisang merupakan serat yang mempunyai sifat mekanik yang baik .Identitas morfologi dari penampang batang pisang terhadap serat batang pisang menunjukkan bahwa serat batang pisang memiliki banyak rongga dengan struktur permukaannya lebih menyerupai busa ( sponge ) . Dari penampang melintangnya serat-serat tersebut mempunyai dinding dan lubang tengahnya yang disebut humen . Senyawa yang melekat satu serat dengan serat lainnya disebut lignin yang terdapat di dalam lamella tengah . Lignin yaitu bagian yang terdapat dalam lamella tengah dan dinding sel yang berfungsi sebagai perekat antar sel, merupakan senyawa aromatic .2.2. 5 Fraksi Volume Jumlah kandungan serat dalam komposit, merupakan hal yang terjadi perhatian khusus pada komposit berpenguat serat. Jumlah serat serta karakteristik dari serat tersebutmerupakan salah satu elemen kunci dalam analisis mikromekanik komposit. Untuk menghitung fraksi volume , parameter yang harus diketahui adalah berat jenis matriks, berat jenis serat, berat komposit.

2.2. 6 BunyiBunyi mempunyai dua definisi , yaitu secara fisis dan secara fisiologis . Secara fisis bunyi adalah penyimpangan tekanan , pergeseran partikel dalam medium elastik seperti udara . Secara fisiologis bunyi adalah sensasi pendengaran yang disebabkan secara fisis . Penyimpangan ini biasanya disebabkan oleh beberapa benda yang bergetar , misalnya dawai gitar yang dipetik , atau garputala yang dipukul . Dari uraian diatas maka untuk mendengar bunyi dibutuhkan tiga hal berikut , yaitu : sumber atau obyek yang bergetar, medium perambatan , dan indera pendengaran . Medium perambatan harus ada antara obyek dan telinga agar perambatan dapat terjadi . Rambatan gelombang bunyi disebabkan oleh lapisan perapatan dan perenggangan partikel-partikel udara yang bergerak ke arah luar , yaitu karena penyimpangan tekanan . Penyimpangan tekanan ditambahkan pada tekanan atmosfir yang kira-kira tunak ( steady ) dan ditangkap oleh telinga . Partikel-partikel udara yang meneruskan gelombang bunyi tidak berubah posisi normalnya, mereka hanya bergetar sekitar posisi kesetimbangannya, yaitu posisi partikel jika tidak ada gelombang bunyi yang diteruskan .

2.2.7. Frekuensi BunyiJumlah pergeseran atau osilasi sebuah partikel dalam satu skon disebut frekuensi.Frekuensi dinyatakan dalam satuan hertz ( Hz ) . Frekuensi adalah gejala fisis obyektif yangdapat diukur oleh instrument-instrument akustik .

2.2.8 Tekanan Dan Intensitas Bunyi

Apabila gelombang bunyi melalui suatu medium , maka gelombang bunyi mengadakan suatu penekanan. Satuan tekanan bunyi adalah mikro bar (0,1 N/m 2 dyne/cm 2 ). Penyimpangan dalam tekanan atmosfer yang disebabkan getaran partikel udara karena adanya gelombang bunyi yang disebut tekanan bunyi . Telinga tanggap terhadap jangkauan tekanan bunyi yang sangat lebar, walaupun tekanannya sendiri kecil . ( Lea Prasetia, 1985 : 18 ) Skala standar yang digunakan untuk mengukur tekanan bunyi dalam akustik fisis mempunyai jangkauan yang lebar, yang menyebabkan susah digunakan. Tingkat tekanan bunyi diukur oleh meter tingkat bunyi yang terdiri dari mikrofon , penguat dan instrument keluaran atau ( Output ) yang mengukur tingkat tekanan bunyi efektif dalam decibel . Intensitas merupakan mengalirnya energi bunyi per unit waktu melalui luas suatu medium ( luas ) dimana arah gelombang bunyi tegak lurus dengan medium . ( Gabriel, 2001 : 169 ) . Intensitas I gelombang yang merambat didefinisikan sebagai jumlah rata-rata energi yang dibawa persatuan waktu oleh gelombang per satuan luas permukaan yang tegak lurus pada arah rambatan. Singkatnya intensitas ialah daya rata-rata yang dibawa per satuan luas .

2.2.9Pengukuran BunyiTelinga normal tanggap terhadap bunyi diantara jangkauan ( range ) frekuensi audio sekitar 20 Hz - 20.000 Hz. Bunyi pada frekuensi dibawah 20 Hz disebut bunyi infrasonic dan diatas 20.000Hz disebut bunyi ultrasonic. Bunyi masih dibedakan lagi menjadi bunyi-bunyi dengan frekuensi rendah ( 4000 Hz ). Menurut penelitian telinga anusia lebih nyaman mendengarkan bunyi-bunyi dalam frekuensi rendah. Kekuatan bunyi secara umum dapat diukur melalui tingkatbunyi ( sound levels ) . Cara pengukuran kekuatan bunyi berdasarkan jumlah energi yang diproduksi oleh sumber bunyi disebut power , yangdilambangkan dengan ( P ) dalam satuan Watt (W). Pengukuran kekerasan bunyi juga dapat dilakukan dengan sound intensity ( I ), satuan dalam Watt/m. Intensitas bunyi ( I ) adalah jumlah energi bunyi yang menembus tegak lurus bidang per detik. Ketika sebuah objek sumber bunyi bergetar dan getarannya menyebar kesegala arah, sebaran ini akan menghasilkan ruang berbentuk seperti bola. Pada titik tertentu dalam bola tersebut, intensitas bunyinya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :I = .............. .......................................................................... (2.1)Dengan : I = intensitas bunyi pada jarak r dari sumber bunyi (Watt/m)P = daya atau kekuatan sumber bunyi (Watt).r = jarak dari sumber bunyi (m)

2.2.10 Penyerapan BunyiPenyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain, biasanya panas ketika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Efisiensi penyerap bunyi suatu bahan pada suatu frekuensi tertentu dinyatakan oleh koefisien penyerap bunyi. Koefisien penyerapan bunyi suatu permukaan adalah bagian energi bunyi datang yang diserap atau tidak dipantulkan oleh permukaan. Koefisien ini dinyatakan dalam huruf Greek . Nilai dinyatakan dalam bilangan antara 0 dan 1. Penyerap bunyi sering disebut papan akustik, ditawarkan dalam banyak tipe baik yang digunakan untuk menyerap frekuensi tinggi, menengah, maupun rendah. Pemakaian bahan penyerap harus didasari pada pemahaman akan fungsi akustik ruang, yaitu: 1) merubah gelombang bunyi menjadi kalor, ditunjukkan dengan adanya pori-pori.2) merubah gelombang bunyi menjadi mekanis (resonansi), ditunjukkan dengan bahanyang lembek dan mudah bergetar.Konsep dari penyerapan Bunyi (Acoustic Absorption) merujuk kepada kehilangan energi yang terjadi ketika sebuah gelombang bunyi menabrak dan dipantulkan dari suatu permukaan benda. Penyerap jenis berserat adalah penyerap yang paling banyak dijumpai, sebagai contoh jenis selimut mineral wool ( rockwool atau glasswool ) . Penyerap jenis ini mampu menyerap bunyi dalam jangkauan frekuensi yang lebar dan lebih disukai karena tidak mudah terbakar. Namun kelemahanya terletak pada model permukaan yang berserat sehingga harus digunakan dengan hati-hati agar lapisan serat tidak rusak/cacat dan kemungkinan terlepasnya serat-serat halus ke udara karena usia pemakaian.Pada umumnya bahan yang berpori ( porous material ) akan menyerap energi suara yang lebih besar dibandingkan dengan jenis bahan lainnya, karena dengan adanya pori - pori tersebut maka gelombang suara dapat masuk kedalam material tersebut . Energi suara yang diserap oleh bahan akan dikonversikan menjadi bentuk energi lainnya , pada umumnya diubah menjadi energi kalor . Penyerap dari bahan berserat dipasarkan dari berbagai ketebalan dan kerapatan sehingga yang paling sesuai dengan frekuensi bunyi yang hendak diserap (Khotimah dkk, 2015).

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada bulan mei sampai juli 2015 di Laboratorium Teknologi Mekanik Jurusan Teknik Mesin Universitas Halu Oleo Kendari..

3.2 Alat dan Bahan3.2.1 AlatAlat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Sound level meter , Digunakan untuuk mengukur suara dari sumber suara .Gambar 3.1 Sound Level Meter2. Amlifier, Digunakan untuk sebagai sumber suara .3. speaker , Mengarahkan suara ketabung impedance.4. Cetakan Komposit , Cetakan komposit terbuat dari besi plat berbentuk segi empat dengan ukuran 300 x 300 mm

Gambar 3.2 Cetakan Komposit .5. Timbangan Digital Digunakan untuk mengetahui perbandingan fraksi folume komposit yaitu di bagi atas 3 jenis1. 30 % serat : 70 % matriks2. 40 % serat : 60 % matriks3. 50 % serat : 50 % matriks

Gambar 3. 3 Timbangan Digital

6. Kamera Digunakan untuk melakukan pengambilan gambar terhadap benda-benda yang perlu didokumentasikan.Gambar 3.4 Kamera Digital 7. Jangka SorongJangka sorong digunakan untuk mengukur spesimen.

Gambar 3. 5 Jangka Sorong 8. Mirror glazeMirror glaze digunakan untuk memoles cetakan agar tidak lengket sehingga mempermudah pada proses pencetakan dan pelepasan komposit pada saat mengering.

Gambar 3. 6 Mirror Glaze 9. Parang Digunakan untuk memeotong batang pisang

Gambar 3. 7 Parang 3 .2.2 BahanBahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. serat pelepah pisang 2. Resin Poliester

Gambar 3. 8 Resin Polyester3. NaOH ( Natrium Hydroxida )Gambar 3. 9 NaOH3.3 Tahapan penelitian3.3.1 Pengambilan dan pengerjaan serat pelepah pisangTahapan untuk mendapatkan serat dari pelepah pisang digunakan dengan cara yaitu :1. Memotong pelepah pisang yang diperkirakan sudah tua .2. Memilih pelepah pisang yang masih dalam keadaan yang masih bagus, lembab, dan belum mengering .3. Memotong pelepah pelepah pisang sesuai dengan ukuran yang seragam.4. Pemisahan antar bagian serat yang masih mengelompok menjadi satu bagain .5. Menjepit serat pelepah pisang yang sudah dipisahkan dari pelepahnya denngan cara menyisir secara berulang ulang dengan posisi searah hingga serat pelepah pisang terpisah antara satu dengan yang lain .6. Menjemur serat pelepah pisang ditempat yang teduh. Serat yang dihasilkan berwarna putih atau kuning dan kelebihan serat ini adalah tidak mudah kaku walaupun dalam kondisi mengering . 3.3.2 Perlakuan NaOHTahapan selanjutnya serat direndam dengan larutan NaOH dengan konsentrasi 5 % selama 2 jam dengan tujuan menghilangkan kandungan lignin , hemisellulosa ,dan kotoran lainnya . Selanjutnya serat dibilas dengan air bersih , lalu diangin anginkan dalam suhu kamar tanpa sinar matahari .3.3.3 Pembuatan Spesimen Pembuatan komposit dilakukan dengan variasi komposisi frraksi volume yang berbeda dengan perbandingan fraksi volume pelepah pisang dan polyester yang dibuat adalah 30 % matriks : 70 % serat pelepah pisang , 40 % matriks ; 60 % serat pelepah pisang , 50 % matriks : 50 % serat pelepah pisang . setelah menentukan fraksi volume , serat dan matriks tersebut dicampur kedalam cetakan , kemudian menutup cetakan , lalu menunggu komposit mengering kurang 12 jam dan setelah mongering dilakukan pembongkaran cetakan . Semua tahapan pross pembuatan komposit ini dlakukan sebanyak jumlah variasi yang dilakukan pada penelitian ini , yaitu tiga variasi .3.3.4 Pengujian specimenGambar 3.10 Alat uji redaman suaraKeterangan Gambar dan Alat : A. Pengatur suara , alat yang menghasilkan gelombang bunyi sinusoidal dengan frekuensi yang bisa diatur frekunsinya .B. Speaker , berfungsi untuk mengantarkan suara ke tabung impedanceC. Mikropon 1 , berfungsi sebagai mengubah gelombang sinusoidal menjadi bunyi D. Sound level meter , berfungsi untuk mengukur frekuensi suara dari specimen uji .E. Spesimen uji atau smpel , merupakan material peredam suara .F. Mikropon 2 , berfungsi untuk mengubah gelombang sinusoidal menjadi bunyi.G. Tube Impedance , merupakan tabung mengisoslasi udara yang dihasilkan . 3.4 Prosedur Pengujian Redaman suaraAdapun proses pengujian redaman suara adalah : 1. Menyiapkan alat dan bahan pengujian yaitu alat pengujian redaman suara dan specimen uji.2. Merangkai kabel kabel pengujian redaman suara .3. Meletakan specimen uji diujung tabung impedance .4. Menyalahkan sumber bunyi dengan frekuensi tertentu dan meletakan sound level meter diatas mikropon dengan tujuan untuk mengetahui suara mula mula dari sumber bunyi .5. Menyalahkan sumber bunyi dengan frekuensi tertentu dan meletakan sound level meter dibelakang specimen uji pada mikropon 2 dengan untuk mengetahui nilai redaman suara specimen uji . 6. Mencatat dan mengolah data hasil pengujian .3.5 Pengambilan Data dan Analisa data3.5.1 Pengambilan DataData yang telah diperoleh dari hasil pengujian redaman suara dengan 3 variasi penelitian yang terdiri dari masing masing 3 spesimen , dibuatkan tabel hasil pengujian TABEL DATA PENGAMATANFraksivolumeFrekuensi input (Hz)Tingkat bunyisebelummelewati specimen (dB)Tingkat bunyisetelahmelewati specimen (dB)

50% Serat : 50 % Resin

100 Hz

300 Hz

600Hz

60% Serat : 40 % Resin

100 Hz

300 Hz

600Hz

70% Serat : 30 % Resin

100 Hz

300 Hz

600Hz

Tabel 3. 1 Data Pengamatan

TABEL HASIL PERHITUNGANFraksi VolumeRata- rata Tingkat bunyiRata- Rata Tingkat bunyiPersentase Absorpsi (%)

sebelum spesimen, TB0 (dB)Setelah melewati Spesimen, TB1 (dB)Absorpsi (%)= ((TB1- TB0)/ TB0)*100%

30 % Serat : 70 % Resin

40 % Serat : 60 % Resin

50 % Serat : 50 % Resin

Tabel 3. 2 Hasil Perhitugan

Diagram Alur Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Alat uji Redaman Suara

Pembuatan Spesimen Peredam Suara Dengan Variasi Fraksi Volume 30 % : 70% , 40% : 60% ,dan 50% :50 %

Pengujian Redaman Suara

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.11 Diagram alur penelitian27