Upload
siddhi-saputro
View
49
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Akhir @ Bab IV
4.1. IDENTIFIKASI KERUSAKAN TALANG AIR
Memperhatikan kondisi bangunan air yang berupa talang atau saluran
irigasi, bentuk memnajang dengan penampang persegi empat dan
dibuat dari semen beton yang dilengkapi dengan tulangan anyaman
besi. Walaupun bangunan talang tersebut telah dibuat seperti tersebut
di atas, masih juga belum mampu menahan laju dorongan beban dari
onggokan tanah timbunan yang berasal dari hasil erosi lereng pada
kanan kiri tebing lembah alur sungai.
Berdasarkan pengamatan kerusakan talang beton yang berupa
pergeseran dan amblesan, maka dapat dipastikan bahwa kedalaman
pondasi penyangga talang masih terlalu dangkal atau kurang dalam,
sehingga sewaktu terjadi penurunan onggokan/endapan tanah timbunan
yang merupakan landasan dasar pondasi ikut turun ambles ke bawah
Mencermati dengan apa yang terlihat dilapangan, maka dapat
diperkirakan bahwa sejarah pembangunan bangunan tersebut dibangun
secara mengambang di atas lembah yang pada waktu itu belum penuh
di isi oleh timbunan tanah. Selama kurang lebih 5 tahun bangunan
tersebut di bangun , kondisi lembah alur sungai telah banyak terisi oleh
endapan erosi tanah dari lereng – lerengnya.
Secara garis besar, peristiwa teronggoknya sedimen erosi dalam lembah
adalah merupakan peristiwa longsoran. Berdasarkan atas kondisi
permukaan tanah yang dijumpai menunjukkan di beberapa lokasi
sekitar talang , tanahnya terlihat retak – retak dengan arah memanjang
yang relatif tegak lurus dengan arah gerakan tanahnya.
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal
BAB IV
IV - 1
Laporan Akhir @ Bab IV
Sesuai dengan hukum fisika (Newton), bahwasanya tanah atau benda
dapat bergerak karena adanya pengaruh gravitasi atau gaya berat yang
sudah melewati batas kemampuan daya dukung yang terdapat pada
suatu bidang yang berfungsi sebagai tumpuan tanah tersebut.
Sehubungan dengan gerakan tanah yang terjadi di lokasi studi Kali Peh,
Desa Batunyana, Kecamatan Bojong, Kabupaten Kendal, maka perlu
diperhatikan beberapa faktor yang berkaitan dengan karakteristik
geologi, baik dari lapisan batuan yang tersebar di sekitarnya dan
karakteristik dari sifat tanah timbunan hasil longsor tersebut.
Kondisi kenampakan geologi (kelerengan, jenis batuan, tingkat
kebasahan, dsb) di lapangan yang dijumpai adanya retak-retak serta
umur bangunan yang baru 5 tahun, maka jenis atau longsoran dapat
dikatakan termasuk dalam jenis rayapan (“Creep”).
Kenampakan kondisi longsor dan retakan yang telah terjadi Saluran
Irigasi Kali Peh dapat diperiksa dalam gambar foto dibawah ini.
Gambar kondisi lereng dan lembah dia atas Saluran Irigasi
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal
SAWAH BASAH
JALUR RETAKAN
IV - 2
Laporan Akhir @ Bab IV
Gambar Jalur Irigasi yang retak dan patah, serta tanah retak di sisi kanan
saluran
Gambar tanah yang merayap di sisi kiri atas saluran
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten TegalSAWAH BASAH
JALUR RETAKAN
SAWAH BASAH
SAWAH BASAH
JALUR RETAKAN
IV - 3
Laporan Akhir @ Bab IV
Gambar longsoran tanah di bawah saluran pada tepi jalan
4.2. ANALISA GEOLOGI
Tinjauan geologi untuk menganalisa terjadi peristiwa longsoran atau
gerakan tanah dengan tujuan untuk dapat mengantisipasi terulangnya
kerusakan talang dikemudian hari, maka telah dilakkan pengamatan
lapangan baik yang terdapat di permukaan maupun yang terdapat pada
bawah permukaan ( pemboran mesin 2 titik lokasi) yang disertai dengan
analisa laboratorium dari beberapa contoh batuan yang diambil selama
kegiatan pemboran.
Pengamatan di lapangan antara lain adalah melakukan pengamatan
mengenai jenis lapisan batuan yang terdapat di sekitar lokasi, kondisi
kelerengan lembah alur, kondisi struktur geologi., serta pemanfaatan
lahan yang juga sangat mempengaruhi kestabilan lereng dan juga
mengenai kondisi tingkat pelapukan batuan yang menutupi lapisan
batuan aslinya. Dengan demikian dengan mengkaitkan semua
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal
Arah
Longsor
Bongkah yang lepas dari lapisan Bomb Lapilli tuf
IV - 4
Laporan Akhir @ Bab IV
parameter geologi dengan gerakan tanah, maka akan diketahui
beberapa faktor penyebabya, sehingga akan mempermudah dalam
mengatasi atau mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat
sehingga tujuan utama rehabilitasi talang dapat terrealsir.
Kondisi struktur geologi yang dijumpai di dekat lokasi kerusakan talang
adalah jenis patahan yang dijumpai di sebelah depan (Utara) dari lokasi
longsor. Walaupun ujung patahan tersebut sebelumnya tidak sampai ke
daerah talang air, namun seiring dengan waktu ternyata telah terjadi
apa yang disebut dengan gejala peremajaan lembah alur, yaitu adanya
erosi lembah yang berjalan ke arah belakang ( ke arah atas lokasi) yang
sering disebut dengan “Rejuvenation” , sehingga lembah itu semakin
lama akan semakin ke arau Selatan (atas).
Selanjutnya memperhatikan dari jenis lapisan batuan yang tersususun
dari lapisan batuan endapan lahar dan endapan piroklastik G. Api
Slamet, secara keseluruhan lapisannya mengandung material lempung
yang bersifat tufaan dan tidak kompak atau mudah teruraikan, dengan
kedalaman tingkat pelapukan sebenarnya tidak begitu tebal, namun
porositasnya sangatlah porous. Hal tersebut juga di tunjukkan dari hasil
analisa laboratorium bahwa rata-rata porosiatas batuan mulai dari
permukaan sampai kedalaman dasar pemboran ( 20 m), Porrosias
berkisar antara 50 % - 60 %., yang berarti bahwa lapisan batuan
tersebut sangat mudah untuk menyerap air, namun karena setiap jenis
lapisan bataun ( periksa log bor) semuanya bersifat lempungan,
sehingga lapisan tersebut hanya mampu menyimpan air namun tak
mampu mengalirkan air, akibatnya dengan bertambahnya volume air
dalam lapisan batuan ( ‘wet content’) semakin besar yang dapat
mencapai hingga 70 %.
Selain itu memperhatikan adanya kondisi kelerengan yang cukup curam
dan dikaitkan dengan jenis lapisan batuan yang secara umum
mempunyai karakter yang mudah mengalami deformasi, yang
diakibatkan oleh faktor alam, suhu, curah hujan (3500 mm/th – 4000
mm/th).
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten TegalIV - 5
Laporan Akhir @ Bab IV
Demikian juga kondisi vegetasi yang umumnya merupakan alang- alang
saja, jelas akan ikut andil dalam proses percepatan kejadian lonsoran.
Dan juga adanya kegiatan pertanian atau sawah dengan tanaman padi,
yang terdapat di bagian atas talang, yang cukup banyak butuh air, hal
inipun juga semakin menambah berat beban pada tanah timbunan.
Sehubungan dengan jumlah volume sedimen timbunan yang
mengendap dalam lembah dan akhirnya telah melampui ketinggian
dasar talang, maka dengan beban yang semakin berat, sifat kohesi
tanah berkurang, sudut geser tanah berkurang menyebabkan lereng
lembah alur yang sudah penuh sedimen menjadi tidak stabil, yang
akhirnya banguan talang betonpun sudah tidak kuat lagi menahan
lajunya gerakan longsor ke bawah (Utara) dan terjadi retak dan bocor
terutatama di bagian dekat dengan banguan yang bukan beton ( dekat
BM 1 dan BM 2).
4.3. Analisa Geologi Teknik REVISI Hal IV -8
4.3:1. Pengujian LaboratoriumPengujlan laboratorium dilakukan terhadap contoh tanah tak terganggu dan tanah terganggu dari hasil pemboran di lapangan . Maksud dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan data parameter tanah yang akan digunakan dalam analisa dan evaluasi penangan longsoran talang air di atas tanah yang bergerak. Secara garis besar, pengujian tanah di laboratorium dapat di kelompokkan dalam 2 bagian :
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal
BM 1
IV - 6
Laporan Akhir @ Bab IV
Gambar 4 – 1 : Sketsa Perkiraan Gerakan Timbunan Tanah Longsor
4:3:3. Hasil Test Boring (BM) REVISI HAL 12
Dari hasil boring (BM-1) sampai di kedalaman – 20,00 m belum
diketemukan batuan dasar, tanah yang dijumpai masih merupakan tanah
endapan sungai.
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten TegalIV - 7
Laporan Akhir @ Bab IV
Dari-hasii uji standart penetrasi test (N SPT ) ke-dua titik bor dapat direkap
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Bore Hole 1 (BM 1)
Kedalaman Deskripsi Tanah N SPT Keterangan0,00 s/d - 4,50 m Lanau campur batu
kerikil6 Tanah Endapan
(coklat)- 4,50 s/d - 8,00 m Lempung campur batu
kerikil (coklat kehitaman)
8 Tanah Endapan
- 8,00 s/d -13,00 m . .eras- -c,abate 8 - I0 Endapan Sungaibdak kompak (cokiat)
-13,00 s/d -20,00 m Batu kerikil (merkel) campur lempung (hitam
ke abu-abuan)
> 60 Endapan Sungai
Dari hasil bore hole-1 (BM-1) pada kedaiaman 0,00 s/d 13,00 m sangat dimungkinkan lapisan tanah dari hasil endapan longsoran tebing, pada kedalaman – 13,00 s/d – 20,00 m merupakan material endapan sungai hasil longsoran. Bidang longsoran dimungkinkan terdapat pada pada kedalaman – 13,00 m dari muka tanah setempat.
Tabel. Bore Hole - 2 (BM-2)
Kedalaman Deskripsi Tanah N SPT Keterangan0,00 s/d - 4,00 m Lanau campur batu
kerikil- Tanah Endapan
(coklat)- 4,00 s/d - 6,00 m Padas keras campur
batu kerikil tidak kompak
> 60 Tanah Endapan
- 6,00 s/d -17,00 m Pasir campur kerikil > 60 Batuan Breksi terurai
-17,00 s/d -20,00 m Batu kerikil (merkel) dan tidak kompak/lepas
> 60 Batuan Breksi terurai
Hasil bore 2 (BM-2) menunjukkan pada,kedaiaman - 00,00 m s/d - 4,00 m berupa tanah endapan lanau campur kerikil, dibawahnya sampai pada kedalaman -10;00 m terdapat lapisan pasir campur padas dan kerikil: Sedangkan pada kedalaman -10,00 m sampai -20,00m terdapat padas keras campur kerikil, merupakan lapisan tanah dasar dan singkapan batu kerikil hasil dari longsoran:
Kemungkinan terjadi longsor pada kedalaman di bawah - 10;00 m darri muka tanah
setempat: Lapisan padas keras pada kedalaman – 10,00 m dimungkinkan terjadi
interfacing/bidang longsor.
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten TegalIV - 8
Laporan Akhir @ Bab IV
4.3.5. Parameter Desain REVISI HAL IV-15Untuk analisa stabilitas, lereng pada iokasi studi maka pertu menentukari parameter tanah sebagai input analisa kelongsoran sebagat berikut
Tabet 4.5. parameter desain
Parameter Tanah . Satuan Nilai Lapis TanahBerat Isi tanah (J1) t/m3 1,67Kohesi Tanah (C1) t/m3 1,50 Lapis - 1Sudut Geser (1) Derajat 2,2Berat Isi tanah (J2) t/m3 1,70Kohesi Tanah (C2) t/m3 1.50 Lapis – 2Sudut Geser (2) Derajat 32°Berat Isi tanah (J3) t/m3 1,80Kohesi Tanah (C3) t/m3 3 - 5 Lapis - 3Sudut Geser (3) Derajat 35
Muka air tanah dari ke-2 (dua) titik bor terdapat pada kedataman –3,00 m, untuk hal
tersebut daiam analisa stabiltas lereng perlu ditinjau pada kondisi air mengalir dari
permukaan tanah sampai ke mata air yang terjadi di lapangan.
4.3.4.2. Hasl Analisa Kemantapan lereng REVISI HAL IV 21
Analisa kemantapan iereng akan ditinjau pada kondisi tanah normal dan gempa dengan koefesien gempa = 0,12, kondisi tanah creep/merayap juga akan di analisa stabilitas lereng. Anatisa stabilitas lereng tersebut dihitung dengan program XSTABIL, adapun hasil perhitungan dapat dillhat pada table berikut
Kondisi Tanah FK (Faktor Keamaran) KeteranganTanah Kondisi Normal 1,649 > 1,20 Aman
Tanah Kondisi Normal + Gempa 1,250 > 1,20 AmanTanah Kondisi Basah 1.,231. > 1,20 Aman
Tanah Kondisi Basah + Gempa 0,884. > 1,20 Tidak AmanStudi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal
IV - 9
Laporan Akhir @ Bab IV
Tanah Kondisi Creep 1,1. > 1,20 Tidak Aman
Analisa Stabilitas lereng dengan program XSABIL hanya dapat di lakukan analisa longsoran secara keseluruhan, sedangkan longsoran untuk masa batuanm yang besar tidak dapat di lakukan.Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan pada kondisi normal clan basah tidak terjadi Sliding, sedangkan kondisi basah clan gempa terjadi Sliding (FK < 1,20) hal ini menunjukkan bahwa tanah mengalami keruntuhan. Namun hasil analisa Stabilitas lereng dpada kondisi tanah Creep/merayap menunjukkan pada kondisi yang tidak aman.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dari hasil perhitungan analisa Stabilitas Lerenng sebagai berikut :
Grafik : Analisa Stabilitas Lereng Kondisi Normal
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten TegalIV - 10
Laporan Akhir @ Bab IV
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten TegalIV - 11
Laporan Akhir @ Bab IV
Grafik : Analisa Stabilitas Lereng Kondisi Jenuh dan Gempa
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten TegalIV - 12
Laporan Akhir @ Bab IV
Grafik : Analisa Stabilltas Lereng Kondisi Normal dan Gempa
4.3.7. Kelonsongsoran Tanah Hasil Pengamatan Lapangan
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten TegalIV - 13
Laporan Akhir @ Bab IV
Berdasarkan pengamatan di lapangan jalur talang beton exiting
terletak di atas reruntuhan batu kerikil campur batu lempung yang
sangat dalam dan masih berpotensi terhadap gerakan rayapan
tanah/ creep.
Dari informasi masyarakat setempat bahwa bukit yang terletak di
sebelah Selatan (bagian atas) setinggi +/- 50 m sejauh +/- 250 m
dari talang air pernah mengalami amblesan yang luar biasa pada
tahun 1980, dan tanah di sebelah Selatan talang exiting sejauh +/-
50 m terangkat ke atas oleh dorongan gerakan tanah dari arah
tebing Selatan tersebut. Dan tanah di bagian bawah talang
m,engalami longsoran.
Secara skematis pola longsoran dapat dilihat pada gambar 3..3.
gambar tadi pagi yang direvisi dipasang dbawah ini.
Gambar Skema longsoran tanah dari pengamatan lapangan.
Berdasarkan atas pola keruntuhan tanah yang telah terjadi dan
pada kondisi lapisan tanah pada saat sekarang, menunjukkan
bahwa gerakan tanah tanah masih akan terus terjadi, atau dengan
kata lain lonsoran di daerah lembah Kali Peh Bojong masih dalam
kondisi yang aktif. Memperhatikan dengan adanya kondisi
tersebut, maka konstruksi terpilih yang layak untuk daearah ini
adalah konstruksi yang bersifat flexible/ tidak kaku dan dapat
dilakukan perbaikan dengan waktu yang relatif singkat, serta biaya
yang kecil , sehingga tidak menggangu kestabilan aliran pengairan
di daerah pertanian sesuai dengan tujuan pembangunan talang air
tersebut.
Studi Geologi Kali Peh Desa Batunyana Kecamatan Bojong Kabupaten TegalIV - 14