Upload
rinny-retnoningsih
View
6
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bab II Praktikum Proses Pemisahan dengan Perpindahan Panas atau OTK II Modul Simulasi Membran
Citation preview
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1Dasar Teori
II.1.1 Pengertian Teknologi Membran
Membran merupakan suatu lapisan tipis antara dua fasa fluida yang bersifat
penghalang (barrier) terhadap suatu spesi tertentu, yang dapat memisahkan zat dengan
ukuran berbeda, serta membatasi transport dari berbagai spesi berdasakan sifat fisik dan
kimianya. Proses pemisahan dengan membrandapat terjadi karena adanya perbedaan
ukuran pori, bentuk, serta struktur kimianya. Membran demikian biasa disebut sebagai
membran semipermiabel, artinya dapat menahan spesi tertentu, tetapi dapat melewatkan
spesi lainnya. Fasa campuran yang akan dipisahkan disebut umpan (feed) dan fasa hasil
pemisahan disebut permeat (permeate). Sifat-sifat membran perlu dikarakterisasi, yang
meliputi efisien serta mikrostukturnya (Pratomo, 2003).
Proses pemisahan dengan membran mempunyai kemampuan memindahkan salah
satu komponen berdasarkan sifat fisik dan kimia dari membran serta komponen yang
dipisahkan. Perpindahan yang terjadi karena adanya gaya dorong (driving force) dalam
umpan yang berupa beda tekanan (P), beda konsentrasi (C), beda potensial listrik (E)
dan beda temperatur (T) serta selektifitas membran yang dinyatakan dengan rejeksi. Pada
gambar II.1 memperlihatkan skema proses pemisahan dengan membran (Agustin, 2007).
Gambar II.1 Skema pemisahan dengan menggunakan membran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-2
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Menurut Akbar (2010),filtrasi membran selain berfungsi sebagai sarana pemisahan
sebagai pemurnian suatau larutan. Teknologi membran memiliki beberapa keunggulan
tertentu jika dibandingkan dengan proses lain, yaitu :
1. Pemisahan dapat dilakukan secara kontinyu, sehingga konsumsi energi umumnya
relatif lebih rendah.
2. Proses membran dapat mudah digabungkan dengan proses pemisahan lainnya.
3. Pemisahan dapat dilakukan dalam kondisi yang mudah dikondisikan
4. Mudah dalam memperbesar skala pemisahan (scale up)
5. Tidak perlu adanya bahan tambahan
6. Material membran bervariasi sehingga mudah diadaptasikan pemakaiannya.
7. Pemisahannya berlangsung pada suhu kamar
Membran dapat dibuat dari bahan alami dan bahan sintetis, dimana bahan alami
adalah bahan yang berasal dari alam seperti dari pulp, kapas sedangkan bahan sintetis
dibuat dari bahan kimia seperti polimer. Membran juga dapat dibuat dari polimer alam
(organik) dan polimer anorganik (Agustin, 2007).
Membran berfungsi memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul,
menahan komponen dari umpan yang mempunyai ukuran lebih besar dari pori-pori
membran dan melewatkan komponen yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. Filtrasi
dengan menggunakan membran berfungsi sebagai sarana pemisahan dan juga sebagai
pemekatan dan pemurnian dari suatu larutan yang dilewatkan pada membran tersebut
(Agustin, 2007).
Proses pemisahan dengan membran menggunakan gaya dorong berupa beda kuat
tekan, medan listrik dan beda konsentrasi dan dapat dikelompokkan menjadi
mikromembran, ultramembran, nanomembran dan reverse osmosis. Selain memiliki sifat
yang unggul, teknologi membran juga mempunyai kelemahan yaitu pada fluks dan
selektifitas. Pada proses membran terjadi perbedaan yang berbanding terbalik antara fluks
dan selektifitas. Semakin tinggi fluks berakibat menurunnya selektifitas pada membran.
Sedangkan yang paling diharapkan pada membran adalah mempertinggi fluks dan
selektifitas dari kinerja membran tersebut (Agustin, 2007).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-3
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
II.1.2 Klasifikasi Membran
Membran polimer dapat dibedakan berdasarkan ketebalan dan mikroporus. Untuk
ketebalan membran yang tak berbentuk dimensi diameter lubang mikroskopik membran
umumnya dibawah . Spesi terdifusi menyebar melalui polimer dan mengikat bagian
makromolekuler. Difusi merupakan metode yang rumit atau menyusahkan tetapi
mempunyai tingkat selektivitasan yang sangat tinggi (Seader & Henley, 2006).
Membran mikroporus terdiri dari lubang yang saling berhubungan dan dapat
dikategorikan berdasarkan kegunaannya yaitu mikrofiltrasi (MF), ultrafiltrasi (UF) dan
nanofiltrasi (NF). MF membran memiliki ukuran lubang sekitar 200-100.000 dan
biasanya digunakan untuk memisahkan bakteri dan ragi. Membran UF memiliki ukuran
lubang sekitar 10-200 dan biasanya digunakan memisahkan larutan yang mempunyai
berat molekul rendah seperti enzim, larutan yang mempunyai berat molekul tinggi seperti
virus. Membran NF mempunyai ukuran lubang dari 1 sampai 10 dan fungsinya dapat
memisahkan molekul yang sangat kecil. Membran NF biasanya digunakan dalam proses
osmosis dan proses pervaporasi untuk memurnikan cairan. Permeabilitas dari membran
mikroporus tinggi namun tingkat selektifitas dari molekul-molekul kecil rendah (Seader &
Henley, 2006).
Aplikasi dari membran polimer bekerja pada temperatur dibawah 200oC dan
digunakan untuk campuran zat kimia inert. Pengoperasian pada temperatur tinggi dan
pencampuran secara kimiawi aktif diperlukan membran yang terbuat dari material
anorganik (metal dan karbon) (Seader & Henley, 2006).
Geankoplis (1993) menyatakan bahwa klasifikasi proses membran terdiri atas enam
macam, antara lain:
1. Difusi gas dalam padatan berpori Pada jenis ini, suatu fase gas hadir pada kedua sisi
membran, yang merupakan padatan dengan pori mikroskopis. Laju difusi molekuler
dari berbagai molekul gas bergantung pada ukuran pori dan berat molekul.
2. Permeasi gas pada suatu membran Membran pada proses ini biasanya merupakan
polimer seperti karet, poliamida, dan lainnya, dan bukan merupakan padatan berpori.
Gas solut awalnya larut dalam membran dan kemudian berdifusi dalam padatan menuju
fase gas lainnya. Contohnya, hidrogen berdifusi melalui polimer fluorokarbon.
Pemisahan suatu campuran gas terjadi ketika setiap jenis molekul berdifusi pada
berbagai rate melalui membran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-4
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
3. Permeasi cairan atau dialisis Pada kasus ini, solute berukuran kecil dalam satu fase
cair siap berdifusi akibat perbedaan konsentrasi melalui membran berpori menuju fase
cair kedua (atau fase uap). Molekul yang berukuran besar cenderung lebih susah
melewati mebran ini. Proses membran ini telah diaplikasikan dalam proses pemisahan
senyawa seperti pemisahan H2SO4 dari nikel dan tembaga sulfat dalam larutan, proses
makanan, dan ginjal buatan. Dalam elektrodialisis, pemisahan ion terjadi dengan
mengimposi suatu beda EMF terhadap membran.
4. Osmosis balik Suatu membran, yang mengimpedansi aliran solute dengan berat
molekul rendah, ditempatkan di antara suatu larutan solute-solvent dan suatu solvent
murni. Solvent berdifusi ke dalam larutan dengan cara osmosis. Pada osmosis balik,
beda tekanan balik diimposikan sehingga menyebabkan aliran solvent berbalik seperti
yang terjadi pada desalinasi air laut. Proses ini juga digunakan untuk memisahkan
solutedengan berat molekul rendah lainnya, seperti garam, gula, dan asam sederhana
dari suatu solvent (biasanya air).
5. Proses membran ultrafiltrasi Pada proses ini, tekanan digunakan untuk mencapai
suatu pemisahan molekul dengan membran polimeris semipermeabel (M2). Membran
memisahkan berdasarkan ukuran, bentuk atau struktur kimia molekul dan memisahkan
solute yang memiliki berat molekul relatif tinggi seperti protein, polimer, material
koloid seperti mineral, dan lain sebagainya. Tekanan osmotik biasanya diabaikan karena
tingginya berat molekul.
6. Kromatografi permeasi gel Gel berpori menghalangi difusi dari solut dengan berat
molekul tinggi. Driving force yang dimaksud adalah konsentrasi zat. Proses ini cukup
berguna pada analisis larutan kimia kompleks dan pemurnian dari komponen yang
sangat terspesialisasi dan/atau berharga.
II.1.3 Gas Permeasi
Permeasi gas adalah proses perpindahan molekul/atom melalui bahan/membran
karena adanya perbedaan tekanan antara kedua ruang gas yang dibatasi bahan tersebut.
Sehingga proses interaksi gas dengan bahan akan digunakan sebagai sarana untuk
mengkarateristikan bahan itu sendiri (Untoro, 1996).
Suatu proses permeasi sebenarnya merupakan gabungan dari beberapa proses yaitu
merupakan proses adsorpsi, desorpsi, penetrasi permukaan serta proses difusi didalam
material (Untoro, 1996).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-5
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Untuk mempelajari fenomena permesi secara utuh, maka seluruh proses yang
berlangsung harus dikaitkan baik proses-proses laju aliran atom disekitar batas permukan
material dengan karateristiknya masing-masing maupun proses difusi didalam material
(Untoro, 1996).
Dengan penyelesaian persamaan dasar permeasi pada keadaan tak stasioner
didapatkan korelasi antara permeasi dan difusi sehingga dapat digunakan untuk
menentukan koefisien difusi gas pada bahan (Untoro, 1996).
Menurut Agustin (2007), membran yang dapat digunakan untuk pemisahan gas ada
2 tipe yaitu membran berpori (porous membrane) dan membran tidak berpori (non-porous
membrane) :
Gambar II.2 Skema Permeasi Gas menggunakan Membran (Agustin, 2007)
1. Permeasi gas pada membran berpori (porous membrane).
Mekanisme perpindahan yang dapat terjadi pada permeasi gas di sepanjang
membran berpori, antara lain :
a. Poiseulle / viscous flow Ketika gas berpindah di dalam membran secara
viscous flow (contoh pada mikrofiltrasi), perpindahan yang terjadi
tergantung pada ukuran pori membran dan mean free path of gas
molecule.Persamaan mean free path of gas molecule yaitu :
=
,
Dimana :
RO= konstanta gas ideal (0,082 liter.atm/mol.K)
T= temperatur (K)
P= tekanan (atm)
N= konstanta avogadro (6,022 x 1023
partikel / mol)
dm= diameter molekul (dm)
............................................... (1)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-6
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
b. Knudsen diffusion
Mekanisme perpindahan jenis ini sama dengan viscous flow. Akan
tetapi, penurunan diameter pori membran, maka mean free path of gas
molecule bisa menjadi lebih besar daripada diameter pori. Mekanisme ini
tergantung pada rasio akar kuadrat dari berat molekul penetran. Hal ini
menunjukkan bahwa mekanisme ini dapat menghasilkan pemisahan yang
tinggi apabila operasi terjadi secara cascade. Mekanisme jenis ini biasanya
digunakan untuk pemisahan gas. knudsen diffusion terjadi pada membran
anorganik microporous atau disepanjang pori kecil dalam membran polimer
dense atau pada mixed matrix membrane. Mekanisme ini terjadi pada dp>
20 , sehingga persamaan koefisien knudsen diffusion menjadi :
= 3
=3
8
= 48,5
Dimana :
dp= diameter pori (m)
vA= rata-rata laju molekul (m/s)
MA= berat molekul gas (gram/mol)
T = temperatur (K)
c. Sieving action
Mekanisme ini sering digunakan pada proses adsorpsi dan reaksi.
Contoh mekanisme ini yaitu penggunaan zeolit dimana selektivitas
berhubungan dengan ukuran molekul gas. Mekanisme ini terjadi pada dP= 3
5 .
d. Surface diffusion
Mekanisme ini disebabkan oleh absorpsi/adsorpsi (sorpsi) gas di
dalam permukaan membran serta difusi gas yang terabsorpsi/teradsorpsi
(sorbed) disepanjang pori membran. Mekanisme ini biasanya untuk
pemisahan gas. Mekanisme ini tergantung pada sifat kimia gas dan
permukaan membran.
............................... (2)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-7
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
2. Permeasi gas pada membran tidak berpori (non-porous membrane)
Mekanisme perpindahan yang biasa terjadi pada permeasi gas di sepanjang
membran tidak berpori (non-porous membrane) yaitu mekanisme solution-
diffusion. Mekanisme ini terjadi pada densepolymer membrane.
Permeabilitas tergantung pada sifat fisika gas yang akan dipisahkan dan
kestabilan polimer (glassy atau rubbery).
Gambar II.3 Mekanisme Permeasi Gas pada Membran (Agustin, 2007).
II.1.4 Teknik Pembuatan Membran
Menurut Agustin (2007), teknik pembuatan membran yang penting diantaranya
adalah sintering, stretching, track-etching, solution coating, inversi fasa, proses sol-gel,
dan vapour deposition. Sebagian besar membran yang diproduksi saat ini dibuat
dengan metode inversi fasa melalui teknik presipitasi terendam. Membran inversi fasa
dapat dibuat dari berbagai macam polimer dengan syarat polimer yang digunakan harus
larut pada pelarut yang sesuai atau campuran pelarut. Secara umum membran dapat
dibuat menjadi dua konfigurasi yaitu datar (lembaran) atau pipa (turbular). Tahapan
dasar pembuatan membran dengan teknik inversi fasa (presipitasi terendam) yaitu :
1. Pembuatan larutan polimer
2. Proses casting (penebaran diatas permukaan) membentuk lapisan tipis(100-200
m)
3. Perendaman di non pelarut di bak koagulasi
4. Perlakuan akhir
Inversi fasa adalah suatu proses dimana polimer ditransformasi dari fasa cair ke
fasa padat melalui mekanisme pengontrolan tertentu. Proses perubahan fasa ini sangat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-8
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
sering diawali dengan transisi fasa cairan pembentuk membran dari satu fasa cairan
menjadi dua fasa cairan (liquid-liquid demixing). Pada tahap tertentu selama proses
demixing, salah satu fasa cairan mengalami pembekuan sehingga fasa padat terbentuk.
Dengan mengendalikan tahap awal perubahan fasa, maka morfologi membran dapat
dikendalikan (Agustin, 2007).
Kebanyakan membran yang diproduksi dengan presipitasi terendam. Larutan
polimer (dope) disebar pada media pencetakan kemudian direndam di bak koagulasi yang
berisi non-pelarut. Presipitasi terjadi karena pertukaran pelarut dan non-pelarut. Struktur
membran yang dihasilkan merupakan akibat dari kombinasi perpindahan masa dan
pemisahan fasa (Agustin, 2007).
II.1.5 Kinerja Membran
Menurut Agustin (2007), kemampuan membran dalam menyaring suatu zat atau
molekul diketahui dari permeabilitas dan selektifitas membran. Efisiensi membran
diketahui melalui permeabilitas, sedangkan kemampuan pemisahan diketahui melalui
selektifitas. Dan kinerja membran dapat di bagi menjadi 2, yaitu:
a. Permeabilitas
Permeabilitas merupakan kecepatan permeasi diartikan sebagai volume yang
melewati membran persatuan luas dalam satuan waktu tertentu dengan gaya penggerak
berupa tekanan. Permeabilitas membran dilihat dari fluks. Fluks adalah kecepatan aliran
melewati membran dihitung dengan persamaan :
=
.
Dimana :
J = fluks cairan,
V = volume permeat,
T = waktu permeat
A = luas permukaan membran.
Grafik fluks terhadap tekanan akan menghasilkan garis lurus dan kemiringan
(slope) merupakan konstanta permeabilitas sesuai dengan persamaan sebagai berikut :
J = Lp.P
.......................................... (4)
.......................................... (5)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-9
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Dimana :
L p = permeabilitas air
P = perubahan tekanan.
b. Selektifitas
Selektifitas menggambarkan kemampuan membran memisahkan satu jenis spesi
dari yang lain. Selektifitas dinyatakan oleh 2 parameter, yaitu tolakan (R) dan faktor
pemisahan (). Parameter tolakan berlaku pada sistem pemisahan padat-cair, sedangkan
faktor pemisahan ditentukan pada sistem pemisahan gas-gas dan cair-cair. Penentuan
tolakan ditentukan oleh persamaan :
= 1
100%
Dimana : Cp = konsentrasi zat terlarut di dalam permeat
Cb = rata-rata konsentrasi zat terlarut di dalam umpan (feed) dan retentat.
Ukuran pori juga berperan dalam menentukan selektifitas membran. Membran yang
memiliki ukuran pori kecil akan memberikan tolakan yang lebih besar daripada membran
yang mempunyai ukuran pori lebih besar. Terdapat empat jenis desain membran yaitu
dead-end, cross-flow, hybrid dead-end crossflow dan cascade. Sistem dead-end arah aliran
tegak lurus terhadap membran, mempunyai kelemahan yaitu cenderung mengakibatkan
fouling yang sangat tinggi karena terbentuknya cake di permukaan membran pada sisi
umpan. Sedangkan pada sistem crossflow, umpan dialirkan arah sejajar dengan permukaan
membran. Akibatnya pembentukan cake terjadi sangat lambat karena tersapu oleh gaya
geser yang disebabkan oleh aliran crossflow umpan (Agustin, 2007).
Gambar II.4 Perbandingan sistem desain operasi (a) dead-end, (b) crossflow (Agustin, 2007)
.......................................... (6)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-10
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Persamaan teoritis Pemisahan gas menggunakan membran
Seader & Henley (2006), menyatakan bahwa pemisahan suatu campuran gas
menggunakan membran dapat dimodelkan berdasarkan profil konsentrasi dan tekanan
parsialnya.
Gambar II.5 Profil konsentrasi dan tekanan parsial untuk transpor campuran gas melalui
membran berpori (kiri) dan membran tak berpori (kanan) (Seader,2006)
Gambar II.5 menunjukkan jenis profil solut untuk campuran gas dengan membran
berpori dan tak berpori secara berurutan, termasuk efek dari hambatan perpindahan massa
oleh lapisan atau film batas eksternal fluida.
Tabel II.1Faktor-faktor yang mempengaruhi Permeabilitas Solut dalam Polimer-Padat
Factor Value favoring high permaebility
Polymer density
Degree of crystallinity
Degree of cross-linking
Degree of vulcanization
Amount of plasticizers
Amount of fillers
Chemical affinity of solute for polymer
Low
Low
Low
Low
High
Low
High
(Seader & Henley, 2006)
(a) (b)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-11
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Tabel II.2 Koefisien untuk Permeasi Gas pada Polimer
Gas Species
H2 O2 N2 CO CO2 CH4
Low-Density Polyethylene :
D x 106
H x 106
PM x 1013
0,474
1,58
7,4
0,46
0,472
2,2
0,32
0,228
0,73
0,332
0,336
1,1
0,372
2,54
9,5
0,193
1,13
2,2
Polyethylmethacrylate :
D x 106
H x 106
PM x 1013
-
-
-
0,106
0,839
0,889
0,0301
0,565
0,170
-
-
-
0,0336
11,3
3,79
-
-
-
Polyvinylchloride :
D x 106
H x 106
PM x 1013
0,5
0,26
1,3
0,012
0,29
0,034
0,0038
0,23
0,0089
-
-
-
0,0025
4,7
0,12
0,0013
1,7
0,021
Butyl Rubber :
D x 106
H x 106
PM x 1013
1,52
0,355
5,43
0,081
1,20
0,977
0,045
0,543
0,243
-
-
-
0.0578
6,71
3,89
-
-
-
(Seader & Henley, 2006)
Untuk membran berpori, profil tekanan parsial kontinyu.Pada membran non-pori,
profil konsentrasi ditunjukkan dengan membran di mana solut terserap ke dalam membran
tersebut. Hukum Fick yang berlaku pada membran tak berpori adalah:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-12
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Ni= Di
Im (Cio-CiL)....................... (7)
di mana Di merupakan difusivitas solut dalam material membran. Formula ini berlaku
untuk transpor melalui membran. Mengasumsikan kesetimbangan termodinamika yang
terdapat pada antarmuka membran dua-fluida, konsentrasi pada hukum Fick dapat
dihubungkan dengan tekanan parsial yang berdekatan dengan muka membran berdasarkan
hukum Henry, yang merupakan hubungan linier yang paling umum ditulis untuk aplikasi
membran sebagai: Hio=Cio
Pio
dan
iL
iLiL
p
cH
.. (9)
Bila Hi diasumsikan terlepas dari tekanan total dan temperatur pada kedua muka
membran adalah sama:
iiLi0HHH
. (10)
Mengombinasikan persamaan (1), (2), dan (3), maka fluks adalah:
iLi0M
iii pp
l
DHN
.... (11)
Bila hambatan eksternal transfer massa diabaikan, piF =pi0 dan piL=piP, sehingga
iLiFM
M
iLiF
M
iii pp
l
Ppp
l
DHN i
.... (12)
di mana:
iiM DHP i .. (13)
Maka, permeabilitas bergantung pada solubilitas komponen gas pada membran
serta difusivitas komponen tersebut pada material membran.Rate transpor yang dapat
diterima melalui membran dapat dicapai hanya dengan menggunakan membran yang
sangat tipis dan tekanan tinggi pada sisi umpan. Permeabilitas komponen gas pada
membran polimer merupakan subyek terhadap faktor-faktor yang tertera pada Tabel II.1.
Gas ringan tidak berinteraksi dengan polimer atau menyebabkannya mengembang.
Sehingga, kombinasi gas ringanpolimer permean siap dikarakteristikkan secara
eksperimen. Seringkali kedua solubilitas dan difusivitas diukur. Data representatif pada
temperatur 25C ditunjukkan pada Tabel II.2 (Seader & Henley, 2006).
................................... (8)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-13
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Secara umum, difusivitas menurun dan solubilitas meningkat seiring peningkatan
berat molekul spesi gas, membuatnya sulit untuk mencapai selektivitas tinggi. Pengaruh
sederhana temperatur melebihi rentang yang berkisar dalam 50C dapat direpresentasikan
baik solubilitas dan difusivitas berdasarkan persamaan Arrhenius. Sebagai contoh:
/RTE
0DeDD
..... (14)
Secara umum, pengaruh sederhana temperatur pada solubilitas dapat bertindak pada
arah apapun. Namun, peningkatan pada temperatur dapat menyebabkan peningkatan
substansial pada difusivitas dan, oleh karena itu, peningkatan yang sesuai pada
permeabilitas. Jenis energi aktivasi difusi pada polimer, ED, berkisar antara 1560 kJ/mol.
Membran polimer-padat yang ideal memiliki permeansi yang tinggi, PM / lM, untuk
molekul penetran dan faktor pemisahan (selektivitas) yang tinggi antar komponen yang
akan dipisahkan. Faktor pemisahan didefinisikan seperti volatilitas relatif pada distilasi:
BB
AABA,
/xy
/xy
.... (15)
di mana yi adalah fraksi mol permeat yang meninggalkan membran, sesuai dengan
tekanan parsial pip pada Gambar II.4.b., sedangkan xi adalah fraksi mol rentetat pada sisi
umpan membran, sesuai dengan tekanan parsial piF. Tidak seperti kasus distilasi, yi dan xi
tidak setimbang.
Untuk pemisahan suatu campuran gas biner spesi A dan B tanpa adanya hambatan
perpindahan massa oleh lapisan atau film batas eksternal, fluks transpor dinyatakan sebagai:
PAFA
M
AAAA
M
AAA PyPx
l
DHpp
l
DHN
PF
. (16)
PBFB
M
BBBB
M
BBB PyPx
l
DHpp
l
DHN
PF
.. (17)
Ketika tidak ada gas sapuan yang digunakan, rasio NA dan NB menetapkan
komposisi permeat, demikian pula rasio yA dengan yB pada gas permeat. Sehingga,
PBFBBB
PAFAAA
B
A
B
A
PyPxDH
PyPxDH
y
y
N
N
(18)
Jika tekanan hilir (permeat), Pp, diabaikan jika dibandingkan dengan tekanan hulu,
PF, sehingga yA PP
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-14
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BB
AA*
BA,/xy
/xy
. (19)
Sehingga, faktor pemisahan tinggi dapat dicapai dari rasio solubilitas tinggi, rasio
difusivitas tinggi, atau keduanya.Faktor pemisahan bergantung pada kedua fenomena
transpor dan kesetimbangan termodinamika.
Ketika tekanan hilir tidak diabaikan, dapat diatur ulang untuk menghasilkan
persamaan untuk A,Bpada istilah rasio tekanan, r = PP/PF, dan fraksi mol A pada sisi
umpan atau rentetat membran. Mengombinasikan persamaan dan definisi:
r/yx
r/yx
BB
BA,BB*
BA,BA, . (20)
Karena yA + yB = 1, dapat disubstitusikan ke dalam persamaan (20) untuk xB,
sehingga ditulis:
xB= xByA + xByB . (21)
untuk dinyatakan sebagai:
ry
xx
ry
x
B
BB
BA
B
B
BA
1
1
,
*
BA,,
. (22)
Tabel II.3 Faktor pemisahan ideal membran pasangan biner untuk dua material membran
PDMS, Silicon Rubbery
Polymer Membrane
PC, Polycarbonate Glassy
Polymer Membrane
PMHe, Barrer 5,61 14
* He,CH4 0,41 50
* He,C2H4 0,15 33,7
PMCO2, Barrer 4,550 6,5
* CO2, CH4 3,37 23,2
* CO2,C2H4 1,19 14,6
PMO2, Barrer 9,33 1,48
*O2, N2 2,12 5,12
(Seader & Henley, 2006)
Jika dikombinasikan dan xB digantikan dengan 1xA, dapat dihasilkan faktor
pemisahan:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-15
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
r11x
r11x
BA,A
BA,BA,A*
BA,BA, . (23)
Persamaan (19) merupakan fungsi implisit untuk A,B, pada istilah rasio tekanan, r,
dan xA, yang siap terlarut untuk A,B dengan mengatur ulang persamaan tersebut menjadi
persamaan kuadrat. Pada batas ketika r = 0, persamaan (19) berkurang menjadi A,B=
*A,B= (PMA/PMB). Untuk polimer yang menyerupai karet, nilai permeabilitasnya tinggi,
namun faktor pemisahannya rendah. Hal yang sebaliknya terjadi pada polimer yang
menyerupai kaca. Untuk komposisi umpan yang telah disediakan, faktor pemisahan
menempatkan batasan yang terbatas pada derajat pemisahan yang dapat dicapai.
Transpor A dan B melalui membran dengan luas penampang AM, dengan tekanan
parsial pada kondisi keluar akibat mengalami percampuran sempurna (perfect
mixing/complete mixing), dapat ditulis sebagai berikut:
PPRRMMpPB PyPxPAnyN BBBB (24) atau
PPRRMMpPA PyPxPAnyN AABA .. (25) di mana AM adalah luas penampang membran normal untuk mengalir, np, melalui
membran. Rasio adalah yPA/ yPB, dan manipulasinya akan mengacu pada persamaan :
R
P
P
Pr
.. (26)
(Seader & Henley, 2006)
II.1.6 Matlab (Matrix Laboratory)
Menurut Firnansyah (2007), matlab merupakan bahasa pemrograman yang hadir
dengan fungsi dan karakteristik yang berbeda dengan bahasa pemrograman lain yang
sudah ada lebih dahulu seperti Delphi, Basic maupun C++. Matlab merupakan bahasa
pemrograman level tinggi yang dikhususkan untuk kebutuhan komputasi teknis, visualisasi
dan pemrograman seperti komputasi matematik, analisis data, pengembangan algoritma,
simulasi dan pemodelan dan grafik-grafik perhitungan. Matlab hadir dengan membawa
warna yang berbeda. Hal ini karena matlab membawa keistimewaan dalam fungsi-fungsi
matematika, fisika, statistik, dan visualisasi. Matlab dikembangkan oleh MathWorks, yang
pada awalnya dibuat untuk memberikan kemudahan mengakses data matrik pada proyek
LINPACK dan EISPACK. Saat ini matlab memiliki ratusan fungsi yang dapat digunakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-16
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
sebagai problem solver mulai dari simple sampai masalah-masalah yang kompleks dari
berbagai disiplin ilmu.
II.1.7 Beberapa Bagian dari Window Matlab
Current Directory
Window ini menampilkan isi dari direktori kerja saat menggunakan matlab.
Kita dapat mengganti direktori ini sesuai dengan tempat direktori kerja yang
diinginkan. Default dari alamat direktori berada dalam folder works tempat
program files Matlab berada.
Command History
Window ini berfungsi untuk menyimpan perintah-perintah apa saja yang
sebelumnya dilakukan oleh pengguna terhadap matlab.
Command Window
Window ini adalah window utama dari Matlab. Disini adalah tempat untuk
menjalankan fungsi, mendeklarasikan variable, menjalankan proses-proses , serta
melihat isi variabel
Workspace
Workspace berfungsi untuk menampilkan seluruh variabel-variabel yang
sedang aktif pada saat pemakaian matlab. Apabila variabel berupa data matriks
berukuran besar maka user dapat melihat isi dari seluruh data dengan melakukan
double klik pada variabel tersebut. Matlab secara otomatis akan menampilkan
window array editor yang berisikan data pada setiap variabel yang dipilih user.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-17
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Gambar II.6 Tampilan antar muka dari matlab versi 7.0(Firmansyah, 2007)
II.1.8 Variabel Pada Matlab
Matlab hanya memiliki dua jenis tipe data yaitu Numeric dan String. Dalam matlab
setiap variabel akan disimpan dalam bentuk matrik. User dapat langsung menuliskan
variabel baru tanpa harus mendeklarasikannya terlebih dahulu pada command window
Gambar II.7 Contoh pembuatan variabel pada matlab (Firmansyah, 2007)
Penamaan variabel pada matlab bersifat case sensitif karena itu perlu diperhatikan
penggunaan huruf besar dan kecil pada penamaan variabel. Apabila terdapat variabel lama
dengan nama yang sama maka matlab secara otomatis akan me-replace variabel lama
tersebut dengan variabel baru yang dibuat user.Di dalam matlab, kita dapat menyimpan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-18
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
semua script yang akan digunakan dalam file padamatlab dengan ekstensi .M. M-File
dapat dipanggil dengan memilih menu file->new->M-File.
Gambar II.8 Contoh gambar M-File (Firmansyah, 2007)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-19
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
II.2 Jurnal Aplikasi Industri
SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA GAS DIFFUSION
LAYER SEBUAH SEL BAHAN BAKAR POLYMER
ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20 W
Ismail Rusli, Tekad Sitepu
Mahasiswa Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara
Pendahuluan
Semua aktivitas kehidupan manusia sangat bergantung pada ketersediaan energi
yang cukup. Untuk beberapa tahun kedepan manusia masih akan memakai energi
bahan bakar fosil dikarenakan bahan bakar inilah yang mampu memenuhi kebutuhan
energi manusia dalam skala yang besar. Tetapi manusia dihadapi dengan semakin
menipisnya bahan bakar fosil yang selama ini digunakan sebagai penghasil energi,
maka dicarilah alternatif peralatan lain yang mampu menghasilkan energi tanpa
memakai bahan bakar fosil. Selain itu, dampak pemakaian bahan bakar fosil yang
menghasilkan gas karbon monoksida (CO), kurang baik bagi kehidupan dan
meningkatnya kerusakan lingkungan. Kebutuhan manusia akan peralatan penghasil
energi yang bebas polusi, mudah diaplikasikan, serta fleksibel juga dapat digunakan
sebagai energi cadangan di luar ketergantungan kita terhadap energi yang selama ini
disuplai oleh negara. Pencarian energi alternatif ini akan lebih meringankan beban
negara karena dapat mengurangi jumlah kebutuhan energi untuk masyarakat yang
harus disediakan oleh negara.Pada tahun 1839, William Grove memperkenalkan sel
bahan bakar untuk pertama kalinya. Prinsip kerja dari sel bahan bakar adalah
kebalikan dari proses elektrolisis. Elektrolisis adalah proses pemisahan H2O menjadi
H2 dan O2 . Sedangkan prinsip kerja sel bahan bakar adalah menggabungkan H2
dan O2 untuk membentuk H2O. Emisi yang dihasilkan oleh sel bahan bakar jauh lebih
kecil jika dibandingkan emisi mesin berbahan bakar fosil sehingga ramah terhadap
lingkungan. Ini dikarenakan bahan bakar yang digunakan pada sel bahan bakar adalah
hidrogen dan menghasilkan uap air sebagai emisi selama berlangsungnya proses. Sel
bahan bakar juga mempunyai nilai efisiensi yang baik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II-20
II Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Metode
Pengujian ini dimulai dengan melakukan pemisahan molekul H2O dari
aquadest menjadi H2 dan O2 . Dan lalu kemudian H2 tersebut diisi ke dalam tabung
pengisian Hydrostik. Pada saat pemisahan molekul H2O ini dilakukan pembacaan
temperatur air dengan menggunakan Agilient. Kabel kabel termocouple dihubungkan
ke dalam air yang akan dielektrolisis. Flash disk dihubungkan ke Agilientuntuk
pembacaan data. Setelah Hydrostik penuh diisi dengan H2 maka flash disk dicabut dan
kemudian dibaca menggunakan microsoft excel. Setelah pengisian Hydrostik penuh,
maka kemudian flash disk dihubungkan kembali ke Agilient untuk pembacaan pada
saat hydrostik dihubungkan ke stack dan menghasilkan listrik. Kabel kabel
termocouple dihubungkan pada permukaan hydrostik, lubang input dan lubang output
yang terdapat pada stack fuel cell. Setelah fuel cell beroperasi secara penuh dan
hidrogen yang terdapat di dalam hydrostik habis, flash disk dicabut dan dibaca
menggunakan excel untuk mengetahui temperatur pada kondisi saat pengoperasian.
Hasil
Dengan menggunakan perintah pada software MATLAB untuk membuat
simulasi pemodelan temperatur lapisan dalam Gas Diffusion Layer, hasil yang didapat
adalah penurunan temperatur yang terjadi pada lapisan dalam gas diffusion layer.
Kesimpulan
1. Gas diffusion layer pada sel bahan bakar Polymer Electrolyte Membrane berfungsi
menyediakan lintasan akses reaksi dan produk, membantu penanganan air sebagai
produk akhir dan memberikan dukungan untuk Membrane Electroda Assembly.
2. Membran yang digunakan pada proton exchange adalah Nafion.
3. Hasil simulasi menggunakan software MATLAB menunjukkan adanya penurunan
temperatur yang terjadi pada lapisan dalam gas diffusion layer
.