13
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk social yang mempunyai kemampuan berpikir dan berbicara, komunikasi merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Komunikasi termasuk sarana untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam berkomunikasi, ada empat hal yang dibutuhkan yaitu penyampaian atau yang dapat dipahami sebagai proses komunikasi, sesuatu yang sama atau pesan yang ingin disampaikan, pihak pertama (komunikator) yang berkepentingan untuk menyampaikan pesan, dan pihak kedua (komunikan) yang menjadi tujuan penyampaian pesan. Pengertian komunikasi juga dapat kita pahami dalam tiga konseptualisasi yang berbeda. Pertama, komunikasi yang dipahami sebagai tindakan satu arah yang berjalan linier dari komunikator kepada komunikan. Pengertian ini sesuai dalam beberapa kasus, seperti pidato dan komunikasi massa yang tidak melibatkan secara aktif pembaca atau pendengar, namun tidak sesuai untuk bentuk komunikasi interaktif. Kedua, komunikasi dipahami sebagai kegiatan interaktif yang melibatkan kedua belah pihak secara aktif. Jika yang satu berfungsi sebagai pemberi pesan, yang lain berfungsi sebagai penerima pesan. Demikian pula sebaliknya secara bergantian.

Bab 2

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk social yang mempunyai kemampuan berpikir dan berbicara, komunikasi merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Komunikasi termasuk sarana untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam berkomunikasi, ada empat hal yang dibutuhkan yaitu penyampaian atau yang dapat dipahami sebagai proses komunikasi, sesuatu yang sama atau pesan yang ingin disampaikan, pihak pertama (komunikator) yang berkepentingan untuk menyampaikan pesan, dan pihak kedua (komunikan) yang menjadi tujuan penyampaian pesan. Pengertian komunikasi juga dapat kita pahami dalam tiga konseptualisasi yang berbeda. Pertama, komunikasi yang dipahami sebagai tindakan satu arah yang berjalan linier dari komunikator kepada komunikan. Pengertian ini sesuai dalam beberapa kasus, seperti pidato dan komunikasi massa yang tidak melibatkan secara aktif pembaca atau pendengar, namun tidak sesuai untuk bentuk komunikasi interaktif. Kedua, komunikasi dipahami sebagai kegiatan interaktif yang melibatkan kedua belah pihak secara aktif. Jika yang satu berfungsi sebagai pemberi pesan, yang lain berfungsi sebagai penerima pesan. Demikian pula sebaliknya secara bergantian. Namun konseptualisasi yang kedua inipun tidak lepas dari kelemahan karena mengabaikan kemungkinan bahwa orang yang sama dapat berfungsi sebagai pemberi dan penerima pesan pada saat yang sama. Ketiga, komunikasi dipahami sebagai kegiatan transaksional dalam konteks ini berarti bahwa pihak-pihak yang terlibat komunikasi berada dalm kondisi interdependen.Dalam pengertian ketiga ini, komunikasi tidak hanya terbatas dalam komunikasi verbal tapi juga mencakup komunikasi nonverbal, misalnya ekspresi wajah.. Komunikasi ini dapat berjalan dengan baik apabila fungsi indera masih dalam keadaan baik. Apabila terjadi kerusakan atau gangguan pada sistem indera, maka komunikasi juga akan mengelami gangguan atau bahkan tidak bisa dijalankan.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:1.2.1 Apa pengertian komunikasi?1.2.2 Apa pengertian panca indera?1.2.3 Bagaimana cara komunikasi perawat menghadapi pasien yang mengalami gangguan panca indera?1.3 Tujuan dan ManfaatAdapun tujuan penulisan sebagai berikut :1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi;1.3.2 Untuk mengetahui pengertian dari panca indera;1.3.3 Untuk mengetahui cara perawat menghadapi pasien yang mengalami gangguan panca indera. Adapun manfaat sesuai dari tujuan diatas adalah :1.3.4 Dapat mengetahui arti dari komunikasi 1.3.5 Dapat mengetahui arti dari panca indera;1.3.6 Dapat mengetahui cara yang baik dan benar untuk perawat dalam merawat pasien yang mengalami gangguan panca indera.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian KomunikasiKomunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.Komunikasi merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan. Apabila komunikasi individu mencapai pemahaman bersama, merangsang pihak lain melakukan tindakan, dan mendorong orang untuk berpikir dengan cara baru. Kemampuan untuk berkomunikasi akan menambah produktivitas, baik individu yang bersangkutan maupaun organisainya sehingga dapat mengantisipasi masalah, membuat keputusan secara efektif, menkoordinasikan arus kerja, mensupervisi orang lain, mengembangkan hubungan serta dapat mempromosikan produk dan jasa organisasi.2.2 Pengertian Panca InderaPanca indera adalah organ-organ yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu via serabut saraf menuju otak sehingga perasaan dapat ditafsirkan.Stimulus bisa berupa: sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman & suara. Kesan yang timbul: lapar, haus, sakit. Indera mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan.Indera yang kita kenal ada lima, yaitu: Indera penglihat (mata) Indera pendengar (telinga) Indera peraba (kulit) Indera pengecap (lidah) Indera pencium (hidung)Kelima indera berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan luar, oleh karenanya disebut Eksoreseptor.

2.3 Komunikasi Perawat dalam Menghadapi Pasien yang Mengalami Gangguan Panca Indera2.3.1 Komunikasi Perawat dengan Pasien Gangguan BicaraIndra wicara adalah organ yang terdiri atas sistem syaraf pengatur bicara. Suara yang timbul dari mulut kita adalah udara yang dihembuskan paru-paru melewati pita suara sehingga dihasilkan suara yang disebut vonasi. Suara yang muncul akibat getaran pita suara masih menjadi suara murni sehingga terdengar seperti suara aaa. Proses membentuk susunan vokal dan konsonan serta kata-kata kompleks disebut artikulasi.Gangguan bicara diakibatkan terjadinya kerusakan organ bicara, kerusakan pita suara, dan gangguan syaraf. Perawat memerlukan kesabaran dalam berbicara dengan pasien yang mengalami gangguan bicara supaya pesan yang disampaikan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Pasien yang mengalami gangguan bicara umumnya telah belajar komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar.Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika perawat mengajak berkomunikasi dengan pasien gangguan bicara, seperti :1. Perawat benar-benar dapat memerhatikan mimik dan gerak bibir pasien;2. Memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali kata-kata yang diucapkan pasien;3. Mengendalikan pembicaraan agar tidak membahas terlalu banyak topik;4. Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan;5. Memerhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat dietrima dengan baik;6. Menggunakan bahasa tulisan dan simbol bila diperlukan;7. Hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi lisan dengan pasien untuk menjadi mediator komunikasi.2.3.2 Komunikasi Perawat dengan Pasien Gangguan PendengaranPada pasien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan adalah media visual. Pasien menangkap pesan dari cara mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Perawat mengupayakan sikap dan perilakunya dapat ditangkap oleh indra visual pasien.Orang yang mengalami kerusakan pendengaran, baik yang tunarungu maupun sulit mendengar, kepekaannya terhadap bunyi akan hilang sama sekali atau berkurang. Kerusakan pendengaran merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan hilangnya pendengaran jenis apapun, suatu etiologi yang dapat dihubungkan dengan masalah konduksi atau saraf pengindraan akibat cacat bawaan lahir, trauma, atau penyakit. Hilangnya kemampuan untuk mendengar menimbulan masalah komunikasi yang sangat nyata karena orang yang tuli atau kurang mendengar mungkin juga tidak mampu berbicara atau memiliki kemampuan verbal yang terbatas dan seringkali miskin kosa kata. Keterampilan membaca rata-rata orang dewasa tunarungu kira-kira setaraf dengan tingkat kemampuan membaca kelas empat. Keterampilan menulis mereka mungkin juga lemah. Orang yang mengalami tunarungu memiliki keterampilan dan kebutuhan yang berbeda bergantung pada jenis ketuliannya dan beberapa lama mereka kehilangan indera pendengarannya itu. Bagi mereka yang menderita tunarungu semenjak lahir, belajar suatu bahasa mungkin tidak ada manfaat bagi mereka, sehingga mereka mungkin tidak dapat berbicara dengan jelas untuk dapat dipahami orang lain dan keterampilan membaca dan kosa katanya juga seringkali sangat terbatas. Kemungkinan besar, model komunikasi utama mereka adalah dengan bahasa isyarat atau membaca gerak bibir. Jika ketulian terjadi setelah seseorang menguasai suatu bahasa. Bicara orang tersebut masih dapat dipahami, dia pun cukup mampu untuk membaca, menulis, dan membaca gerak bibir. Jika ketulian terjadi setelah seseorang berusia lanjut, dan seringkali disebabkan karena proses penuaan, orang tersebut mungkin akan sulit membaca gerak biibir, tetapi keterampilan membaca dan menulisnya masih termasuk rata-rata bergantung pada latar belakang pengalaman dan pendidikannya. Jika penuaan merupakan penyebab hilangnya pendengaran, kerusakan penglihatan mungkin akan menjadi faktor yang menyulitkan. Karena penglihatan dan pendengaran merupakan dua indera yang fungsinya akan menurun saat lansia, maka kekurangan tersebut menimbulkan masalah komunikasi yang besar ketika mengajar klien lansia.Tunarungu dan penderita kerusakan pendengaran, seperti juga orang lain, akan membutuhkan perawatan kesehatan dan informasi tentang pendidikan kesehatan kapan pun di sepanjang hidupnya. Meskipun sebagai perawat pendidik anda akan menemukan banyak perbedaan di antara tunarungu itu, ada satu hal yang biasanya sama-mereka selalu mengandalkan indera yang lain untuk mendapatkan informasi, terutama indera penglihatan. Dengan demikian, agar pendidikan pasien dapat berjalan dengan efektif, komunikasi harus dapat dilihat. Ada beberapa macam cara untuk berkomunikasi dengan tunarungu, salah satu dari hal-hal pertama yang anda lakukan adalah meminta klien anda yang tunarungu untuk mengidentifikasi cara komunikasi yang dia sukai. Bahasa isyarat, informasi tertulis dan aat peraga merupakan beberapa contoh pilihan yang umum. Memang benar bahwa salah satu cara yang termudah untuk mentransfer informasi adalah dengan menggunakan isyarat komunikasi yang dapat dilihat, seperti, gerakan tangan dan ekspresi wajah: meskipun demikian, metode itu belum memadai untuk sesi pengajaran yang panjang. Berikut ini beberapa model komunikasi yang disarankan sebagai jalan untuk mengurangi hambatan serta pembelajaran bagi pasien yang mempunyai gangguan pendengaran di lingkungan tempat berpraktik:

2.3.2.1 Bahasa isyarat Bagi kebanyakan tunarungu yang berbahasa ibu ASL, bahasa isyarat seringkali menjadi bentuk komunikasi yang lebih disukai. Jika anda tidak menguasai ASL anda perlu meminta bantuan seorang penerjemah professional. Kadang-kadang anggota keluarga atau teman pasien yang teramppil menggunakan bahasa isyarat juga bersedia dan siap untuk bertindak sebagai penerjemah selama sesi pengajaran. Akan tetapi, sebelum meminta bantuan penerjemah, pastikan dahulu untuk meminta persetujuan dari pasien karena informasi yang disampaikan berkaitan dengan masalah kesehatan dapat dianggap sebagai urusan pribadi. Jika informasi yang akan diajarkan bersifat rahasia, sebaiknya anggota keluarga atau teman tidak diminta untuk bertindak sebagai penerjemah. Menyewa penerjemah bahasa yang berijazah seringkali merupakan strategi yang terbaik. 2.3.2.2 Materi tertulis Informasi tertulis barangkali merupakan cara berkomunikasi yang paling dapat diandalkan, terutama jika pemahaman sangat diperlukan. Komunikasi secara tertulis merupakan pendekatan yang paling aman, meskipun menyita waktu dan kadang-kadang menimbulkan stress. Memperkeras bunyi Bagi pasien yang kehilangan pendengaran, tetapi tidak tuli sama sekali, alat bantu dengar bisa bermanfaat. Jika klien tidak mempunyai alat bantu dengar, maka persetujuan pasien dan keluaraga mereka untuk mencari rujukan dari spesialis telinga, yang dapat menentukan apakah alat bantu dengar itu cocok bagi pasien anda.

2.3.2.3 Membaca bibir Salah satu anggapan yang salah yang muncul pada orang orang yang normal adalah bahwa semua tunarungu dapat membaca bibir. Ini merupakan anggapan yang sangat berbahaya. Hanya sekitar empatpuluh persen bunyi dalam bahasa Inggris dapat dilihat di bibir. Dengan demikian. Hanya pembaca bibir terampil saja yang akan memperoleh manfaat yang sebenarnya dari bentuk komunikasi ini.

2.3.3 Komunikasi Perawat dengan Pasien Gangguan PenglihatanGangguan penglihatan merupakan suatu gangguan yang terjadi pada mata yang disebabkan oleh kerusakan organ, seperti kerusakan pada kornea, lensa mata, kekeruhan viterius humor, serta kerusakan saraf penghantar impuls yang menuju ke otak. Pada kerusakan yang tidak terlalu parah masih bisa untuk diobati, namun ketika kerusakannya sangat parah bisa menyebabkan kebutaan.Komunikasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah mengoptimalisasikan fungsi pendengaran dan sentuhan. Berikut ini yang dapat dilakukan oleh perawat bila menangai pasien gangguan penglihatan, yaitu berkolaborasi dengan dokter spesialis mata dapat menentukan alat optik yang dapat menentukan alat optik, seperti lensa pembesar(dengan atau tanpa cahaya), teleskop, closed-circuit TV, atau sepasang kacamata hitam yang dapat perawat gunakan untuk menyesuaikan materi pengajaran. Mereka yang sudah lama buta, sudah berhasil mengembangkan ketajaman indera mereka yang lain seperti pendengaran, pengecapan, peraba, dan penciuman. Biasanya keterampilan mendengar mereka sangat terasah, maka seorang perawat harus berusaha untuk tidak berteriak ketika berbicara dengan pasien gangguan penglihatan; Ketika menerangkan suatu prosedur, perawat diharapkan agar menerangkannya sedekriptif mungkin. Menguraikan serinci mungkin apa yang perawat lakukan dan terangkan bunyi-bunyian yang berkaitan dengan perawatan mereka atau peralatan yang digunakan. Manfaatkan indera peraba pasien jika mengajarkan keterampilan psikomotorik dan juga ketika pasien sedang belajar memperagakan. Tunanetra tidak dapat melihat bentuk, ukuran, dan penempatan benda, sekali lagi belajar dengan indera peraba merupakan hal penting yang harus dilakukan perawat ketika belajar dengan pasien. Jika menggunakan materi cetak atau tulisan tangan, huruf cetak (ukuran huruf) atau tulisan tangan yang diperbesar merupakan langkah pertama yang penting bagi mereka yang kehilangan penglihatan, yang biasanya disebut dengan tulisan braille.

BAB 3. KESIMPULANKomunikasi dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk orang yang mengalami gangguan, baik gangguan mental maupun fisik. Salah satunya adalah gangguan panca indera. Dalam merawat pasien dengan gangguan panca indera perawat pasti akan mengalami kesulitan dalam penyampaian pesan. Maka dari itu perawat harus bisa menerapkan komunikasi verbal maupun non-verbal. Hal ini bisa mempermudah peran perawat dalam menyampaikan pesan kepada pasien.