64
PERDARAHAN DAN TRAUMA JARINGAN LUNAK MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Medical and Dental Emergency (DSP 7) Dosen Pembimbing Drg. Rosiliwati Wihardja, M.DSc. Tutor 7 Disusun oleh Mashita Dyah Chaerani 160110130076 Fitria Rahmah 160110130077 Bebby Putri 160110130078 Ririn Fitri Pebriani 160110130079 Eggie Rizky G 160110130080 Putri Ratnasari 160110130081 Deandra Kamilanandi 160110130082 Julius Muliadi 160110130083 Kania Wulandari 160110130084 Nur FitriUtami 160110130085 Neilah Nurjannah 160110130086 Rima Fidayani R. 160110130087

BAB 2

  • Upload
    zahra

  • View
    256

  • Download
    12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lalala

Citation preview

Page 1: BAB 2

PERDARAHAN DAN TRAUMA JARINGAN LUNAK

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Medical and Dental Emergency

(DSP 7)

Dosen Pembimbing

Drg. Rosiliwati Wihardja, M.DSc.

Tutor 7

Disusun oleh

Mashita Dyah Chaerani 160110130076

Fitria Rahmah 160110130077

Bebby Putri 160110130078

Ririn Fitri Pebriani 160110130079

Eggie Rizky G 160110130080

Putri Ratnasari 160110130081

Deandra Kamilanandi 160110130082

Julius Muliadi 160110130083

Kania Wulandari 160110130084

Nur FitriUtami 160110130085

Neilah Nurjannah 160110130086

Rima Fidayani R. 160110130087

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2015

Page 2: BAB 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-

Nya dan karena bimbingan-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Perdarahan dan Trauma Jaringan Lunak”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DSP 7 di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Nina Djustina,

drg., M.Kes

2. Pembimbing mata kuliah DSP 7

3. Orangtua

4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dalam menambah

informasi dan wawasan mengenai Perdarahan dan Trauma Jaringan Lunak yang

merupakan salah satu materi dalam Medical dan Dental Emergency. Penulis telah

berusaha sebaik-baiknuya dalam menulis makalah ini. Jika masih terdapat kesalahan,

penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Jatinangor, September 2015

Penyusun,

Page 3: BAB 2

DAFTAR ISI

JUDUL...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1

1.1 Tujuan...............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3

2.1 Perdarahan............................................................................................3

2.2 Etiologi dan Penatalaksanaan...............................................................6

2. 3 Pendarahan akibat komplikasi Pencabutan ........................................12

2.4 Pendarah akibat Kelainan Sistemik......................................................14

2.5 Pendarahan akibat Infeksi dan Trauma................................................19

2.6 Trauma Jaringan Lunak........................................................................21

272 Jenis Luka dan Perawatan Luka..........................................................23

BAB III HASIL DISKUSI................................................................................39

BAB IV KESIMPULAN...................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................42

Page 4: BAB 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegawat daruratan dapat terjadi kapan saja, dimana saja, serta menimpa siapa

saja, termasuk saat melakukan praktek dokter gigi. Kondisi gawat darurat dapat

terjadi pada pasien saat atau ketika akan diberikan perawatan, misalnya

kegawatdaruratan akibat perdarahan yang tak kunjung henti ataupun

kegawatdaruratan akibat trauma di rongga mulut.

Seorang dokter gigi harus mampu mengelola kegawatdaruratan medis/

kedokteran gigi sehingga dapat menghindari keadaan yang dapat mengancam jiwa

pasien. Oleh karena itu, pada makalah ini dibahas mengenai salah satu

kegawatdaruratan medis/ kedokteran gigi yakni perdarahan dan trauma jaringan

lunak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan macam/ jenis perdarahan?

2. Apa etiologi serta penatalaksanaan perdarahan?

3. Bagaimana perdarahan akibat komplikasi pencabutan gigi dan bagaimana

perawatannya?

4. Bagaimana perdarahan akibat sistemik?

5. Bagaimana perdarahan akibat infeksi dan akibat trauma?

6. Apa definisi dan etiologi trauma jaringan lunak?

7. Apa macam/ jenis luka serta bagaimana perawatan luka?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dan macam/ jenis perdarahan

2. Mengetahui etiologi serta penatalaksanaan perdarahan

3. Mengetahui perdarahan akibat komplikasi pencabutan gigi dan

perawatannya

4. Mengetahui perdarahan akibat sistemik

5. Mengetahui perdarahan akibat infeksi dan akibat trauma

Page 5: BAB 2

6. Mengetahui definisi dan etiologi dari trauma jaringan lunak

7. Mengetahui macam/ jenis luka serta perawatannya

Page 6: BAB 2

BAB 2

ISI

2.1. Perdarahan

Definisi

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan

(robekan) pembuluh darah. Perdarahan adalah kehilangan akut volume peredaran

darah (ATLS, 2004).

Macam-Macam atau Jenis Perdarahan

1. Berdasarkan banyaknya jumlah darah yang hilang

Menurut American College of Surgeons, Advanced Trauma Life Support

(ATLS) :

1) Perdarahan Kelas I melibatkan sampai 15% dari total volume darah.

Biasanya tidak ada perubahan dalam tanda-tanda vital dan resisutasi

cairan biasanya tidak diperlukan.

2) Perdarahan Kelas II melibatkan sampai 15-30% dari total volume darah.

Pasien sering tachychardic (denyut jantung cepat). Dapat diberikan

resusitasi cairan kristaloid (larutan saline). Transfusi darah tidak

diperlukan.

3) Perdarahan Kelas III melibatkan hilangnya 30-40% dari volume darah

yang bersikulasi. Tekanan darah pasien turun, maka detak jantung

meningkat, perfusi perifer (syok). Resusitasi cairan dan transfuse darah

perlu diberikan.

Page 7: BAB 2

4) Perdarahan kelas IV melibatkan kehilangan >40% volume darah yang

bersirkulasi. Batas kompensasi tubuh tercapai dan resisutasi agresif

diperlukan untuk mencegah kematian.

2. Berdasarkan letak keluarnya darah

1) Perdarahan luar

Ada 3 macam perdarahan :

a. Perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler)

Tanda-tandanya :

- Perdarahan tidak hebat

- Keluar perlahan-lahan berupa rembesan

- Biasanya perdarahan berhenti sendiri walaupun tidak diobati

- Mudah untuk menghentikan dengan perawatan luka biasa

b. Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena)

Tanda-tandanya :

- Warna darah merah tua

- Pancaran darah tidak begitu hebat dibanding perdarahan arteri

- Perdarahan mudah untuk dihentikan dengan cara menekan dan

meninggikan anggota badan yang luka lebih tinggi dari jantung

c. Perdarahan dari pembuluh nadi (arteri)

Tanda-tandanya :

- Warna darah merah muda

- Keluar secara memancar sesuai irama jantung

- Biasanya perdarahan sukar untuk dihentikan

Page 8: BAB 2

2) Perdarahan dalam

Adalah perdarahan yang terjadi di dalam rongga dada, rongga tengkorak,

dan rongga perut. Biasanya tidak tampak darah mengalir keluar, tapi

terkadang dapat juga darah keluar melalui lubang hidung, telinga, dan

mulut. Penyebab :

- Pukulan keras, terbentur hebat

- Luka tusuk

- Luka tembak

- Pecahnya pembuluh darah karena suatu penyakit

- Robeknya pembuluh darah akibat terkena ujung tulang yang patah

3. Menurut WHO

WHO membuat standard dengan cara mengukur tingkat keparahan dari

pendarahan.

a. Grade 0 : tidak ada pendarahan

b. Grade 1 : petechial bleeding

c. Grade 2 : mild blood loss (clinically significant)

d. Grade 3 : gross blood loss, dibutuhkan transfusion (parah)

e. Grade 4 : debilitating blood loss, retinal or cerebral associated

with fatality

4. Menurut waktu terjadinya perdarahan :

a. Perdarahan primer

Terjadi pada waktu terputusnya pembuluh darah karena trauma atau

operasi

Page 9: BAB 2

b. Perdarahan intermediate

Terjadi dalam 24 jam

c. Perdarahan sekunder

Terjadi setelah 24 jam

2.2 Etiologi perdarahan & Penatalaksanaan Perdarahan

Etiologi perdarahan dapat dikelompokkan menjadi:

1) Perdarahan karena kondisi medis

Perdarahan terjadi karena kerusakan pada:

(1) Dinding sel darah

(2) Trombosit, baik kualitas maupun kuantitas

(3) Faktor pembekuan

Kondisi medis tertentu juga dapat menyebabkan pasien rentan terhadap

perdarahan. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang mengganggu fungsi

“hemostatis” dari tubuh yang terdiri dari system hemostasis termasuk platelet dan

system koagulasi.

Platelet merupakan komponen yang bertanggung jawab pada pembekuan

darah. Platelet memproduksi substansi yang menstimulasi produksi dari bekuan

darah. Klasifikasi perdarahan akibat kelainan platelet dikelompokkan menjadi

jumlah platelet normal yaitu nontrombositopeni purpura dan tombositopeni

Page 10: BAB 2

purpura. Nontrombositopeni purpura dapat disebabkan oleh perubahan pada

dinding pembuluh darah akibat sumbatan, infeksi, kimiawi, dan alergi. Penyebab

lain adalah gangguan fungsi platelet akibat defek genetik (Bernard-Soulier

disease), obat-obatan (aspirin, NSAIDs, alkohol, antibiotik beta laktam, penisilin,

dan cephalosporin), alergi, penyakit autoimun, von Willebrand’s disease, dan

uremia.

Trombositopeni purpura terbagi menjadi primer/idiopatik dan sekunder.

Penyebab sekunder akibat faktor kimia, fisik (radiasi), penyakit-penyakit sistemik,

metastase kanker pada tulang, splenomegali, obat-obatan (alkohol, obat diuretika,

estrogen, dan gold salts), vaskulitis, alat pacu jantung, infeksi virus dan bakteri.

Sedangkan faktor koagulasi merupakan faktor yang berinteraksi dengan

proses yang kompleks untuk membentuk bekuan darah. Gangguan koagulasi ini

dapat menganggu pembekuan darah. Kelainan faktor koagulasi dapat bersifat

diturunkan seperti hemofili A yaitu difisiensi faktor VIII, hemofili B defisiensi

faktor IX atau Christmas’s disease dan dapatan (penderita penyakit liver,

defisiensi vitamin, obat-obat antikoagulasi, disseminated intravascular

coagulation, dan fibrinogenolisis primer).

2). Perdarahan karena trauma

Perdarahan traumatik disebabkan oleh beberapa jenis cedera. Ada berbagai

jenis luka yang dapat menyebabkan perdarahan traumatik. Ini termasuk:

1) Abrasion - hal ini disebabkan oleh sayatan melintang benda asing

pada kulit, dan biasanya tidak menembus di bawah epidermis.

Page 11: BAB 2

2) Excoriation– hampir serupa dengan abrasi, hal ini disebabkan oleh

destruktif mekanis pada kulit, meskipun biasanya memiliki penyebab

medis yang mendasari.

3) Hematoma - disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah yang

kemudian akan menyebabkan darah mengumpulkan di bawah lapisan

kulit.

4) Insisi – pemotongan terhadap jaringan atau organ tubuh, seperti

oleh sebuah pisau bedah selama operasi.

5) Luka tusuk - disebabkan oleh sebuah benda yang menembus kulit

dan lapisan yang lebih dalam, seperti oleh paku, jarum atau pisau.

6) Contusion- Juga dikenal sebagai bruise/memar, ini adalah trauma

tumpul merusak jaringan di bawah permukaan kulit

7) Crushing Injuries - Disebabkan oleh ekstrim besar atau jumlah

gaya yang diberikan selama jangka waktu tertentu.

8) Ballistic Trauma - Disebabkan oleh senjata proyektil, hal ini dapat

mencakup dua luka eksternal (masuk dan keluar).

Pola cedera, evaluasi dan perawatan akan bervariasi dengan mekanisme

cedera. Trauma tumpul menyebabkan cedera melalui efek shock; memberikan

energi selama suatu daerah. Luka sering terlihat dan merusak kulit secara

signifikan. Ketika diberikan energi kembali yang lebih besar dan terfokus pada

luka trauma ini, akan memerlukan energi yang lebih sedikit menyebabkan cedera

signifikan pada luka trauma ini. Setiap organ tubuh, termasuk tulang dan otak,

dapat terjadi pendarahan. Pendarahan mungkin tidak dapat dengan mudah terlihat;

organ dalam seperti hati, ginjal dan limpa dapat berdarah ke dalam rongga

Page 12: BAB 2

abdominal. Pendarahan dari lubang tubuh, seperti pada anus, hidung, telinga

mungkin sinyal perdarahan, tetapi tidak dapat selalu menjadi acuan.

3). Perdarahan karena non-trauma (spontan)

Yaitu perdarahan yang terjadi karena suatu penyakit perdarahan

(haemophilia, septikemia, trombositopenia).

Penatalaksanaan Perdarahan

Perawatan Perdarahan Luar (Jaringan Lunak)

1. Secara lokal :

a. Dengan menekan secara lokal pada daerah perdarahan secara langsung

atau tidak langsung pada pembuluh darah utama yang mengalir ke

daerah luka. Penekanan dapat dilakukan baik secara langsung dengan

menggunakan tangan serta dapat menggunakan torniket.

b. Kompres panas, yaitu dengan menggunakan kain hangat yang ditekan

pada luka. Kompres panas dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh

darah dan membantu proses mempercepat pembekuan darah.

c. Kompres dingin, yaitu menggunakan es yang dibungkus kain yang

ditekan secara intermiten pada area perdarahan.

d. Penjahitan, untuk membantu dalam tindakan lokal untuk menambah

tekanan ekstravaskuler, yang mengakibatkan penekanan pada

pembuluh darah yang terluka, sehingga mengurangi aliran darah.

e. Epineprin yang diencerkan (1:1000) diletakkan pada lokasi

perdarahan.

Page 13: BAB 2

2. Secara sistemik :

a. Transfusi darah. Bila perdarahan cukup berat dan dapat menimbulkan

anemia, diperlukan transfusi darah untuk menambah volume darah

yang hilang.

b. Transfusi plasma.untuk memberikan pengobatan pada penderita

dengan defisiensi dari faktor2faktor dalam plasma.

c. Pemberian vitamin K yang berperan dalam proses pembentukan

protrombin untuk pembekuan darah.

d. Obat-obat hemostatik seperti Adona AC-17 dan Adona forte

Perawatan Perdarahan pada Jaringan Keras

a. Aplikasi bone wax

Bone wax  terbuat dari beeswax yang mengandung agen pelunak seperti

parafin. Bone wax digunakan untuk menghentikan pendarahan selama

prosedur pembedahan. Bone wax digunakan dengan cara mengoleskannya

di ujung tulang yang mengalami perdarahan kemudian lubang tersebut

akan tertutup.

Page 14: BAB 2

Gambar Bone wax dan area aplikasinya

b. Pemukulan tulang pada tempat keluar darah

Pemukulan tulang ditujukan untuk menutup perdarahan yang

berasal dari tulang dengan merapatkan bagian tulang tempat

keluarnya perdarahan. Pemukulan tulang dilakukan pada bagian

tulang yang membuka keluar sehingga memunculkan perdarahan.

Dengan memukul bagian tulang yang keluar, bagian tulang akan

kembali ke posisi asal dan menutup perdarahan.

Page 15: BAB 2

Perawatan Perdarahan pada Rongga Mulut

Tindakan yang dapat di lakukan yaitu:

1. Menutupnya dengan spon kasa atau gelfoam bertekanan.

2. Pack socket, yaitu penutupan dengan tampon

3. Klem atau pengikatan digunakan untuk mengontrol pendarahan dari

pembuluh darah.

4. Klip hemostatik, digunakan untuk mengontrol pendarahan dari pembuluh

yang sulit diikat.

5. Elektrokauterisasi untuk pendarahan dari pembulu yang kecil, atau dari

rembesan.

2.3 Perdarahan Akibat Komplikasi Pencabutan Gigi dan Perawatannya

Ekstraksi gigi adalah tindakan yang paling sederhana di bidang Bedah

Mulut dan merupakan tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh seorang dokter

gigi. Walaupun merupakan tindakan yang biasa dilakukan, tetapi kemungkinan

terjadinya komplikasi pasca pencabutan gigi dapat terjadi setiap saat.

Salah satu komplikasi yang mungkin dapat terjadi pasca ekstraksi gigi

adalah perdarahan. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa perdarahan

pasca ekstraksi dapat terjadi karena faktor lokal maupun karena faktor sistemik.

Sebagai seorang dokter gigi, kita dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan

kemampuan yang memadai dalam melakukan pencegahan dan

penatalaksanaannya.

Page 16: BAB 2

Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal, seperti :

trauma yang berlebihan pada jaringan lunak

mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi

tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien

tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan

menghisap-hisap

kumur-kumur yang berlebihan

memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi

Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan jangan

panik. Berikan penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat diatasi dan

tidak perlu khawatir. Alveolar oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca

ekstraksi gigi. Penanganan awal yang kita lakukan adalah melakukan penekanan

langsung dengan tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan supaya

terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan melakukan penekanan,

perdarahan dapat diatasi.

Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan dengan

tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung vasokonstriktor

(adrenalin). Lakukan penekanan atau pasien diminta menggigit tampon selama 10

menit dan periksa kembali apakah perdarahan sudah berhenti. Bila perlu, dapat

ditambahkan pemberian bahan absorbable gelatine sponge (alvolgyl / spongostan)

yang diletakkan di alveolus serta lakukan penjahitan biasa.

Page 17: BAB 2

Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada soket

gigi yang mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang kita gunakan

adalah teknik matras horizontal dimana jahitan ini bersifat kompresif pada tepi-

tepi luka. Benang jahit yang digunakan umumnya adalah silk 3.0, vicryl® 3.0, dan

catgut 3.0.

Perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita

lakukan klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh

darah dengan benang atau dengan kauterisasi.

Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan

siapkan segera hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan asam

traneksamat secara intravena atau intra muskuler.

2.4 Perdarahan akibat Kelainan Sistemik

1. Hipertensi

Hipertensi adalah kenaikan abnormal tekanan arteri. Hipertensi

didefinisikan jika tekanan darah sistolik 140mmHg atau lebih besar dan

atau jika tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih. Beberapa faktor

fisiologis berpengaruh terhadap tekanan darah. Meningkatnya viskositas

darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Sedangkan

penurunan volume darah dapat mengurangi tekanan darah. Peningkatan

hasil kerja jantung seperti olahraga, demam, dapat meningkatkan tekanan

darah (Falace, 2008)

Page 18: BAB 2

Pasien dengan tekanan darah kurang dari 180/110 dapat menjalani

beberapa penanganan dokter gigi, baik pembedahan maupun non-

pembedahan dengan resiko yang sangat kecil dari hasil yang

membahayakan. (Falace, 2008)

Bila anastesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor,

maka pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah

meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan.

Apabila kita menggunakan anastesi local yang tidak mengandung

vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan

pasca ekstraksi yang normal. (Falace, 2008)

2. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemi. Terbagi menjadi 2

tipe. Tipe 1 adalah diabetes yang disebabkan karena faktor lingkungan

seperti infeksi virus dan reaksi autoimun. Sedangkan tipe 2 adalah

disebabkan karena genetik. Pasien dengan level glukosa 126mg/100mL

dengan pengukuran puasa perlu dirujuk ke dokter untuk dilakukan

evaluasi. Pasien dengan level glukosa 200mg/100mL dengan pengukuran

setelah makan siang 2 jam harus di evaluasi juga (Falace, 2008)

Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer,

sehingga penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu,

PMN akan menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena

hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya

perdarahan. (Falace, 2008)

Page 19: BAB 2

3. Hemofilia

Pada pasien hemofili A (Hemoifli klasik) ditemukan defisiensi

factor VIII. Pada hemofili B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi

factor IX. Sedangkan pada von Wilebrand’s disease terjadi kegagalan

pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan (Wray, 2003)

4. Penyakit kardiovaskuler

Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat,

tekanan darah pasien naik kemudian menyebabkan bekuan darah yang

sudah terbentuk terdorong, sehingga terjadi perdarahan (Wray, 2003)

5. Malfungsi Adrenal

Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma

Cushing) sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi. (Falace, 2008)

6. Pemakaian obat antikoagulan

Terapi antikoagulan adalah salah satu bentuk yang paling umum

digunakan dalam pengobatan kontemporer. Seiring bertambahnya usia

penduduk dan tingginya insiden penyakit kardiovaskular pada masyarakat

maju, jutaan subjek menjalani terapi antikoagulan. Tujuan utama dari terapi

ini adalah untuk mengurangi kemungkinan terjadinya tromboemboli, karena

itu biasanya dianjurkan pada semua pasien dengan risiko tromboemboli.

Risiko tromboemboli dapat terjadi pada subyek dengan riwayat angina,

aterosklerosis, fibrilasi atrium, kecelakaan cerebrovaskular, trombosis vena

dalam, penyakit arteri perifer, penyakit jantung iskemik, infark miokard dan

emboli paru, dan juga pada pasien setelah angioplasty dan pemasangan stent,

operasi bypass dan prostetik pemasangan katup jantung.

Page 20: BAB 2

Antikoagulan saat ini terdiri dari dua obat dasar yaitu natrium warfarin dan

heparin. Antikoagulan sering dikombinasikan dengan obat antiplatelet seperti

asam asetilsalisilat atau sulfat clopidogrel untuk mencegah agregasi

trombosit. Pasien yang mengkonsumsi antikoagulan dan obat antiplatelet

lebih beresiko mengalami perdarahan oleh karena prosedur dental

dibandingkan pasien lain. Namun, menghentikan penggunaan obat-obatan ini

dapat memicu peristiwa trombotik (misalnya, deep vein thrombosis (DVT),

stroke) pada pasien. Oleh karena itu, risiko perdarahan harus dipertimbangkan

bersama dengan risiko dan konsekuensi dari trombosis. Status koagulasi

pasien, berdasarkan international normalized ratio (INR), harus dievaluasi

sebelum prosedur bedah dental dilakukan dan segala bentuk perubahan pada

terapi antikoagulannya harus didiskusikan dengan internis yang menangani

pasien.

Dokter gigi harus memastikan INR ( international normalized ratio )

pasien terapi antikoagulan berada dalam kisaran terapeutik. Ketika nilai INR

pasien berada pada kisaran terapeutik (INR 2,0 - 4,0), prosedur bedah minor

dental dapat dilakukan tanpa perubahan pada terapi antikoagulannya. Nilai

INR yang optimal adalah 3 karena meminimalkan risiko komplikasi baik

perdarahan maupun tromboemboli. (Oral & Maxillofacial Sugery, 2009

(oral & maxillofacial sugary. 2009 )

7.Leukemia

Pada leukemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit

dan prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan

terjadi perdarahan.

Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan

prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan

terjadi perdarahan.

Page 21: BAB 2

Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor

sistemik

Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap

Kita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki

tendensi perdarahan yang meliputi :

1. bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan

2. mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan

hemostasis (pembekuan darah)

3. pernah dirawat di RS karena perdarahan

4. spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari penyebab

kecil

5. riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di atas,

dihubungkan dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri

6. mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspirin

7. Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan herediter, misalnya von

Willebrand’s syndrome dan hemofilia

Kita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi sebelumnya, dan

apakah ada riwayat prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting

untuk kita ketahui bagaimana penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi

sebelumnya. Apabila setelah diekstraksi perdarahan langsung berhenti dengan

menggigit tampon atau dengan penjahitan dapat disimpulkan bahwa pasien tidak

memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca ekstraksi gigi pasien sampai

dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu berhati-hati akan

adanya penyakit hemoragik.

Page 22: BAB 2

Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep haemorrhage) didalam otot,

persendian atau kulit dapat kita curigai pasien memiliki defek pembekuan darah

(clotting defect). Adanya tanda dari purpura pada kulit dan mukosa mulut seperti

perdarahan spontan dari gingiva, petechiae.

Dengan memperkenalkan hal – hal tersebut diatas kita dapat mencegah

pendarahan setelah pencabutan karena factor local dan factor sistemik. Dalam hal

ini lebih penting mencegah terjadinya komplikasi daripada mengatasi komplikasi

tersebut. ( Teknik Mengeluarkan Gigi Fraktur. 2007)

2.5 Pendarahan akibat Infeksi & Pendarahan akibat Trauma pada Rongga

Mulut

Pendarahan akibat Infeksi

Salah satu infeksi pada rongga mulut yang dapat menyebabkan

pendarahan adalah gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan suatu

keadaan gusi akibat penumpukan plak yang mengandung bakteri sehingga

menyebabkan terjadinya peradangan pada gusi, yang ditandai dengan gusi

kemerahan, bengkak, atau berdarah. Gingivitis yang tidak ditangani dapat

berlanjut menjadi periodontitis, yaitu keadaan lanjutan gingivitis yang ditandai

dengan hilangnya attachment loss pada gigi. Periodontitis terjadi akibat bakteri

yang terdapat pada gigi melepaskan substansi toksik yang berdampak buruk pada

gusi dan menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi dan inflamasi terjadi apabila

mekanisme penyerangan dari bakteri mengakibatkan degradasi pada gusi dan

Page 23: BAB 2

tulang alveolar lebih lanjut. Hal tersebut menyebabkan pembengkakan gusi yang

lebih sering mengalami pendarahan (Drescher, 2013).

Penanganan pendarahan yang terjadi akibat infeksi pada rongga mulut

dapat dilakukan dengan scaling dan root planing yang bertujuan untuk

menghilangkan plak, kalkulus, dan tartar; medikasi dengan obat kumur

antimikrobial, chip antiseptik, dan antibiotik; dan pembedahan jika inflamasi

masih ada dan pocket masih terlalu dalam. Semua penanganan tersebut bertujuan

untuk mengendalikan infeksi sehingga tidak bertambah parah (US Department of

Health Service, 2013).

Pendarahan akibat Trauma pada Rongga Mulut

Pendarahan yang terjadi akibat trauma pada rongga mulut biasanya ditemukan

pada pasien yang diberikan tindakan ekstraksi gigi. Umumnya, pendarahan akibat

luka pascaekstraksi yang terjadi dapat dengan cepat menutup kembali atau

menggumpal. Namun, adakalanya dalam proses penutupan luka pascaekstraksi

tersebut terdapat gangguan-gangguan, seperti akibat mengonsumsi makanan

panas, trauma, ataupun terbilas. Hal-hal demikian dapat menyebabkan luka yang

akan menutup menjadi terbuka kembali. Akibatnya pendarahan kembali terjadi

(Roberts, Scully, Shots, 2001).

Pendarahan yang terjadi akibat trauma pascaekstraksi tersebut dapat

ditangani dengan menginstruksikan pasien untuk menggigit gauze pad

selama 15-30 menit. Jika pendarahan masih belum berhenti, hemostatic

agent seperti Surgicel dapat diberikan pada socket. Jika pendarahan masih

Page 24: BAB 2

belum berhenti, dapat dilakukan suturing (penjahitan) pada socket

(Roberts, Scully, Shots, 2001).

Selain pada pasien pascaekstraksi, pendarahan rongga mulut juga dapat

terjadi sebagai pada trauma akibat benturan dengan objek keras, seperti

akibat terjatuh, kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan olahraga (AAPD,

2011). Keadaan-keadaan traumatik tersebut dapat menyebabkan rusaknya

gigi-geligi, seperti terlepasnya gigi dari socket, ataupun gigi yang fraktur

dan menusuk mukosa mulut, disertai dengan pendarahan. Pengananan

trauma jenis ini didasarkan pada derajat keparahan trauma dan keadaan

gigi-geligi yang terkena dampak (Bakland dan Andreasen, 2004).

2.6 Trauma Jaringan Lunak

Trauma jaringan lunak adalah hilang atau rusaknya jaringan lunak yang

meliputi kulit, otot, saraf, atau pembuluh darah akibat trauma. Banyak kasus

dari trauma dental dihubungkan dengan trauma pada bibir, gusi, dan juga

mukosa oral. Gigi ditutupi oleh bibir dimana pada kasus trauma pada bibir,

energy trauma akan diserap ke jaringan lunak yang mengakibatkan cedera

pada gigi dapat berkurang. Selain itu, hal tersebut juga dapat menyebabkan

berbagai tipe dari trauma pada jaringan lunak yang bergantung pada arah

gayanya, bentuk dan ukuran objek, dan juga energy. Pada pasien yang

mengalami trauma, gigi juga dapat menjadi penyebab cedera ke jaringan

lunak di sekelilingnya, paling umum dapat mengenai bibir tetapi kadang

dapat juga mengenai pipi dan lidah. Ketika gigi mengalami dislokasi, gusi

dapat juga mengalami laserasi (R.Sjamsuhidajat & de Jong.W, 2005)

Etiologi

Page 25: BAB 2

Berikut merupakan etiologi dari trauma jaringan lunak :

1) Trauma / Fisik

Luka akibat trauma / fisik biasanya disebabkan oleh benda-benda tumpul,

tajam, kecelakaan, tembakan dan sebagainya. Biasanya lukanya berupa sobekan,

sayatan dan memar (R.Sjamsuhidajat & de Jong.W, 2005).

o misal tergigit, atau ada gigi yang posisinya di luar lengkung rahang yang

normal sehingga menyebabkan jaringan lunak selalu tergesek/tergigit pada

saat makan/mengunyah

o karena adanya pukulan seperti tamparan atau luka karena tonjokan.

o iritasi pada pemakaian gigi tiruan.

2) Kimia

Luka akibat zat kimia biasanya merupakan luka bakar. Luka bakar pada

rongga mulut biasanya terjadi akibat seorang anak menelan bahan yang kaustik

atau bahan kimia lain yang dapat menyebabkan luka bakar. Kerusakan yang

terjadi sebanding dengan kadar dan jumlah bahan yang mengenai tubuh, cara dan

lamanya kontak, serta sifat dan cara kerja zat kimia tersebut (R.Sjamsuhidajat &

de Jong.W, 2005).

o paling sering di kedokteran gigi adalah penggunaan aspirin, fenol serta zat

kimia seperti asam asetil salisilat dan sodium hipoklorit.

o Arus listrik juga bisa ,biasanya dari kabel yang terbuka ataupun

stopkontak. Pada beberapa pekerja listrik seringkali menggigit kabel listrik

Page 26: BAB 2

yang terbuka, jika terkena ludah, maka ada kemungkinan ion-ion dalam

ludah akan mempermudah aliran listrik pada kabel yang terbuka itu

sehingga bisa menyebabkan luka bakar yang cukup parah.

3) Radiasi

Radiasi adalah pancaran dan pemindahan energi melalui ruang dari suatu

sumber ke tempat lain tanpa perantaraan massa atau kekuatan listrik. Pemindahan

energi, selain menimbulkan panas yang tidak berarti, juga merangsang molekul

sel dan menimbulkan reaksi ionisasi yang bersifat destruktif bagi sel, terutama

bagi DNA. Gejala dan tanda luka radiasi ini berupa luka bakar. Luka bakar ini

dapat menyebabkan eritem ringan sementara yang berlangsung 2-3 jam. Eritem

yang menetap timbul setelah gejala ringan ini hilang, dan disebabkan oleh radiasi

kekuatan sedang. Kerusakan subkutan serupa dengan luka bakar derajat tiga.

Ujung saraf, folikel rambut, kelenjar keringat, dan pembuluh kapiler hilang

(R.Sjamsuhidajat & de Jong.W, 2005).

2.7 Jenis-Jenis Luka & Perawatannya

JENIS-JENIS LUKA

Luka terdiri dari:

1. Luka Tertutup

Page 27: BAB 2

Gambar 1.Luka Memar

Sumber : www.bayoesunaryo.wordpress.com

a. Luka memar ( contusio )

Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah

permukaan tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah kulit

sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah kebiruan

b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)

Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada

jauh di bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat

adalah bengkak, biasanya besar dan kemerahan.

2. Luka terbuka yang disertai kehilangan jaringan maupun yang tidak disertai

kehilangan jaringan

a. Vulnus Abrasivum (luka lecet), terjadi karena gesekan antara suatu benda

dengan permukaan jaringan lunak.

Page 28: BAB 2

Gambar 2. Vulnus Abrasivum

Sumber : www.bayoesunaryo.wordpress.com

Gambar 3. Kedalaman Luka Lecet

Sumber : jellygamatluxornet.com

b. Vulnus Scissum ( luka sayat ), terjadi karena tersayat pisau atau benda tajam

lainnya, pinggir luka tajam dan rata serta mempunyai dasar yang sempit.

Page 29: BAB 2

Gambar 4. Luka Sayat

Sumber : http://www.dc349.4shared.com

c. Vulnus Penetratum ( luka tembus ), adalah luka yang terjadi sampai

menembus organ tubuh lain yang lebih dalam.

Gambar 5. Luka Tembus

Sumber : http://www.dc349.4shared.com

d. Vulnus laceratum ( luka compang camping ), adalah luka yang disebabkan

oleh benda tumpul yang bentuknya tidak teratur.

Page 30: BAB 2

Gambar 6. Luka Laserasi

Sumber : http://www.dc349.4shared.com/

e. Vulnus Punctum ( luka tusuk ), luka yang terjadi karena tusukan benda-

benda yang runcing.

Gambar 7. Luka Tusuk

Sumber : http://www.dc349.4shared.com/

Page 31: BAB 2

Gambar 8. Penampang Luka Tusuk

Sumber : www.adam.com

Gambar 9. A. Luka laserasi, B. Luka Tusuk

Sumber : www.adam.com

f. Vulnus Sclopectorum ( luka tembak), luka yang disebabkan oleh tembakan

senjata api

Page 32: BAB 2

Gambar 10. Luka Tembak

Sumber : www.skwawesome.com

g. Vulnus Mossum ( luka karena gigitan binatang).

Gambar 11. Luka Gigitan Binatang

Sumber : http://www.dc349.4shared.com/

h. vulnus excoreativum (luka gores)

i. Avulsi; yaitu hilangnya substansi jaringan lunak yang biasanya mengenai

kulit, walaupun mukosa, otot, dan tulang juga bisa terkena. Avulsi biasanya

menyertai luka-luka multipel pada wajah dan biasanya pada korban

Page 33: BAB 2

kecelakaan sepeda motor atau luka karena peralatan industri/pertanian. Luka

ini ditandai dengan kulit yang terlepas/ hilang sama sekali.

Gambar : Luka avulsi

Sumber : http://www.orthosupersite.com/images/content/OT/200705

j.Abrasi

Abrasi merupakan luka superficial yang dihasilkan akibat gesekan atau

goresan pada kulit atau mukosa yang meninggalkan permukaan yang kasar

dan juga berdarah. Abrasi ini ditandai dengan hilangnya sebagian ketebalan

kulit. Luka ini biasanya terlihat pada lutut dan siku pada anak-anak dan juga

pada bagian sekitar mulut seperti bibir, dagu, pipi atau pada ujung hidung

yang kadang terkena. Gesekan antara objek dan juga permukaan dari jaringan

lunak menyebabkan lapisan epitel dan lapisan papillary dari dermis terkelupas,

dan menyebabkan lapisan retikuler dari dermis terbuka. Abrasi superficial ini

dapat terasa sedikit sakit karena ujung saraf terminal menjadi terekspos.

Page 34: BAB 2

Gambar : Luka abrasi

Sumber : resultsmedical.com

k.Luka Bakar

Luka bakar dikelompokkan berdasarkan tingkat ketebalan kulit yang

mengalami luka. Luka bakar derajat pertama hanya melibatkan lapisan luar

epidermis disertai eritema, nyeri tekan, dan sakit. Luka bakar derajat kedua

atau luka bakar sebagian dengan kedalaman yang lebih besar menyebabkan

kerusakan yang mencapai dermis dan ditandai dengan terjadinya vesikel,

lepuh, dan bullae. Luka bakar derajat ketiga atau luka bakar ketebalan penuh

menunjukkan hancurnya epidermis dan dermis.

Page 35: BAB 2

Gambar : Luka Bakar

Sumber : lukabakar.org

PENATALAKSANAAN LUKA

Prioritas dalam penatalaksanaan luka adalah mengatasi perdarahan

(hemostasis); mengeluarkan benda asing yang dapat bertindak sebagai fokus

infeksi; melepaskan jaringan yang mengalami devitalisasi; krusta yang tebal dan

pus; menyediakan temperatur, kelembaban, dan pH yang optimal untuk sel-sel

yang berperan dalam proses penyembuhan; meningkatkan pembentukan jaringan

granulasi dan epitelialisasi; dan melindungi luka dari trauma yang lebih lanjut

serta terhadap masuknya mikroorganisme patogen. Tujuannya adalah untuk

melindungi individu dari kerusakan fisiologis lebih lanjut dan untuk

menyingkirkan penyebab aktual atau potensial yang memperlambat penyembuhan

dan untuk menciptakan lingkungan lokal yang optimal untuk rekonstruksi dan

epitelialisasi vaskular dan jaringan ikat

Page 36: BAB 2

Luka harus dibersihkan dari kotoran atau debris. Pembersihan luka dapat

dilakukan dengan bahan pembersih luka, sabun atau bila perlu dengan disikat.

Biasanya dilakukan tindakan anestesi sebelumnya untuk mengurangi rasa sakit.

Lalu dengan menggunakan larutan saline dilakukan irigasi untuk menghilangkan

semua partikel yang tertinggal pada luka. Debridement dilakukan untuk

menghilangkan jaringan yang mengalami devitalisasi agar didapat penutupan luka

yang baik. Sebelum luka ditutup, hemostasis harus tercapai. Bila tidak, maka akan

terjadi hematoma di dalam jaringan yang dapat membuka kembali luka yang telah

ditutup. Pembuluh darah dapat diklem, diligatur atau dikauterisasi untuk

mengurangi perdarahan yang terjadi akibat luka yang terbuka.

Setelah luka dibersihkan, dilakukan debridement dan hemostasis tercapai,

luka ditutup dengan dijahit. Namun tidak semua luka membutuhkan penjahitan,

luka kecil dapat dibiarkan dan dapat sembuh tanpa penjahitan. Bila penjahitan

dianggap perlu, tujuan penjahitan adalah mengembalikan jaringan ke posisi

semula, tergantung kedalaman dan posisi luka tersebut. Luka pada gingiva atau

mukosa alveolar dapat ditutup dengan penjahitan 1 lapis, sedangkan luka pada

lidah atau bibir yang melibatkan otot harus dijahit lapisan otot terlebih dahulu

dengan benang jahit yang dapat teresorbsi, dan luka yang lebih dalam

membutuhkan penjahitan 3 lapis. Setelah penutupan luka, klinisi harus

mempertimbangkan pemberian terapi suportif untuk mempercepat penyembuhan

seperti pemberian antibiotik dan anti tetanus. Kecuali untuk luka superficial

antibiotik tidak diindikasikan.

Wound toilet dan debridement

Gunakan satu dari 2 antiseptik di bawah ini untuk luka:

Page 37: BAB 2

- Larutan Povidone iodine 10% dua kali sehari

- Cetrimide 15% + chlorhexidine gluconate 1,5%

1. Bersihkan luka dengan sabun dan air matang selama 10 menit,

kemudian luka diirigasi dengan larutan saline

2. Debridement: membersihkan luka dari benda asing, jaringan mati dan

rusak secara mekanis. Kemudian irigasi luka kembali. Jika analgetik lokal

dibutuhkan gunakan lidokain 1% tanpa epinefrin.

3. Tutup luka dengan kasa steril dan kering. Ganti kasa minimal sekali

sehari.

Manajemen luka dengan tetanus

1. Luka biasanya terinfeksi tetanus jika telah lebih dari 6 jam sebelum

pembersihan luka dan memperlihatkan tanda-tanda: tipe luka punctum, terdapat

jaringan mati dalam jumlah signifikan, tanda klinis sepsis, kontaminasi bakteri

tetanus, dan luka bakar.

2. Untuk pasien terkontaminasi tetanus, WHO merekomendasikan injeksi

TT (Tetanus Toksoid) atau Td (vaksin tetanus dan diphteri) dan TIG

(Immunoglobin tetanus)

3. Jika pemberian vaksin tetanus dan immunoglobin tetanus dalam satu

waktu, maka harus diberikan dengan syringe yang berbeda dan lokasi pemberian

yang berbeda pula.

Pemberian antibiotik profilaksis dan antibiotik perawatan

Page 38: BAB 2

Antibiotik profilaksis

Antibiotik profilaksis diindikasikan untuk luka yang mempunyai risiko

tinggi untuk terinfeksi seperti luka yang terkontaminasi, vulnus penetratum,

trauma abdominal, vulnus laseratum dengan ukuran lebih dari 5 cm, luka dengan

banyak jaringan nekrotik, tempat yang berisiko tinggi seperti pada ekstremitas.

Antibiotik profilaksis yang direkomendasikan adalah penisilin G dan

metronidazole dalam satu kali pemberian. Dosis dewasa 8-12 juta IU, dan anak-

anak 200.000 IU/kg BB dalam sekali pemberian.

Antibiotik perawatan

Jika infeksi telah terjadi, berikan antibiotik secara intravena, diberikan

Penisilin G dan metronidazole untuk 5-7 hari. Penisilin untuk dosis dewasa 1-5

MIU setiap 6 jam, dan berikan secara peroral 2 hari kemudian jika

memungkinkan. Penisilin untuk dosis anak-anak 100 mg/kg BB setiap hari dibagi

dalam beberapa dosis. Metronidazole dewasa 500 mg setiap 8 jam dan anak-anak

7,5 mg/kg setiap 8 jam secara intravena. 6

Langkah-langkah pengelolaan luka jaringan lunak terdiri atas:

I. Pengelolaan vulnus secara umum 7:

1. Pembersihan luka (debridement)

Adalah tindakan membersihkan daerah luka dari benda-benda asing yang

mengkontaminasi luka, dan jaringan nekrotik yang terdapat pada luka.

Debridement terbagi atas 4 metode 14:

a. Surgery: merupakan cara tercepat jika jaringan nekrotik luas

b. Enzimatic: enzim yang dapat mendegradasi jaringan nekrotik

Page 39: BAB 2

c. Autolisis: proses yang normal terjadi pada luka dan tidak melukai

jaringan sehat di sekeliling luka

d. Mekanikal: dengan cara membilas/irigasi luka

Pembersihan luka dilakukan dengan cara:

- mencuci daerah luka untuk membersihkan debris atau benda asing yang

tertinggal. Dilakukan dengan menggunakan sikat halus steril/ kapas steril dengan

larutan garam fisiologis.

- Dilanjutkan dengan membuang sisa jaringan nekrotik sehingga didapat

pinggiran jaringan yang linear. Pembuangan dilakukan seminimal mungkin, hanya

jaringan non vital yang dieksisi.

Persiapan wound toilet 15:

- Jangan memakai sabun atau alkohol

- Gunakan salin steril

- Irigasi dengan tujuan menghilangkan benda asing

- Gunakan 50-100ml/cm salin dengan tekanan

Gambar 12: Enzymatic wound debridement

Page 40: BAB 2

Sumber : Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC,

Jakarta, 1998,

II. Pengelolaan hematoma dan kontusio

1. Kompres dingin untuk mengurangi sakit dan perdarahan

2 Beri analgetik dan antiinflamasi

3. Instruksikan pada pasien keesokan harinya jika masih lebam dapat

dikompres hangat sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah menyebabkan

vaskularisasi aktif agar PMN bergerak untuk memfagositosis sisa-sisa debris fibril

atau leukosit dan trombosit yang mati. Tindakan ini dilakukan beberapa hari

hingga sembuh.

Setelah semua tindakan di atas dilakukan, maka dapat diberikan terapi

suportif: pencegahan luka dari infeksi

1. Spesifik dengan anti tetanus

2. Non spesifik dengan pemberian antibiotika

Page 41: BAB 2

BAB III

HASIL DISKUSI

1. Pertanyaan : Jelaskan yang dimaksud dengan crushing injuries dan excoriation

?

( Utami – 160110130085 )

Jawaban : Crushing injuries merupakan luka yang disebabkan oleh gaya

besar yang menyebabkan luka pada jaringan kulit dalam.

Excoriation adalah destruksi mekanis yang terjadi pada kulit.

2. Pertanyaan : Jelaskan apa yang dimaksud dengan septikemia ?

( Ririn Fitri – 160110130079 )

Jawaban : Iskemia merupakan kondisi dimana berkurangnya aliran darah

yang dapat menyebabkan perubahan fungsional pada sel normal.

3. Pertanyaan : Jelaskan apa yang dimaksud alveolar oozing ?

( Deandra K 160110130082 )

Jawaban : adalah Alveolar oozing adalah adalah keluarnya darah ataupun

eksudat dari dalam tubuh secara rembesan pada saat dilakukan ekstraksi. Hal ini

dikatakan normal apabila terjadi pada 12-24 jam pasca ekstraksi gigi.

4. Pertanyaan : Apakah anastetik local vasokontriktor diberikan pada semua

pasien atau tidak ?

( Fitria R – 160110130077 )

Jawaban : Vasokontriktor hanya digunakan untuk kondisi normal, karena

jika vasokontiktor digunakaan pada pasien hipertensi , pembuluh pasien dapat

pecah.

5. Pertanyaan : Apa perbedaan etiologi medis dan non trauma ?

( Rima F - 160110130087 )

Page 42: BAB 2

Jawaban : Medis dan non trauma memiliki etiologi yang sama, untuk medis

lebih ke keadaan pasien yang datang saat terjadi trauma tetapi jika non trama

merupakan keadaan panyakit pasien, biasa disebabkan karena turunan.

6. Pertanyaan :Pada Hemofillia von willebrand, apa yang dimaksud dengan

memiliki platelet yang gagal terbentuk ?

( Utami - 160110130085)

Jawaban : Platelet merupakan trombosit atau keeping darah. Platelet ini

diperlukan untuk pembekuan darah. Jika platelet gagal terbentuk maka darah

pasien sulit untuk membeku, sehingga pada saat penvabutan gigi, pasien hemofilia

akan mengalami pendarahan.

7. Pertanyaan : Apa saja indikasi untuk obat antiglikogen ?

( Julius – 160110130083 )

Jawaban : Indikasinya untuk pasien tromboemboli. Tromboemboli adalah

penyumbatan pembuluh darah karena adanya emboli. Contohny : Angina pectoris,

aterosklerosis.

8. Pertanyaan : Apakah ada batas seseorang dikatakan mengidap anemia atau

tidak? Jelaskan!

( Neilah – 160110130086 )

Jawaban : Hb normal Laki – Laki : 14-18 gr/dl

Perempuan` : 12 – 16 gr/dl

Anak : 10 – 11 gr / dl

Bayi : 12 – 24 gr/dl

10. Jelaskan yang disebut dengan root planning? Apakah sama dengan scaling

?

( Eggie R – 160110130080)

Page 43: BAB 2

Jawaban : Mirip dengan scaling tetapi pada root planning membersihkan

permukaan gigi dari pllak atau kalkulus di daerah permukaan akar.

Page 44: BAB 2

BAB IV

KESIMPULAN

Sebagai seorang dokter gigi harus mampu menentukan diagnosis dan

tindakan yang tepat untuk pasiennya. Dokter gigi pun harus dapat menganamnesa

paseien dengan tepat dan teliti agar tidak terjadi perdarahan dan komplikasi pada

saat dilakukan perawatan medis.

Apabila terjadi pendarahan pada saat prosedur kedokteran gigi, hendaknya

dokter tetap tenang dan kemudian menekan luka pendarahan tersebut dengan

tampon. Namun apabila tidak kunjung berhenti, maka patut dicurigai pasien

menderita penyakit sistemik yang mempengaruhi lamanya pendarahan.

Sedangkan pada trauma jaringan lunak prinsipnya adalah dilakukan

pembersihan pada luka tersebut agar tidak terjadi infeksi dan kemudian dilakukan

penjahitan. Penjahitan luka adalah tidakan mendekatkan tepi-tepi luka dan

mempertahankannya dengan benang atau jahitan sampai tensile strength luka

tersebut dapat bersambung. Sehingga disini diharapkan tidak terjadi infeksi dan

luka akan cepat sembuh.

Page 45: BAB 2

DAFTAR PUSTAKA

Page 46: BAB 2

American Association of Pediatric Dentistry (AAPD). 2011. Guideline on

Management of Acute Dental Trauma. Reference Manual V 34/ No. 6,

12/13, P. 230 (pada http://www.aapd.org/).

Bakland LK, Andreasen JO. 2004. Dental traumatology: essential diagnosis

and treatment planning. Denmark: Blackwell Munksgaard. P. 14-34 (pada

http://endoexperience.com/)

Drescher, Steve (reviewer). 2013Gum Problem Basics: Sore, Swollen, dan

Bleeding Gums, pada http://www.webmd.com/oral-health/guide/gum-

problem-basics-sore-swollen-and-bleeding-gums, diakses pada tanggal 5

September 2015.

US Department of Health Service. 2013. Periodontal (Gum) Disease:

Causes, Symptoms, and Treatment (pada

www.nidcr.nih.gov/oralhealth/Topics/GumDiseases/PeriodontalGumDiseas

e.htm#howIs, diakses pada tanggal 6 September 2015).

Roberts, Graham, Crispian Scully, dan Rosemary Shotts. Toolbox Dental

Emergencies, (pada http://www.ncbi.nlm.nih.gov/). July 2001, Vol. 175.

Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. 2008. Dental Management of

the Medically Compromised Patient. 7 th ed. Mosby Elsevier.

Pederson, G. 1996. Buku Ajar Ilmu Bedah Mulut. Alih Bahasa : Purwanto.

Jakarta : EGC

Page 47: BAB 2

Sariningsih, Endang drg. 2007.Teknik Mengeluarkan Gigi Fraktur. Jakarta :

EGC

Setiadinata, Jimmy. 2003. Penanggulangan Perdarahan. Bandung:

Universitas Padjadjaran

Sjamsuhidajat, R., & de Jong, W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.

Jakarta: EGC.

Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark AJE. 2003. Textbook of General and

Oral Surgery. Elsevier