Upload
zahra
View
256
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lalala
Citation preview
PERDARAHAN DAN TRAUMA JARINGAN LUNAK
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Medical and Dental Emergency
(DSP 7)
Dosen Pembimbing
Drg. Rosiliwati Wihardja, M.DSc.
Tutor 7
Disusun oleh
Mashita Dyah Chaerani 160110130076
Fitria Rahmah 160110130077
Bebby Putri 160110130078
Ririn Fitri Pebriani 160110130079
Eggie Rizky G 160110130080
Putri Ratnasari 160110130081
Deandra Kamilanandi 160110130082
Julius Muliadi 160110130083
Kania Wulandari 160110130084
Nur FitriUtami 160110130085
Neilah Nurjannah 160110130086
Rima Fidayani R. 160110130087
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya dan karena bimbingan-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Perdarahan dan Trauma Jaringan Lunak”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DSP 7 di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Dalam penyelesaian makalah ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Dr. Nina Djustina,
drg., M.Kes
2. Pembimbing mata kuliah DSP 7
3. Orangtua
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dalam menambah
informasi dan wawasan mengenai Perdarahan dan Trauma Jaringan Lunak yang
merupakan salah satu materi dalam Medical dan Dental Emergency. Penulis telah
berusaha sebaik-baiknuya dalam menulis makalah ini. Jika masih terdapat kesalahan,
penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Jatinangor, September 2015
Penyusun,
DAFTAR ISI
JUDUL...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1
1.1 Tujuan...............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1 Perdarahan............................................................................................3
2.2 Etiologi dan Penatalaksanaan...............................................................6
2. 3 Pendarahan akibat komplikasi Pencabutan ........................................12
2.4 Pendarah akibat Kelainan Sistemik......................................................14
2.5 Pendarahan akibat Infeksi dan Trauma................................................19
2.6 Trauma Jaringan Lunak........................................................................21
272 Jenis Luka dan Perawatan Luka..........................................................23
BAB III HASIL DISKUSI................................................................................39
BAB IV KESIMPULAN...................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegawat daruratan dapat terjadi kapan saja, dimana saja, serta menimpa siapa
saja, termasuk saat melakukan praktek dokter gigi. Kondisi gawat darurat dapat
terjadi pada pasien saat atau ketika akan diberikan perawatan, misalnya
kegawatdaruratan akibat perdarahan yang tak kunjung henti ataupun
kegawatdaruratan akibat trauma di rongga mulut.
Seorang dokter gigi harus mampu mengelola kegawatdaruratan medis/
kedokteran gigi sehingga dapat menghindari keadaan yang dapat mengancam jiwa
pasien. Oleh karena itu, pada makalah ini dibahas mengenai salah satu
kegawatdaruratan medis/ kedokteran gigi yakni perdarahan dan trauma jaringan
lunak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dan macam/ jenis perdarahan?
2. Apa etiologi serta penatalaksanaan perdarahan?
3. Bagaimana perdarahan akibat komplikasi pencabutan gigi dan bagaimana
perawatannya?
4. Bagaimana perdarahan akibat sistemik?
5. Bagaimana perdarahan akibat infeksi dan akibat trauma?
6. Apa definisi dan etiologi trauma jaringan lunak?
7. Apa macam/ jenis luka serta bagaimana perawatan luka?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dan macam/ jenis perdarahan
2. Mengetahui etiologi serta penatalaksanaan perdarahan
3. Mengetahui perdarahan akibat komplikasi pencabutan gigi dan
perawatannya
4. Mengetahui perdarahan akibat sistemik
5. Mengetahui perdarahan akibat infeksi dan akibat trauma
6. Mengetahui definisi dan etiologi dari trauma jaringan lunak
7. Mengetahui macam/ jenis luka serta perawatannya
BAB 2
ISI
2.1. Perdarahan
Definisi
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan
(robekan) pembuluh darah. Perdarahan adalah kehilangan akut volume peredaran
darah (ATLS, 2004).
Macam-Macam atau Jenis Perdarahan
1. Berdasarkan banyaknya jumlah darah yang hilang
Menurut American College of Surgeons, Advanced Trauma Life Support
(ATLS) :
1) Perdarahan Kelas I melibatkan sampai 15% dari total volume darah.
Biasanya tidak ada perubahan dalam tanda-tanda vital dan resisutasi
cairan biasanya tidak diperlukan.
2) Perdarahan Kelas II melibatkan sampai 15-30% dari total volume darah.
Pasien sering tachychardic (denyut jantung cepat). Dapat diberikan
resusitasi cairan kristaloid (larutan saline). Transfusi darah tidak
diperlukan.
3) Perdarahan Kelas III melibatkan hilangnya 30-40% dari volume darah
yang bersikulasi. Tekanan darah pasien turun, maka detak jantung
meningkat, perfusi perifer (syok). Resusitasi cairan dan transfuse darah
perlu diberikan.
4) Perdarahan kelas IV melibatkan kehilangan >40% volume darah yang
bersirkulasi. Batas kompensasi tubuh tercapai dan resisutasi agresif
diperlukan untuk mencegah kematian.
2. Berdasarkan letak keluarnya darah
1) Perdarahan luar
Ada 3 macam perdarahan :
a. Perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler)
Tanda-tandanya :
- Perdarahan tidak hebat
- Keluar perlahan-lahan berupa rembesan
- Biasanya perdarahan berhenti sendiri walaupun tidak diobati
- Mudah untuk menghentikan dengan perawatan luka biasa
b. Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena)
Tanda-tandanya :
- Warna darah merah tua
- Pancaran darah tidak begitu hebat dibanding perdarahan arteri
- Perdarahan mudah untuk dihentikan dengan cara menekan dan
meninggikan anggota badan yang luka lebih tinggi dari jantung
c. Perdarahan dari pembuluh nadi (arteri)
Tanda-tandanya :
- Warna darah merah muda
- Keluar secara memancar sesuai irama jantung
- Biasanya perdarahan sukar untuk dihentikan
2) Perdarahan dalam
Adalah perdarahan yang terjadi di dalam rongga dada, rongga tengkorak,
dan rongga perut. Biasanya tidak tampak darah mengalir keluar, tapi
terkadang dapat juga darah keluar melalui lubang hidung, telinga, dan
mulut. Penyebab :
- Pukulan keras, terbentur hebat
- Luka tusuk
- Luka tembak
- Pecahnya pembuluh darah karena suatu penyakit
- Robeknya pembuluh darah akibat terkena ujung tulang yang patah
3. Menurut WHO
WHO membuat standard dengan cara mengukur tingkat keparahan dari
pendarahan.
a. Grade 0 : tidak ada pendarahan
b. Grade 1 : petechial bleeding
c. Grade 2 : mild blood loss (clinically significant)
d. Grade 3 : gross blood loss, dibutuhkan transfusion (parah)
e. Grade 4 : debilitating blood loss, retinal or cerebral associated
with fatality
4. Menurut waktu terjadinya perdarahan :
a. Perdarahan primer
Terjadi pada waktu terputusnya pembuluh darah karena trauma atau
operasi
b. Perdarahan intermediate
Terjadi dalam 24 jam
c. Perdarahan sekunder
Terjadi setelah 24 jam
2.2 Etiologi perdarahan & Penatalaksanaan Perdarahan
Etiologi perdarahan dapat dikelompokkan menjadi:
1) Perdarahan karena kondisi medis
Perdarahan terjadi karena kerusakan pada:
(1) Dinding sel darah
(2) Trombosit, baik kualitas maupun kuantitas
(3) Faktor pembekuan
Kondisi medis tertentu juga dapat menyebabkan pasien rentan terhadap
perdarahan. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang mengganggu fungsi
“hemostatis” dari tubuh yang terdiri dari system hemostasis termasuk platelet dan
system koagulasi.
Platelet merupakan komponen yang bertanggung jawab pada pembekuan
darah. Platelet memproduksi substansi yang menstimulasi produksi dari bekuan
darah. Klasifikasi perdarahan akibat kelainan platelet dikelompokkan menjadi
jumlah platelet normal yaitu nontrombositopeni purpura dan tombositopeni
purpura. Nontrombositopeni purpura dapat disebabkan oleh perubahan pada
dinding pembuluh darah akibat sumbatan, infeksi, kimiawi, dan alergi. Penyebab
lain adalah gangguan fungsi platelet akibat defek genetik (Bernard-Soulier
disease), obat-obatan (aspirin, NSAIDs, alkohol, antibiotik beta laktam, penisilin,
dan cephalosporin), alergi, penyakit autoimun, von Willebrand’s disease, dan
uremia.
Trombositopeni purpura terbagi menjadi primer/idiopatik dan sekunder.
Penyebab sekunder akibat faktor kimia, fisik (radiasi), penyakit-penyakit sistemik,
metastase kanker pada tulang, splenomegali, obat-obatan (alkohol, obat diuretika,
estrogen, dan gold salts), vaskulitis, alat pacu jantung, infeksi virus dan bakteri.
Sedangkan faktor koagulasi merupakan faktor yang berinteraksi dengan
proses yang kompleks untuk membentuk bekuan darah. Gangguan koagulasi ini
dapat menganggu pembekuan darah. Kelainan faktor koagulasi dapat bersifat
diturunkan seperti hemofili A yaitu difisiensi faktor VIII, hemofili B defisiensi
faktor IX atau Christmas’s disease dan dapatan (penderita penyakit liver,
defisiensi vitamin, obat-obat antikoagulasi, disseminated intravascular
coagulation, dan fibrinogenolisis primer).
2). Perdarahan karena trauma
Perdarahan traumatik disebabkan oleh beberapa jenis cedera. Ada berbagai
jenis luka yang dapat menyebabkan perdarahan traumatik. Ini termasuk:
1) Abrasion - hal ini disebabkan oleh sayatan melintang benda asing
pada kulit, dan biasanya tidak menembus di bawah epidermis.
2) Excoriation– hampir serupa dengan abrasi, hal ini disebabkan oleh
destruktif mekanis pada kulit, meskipun biasanya memiliki penyebab
medis yang mendasari.
3) Hematoma - disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah yang
kemudian akan menyebabkan darah mengumpulkan di bawah lapisan
kulit.
4) Insisi – pemotongan terhadap jaringan atau organ tubuh, seperti
oleh sebuah pisau bedah selama operasi.
5) Luka tusuk - disebabkan oleh sebuah benda yang menembus kulit
dan lapisan yang lebih dalam, seperti oleh paku, jarum atau pisau.
6) Contusion- Juga dikenal sebagai bruise/memar, ini adalah trauma
tumpul merusak jaringan di bawah permukaan kulit
7) Crushing Injuries - Disebabkan oleh ekstrim besar atau jumlah
gaya yang diberikan selama jangka waktu tertentu.
8) Ballistic Trauma - Disebabkan oleh senjata proyektil, hal ini dapat
mencakup dua luka eksternal (masuk dan keluar).
Pola cedera, evaluasi dan perawatan akan bervariasi dengan mekanisme
cedera. Trauma tumpul menyebabkan cedera melalui efek shock; memberikan
energi selama suatu daerah. Luka sering terlihat dan merusak kulit secara
signifikan. Ketika diberikan energi kembali yang lebih besar dan terfokus pada
luka trauma ini, akan memerlukan energi yang lebih sedikit menyebabkan cedera
signifikan pada luka trauma ini. Setiap organ tubuh, termasuk tulang dan otak,
dapat terjadi pendarahan. Pendarahan mungkin tidak dapat dengan mudah terlihat;
organ dalam seperti hati, ginjal dan limpa dapat berdarah ke dalam rongga
abdominal. Pendarahan dari lubang tubuh, seperti pada anus, hidung, telinga
mungkin sinyal perdarahan, tetapi tidak dapat selalu menjadi acuan.
3). Perdarahan karena non-trauma (spontan)
Yaitu perdarahan yang terjadi karena suatu penyakit perdarahan
(haemophilia, septikemia, trombositopenia).
Penatalaksanaan Perdarahan
Perawatan Perdarahan Luar (Jaringan Lunak)
1. Secara lokal :
a. Dengan menekan secara lokal pada daerah perdarahan secara langsung
atau tidak langsung pada pembuluh darah utama yang mengalir ke
daerah luka. Penekanan dapat dilakukan baik secara langsung dengan
menggunakan tangan serta dapat menggunakan torniket.
b. Kompres panas, yaitu dengan menggunakan kain hangat yang ditekan
pada luka. Kompres panas dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah dan membantu proses mempercepat pembekuan darah.
c. Kompres dingin, yaitu menggunakan es yang dibungkus kain yang
ditekan secara intermiten pada area perdarahan.
d. Penjahitan, untuk membantu dalam tindakan lokal untuk menambah
tekanan ekstravaskuler, yang mengakibatkan penekanan pada
pembuluh darah yang terluka, sehingga mengurangi aliran darah.
e. Epineprin yang diencerkan (1:1000) diletakkan pada lokasi
perdarahan.
2. Secara sistemik :
a. Transfusi darah. Bila perdarahan cukup berat dan dapat menimbulkan
anemia, diperlukan transfusi darah untuk menambah volume darah
yang hilang.
b. Transfusi plasma.untuk memberikan pengobatan pada penderita
dengan defisiensi dari faktor2faktor dalam plasma.
c. Pemberian vitamin K yang berperan dalam proses pembentukan
protrombin untuk pembekuan darah.
d. Obat-obat hemostatik seperti Adona AC-17 dan Adona forte
Perawatan Perdarahan pada Jaringan Keras
a. Aplikasi bone wax
Bone wax terbuat dari beeswax yang mengandung agen pelunak seperti
parafin. Bone wax digunakan untuk menghentikan pendarahan selama
prosedur pembedahan. Bone wax digunakan dengan cara mengoleskannya
di ujung tulang yang mengalami perdarahan kemudian lubang tersebut
akan tertutup.
Gambar Bone wax dan area aplikasinya
b. Pemukulan tulang pada tempat keluar darah
Pemukulan tulang ditujukan untuk menutup perdarahan yang
berasal dari tulang dengan merapatkan bagian tulang tempat
keluarnya perdarahan. Pemukulan tulang dilakukan pada bagian
tulang yang membuka keluar sehingga memunculkan perdarahan.
Dengan memukul bagian tulang yang keluar, bagian tulang akan
kembali ke posisi asal dan menutup perdarahan.
Perawatan Perdarahan pada Rongga Mulut
Tindakan yang dapat di lakukan yaitu:
1. Menutupnya dengan spon kasa atau gelfoam bertekanan.
2. Pack socket, yaitu penutupan dengan tampon
3. Klem atau pengikatan digunakan untuk mengontrol pendarahan dari
pembuluh darah.
4. Klip hemostatik, digunakan untuk mengontrol pendarahan dari pembuluh
yang sulit diikat.
5. Elektrokauterisasi untuk pendarahan dari pembulu yang kecil, atau dari
rembesan.
2.3 Perdarahan Akibat Komplikasi Pencabutan Gigi dan Perawatannya
Ekstraksi gigi adalah tindakan yang paling sederhana di bidang Bedah
Mulut dan merupakan tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh seorang dokter
gigi. Walaupun merupakan tindakan yang biasa dilakukan, tetapi kemungkinan
terjadinya komplikasi pasca pencabutan gigi dapat terjadi setiap saat.
Salah satu komplikasi yang mungkin dapat terjadi pasca ekstraksi gigi
adalah perdarahan. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa perdarahan
pasca ekstraksi dapat terjadi karena faktor lokal maupun karena faktor sistemik.
Sebagai seorang dokter gigi, kita dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
kemampuan yang memadai dalam melakukan pencegahan dan
penatalaksanaannya.
Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal, seperti :
trauma yang berlebihan pada jaringan lunak
mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi
tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien
tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan
menghisap-hisap
kumur-kumur yang berlebihan
memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksi
Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi
Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan jangan
panik. Berikan penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat diatasi dan
tidak perlu khawatir. Alveolar oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca
ekstraksi gigi. Penanganan awal yang kita lakukan adalah melakukan penekanan
langsung dengan tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan supaya
terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan melakukan penekanan,
perdarahan dapat diatasi.
Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan dengan
tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung vasokonstriktor
(adrenalin). Lakukan penekanan atau pasien diminta menggigit tampon selama 10
menit dan periksa kembali apakah perdarahan sudah berhenti. Bila perlu, dapat
ditambahkan pemberian bahan absorbable gelatine sponge (alvolgyl / spongostan)
yang diletakkan di alveolus serta lakukan penjahitan biasa.
Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada soket
gigi yang mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang kita gunakan
adalah teknik matras horizontal dimana jahitan ini bersifat kompresif pada tepi-
tepi luka. Benang jahit yang digunakan umumnya adalah silk 3.0, vicryl® 3.0, dan
catgut 3.0.
Perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita
lakukan klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh
darah dengan benang atau dengan kauterisasi.
Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan
siapkan segera hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan asam
traneksamat secara intravena atau intra muskuler.
2.4 Perdarahan akibat Kelainan Sistemik
1. Hipertensi
Hipertensi adalah kenaikan abnormal tekanan arteri. Hipertensi
didefinisikan jika tekanan darah sistolik 140mmHg atau lebih besar dan
atau jika tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih. Beberapa faktor
fisiologis berpengaruh terhadap tekanan darah. Meningkatnya viskositas
darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Sedangkan
penurunan volume darah dapat mengurangi tekanan darah. Peningkatan
hasil kerja jantung seperti olahraga, demam, dapat meningkatkan tekanan
darah (Falace, 2008)
Pasien dengan tekanan darah kurang dari 180/110 dapat menjalani
beberapa penanganan dokter gigi, baik pembedahan maupun non-
pembedahan dengan resiko yang sangat kecil dari hasil yang
membahayakan. (Falace, 2008)
Bila anastesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor,
maka pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah
meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan.
Apabila kita menggunakan anastesi local yang tidak mengandung
vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan
pasca ekstraksi yang normal. (Falace, 2008)
2. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemi. Terbagi menjadi 2
tipe. Tipe 1 adalah diabetes yang disebabkan karena faktor lingkungan
seperti infeksi virus dan reaksi autoimun. Sedangkan tipe 2 adalah
disebabkan karena genetik. Pasien dengan level glukosa 126mg/100mL
dengan pengukuran puasa perlu dirujuk ke dokter untuk dilakukan
evaluasi. Pasien dengan level glukosa 200mg/100mL dengan pengukuran
setelah makan siang 2 jam harus di evaluasi juga (Falace, 2008)
Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer,
sehingga penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu,
PMN akan menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena
hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya
perdarahan. (Falace, 2008)
3. Hemofilia
Pada pasien hemofili A (Hemoifli klasik) ditemukan defisiensi
factor VIII. Pada hemofili B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi
factor IX. Sedangkan pada von Wilebrand’s disease terjadi kegagalan
pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan (Wray, 2003)
4. Penyakit kardiovaskuler
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat,
tekanan darah pasien naik kemudian menyebabkan bekuan darah yang
sudah terbentuk terdorong, sehingga terjadi perdarahan (Wray, 2003)
5. Malfungsi Adrenal
Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma
Cushing) sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi. (Falace, 2008)
6. Pemakaian obat antikoagulan
Terapi antikoagulan adalah salah satu bentuk yang paling umum
digunakan dalam pengobatan kontemporer. Seiring bertambahnya usia
penduduk dan tingginya insiden penyakit kardiovaskular pada masyarakat
maju, jutaan subjek menjalani terapi antikoagulan. Tujuan utama dari terapi
ini adalah untuk mengurangi kemungkinan terjadinya tromboemboli, karena
itu biasanya dianjurkan pada semua pasien dengan risiko tromboemboli.
Risiko tromboemboli dapat terjadi pada subyek dengan riwayat angina,
aterosklerosis, fibrilasi atrium, kecelakaan cerebrovaskular, trombosis vena
dalam, penyakit arteri perifer, penyakit jantung iskemik, infark miokard dan
emboli paru, dan juga pada pasien setelah angioplasty dan pemasangan stent,
operasi bypass dan prostetik pemasangan katup jantung.
Antikoagulan saat ini terdiri dari dua obat dasar yaitu natrium warfarin dan
heparin. Antikoagulan sering dikombinasikan dengan obat antiplatelet seperti
asam asetilsalisilat atau sulfat clopidogrel untuk mencegah agregasi
trombosit. Pasien yang mengkonsumsi antikoagulan dan obat antiplatelet
lebih beresiko mengalami perdarahan oleh karena prosedur dental
dibandingkan pasien lain. Namun, menghentikan penggunaan obat-obatan ini
dapat memicu peristiwa trombotik (misalnya, deep vein thrombosis (DVT),
stroke) pada pasien. Oleh karena itu, risiko perdarahan harus dipertimbangkan
bersama dengan risiko dan konsekuensi dari trombosis. Status koagulasi
pasien, berdasarkan international normalized ratio (INR), harus dievaluasi
sebelum prosedur bedah dental dilakukan dan segala bentuk perubahan pada
terapi antikoagulannya harus didiskusikan dengan internis yang menangani
pasien.
Dokter gigi harus memastikan INR ( international normalized ratio )
pasien terapi antikoagulan berada dalam kisaran terapeutik. Ketika nilai INR
pasien berada pada kisaran terapeutik (INR 2,0 - 4,0), prosedur bedah minor
dental dapat dilakukan tanpa perubahan pada terapi antikoagulannya. Nilai
INR yang optimal adalah 3 karena meminimalkan risiko komplikasi baik
perdarahan maupun tromboemboli. (Oral & Maxillofacial Sugery, 2009
(oral & maxillofacial sugary. 2009 )
7.Leukemia
Pada leukemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit
dan prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan
terjadi perdarahan.
Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan
prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan
terjadi perdarahan.
Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor
sistemik
Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap
Kita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki
tendensi perdarahan yang meliputi :
1. bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan
2. mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan
hemostasis (pembekuan darah)
3. pernah dirawat di RS karena perdarahan
4. spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari penyebab
kecil
5. riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di atas,
dihubungkan dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri
6. mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspirin
7. Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan herediter, misalnya von
Willebrand’s syndrome dan hemofilia
Kita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi sebelumnya, dan
apakah ada riwayat prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting
untuk kita ketahui bagaimana penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi
sebelumnya. Apabila setelah diekstraksi perdarahan langsung berhenti dengan
menggigit tampon atau dengan penjahitan dapat disimpulkan bahwa pasien tidak
memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca ekstraksi gigi pasien sampai
dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu berhati-hati akan
adanya penyakit hemoragik.
Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep haemorrhage) didalam otot,
persendian atau kulit dapat kita curigai pasien memiliki defek pembekuan darah
(clotting defect). Adanya tanda dari purpura pada kulit dan mukosa mulut seperti
perdarahan spontan dari gingiva, petechiae.
Dengan memperkenalkan hal – hal tersebut diatas kita dapat mencegah
pendarahan setelah pencabutan karena factor local dan factor sistemik. Dalam hal
ini lebih penting mencegah terjadinya komplikasi daripada mengatasi komplikasi
tersebut. ( Teknik Mengeluarkan Gigi Fraktur. 2007)
2.5 Pendarahan akibat Infeksi & Pendarahan akibat Trauma pada Rongga
Mulut
Pendarahan akibat Infeksi
Salah satu infeksi pada rongga mulut yang dapat menyebabkan
pendarahan adalah gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan suatu
keadaan gusi akibat penumpukan plak yang mengandung bakteri sehingga
menyebabkan terjadinya peradangan pada gusi, yang ditandai dengan gusi
kemerahan, bengkak, atau berdarah. Gingivitis yang tidak ditangani dapat
berlanjut menjadi periodontitis, yaitu keadaan lanjutan gingivitis yang ditandai
dengan hilangnya attachment loss pada gigi. Periodontitis terjadi akibat bakteri
yang terdapat pada gigi melepaskan substansi toksik yang berdampak buruk pada
gusi dan menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi dan inflamasi terjadi apabila
mekanisme penyerangan dari bakteri mengakibatkan degradasi pada gusi dan
tulang alveolar lebih lanjut. Hal tersebut menyebabkan pembengkakan gusi yang
lebih sering mengalami pendarahan (Drescher, 2013).
Penanganan pendarahan yang terjadi akibat infeksi pada rongga mulut
dapat dilakukan dengan scaling dan root planing yang bertujuan untuk
menghilangkan plak, kalkulus, dan tartar; medikasi dengan obat kumur
antimikrobial, chip antiseptik, dan antibiotik; dan pembedahan jika inflamasi
masih ada dan pocket masih terlalu dalam. Semua penanganan tersebut bertujuan
untuk mengendalikan infeksi sehingga tidak bertambah parah (US Department of
Health Service, 2013).
Pendarahan akibat Trauma pada Rongga Mulut
Pendarahan yang terjadi akibat trauma pada rongga mulut biasanya ditemukan
pada pasien yang diberikan tindakan ekstraksi gigi. Umumnya, pendarahan akibat
luka pascaekstraksi yang terjadi dapat dengan cepat menutup kembali atau
menggumpal. Namun, adakalanya dalam proses penutupan luka pascaekstraksi
tersebut terdapat gangguan-gangguan, seperti akibat mengonsumsi makanan
panas, trauma, ataupun terbilas. Hal-hal demikian dapat menyebabkan luka yang
akan menutup menjadi terbuka kembali. Akibatnya pendarahan kembali terjadi
(Roberts, Scully, Shots, 2001).
Pendarahan yang terjadi akibat trauma pascaekstraksi tersebut dapat
ditangani dengan menginstruksikan pasien untuk menggigit gauze pad
selama 15-30 menit. Jika pendarahan masih belum berhenti, hemostatic
agent seperti Surgicel dapat diberikan pada socket. Jika pendarahan masih
belum berhenti, dapat dilakukan suturing (penjahitan) pada socket
(Roberts, Scully, Shots, 2001).
Selain pada pasien pascaekstraksi, pendarahan rongga mulut juga dapat
terjadi sebagai pada trauma akibat benturan dengan objek keras, seperti
akibat terjatuh, kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan olahraga (AAPD,
2011). Keadaan-keadaan traumatik tersebut dapat menyebabkan rusaknya
gigi-geligi, seperti terlepasnya gigi dari socket, ataupun gigi yang fraktur
dan menusuk mukosa mulut, disertai dengan pendarahan. Pengananan
trauma jenis ini didasarkan pada derajat keparahan trauma dan keadaan
gigi-geligi yang terkena dampak (Bakland dan Andreasen, 2004).
2.6 Trauma Jaringan Lunak
Trauma jaringan lunak adalah hilang atau rusaknya jaringan lunak yang
meliputi kulit, otot, saraf, atau pembuluh darah akibat trauma. Banyak kasus
dari trauma dental dihubungkan dengan trauma pada bibir, gusi, dan juga
mukosa oral. Gigi ditutupi oleh bibir dimana pada kasus trauma pada bibir,
energy trauma akan diserap ke jaringan lunak yang mengakibatkan cedera
pada gigi dapat berkurang. Selain itu, hal tersebut juga dapat menyebabkan
berbagai tipe dari trauma pada jaringan lunak yang bergantung pada arah
gayanya, bentuk dan ukuran objek, dan juga energy. Pada pasien yang
mengalami trauma, gigi juga dapat menjadi penyebab cedera ke jaringan
lunak di sekelilingnya, paling umum dapat mengenai bibir tetapi kadang
dapat juga mengenai pipi dan lidah. Ketika gigi mengalami dislokasi, gusi
dapat juga mengalami laserasi (R.Sjamsuhidajat & de Jong.W, 2005)
Etiologi
Berikut merupakan etiologi dari trauma jaringan lunak :
1) Trauma / Fisik
Luka akibat trauma / fisik biasanya disebabkan oleh benda-benda tumpul,
tajam, kecelakaan, tembakan dan sebagainya. Biasanya lukanya berupa sobekan,
sayatan dan memar (R.Sjamsuhidajat & de Jong.W, 2005).
o misal tergigit, atau ada gigi yang posisinya di luar lengkung rahang yang
normal sehingga menyebabkan jaringan lunak selalu tergesek/tergigit pada
saat makan/mengunyah
o karena adanya pukulan seperti tamparan atau luka karena tonjokan.
o iritasi pada pemakaian gigi tiruan.
2) Kimia
Luka akibat zat kimia biasanya merupakan luka bakar. Luka bakar pada
rongga mulut biasanya terjadi akibat seorang anak menelan bahan yang kaustik
atau bahan kimia lain yang dapat menyebabkan luka bakar. Kerusakan yang
terjadi sebanding dengan kadar dan jumlah bahan yang mengenai tubuh, cara dan
lamanya kontak, serta sifat dan cara kerja zat kimia tersebut (R.Sjamsuhidajat &
de Jong.W, 2005).
o paling sering di kedokteran gigi adalah penggunaan aspirin, fenol serta zat
kimia seperti asam asetil salisilat dan sodium hipoklorit.
o Arus listrik juga bisa ,biasanya dari kabel yang terbuka ataupun
stopkontak. Pada beberapa pekerja listrik seringkali menggigit kabel listrik
yang terbuka, jika terkena ludah, maka ada kemungkinan ion-ion dalam
ludah akan mempermudah aliran listrik pada kabel yang terbuka itu
sehingga bisa menyebabkan luka bakar yang cukup parah.
3) Radiasi
Radiasi adalah pancaran dan pemindahan energi melalui ruang dari suatu
sumber ke tempat lain tanpa perantaraan massa atau kekuatan listrik. Pemindahan
energi, selain menimbulkan panas yang tidak berarti, juga merangsang molekul
sel dan menimbulkan reaksi ionisasi yang bersifat destruktif bagi sel, terutama
bagi DNA. Gejala dan tanda luka radiasi ini berupa luka bakar. Luka bakar ini
dapat menyebabkan eritem ringan sementara yang berlangsung 2-3 jam. Eritem
yang menetap timbul setelah gejala ringan ini hilang, dan disebabkan oleh radiasi
kekuatan sedang. Kerusakan subkutan serupa dengan luka bakar derajat tiga.
Ujung saraf, folikel rambut, kelenjar keringat, dan pembuluh kapiler hilang
(R.Sjamsuhidajat & de Jong.W, 2005).
2.7 Jenis-Jenis Luka & Perawatannya
JENIS-JENIS LUKA
Luka terdiri dari:
1. Luka Tertutup
Gambar 1.Luka Memar
Sumber : www.bayoesunaryo.wordpress.com
a. Luka memar ( contusio )
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah
permukaan tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah kulit
sehingga bisa terlihat dari luar berupa warna merah kebiruan
b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)
Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada
jauh di bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat
adalah bengkak, biasanya besar dan kemerahan.
2. Luka terbuka yang disertai kehilangan jaringan maupun yang tidak disertai
kehilangan jaringan
a. Vulnus Abrasivum (luka lecet), terjadi karena gesekan antara suatu benda
dengan permukaan jaringan lunak.
Gambar 2. Vulnus Abrasivum
Sumber : www.bayoesunaryo.wordpress.com
Gambar 3. Kedalaman Luka Lecet
Sumber : jellygamatluxornet.com
b. Vulnus Scissum ( luka sayat ), terjadi karena tersayat pisau atau benda tajam
lainnya, pinggir luka tajam dan rata serta mempunyai dasar yang sempit.
Gambar 4. Luka Sayat
Sumber : http://www.dc349.4shared.com
c. Vulnus Penetratum ( luka tembus ), adalah luka yang terjadi sampai
menembus organ tubuh lain yang lebih dalam.
Gambar 5. Luka Tembus
Sumber : http://www.dc349.4shared.com
d. Vulnus laceratum ( luka compang camping ), adalah luka yang disebabkan
oleh benda tumpul yang bentuknya tidak teratur.
Gambar 6. Luka Laserasi
Sumber : http://www.dc349.4shared.com/
e. Vulnus Punctum ( luka tusuk ), luka yang terjadi karena tusukan benda-
benda yang runcing.
Gambar 7. Luka Tusuk
Sumber : http://www.dc349.4shared.com/
Gambar 8. Penampang Luka Tusuk
Sumber : www.adam.com
Gambar 9. A. Luka laserasi, B. Luka Tusuk
Sumber : www.adam.com
f. Vulnus Sclopectorum ( luka tembak), luka yang disebabkan oleh tembakan
senjata api
Gambar 10. Luka Tembak
Sumber : www.skwawesome.com
g. Vulnus Mossum ( luka karena gigitan binatang).
Gambar 11. Luka Gigitan Binatang
Sumber : http://www.dc349.4shared.com/
h. vulnus excoreativum (luka gores)
i. Avulsi; yaitu hilangnya substansi jaringan lunak yang biasanya mengenai
kulit, walaupun mukosa, otot, dan tulang juga bisa terkena. Avulsi biasanya
menyertai luka-luka multipel pada wajah dan biasanya pada korban
kecelakaan sepeda motor atau luka karena peralatan industri/pertanian. Luka
ini ditandai dengan kulit yang terlepas/ hilang sama sekali.
Gambar : Luka avulsi
Sumber : http://www.orthosupersite.com/images/content/OT/200705
j.Abrasi
Abrasi merupakan luka superficial yang dihasilkan akibat gesekan atau
goresan pada kulit atau mukosa yang meninggalkan permukaan yang kasar
dan juga berdarah. Abrasi ini ditandai dengan hilangnya sebagian ketebalan
kulit. Luka ini biasanya terlihat pada lutut dan siku pada anak-anak dan juga
pada bagian sekitar mulut seperti bibir, dagu, pipi atau pada ujung hidung
yang kadang terkena. Gesekan antara objek dan juga permukaan dari jaringan
lunak menyebabkan lapisan epitel dan lapisan papillary dari dermis terkelupas,
dan menyebabkan lapisan retikuler dari dermis terbuka. Abrasi superficial ini
dapat terasa sedikit sakit karena ujung saraf terminal menjadi terekspos.
Gambar : Luka abrasi
Sumber : resultsmedical.com
k.Luka Bakar
Luka bakar dikelompokkan berdasarkan tingkat ketebalan kulit yang
mengalami luka. Luka bakar derajat pertama hanya melibatkan lapisan luar
epidermis disertai eritema, nyeri tekan, dan sakit. Luka bakar derajat kedua
atau luka bakar sebagian dengan kedalaman yang lebih besar menyebabkan
kerusakan yang mencapai dermis dan ditandai dengan terjadinya vesikel,
lepuh, dan bullae. Luka bakar derajat ketiga atau luka bakar ketebalan penuh
menunjukkan hancurnya epidermis dan dermis.
Gambar : Luka Bakar
Sumber : lukabakar.org
PENATALAKSANAAN LUKA
Prioritas dalam penatalaksanaan luka adalah mengatasi perdarahan
(hemostasis); mengeluarkan benda asing yang dapat bertindak sebagai fokus
infeksi; melepaskan jaringan yang mengalami devitalisasi; krusta yang tebal dan
pus; menyediakan temperatur, kelembaban, dan pH yang optimal untuk sel-sel
yang berperan dalam proses penyembuhan; meningkatkan pembentukan jaringan
granulasi dan epitelialisasi; dan melindungi luka dari trauma yang lebih lanjut
serta terhadap masuknya mikroorganisme patogen. Tujuannya adalah untuk
melindungi individu dari kerusakan fisiologis lebih lanjut dan untuk
menyingkirkan penyebab aktual atau potensial yang memperlambat penyembuhan
dan untuk menciptakan lingkungan lokal yang optimal untuk rekonstruksi dan
epitelialisasi vaskular dan jaringan ikat
Luka harus dibersihkan dari kotoran atau debris. Pembersihan luka dapat
dilakukan dengan bahan pembersih luka, sabun atau bila perlu dengan disikat.
Biasanya dilakukan tindakan anestesi sebelumnya untuk mengurangi rasa sakit.
Lalu dengan menggunakan larutan saline dilakukan irigasi untuk menghilangkan
semua partikel yang tertinggal pada luka. Debridement dilakukan untuk
menghilangkan jaringan yang mengalami devitalisasi agar didapat penutupan luka
yang baik. Sebelum luka ditutup, hemostasis harus tercapai. Bila tidak, maka akan
terjadi hematoma di dalam jaringan yang dapat membuka kembali luka yang telah
ditutup. Pembuluh darah dapat diklem, diligatur atau dikauterisasi untuk
mengurangi perdarahan yang terjadi akibat luka yang terbuka.
Setelah luka dibersihkan, dilakukan debridement dan hemostasis tercapai,
luka ditutup dengan dijahit. Namun tidak semua luka membutuhkan penjahitan,
luka kecil dapat dibiarkan dan dapat sembuh tanpa penjahitan. Bila penjahitan
dianggap perlu, tujuan penjahitan adalah mengembalikan jaringan ke posisi
semula, tergantung kedalaman dan posisi luka tersebut. Luka pada gingiva atau
mukosa alveolar dapat ditutup dengan penjahitan 1 lapis, sedangkan luka pada
lidah atau bibir yang melibatkan otot harus dijahit lapisan otot terlebih dahulu
dengan benang jahit yang dapat teresorbsi, dan luka yang lebih dalam
membutuhkan penjahitan 3 lapis. Setelah penutupan luka, klinisi harus
mempertimbangkan pemberian terapi suportif untuk mempercepat penyembuhan
seperti pemberian antibiotik dan anti tetanus. Kecuali untuk luka superficial
antibiotik tidak diindikasikan.
Wound toilet dan debridement
Gunakan satu dari 2 antiseptik di bawah ini untuk luka:
- Larutan Povidone iodine 10% dua kali sehari
- Cetrimide 15% + chlorhexidine gluconate 1,5%
1. Bersihkan luka dengan sabun dan air matang selama 10 menit,
kemudian luka diirigasi dengan larutan saline
2. Debridement: membersihkan luka dari benda asing, jaringan mati dan
rusak secara mekanis. Kemudian irigasi luka kembali. Jika analgetik lokal
dibutuhkan gunakan lidokain 1% tanpa epinefrin.
3. Tutup luka dengan kasa steril dan kering. Ganti kasa minimal sekali
sehari.
Manajemen luka dengan tetanus
1. Luka biasanya terinfeksi tetanus jika telah lebih dari 6 jam sebelum
pembersihan luka dan memperlihatkan tanda-tanda: tipe luka punctum, terdapat
jaringan mati dalam jumlah signifikan, tanda klinis sepsis, kontaminasi bakteri
tetanus, dan luka bakar.
2. Untuk pasien terkontaminasi tetanus, WHO merekomendasikan injeksi
TT (Tetanus Toksoid) atau Td (vaksin tetanus dan diphteri) dan TIG
(Immunoglobin tetanus)
3. Jika pemberian vaksin tetanus dan immunoglobin tetanus dalam satu
waktu, maka harus diberikan dengan syringe yang berbeda dan lokasi pemberian
yang berbeda pula.
Pemberian antibiotik profilaksis dan antibiotik perawatan
Antibiotik profilaksis
Antibiotik profilaksis diindikasikan untuk luka yang mempunyai risiko
tinggi untuk terinfeksi seperti luka yang terkontaminasi, vulnus penetratum,
trauma abdominal, vulnus laseratum dengan ukuran lebih dari 5 cm, luka dengan
banyak jaringan nekrotik, tempat yang berisiko tinggi seperti pada ekstremitas.
Antibiotik profilaksis yang direkomendasikan adalah penisilin G dan
metronidazole dalam satu kali pemberian. Dosis dewasa 8-12 juta IU, dan anak-
anak 200.000 IU/kg BB dalam sekali pemberian.
Antibiotik perawatan
Jika infeksi telah terjadi, berikan antibiotik secara intravena, diberikan
Penisilin G dan metronidazole untuk 5-7 hari. Penisilin untuk dosis dewasa 1-5
MIU setiap 6 jam, dan berikan secara peroral 2 hari kemudian jika
memungkinkan. Penisilin untuk dosis anak-anak 100 mg/kg BB setiap hari dibagi
dalam beberapa dosis. Metronidazole dewasa 500 mg setiap 8 jam dan anak-anak
7,5 mg/kg setiap 8 jam secara intravena. 6
Langkah-langkah pengelolaan luka jaringan lunak terdiri atas:
I. Pengelolaan vulnus secara umum 7:
1. Pembersihan luka (debridement)
Adalah tindakan membersihkan daerah luka dari benda-benda asing yang
mengkontaminasi luka, dan jaringan nekrotik yang terdapat pada luka.
Debridement terbagi atas 4 metode 14:
a. Surgery: merupakan cara tercepat jika jaringan nekrotik luas
b. Enzimatic: enzim yang dapat mendegradasi jaringan nekrotik
c. Autolisis: proses yang normal terjadi pada luka dan tidak melukai
jaringan sehat di sekeliling luka
d. Mekanikal: dengan cara membilas/irigasi luka
Pembersihan luka dilakukan dengan cara:
- mencuci daerah luka untuk membersihkan debris atau benda asing yang
tertinggal. Dilakukan dengan menggunakan sikat halus steril/ kapas steril dengan
larutan garam fisiologis.
- Dilanjutkan dengan membuang sisa jaringan nekrotik sehingga didapat
pinggiran jaringan yang linear. Pembuangan dilakukan seminimal mungkin, hanya
jaringan non vital yang dieksisi.
Persiapan wound toilet 15:
- Jangan memakai sabun atau alkohol
- Gunakan salin steril
- Irigasi dengan tujuan menghilangkan benda asing
- Gunakan 50-100ml/cm salin dengan tekanan
Gambar 12: Enzymatic wound debridement
Sumber : Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC,
Jakarta, 1998,
II. Pengelolaan hematoma dan kontusio
1. Kompres dingin untuk mengurangi sakit dan perdarahan
2 Beri analgetik dan antiinflamasi
3. Instruksikan pada pasien keesokan harinya jika masih lebam dapat
dikompres hangat sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah menyebabkan
vaskularisasi aktif agar PMN bergerak untuk memfagositosis sisa-sisa debris fibril
atau leukosit dan trombosit yang mati. Tindakan ini dilakukan beberapa hari
hingga sembuh.
Setelah semua tindakan di atas dilakukan, maka dapat diberikan terapi
suportif: pencegahan luka dari infeksi
1. Spesifik dengan anti tetanus
2. Non spesifik dengan pemberian antibiotika
BAB III
HASIL DISKUSI
1. Pertanyaan : Jelaskan yang dimaksud dengan crushing injuries dan excoriation
?
( Utami – 160110130085 )
Jawaban : Crushing injuries merupakan luka yang disebabkan oleh gaya
besar yang menyebabkan luka pada jaringan kulit dalam.
Excoriation adalah destruksi mekanis yang terjadi pada kulit.
2. Pertanyaan : Jelaskan apa yang dimaksud dengan septikemia ?
( Ririn Fitri – 160110130079 )
Jawaban : Iskemia merupakan kondisi dimana berkurangnya aliran darah
yang dapat menyebabkan perubahan fungsional pada sel normal.
3. Pertanyaan : Jelaskan apa yang dimaksud alveolar oozing ?
( Deandra K 160110130082 )
Jawaban : adalah Alveolar oozing adalah adalah keluarnya darah ataupun
eksudat dari dalam tubuh secara rembesan pada saat dilakukan ekstraksi. Hal ini
dikatakan normal apabila terjadi pada 12-24 jam pasca ekstraksi gigi.
4. Pertanyaan : Apakah anastetik local vasokontriktor diberikan pada semua
pasien atau tidak ?
( Fitria R – 160110130077 )
Jawaban : Vasokontriktor hanya digunakan untuk kondisi normal, karena
jika vasokontiktor digunakaan pada pasien hipertensi , pembuluh pasien dapat
pecah.
5. Pertanyaan : Apa perbedaan etiologi medis dan non trauma ?
( Rima F - 160110130087 )
Jawaban : Medis dan non trauma memiliki etiologi yang sama, untuk medis
lebih ke keadaan pasien yang datang saat terjadi trauma tetapi jika non trama
merupakan keadaan panyakit pasien, biasa disebabkan karena turunan.
6. Pertanyaan :Pada Hemofillia von willebrand, apa yang dimaksud dengan
memiliki platelet yang gagal terbentuk ?
( Utami - 160110130085)
Jawaban : Platelet merupakan trombosit atau keeping darah. Platelet ini
diperlukan untuk pembekuan darah. Jika platelet gagal terbentuk maka darah
pasien sulit untuk membeku, sehingga pada saat penvabutan gigi, pasien hemofilia
akan mengalami pendarahan.
7. Pertanyaan : Apa saja indikasi untuk obat antiglikogen ?
( Julius – 160110130083 )
Jawaban : Indikasinya untuk pasien tromboemboli. Tromboemboli adalah
penyumbatan pembuluh darah karena adanya emboli. Contohny : Angina pectoris,
aterosklerosis.
8. Pertanyaan : Apakah ada batas seseorang dikatakan mengidap anemia atau
tidak? Jelaskan!
( Neilah – 160110130086 )
Jawaban : Hb normal Laki – Laki : 14-18 gr/dl
Perempuan` : 12 – 16 gr/dl
Anak : 10 – 11 gr / dl
Bayi : 12 – 24 gr/dl
10. Jelaskan yang disebut dengan root planning? Apakah sama dengan scaling
?
( Eggie R – 160110130080)
Jawaban : Mirip dengan scaling tetapi pada root planning membersihkan
permukaan gigi dari pllak atau kalkulus di daerah permukaan akar.
BAB IV
KESIMPULAN
Sebagai seorang dokter gigi harus mampu menentukan diagnosis dan
tindakan yang tepat untuk pasiennya. Dokter gigi pun harus dapat menganamnesa
paseien dengan tepat dan teliti agar tidak terjadi perdarahan dan komplikasi pada
saat dilakukan perawatan medis.
Apabila terjadi pendarahan pada saat prosedur kedokteran gigi, hendaknya
dokter tetap tenang dan kemudian menekan luka pendarahan tersebut dengan
tampon. Namun apabila tidak kunjung berhenti, maka patut dicurigai pasien
menderita penyakit sistemik yang mempengaruhi lamanya pendarahan.
Sedangkan pada trauma jaringan lunak prinsipnya adalah dilakukan
pembersihan pada luka tersebut agar tidak terjadi infeksi dan kemudian dilakukan
penjahitan. Penjahitan luka adalah tidakan mendekatkan tepi-tepi luka dan
mempertahankannya dengan benang atau jahitan sampai tensile strength luka
tersebut dapat bersambung. Sehingga disini diharapkan tidak terjadi infeksi dan
luka akan cepat sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
American Association of Pediatric Dentistry (AAPD). 2011. Guideline on
Management of Acute Dental Trauma. Reference Manual V 34/ No. 6,
12/13, P. 230 (pada http://www.aapd.org/).
Bakland LK, Andreasen JO. 2004. Dental traumatology: essential diagnosis
and treatment planning. Denmark: Blackwell Munksgaard. P. 14-34 (pada
http://endoexperience.com/)
Drescher, Steve (reviewer). 2013Gum Problem Basics: Sore, Swollen, dan
Bleeding Gums, pada http://www.webmd.com/oral-health/guide/gum-
problem-basics-sore-swollen-and-bleeding-gums, diakses pada tanggal 5
September 2015.
US Department of Health Service. 2013. Periodontal (Gum) Disease:
Causes, Symptoms, and Treatment (pada
www.nidcr.nih.gov/oralhealth/Topics/GumDiseases/PeriodontalGumDiseas
e.htm#howIs, diakses pada tanggal 6 September 2015).
Roberts, Graham, Crispian Scully, dan Rosemary Shotts. Toolbox Dental
Emergencies, (pada http://www.ncbi.nlm.nih.gov/). July 2001, Vol. 175.
Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. 2008. Dental Management of
the Medically Compromised Patient. 7 th ed. Mosby Elsevier.
Pederson, G. 1996. Buku Ajar Ilmu Bedah Mulut. Alih Bahasa : Purwanto.
Jakarta : EGC
Sariningsih, Endang drg. 2007.Teknik Mengeluarkan Gigi Fraktur. Jakarta :
EGC
Setiadinata, Jimmy. 2003. Penanggulangan Perdarahan. Bandung:
Universitas Padjadjaran
Sjamsuhidajat, R., & de Jong, W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark AJE. 2003. Textbook of General and
Oral Surgery. Elsevier