48
BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Tabungan Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan tahun ini yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi (Nopirin, 1996: 51). Sedangkan tabungan nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai. Tabungan nasional dapat dijelaskan dalam persamaan berikut ini : S = Y – C – G ……………………………………… ……......…(2.1) S = (Y – T – C) + (T – G)……………………………….……... (2.2) Tabungan Nasional = Tabungan Swasta + Tabungan Publik.…...(2.3) Dimana : S = tabungan nasional Y = pendapatan nasional T = pandapatan pajak C = konsumsi G = pengeluaran pemerintah 26

BAB 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tabungan

Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari

pendapatan tahun ini yang tidak dibelanjakan atau digunakan

untuk konsumsi (Nopirin, 1996: 51). Sedangkan tabungan

nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian yang

tersisa setelah dipakai. Tabungan nasional dapat dijelaskan

dalam persamaan berikut ini :

S = Y – C – G ………………………………………

……......…(2.1)

S = (Y – T – C) + (T – G)……………………………….

……...(2.2)

Tabungan Nasional = Tabungan Swasta + Tabungan

Publik.…...(2.3)

Dimana : S = tabungan nasional

Y = pendapatan nasional

T = pandapatan pajak

C = konsumsi

G = pengeluaran pemerintah

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa tabungan

nasional terdiri dari :

Tabungan swasta (private saving)

26

Page 2: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

Adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga

membayar pajak dan konsumsi mereka, dijelaskan dengan

persamaan :

Tabungan Swasta = Y – T – C………………...………..

…..…(2.4)

Tabungan swasta terdiri atas dua tabungan, yaitu tabungan

perusahaan (corporate saving) dan tabungan rumah tangga

(household saving). Di negara-negara berkembang, tabungan

swasta domestik mempunyai peranan yang besar dalam

mendukung pembentukan modal, dimana komponen

utamanya berasal dari tabungan rumah tangga, selain dari

tabungan perusahaan. Tabungan perusahaan pada umumnya

mempunyai peranan lebih kecil di negara berkembang

dibandingkan tabungan rumah tangga. Hal ini karena di

negara berkembang tersebut mempunyai hambatan seperti

pasar modal yang belum berkembang ditambah hukum yang

lemah sehingga tidak kondusif untuk dunia usaha (Gillis,

1987: 265-266).

Tabungan Publik (public saving)

Adalah pendapatan pajak yang tersisa pada pemerintah

setelah dikurangi pengeluaran pemerintah.

Tabungan Publik = T – G……………………………….....

…..(2.5)

27

Page 3: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami

budget surplus, yang berarti tabungan publik bernilai positif,

dan sektor ini akan ditambahkan pada sektor swasta untuk

menambah sumber pembiayaan investasi. Namun jika T-G

bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget deficit,

yang mencerminkan bahwa tabungan publik bernilai negatif,

dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain untuk

menutupi pengeluarannya.

Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya

penanaman modal, dimana penanaman modal akan

memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Proses

pembentukan modal ini berjalan melalui tiga tingkatan (Jhingan,

2000: 47) :

1. kenaikan volume tabungan nyata yang langsung

tergantung kepada kemauan dan kemampuan untuk

menabung.

2. keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk

menggalakkan dan menyalurkan tabungan.

3. penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam

barang-barang modal oleh perusahaan.

2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan

2.2.1 Teori J.M. Keynes

28

Page 4: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

Pendapat J.M. Keynes dalam teorinya mengenai

kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume)

yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan

pendapatan menyatakan bahwa pendapatan dikatakan sebagai

salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan. Keynes

menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh

perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan

pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan

seluruhnya untuk meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa

pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung, hal ini

dapat dijelaskan dalam persamaan berikut :

S ≡ Y – C …………………………………………………….…….…...

(2.6)

C = Ĉ + cY ; Ĉ > 0 ;0 < c <1……………...………...…..

……….…(2.7)

Dimana : S = saving Ĉ = intercept; tingkat konsumsi ketika

pendapatan nol

Y = income c = marginal propensity to

consume

Jika kedua persamaan (2.6) dan (2.7) atau disebut juga

budget constraint tersebut digabungkan, maka akan

menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi persamaan

tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan

tingkat pendapatan. Dengan mensubstitusi persamaan konsumsi

29

Page 5: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

(2.6) dengan persamaan budget constraint (2.7), maka kita akan

mendapatkan fungsi persamaan tabungan :

S ≡ Y – C = Y - Ĉ – cY = - Ĉ + (1-c)Y ………….

……………..(2.8)

Dari persamaan (2.8) kita dapat melihat bahwa tabungan

memiliki hubungan positif dengan pendapatan karena marginal

propensity to save12, s = 1 – c, adalah positif. Dengan kata lain,

tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat. Teori ini

disebut hipotesis pendapatan absolut. Dalam hipotesis ini

digunakan pendapatan saat ini (current income).

Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan

Disposibel, Kunsumsi, dan Tabungan.

Pada gambar ditunjukan bahwa tingkat tabungan adalah

jarak antara garis 45° dengan garis fungsi konsumsi seperti

12 Perubahan pada tabungan individu untuk setiap perubahan pada pendapatan disposibel individu.

30

Konsumsi

Tabungan

Pendapatan Disposibel

S1

Fungsi Tabungan

Pendapatan Disposibel

C1

Autonomous Consumption

45°

Fungsi konsumsi C = Ĉ + cY

Yd0 Yd1

0

Page 6: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

ditunjukan oleh garis S1. Kemudian, pada gambar bagian bawah

diperlihatkan fungsi tabungan pada tingkat pendapatan

disposibel berbeda-beda. Pada tingkat Yd < Yd0 , masyarakat

mengkonsumsi lebih banyak daripada pendapatan mereka.

Sedangkan di sebelah kanan Yd0 , konsumsi akan lebih kecil

daripada pendapatan sehingga kelebihan pendapatan tersebut

akan ditabung.

2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of

Consumption and Saving

2.2.2.1 Life-cycle Theory

The life-cycle permanent income theory of consumption

and saving (Modigliani,1986) menjelaskan tentang pilihan

bagaimana memelihara standar hidup yang stabil dalam

menghadapi perubahan pendapatan dalam waktu hidup

seseorang. Jadi, teori ini menjelaskan hubungan antara

pendapatan sepanjang waktu, konsumsi, dan tabungan. The life

cycle hypothesis melibatkan individu, untuk merencanakan

perilaku konsumsi dan perilaku tabungannya dalam jangka

panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsinya dengan

cara terbaik untuk seluruh masa hidupnya.

Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving,

and Wealth in the Life-Cycle Model

31Dissaving

Assets

Saving

NLWL

WRmax

C

YL

Time

Page 7: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

Keterangan : WR = wealth WL = working

life

YL = annual labor income NL = number of years

of life

C = consumption

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa konsumsi konstan

sepanjang waktu. Selama masa kerja (WL tahun), individu

menabung dan mengumpulkan aset. Pada akhir masa kerjanya,

individu mulai menarik kembali aset-aset tersebut, tidak

menabung (dissaving / negative saving) pada masa sisa

hidupnya (NL – WL) sehingga aset tersebut akan bernilai nol

pada akhir hidupnya.

2.2.2.2 Permanent Income Theory

Seperti life-cycle hyphothesis, teori yang diperkenalkan

oleh Milton Friedman ini berpendapat bahwa konsumsi dan

tabungan dihubungkan tidak hanya dengan pendapatan saat

32

Page 8: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

ini, tetapi terhadap estimasi pendapatan pada jangka panjang.

Permanent income adalah tingkat kestabilan konsumsi yang

dapat dipelihara oleh seseorang pada sisa hidupnya, dengan

asumsi bahwa dia mengetahui tingkat kesejahteraannya saat ini

dan pendapatan yang didapatnya sekarang dan di masa akan

dating.

Secara sederhana, teori ini berpendapat bahwa konsumsi

adalah proporsional terhadap permanent income, sehingga

dapat dijelaskan dalam persamaan :

C = c.YP …………………....……………………………..……

(2.9)

Dimana :

C = konsumsi

c = marginal propensity to consume

YP = permanent (disposable) income

2.2.3 Teori Klasik

33

Page 9: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

Ekonom klasik yang berpendapat bahwa perekonomian

selalu berada pada tingkat full employment yang tercapai akibat

bekerjanya mekanisme pasar yang disebut dengan “invisible

hand”, menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari

tingkat bunga13. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula

keinginan masyarakat untuk menabung. Pada tingkat bunga

yang lebih tinggi, masyarakat akan mengurangi pengeluaran

untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga.

Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0 dimana

jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga

berada diatas i0, jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha

untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing

untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan

tingkat bunga ke titik semula. Apabila tingkat bunga berada

dibawah tingkat bunga keseimbangan, para pengusaha akan

bersaing untuk memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih

13 Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter. Yogyakarta. BPFE.

34

i1

tabungan

Investasi1

Investasi0

S1

S0

Tingkat Bunga

Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan

i0

Page 10: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

kecil. Persaingan ini juga akan membawa tingkat bunga ke titik

keseimbangan.

2.2.4 Teori Neoklasik

Alfred Marshall14 dari kaum neoklasik menyatakan bahwa

terdapat beberapa faktor, baik ekonomi maupun non ekonomi

yang mempengaruhi tabungan. Diantara faktor ekonomi

tersebut, kunci utamanya adalah tingkat bunga. Marshall

mengemukakan bahwa tingkat bunga adalah imbalan dari

kesediaan seseorang untuk menunggu dan semakin besar

tingkat bunga maka akan semakin besar pula tabungan.

Selain Marshall, ekonom lain dari kaum neoklasik, yaitu

Irving Fisher, menyatakan tingkat bunga sebagai faktor yang

mempengaruhi tabungan. Menurut Fisher, tingkat bunga

ditentukan oleh beberapa prinsip, yaitu prinsip ketidaksabaran

(impatience) untuk menikmati pendapatan saat ini, prinsip

kesempatan untuk melakukan investasi, dan prinsip pasar.

Teori neoklasik mengenai tabungan didasarkan pada

prinsip adanya rate of time preference yang konstan15. Rate of

time preference adalah target tingkat bunga riil yang ingin

dicapai oleh para penabung. Jika tingkat bunga riil lebih besar

dari tingkat preferensi waktu (time preference), maka tabungan

menjadi positif dan penawaran modal akan meningkat, dan juga 14 Alfred Marshall. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan.15 Michael Parkin. 1996. Macroeconomics. Ontario : Addison-Wesley Publishing Company.

35

Page 11: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

berlaku sebaliknya. Jika tingkat bunga riil sama dengan tingkat

preferensi waktu, maka masyarakat sudah puas dengan dana

tabungan yang telah dikumpulkannya.

Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan

Pada gambar diatas dapat dilihat garis KD dan KS yang

merupakan permintaan dan penawaran modal. Jika tingkat

bunga riil adalah nol, maka tabungan adalah nol, sedangkan jika

tingkat bunga riil berada pada R1 maka tabungan akan positif,

penawaran modal meningkat dari KS0 ke KS1. Jika tingkat

bunga riil turun, jumlah modal per kapita akan meningkat dari

K0 ke K1. Jumlah modal per kapita akan berhenti bertambah

pada tingkat bunga riil sama dengan rate of time preference.

2.3 Definisi Investasi

Investasi adalah pembelian alat-alat modal, persediaan

dagang / inventori, dan struktur usaha, termasuk pembelian

rumah baru untuk rumah tangga. Investasi dihubungkan

36

Jumlah modal per kapita

KD1

Rate of time preference

KS1KS0

Tingkat bunga riil

K1K0

R1

R0

Page 12: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

dengan sektor bisnis yang ditambahkan kepada persediaan

modal fisik. Investasi swasta (private investment) adalah output

dari perusahaan yang disimpan untuk perusahaan itu sendiri.

Definisi investasi swasta menurut Parkin (1996:179) adalah

pengeluaran untuk alat-alat modal dan bangunan oleh

perusahaan-perusahaan dan pengeluaran pada perumahan yang

baru oleh rumah tangga, termasuk di dalamnya perubahan pada

inventory perusahaan.Investasi swasta terdiri dari :

Inventory Investment, termasuk didalamnya semua

perubahan dalam persediaan bahan baku (raw materials),

perlengkapan, dan produk akhir yang dihasilkan oleh

perusahaan.

Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk

yang dibeli oleh perusahaan yang tidak ditujukan untuk

dijual kembali, terdiri dari residential dan nonresidential

investment.

Sedangkan investasi swasta dalam kaitannya dengan

penelitian ini merupakan gabungan antara investasi swasta

asing (Penanaman Modal Asing/PMA) dengan investasi swasta

domestik (Penanaman Modal Dalam Negeri//PMDN).

Menurut European Parliament (1999:10-11), peran pokok

dari investasi swasta adalah menambah stok modal dari aset-

aset produktif yang dipegang oleh sektor swasta. Dua motivasi

utama adalah untuk menggantikan stok modal yang telah ada

37

Page 13: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

dan menciptakan stok modal tambahan yang mengandung

teknologi baru (perlu dicatat dalam hal ini bahwa ‘baru’ tidak

berarti yang termodern/terakhir, tetapi baru bagi perusahaan

yang ditanamkan modal).

Perlu diperhatikan bahwa pola pengeluaran investasi

swasta tidak sama dengan pola pengeluaran sektor rumah

tangga yang mempunyai kebiasaan membelanjakan sebagian

atau seluruh pendapatan mereka, tetapi terdapat pertimbangan-

pertimbangan yang diambil oleh perusahaan dalam membeli

barang atau jasa tersebut, yaitu harapan dari pengusaha untuk

kemungkinan memperoleh keuntungan di kemudian. Hal ini

pula yang membedakannya dengan investasi pemerintah.

Peningkatan investasi sektor swasta di Indonesia selama

beberapa tahun terakhir ini terjadi terutama akibat peningkatan

PMA langsung (Foreign Direct Investment/FDI). Hal ini erat

kaitannya dengan perubahan dalam strategi perdagangan yang

makin berorientasi ke luar (outward looking) dan meningkatnya

intra industry trade dalam struktur perdagangan dan industri

Indonesia.

Pemberian izin untuk investasi swasta (PMA dan PMDN)

di Indonesia ini sepenuhnya ditangani oleh BKPM (Badan

Koordinasi Penanaman Modal) atau oleh menteri teknis, seperti

dalam bidang-bidang tertentu contohnya: pertambangan,

minyak dan gas bumi (izin oleh Menteri Pertambangan),

38

Page 14: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

kehutanan (izin oleh Menteri Kehutanan), perikanan (izin oleh

Menteri Pertanian), lembaga pembiayaan, asuransi (izin oleh

Menteri Keuangan), perbankan, (izin oleh Menteri Keuangan

dan rekomendasi BI).

2.2.4.1 Penanaman Modal Asing (PMA)

Pengertian PMA yang terkandung dalam Undang-Undang

No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana

diubah dan ditambah oleh Undang-Undang No. 11 tahun 1970

tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang No. 1 tahun

1967 mencakup 3 unsur pokok (Bank Indonesia, 1995:98-100),

yaitu:

a. Penanaman modal secara langsung;

b. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan di

Indonesia;

c. Risiko ditanggung pemilik modal/investor (pasal 1).

Dimana pengertian modal asing tersebut terdiri dari:

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian

dari devisa Indonesia dan disetujui pemerintah untuk

pembiayaan perusahaan di Indonesia;

2. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan

baru milik asing dan bahan-bahan dari luar negeri ke dalam

wilayah RI yang tidak dibiayai dari devisa Indonesia;

39

Page 15: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

3. Bagian dari hasil perusahaan yang dapat ditransfer, tetapi

digunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia (pasal

2).

Menurut Undang-Undang tersebut, jenis PMA bisa secara

penguasaan penuh atas bidang usaha yang bersangkutan (100%

asing) ataupun kerjasama/patungan dengan modal Indonesia.

Kerjasama dengan modal Indonesia tersebut dapat terdiri dari:

hanya dengan pemerintah (misalnya pertambangan) atau

pemerintah maupun swasta nasional. Jangka waktu PMA di

Indonesia tidak boleh melebihi 30 tahun dan bidang usaha yang

terbuka atau tertutup ditentukan oleh pemerintah. Contoh

bidang usaha yang tertutup bagi PMA adalah pelabuhan, listrik

umum, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum,

kereta api umum, pembangkit tenaga atom, mass-media, dan

bidang-bidang usaha yang berkaitan dengan industri militer.

PMA dapat berupa penanaman modal langsung (FDI) atau

portfolio. Investasi langsung biasanya melibatkan kontrol

manajemen dari pihak asing sedangkan investasi portfolio

meliputi pembelian surat-surat berharga dan jenis investasi ini

tidak melibatkan pengawasan pihak asing terhadap perusahaan

domestik.

Negara-negara berkembang sebagian besar memberikan

insentif untuk mendorong PMA dan menyalurkannya untuk

penggunaan-penggunaan yang diinginkan. Pada saat yang sama,

40

Page 16: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

mereka juga mengenakan berbagai hambatan terhadap PMA

untuk menghindari dominasi asing dan memegang sumber daya

alam mereka kembali.

Keuntungan dari PMA untuk negara berkembang dapat

dihasilkan dari tingkat upah riil yang lebih besar untuk tenaga

kerja domestik dan atau kesempatan kerja yang lebih luas,

pilihan yang lebih banyak dari kualitas produk yang baik dengan

tingkat harga yang lebih rendah untuk konsumen domestik,

meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak terhadap

investasi asing tersebut, dan keuntungan-keuntungan tidak

langsung atau eksternalitas ekonomi dari peningkatan

teknologi, pelatihan tenaga kerja lokal, dan mendorong

perusahaan-perusahaan domestik melalui keterkaitan ke depan

maupun ke belakang (forward and backward linkage effect).

PMA juga dapat mengakibatkan kerugian atau biaya bagi

negara resipien/penerima, seperti: berbagai konsensus khusus

yang diberikan kepada investor asing, seperti: pengurangan

pajak (tax remission); pengaruh negatif terhadap tabungan

domestik; hambatan terhadap Terms of Trade (TOT) negara

berkembang; kesulitan-kesulitan neraca pembayaran; dan

campur tangan asing terhadap urusan dalam negeri negara

resipien.

Menurut Todaro, argumen yang mendukung penanaman

modal asing sebagian besar berasal dari analisis neoklasik

41

Page 17: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

tradisional yang memusatkan pada berbagai determinan

pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal asing merupakan

sesuatu yang sangat positif, karena hal tersebut mengisi

kekurangan tabungan yang didapat dari dalam negeri,

menambah cadangan devisa, memperbesar penerimaan

pemerintah, dan mengembangkan keahlian manajerial bagi

negara penerimanya. Semua itu merupakan faktor-faktor kunci

yang dibutuhkan untuk mencapai target pembangunan. PMA ini

dapat mengatasi dua kesenjangan (two gap) yaitu ‘kesenjangan

tabungan-investasi’ (saving gap) dengan pemberian sumbangan

finansial jika terjadi kurang memenuhinya mobilisasi tabungan

domestik, dan juga mengatasi ‘kesenjangan devisa’ atau

‘kesenjangan perdagangan luar negeri’ (trade gap) dengan

peranannya dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah

devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil aktual devisa dari ekspor

ditambah dengan bantuan luar negeri netto. Menurut argumen

ini, arus-arus masuk modal swasta asing tersebut bukan hanya

dapat menghilangkan sebagian atau seluruh defisit yang

terdapat di dalam neraca pembayaran, akan tetapi dapat juga

menghilangkan defisit dalam jangka panjang (secara permanen)

bila perusahaan asing tersebut dimungkinkan untuk hadir di

negara yang bersangkutan guna menghasilkan devisa dari hasil-

hasil ekspornya secara netto.

42

Page 18: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

Selanjutnya dijelaskan pula selain dua kesenjangan

tersebut, kesenjangan ketiga yang dikatakan dapat diisi oleh

modal swasta asing adalah kesenjangan antara target

penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang

dapat dikumpulkan. Ini terjadi dengan adanya tambahan

pendapatan pajak atas keuntungan perusahaan multinasional

dan keikutsertaan mereka secara finansial dalam kegiatan-

kegiatan mereka di dalam negeri, sehingga pada akhirnya akan

dapat turut memobilisasikan sumber-sumber finansial.

2.2.4.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-

Undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) mencakup kriteria sebagai berikut (Bank

Indonesia, 1995:103):

a. bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia;

b. dimiliki oleh negara ataupun swasta nasional dan swasta

asing yang berdomisili di Indonesia;

c. guna menjalankan sesuatu usaha; dan

d. modal tersebut tidak termasuk dalam pengertian pasal 2

Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tersebut diatas (Pasal 1

ayat 1)

PMDN merupakan bagian dari penggunaan kekayaan yang

dapat dilakukan secara langsung oleh pemilik sendiri atau

43

Page 19: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

secara tidak langsung, antara lain melalui pembelian obligasi,

saham, deposito, dan tabungan yang jangka waktunya minimal 1

tahun.

Menurut Undang-Undang tersebut, perusahaan yang

dapat menggunakan modal dalam negeri dapat dibedakan

antara perusahaan nasional dan perusahaan asing, dimana

perusahaan nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh negara dan

atau swasta nasional ataupun sebagai usaha gabungan antara

negara dan atau swasta nasional dengan swasta asing dimana

sekurang-kurangnya 51% modal dimiliki oleh negara atau

swasta nasional. Pada prinsipnya semua bidang usaha terbuka

untuk swasta/PMDN kecuali bidang-bidang yang menguasai

hajat hidup orang banyak dan strategis.

2.4 Teori dan Pemikiran Tentang Investasi

2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior

Salah satu kontribusi penting terhadap teori ini dijelaskan

oleh Dale Jorgenson16, pada tahun 1960-an. Jorgenson ingin

menunjukan bahwa biaya modal dari pengguna dapat dijelaskan

dari teori mikroekonomi neoklasik dengan cara mengukur

keputusan memaksimalkan profit perusahaan. Beliau menjadi

16 Dale Jorgenson. 1963. Capital Theory and Investment Behaviour.. American Economic Review Vol. 53, pp. 49-58.

44

Page 20: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

pionir dalam menjelaskan adanya hubungan antara keputusan

investasi perusahaan dan dampak dari kebijakan pajak

pemerintah terhadap insentif jika berinvestasi.

Biaya Modal (The User Cost of Capital)

The user cost of capital dapat didefinisikan sebagai biaya

yang dikeluarkan perusahaan dalam menggunakan bagian dari

modal pada kurun waktu tertentu. Teori ini berawal dari asumsi

bahwa perusahaan akan berinvestasi jika mereka berekspektasi

bahwa mereka akan mendapat keuntungan. Tambahan modal

tidak akan dibeli kecuali ekspektasi marginal product of capital

(MPK) lebih besar atau setidaknya sama dengan user cost of

capital (u).

45

Page 21: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

MPK ≥ u…………………………...………………….

(2.10)

Marginal product of capital sendiri adalah tambahan output

yang dapat diproduksi oleh perusahaan untuk setiap unit

tambahan modal.

Dari gambar berikut ini dapat dijelaskan dampak

penurunan the user cost of capital (u) terhadap desired capital

output ratio (v*), terlihat bahwa keseimbangan awal berada

pada titik E0, perusahaan mendapatkan keuntungan pada

daerah (1) atau daerah initial profit. Perusahaan tidak dapat

melakukan investasi selanjutnya karena akan menyebabkan

kerugian yang ditunjukan oleh daerah (5) initial loss eliminated

+ (6) remaining loss. Tetapi jika user cost of capital dapat

diturunkan dari u0 ke u1, keseimbangan akan bergeser dari E0

ke E1. Maka hal ini akan mengurangi kerugian sebesar daerah

(5) (initial loss eliminated), dan perusahaan akan mendapatkan

keuntungan tambahan yang ditunjukan oleh daerah (2) extra

added profit.

Gambar 2.5 Dampak Penurunan The User Cost of

Capital (u)

Terhadap Desired Capital Otput Ratio

(v*).

46

Remaining Loss (6)

Desired Capital Output Ratio

v*1v*0

u1

MPK

Initial Loss Eliminated (5)

u0

Initial User Cost (4)

New Lower User Cost (3)

Extra Added Profit (2)

Initial Profit (1)

User Cost of Capital (u)

Page 22: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

Insentif Pajak dan Perilaku Investasi

The user cost of capital tidak hanya tergantung dari

depreciation rate of capital dan tingkat suku bunga riil yang

harus dibayarkan dari dana yang dipinjam untuk pembelian

peralatan modal. Seperti dijelaskan oleh Jorgenson, bahwa user

cost of capital juga tergantung oleh sistem perpajakan.

Karenanya baik itu kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter

dapat mempengaruhi the user cost of capital. Kebijakan

moneter berpengaruh dalam perubahan tingkat suku bunga riil,

sedangkan kebijakan fiskal dalam menentukan tingkat pajak dan

peraturan sistem perpajakan.

Dari gambar 2.5 diatas kita dapat mengilustrasikan

dampak dari perubahan kebijakan perpajakan pemerintah yang

dirancang untuk menstimulasi investasi. Dengan

mengasumsikan bahwa pemerintah melakukan perubahan pada

tingkat pajak atau peraturan perpajakan dengan tujuan untuk

mengurangi the user cost. Dengan kata lain, tingkat pajak yang

dibayarkan perusahaan untuk keuntungan yang mereka

47

E1

E0

Page 23: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

dapatkan berkurang setengahnya. Tambahan unit modal

sekarang dapat dibeli oleh perusahaan dan akan menggeser

capital output ratio ke kanan ke titik v*1. Penurunan user cost

dapat meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian

seperti dijelaskan sebelumnya.

2.4.2 Tobin’s q Theory of Investment

Teori Tobin ini dikembangkan berdasarkan teori dari

Keynes bahwa kecenderungan pembelian peralatan modal baru

tergantung dari harga pasar (market value) dari modal pada

pasar saham dibandingkan dengan biaya pembelian modal

tersebut. Jadi, teori ini menghubungkan antara investasi dengan

harga saham. Seorang manajer pada sebuah perusahaan dapat

merespon terhadap perubahan harga saham dengan

memproduksi lebih banyak modal, atau berinvestasi, ketika

harga sahamnya tinggi dan memproduksi sedikit modal baru

atau tidak berinvestasi sama sekali ketika harga sahamnya

rendah.

Untuk menciptakan suatu pengukuran kuantitatif yang

merefleksikan perubahan pada haraga pasar relatif terhadap

biaya pembelian, Tobin mendefinisikan variabelnya q sebagai

rasio dari harga pasar dari perusahaan pada pasar saham dan

obligasi terhadap biaya penggantian dari capital stock.

Kemudian, investasi merupakan fungsi dari rasio q. Ketika rasio

48

Page 24: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

ini tinggi, perusahaan menginginkan memproduksi lebih banyak

aset, sehingga investasi akan tumbuh lebih cepat.

Sebagai contoh dari persamaan investasi dari teori ini

adalah hubungan antara gross investment relatif terhadap

capital stock (I/K), rasio q (q), dan rasio investasi pengganti

(replacement investment) terhadap capital stock (d).

I = j (q – 1) + d ………………………………………….……...….(2.11)

K

Karena sumber utama perubahan pada q adalah perubahan

pada harga pasar saham, teori Tobin menciptakan saluran

tambahan dimana perubahan pada pasar saham mungkin

mempengaruhi perekonomian melalui kecenderungan

berinvestasi.

Beberapa pendapat ahli ekonomi mengenai teori ini :

1. Teori ini menyatakan bahwa investasi harus dilakukan

ketika perubahan pada yang diciptakan investasi tersebut

terhadap harga pasar saham perusahaan lebih besar

daripada biayanya.

2. Terdapat time lag antara ketika perusahaan memutuskan

bahwa suatu pengeluaran investasi menguntungkan

dengan ketika barang investasi dikirimkan dan

diperhitungkan dalam pendapatan nasional sebagai

pengeluaran investasi.

49

Page 25: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

3. Mungkin terdapat ketidaksempurnaan dalam pasar modal.

Tidak semua perusahaan dapat meningkatkan modal

untuk mendanai investasinya melalui pasar saham atau

pasar obligasi.

2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian Tentang

Pengeluaran Investasi Sektor Swasta

Cukup sulit untuk menarik garis lurus perbedaan antara

kelompok Moneteris dan Keynesian, tetapi salah satu diantara

beberapa hal yang cukup mendasar untuk dijadikan alasan

pembedaan antara kedua kelompok tersebut adalah

pandangannya terhadap sektor swasta. Moneteris cenderung

berpendapat bahwa sektor swasta relatif stabil, alasannya

adalah bahwa pengeluaran sektor swasta didasarkan pada teori

pendapatan permanen sehingga pengeluaran konsumsi akan

relatif stabil. Pengeluaran konsumsi merupakan komponen

pengeluaran yang paling besar dan hanya berubah secara

perlahan yaitu dalam rangka penyesuaian konsumsi individu

dengan perkiraan pendapatan permanen dalam jangka panjang.

Faktor lain yang menyebabkan pengeluaran konsumsi ini

relatif stabil adalah elastisitas pengeluaran investasi terhadap

tingkat bunga yang cukup besar (kurva IS yang cenderung

mendatar)17. Demikian pula fleksibilitas tingkat bunga dan harga 17 Hal ini disebabkan definisi kekayaan yang lebih luas, dimana Milton Friedman membagi kekayaan ke dalam 5 bentuk, yaitu uang, obligasi, saham, kekayaan fisik, dan keahlian/kecakapan.

50

Page 26: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

yang sering menyebabkan pengeluaran investasi dan konsumsi

stabil, jika terjadi penurunan investasi dan jumlah uang beredar

yang tetap maka tingkat suku bunga akan turun. Penurunan

tingkat suku bunga ini akan menyebabkan investasi kembali

terdorong naik untuk mengimbangi penurunan investasi awal.

Hal ini berarti investasi tidak banyak berubah.

Seandainya kenaikan investasi dan atau konsumsi tidak

cukup untuk menutupi penurunan investasi maka melalui

perubahan harga pengeluaran swasta akan tetap stabil,

mekanismenya adalah penurunan investasi akan berakibat pada

timbulnya pengangguran sehingga upah dan kemudian harga

akan turun. Untuk sejumlah uang beredar, turunnya harga

berarti nilai riil uang akan naik. Kenaikan nilai riil uang (melalui

teori kuantitas uang) akan mendorong pengeluaran. Dalam

alternatif pendapat kaum Keynesian, naiknya nilai riil uang akan

menurunkan tingkat bunga yang kemudian akan mendorong

kenaikan investasi.

Keynesian berpendapat bahwa sektor swasta pada

dasarnya tidak stabil18. Pergeseran sikap dan perkiraan dari

pengusaha dan konsumen menyebabkan ketidakstabilan

sehingga harus diambil kebijakan fiskal dan moneter untuk

menstabilkan. Selain itu, ketidakstabilan sektor swasta juga

disebabkan oleh harga yang tidak fleksibel.

18 Paul A. Samuelson and William Nordhaus. 1995. Macroeconomics. Ontario : Mcgraw Hill.

51

Page 27: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

Gambar 2.6 Kasus Moneteris

Gambar 2.7 Kasus Keynesian

Sumber : Ekonomi Moneter, Buku I, Nopirin, hal

85-86.

Jika karena suatu sebab pengeluaran investasi oleh

pengusaha turun, pada gambar 2.6 ditunjukan dengan

bergesernya kurva permintaan agregat (AD) dari AD0 ke AD1.

Dengan kurva penawaran agregat (AS) yang vertikal (dalam

versi monetaris) maka pada harga P0 jumlah barang yang

diminta turun menjadi Y1. maka akan terjadi excess suply,

dimana penawaran melebihi permintaan, pengangguran terjadi,

dan hal ini akan mendorong upah dan harga untuk turun.

52

AD0

P0

Y1 YF

P1

Y

AD1

AS

P

AD0

P0

Y1 YF

P1

Y

AD1

AS0

P AS0

Y2

Page 28: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

Turunnya harga menyebabkan nilai riil uang akan naik,

sehingga permintaan total akan naik (sepanjang kurva AD1).

Harga akan terus turun sampai jumlah yang diminta kembali

pada Yf. Kenaikan permintaan ini disebabkan turunnya tigkat

bunga (sebagai akibat naiknya nilai uang kas riil). Karena

konsumsi merupakan bagian dari AD, kenaikan konsumsi juga

merupakn kenaikan permintaan agregat.

Dalam pandangan Keynesian, penurunan investasi

(autonomous) tidak akan menyebabkan kenaikan konsumsi,

sehingga AD akan tetap bergeser ke kiri bawah. Dalam gambar

2.7 dijelaskan bahwa pergeseran AD dari AD0 ke AD1 karena upah

dan atau harga adalah tetap(rigid) meskipun ada pengangguran,

maka output akan tetap pada tingkat Y1. Disini digambarkan 2

kurva penawaran agregat (AS), yaitu AS0 untuk ekstrim

Keynesian serta AS1 untuk Keynesian yang lebih realistis. Untuk

kasus Keynesian yang lebih realistis, upah dan harga turun

tetapi relatif lebih kecil. Output sedikit lebih tinggi dari kasus

ekstrim Keynesian, yaitu Y2, tetapi kesemuanya masih berada

dibawah output pada tingkat full employment (Yf). Masalahnya,

karena penurunan upah dan harga tidak cukup untuk

mendorong kenaikan permintaan agregat sepanjang kurva AD1,

yang dapat menutup penurunan investasi, sehingga akhirnya

output berada dibawah tingkat full emloyment. Untuk mencapai

kembali pada keadaan full employment, Keynesian memberikan

53

Page 29: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

solusi perlu ada campur tangan pemerintah melalui kebijakan

fiskal dan moneter.

2.5 Penelitian Empiris Tentang Tabungan dan Investasi

Swasta

1.5.1 Penelitian Ipumbu W. Shiimi dan Gerson Kadhikwa

Penelitian ini dilakukan di Namibia selama kurun waktu

17 tahun antara tahun 1980-1996. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui perkembangan dari tabungan nasional

dan investasi swasta serta faktor apa saja yang paling

mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode

cointegration untuk mengetahui dampak dari perubahan

variabel dalam model pada jangka panjang dan error correction

model (ECM) untuk mengetahui dampak dari perubahan

variabel dalam model pada jangka pendek.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

kemudian dimasukan ke dalam spesifikasi model sebagai

berikut:

Model tabungan nasional

Ln S = α + β1 LnGNDIt + β2 LnRt + β3 LnPt + μt…….

…………………...….. (2.12)

Model investasi swasta

Ln I = α + γ1 LnYt + γ2 LnPt + γ3 LnRt + γ4 LnGIYt + νt

………………..…......(2.13)

54

Page 30: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

Dimana :

Ln S = logaritma dari tabungan nasional riil

Ln GNDI = logaritma dari pendapatan disposibel nasional riil

Ln R = logaritma dari tingkat suku bunga deposito riil

Ln P = tingkat inflasi

Ln I = logaritma dari tingkat investasi swasta riil

Ln Y = logaritma dari pendapatan nasional riil

Ln GIY = logaritma dari rasio investasi pemerintah terhadap

PDB

β1 ,…, β3 , dan γ1, ,… ,γ4, = koefisien regresi

μ,ν = error term

t menunjukan waktu

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai

beikut :

Uji kointegrasi

Untuk model tabungan nasional ternyata terdapat unit

root pada residualnya dan juga mempunyai hubungan

kointegrasi yang lemah. Sedangkan untuk model investasi

swasta ternyata terdapat hubungan kointegrasi yang kuat yang

mendukung aplikasi ECM untuk mengestimasi hubungan jangka

pendeknya.

Hasil estimasi model kointegrasi

Untuk model tabungan nasional :

55

Page 31: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

Logsave = 4.8 + 0.3 loggrndi + 0.01 realdepr + 0.008

infl…………….….(2.14)

t values (4.4) (3.0) (0.2) (0.9)

R2 = 0.71

DW stat = 2.2

Dari hasil tersebut didapat bahwa hanya pendapatan

nasional disposibel riil (GRNDI) saja yang berpengaruh

signifikan terhadap tabungan nasional. Nilai R2 sebesar 0.71

berarti bahwa pada jangka panjang sekitar 70% variasi dari

tabungan nasional dijelaskan oleh pendapatan nasional

disposibel riil.

Untuk model investasi swasta :

Logrinv = 7.195 + 1.657 lgiy – 0.5092 ir – 0.01087

infl…………………..….(2.15)

t values (9.1) (8.5) (-2.2) (-0.3)

wald test Chi2 (3) = 76.776 [0.0000]

Dari hasil tersebut ternyata rasio investasi pemerintah

dan tingkat suku bunga riil berpengaruh signifikan pada tingkat

kepercayaan 5%. Sedangkan inflasi berpengaruh negatif tetapi

tidak signifikan. Variabel pendapatan nasional riil (Y)

dihilangkan karena terdapat korelasi dengan investasi swasta.

Nilai wald test sebesar 76.776 dengan p-value 0.0000

menunjukan bahwa variable pada sisi sebelah kanan

56

Page 32: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependennya.

Hasil estimasi model jangka pendek

Untuk model tabungan nasional ternyata hasilnya tidak

signifikan pada jangka pendek, karena memiliki hubungan

kointegrasi yang lemah. Sedangkan untuk model investasi

swasta diperoleh hasil :

Logrinv = -0.0043 + 0.55 lgiy + 0.10 lr – 0.018 infl – 0.82 res(-1) + et………(2.16)t values (1.1) (2.4) (1.2) (1.8) (5.0)

R2 = 0.73

DW = 2.7

Hasil tersebut menunjukan bahwa rasio investasi

pemerintah terhadap PDB dan tingkat suku bunga tidak hanya

signifikan pada jangka panjang, tetapi juga pada jangka pendek.

Rasio investasi pemerintah terhadap PDB signifikan pada

tingkat kepercayaan 5 % sedangkan tingkat suku bunga dan

inflasi pada tingkat 10 – 25 %, yang berarti memiliki dampak

yang kecil pada jangka pendek. Variabel error term signifikan

pada tingkat 5 % dan memiliki nilai koefisien sebesar –0.82. Ini

berarti sekitar 82 % dari error pada tahun sebelumnya dikoreksi

pada tahun selanjutnya. Nilai R2 sebesar 0.73 berarti sekitar 73

% variasi dari investasi swasta dipengaruhi oleh variasi dari

variabel bebasnya.

57

Page 33: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

2.5.2 Penelitian Paul R. Mason, Tamim Bayoumi, dan

Hossein Samiei19

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang

kemungkinan mempengaruhi tabungan swasta dengan sampel

dari 21 negara industri dan 40 negara berkembang. Penelitian

ini menggunakan data time series dan cross section, karena

variabilitas dari determinan yang potensial tergantung dari dua

dimensi tersebut.

Beberapa kesimpulan dapat diambil dari penelitian ini,

meskipun terdapat heterogenitas dari hasil yang didapat.

Pertama, terdapat perbedaan yang substansial pada perubahan

posisi kebijakan fiskal pemerintah dari tabungan swasta dengan

nilai rata-rata sebesar 75%, tergantung apakah perubahan

tersebut berasal dari perubahan pengeluaran pemerintah atau

dari pendapatan pajak. Meskipun perbedaan ini cukup besar,

tetapi kebijakan fiskal pemerintah ini berpengaruh signifikan

terhadap tabungan nasional, terutama jika perubahannya

berasal dari penurunan pengeluaran pemerintah.

Hasil estimasi untuk kedua kelompok negara menunjukan

bahwa pengaruh variabel demografik merupakan determinan

penting terhadap tingkat tabungan swasta. Bagaimanapun,

tingkat ketergantungan tabungan swasta terhadap variabel ini

lebih kecil daripada penelitian lain yng menemukan bahwa 19 Paul R. Masson, Tamim Bayoumi, dan Hossein Samiei. International Evidence on the Determinants of Private Saving. World Bank Economic Review. Vol. 12 No.3.

58

Page 34: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

variabel demografik berpengaruh signifikan terhadap tingkat

tabungan. Nilai koefisien variabel demografik hampir sama

untuk setiap metode.

Hasil yang didapat juga mengidentifikasi sejumlah saluran

(channels) yang mengukur pertumbuhan apakah yang paling

mempengaruhi tabungan. Hubungan positif antara

pertumbuhan PDB dan tabungan swasta didapat dari hampir

semua spesifikasi, terutama bagi negara-negara berkembang.

Hasil lain yaitu bahwa variabel pendapatan per kapita relatif

terhadap Amerika Serikat mempunyai hubungan positif

terhadap tabungan dan berpengaruh signifikan. Untuk negara-

negara berkembang, penelitian ini mendapatkan hasil bahwa

terdapat efek signifikan positif pada level , tetapi berpengaruh

negatif pada squared level. Hasil ini berarti bahwa pada titik

tertentu tingginya pendapatan akan berpengaruh negatif

terhadap tingkat tabungan. Kombinasi dari metode panel dan

cross sections konsisten dengan implikasi ini.

Tingkat suku bunga riil memiliki pengaruh positif dan

signifikan untuk negara-negara industri, meskipun hasilnya

tidak terlalu bagus. Tetapi untuk negara-negara berkembang

pengaruh dari tingkat suku bunga riil ini negatif dan tidak

signifikan. Perbedaan tingkat pembangunan finansial mungkin

dapat menjelaskan hasil ini, tetapi mungkin juga reformasi

59

Page 35: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

finansial yang terjadi selam periode penelitian mengubah

hubungan variabel ini.

Perubahan pada terms of trade mempunyai hubungan

positif dan signifikan terhadap tabungan untuk negara-negara

industri, tetapi tidak untuk negara-negara berkembang dengan

metode panel. Faktor eksternal tambahan yang memiliki

pengaruh negatif terhadap tabungan swasta pada negara-

negara berkembang adalah tingkat tabungan luar negeri.

Seperti posisi fiskal pemerintah, tingkat tabungan luar negeri

meningkatkan investasi domestik.

2.5.3 Penelitian Mohamad Ikhsan dan M. Chatib Bisri20

Mohamad Ikhsan dan M. Chatib Bisri melakukan

penelitian ini dengan tujuan: pertama, untuk membangun fungsi

investasi di Indonesia; kedua, untuk menguji hubungan antara

investasi swasta dan investasi pemerintah; serta ketiga untuk

menguji proposisi McKinnon bahwa di negara berkembang

investasi dibatasi oleh ketersediaan dana/kredit dan bukan

tingkat suku bunga.

Modifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

ditambahkannya variabel tingkat suku bunga, dan tingkat kurs

efektif. Tingkat kurs (nilai tukar) dimasukan dalam model

20 Mohamad Ikhsan, dan M. Chatib Bisri. Investasi Swasta dan Pemerintah ; Substitusi atau Komplementer ?: Kasus Indonesia, dikutip dari R. Evi Silviawaty NL.,Analisis Pengaruh Tingkat Pengeluaran Pemerintah dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Kegiatan Investasi Swasta di Indonesia periode 1977-1995, Bandung : Skripsi FE Universitas Padjadjaran, 2001.

60

Page 36: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

sebagai pengujian hipotesis karena investasi swasta terutama

investasi asing, cukup responsif terhadap daya saing produk

Indonesia di pasar internasional.

Secara keseluruhan, hasil estimasi persamaan-persamaan

dalam penelitian ini cukup memuaskan, arah dari koefisien

variabel dalam penelitian sesuai dengan yang diharapkan.

Koefisien ekspektasi output pada semua persamaan signifikan

secara stastistik dalam mempengaruhi ibvestasi swasta di

Indonesia dan menunjukan bahwa koefisien short run

accelerator cenderung sama untuk semua spesifikasi model.

Koefisien padea lag investasi swasta (PI(-1)) sebesar 0.70-0.90

menunjukan bahwa rata-rata tenggang waktu dalam

penyesuaian investasi swasta terhadap variasi output adalah 4

tahun.

Dengan menggunakan periode observasi selama 21 tahun yaitu pada periode tahun 1970-

1990, hasil estimasi penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pers. dYR GAP DR RCRED

GI DGI RER PI(-1)

GII(-1)

R2 SEE

Variabel dependen : total investasi swasta (PI)1 0.031 -

0.066

- 1.76 -0.12

- 9.97 0.0988

- 0.99 1045.3

(0.19)

(0.46)

(0.19) (0.35)

(1.08)

(4.62)

2 0.196 -0.12

7

-184.

7

- 0.19 - 22.46

0.802

- 0.995

708.4

(1.74)

(1.44)

(3.98)

(0.86)

(3.18)

(6.65)

3 0.037 0.024

- 11.98 0.535

-0.79

4

13.69

0.509

- 0.994

855.9

(1.71)

(1.18)

(1.40) (1.70)

(3.11)

(1.11)

(2.47)

4 0.198 - - - - - 23.4 0.77 0.618 0.99 674.

61

Page 37: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

0.115

182.6

8 3 7 9

(1.76)

(1.69)

(4.27)

(3.40)

(8.53)

Variabel dependen : investasi swasta domestik5 0.139 -

0.116

-181.

7

- 0.33 - 21.16

0.756

- 0.993

822.1

(1.80)

(1.12)

(3.34)

(1.30)

(2.66)

(5.45)

6 0.151 -0.08

9

-169.

7

- 0.369

-0.55

19.7 0.746

- 0.995

680.1

(1.63)

(0.97)

(3.29)

(1.60)

(2.87)

(2.77)

(6.54)

7 0.194 -0.17

9

-195.

7

- - - 23.5 0.655

1.17 0.944

778

(1.84)

(1.66)

(3.86)

(3.08)

(4.30)

Keterangan : angka dalam kurung menunjukan nilai t statistik

Variabel- variabel dalam model di atas yaitu :

PI = investasi swasta

YR = Produk Domestik Bruto dengan harga konstan tahun 1983

dYR = dihitung dengan cara dYRt-1=Yrt-1 – 0.95 Yrt-2

TYR = nilai trend PDB, TYRt = YR1970.egt

GAP = deviasi nilai PDB terhadap nilai trendnya, GAP=YR-TYR

RCRED = perubahan kredit untuk sektor swasta ditambah arus

modal netto sektor swasta

GI = investasi tetap pemerintah bruto

GII = investasi infrastruktur dari pemerintah

RER = Nilai tukar efektif riil

DR = tingkat suku bunga deposito (proksi tingkat bunga

pinjaman)

Estimasi untuk variabel siklis terhadap investasi swasta

adalah lemah, koefisien estimasi untuk variabel GAP-nya

62

Page 38: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

signifikan pada derajat kepercayaan 5 %, dan hanya terdapat

pada persamaan 8. Walaupun begitu, terlihat bahwa

parameternya konsisten negatif untuk semua spesifikasi,

memberikan implikasi yang mendukung hipotesis bahwa

investasi swasta berhubungan positif dengan derajat kapasitas

perekonomian. Akan tetapi, karena hasil tersebut tidak begitu

kuat, fokus pembahasan tidak dapat dijelaskan pada variabel

GAP. Variabel GAP mungkin bukanlah proksi yang sangat baik

untuk variabel siklis perekonomian khususnya penggunaan

trend output dalam menunjukan kapasitas perekonomian.

Variabel kredit domestik sangat tidak signifikan terhadap

investasi swasta akibat adanya multikolinearitas antara variabel

tersebut dengan variabel lain yang melanggar asumsi-asumsi

klasik yang mendasari metode OLS. Penggunaan tingkat bunga

domestik tetap memberikan pengaruh dari variabel moneter

terhadap investasi swasta. Temuan ini mematahkan hipotesis

McKinnon.

Variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

tentang pengaruh investasi pemerintah terhadap investasi

swasta. Investasi pemerintah secara keseluruhan, walaupun

menunjukan arah yang positif, koefisien tidak signifikan, baik

untuk persamaan yang menggunakan total investasi swasta

maupun total investasi swasta domestik. Terdapat 2 hipotesis

yang menjelaskan hal ini. Pertama, diduga hal ini disebabkan

63

Page 39: BAB 2

BAB IITinjauan Pustaka

karena terdapat komponen dari investasi pemerintah yang

bersifat crowding out21, sehingga mengeliminasi dampak

crowding in dari investasi pemerintah terhadap investasi swasta

di Indonesia.

Lebih lanjut, komponen investasi pemerintah dalam

bentuk infrastruktur memberikan dampak crowding in terhadap

investasi swasta. Gambaran ini semakin diperkuat jika investasi

swasta domestik digunakan sebagai variabel dependennya,

dimana peranan infrastruktur sangat berperan dalam

menentukan tingkat investasi swasta domestik di Indonesia.

21 Penurunan investasi yang diakibatkan oleh peminjaman pemerintah (Mankiw, Pengantar Ekonomi Jilid 2, hal 216).

64