Upload
maulana-malik-ibrahim
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IITinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tabungan
Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari
pendapatan tahun ini yang tidak dibelanjakan atau digunakan
untuk konsumsi (Nopirin, 1996: 51). Sedangkan tabungan
nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian yang
tersisa setelah dipakai. Tabungan nasional dapat dijelaskan
dalam persamaan berikut ini :
S = Y – C – G ………………………………………
……......…(2.1)
S = (Y – T – C) + (T – G)……………………………….
……...(2.2)
Tabungan Nasional = Tabungan Swasta + Tabungan
Publik.…...(2.3)
Dimana : S = tabungan nasional
Y = pendapatan nasional
T = pandapatan pajak
C = konsumsi
G = pengeluaran pemerintah
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa tabungan
nasional terdiri dari :
Tabungan swasta (private saving)
26
BAB IITinjauan Pustaka
Adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga
membayar pajak dan konsumsi mereka, dijelaskan dengan
persamaan :
Tabungan Swasta = Y – T – C………………...………..
…..…(2.4)
Tabungan swasta terdiri atas dua tabungan, yaitu tabungan
perusahaan (corporate saving) dan tabungan rumah tangga
(household saving). Di negara-negara berkembang, tabungan
swasta domestik mempunyai peranan yang besar dalam
mendukung pembentukan modal, dimana komponen
utamanya berasal dari tabungan rumah tangga, selain dari
tabungan perusahaan. Tabungan perusahaan pada umumnya
mempunyai peranan lebih kecil di negara berkembang
dibandingkan tabungan rumah tangga. Hal ini karena di
negara berkembang tersebut mempunyai hambatan seperti
pasar modal yang belum berkembang ditambah hukum yang
lemah sehingga tidak kondusif untuk dunia usaha (Gillis,
1987: 265-266).
Tabungan Publik (public saving)
Adalah pendapatan pajak yang tersisa pada pemerintah
setelah dikurangi pengeluaran pemerintah.
Tabungan Publik = T – G……………………………….....
…..(2.5)
27
BAB IITinjauan Pustaka
Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami
budget surplus, yang berarti tabungan publik bernilai positif,
dan sektor ini akan ditambahkan pada sektor swasta untuk
menambah sumber pembiayaan investasi. Namun jika T-G
bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget deficit,
yang mencerminkan bahwa tabungan publik bernilai negatif,
dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain untuk
menutupi pengeluarannya.
Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya
penanaman modal, dimana penanaman modal akan
memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Proses
pembentukan modal ini berjalan melalui tiga tingkatan (Jhingan,
2000: 47) :
1. kenaikan volume tabungan nyata yang langsung
tergantung kepada kemauan dan kemampuan untuk
menabung.
2. keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk
menggalakkan dan menyalurkan tabungan.
3. penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam
barang-barang modal oleh perusahaan.
2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan
2.2.1 Teori J.M. Keynes
28
BAB IITinjauan Pustaka
Pendapat J.M. Keynes dalam teorinya mengenai
kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume)
yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan
pendapatan menyatakan bahwa pendapatan dikatakan sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan. Keynes
menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh
perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan
pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan
seluruhnya untuk meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa
pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung, hal ini
dapat dijelaskan dalam persamaan berikut :
S ≡ Y – C …………………………………………………….…….…...
(2.6)
C = Ĉ + cY ; Ĉ > 0 ;0 < c <1……………...………...…..
……….…(2.7)
Dimana : S = saving Ĉ = intercept; tingkat konsumsi ketika
pendapatan nol
Y = income c = marginal propensity to
consume
Jika kedua persamaan (2.6) dan (2.7) atau disebut juga
budget constraint tersebut digabungkan, maka akan
menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi persamaan
tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan
tingkat pendapatan. Dengan mensubstitusi persamaan konsumsi
29
BAB IITinjauan Pustaka
(2.6) dengan persamaan budget constraint (2.7), maka kita akan
mendapatkan fungsi persamaan tabungan :
S ≡ Y – C = Y - Ĉ – cY = - Ĉ + (1-c)Y ………….
……………..(2.8)
Dari persamaan (2.8) kita dapat melihat bahwa tabungan
memiliki hubungan positif dengan pendapatan karena marginal
propensity to save12, s = 1 – c, adalah positif. Dengan kata lain,
tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat. Teori ini
disebut hipotesis pendapatan absolut. Dalam hipotesis ini
digunakan pendapatan saat ini (current income).
Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan
Disposibel, Kunsumsi, dan Tabungan.
Pada gambar ditunjukan bahwa tingkat tabungan adalah
jarak antara garis 45° dengan garis fungsi konsumsi seperti
12 Perubahan pada tabungan individu untuk setiap perubahan pada pendapatan disposibel individu.
30
Konsumsi
Tabungan
Pendapatan Disposibel
S1
Fungsi Tabungan
Pendapatan Disposibel
C1
Autonomous Consumption
45°
Fungsi konsumsi C = Ĉ + cY
Yd0 Yd1
0
BAB IITinjauan Pustaka
ditunjukan oleh garis S1. Kemudian, pada gambar bagian bawah
diperlihatkan fungsi tabungan pada tingkat pendapatan
disposibel berbeda-beda. Pada tingkat Yd < Yd0 , masyarakat
mengkonsumsi lebih banyak daripada pendapatan mereka.
Sedangkan di sebelah kanan Yd0 , konsumsi akan lebih kecil
daripada pendapatan sehingga kelebihan pendapatan tersebut
akan ditabung.
2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of
Consumption and Saving
2.2.2.1 Life-cycle Theory
The life-cycle permanent income theory of consumption
and saving (Modigliani,1986) menjelaskan tentang pilihan
bagaimana memelihara standar hidup yang stabil dalam
menghadapi perubahan pendapatan dalam waktu hidup
seseorang. Jadi, teori ini menjelaskan hubungan antara
pendapatan sepanjang waktu, konsumsi, dan tabungan. The life
cycle hypothesis melibatkan individu, untuk merencanakan
perilaku konsumsi dan perilaku tabungannya dalam jangka
panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsinya dengan
cara terbaik untuk seluruh masa hidupnya.
Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving,
and Wealth in the Life-Cycle Model
31Dissaving
Assets
Saving
NLWL
WRmax
C
YL
Time
BAB IITinjauan Pustaka
Keterangan : WR = wealth WL = working
life
YL = annual labor income NL = number of years
of life
C = consumption
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa konsumsi konstan
sepanjang waktu. Selama masa kerja (WL tahun), individu
menabung dan mengumpulkan aset. Pada akhir masa kerjanya,
individu mulai menarik kembali aset-aset tersebut, tidak
menabung (dissaving / negative saving) pada masa sisa
hidupnya (NL – WL) sehingga aset tersebut akan bernilai nol
pada akhir hidupnya.
2.2.2.2 Permanent Income Theory
Seperti life-cycle hyphothesis, teori yang diperkenalkan
oleh Milton Friedman ini berpendapat bahwa konsumsi dan
tabungan dihubungkan tidak hanya dengan pendapatan saat
32
BAB IITinjauan Pustaka
ini, tetapi terhadap estimasi pendapatan pada jangka panjang.
Permanent income adalah tingkat kestabilan konsumsi yang
dapat dipelihara oleh seseorang pada sisa hidupnya, dengan
asumsi bahwa dia mengetahui tingkat kesejahteraannya saat ini
dan pendapatan yang didapatnya sekarang dan di masa akan
dating.
Secara sederhana, teori ini berpendapat bahwa konsumsi
adalah proporsional terhadap permanent income, sehingga
dapat dijelaskan dalam persamaan :
C = c.YP …………………....……………………………..……
(2.9)
Dimana :
C = konsumsi
c = marginal propensity to consume
YP = permanent (disposable) income
2.2.3 Teori Klasik
33
BAB IITinjauan Pustaka
Ekonom klasik yang berpendapat bahwa perekonomian
selalu berada pada tingkat full employment yang tercapai akibat
bekerjanya mekanisme pasar yang disebut dengan “invisible
hand”, menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari
tingkat bunga13. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula
keinginan masyarakat untuk menabung. Pada tingkat bunga
yang lebih tinggi, masyarakat akan mengurangi pengeluaran
untuk konsumsi guna menambah tabungan.
Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga.
Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0 dimana
jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga
berada diatas i0, jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha
untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing
untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan
tingkat bunga ke titik semula. Apabila tingkat bunga berada
dibawah tingkat bunga keseimbangan, para pengusaha akan
bersaing untuk memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih
13 Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter. Yogyakarta. BPFE.
34
i1
tabungan
Investasi1
Investasi0
S1
S0
Tingkat Bunga
Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan
i0
BAB IITinjauan Pustaka
kecil. Persaingan ini juga akan membawa tingkat bunga ke titik
keseimbangan.
2.2.4 Teori Neoklasik
Alfred Marshall14 dari kaum neoklasik menyatakan bahwa
terdapat beberapa faktor, baik ekonomi maupun non ekonomi
yang mempengaruhi tabungan. Diantara faktor ekonomi
tersebut, kunci utamanya adalah tingkat bunga. Marshall
mengemukakan bahwa tingkat bunga adalah imbalan dari
kesediaan seseorang untuk menunggu dan semakin besar
tingkat bunga maka akan semakin besar pula tabungan.
Selain Marshall, ekonom lain dari kaum neoklasik, yaitu
Irving Fisher, menyatakan tingkat bunga sebagai faktor yang
mempengaruhi tabungan. Menurut Fisher, tingkat bunga
ditentukan oleh beberapa prinsip, yaitu prinsip ketidaksabaran
(impatience) untuk menikmati pendapatan saat ini, prinsip
kesempatan untuk melakukan investasi, dan prinsip pasar.
Teori neoklasik mengenai tabungan didasarkan pada
prinsip adanya rate of time preference yang konstan15. Rate of
time preference adalah target tingkat bunga riil yang ingin
dicapai oleh para penabung. Jika tingkat bunga riil lebih besar
dari tingkat preferensi waktu (time preference), maka tabungan
menjadi positif dan penawaran modal akan meningkat, dan juga 14 Alfred Marshall. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan.15 Michael Parkin. 1996. Macroeconomics. Ontario : Addison-Wesley Publishing Company.
35
BAB IITinjauan Pustaka
berlaku sebaliknya. Jika tingkat bunga riil sama dengan tingkat
preferensi waktu, maka masyarakat sudah puas dengan dana
tabungan yang telah dikumpulkannya.
Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan
Pada gambar diatas dapat dilihat garis KD dan KS yang
merupakan permintaan dan penawaran modal. Jika tingkat
bunga riil adalah nol, maka tabungan adalah nol, sedangkan jika
tingkat bunga riil berada pada R1 maka tabungan akan positif,
penawaran modal meningkat dari KS0 ke KS1. Jika tingkat
bunga riil turun, jumlah modal per kapita akan meningkat dari
K0 ke K1. Jumlah modal per kapita akan berhenti bertambah
pada tingkat bunga riil sama dengan rate of time preference.
2.3 Definisi Investasi
Investasi adalah pembelian alat-alat modal, persediaan
dagang / inventori, dan struktur usaha, termasuk pembelian
rumah baru untuk rumah tangga. Investasi dihubungkan
36
Jumlah modal per kapita
KD1
Rate of time preference
KS1KS0
Tingkat bunga riil
K1K0
R1
R0
BAB IITinjauan Pustaka
dengan sektor bisnis yang ditambahkan kepada persediaan
modal fisik. Investasi swasta (private investment) adalah output
dari perusahaan yang disimpan untuk perusahaan itu sendiri.
Definisi investasi swasta menurut Parkin (1996:179) adalah
pengeluaran untuk alat-alat modal dan bangunan oleh
perusahaan-perusahaan dan pengeluaran pada perumahan yang
baru oleh rumah tangga, termasuk di dalamnya perubahan pada
inventory perusahaan.Investasi swasta terdiri dari :
Inventory Investment, termasuk didalamnya semua
perubahan dalam persediaan bahan baku (raw materials),
perlengkapan, dan produk akhir yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk
yang dibeli oleh perusahaan yang tidak ditujukan untuk
dijual kembali, terdiri dari residential dan nonresidential
investment.
Sedangkan investasi swasta dalam kaitannya dengan
penelitian ini merupakan gabungan antara investasi swasta
asing (Penanaman Modal Asing/PMA) dengan investasi swasta
domestik (Penanaman Modal Dalam Negeri//PMDN).
Menurut European Parliament (1999:10-11), peran pokok
dari investasi swasta adalah menambah stok modal dari aset-
aset produktif yang dipegang oleh sektor swasta. Dua motivasi
utama adalah untuk menggantikan stok modal yang telah ada
37
BAB IITinjauan Pustaka
dan menciptakan stok modal tambahan yang mengandung
teknologi baru (perlu dicatat dalam hal ini bahwa ‘baru’ tidak
berarti yang termodern/terakhir, tetapi baru bagi perusahaan
yang ditanamkan modal).
Perlu diperhatikan bahwa pola pengeluaran investasi
swasta tidak sama dengan pola pengeluaran sektor rumah
tangga yang mempunyai kebiasaan membelanjakan sebagian
atau seluruh pendapatan mereka, tetapi terdapat pertimbangan-
pertimbangan yang diambil oleh perusahaan dalam membeli
barang atau jasa tersebut, yaitu harapan dari pengusaha untuk
kemungkinan memperoleh keuntungan di kemudian. Hal ini
pula yang membedakannya dengan investasi pemerintah.
Peningkatan investasi sektor swasta di Indonesia selama
beberapa tahun terakhir ini terjadi terutama akibat peningkatan
PMA langsung (Foreign Direct Investment/FDI). Hal ini erat
kaitannya dengan perubahan dalam strategi perdagangan yang
makin berorientasi ke luar (outward looking) dan meningkatnya
intra industry trade dalam struktur perdagangan dan industri
Indonesia.
Pemberian izin untuk investasi swasta (PMA dan PMDN)
di Indonesia ini sepenuhnya ditangani oleh BKPM (Badan
Koordinasi Penanaman Modal) atau oleh menteri teknis, seperti
dalam bidang-bidang tertentu contohnya: pertambangan,
minyak dan gas bumi (izin oleh Menteri Pertambangan),
38
BAB IITinjauan Pustaka
kehutanan (izin oleh Menteri Kehutanan), perikanan (izin oleh
Menteri Pertanian), lembaga pembiayaan, asuransi (izin oleh
Menteri Keuangan), perbankan, (izin oleh Menteri Keuangan
dan rekomendasi BI).
2.2.4.1 Penanaman Modal Asing (PMA)
Pengertian PMA yang terkandung dalam Undang-Undang
No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana
diubah dan ditambah oleh Undang-Undang No. 11 tahun 1970
tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang No. 1 tahun
1967 mencakup 3 unsur pokok (Bank Indonesia, 1995:98-100),
yaitu:
a. Penanaman modal secara langsung;
b. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia;
c. Risiko ditanggung pemilik modal/investor (pasal 1).
Dimana pengertian modal asing tersebut terdiri dari:
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian
dari devisa Indonesia dan disetujui pemerintah untuk
pembiayaan perusahaan di Indonesia;
2. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan
baru milik asing dan bahan-bahan dari luar negeri ke dalam
wilayah RI yang tidak dibiayai dari devisa Indonesia;
39
BAB IITinjauan Pustaka
3. Bagian dari hasil perusahaan yang dapat ditransfer, tetapi
digunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia (pasal
2).
Menurut Undang-Undang tersebut, jenis PMA bisa secara
penguasaan penuh atas bidang usaha yang bersangkutan (100%
asing) ataupun kerjasama/patungan dengan modal Indonesia.
Kerjasama dengan modal Indonesia tersebut dapat terdiri dari:
hanya dengan pemerintah (misalnya pertambangan) atau
pemerintah maupun swasta nasional. Jangka waktu PMA di
Indonesia tidak boleh melebihi 30 tahun dan bidang usaha yang
terbuka atau tertutup ditentukan oleh pemerintah. Contoh
bidang usaha yang tertutup bagi PMA adalah pelabuhan, listrik
umum, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum,
kereta api umum, pembangkit tenaga atom, mass-media, dan
bidang-bidang usaha yang berkaitan dengan industri militer.
PMA dapat berupa penanaman modal langsung (FDI) atau
portfolio. Investasi langsung biasanya melibatkan kontrol
manajemen dari pihak asing sedangkan investasi portfolio
meliputi pembelian surat-surat berharga dan jenis investasi ini
tidak melibatkan pengawasan pihak asing terhadap perusahaan
domestik.
Negara-negara berkembang sebagian besar memberikan
insentif untuk mendorong PMA dan menyalurkannya untuk
penggunaan-penggunaan yang diinginkan. Pada saat yang sama,
40
BAB IITinjauan Pustaka
mereka juga mengenakan berbagai hambatan terhadap PMA
untuk menghindari dominasi asing dan memegang sumber daya
alam mereka kembali.
Keuntungan dari PMA untuk negara berkembang dapat
dihasilkan dari tingkat upah riil yang lebih besar untuk tenaga
kerja domestik dan atau kesempatan kerja yang lebih luas,
pilihan yang lebih banyak dari kualitas produk yang baik dengan
tingkat harga yang lebih rendah untuk konsumen domestik,
meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak terhadap
investasi asing tersebut, dan keuntungan-keuntungan tidak
langsung atau eksternalitas ekonomi dari peningkatan
teknologi, pelatihan tenaga kerja lokal, dan mendorong
perusahaan-perusahaan domestik melalui keterkaitan ke depan
maupun ke belakang (forward and backward linkage effect).
PMA juga dapat mengakibatkan kerugian atau biaya bagi
negara resipien/penerima, seperti: berbagai konsensus khusus
yang diberikan kepada investor asing, seperti: pengurangan
pajak (tax remission); pengaruh negatif terhadap tabungan
domestik; hambatan terhadap Terms of Trade (TOT) negara
berkembang; kesulitan-kesulitan neraca pembayaran; dan
campur tangan asing terhadap urusan dalam negeri negara
resipien.
Menurut Todaro, argumen yang mendukung penanaman
modal asing sebagian besar berasal dari analisis neoklasik
41
BAB IITinjauan Pustaka
tradisional yang memusatkan pada berbagai determinan
pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal asing merupakan
sesuatu yang sangat positif, karena hal tersebut mengisi
kekurangan tabungan yang didapat dari dalam negeri,
menambah cadangan devisa, memperbesar penerimaan
pemerintah, dan mengembangkan keahlian manajerial bagi
negara penerimanya. Semua itu merupakan faktor-faktor kunci
yang dibutuhkan untuk mencapai target pembangunan. PMA ini
dapat mengatasi dua kesenjangan (two gap) yaitu ‘kesenjangan
tabungan-investasi’ (saving gap) dengan pemberian sumbangan
finansial jika terjadi kurang memenuhinya mobilisasi tabungan
domestik, dan juga mengatasi ‘kesenjangan devisa’ atau
‘kesenjangan perdagangan luar negeri’ (trade gap) dengan
peranannya dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah
devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil aktual devisa dari ekspor
ditambah dengan bantuan luar negeri netto. Menurut argumen
ini, arus-arus masuk modal swasta asing tersebut bukan hanya
dapat menghilangkan sebagian atau seluruh defisit yang
terdapat di dalam neraca pembayaran, akan tetapi dapat juga
menghilangkan defisit dalam jangka panjang (secara permanen)
bila perusahaan asing tersebut dimungkinkan untuk hadir di
negara yang bersangkutan guna menghasilkan devisa dari hasil-
hasil ekspornya secara netto.
42
BAB IITinjauan Pustaka
Selanjutnya dijelaskan pula selain dua kesenjangan
tersebut, kesenjangan ketiga yang dikatakan dapat diisi oleh
modal swasta asing adalah kesenjangan antara target
penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang
dapat dikumpulkan. Ini terjadi dengan adanya tambahan
pendapatan pajak atas keuntungan perusahaan multinasional
dan keikutsertaan mereka secara finansial dalam kegiatan-
kegiatan mereka di dalam negeri, sehingga pada akhirnya akan
dapat turut memobilisasikan sumber-sumber finansial.
2.2.4.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-
Undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) mencakup kriteria sebagai berikut (Bank
Indonesia, 1995:103):
a. bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia;
b. dimiliki oleh negara ataupun swasta nasional dan swasta
asing yang berdomisili di Indonesia;
c. guna menjalankan sesuatu usaha; dan
d. modal tersebut tidak termasuk dalam pengertian pasal 2
Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tersebut diatas (Pasal 1
ayat 1)
PMDN merupakan bagian dari penggunaan kekayaan yang
dapat dilakukan secara langsung oleh pemilik sendiri atau
43
BAB IITinjauan Pustaka
secara tidak langsung, antara lain melalui pembelian obligasi,
saham, deposito, dan tabungan yang jangka waktunya minimal 1
tahun.
Menurut Undang-Undang tersebut, perusahaan yang
dapat menggunakan modal dalam negeri dapat dibedakan
antara perusahaan nasional dan perusahaan asing, dimana
perusahaan nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh negara dan
atau swasta nasional ataupun sebagai usaha gabungan antara
negara dan atau swasta nasional dengan swasta asing dimana
sekurang-kurangnya 51% modal dimiliki oleh negara atau
swasta nasional. Pada prinsipnya semua bidang usaha terbuka
untuk swasta/PMDN kecuali bidang-bidang yang menguasai
hajat hidup orang banyak dan strategis.
2.4 Teori dan Pemikiran Tentang Investasi
2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior
Salah satu kontribusi penting terhadap teori ini dijelaskan
oleh Dale Jorgenson16, pada tahun 1960-an. Jorgenson ingin
menunjukan bahwa biaya modal dari pengguna dapat dijelaskan
dari teori mikroekonomi neoklasik dengan cara mengukur
keputusan memaksimalkan profit perusahaan. Beliau menjadi
16 Dale Jorgenson. 1963. Capital Theory and Investment Behaviour.. American Economic Review Vol. 53, pp. 49-58.
44
BAB IITinjauan Pustaka
pionir dalam menjelaskan adanya hubungan antara keputusan
investasi perusahaan dan dampak dari kebijakan pajak
pemerintah terhadap insentif jika berinvestasi.
Biaya Modal (The User Cost of Capital)
The user cost of capital dapat didefinisikan sebagai biaya
yang dikeluarkan perusahaan dalam menggunakan bagian dari
modal pada kurun waktu tertentu. Teori ini berawal dari asumsi
bahwa perusahaan akan berinvestasi jika mereka berekspektasi
bahwa mereka akan mendapat keuntungan. Tambahan modal
tidak akan dibeli kecuali ekspektasi marginal product of capital
(MPK) lebih besar atau setidaknya sama dengan user cost of
capital (u).
45
BAB IITinjauan Pustaka
MPK ≥ u…………………………...………………….
(2.10)
Marginal product of capital sendiri adalah tambahan output
yang dapat diproduksi oleh perusahaan untuk setiap unit
tambahan modal.
Dari gambar berikut ini dapat dijelaskan dampak
penurunan the user cost of capital (u) terhadap desired capital
output ratio (v*), terlihat bahwa keseimbangan awal berada
pada titik E0, perusahaan mendapatkan keuntungan pada
daerah (1) atau daerah initial profit. Perusahaan tidak dapat
melakukan investasi selanjutnya karena akan menyebabkan
kerugian yang ditunjukan oleh daerah (5) initial loss eliminated
+ (6) remaining loss. Tetapi jika user cost of capital dapat
diturunkan dari u0 ke u1, keseimbangan akan bergeser dari E0
ke E1. Maka hal ini akan mengurangi kerugian sebesar daerah
(5) (initial loss eliminated), dan perusahaan akan mendapatkan
keuntungan tambahan yang ditunjukan oleh daerah (2) extra
added profit.
Gambar 2.5 Dampak Penurunan The User Cost of
Capital (u)
Terhadap Desired Capital Otput Ratio
(v*).
46
Remaining Loss (6)
Desired Capital Output Ratio
v*1v*0
u1
MPK
Initial Loss Eliminated (5)
u0
Initial User Cost (4)
New Lower User Cost (3)
Extra Added Profit (2)
Initial Profit (1)
User Cost of Capital (u)
BAB IITinjauan Pustaka
Insentif Pajak dan Perilaku Investasi
The user cost of capital tidak hanya tergantung dari
depreciation rate of capital dan tingkat suku bunga riil yang
harus dibayarkan dari dana yang dipinjam untuk pembelian
peralatan modal. Seperti dijelaskan oleh Jorgenson, bahwa user
cost of capital juga tergantung oleh sistem perpajakan.
Karenanya baik itu kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter
dapat mempengaruhi the user cost of capital. Kebijakan
moneter berpengaruh dalam perubahan tingkat suku bunga riil,
sedangkan kebijakan fiskal dalam menentukan tingkat pajak dan
peraturan sistem perpajakan.
Dari gambar 2.5 diatas kita dapat mengilustrasikan
dampak dari perubahan kebijakan perpajakan pemerintah yang
dirancang untuk menstimulasi investasi. Dengan
mengasumsikan bahwa pemerintah melakukan perubahan pada
tingkat pajak atau peraturan perpajakan dengan tujuan untuk
mengurangi the user cost. Dengan kata lain, tingkat pajak yang
dibayarkan perusahaan untuk keuntungan yang mereka
47
E1
E0
BAB IITinjauan Pustaka
dapatkan berkurang setengahnya. Tambahan unit modal
sekarang dapat dibeli oleh perusahaan dan akan menggeser
capital output ratio ke kanan ke titik v*1. Penurunan user cost
dapat meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian
seperti dijelaskan sebelumnya.
2.4.2 Tobin’s q Theory of Investment
Teori Tobin ini dikembangkan berdasarkan teori dari
Keynes bahwa kecenderungan pembelian peralatan modal baru
tergantung dari harga pasar (market value) dari modal pada
pasar saham dibandingkan dengan biaya pembelian modal
tersebut. Jadi, teori ini menghubungkan antara investasi dengan
harga saham. Seorang manajer pada sebuah perusahaan dapat
merespon terhadap perubahan harga saham dengan
memproduksi lebih banyak modal, atau berinvestasi, ketika
harga sahamnya tinggi dan memproduksi sedikit modal baru
atau tidak berinvestasi sama sekali ketika harga sahamnya
rendah.
Untuk menciptakan suatu pengukuran kuantitatif yang
merefleksikan perubahan pada haraga pasar relatif terhadap
biaya pembelian, Tobin mendefinisikan variabelnya q sebagai
rasio dari harga pasar dari perusahaan pada pasar saham dan
obligasi terhadap biaya penggantian dari capital stock.
Kemudian, investasi merupakan fungsi dari rasio q. Ketika rasio
48
BAB IITinjauan Pustaka
ini tinggi, perusahaan menginginkan memproduksi lebih banyak
aset, sehingga investasi akan tumbuh lebih cepat.
Sebagai contoh dari persamaan investasi dari teori ini
adalah hubungan antara gross investment relatif terhadap
capital stock (I/K), rasio q (q), dan rasio investasi pengganti
(replacement investment) terhadap capital stock (d).
I = j (q – 1) + d ………………………………………….……...….(2.11)
K
Karena sumber utama perubahan pada q adalah perubahan
pada harga pasar saham, teori Tobin menciptakan saluran
tambahan dimana perubahan pada pasar saham mungkin
mempengaruhi perekonomian melalui kecenderungan
berinvestasi.
Beberapa pendapat ahli ekonomi mengenai teori ini :
1. Teori ini menyatakan bahwa investasi harus dilakukan
ketika perubahan pada yang diciptakan investasi tersebut
terhadap harga pasar saham perusahaan lebih besar
daripada biayanya.
2. Terdapat time lag antara ketika perusahaan memutuskan
bahwa suatu pengeluaran investasi menguntungkan
dengan ketika barang investasi dikirimkan dan
diperhitungkan dalam pendapatan nasional sebagai
pengeluaran investasi.
49
BAB IITinjauan Pustaka
3. Mungkin terdapat ketidaksempurnaan dalam pasar modal.
Tidak semua perusahaan dapat meningkatkan modal
untuk mendanai investasinya melalui pasar saham atau
pasar obligasi.
2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian Tentang
Pengeluaran Investasi Sektor Swasta
Cukup sulit untuk menarik garis lurus perbedaan antara
kelompok Moneteris dan Keynesian, tetapi salah satu diantara
beberapa hal yang cukup mendasar untuk dijadikan alasan
pembedaan antara kedua kelompok tersebut adalah
pandangannya terhadap sektor swasta. Moneteris cenderung
berpendapat bahwa sektor swasta relatif stabil, alasannya
adalah bahwa pengeluaran sektor swasta didasarkan pada teori
pendapatan permanen sehingga pengeluaran konsumsi akan
relatif stabil. Pengeluaran konsumsi merupakan komponen
pengeluaran yang paling besar dan hanya berubah secara
perlahan yaitu dalam rangka penyesuaian konsumsi individu
dengan perkiraan pendapatan permanen dalam jangka panjang.
Faktor lain yang menyebabkan pengeluaran konsumsi ini
relatif stabil adalah elastisitas pengeluaran investasi terhadap
tingkat bunga yang cukup besar (kurva IS yang cenderung
mendatar)17. Demikian pula fleksibilitas tingkat bunga dan harga 17 Hal ini disebabkan definisi kekayaan yang lebih luas, dimana Milton Friedman membagi kekayaan ke dalam 5 bentuk, yaitu uang, obligasi, saham, kekayaan fisik, dan keahlian/kecakapan.
50
BAB IITinjauan Pustaka
yang sering menyebabkan pengeluaran investasi dan konsumsi
stabil, jika terjadi penurunan investasi dan jumlah uang beredar
yang tetap maka tingkat suku bunga akan turun. Penurunan
tingkat suku bunga ini akan menyebabkan investasi kembali
terdorong naik untuk mengimbangi penurunan investasi awal.
Hal ini berarti investasi tidak banyak berubah.
Seandainya kenaikan investasi dan atau konsumsi tidak
cukup untuk menutupi penurunan investasi maka melalui
perubahan harga pengeluaran swasta akan tetap stabil,
mekanismenya adalah penurunan investasi akan berakibat pada
timbulnya pengangguran sehingga upah dan kemudian harga
akan turun. Untuk sejumlah uang beredar, turunnya harga
berarti nilai riil uang akan naik. Kenaikan nilai riil uang (melalui
teori kuantitas uang) akan mendorong pengeluaran. Dalam
alternatif pendapat kaum Keynesian, naiknya nilai riil uang akan
menurunkan tingkat bunga yang kemudian akan mendorong
kenaikan investasi.
Keynesian berpendapat bahwa sektor swasta pada
dasarnya tidak stabil18. Pergeseran sikap dan perkiraan dari
pengusaha dan konsumen menyebabkan ketidakstabilan
sehingga harus diambil kebijakan fiskal dan moneter untuk
menstabilkan. Selain itu, ketidakstabilan sektor swasta juga
disebabkan oleh harga yang tidak fleksibel.
18 Paul A. Samuelson and William Nordhaus. 1995. Macroeconomics. Ontario : Mcgraw Hill.
51
BAB IITinjauan Pustaka
Gambar 2.6 Kasus Moneteris
Gambar 2.7 Kasus Keynesian
Sumber : Ekonomi Moneter, Buku I, Nopirin, hal
85-86.
Jika karena suatu sebab pengeluaran investasi oleh
pengusaha turun, pada gambar 2.6 ditunjukan dengan
bergesernya kurva permintaan agregat (AD) dari AD0 ke AD1.
Dengan kurva penawaran agregat (AS) yang vertikal (dalam
versi monetaris) maka pada harga P0 jumlah barang yang
diminta turun menjadi Y1. maka akan terjadi excess suply,
dimana penawaran melebihi permintaan, pengangguran terjadi,
dan hal ini akan mendorong upah dan harga untuk turun.
52
AD0
P0
Y1 YF
P1
Y
AD1
AS
P
AD0
P0
Y1 YF
P1
Y
AD1
AS0
P AS0
Y2
BAB IITinjauan Pustaka
Turunnya harga menyebabkan nilai riil uang akan naik,
sehingga permintaan total akan naik (sepanjang kurva AD1).
Harga akan terus turun sampai jumlah yang diminta kembali
pada Yf. Kenaikan permintaan ini disebabkan turunnya tigkat
bunga (sebagai akibat naiknya nilai uang kas riil). Karena
konsumsi merupakan bagian dari AD, kenaikan konsumsi juga
merupakn kenaikan permintaan agregat.
Dalam pandangan Keynesian, penurunan investasi
(autonomous) tidak akan menyebabkan kenaikan konsumsi,
sehingga AD akan tetap bergeser ke kiri bawah. Dalam gambar
2.7 dijelaskan bahwa pergeseran AD dari AD0 ke AD1 karena upah
dan atau harga adalah tetap(rigid) meskipun ada pengangguran,
maka output akan tetap pada tingkat Y1. Disini digambarkan 2
kurva penawaran agregat (AS), yaitu AS0 untuk ekstrim
Keynesian serta AS1 untuk Keynesian yang lebih realistis. Untuk
kasus Keynesian yang lebih realistis, upah dan harga turun
tetapi relatif lebih kecil. Output sedikit lebih tinggi dari kasus
ekstrim Keynesian, yaitu Y2, tetapi kesemuanya masih berada
dibawah output pada tingkat full employment (Yf). Masalahnya,
karena penurunan upah dan harga tidak cukup untuk
mendorong kenaikan permintaan agregat sepanjang kurva AD1,
yang dapat menutup penurunan investasi, sehingga akhirnya
output berada dibawah tingkat full emloyment. Untuk mencapai
kembali pada keadaan full employment, Keynesian memberikan
53
BAB IITinjauan Pustaka
solusi perlu ada campur tangan pemerintah melalui kebijakan
fiskal dan moneter.
2.5 Penelitian Empiris Tentang Tabungan dan Investasi
Swasta
1.5.1 Penelitian Ipumbu W. Shiimi dan Gerson Kadhikwa
Penelitian ini dilakukan di Namibia selama kurun waktu
17 tahun antara tahun 1980-1996. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui perkembangan dari tabungan nasional
dan investasi swasta serta faktor apa saja yang paling
mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode
cointegration untuk mengetahui dampak dari perubahan
variabel dalam model pada jangka panjang dan error correction
model (ECM) untuk mengetahui dampak dari perubahan
variabel dalam model pada jangka pendek.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
kemudian dimasukan ke dalam spesifikasi model sebagai
berikut:
Model tabungan nasional
Ln S = α + β1 LnGNDIt + β2 LnRt + β3 LnPt + μt…….
…………………...….. (2.12)
Model investasi swasta
Ln I = α + γ1 LnYt + γ2 LnPt + γ3 LnRt + γ4 LnGIYt + νt
………………..…......(2.13)
54
BAB IITinjauan Pustaka
Dimana :
Ln S = logaritma dari tabungan nasional riil
Ln GNDI = logaritma dari pendapatan disposibel nasional riil
Ln R = logaritma dari tingkat suku bunga deposito riil
Ln P = tingkat inflasi
Ln I = logaritma dari tingkat investasi swasta riil
Ln Y = logaritma dari pendapatan nasional riil
Ln GIY = logaritma dari rasio investasi pemerintah terhadap
PDB
β1 ,…, β3 , dan γ1, ,… ,γ4, = koefisien regresi
μ,ν = error term
t menunjukan waktu
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai
beikut :
Uji kointegrasi
Untuk model tabungan nasional ternyata terdapat unit
root pada residualnya dan juga mempunyai hubungan
kointegrasi yang lemah. Sedangkan untuk model investasi
swasta ternyata terdapat hubungan kointegrasi yang kuat yang
mendukung aplikasi ECM untuk mengestimasi hubungan jangka
pendeknya.
Hasil estimasi model kointegrasi
Untuk model tabungan nasional :
55
BAB IITinjauan Pustaka
Logsave = 4.8 + 0.3 loggrndi + 0.01 realdepr + 0.008
infl…………….….(2.14)
t values (4.4) (3.0) (0.2) (0.9)
R2 = 0.71
DW stat = 2.2
Dari hasil tersebut didapat bahwa hanya pendapatan
nasional disposibel riil (GRNDI) saja yang berpengaruh
signifikan terhadap tabungan nasional. Nilai R2 sebesar 0.71
berarti bahwa pada jangka panjang sekitar 70% variasi dari
tabungan nasional dijelaskan oleh pendapatan nasional
disposibel riil.
Untuk model investasi swasta :
Logrinv = 7.195 + 1.657 lgiy – 0.5092 ir – 0.01087
infl…………………..….(2.15)
t values (9.1) (8.5) (-2.2) (-0.3)
wald test Chi2 (3) = 76.776 [0.0000]
Dari hasil tersebut ternyata rasio investasi pemerintah
dan tingkat suku bunga riil berpengaruh signifikan pada tingkat
kepercayaan 5%. Sedangkan inflasi berpengaruh negatif tetapi
tidak signifikan. Variabel pendapatan nasional riil (Y)
dihilangkan karena terdapat korelasi dengan investasi swasta.
Nilai wald test sebesar 76.776 dengan p-value 0.0000
menunjukan bahwa variable pada sisi sebelah kanan
56
BAB IITinjauan Pustaka
berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependennya.
Hasil estimasi model jangka pendek
Untuk model tabungan nasional ternyata hasilnya tidak
signifikan pada jangka pendek, karena memiliki hubungan
kointegrasi yang lemah. Sedangkan untuk model investasi
swasta diperoleh hasil :
Logrinv = -0.0043 + 0.55 lgiy + 0.10 lr – 0.018 infl – 0.82 res(-1) + et………(2.16)t values (1.1) (2.4) (1.2) (1.8) (5.0)
R2 = 0.73
DW = 2.7
Hasil tersebut menunjukan bahwa rasio investasi
pemerintah terhadap PDB dan tingkat suku bunga tidak hanya
signifikan pada jangka panjang, tetapi juga pada jangka pendek.
Rasio investasi pemerintah terhadap PDB signifikan pada
tingkat kepercayaan 5 % sedangkan tingkat suku bunga dan
inflasi pada tingkat 10 – 25 %, yang berarti memiliki dampak
yang kecil pada jangka pendek. Variabel error term signifikan
pada tingkat 5 % dan memiliki nilai koefisien sebesar –0.82. Ini
berarti sekitar 82 % dari error pada tahun sebelumnya dikoreksi
pada tahun selanjutnya. Nilai R2 sebesar 0.73 berarti sekitar 73
% variasi dari investasi swasta dipengaruhi oleh variasi dari
variabel bebasnya.
57
BAB IITinjauan Pustaka
2.5.2 Penelitian Paul R. Mason, Tamim Bayoumi, dan
Hossein Samiei19
Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang
kemungkinan mempengaruhi tabungan swasta dengan sampel
dari 21 negara industri dan 40 negara berkembang. Penelitian
ini menggunakan data time series dan cross section, karena
variabilitas dari determinan yang potensial tergantung dari dua
dimensi tersebut.
Beberapa kesimpulan dapat diambil dari penelitian ini,
meskipun terdapat heterogenitas dari hasil yang didapat.
Pertama, terdapat perbedaan yang substansial pada perubahan
posisi kebijakan fiskal pemerintah dari tabungan swasta dengan
nilai rata-rata sebesar 75%, tergantung apakah perubahan
tersebut berasal dari perubahan pengeluaran pemerintah atau
dari pendapatan pajak. Meskipun perbedaan ini cukup besar,
tetapi kebijakan fiskal pemerintah ini berpengaruh signifikan
terhadap tabungan nasional, terutama jika perubahannya
berasal dari penurunan pengeluaran pemerintah.
Hasil estimasi untuk kedua kelompok negara menunjukan
bahwa pengaruh variabel demografik merupakan determinan
penting terhadap tingkat tabungan swasta. Bagaimanapun,
tingkat ketergantungan tabungan swasta terhadap variabel ini
lebih kecil daripada penelitian lain yng menemukan bahwa 19 Paul R. Masson, Tamim Bayoumi, dan Hossein Samiei. International Evidence on the Determinants of Private Saving. World Bank Economic Review. Vol. 12 No.3.
58
BAB IITinjauan Pustaka
variabel demografik berpengaruh signifikan terhadap tingkat
tabungan. Nilai koefisien variabel demografik hampir sama
untuk setiap metode.
Hasil yang didapat juga mengidentifikasi sejumlah saluran
(channels) yang mengukur pertumbuhan apakah yang paling
mempengaruhi tabungan. Hubungan positif antara
pertumbuhan PDB dan tabungan swasta didapat dari hampir
semua spesifikasi, terutama bagi negara-negara berkembang.
Hasil lain yaitu bahwa variabel pendapatan per kapita relatif
terhadap Amerika Serikat mempunyai hubungan positif
terhadap tabungan dan berpengaruh signifikan. Untuk negara-
negara berkembang, penelitian ini mendapatkan hasil bahwa
terdapat efek signifikan positif pada level , tetapi berpengaruh
negatif pada squared level. Hasil ini berarti bahwa pada titik
tertentu tingginya pendapatan akan berpengaruh negatif
terhadap tingkat tabungan. Kombinasi dari metode panel dan
cross sections konsisten dengan implikasi ini.
Tingkat suku bunga riil memiliki pengaruh positif dan
signifikan untuk negara-negara industri, meskipun hasilnya
tidak terlalu bagus. Tetapi untuk negara-negara berkembang
pengaruh dari tingkat suku bunga riil ini negatif dan tidak
signifikan. Perbedaan tingkat pembangunan finansial mungkin
dapat menjelaskan hasil ini, tetapi mungkin juga reformasi
59
BAB IITinjauan Pustaka
finansial yang terjadi selam periode penelitian mengubah
hubungan variabel ini.
Perubahan pada terms of trade mempunyai hubungan
positif dan signifikan terhadap tabungan untuk negara-negara
industri, tetapi tidak untuk negara-negara berkembang dengan
metode panel. Faktor eksternal tambahan yang memiliki
pengaruh negatif terhadap tabungan swasta pada negara-
negara berkembang adalah tingkat tabungan luar negeri.
Seperti posisi fiskal pemerintah, tingkat tabungan luar negeri
meningkatkan investasi domestik.
2.5.3 Penelitian Mohamad Ikhsan dan M. Chatib Bisri20
Mohamad Ikhsan dan M. Chatib Bisri melakukan
penelitian ini dengan tujuan: pertama, untuk membangun fungsi
investasi di Indonesia; kedua, untuk menguji hubungan antara
investasi swasta dan investasi pemerintah; serta ketiga untuk
menguji proposisi McKinnon bahwa di negara berkembang
investasi dibatasi oleh ketersediaan dana/kredit dan bukan
tingkat suku bunga.
Modifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
ditambahkannya variabel tingkat suku bunga, dan tingkat kurs
efektif. Tingkat kurs (nilai tukar) dimasukan dalam model
20 Mohamad Ikhsan, dan M. Chatib Bisri. Investasi Swasta dan Pemerintah ; Substitusi atau Komplementer ?: Kasus Indonesia, dikutip dari R. Evi Silviawaty NL.,Analisis Pengaruh Tingkat Pengeluaran Pemerintah dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Kegiatan Investasi Swasta di Indonesia periode 1977-1995, Bandung : Skripsi FE Universitas Padjadjaran, 2001.
60
BAB IITinjauan Pustaka
sebagai pengujian hipotesis karena investasi swasta terutama
investasi asing, cukup responsif terhadap daya saing produk
Indonesia di pasar internasional.
Secara keseluruhan, hasil estimasi persamaan-persamaan
dalam penelitian ini cukup memuaskan, arah dari koefisien
variabel dalam penelitian sesuai dengan yang diharapkan.
Koefisien ekspektasi output pada semua persamaan signifikan
secara stastistik dalam mempengaruhi ibvestasi swasta di
Indonesia dan menunjukan bahwa koefisien short run
accelerator cenderung sama untuk semua spesifikasi model.
Koefisien padea lag investasi swasta (PI(-1)) sebesar 0.70-0.90
menunjukan bahwa rata-rata tenggang waktu dalam
penyesuaian investasi swasta terhadap variasi output adalah 4
tahun.
Dengan menggunakan periode observasi selama 21 tahun yaitu pada periode tahun 1970-
1990, hasil estimasi penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pers. dYR GAP DR RCRED
GI DGI RER PI(-1)
GII(-1)
R2 SEE
Variabel dependen : total investasi swasta (PI)1 0.031 -
0.066
- 1.76 -0.12
- 9.97 0.0988
- 0.99 1045.3
(0.19)
(0.46)
(0.19) (0.35)
(1.08)
(4.62)
2 0.196 -0.12
7
-184.
7
- 0.19 - 22.46
0.802
- 0.995
708.4
(1.74)
(1.44)
(3.98)
(0.86)
(3.18)
(6.65)
3 0.037 0.024
- 11.98 0.535
-0.79
4
13.69
0.509
- 0.994
855.9
(1.71)
(1.18)
(1.40) (1.70)
(3.11)
(1.11)
(2.47)
4 0.198 - - - - - 23.4 0.77 0.618 0.99 674.
61
BAB IITinjauan Pustaka
0.115
182.6
8 3 7 9
(1.76)
(1.69)
(4.27)
(3.40)
(8.53)
Variabel dependen : investasi swasta domestik5 0.139 -
0.116
-181.
7
- 0.33 - 21.16
0.756
- 0.993
822.1
(1.80)
(1.12)
(3.34)
(1.30)
(2.66)
(5.45)
6 0.151 -0.08
9
-169.
7
- 0.369
-0.55
19.7 0.746
- 0.995
680.1
(1.63)
(0.97)
(3.29)
(1.60)
(2.87)
(2.77)
(6.54)
7 0.194 -0.17
9
-195.
7
- - - 23.5 0.655
1.17 0.944
778
(1.84)
(1.66)
(3.86)
(3.08)
(4.30)
Keterangan : angka dalam kurung menunjukan nilai t statistik
Variabel- variabel dalam model di atas yaitu :
PI = investasi swasta
YR = Produk Domestik Bruto dengan harga konstan tahun 1983
dYR = dihitung dengan cara dYRt-1=Yrt-1 – 0.95 Yrt-2
TYR = nilai trend PDB, TYRt = YR1970.egt
GAP = deviasi nilai PDB terhadap nilai trendnya, GAP=YR-TYR
RCRED = perubahan kredit untuk sektor swasta ditambah arus
modal netto sektor swasta
GI = investasi tetap pemerintah bruto
GII = investasi infrastruktur dari pemerintah
RER = Nilai tukar efektif riil
DR = tingkat suku bunga deposito (proksi tingkat bunga
pinjaman)
Estimasi untuk variabel siklis terhadap investasi swasta
adalah lemah, koefisien estimasi untuk variabel GAP-nya
62
BAB IITinjauan Pustaka
signifikan pada derajat kepercayaan 5 %, dan hanya terdapat
pada persamaan 8. Walaupun begitu, terlihat bahwa
parameternya konsisten negatif untuk semua spesifikasi,
memberikan implikasi yang mendukung hipotesis bahwa
investasi swasta berhubungan positif dengan derajat kapasitas
perekonomian. Akan tetapi, karena hasil tersebut tidak begitu
kuat, fokus pembahasan tidak dapat dijelaskan pada variabel
GAP. Variabel GAP mungkin bukanlah proksi yang sangat baik
untuk variabel siklis perekonomian khususnya penggunaan
trend output dalam menunjukan kapasitas perekonomian.
Variabel kredit domestik sangat tidak signifikan terhadap
investasi swasta akibat adanya multikolinearitas antara variabel
tersebut dengan variabel lain yang melanggar asumsi-asumsi
klasik yang mendasari metode OLS. Penggunaan tingkat bunga
domestik tetap memberikan pengaruh dari variabel moneter
terhadap investasi swasta. Temuan ini mematahkan hipotesis
McKinnon.
Variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
tentang pengaruh investasi pemerintah terhadap investasi
swasta. Investasi pemerintah secara keseluruhan, walaupun
menunjukan arah yang positif, koefisien tidak signifikan, baik
untuk persamaan yang menggunakan total investasi swasta
maupun total investasi swasta domestik. Terdapat 2 hipotesis
yang menjelaskan hal ini. Pertama, diduga hal ini disebabkan
63
BAB IITinjauan Pustaka
karena terdapat komponen dari investasi pemerintah yang
bersifat crowding out21, sehingga mengeliminasi dampak
crowding in dari investasi pemerintah terhadap investasi swasta
di Indonesia.
Lebih lanjut, komponen investasi pemerintah dalam
bentuk infrastruktur memberikan dampak crowding in terhadap
investasi swasta. Gambaran ini semakin diperkuat jika investasi
swasta domestik digunakan sebagai variabel dependennya,
dimana peranan infrastruktur sangat berperan dalam
menentukan tingkat investasi swasta domestik di Indonesia.
21 Penurunan investasi yang diakibatkan oleh peminjaman pemerintah (Mankiw, Pengantar Ekonomi Jilid 2, hal 216).
64