38
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pada bab ini dijelaskan tentang konsep Manajemen dan kepuasan, pengertian kepuasan kerja dan faktor – faktor serta tentang pengertian kinerja perawat. 2.1 Konsep Manajemen, Kepuasan dan Kepuasan Kerja 2.1.1 Konsep Manajemen dan Kepuasan Manajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah (Kuntoro, 2010). Sedangkan Gillies, (1985, dalam Kuntoro, 2010) mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien serta masyarakat. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya mencerminkan pengalaman yang menyenangkan atau rasa puas dan pengalaman yang tidak menyenangkan atau rasa tidak puas. Menurut Locke, (1969, dalam Wexley dan Yuki, 2005) mendefinisikan kepuasan sebagai

bab 2 comen

  • Upload
    joko35

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 2 comen

Citation preview

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN

Pada bab ini dijelaskan tentang konsep Manajemen dan kepuasan, pengertian kepuasan kerja dan faktor faktor serta tentang pengertian kinerja perawat.

2.1 Konsep Manajemen, Kepuasan dan Kepuasan Kerja

2.1.1 Konsep Manajemen dan KepuasanManajemen didefinisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah (Kuntoro, 2010). Sedangkan Gillies, (1985, dalam Kuntoro, 2010) mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien serta masyarakat. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya mencerminkan pengalaman yang menyenangkan atau rasa puas dan pengalaman yang tidak menyenangkan atau rasa tidak puas. Menurut Locke, (1969, dalam Wexley dan Yuki, 2005) mendefinisikan kepuasan sebagai tidak ada selisihnya antara kondisi-kondisi yang diinginkan dengan kondisi-kondisi aktual. Sementara itu kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya (Robbins dan Judge, 2007). Menurut Kotler (1999) dalam Y,Kartika,(2014) dikemukakan Kepuasan adalah sesuatu yang mendapatkan pengalaman kinerja (hasil) yang telah memenuhi harapannnya. Kepuasan merupakan fungsi yang bertingkat secara relatif dari suatu harapan dan atau penampakan hasil yang diterima. Seseorang akan memiliki pengalaman dalam satu atau lebih jenis kepuasan. Jika hasil yang diperolehnya melebihi atau yang diterima sesuai dengan yang diharapkan, maka orang itu akan merasa puas. Jika hasil yang diterima kurang dari yang diharapkan maka orang tersebut akan merasa kecewa. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara penampilan perawat yang dirasakan.dan menjadi harapan pasien.2.1.2 Definisi Kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya, senang, atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja (Rivai, 2005. Hal.475).

Kepuasan kerja merupakan sesuatu yang bersifat individual. Semakin tinggi penilaian terhadap kegiaatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu,maka semakin tinggi kepuasan terhadap kegiatan tersebut.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Asad,2002 dalam Sudalhar.(2011) bahwa ada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda , tergantung penilaian individu terhadap aspek pekerjaan antara lain imbalan, promosi jabatan, kondisi kerja, rekan kerja, dan pengawasan yang dirasakan sesuai dengan keinginan individu tersebut.semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya dan apabila semakin sedikit aspek dalam pekerjaan tersebut yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin rendah tingkat kepuasan yaang dirasakan.Kepuasan kerja akan tercipta bila kinerja sesuai dengan bidang yang sesuai dengan keinginannya. Menurut Hasibuan,2000 dalam Sudalhar,(2011) mengatakan kepuasan kerja merupakan sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya, Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja karyawan harus diciptakan sebaik baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan karyawan meningkat. Karyawan sendiri Menurut Hasibuan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh imbalan atau jasa yang diberikan kepada perusahaan, Menurut Handoko, 2000 dalam Sudalhar,(2011) juga mengatakan pendapat yang senada yaitu kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Dengan terciptanya kepuasan kerja yang merupakan sikap positif yang dilakukan individual terhadap pekerjaan mereka, maka akan tercapainya kinerja individual tersebut (Wibowo, 2007). Selain itu dengan adanya kepuasan kerja dapat mengurangi turnover, dan mendorong individu. Menurut definisi mengenai kepuasan kerja tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja adalah suatu sikap dan rasa dari setiap individu dalam melakukan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil yang diharapkan yaitu bisa rasa puas dan tidak puas.2.1.3 Teori kepuasan kerja

Teori lain yang memperkuat hubungan kepuasan kerja dengan kinerja adalah teori dua faktor atau teori motivasi higiene, yang dikemukakan oleh seorang psikolog bernama Frederick Herzberg (1923-2000). Menurut teori ini, faktor motivasi (intrinsic factor) adalah: pekerjaan itu sendiri (the work it self), prestasi yang diraih (achievement), peluang untuk maju (advancement), pengakuan orang lain (ricognition), tanggung jawab (responsible). Faktor motivasi (intrinsic factor) merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi karyawan yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang memungkinnya menggunakan kreativitas dan inovasinya (Robbins, dan Judge, 2007).

Menurut Wahyu Anton Cahyadi (2007) terjadinya kepuasan kerja maupun ketidak puasan kerja karyawan dapat dipahami dengan beberapa teori tentang kepuasan kerja. Teori teori yang membahas tentang kepuasan kerja antara lain :a. Teori ketidaksesuaian ( discrepancy theory)

Teori yang dikemukakan oleh Porter ini memndang kepuasan dapat diukur dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan ( Rivai, 2005). Menurut teori ini, seseorang akn terpuaskan apabila kondisi yang diinginkan sesuai dengan keadaan atau kondisi nyata. Menurut Locke (dalam Asad, 2002) kepuasan kerja seseorang bergantung pada discrepancy antar should be ( harapan, kebutuhan dan nilai ) dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Seseorang merasa puas apabila tidak ada perbedaan antar yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Apabila yang didapat oleh seseorang ternyata lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif, sebaliknya apabila semakin jauh kenyataan yang dirasakan sesorang berada dibawah standar minimum sehingga menjadi discrepancy yang negatif, maka semakin besar pula ketidak puasan seseorang terhadap pekerjaannya.b. Teori Keadilan (equity theory)

Prinsip teori equity yang dikembangkan oleh Adams ini adalah bahwa seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah orang tersebut merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi, khususnya situasi kerja ( Asad, 2002).menurut Rivai (2005), teori equity atau keadilan ini memiliki 3 elemen yaitu input, oucomes dan comparison persons. Input atau hasil merupakan sesuatu yang berharga yang dipersepsikan karyawan memiliki kontribusi atau sumbangan terhadap pekerjaannya, seperti pendidikan , pengalaman, keahlian, jumlah tugas dan peralatan serta perlengkapan yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan.Outcomes atau hasil merupakan segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai hasil dari ppekerjaaannya seperti , upah atau gaji, keuntungan sampingan, simbol status, dan kesempatan untuk berkembang atau berhasil serta aktualisasi diri.

Comparison persons merupakan orang lain sebagai pembanding bisa berasal dari organisasi atau perusahaan yang sama atau berbeda dan bisa pula denngan dirinya sendiri diwaktu lampau. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa membandingkan pekerjaan diantara perusahaan tersebut adalah pekerjaan karyawan yang sedang diperbandingkan harus sama atau hampir sama, organisasi atau perusahaan yang diperbandingkan harus serupa ukuran, misi dan sektornya.menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio input dan hasil dengan input dan hasil orang lain.c. Teori Dua faktor (two factor theory)

Teori dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg ini memandang kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Kepuasan kerja dan ketidak puasan kerja merupakan suatu variabel yang kontinyu.herzberg (Rivai, 2005) membagi situasi yang mempengaruhi sikap sesorang terhadap pekerjaannya yaitu menjadi dua kelompok yaitu kelompok satifiers atau motivator dan kelompok dissatifiers atau hygiene factor. Kelompok satifiers atau motivator adalah faktor faktor atau siituasi yang merupakan sumber kepuasan kerja. Kelompok satisfiers terdiri dari pekerjaan yang menarik, pekerjaan yang menantang, kesempatan untuk berprestasi, kesempatan untuk memperoleh penghargaan, dan promosi. Kelompok dissatifiers atau hygiene factor adalah faktor faktor yang merupakan sumber ketidakpuasan. Kelompok dissatifiers ini terdiri dari kompensasi, supervisi atau penyeliaan, hubungan antar pribadi dan kondisi kerja.2.1.4 Aspek Kepuasan kerja

Aspek kepuasan kerja menurut Hackman & Oldman (dalam Wexley & Yukl, 1992) yaitu:

a. Pekerjaan itu sendiri

Aspek ini mencakup minat, perhatian, kreativitas, pengakuan, dan rasa yang dimiliki karyawan terhadap perusahaan.

b. Lingkungan pekerjaanAspek ini mencakup struktur organisasi, sistem imbalan, rasa aman dalam bekerja, lokasi, situasi dan kondisi kerja serta status dalm bekerja.

c. Kebutuhan individu

Aspek ini mencakup waktu istirahat karyawan, hubungan sosial antar karyawan dalam perusahaan, lama waktu bekerja, dan penentuan waktu kerja.

Aspek aspek kepuasan kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek aspek kepuasan kerja yang dikemukakan oleh Locke ( dalam Cahyadi W.A, 2007) karena aspek aspek kepuasan kerja ini lebih mengungkap kepuasan kerja dari banyak sisi yaitu :a. Isi PekerjaanAspek Isi pekerjaan mencakup bobot pekerjaan yang melibatkan ketrampilan dan kemampuan yang sesuai kualifikasi pekerjaan, variasi, pekerjaan, variasi pekerjaan, kuantitas pekerjaan, tingkat kesulitan, serta tanggung jawab individu dalam mengerjakan pekerjaan tersebutb. ImbalanAspek imbalan mencakup sejauh mana imbalan yang diterima karyawan sesuai denan usaha yang telah dilakukan dalam bekerja. Imbalan yang dimaksud dapat berupa gaji, insentif, dan tunjangan. Karyawan menghendaki sistem imbalan yang adil.c. Promosi jabatanAspek promosi jabatan mencakup kesempatan memperoleh promosi jabatan yang lebih tinggi. Selain memperoleh kesempatan promosi, aspek ini juga mencakup keadilan dalam promosi jabatan.d. Kondisi kerjaAspek kondisi kerja mencakup kepuasan terhadap kondisi lingkungan pekerjaan seperti suasana tempat kerja, ruangan kerja dan fasilitas perusahaan lainnyae. Rekan kerjaAspek rekan kerja mencakup kepuasan hubungan atau interaksi karyawan dengan karyawan lain baik yang setara tingkatannya, bawahan, atau atasannya. Hubungan atau interaksi yang hangat atau harmonis akan bisa menciptakan kepuasan kerja karyawanf. Pengawasan atau penyeliaanAspek pengawasan atau penyeliaan ini mencakup kepuasan terhadap pengawasan yang dilakukan oleh atasannya. Apakah atasan sudah objektif dalam melakukan pengawasan dan penilaian serta apakah atasan memberikan kepercayaan, dukungan, saran, serta motivasi pada bawahannya.

2.1.4 Faktor kepuasan Kerja

Faktor faktor yang menentukan kepuasan kerja menurut Yuwono dan Khajar (2005) antara lain :a. Pekerjaan itu sendiriPekerjaan yang dapat memuaskan karyawan adalah pekerjaan yang memberikan status pada karyawannya. Karyawan cenderung menyukai pekerjaan yang menawarkan bermacam tugas dan tantangan yang dapat mengembangkan potensi dirinya.b. Gaji atau insentifSesorang bekerja untuk mendapatkan imbalan yang bersifat finansial, atau untuk mendapatkan sumber pendapatan yang akan meningkatkan status sosialnya atau standar kehidupannya. Karyawan menginginkan sistem kompensasi dan kebijakan promosi yang adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu, dan standar pengupahan. Gaji atau kompensasi yang dipersepsikan adil menurut karyawan akan menyebabkan kepuasan kerja pada karyawan tersebut.c. Kesempatan mendapat promosi , supervisi, kolega kerjaKesempatan mendapat promosi, supervisi, kolega kerja yang bagus akan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Kesempatan promosi jabatan yang adil, mutu pengawasan yang bagus.Faktor yang menentukan kepuasan kerja Menurut Robbins (2003) adalah :

a. Kerja yang secara mental mendukungKaryawan lebih cenderung menyukai pekerjaan pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan kemampuan mereka dalam menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan.karakteristik tersenbut membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Kondisi kerja dengan tantangan yang sedang, karyawan akan mengalami kesenangandan kepuasan.b. Ganjaran yang pantasKaryawan cenderung menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan adil sesuai harapan mereka. Apabila promosi dan upah dipandang adil berdasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar karyawan akan merasa puas.c. Kondisi kerja yang mendukungKaryawan lebih menyukai lingkungan kerja yang baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas pekerjaan. Lingkungan kerja yang dianggap baik adalah lingkungan kerja yang tidak berbahaya atau merepotkan, temperatur, cahaya, dan kondisi lingkungan fisik lain yang tidak terlalu ekstrem, artinya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. d. Rekan kerja yang mendukungSeorang karyawan tidak hanya mempunyai kebutuhan akan uang dan prestasi saja, karyawan juga mempunyai kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain atau karyawan lain. Rekan kerja yang ramah dan mendukung dapat meningkatkan kepuasan karyawan.e. Kesesuaian kepribadian dan pekerjaanKarakteristik kepribadian seorang karyawan yang sesuai dengan karakteristik pekerjaannya akan dapat membuat seorang karyawan lebih merasa puas terhadap pekerjaannya.Menurut Rivai (2005), kepuasan kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

a. Faktor intrinsik

Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari dalam diri karyawan dan dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja ditempat kerjanya.

b. Faktor ekstrinsik

Faktor ekstrinsik menyangkut hal hal yang berasal dari luar diri karyawan yang antara lain terdiri dari kondisi fisik kerja, interaksinya dengan kkaryawan lain, dan sistem penggajian. Ghiselli & Brown (dalam Asad, 2002) mengemukakan beberapa faktor yang memepengaruhi kepuasan kkerja karyawan yaitu sebagai berikut :

a. Kedudukan atau posisiSecara umum orang beranggapan bahwa karyawan yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi ( jabatan lebih tinggi) akan merasa puas daripada karyawan yang bekerja paa pekerjaan yang lebih rendah (jabatan lebih rendah). Menurut beberapa penelitian, anggapan tersebut tidak terlalu benar, akan tetapi perubahan tingkat pekerjaan karyawan akan mempengaruhi kepuasan kerja. Seorang karyawan yang naik ke jabatan yang lebih tinggi cebderung akan menjadi lebih puas dengan pekerjaannya.

b. UmurDinyatakan bahwa ada hubungan antaraa kepuasan kerja karyawan dengan umur karyawan. Karyawan yang berumur diantara 25 tahun sampai 34 tahun dan umur 40 tahun sampai 45 tahun adalah merupakan umur umur yang hisa menimbulkan perasaan yang kurang puas terhadap pekerjaan.c. Jaminan finansial dan jaminan sosialMasalah finansial dan jaminan sosial berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Imbalan finansial yang diberikan secara adil dan layak akan menimbulkan kepuasan kerja karyawan. Selain imbalan finansial atau kompensasi yang adil, jaminan sosial juga perlu dibeerikan untuk memenuhi kebutuhan sosial karyawan agar karyawan lebih merasa puas terhadap pekerjaannya.

d. Mutu pengawasanHubungan antara karyawan dan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam menaikkan produktifitas kerja. Kepuasan kerja karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang terpenting dari organisasi kerja (sense of belonging).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang menentukan kepuasan kerja dalah faktor psikologis, sosial, fisik dan finansial. Faktor psikologis merupakan faktor berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi kesesuaian kepribadian dan pekerjaan, persepsi terhadap balas jasa terhadap yang adil dan layak. Faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial yang meliputi rekan sekerja yang mendukung, sikap pimpinan dalam menjalankan kepemimpinan. Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik karyawan yang meliputi kerja yang secara mental mendukung, berat ringannya pekerjaan, suasana dan lingkungan pekerjaan, sifat pekerjaan monoton atau tidak, organisasi atau perusahaan yangg tidak terlalu besar, usia karyawan. Faktor finansial berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi kesempatan mendapat promosi sehingga kompensasi meningkat.2.2 Pengertian Kinerja Kinerja sebagai hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Pabundu, 2006). Sedangkan Mangkunegara (2009) Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Prawirosentono , kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Usman, 2011).Baik buruknya kinerja perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan yang lengkap, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.(Robbins,2009)

Hubungan positif antara kepuasan kerja dengan kinerja diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh Robbins dan Judge (2007), yang menyatakan bahwa organisasi yang mempunyai karyawan yang lebih puas cenderung lebih efektif bila dibandingkan organisasi yang mempunyai karyawan yang kurang puas. Menurut Gibson, (1987, dalam Hendi dan Sahya, 2010) ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu: (1) faktor individu, meliputi kemampuan,keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial, dan demografi seseorang, (2) faktor psikologi,(3) faktor organisasi.Dalam melaksanakan asuhan keperawatan berbagai macam faktor yang mempengaruhi kinerja seorang perawat, pada dasarnya tingkat kinerja perawat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri perawat itu sendiri dan faktor luar diri perawat. Faktor dari dalam diri perawat antara lain pengetahuan dan keterampilan, kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, motivasi kerja, dan kepuasan kerja. Sedangkan factor dari luar diri perawat yaitu beban kerja dan gaya kepemimpinan dalam organisasi yang sangat berperan dalam mempengaruhi kinerja perawat (Nursalam,2007)Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien (Potter & Perry, 2005). Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta jumlah perawat yang mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40 60%. Oleh karena itu, rumah sakit haruslah memiliki perawat yang berkinerja baik yang akan menunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan pelanggan atau pasien (Swansburg, 2000 dalam Suroso, 2011).

Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan sebaik baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam 10 rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi. Kinerja perawat sebenarnya sama dengan prestasi kerja diperusahaan. Perawat ingin diukur kinerjanya berdasarkan standar obyektif yang terbuka dan dapat dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan dihargai sampai penghargaan superior, mereka akan lebih terpacu untuk mencapai prestasi pada tingkat lebih tinggi (Faizin dan Winarsih, 2008).

2.2.1 Faktor faktor yang mempengaruhi Kinerja

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pabundu (2006) terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu:

a.Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, sifat sifat seseorang, meliputi sikap, sifat sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi, umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang budaya dan variabel- variabel personal lainnya.

b.Faktor eksternal yaitu faktor faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yang berasal dari lingkungan, meliputi peraturan ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, kondisi ekonomi, kebijakan organisasi, kepemimpinan, tindakan tindakan rekan kerja jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

Karakteristik individu yang berhubungan dengan kinerja perawat adalah pendidikan, pelatihan, promosi, jenjang karir, lama bekerja, sistem penghargaan, gaji, tunjangan, insentif dan bonus

. Hasil penelitian Daryanto, (2008) menunjukkan bahwa sistem penghargaan yang paling

dominan berhubungan dengan kinerja adalah gaji dan pengakuan. Isesreni, (2009) tingkat pendidikan perawat mempengaruhi kinerja perawat, dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, status perkawinan, serta lama bekerja perawat dengan kinerja perawat.

Baik buruknya kinerja seorang perawat dapat dipengaruhi oleh faktor, seperti kepuasaan kerja, motivasi, lingkungan kerja dan budaya organisasional (Edy, 2008). Dalam sebuah organisasi elemen yang paling penting adalah kepemimpinan.

Kepemimpinan merupakan kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu tujuan umum (Suarli dan Bahtiar, 2009).

Di tambah lagi supervisi dan kapasitas pekerjaan atau beban kerja juga dapat

mempengaruhi kinerja karyawan. Supervisi merupakan segala bantuan dari pimpinan/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Selain itu,

perawat pelaksana akan mendapat dorongan positif sehingga mau belajar dan meningkatkan kemampuan profesionalnya. Dengan kemauan belajar,secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja perawat. sedangkan kapasitas pekerjaaan adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu(Suyanto, 2009).Peningkatan pelayanan keperawatan dapat diupayakan dengan meningkatkan kinerja perawat yaitu dengan peningkatan pengetahuan melalui pendidikan keperawatan berkelanjutan dan peningkatan keterampilan keperawatan sangat mutlak diperlukan. Penataan lingkungan kerja yang kondusif perlu diciptakan agar perawat dapat bekerja secara efektif dan efisien. Menciptakan suasana kerja yang dapat mendorong perawat untuk melakukan yang terbaik, diperlukan seorang pemimpin.Pemimpin tersebut harus mempunyai kemampuan untuk memahami bahwa seseorang memiliki motivasi yang berbedabeda (Sugijati, dkk; 2008). Mulia Nasution (1994 dalam Riyadi, 2011) mengemukakan bahwa seorang pemimpin harus mengembangkan suatu sikap dalam memimpin bawahannya. Suatu sikap kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu pola perilaku yang dibentuk untuk diselaraskan dengan Kepentingan kepentingan organisasi dan karyawan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. 2.2.2. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja disebut juga sebagai performance appraisal, performance evaluation, development review, performance review and development. Penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya. Oleh karena itu, penilaian kinerja harus berpedoman pada ukuranukuran yang telah disepakati bersama dalam standar kerja (Usman, 2011).

Penilaian kinerja perawat merupakan mengevaluasi kinerja perawat sesuai dengan standar praktik professional dan peraturan yang berlaku. Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara

untuk menjamin tercapainya standar praktek keperawatan.

Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses operasional kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, membimbing perencanaan karier serta memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam,2008). Proses penilaian kinerja dengan langkah langkah sebagai berikut: mereview standar kerja, melakukan analisis jabatan,mengembangkan instrument penilaian, memilih penilai, melatih penilai, mengukur kinerja, membandingkan kinerja aktual dengan standar, mengkaji hasil penilaian, memberikan hasil penilaian, mengaitkan imbalan dengan kinerja, membuat rencana rencana pengembangan dengan menyepakati sasaran sasaran dan standar standar kinerja masa depan (Usman, 2011).

Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi atau tingkat keberhasilan atau kegagalan seorang pekerja/karyawan atau tim kerja dalam melaksanakan tugas/jabatan yang menjadi tanggung jawabnya. (Nawawi, 2006) Sedangkan menurut Nursalam (2008) manfaat dari penilaian kerja yaitu:

a.Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan di rumah sakit.

b.Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong sumber daya manusia secara keseluruhannya.

c.Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.

d.Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga rumah sakit akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk

pengembangan pelayanan keperawatan dimasa depan.

e.Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.

f.Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.

Model dan Metode Penilaian Kinerja Mangkunegara, (2009) model penilaian kinerja yaitu:

a.Penilaian sendiri

Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk mengukur dan memahami perbedaan individu. Akurasi didefinisikan sebagai sikap kesepakatan antara penilaian sendiri dan penilaian lainnya. Other Ratingdapat diberikan oleh atasan, bawahan, mitra kerja atau konsumen dari individu itu sendiri.

Penilaian sendiri biasanya digunakan pada bidang sumber daya manusia seperti: penilaian,kinerja, penilaian kebutuhan pelatihan, analisa peringkat jabatan, perilaku kepemimpinan dan lainnya. Penilaian sendiri dilakukan bila personal mampu melakukan penilaian terhadap proses dan hasil karya yang mereka laksanakan sebagai bagian dari tugas organisasi.Penilaian sendiri atau dipengaruhi oleh sejumlah faktor kepribadian, pengalaman, pengetahuan dan sosio demografi seperti suku dan kependidikan. Dengan demikian tingkat kematangan personal dalam menilai hasil karya menjadi hal yang patut diperhatikan.

b.Penilaian atasan

Pada organisasai pada kematangan tingkat majemuk, personal biasanya dinilai oleh manajer yang tingkatnya lebih tinggi, penilaian ini yang termasuk dilakukan oleh supervisor atau atasan langsung.

c.Penilaian mitra Penilaian mitra lebih cocok digunakan pada kelompok kerja yang mempunyai otonomi yang cukup tinggi. Dimana wewenang pengambilan keputusan pada tingkat tertentu telah didelegasikan oleh manajemen kepada anggota kinerja kelompok kerja. Penilaian mitra dilakukan oleh seluruh anggota kerja kelompok dan umpan balik untuk personal yang dinilai yang dilakukan oleh komite kerja dan bukan oleh supervisor. Penilaian mitra biasanya lebih ditujukan untuk pengembangan personal dibandingkan untuk evaluasi.

d.Penilaian bawahan

Penilaian bawahan terhadap kinerja personal terutama dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan dan umpan balik personal. Bila penilaian ini digunakan untuk administratif dan evaluasi, menetapkan gaji dan promosi maka penggunaan penilaian ini kurang mendapat dukungan, program penilaian bawahan terhadap manajer dalam rangka perencanaan dan penilaian kinerja manajer. Program ini meminta kepada manajer untuk dapat menerima penilaian bawahan sebagai umpan balik atas kemampuan manajemen mereka.Menurut Lumbanraja dan Nizma, (2010), metode penilaian prestasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:a.Metode yang berorientasi pada masa lalu

1) Rating Scale: Pengukuran dilakukan berdasarkan skala prestasi (kuantitatif dan kualitatif) yang sudah baku.

2)Checklist : Metode ini memerlukan penilaian untuk menyeleksi pernyataan yang menjelaskan karakteristik karyawan.

3) Critical Incident Method : pengukuran dilakukan berdasarkan catatan aktivitas seorang karyawan dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam perilaku positif dan negatif.

4) Field Review Method : Pengukuran dilakukan dengan langsung meninjau lapangan.

5) Performance Test and Observation : Penilaian prestasi kerja dapat dilaksanakan didasarkan pada suatu test keahlian.

6) Comparative Evaluation Approach : Pengukuran dilakukan dengan membandingkan prestasi

kerja seorang karyawan dengan karyawan lain.

b.Metode yang berorientasi pada masa depan

1) Self appraisal : Teknik evaluasi ini berguna bila tujuan evaluasi diri adalah untuk melanjutkan pengembangan diri.

2)Psycological appraisal : penilaian ini biasanya dilakukan oleh seorang psikolog, terutama digunakan untuk menilai potensi karyawan.

3)Management By Objectives: Pengukuran berdasarkan pada tujuan.pekerjaan yang terukur dan disepakati bersama antara karyawan dan atasan-nya.

4)Assesment Center : bentuk penilaian yang di standarisasi, tergantung pada tipe berbagai penilai.

5. Standar Kinerja

Standar pekerjaan adalah sejumlah kriteria yang menjadi ukuran dalam penilaian kinerja, yang dipergunakan sebagai pembanding cara dan hasil pelaksanaan tugas tugas dari suatu pekerjaan/jabatan (Nawawi, 2011). Timpe (1988, dalam Usman 2011) menyatakan bahwa standar kinerja dapat dibuat untuk setiap individu dengan berpedoman pada uraian jabatan.Proses penulisan standar dimulai ketika pengawas dan pegawai mendiskusikan pekerjaan. Langkah pertama meliputi penulisan semua tugas dan tanggung jawab karyawan. Pegawai juga mempertimbangkan pemahamannya tentang harapan - harapan utama yang mungkin dimiliki pengawas. Setelah menyelesaikan proses penulisan, penyuntingan dan integrasi, standar kinerja yang disepakati untuk dituliskan dan dapat dikuantifikasikan atau diukur dan dicapai.

6.Standar Penilaian Kinerja Perawat Nursalam, (2008) standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan

untuk menilai pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien. Tujuan standar

keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, dan melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melind

ungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. a.Standar Satu: Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi:

1) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi,

pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang.

2) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim

kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.

3) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:

a) Status kesehatan klien masa lalu

b) Status kesehatan klien saat ini

c)Status biologis -psikologis-sosial-spiritual

d)Respon terhadap terapi

e)Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

f)Resiko - resiko tinggi masalah

b.Standar Dua: Diagnosa Keperawatan :Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

Adapun kriteria proses:

1) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identikasi masalah klien, dan perumusan diagnose keperawatan.

2) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), Penyebab (E), dan tanda atau gejala (S), atau terdiri dari masalah danpenyebab (PE).

3) Bekerjasama dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.

4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

c.Standar Tiga: Perencanaan Keperawatan Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya, meliputi:

1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan keperawatan.

2) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.

4) Mendokumentasi rencana keperawatan.d. Standar Empat: Implementasi, Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses, meliputi:

1) Bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

2)Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

3)Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.

4)Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.

5)Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.

e.Standar Lima: Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya:

1)Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.

2)Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukut perkembangan ke arah pencapaian tujuan.

3)Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat.

4Bekerja sama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan.

5)Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan:

1.Pengkajian

2.Diagnosa

3.Perencanaan

4.Implementasi

5.Evaluasi

2.3 Kerangka konsep Penelitian

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka konsep Hubungan Kepuasan kerja dengan kinerja perawat di Instalasi gawat darurat RSAB Muhammadiyah Tuban2.4 Hipotesis penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada Hubungan Antara Kepuasan dengan kinerja Perawat di Instalasi Gawat darurat RSAB Muhammadiyah Tuban

Faktor dari dalam diri perawat antara lain :

a. pengetahuan dan keterampilan,

b. kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya,

c. motivasi kerja,

Perawat IGD

d. Kepuasan kerja

Kinerja

Tinjauan Pustaka

Sumber tidak boleh lebih 10 tahun

Tidak perlu konsep manajemen

italic

lebih dari 10 tahun

italic

lihat panduan penulisan bahasa asing

tidak menggambarkan konsep sebab akibat