bab 2 (EDIT)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

thisi is

Citation preview

52

BAB IIURAIAN PROSES

2.1 Bahan Baku 2.1.1 Bahan Baku Produksi Bahan baku untuk PT PERTAMINA RU III berupa minyak mentah diperoleh dari daerah Sumatera Bagian Selatan. Sebagai pasokan utama, minyak mentah disalurkan melalui pipa dari lapangan di sekitar wilayah Sumatera Selatan dan melalui kapal. Adapun perbandingannya adalah 70% minyak mentah melalui pipa dari lapangan dan 30% minyak mentah melalui kapal tanker. Jalur Penyaluran minyak mentah tersebut adalah: 1. Minyak mentah yang dikirim melalui sistem perpipaan adalah :a. South Palembang District (SPD) dari DOH Prabumulihb. Talang Akar Pendopo Oil (TAP) dari DOH Prabumulihc. Jambi Asphalitic Oil (Paraffinic Oil)d. Jene, dane. Ramba Crude Oil (RCO) dari DOH Jambi.2. Minyak mentah yang dikirim menggunakan kapal tanker adalah :a. Geragai Crude Oil (GCO) dari Santa Fe, Jambib. Bula/ Klamono (BL/KL) dari Irian Jayac. Kaji Semoga Crude Oil (KSCO)d. Sepanjang Crude Oil (SPO)e. Sumatera Light Crude (SLC)f. Duri Crude Oil (DCO) Setiap minyak mentah dari sumber yang berbeda tersebut akan ditampung dahulu di dalam tangki penampungan. Minyak mentah tersebut seringkali masih mengandung kadar air yang cukup tinggi, baik dalam bentuk emulsi maupun air bebas. Adanya kandungan air dapat menyebabkan gangguan dalam unit-unit pengolahan sehingga sebelum dimasukkan ke dalam unit CD, minyak mentah harus dipisahkan dari air terlebih dahulu. Spesifikasi minyak mentah yang boleh diumpankan ke dalam unit CD adalah di bawah 0,5 %vol air.Setelah memiliki kandungan air yang sesuai spesifikasi, minyak mentah tersebut diumpankan ke Unit Crude Distiller dan Redistiller yang berbeda sesuai dengan komposisi dan sifat minyak tersebut. Minyak tersebut akan dijadikan umpan pada Primary Process Unit dan Secondary Process Unit. Umpan pada Primary Process Unit tertera pada tabel 3 di bawah ini.Tabel 3. Umpan Primary Process UnitUnitKapasitas PengolahanSumber minyak bumi

CD-II16,2 MBSDKaji, Jene, SPD, TAP

CD-III30,0 MBSDRamba, Kaji, Jene

CD-IV30,0 MBSDRamba, Kaji, Jene

CD-V35,0 MBSDSPD, TAP

CD-VI15,0 MBSDGeragai, Bula, Klamono

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011 Sumber minyak bumi yang dijadikan umpan pada Secondary Process Unit tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Umpan Secondary Process UnitUnitSumber minyak bumi

HVULong residue

RFCCUMVGO (Medium Vacuum Gas Oil), HVGO (High Vacuum Gas Oil), dan Long Residue

BB (Butane-Butylene)Unstab crack, Comprimate, Condensate Gas, dan Residual Gas

Stabilizer C/A/BSR-Tops (Straight Run-Tops)

Unit PolimerisasiFresh BB (Butane-Butylene)

Unit AlkilasiFresh BB dari BB Distiller

Kilang PolypropyleneRaw PP (Propaneee-Propylene) dari RFCCU (Riser Fluid Catalytic Cracking Unit)

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011

2.1.2 Bahan Baku Penunjang Selain bahan baku utama, proses pengolahan juga membutuhkan bahan-bahan penunjang lain yang tertera pada tabel 5 seperti katalis, solvent, dan bahan aditif yang mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi produk. Tabel 5. Bahan-Bahan PenunjangBahanUnitFungsi

H2SO4AlkilasiKatalis

NaOHBB Treating & Caustic TreatingProses treating untuk menghilangkan senyawa belerang

Silika aluminaRFCCUKatalis cracking

Titanium CatalystPolypropyleneKatalis utama

Tri Ethyl Alumunium (AT cat)PolypropyleneKo-katalis

CMMSPolypropyleneCatalyst adjuvant

HexanePolypropylenePelarut katalis

Ekstraktor pada purifikasi Raw

DEAPolypropylenepropaneee propylene

AE-Stab, AH-Stab, Al-Stab, HA-Stab, HD-Stab, SA-Stab, SB-Stab, SC-StabPolypropyleneStabilizer additive

Gas N2 PolypropyleneOff gas, carrier gas

Fuel oil, fuel gasSemua unitBahan bakar untuk pembakaran dalam furnace unit

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011 Kegunaan bahan-bahan penunjang dalam mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi produk tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Kegunaan Bahan-Bahan PenunjangBahanKegunaan

Gas

1. Amoniak (NH3)Sebagai zat anti korosi pada system overhead kolom distilasi.

2. Gas PanasSebagai Regenerator Dryer pada unit Polypropylene.

3. N2Sebagai pendingin (Cooler).

4. H2Sebagai pemutus dan penyambung rantai Polypropylene.

Lanjutan Tabel 6BahanKegunaan

Aditif

1.MTBE dan TELUntuk menaikan bilangan Oktan dari bensin.

2. AditifUntuk memperbaiki sifat Polypropylene sehingga sesuai dengan sifat yang diinginkan.

3.Topanol AAnti oksidan aditif untuk polimer mogas unit polimerisasi, aditif untuk produk Treating Plant bagian crude distiller.

Bahan Kimia

1. H2SO4Sebagai katalis unit alkilasi.

2. ZeoliteSebagai katalis pada RFCCU.

3. NaOHSebagai Caustic Treater pada CD&L unit alkilasi dan LPG Treater.

4. P2O5Sebagai katalis unit Polimerisasi.

5. Al2(SO4)3, klorin air, coagulant acid, karbon aktif, resin penukar ionSebagai penjernih air pada unit utilitas.

6. DEASebagai DEA ekstraktor pada unit Polypropylene.

7. Heavy alkylateSebagai Lean Oil (absorben) pada unit BB distilasi.

8. LCGOSebagai Lean Oil (absorben) pada unit Light End FCCU

9. PropanaSebagai regenerator dan cooler pada DEA dan caustic extractor system, serta sebagai chilling system pada unit alkilasi.

10. Katalis bahan dasar TiSebagai katalis utama pada unit Polypropylene.

11. Katalis TK,AT,OFSebagai ko-katalis pada unit polypropylene.

12. Silika GelSebagai molecular sieve pada unit Polypropylene

13. Corrosion InhibitorSebagai zat pencegah atau penghambat korosi

14. Scale InhibitorSebagai zat pencegah atau penghambat pembentukan kerak

15. BiocidePenghambat tumbuhnya lumut, ganggang, dll.

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 20112.1.3 Bahan Baku Produk Non BBM Selain mengolah minyak mentah, kilang musi juga mengolah produk antara/ intermediate, berupa :1. Bahan baku Naften ( Bitumen Feed Stock ) dari Cilacap2. Komponen mogas beroktan tinggi (HOMC) untuk blending Motor Gasoline dari Cilacap dan Dumai3. Raw-Propane-Propylene dari unit RFCCU untuk produksi Polypropylene.

2.2 Proses Produksi2.2.1 Unit Crude Distiller and Gas Plant (CD-GP) PT PERTAMINA RU III memiliki 6 Crude Distiller yaitu Crude Distiller (CD) II, III, IV, V, dan Redistiller I/II. Keenam unit tersebut terletak di kilang Plaju. Pada unit ini juga terdapat unit Stabilizer C/A/B dan Straight Run Motor Gas Compressor (SRMGC), sedangkan pada Gas Plant terdapat unit Butane-Butylene Motor Gas Compressor (BBMGC), Butane-Butylene (BB) Distiller, Unit Polimerisasi dan Unit Alkilasi. Selain itu terdapat unit-unit Treater seperti BB Treater, Caustic Treater, dan Sulfuric Acid Unit (SAU). Proses yang dilakukan pada CD II, III, IV, V, dan Redistiller I/II disebut proses primer yang bertujuan untuk memisahkan komponen-komponen minyak mentah secara fisik dengan cara distilasi. Pada awalnya Redistiller I/II berfungsi untuk mendistilasi kembali Slop Oil (minyak tumpahan dan produk yang off spec) serta minyak mentah dengan spesifikasi khusus, tetapi kemudian diubah fungsinya sehingga menjadi sama seperti CD. Proses-proses yang dilakukan pada unit Polimerisasi, Alkilasi, Stabilizer C/A/B, SRMGC, BBMGC, dan BB Distiller disebut proses sekunder. Proses ini bertujuan menghasilkan produk-produk yang bernilai tinggi hasil dari proses primer. Proses treating dilakukan pada unit BB Treater, Caustic Treater dan SAU. BB Treater bertujuan mengurangi kandungan Sulfur pada Butane-Butylene. Caustic Treater bertujuan mengurangi kandungan Sulfur dan Merkaptan pada produk Gasoline. SAU bertujuan meningkatkan konsentrasi Asam Sulfat ex katalis unit alkilasi sehingga dapat digunakan lagi sebagai katalis pada proses alkilasi. 2.2.1.1 Crude Distiller II (CD-II) CD-II memiliki kapasitas 2600 ton/hari. Fungsi CD-II ini adalah untuk memisahkan fraksi-fraksi tertentu pada minyak mentah. Umpan unit berasal dari Sumatera Light Crude (SLC) dan Jene Crude. Unit ini terdiri atas 5 kolom Fraksionator dan 1 Kolom Evaporator yang bekerja pada kondisi operasi masing-masing (tabel 8). Umpan dipanaskan pada furnace I dan dimasukkan pada Kolom Evaporator. Fasa gas akan masuk pada Kolom I dan fasa cair masuk ke Furnace II untuk dipanaskan yang selanjutnya masuk ke kolom IV. Produk atas Kolom I masuk ke kolom V, side stream masuk ke kolom II, sedangkan produk bawah ditampung ke Side Striper (LCT stripper) 2-1. Produk atas Kolom II dimasukkan tangki Akumulator 8-7 yang sebagian dikembalikan ke Kolom I sebagai reflux dan sebagian lagi sebagai produk gas. Produk bawah Kolom II dikondensasikan dan keluar sebagai produk LKD (Light Kerosene Distillate).Produk atas Kolom V dikondensasikan dan ditampung pada tangki Akumulator 8-8. Aliran gas yang tidak terkondensasi dibagi menjadi dua. Aliran pertama sebagai produk gas, sedangkan aliran lainnya dikondensasikan kembali sehingga menghasilkan Crude Residual (CR) Butane. Gas yang tidak terkondensasi dijadikan sebagai produk gas. Produk atas Kolom V yang tertampung pada tangki Akumulator 8-8 sebagian dikembalikan ke Kolom V sebagai reflux dan sebagian keluar sebagai produk atas Straight Run (SR). Side stream Kolom V masuk ke Kolom III. Produk bawah Kolom V dikembalikan ke Kolom I sebagai reflux.Kolom III yang memiliki umpan dari side stream Kolom V menghasilkan produk bawah berupa Naphta II/III dan produk atas berupa gas yang dikembalikan ke Kolom V.Produk atas kolom IV didinginkan dan dimasukkan ke tangki akumulator 8-6. Dari tangki ini, sebagian di-reflux dan sebagian dimasukkan ke kolom I. Side stream kolom IV dimasukkan ke Light Cold Test (LCT) Stripper bersama-sama dengan produk bawah kolom I. Produk bawah kolom IV didinginkan dan menghasilkan produk Long Residue. Produk bawah kolom I dan side stream kolom IV yang tertampung pada LCT Stripper sebagian dimasukkan kembali ke kolom IV sebagai reflux dan sebagian sebagai produk Light Cold Test untuk Gas Oil, yang merupakan komponen produk Solar.Tabel 7. Kondisi Operasi Kolom CD IIPeralatanTemperatur CTekanan (kg/cm2)

TopBottom

Kolom-IKolom-IIKolom-IVKolom-VOutlet F-I9514523071266155141350169-20.51.20.3-

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011Di bawah ini merupakan komponen-komponen solar yang tertera pada tabel 8. Tabel 8. Produk CD-IIProduk%wt

Gas (ke unit SRMGC)Crude ButaneSR TopsNaptha IILKDLCTLong Residue0.91.21.1410.407.3523.0250.91

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011

2.2.1.2 Crude Distiller III (CD-III)Umpan masuk CD III berupa campuran Jene Crude Oil, Ramba Crude Oil dan SLC Crude Oil. CD-III memiliki kapasitas 4000 ton/hari. Unit ini terdiri dari tiga kolom distilasi dan satu Stabilizer yang bekerja pada kondisi masing-masing. Sebelum diproses, dilakukan peningkatan temperatur umpan (pre-heat) dengan empat buah Heat Exchanger. Umpan pertama kali masuk ke Stabilizer 1-4. Produk atas Stabilizer 1-4 didinginkan sehingga terbentuk dua fasa, yaitu cair dan gas. Aliran fasa cair dibagi dua, sebagian masuk kembali ke Stabilizer 1-4 sebagai reflux dan sebagian sebagai produk Crude Butane. Fasa gas sebagai produk, dialirkan ke unit SRMGC. Produk bawah Stabilizer 1-4 masuk sebagai umpan Kolom I-1. Reboiling pada Stabilizer 1-4 dilakukan menggunakan Furnace I yang sama-sama digunakan oleh Kolom I-1.Produk atas Kolom I-1 sebagian menjadi umpan Kolom I-3 dan sebagian dikembalikan sebagai reflux. Side stream Kolom I-1 masuk ke Side Stripper 2-5. Dari Side Stripper sebagian keluar sebagai produk berupa Naphta III dan sebagian masuk kembali ke Kolom I-1. Reboiling pada Kolom I-1 dilakukan oleh Furnace I yang juga merupakan Reboiler pada Stabilizer I-4. Produk bawah kolom ini sebelum masuk sebagai umpan Kolom I-2 dipanaskan oleh Furnace II yang juga merupakan Reboiler Kolom I-2.

2.2.1.3 Crude Distiller IV (CD IV)Unit CD IV memiliki sistem pemrosesan produk serta perolehan produk yang sama dengan CD III. Namun penggunaan umpan di kedua Crude Distiller ini berbeda. CD IV hanya menggunakan umpan Ramba Crude Oil dan SLC Crude Oil sajaTabel 9. Kondisi Operasi CD III dan CD IVPeralatanTemperatur 0CTekanan(Kg.cm-2)

TopBottom

Kolom IKolom IIKolom IIIStabilizer1432349397273336-1851,50,31,8 2,22,8

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011Produk-produk yang diperoleh dari unit CD III dan CD IV tertera pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Produk dan Perolehan CD III dan IVProdukYield (%wt)

CD-IIICD-IV

GasCR ButaneSR TopsNaphta-IINaphta-IIILKDHKDLCTHCTResidueLoss0,5200,5003,0405,0201,70015,707,6107.6903.370 54.450,9002,1401,1005,8408,9004,9309,9807,4608,8102,83047,770,250

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011

2.2.1.4 Crude Distiller V (CD V)Umpan dari unit ini adalah minyak mentah yang berasal dari South Palembang District (SPD) dan Talang Akar Pendopo (TAP). Unit ini mengolah minyak mentah sehingga menghasilkan beberapa produk sebagaimana tertera pada tabel 11Tabel 11. Produk dan Perolehan CD VProdukYield (%Wt)

GasSR TopsNaphta-INaphta-IINaphta-IVLKDHKDLCTHCTResidueLoss1,331,748,197,502,965,276,826,778,1950,910,32

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011 Minyak mentah dari tangki R dibagi menjadi dua aliran. Aliran pertama dibagi kembali menjadi dua aliran dan mengalami sejumlah pemanasan kemudian masuk ke dalam kolom flash yang memiliki kondisi operasi masing-masing (tabel 13). Fasa gas dari kolom flash masuk sebagai umpan kolom 1-1 pada tray 10 dan fasa cairnya dipanaskan dengan menggunakan Furnace F2C1 dan masuk juga sebagai umpan pada tray 6. Aliran kedua dari tangki R dipanaskan pada Preheater dan Furnace F2C1. Setelah mengalami pemanasan aliran digabungkan dengan aliran fasa cair keluaran kolom flash sebagai umpan Kolom 1-1. Produk atas Kolom 1-1 masuk ke Kolom 1-3 sebagai umpan. Side stream kolom 1-1 yang keluar dari tray 30 dipompa dan didinginkan untuk kemudian dikembalikan sebagai inter volume reflux (pump around). Side stream dari tray 20 masuk ke Side Stripper 2-2. Fasa gas dikembalikan ke Kolom 1-1 sebagai refluks, sedangkan fasa cair didinginkan sebagai produk LKD. Produk bawah Kolom 1-1 dipanaskan oleh Furnace F2C2 dan dialirkan sebagai umpan Kolom 1-2. Produk atas kolom 1-3 dikondensasikan dan masuk ke Tangki Akumulator 8-2. Gas yang tidak terkondensasikan dijadikan sebagai produk gas, sedangkan sebagian kondensat direfluks dan sebagian dipompakan sebagai umpan kolom 1-4. Side stream kolom ini masuk ke Side Stripper 2-4. Fasa gas dikembalikan ke kolom dan fasa cair didinginkan kemudian dijadikan produk Naphta II. Produk bawah Kolom 1-3 didinginkan sebaagi produk Naphta IV. Produk atas Kolom 1-2 ditampung pada Tangki Akumulator Kolom 8-3 dan dijadikan produk HKD. Fasa gas direfluks kembali dan fasa cair didinginkan sebagai produk HCT. Produk bawah didinginkan dengan sejumlah HE dan dijadikan Long Residue, sebagian masuk HVU, sebagian sebagai (Low Sulphuric Waxy Residue) LSWR.Tabel 12. Kondisi Operasi CD VPeralatanTemperatur 0CTekanan(Kg.cm-2)

TopBottom

Kolom IKolom IIKolom IIIKolom V150200105702433401601001,50,20,80,8

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011

2.2.1.5 Redistiller I/IIRe-Distiller I/II awalnya dibangun tahun 1937 (Red-I) dan 1940 (Red-II) dengan kapasitas masing-masing 600 ton/hari untuk mengolah produk off-spec. Kemudian dilakukan modifikasi untuk mengubah fungsinya untuk mengolah minyak mentah. Kedua kolom ini digabung dimana Red-I sebagai Kolom-1 dan Red-II sebagai Kolom2. Kapasitas pengelolahannya adalah 1435 ton/hari.Umpan unit ini berasal dari SPD dan SLC yang menghasilkan produk beserta perolehan dari Re-Distiller I/II yang tertera pada Tabel 13.Tabel 13. Produk dan Perolehan Re-Distiller I/II ProdukYield (%-wt)

Gas Naptha AvturDiesel (ADO)Long Residue1.4914.997.8014.8960.83

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011Umpan minyak mentah mengalami sejumlah pemanasan (pre-heating) sebelum masuk ke Furnace-I (F1C1) untuk menaikkan temperatur menjadi 258C dan masuk ke Kolom 1-1. Produk atas akan didinginkan dan masuk ke Tangki Akumulator81. Gas yang tak terkondensasi dijadikan produk Gas, sedangkan yang terkondensasi sebagian di-reflux dan sebagian sebagai produk Naphta. Side stream yang keluar dari tray 19/20/21/22 masuk ke Avtur Side Striper 2-1 dengan 5 tray untuk memperbaiki flash point produk Avtur. Avtur Stripper dilengkapi dengan Reboiler E-4. Produk Stripper ini adalah Avtur. Reboiling Kolom 1-1 dilakukan pada Furnace-I (F1C2). Sedangkan produk bawahnya masuk sebagai umpan pada Kolom 1-2 pada tray-13.Produk atas Kolom 1-2 didinginkan dan masuk pada Tangki Akumulator 8-2 dengan total reflux. Aliran dari Tangki Akumulator 8-2 sebagian direflux dan sebagian sebagai produk Automotive Diesel Oil (ADO). Reboiling dilakukan pada Furnace-II (F2C2). Sedangkan produk bawah kolom ini adalah Long Residue.

2.2.1.6 Gas Planta. Butane-Butylene Motor Gas Compressor (BBMGC) Unit ini berfungsi untuk meningkatkan tekanan umpan BB-Distiller menjadi 20 kg/cm2. Umpan berupa gas yang berasal dari SRMGC masuk ke Tangki 1201. Fasa cair (condensate) akan ditingkatkan tekanannya dengan dan dijadikan umpan Absorber 1-1 pada unit BB Distiller, sedangkan fasa gas dari Tangki 1201 akan ditingkatkan tekanan dari 4 kg/cm2 menjadi 22 kg/cm2 menggunakan Compressor. Kemudian aliran didinginkan pada Cooler setelah mengalami peningkatan temperatur pada Compressor, selanjutnya aliran masuk ke Tangki Akumulator 8-1/2/3/4. Gas dari Tangki Akumulator 8-1/2/3/4 akan disatukan sebagai Residual Gas, umpan dari unit BB-Distiller. Produk cair yang terbentuk akibat penurunan temperatur masuk ke Tangki Akumulator 8-5, dimana produk gas dari tangki ini akan digabungkan Comprimate unit SRMGC.b. BB (Butane-Butylene) Distiller Unit ini berfungsi untuk memisahkan gas hidrokarbon ringan ex CD. Unit ini terdiri dari kolom Absorber 1-1, Depropanizer 1-2, Debuthanizer 1-3, Dan Stripper 1-4.Umpan yang berasal dari Residual Gas (BBMGC), Comprimate, Condenstate, dan Unstab. Crack, masuk dalam Kolom Absorber 1-1. Tekanan operasi kolom ini adalah 20 kg/cm2, sedangkan temperatur bawah kolom 110C dan temperatur atas 40C. Sebagai Absorber digunakan Lean Oil yang merupakan produk bawah kolom Stripper 1-4. Tekanan operasi kolom ini tinggi agar proses absorbsi C3 dan fraksi berat lain dapat berjalan baik mengingat semakin tinggi tekanan semakin besar daya absorbsi gas. Selain itu agar Propane dapat dipisahkan pada kolom Depropanizer 1-2 berikutnya.Gas C3 dan yang lebih berat diabsorbsi oleh Lean Oil dan keluar dari bagian bawah Absorber, masuk ke Surge Tank 9-1, sedangkan gas C1 dan C2 tidak terserap dan masuk ke Surge Tank 9-4 sebagai Refinery Gas.Dari Surge Tank 9-1 aliran akan masuk ke kolom Depropanizer 1-2. Aliran dari Kolom 1-1, 1-2, 1-3, dan 1-4 berjalan berdasarkan beda tekan yang ada pada masing-masing kolom. Tekanan Kolom 1-2 ini adalah 17 kg/cm2 dengan Temperatur bawah 120C dan atas 42C. Pada kondisi ini maka Liquid Propane (C3) dapat dipisahkan sebagai produk atas. Gas yang terbentuk pada Akumulator 8-11 akan digunakan sebagai Refinery Gas. Komponen C4 dan yang lebih berat akan keluar sebagai produk bawah dan diumpankan ke Kolom Debutanizer 1-3.Kondisi operasi Debutanizer adalah pada tekanan 6 kg/cm2 dan temperatur bawah 120 C sedangkan temperatur atas 50 C. Pada kondisi ini, Butane dan i-C4 (FBB) akan didapatkan sebagai produk atas sedangkan komponen-komponen C5 dan yang lebih berat akan keluar sebagai produk bawah dan masuk ke kolom Stripper 1-4.Pada Kolom Stripper dengan tekanan 0,7 kg/cm2, maka sebagian fraksi, terutama Pentana akan menguap menjadi produk Stab CR TOPS (sebagai LOMC). Produk bawah kolom Stripper adalah minyak yang digunakan mengabsorb umpan pada kolom Absorber (lean oil). Produk-produk yang dihasilkan pada unit ini adalah :1. Refinery Gas sebagai bahan bakar furnace2. Propan Liquid sebagai LPG 3. FBB (Butane dan i-C4) sebagai LPG4. Stab. CR TOPS sebagai LOMCc. BB (Butane-Butylene) Treater Butane-Butylene Treater berfungsi untuk mengurangi kandungan Merkaptan dan Amina pada Fresh Butane-Butylene ex Butane-Butylene Distiller dan Butane-Butylene ex Stabillizer-3 FCCU Sungai Gerong. Merkaptan dan Amina tersebut merupakan racun bagi katalis pada proses polimerisasi. Umpan Butane-Butylene dari Butane-Butylene Distiller atau FCCU dicampur dengan Caustic Soda (NaOH) untuk kemudian dialirkan ke Caustic Settler. Disini Merkaptan akan bereaksi dengan NaOH dengan reaksi seperti berikut :RSH + NaOH RSNa + H2OCaustic Soda yang masih memiliki konsentrasi tinggi akan berada di bagian bawah Caustic Settler yang kemudian akan disirkulasi dan sebagian dibuang. Dari bagian atas Caustic Settler keluar Butane-Butylene, yang kemudian masuk ke dalam Water Settler untuk dikurangi kandungan airnya. Setelah masuk ke dalam dua buah Water Settler BB siap digunakan baik untuk proses polimerisasi, alkilasi atau langsung sebagai komponen LPG.2.2.2 Unit Crude Distiller and Light Ends (CD-L)Secara garis besar, seksi CD & L mempunyai dua fungsi utama, yaitu :1. CD & L berfungsi dalam penyiapan produk BBM dan Petrokimia, khususnya yaitu produk atau bahan dalam bentuk setengah jadi.2. CD & L berfungsi sebagai koordinator Mixed Gas. CD & L terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu Crude Distiller-VI (CD-VI), High Vacuum Unit II (HVU-II), Riser-Fluidized Catalytic Cracking Unit (RFCCU), dan Light End Unit.

2.2.1.7 Crude Distiller VI (CD-VI)CD-VI ini digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi yang berasal dari Ramba, berdasarkan distilasi atmosferik. Kapasitas pengolahan CD-VI ini adalah 15.000.000 barrel per calendar day (15 MBCD). Produk yang dihasilkan adalah gas, Naptha, Kerosene, ADO, dan Long Residue. Di dalam unit CD-VI terdapat Sub-Unit Redistiller III/IV. Redistiller III/IV ini digunakan untuk mengolah ulang produk minyak yang tidak memenuhi spesifikasi. Saat ini Redistiller telah dimodifikasi untuk dapat mengolah minyak mentah Sumatera Light Crude (SLC). Modifikasi ini terjadi karena menurunnya jumlah minyak yang terbuang atau tidak memenuhi spesifikasi.

2.2.1.8 High Vacuum Unit II (HVU II)HVU II ini digunakan untuk mendapatkan kembali fraksi ringan yang terdapat dalam Long Residue yang berasal dari CDU dan RDU. Tekanan yang digunakan sekitar 70 mmHg. Kapasitas produksi HVU II adalah 54 MBCD, dengan produk sebagai berikut :a. Produk atas berupa Light Vacuum Gas Oil (LVGO) yang digunakan sebagai komponen motor gas.b. Produk tengah berupa Medium Vacuum Gas Oil (MVGO) dan Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO). Produk tengah ini merupakan umpan RFCCU.c. Produk bawah berupa Light Sulphur Waxes Residue (LSWR).

2.2.1.9 Riser Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU)Tujuan utama proses cracking adalah mengkonversi Medium Vacuum Gas Oil dan Heavy Vacuum Gas Oil (M/HVGO) dari HVU dan minyak berat (Long Residue) menjadi produk minyak ringan yang memiliki nilai lebih tinggi. Produk utama yang dihasilkan keluaran dari RFCCU adalah :a. Raw Propane-Propilen, sebagai bahan baku Polypropylene.b. Propane dan Butane, sebagai komponen LPG.c. Naptha (HOMC).

Selain itu, RFCCU juga menghasilkan produk sampingan, yaitu :a. Dry Gas sebagai Refinery Fuel Gas.b. Light Cycle Oil, sebagai Thinner dan komponen blending LSWR.c. Slurry sebagai komponen utama LSWR.d. Coke, yang terdeposit pada katalis.

Deskripsi proses dari unit RFCCU dapat dilihat dari penjelasan berikut ini :a. Feed SystemUmpan RFCCU terdiri dari campuran antara VGO dan Long Residue dengan perbandingan 165.000 BPSD VGO dan 4.000 BPSD Long Residue. VGO yang berasal dari HVU dengan temperatur 2200C dipompakan ke vessel bersama-sama dengan Long Residue dari CD II/III/IV/V Plaju dengan temperatur 1500C.Untuk mencapai temperatur yang sesuai untuk Feed Reactor maka umpan tersebut dipanaskan di Furnace FC F-2 sehingga mencapai temperatur 3310C. sebelum masuk Reactor, umpan diinjeksi dengan Antimony dengan kecepatan 0,75 2,1 kg/jam untuk mencegah adanya pengaruh Metal content dalam umpan terhadap katalis. Metal content tersebut dapat menyebabkan deaktivasi katalis.b. Reaktor dan RegeneratorUmpan dengan kapasitas 120.600 kg/jam dan temperatur 3310C diinjeksikan ke dalam Riser menggunakan 6 buah injector untuk direaksikan dengan katalis dari Regenerator pada temperatur 650 7500C. Reaksi terjadi pada seluruh bagian Riser dengan temperatur 5200C. untuk memperoleh sistem fluidisasi dan densitas yang baik, maka Riser diinjeksikan dengan MP Steam. Di atas feed injector dipasang tiga buah MTC Injector Oil (HCO) atau Heavy Naphta. HCO digunakan untuk menambah terbentuknya Coke pada katalis, sehingga dapat menaikkan temperatur Regenerator, sedangkan Heavy Naphta diperlukan untuk menaikkan cracking selectivity.Tiga buah Cyclone mempunyai satu stage dipasang pada Reactor dengan Existing Plenum Chamber untuk meminimalkan terbawanya katalis ke kolom fraksionasi. Stripping steam diinjeksikan ke daerah Stripper untuk mengurangi kadar minyak dalam katalis sebelum disirkulasikan ke Regenerator. Hasil cracking yang berupa uap hidrokarbon dialirkan dari reaktor ke Main Fractionator untuk dipisahkan fraksi-fraksinya.Spent catalyst dari reaktor disirkulasikan ke Regenerator yang dikontrol oleh Spent Slide Valve (SSV) untuk diregenerasi. Untuk memperlancar aliran spent catalyst di stand pipe maka dialirkan Control Air Blower (CAB) dengan laju alir 7.000 kg/jam dengan tekanan 2,49 kg/cm2g.Regenerasi katalis dilakukan dengan mengoksidasi coke pada katalis dengan udara yang di-supply oleh Main Air Blower (MAB). Flue Gas hasil pembakaran kemudian masuk ke lima buah Cyclone yang memiliki dua stage untuk memisahkan partikel-partikel katalis yang terbawa. Flue Gas dengan temperatur 6760C yang keluar dari stack tersebut dimanfaatkan panasnya di Flue Gas Cooler untuk membangkitkan steam HHP.Temperatur dilute phase sedikit lebih tinggi dari pada temperatur dense, yang disebabkan oleh adanya reaksi oksidasi CO. dengan adanya kondisi tersebut, maka perlu diperhatikan konsentrasi Oksigen sebagai udara pembakar. Semakin banyak kandungan Oksigen atau berkurangnya Coke yang terbentuk, maka akan tercapai kondisi temperatur dilute phase yang tinggi (>7000C) sehingga terjadi kondisi after burning yang menyebabkan meningkatnya temperatur secara mendadak sehingga dapat merusak peralatan dan catalyst lost melalui stack.c. Main FractionatorGas hasil cracking dengan temperatur 5200C dialirkan ke bottom kolom Primary Fractionator (FC -T1). Produk bawah dari Primary Fractionator yang berupa slurry oil ditarik dengan pompa FC P-4 menuju ke HE FC E-2 untuk memanaskan umpan. Produk atas (overhead vapour) dari Primary Fractionator ditransfer ke bottom kolom Secondary Fractionator FC T-20.Produk bawah Secondary Fractionator yang berupa (Light Crude Oil) LCO dibagi menjadi dua alian yaitu internal reflux dan sebagai umpan pada kolom Stripper FC T-2. Internal reflux dikembalikan ke kolom Primary Absorber yang dikontrol oleh LIC 2005. Tujuh side stream dari kolom Secondary Fractionator digunakan sebagai reflux dan Total Pump Around (TPA). Reflux dikemballikan ke Secondary Fractionator yang dikontrol oleh level control LIC 2006. Sedangkan TPA dipompakan ke Sponge Absorber FLRS T-402 sebagai Lean Oil yang sebelumnya didinginkan oleh HE FLRS E-405. Aliran TPA dikontrol oleh FIC 2003, sedangkan temperatur dikontrol oleh TIC 2004 dengan mengoperasikan Air Fan Cooler FC E-21 (Top Pump Around Cooler). TPA kemudian dikembalikan ke puncak kolom Secondary Fractionator setelah dicampur dengan Rich Oil dari Sponge Absorber.Overhead vapour dari kolom Secondary Fractionator yang berupa gas dan Gasoline dikondensasikan dengan Partial Condenser setelah dicampur dengan wash water. Condensed liquid dan vapour kemudian ditampung dalam drum FC D-20.Setelah dipisahkan dari kandungan air, condensed liquid dan vapour tersebut ditampung dalam Distillate Drum FC D-7. Setelah dipisahkan airnya, maka condensed liquid (unstabilized Gasoline) ditarik dengan pompa dan dipisahkan menjadi dua aliran, yaitu sebagai overhead reflux dan Gasoline produk yang kemudian dikirim ke Primary Absorber FLRS T-401. Overhead reflux dikontrol oleh temperatur kontrol TIC-3 pada puncak Secondary Fractionator.Low Pressure Vapour (wet gas) dari Distillate Drum FC D-7 ditransfer ke Wet Gas Compressor FLRS C-101 dan akan dipisahkan kondensatnya di Vessel Compression Suction Drum FLRS D-401. Tekanan Main Fractionator dikontrol oleh PIC-1 yang dipasang pada Wet Gas Line.

d. Light End UnitFlue gas yang berasal dari FLRS D-401 dihisap dengan Wet Gas Compressor C-101 dan dimasukkan ke Vessel Interstage Receiver (FLRS D-402). Sebagian gas keluaran Compressor Stage I disalurkan ke inlet Partial Condenser FC E-4 untuk mengatur press balance Reactor. Outlet gas dari FLRS D-402 dengan temperatur 380C dan tekanan 3,72 kg/cm2g dihisap oleh Compressor Stage II dengan temperatur 1100C dan tekanan 15 kg/cm2g kemudian bergabung dengan aliran-aliran :1. Overhead kolom Stripper FLRS T-403,2. Bottom product kolom Primary Absorber FLRS T-401, dan3. Wash water dari bottom Vessel FLRS D-402.Gabungan keempat aliran tersebut dengan temperatur 720C sebelum masuk ke High Vessel Pressure Receiver FLRS D-404 didinginkan terlebih dahulu dengan Air Fan Cooler FLRS E-401 (temperatur outlet 560C) dan Cooler FLRS E-402 hingga diperoleh temperatur akhir 380C.Gas dari Vessel FLRS D-404 dengan temperatur 380C dan tekanan 14,7 kg/cm2g, diumpankan ke kolom Primary Absorber FLRS T-401 dengan menggunakan Naphta dari Distillate Drum FC D-7 sebagai Absorber. Gas dari overhead kolom Primary Absorber FLRS T-401 selanjutnya dimasukkan ke Sponge Absorber FLRS T-402. Sebagai Absorber digunakan Lean Oil (dari Secondary Fractionator). Liquid dari Vessel FLRS D-404 dialirkan dengan pompa menuju ke kolom Stripper FLRS T-403. Sebelum masuk kolom fluida tersebut dipanaskan terlebih dahulu di HE FLRS E-406 hingga temperaturnya menjadi 610C.Bottom dari kolom Stripper FLRS T-403 dengan temperatur 1220C dan tekanan 12 kg/cm2g, diumpankan ke kolom Debutanizer FLRS T-102 untuk dipisahkan antara LPG dan Naphta. Umpan tersebut masuk ke kolom Debutanizer dipanaskan dulu oleh HE FLRS E-106 hingga temperatur 1260C. Untuk kesempurnaan pemisahan maka pada bottom kolom Debutanizer dipasang Reboiler FLRS E-107 sehingga temperatur bottom adalah 1730C.Overhead dari kolom Debutanizer FLRS T-102 dengan tekanan 11 kg/cm2g dan temperatur 650C didinginkan dengan kondenser parsial FLRS E-108 dan ditampung di akumulator FLRS D-103. Fluida dari akumulator tersebut sebagian digunakan sebagai reflux, sebagian lainnya didinginkan lagi dan dialirkan ke Stabilizer Feed Drum LS D-1.Bottom dari Stabilizer Feed Drum LS D-1 diumpankan ke kolom Stabilizer LS T-1 dengan temperatur 780C. Overhead product dari kolom Stabilizer LS T-1 didinginkan dalam kondenser parsial LS E-4 dan ditampung di akumulator LS D-2 dengan kondisi tekanan 19,6 kg/cm2g dan temperatur 520C. Gas yang tidak terkondensasi kemudian digunakan sebagai Fuel Gas, sedangkan liquid yang terbentuk (Propane-Propylene) digunakan sebagai reflux dan sebagai umpan untuk unit Polypropylene Plaju. Bottom product dari kolom Stabilizer LS T-1 yaitu C4 akan dimurnikan lebih lanjut.Untuk mempertajam pemisahan, bottom dari LS-T-1 ditarik dengan pompa LS-P-2 AB dimasukkan ke Reboiler LS-E-6 untuk memperoleh pemanasan, agar fraksi Propane Propylene dapat naik puncak menara. Sebagian aliran dari bottom menara adalah fraksi LPG (C4 dan derivatnya) setelah didinginkan di Cooler LS-E-5 AB dialirkan ke Mericham LPG Treater untuk dicuci dengan Caustic Soda agar senyawa Belerang dalam LPG dapat dihilangkan/diturunkan.2.2.2 Unit Produksi PolyPropyleneUnit PP di PERTAMINA RU-III Plaju mengolah RPP menjadi biji plastik dengan kapasitas produksi biji plastik/Polytam (pellets) sebesar 45.200 ton/tahun. Biji Plastik/Polytam (pellet) yang dihasilkan di PERTAMINA dibagi menjadi lima jenis sesuai dengan sifat fisiknya yaitu Melt Flow Rate (MFR) dan fungsinya, yaitu:a. Injection Molding grade (PI), kapasitas 5,7 ton/jam,b. Film grade (PF), kapasitas 5,7 ton/jam,c. Tape atau Yarn grade (PY), kapasitas 5,7 ton/jam, dand. Blow molding grade, kapasitas 4,5 ton/jam.Bahan baku PP adalah RPP yang dihasilkan dari pengolahan minyak mentah di CD&GP dan CD&L. Minyak mentah didistilasi dalam Crude Distiller Unit (CDU) di CD&GP. Fraksi berat CDU adalah residu yang kemudian diumpankan ke dalam HVU di CD&L. Produk bawah HVU direngkah secara katalitik dalam FCCU di CD&L sehingga menghasilkan beberapa produk, salah satunya adalah RPP.RPP yang dihasilkan dari FCCU mengandung komposisi 74% Propylene, 17% Propane, dan sisanya adalah pengotor yang berupa CO, CO2, H2S, merkaptan, dan air. RPP diumpankan ke dalam unit purifikasi dengan laju alir 9 ton/jam. Unit purifikasi terdiri atas:a) Ekstraktor Deethanol Amine (DEA) untuk menghilangkan CO dan H2S.b) Ekstraktor yang berisi NaOH untuk menghilangkan CO2.c) Dryer untuk menghilangkan kandungan air hingga kurang dari 7 ppm.d) Distilasi, sehingga menghasilkan Propane sebagai produk bawah yang diumpankan kembali ke CD&L, dan Propylene sebagai produk atas dengan kemurnian 99,6%. Propylene ini kemudian diumpankan ke unit polimerisasi dengan laju alir 6 ton/jam.Unit polimerisasi terdiri dari Impurities Removal Unit, Reaktor, dan Dryer. Di dalam Impurities Removal Unit terdapat Stripper untuk menghilangkan Metane dan Etane, dehidrator untuk menghilangkan kadar air hingga kurang dari 1 ppm, COS Adsorber, dan Arsine Adsorber. Dari Arsine Adsorber, Propylene yang telah bersih dari pengotor dipolimerisasi di dalam reaktor. Ada dua reaktor yang digunakan, yaitu Primary Reactor yang merupakan reaktor fasa cair dengan tekanan 32 kg/cm2 gauge dan temperatur 70oC, dan Secondary Reactor yang merupakan reaktor fasa gas dengan tekanan 18 kg/cm2 gauge dan temperatur 80oC. Reaksi polimerisasi ini berlangsung dengan bantuan katalis, yaitu TiCl3 yang merupakan Main Catalyst (MC), katalis AT berbahan dasar alumunium yang berfungsi sebagai pendukung katalis, dan katalis OF yang berfungsi untuk menyesuaikan Isotactic Index pada polimer yang akan dihasilkan. Ketiga katalis berbentuk serbuk, sehingga dibutuhkan pelarut Heksane untuk mempermudah reaksi. Bahan lain yang digunakan dalam reaksi polimerisasi adalah Hydrogen untuk memecahkan ikatan rangkap, dan mengatur MFR.Katalis MC dan OF dilarutkan dengan heksana, kemudian diumpankan bersama Hidrogen dan Propilen cair ke dalam Primary Reactor. Setelah itu diumpankan pula katalis AT ke dalam reaktor. Laju alir Propilen yang diumpankan harus tinggi agar kecepatan reaksi berjalan lebih cepat dibandingkan laju polimerisasi untuk mencegah terjadinya penggumpalan. Pengadukan dilakukan selama reaksi berlangsung. Produk reaktor adalah Slurry dan gas Hidrogen. Slurry yang terbentuk dimasukkan ke Fine Separator. Fungsi Fine Separator adalah untuk memisahkan slurry dari gas Hidrogen yang terbawa. Gas Hidrogen tersebut dimasukkan kembali ke dalam Primary Reactor. Gas Hidrogen keluaran Primary Reactor diumpankan ke bagian atas Secondary Reactor, yang kemudian dikeluarkan untuk dipompakan ke bagian bawah Secondary Reactor setelah dilewatkan pada kompresor. Slurry yang berasal dari fine partikel separator masuk ke bagian bawah Secondary Reactor, dan akan terfluidisasi dengan bantuan pengadukan dan udara bertekanan yang masuk dari bagian bawah reaktor. Hasil reaksi berupa bubuk yang kemudian dimasukkan ke dalam kondensor drum. Gas yang tidak terkondensasi diumpankan lagi ke dalam Secondary Reactor, sedangkan bubuk PP yang masih mengandung Heksana dikeringkan dalam Dryer. Bubuk PP dengan laju alir 6 ton/jam dimasukkan bersama aditif seperti pewarna, dan anti koagulan ke dalam Extruder yang berputar dengan kecepatan 1000 rpm. Dengan putaran dan pemanasan, maka terbentuklah resin yang langsung dipotong dengan standar ukuran tertentu begitu keluar dari ujung Ekstruder. Setelah pemotongan, resin PP dikontakkkan dengan air sehingga membeku, dan terbentuklah biji plastik. Biji plastik tersebut dimasukkan ke dalam Screener untuk memastikan ukuran biji plastik sesuai dengan product specification. Biji plastik tadi ditransportasikan dengan bantuan N2 yang berasal dari Plant tersendiri di unit PP, ke dalam silo sebelum dilakukan pengepakan. Setiap kantong pengepakan berisi 25 kg PP.

2.2.3 Laboratorium dan Process Engineering (PE)2.2.3.1 Laboratoriuma. Laboratorium Analisis dan GasLaboratorium analisis berfungsi untuk menganalisa sifat kimia produk minyak, limbah dan lingkungan perairan di mana PERTAMINA membuang limbahnya. Untuk fungsi tersebut, maka laboratorium ini dilengkapi dengan alat-alat sebagai berikut :1. Atomic Adsorber Spectrophotometry untuk menganalisa logam dalam sampel.2. Sinar UV untuk memeriksa kandungan bahan non logam dalam sampel.3. X-Ray Test untuk menganalisa kandungan Sulfur dalam minyak mentah dan produk.4. pH meter.5. Gas Chromatography.6. Pengukur BOD konvensional.7. Pengukur kadar garam konvensional.8. Penganalisa TEL konvensional.b. Laboratorium PengamatanLaboratorium ini untuk mengamati sifat penampakan produk dan membandingkan hasilnya dengan spesifikasi produk. Jenis analisa yang dilakukan dengan menggunakan sampel produk. Analisa lain yang digunakan dalam laboratorium ini yang tidak dilakukan dalam laboratorium R&D adalah analisa Octane Number dan Cetane Number, dan juga Doctor Test dengan menggunakan Pb untuk mengetahui kandungan Merkaptan.c. Laboratorium PetrokimiaLaboratorium ini menganalisa bahan baku dan produk PP. Analisa dilakukan pada MFR, Ash Content, Isotactic Index, Volatile Loss, Bulk Density, warna, pH, kadar air, dan penampakan luar bahan. Alat yang digunakan untuk melakukan analisa tersebut antara lain GC, AAS, Spectrophotometer, Polarograph, dan Color LC.

d. Laboratorium Research and Development Laboratorium ini berfungsi mengevaluasi mutu minyak mentah yang akan dibeli serta melakukan pengembangan-pengembangan untuk menemukan produk-produk terbaru.2.2.3.2 Process Engineering (PE)Struktur organisasi PE Pertamina RU III (gambar 3) memiliki pimpinan tertinggi dari bagian Process Engineering adalah seorang Process Engineering Section Head yang biasa disebut sebagai kepala PE (Process Engineering). Process Engineering (PE) berada langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Engineering & Development Manager. Kepala bagian PE membawahi beberapa seksi yakni,a. Primary process expertb. Lead engineer primary processc. Lead engineer environment fire and safetyd. Lead engineer process controle. Lead engineer secondary processf. Secondary process expertPE bertugas untuk memastikan proses berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Selain memastikan proses berjalan dengan baik, PE juga bertugas untuk mengembangkan proses agar efisiensinya meningkat. Proses pengembangan tersebut dapat berupa :a. Melakukan studi yang bertujuan untuk pengembangan kilang PERTAMINA RU-III.b. Melakukan sourcing yang meliputi bahan-bahan kimia serta katalis-katalis baru.c. Menyelesaikan masalah-masalah teknis harian yang bersifat kontinyu (bukan sekedar masalah harian) bersama-sama dengan bagian operasi.d. Memberikan pengarahan serta saran kepada bagian operasi dalam hal perbaikan maupun hal yang bersifat perubahan agar tercapainya kondisi proses optimum.e. Melakukan modifikasi proses sehingga dapat dihasilkan kondisi opersai yang optimum, efisien, serta ekonomis.

Engineering &Development MgrProcess EngineeringSection HeadAdm. & Engineering Document CenterPrimary ProcessExpertLead EngineerPrimary ProcessLead Engineer EnvFire & safetyLead EngineerProcess ControlLead EngineerSecondary ProcessSecondary ProcessExpertCDUEngineerGas PlantEngineerOffsite & Product DistrEngineerFire & safetyEngineerEnvironment Engineer Process ControlEngineerPolypropyleneEngineerFCCEngineerUtilitiesEngineer

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011

Gambar 3. Struktur Organisasi di PE

2.3 Produk-Produk yang dihasilkan di PERTAMINA RU IIIProduk yang dihasilkan oleh Pertamina Refinery Unit III Plaju (Kilang Musi) dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:2.3.1 Produk Bahan Bakar Minyak (BBM)1. PremiumPremium (Motor Gasoline) digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.2. Kerosene atau minyak tanahKerosene digunakan sebagai bahan bakar kompor minyak tanah.3. Automotive Diesel Oil (ADO)Automotive Diesel Oil (ADO) atau yang biasa disebut Solar, biasa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel.4. Industrial Diesel Oil (IDO)Industrial Diesel Oil (IDO) digunakan sebagai bahan bakar mesin industri dan kapal angkutan.5. Fuel OilUmumnya Fuel Oil digunakan sebagai bahan bakar pada industri-industri.

2.3.2 Produk Non Bahan Bakar Minyak (NBBM)1. LPG (Liquified Petroleum Gas)2. LNG (Liquified Natural Gas)3. Petrasol-1/Minasol-2Minasol-2 merupakan bahan kimia pelarut sejenis Naphta ringan, berbentuk liquid, berwarna bening, stabil, dan tidak korosif. Minasol-2 juga merupakan salah satu hasil produksi Kilang RU III Plaju dengan trayek didih antara 400C-1150C. Minasol-2 digunakan sebagai :a. Bahan pelarut untuk industri Thinner, Cat dan Varnish.b. Bahan pelarut untuk industri Tinta Cetak.c. Bahan kimia penunjang industri Farmasi.d. Preparasi dari industri Meubel, Sepatu, dan Pemoles Lantai.e. Pembersih logam dan industri Cleaning.Sedangkan Petrasol-1 merupakan hidrokarbon yang biasa diaplikasikan atau digunakan sebagai diluents untuk Cat, Lacquers, dan Varnish. Produk ini juga biasa digunakan sebagai pelarut pada industri tinta cetak.

4. Musi CoolMusi Cool digunakan sebagai bahan pendingin yang merupakan alternatif pengganti Freon yang ramah terhadap lingkungan, biasa digunakan pada pendingin ruangan atau AC (Air Conditioner). Refrigerant dengan bahan dasar hidrokarbon alam dan termasuk dalam kelompok Refrigerant ramah lingkungan, dirancang sebagai alternatif pengganti Refrigerant Syntetic. Kelompok hidrokarbon CFC : R-12, HCFC : R-22 dan HFC : R123a yang masih memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan Refrigerant Syntetic, diantaranya beberapa parameter memberikan indikasi data lebih kecil seperti kerapatan bahan (density), rasio tekanan kondensasi terhadap evaporasi dan kondisi bahan lebih besar seperti refrigerasi, COP, kalor laten dan konduktivitas bahan.

5. Musi Green Musi Green hampir sama dengan Musi Cool, bedanya adalah tingkat purity dari Propane dan Isobutane, dan dibedakan sesuai tipe-tipe mesin Refrigerant yang ada di pasar. Musi Cool dan Musi Green merupakan merk dagang.

2.3.3 Produk PetrokimiaPolytam (Polypropylene PERTAMINA) Polytam digunakan sebagai bahan baku pembuat plastik rumah tangga.

2.3.4 Produk Bahan Baku Khususa. Avgas (Aviation Gasoline)b. Avtur (Aviation Turbine)c. PERTAMAX2.3.5 Produk Lain-laina. Medium Naphta.b. Low Sulphuric Waxes Residue (LSWR)c. Low Sulphuric Waxes Residue digunakan sebagai bahan setengah jadi untuk keperluan ekspor.d. Vacum Residue.Produk-produk yang dihasilkan PT PERTAMINA memiliki spesifikasi tertentu pada masing-masing produknya.

2.4 UtilitasDalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk, mulai dari tahap penyiapan umpan sampai dengan tahap pengemasan, serta tahap pengolahan limbah selama proses produksi berlangsung, dibutuhkan unit-unit dan bahan-bahan pendukung seperti: Air, Nitrogen, generator listrik.Unit-unit dan bahan-bahan pendukung yang dibutuhkan untuk mendukung keberlangsungan proses tersebut terintregasi dalam sebuah sistem, yaitu sistem utilitas.Unit-unit proses utilitas PERTAMINA RU III yang tertera pada tabel 14 terdiri dari Water Treating Unit, Demineralization Plant, Cooling Tower, Drinking Water Plant, Air Plant, N2 Plant, Boiler, Gas Turbin dan Rumah Pompa Air. Kebutuhan bahan penunjang tersebut dipenuhi oleh unit utilitas PERTAMINA RU III yang dibagi kedalam tiga Power Station (PS) berdasarkan lokasinya.Tabel 14. Power Station dan Unit Utilitas di Pertamina RU IIIPower Station 1Power Station 2Power Station 3

Air plantBoilerRPA 1-3WTP (Bagus Kuning)Air plantBoilerDPWCooling towerDemineralization plantNitrogen plantPembangkit listrikRPA 4WTUAir plantCooling towerDemineralization plantDWP 2RPA 5-6WTU

Power Station 2 didirikan tahun 1985 untuk mengontrol operasinya telah memakai Distributed Control System (DCS). Orientasi pada unit utilitas dibagi menjadi dua seksi yaitu :1. Seksi Auxiliary,terdiri dari :a. Water Treating Unit/WTU (rumah pompa air, Clarifier)b. Drinking water Plant / DWPc. Cooling Towerd. Demin Plante. Compressorf. Nitrogen Plantg. Air Plant

2. Seksi Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dan Uap (PPTL&U) terdiri dari :a. Package Boilerb. WHRU ( Waste Heat Recovery Unit )c. Gas Turbind. Secure Power2.4.1 Water Treating Unit (WTU)Water Treating Unit adalah sebuah unit untuk merawat atau meresirkulasi air bekas pakai yang telah digunakan oleh industry. Raw water berasal dari sungai Komering yang dihisap dengan pompa untuk dialirkan ke Clarifier (gambar 3), yang sebelumnya diinjeksikan Al2(SO4)3 sebagai koagulan dan chlor sebagai pembunuh bakteri sehingga akan membentuk flokulasi. Dalam Clarifier ini diinjeksikan Koagulan Aids Polyelectolyte dengan dosis tertentu (tabel 16) untuk mempercepat koagulasi. Setelah gumpalan mengendap, laju air jernihnya dialirkan ke saringan pasir untuk disaring. Pada saringan pasir terjadi pemisahan gumpalan kecil dan kotoran yang masih terbawa didalam air. Setelah itu diinjeksikan dengan larutan NaOH untuk mengatur pH (Potensial of Hydrogen) . Air yang telah diproses ditampung di clear well dengan pH 5,6-6,2 dan siap untuk didistribusikan seperti : untuk feed pada Demin Plant, Make Up Cooling Water, Air Minum dan Service Water.Tabel 15. Kondisi Operasi WTUKondisi OperasiBesaran

Kapasitas unit Clarifier1067 m3/jam

Kapasitas masing masing filter266,5 m3/jam

Kapasitas clear well tank5000 m3/jam

Dosis Al2(SO4)320-80 ppm

Dosis Poly-Electrolyte2 ppm

Laju alir Klorin0-10 kg/jam

Dosis Klorin10-30 ppm

Adapun Clarifier yang digunakan pada unit utilitas dapat dilihat seperti gambar di bawah ini :

Sumber: Proses Unit Produksi Utilitas, PERTAMINA Gambar 4. Skema Clarifier

2.4.2 Rumah Pompa Air Rumah Pompa Air atau yang disebut dengan RPA berfungsi untuk memompa air untuk kebutuhan air minum, air proses, air pendingin, dan air umpan boiler. PT PERTAMINA RU III memiliki enam buah unit RPA yang tersebar yakni RPA 1-4 yang berlokasi di Plaju, RPA 5 yang berlokasi di Bagus Kuning dan Sungai Gerong dan RPA 6 yang juga berlokasi di Sungai Gerong. Air mentah yang juga digunakan sebagai air pendingin once through diambil oleh RPA 1-3, RPA 5 Sungai Gerong, dan RPA 6 dari sungai Komering. Kapasitas air yang dihisap oleh pompa RPA dari sungai Komering mencapai 15.000 ton/hari. RPA 4 berfungsi untuk mengumpan air mentah ke unit WTU (Water Treatment Unit). Air mentah yang telah diolah di WTU akan digunakan untuk kebutuhan untuk air proses, air minum, air bebas mineral untuk membuat steam serta air pendingin (gambar 4).RPA 5 Bagus Kuning digunakan untuk mengalirkan air mentah ke unit WTU. Air yang diambil dari sungai komering ini kemudian akan terbagi ke dalam dua jalur yakni jalur untuk pasokan Fire Water dan Raw Water. Air sungai yang digunakan terlebih dahulu melewati pre-treatment pada Clarifier dan Sand Filter. Hasilnya didistribusikan untuk berbagai penggunaan, yaitu make-up air pendingin, umpan Demineralization Plant, dan service water (air pencuci). Demin water digunakan untuk make-up BFW, pelarut bahan kimia, dan digunakan dalam unit Hydrogen Plant. Air pendingin digunakan untuk medium transfer panas pada kompresor, kondensor, dan unit Polypropylene. Air minum digunakan untuk fasilitas sanitary, air minum, safety shower, dan eye-wash station.

Sumber: Proses Unit Produksi Utilitas, PERTAMINA Gambar 5. Skema Pemrosesan Air Mentah

2.4.3 Drinking Water PlantDWP berfungsi untuk mengolah air bersih menjadi air minum, pengolahan ini dilakukan dengan cara melewatkan air tersebut pada Actived Carbon Filter yang berfungsi untuk menghilangkan bau,rasa, warna, Chlorine yang tersisa.Air yang diolah di unit DWP yang memenuhi persyaratan kesehatan baik secara kimia fisika dan biologi.PERTAMINA RU III memiliki dua unit Drinking Water Plant, yaitu di Sungai Gerong dan Bagus Kuning. DWP yang terdapat di Sungai Gerong beroperasi dengan kapasitas 150 ton/jam.Umpan untuk DWP yang terdapat di Bagus Kuning hanya dioperasikan untuk memproduksi air minum.2.4.4 Cooling Tower Cooling Tower adalah sebuah Tower atau menara, yang memiliki fungsi untuk mendinginkan aliran fluida yang memiliki suhu yang relatif tinggi.Ada dua sirkulasi pada air pendingin, yaitu :1. Open circulation (Sirkulasi Terbuka/Cooling Tower), yaitu sistem sirkulasi terbuka, yang berarti Cooling Water selalu didistribusikan dam dikembalikan lagi ke Cooling Tower.2. Once Trough, yaitu sistem sirkulasi Cooling Water yang hanya dipakai satu kali.Cooling Water ex-unit PP dan own use UTL dikoyakkan dengan udara yang dihasilkan dari Fan, sehingga uap/gas panas keluar melalui vent. Pada saat itu diinjeksikan zat anti korosi pada peralatan. Selain itu juga diinjeksikan dengan NaOH untuk mengatur pH. Sebelum didistribusikan, air diinjeksikan dengan chlor agar tidak terbentuk lumut pada peralatan. Jenis Cooling Water yang digunakan adalah Cross-flow Tower dengan kemiringan 30o.2.4.5 Demineralization PlantUnit ini berfungsi untuk menghilangkan kandungan garam mineral yang terkandung dalam air hasil olahan dari unit WTU. Unit Demin Plant mengolah air yang berasal dari RWC I dan WTU SG. PERTAMINA RU III memiliki dua buah Demin Plant, yaitu Demin Plant Plaju berkapasitas 320 m3/jam dan Demin Plant Sungai Gerong berkapasitas 45 m3/jam. Selain untuk kebutuhan produksi steam, Demineralization Plant juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pasokan air untuk BFW (Boiler Feed Water), air minum, serta Hydrogen Plant. Unit Demineralization Plant (gambar 6) terdiri dari:1. Activated Carbon Filter, berfungsi untuk mengadsorpsi zat organik,filtrasi, dan dekomposisi Cl2 menjadi ion Cl-, serta menghilangkan warna, rasa, dan bau.2. Cation exchanger, berfungsi untuk demineralisasi ion positif (kation).3. Anion exchanger, berfungsi untuk demineralisasi ion negatif (anion).4. Mixed bed, berfungsi untuk mempolis sisa kation dan anion yang tidak tertukar di cation dan anion exchanger untuk memperoleh air demin yang mendekati murni.

Sumber: Made by visio Gambar 6. Unit Penukar Ion Demineralization Plant

Demin plant menggunakan resin penukar ion berupa Polimer Stirena dan Divinil Benzena (DVB). Treated water dari Clear Well dilewatkan pada Activated Carbon Filter, air dapat digunakan sebagai air minum. Selanjutnya, air dilewatkan pada Cation Exchanger, di mana terjadi pertukaran ion Na+, Ca2+, Mg2+ dengan H dari resin sehingga menghasilkan air yang bersifat asam. Selanjutnya, air dilewatkan pada Anion Exchanger, di mana terjadi pertukaran antara ion negatif dengan ion OH dari resin. Sebagai tahap terakhir, air dilewatkan melalui Mixed Bed. Reaksi yang terjadi pada ketiga penukar ion adalah: Kation: RH + NaCl RNa + HClAnion: ROH + HCl RCl + H2OSetelah digunakan berulang kali, penukar ion akan menjadi jenuh sehingga perlu diregenerasi. Tujuan regenerasi adalah untuk menghilangkan ion garam yang ada pada resin. Regenerasi penukar kation menggunakan larutan Asam Sulfat, sedangkan regenerasi penukar anion menggunakan larutan Caustic.

2.4.6 CompressorCompressor merupakan alat yang berfungsi untuk mengkompres udara tekan, udara instrument dan service air. Di PERTAMINA digunakan empat buah kompresor yang bertekanan mencapai 9,5 kg/cm2 pada suhu 40oC lalu ditampung menyerap logam-logam kecuali O2 dan N2 . Media adsorben berupa padatan, seperti Molecular Sieve dan Actified Alumina.Spesifikasi udara instrument :a. Bertekanan mantap, bebas debu dan kotoran.b. Kering (dalam dryer) sehingga tidak merusak peralatan.Udara bertekanan berfungsi untuk :a. Membuka dan menutup kerangan (valve di kilang).b. Untuk flashing.2.4.7 Nitrogen PlantUmpan Nitrogen Plant (gambar 7) berupa udara kering berasal dari air plant. Unit ini menghasilkan nitrogen berfasa gas dan cair. Nitrogen berfase gas digunakan sebagai conveyor di unit Polypropylene dan purge gas pada saat plant start-up dan shut down. Nitrogen Plant memproduksi nitrogen cair dengan kapasitas sebesar 500 Nm3/jam dan nitrogen gas dengan kapasitas sebesar 1200 Nm3/jam.

Cold boxUdara dari atmosferChiller (pendingin)Adsorber Kompresor

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011Gambar 7. Diagram Blok Nitrogen PlantPrinsip kerja di Nitrogen Plant meliputi tiga tahap, yaitu pemurnian udara, pemisahan udara dan penampungan produksi. Secara keseluruhan proses yang berlangsung di Nitrogen Plant berlangsung secara cryogenic.Pada tahap pemurnian, udara dari atmosfir disaring dengan Inlet Air Filter, untuk memisahkan partikel padat. Udara yang telah disaring dengan Inlet Air Filter, selanjutnya dikompresi dan didinginkan sampai dengan suhu 5oC dengan refrigerant Propane didalam Chiller, kemudian udara dingin tersebut dilewatkan kedalam kolom Adsorber. Kolom Adsorber terdiri dari dua tabung yang saling berhubungan dan berisi Molecular Sieve. Kedua tabung Adsorber tersebut dioperasikan bergantian secara siklus. Adsorber ini berfungsi untuk menyerap uap air, CO2 dan kotoran lain dengan memanfaatkan Molecular Sieve.Pada tahap pemisahan udara, udara yang telah dibersihkan, selanjutnya didinginkan hingga mendekati titik didih N2 yaitu 166oC menggunakan proses pertukaran panas dengan produk dan waste gas didalam Air Exchanger. Air Exchanger yang digunakan merupakan tipe Plant-fin Heat Exchanger dengan material alumunium. Pada proses pedinginan ini, sebagian udara mencair. Campuran udara cair dan gas kemudian dimasukkan ke dalam kolom distilasi bertekanan tinggi. Umpan masuk dari bawah kolom dan suhu pada bagian bawah kolom akan turun menjadi 175oC. Pada kolom ini udara akan terpisahkan, sehingga N2 murni akan dihasilkan di overhead, O2 murni akan dihasilkan di bottom. Nitrogen murni yang telah dihasilkan akan mengalir ke Condenser untuk dikondensasikan. Proses kondensasi ini dilakukan dengan memanfaatkan panas pada O2 murni yang masuk melalui Expansion Valve dan di flash ke dalam Reboiler. Sebagian dari nitrogen murni yang telah dikondensasi akan dikembalikan sebagai refluks, sedangkan sebagian lagi diambil sebagai produk cair dan disimpan. Waste gas dingin didalam Air Exchanger yang digunakan untuk mendinginkan udara keluaran Adsorber. Fungsi waste gas dingin di dalam Air Exchanger adalah untuk membantu proses pendinginan udara sebelum masuk ke dalam kolom distilasi.Pada tahap penampungan produksi, gas Nitrogen murni yang diperoleh sebagai overhead, diambil dan dialirkan langsung ke penampungan. Plant dapat memproduksi Nitrogen dalam bentuk cair yang sebanding dengan gas yang diperlukan. Dalam transportasi fluida proses menggunakan pipa, digunakan warna pipa berbeda untuk jenis fluida yang berbeda seperti yang tertera tabel 16.

Tabel 16. Warna Pipa untuk Transportasi FluidaWarnaFluida yang dialirkan

MerahAir pemadam kebakaran

KuningFuel gas

Hijau Instrument Air

BiruAir

UnguChemical subtance

Abu-abuProcess Fluid

Sumber : Proses Produksi Utilitas, PERTAMINA2.4.8 Air PlantAir Plant berfungsi untuk menghasilkan udara bertekanan dengan bahan baku berupa udara dari atmosfer. Udara bertekanan ini dapat digunakan untuk keperluan pembersihan peralatan.Alat utama yang digunakan dalam Air Plant adalah kompresor. Air Plant yang dimiliki oleh PERTAMINA RU III memiliki kapasitas 26100 Nm3/jam yang tersebar di tiga PS yaitu PS 1 dan 2 di Plaju dan PS 3 di Sungai Gerong. Udara bertekanan yang dihasilkan oleh Air Plant ini selanjutnya digunakan untuk beberapa kebutuhan antara lain :1. Instrument Air Udara bertekanan digunakan sebagai element pengendali akhir yaitu untuk mengatur bukan valve. Udara bertekanan yang digunakan untuk keperluan instrument air harus memiliki syarat-syarat tertentu, antara lain :a. Tekanan mencukupi dan stabilb. Jumlah yang cukupc. Kualitas memenuhi syarat

2. Service Air Udara bertekanan digunakan untuk keperluan pembersihan peralatan proses dan keperluan transportasi produk.

3. Umpan Nitrogen Plant Udara bertekanan digunakan sebagai bahan baku produksi Nitrogen.

2.4.9 Pembangkit ListrikPembangkit listrik yang terdapat di PERTAMINA RU III antara lain :1. Gas turbine A,B dan C dengan kapasitas masing-masing sebesar 31,1 MW.2. Steam turbine kapasitas 3,2 MW.3. Diesel Generator kapasitas 0,75 MW.PERTAMINA RU III memiliki tiga buah Turbine Gas yaitu GT 2015 UA, GT 2015 UB dan GT 2015 UC. Turbine Gas, Steam Turbine dan Diesel Generator ini berfungsi untuk memproduksi listrik dengan frekuansi 50 Hz untuk dimanfaatkan di kilang dan perumahan.Bahan bakar yang digunakan untuk mengoperasikan Turbine Gas adalah fuel gas yang diperoleh dari Prabumulih dikirim melalui pipa dan diolah di Light Ends Unit. Hanya pada start-up saja, bahan bakar yang digunakan berupa diesel oil. Gas keluaran turbin memiliki temperature 507oC. jika Gas Turbine dioperasikan dengan Boiler akan dihasilkan efisiensi sebesar 25%.Steam Turbine digunakan untuk memproduksi listrik dengan memanfaatkan steam bertekanan 8,5 kg/cm2. Steam Turbine baru akan dioperasikan jika terjadi kegagalan pada Gas Turbine. Sedangkan Diesel Generator dioperasikan jika terjadi kegagalan pada kedua pembangkit Gas Turbine dan Steam Turbine.

2.4.10 Penghasil SteamUnit pembangkit tenaga uap utilitas PS II Plaju dan unit Package Boiler, masing-masing kapsitas 50 ton/jam dengan tekanan 42,2 kg/cm2 dengan temperatur 3900C serta tiga unit WHRU (Waste Heat Recovery Unit) dengan masing-masing kapasitas 60 ton/jam, dengan tekanan 42,2 kg/cm2 dengan temperatur 3900C.WHRU tersebut dimafaatkan panas yang berasal dari gas bekas Turbine Gas, di mana kapasitas WHRU didasarkan atas beban Generator, dengan beban maksimum 32,1 MW. Temperatur gas bekas dari Turbine Gas tersebut masih cukup tinggi 5600C, sehingga mampu untuk membangkitkan steam tergantung dari beban Turbine Gas. WHRU dapat digunakan bila dikehendaki untuk memproduksi steam yang cukup tinggi dengan beban Turbine Gas yang rendah.Kegunaan dari steam antara lain, yaitu :1. Sebagai pembangkit untuk menggerakkan pompa2. Pemanasan Generator dan Compressor3. Untuk produksi PolypropyleneUmpan dari Boiler dan pembangkit steam lainnya, misalkan WHRU merupakan air yang sebelumnya telah diolah melalui proses Demineralization Deaerator dan Chemical Treatment. Demineralization Plant seperti telah disebutkan sebelumnya berfungsi untuk menghilangkan kandungan mineral. Hal ini disebabkan kandungan mineral terutama silica dengan mengakibatkan timbulnya deposit silica pada Superheater. Hal ini dapat menyebabkan hotspot yang akan menyebabkan tube failure. Selain itu silica yang terbawa pada aliran dapat menyebabkan deposit pada turbin yang akan menurunkan efisiensi dan menyebabkan imbalance.Deaerator bertujuan menurunkan kandungan O2 dan CO2 terlarut dalam air yang dapat menyebabkan masalah korosi pada peralatan Boiler dan turbin. Pada proses ini air dipanaskan sampai temperatur 110oC yang akan menyebabkan kelarutan O2 dan CO2 dalam air akan turun, sehingga gas-gas tersebut terpisahkan.Chemical Treatment dilakukan dengan penginjeksian Hydrazine, Fosfat dan Morpholine. Penginjeksian Hydrazine bertujuan untuk softening yaitu mengurangi kadar ion-ion, terutama Ca2+ dan Mg2+ yang dapat menyebabkan kesadahan.Terdapat tiga jenis pembangkit steam yang digunakan pada unit ini, yaitu :a. Package Boiler Package Boiler ada tiga buah yang digunakan adalah PB 2011 UA, PB 2011 UB, PB 2011 UC. Package Boiler diperoleh dari PS2 Plaju dan kemudian digunakan untuk menghasilkan high pressure 40 kg/cm2, efisiensinya sebesar 81%.b. Kettle Kettle ini ada sembilan buah yang terletak di PS I Plaju. Kettle yang digunakan adalah Boiler nomor 2,3,4,5,6,7,8,9,10 dan 11. Bahan bakar digunakan berupa mixed gas. Umpan untuk Kettle diperoleh dari PS I Plaju dengan kapasitas 110 ton/jam. Produk yang dihasilkan adalah Middle Pressure Steam 15 kg/cm2 dan memiliki efisiensi sebesar 60%.c. Waste Heat Recovery Unit Waste Heat Recovery Unit ada tiga buah yang mana digunakan untuk memanfaatkan gas turbin flue gas, yang masih memiliki temperatur sekitar 4000C. Waste Heat Recovery Unit yang digunakan adalah WHRU 2010 UA, WHRU 2010 UB dan WHRU 2010 UC, Umpan WHRU diperoleh dari PS 2 dan menghasilkan High Pressure Steam 40 kg/cm2.2.4.11 Sistem Bahan BakarDi samping penyediaan steam, listrik dan energi lain, unit utilitas PS II juga bertugas menyediakan berbagai bahan bakar, antara lain :a. Fuel Gas System Fuel Gas System terbagi menjadi atas High Pressure dan Low Pressure, dimana sumber fuel gas didapat dari lapangan eksplorasi Prabumulih dengan tekanan 10 kg/cm2. Setelah melalui Knock Out Drum , dibagi menjadi dua sistem. Sistem yang pertama tekanannya dinaikkan menjadi 19 kg/cm2 dengan menggunakan Centrifugal Compressor. Sistem yang kedua yaitu setelah melalui Step Down Control, tekanannya menurun menjadi 3 kg/cm2 dan digunakan untuk bahan bakar di WHRU unit (2010 U, A/B/C), Package Boiler, 2011(A/B).

b. Heavy Fuel Oil Heavy Fuel Oil diperoleh dari kilang dan ditampung pada tangki 2075 F, dari tangki ini dipompakan ke unit yang membutuhkan setelah melalui Stainler dan Heater. Sistem ini dilengkapi dengan akumulator untuk menjaga agar Fuel Oil tetap mengalir jika pompa berhenti. Akumulator ini hanya mampu mengalirkan Fuel Oil selama lima menit.

c. Diesel Fuel Diesel Fuel sama dengan Heavy Fuel, diperoleh dari kilang dan ditampung pada tangki 2074 F. Diesel Fuel ini digunakan untuk start-up Turbine Gas Generator dan sebagai back up atau pengganti gas lapangan bila terjadi gangguan pada supply gas dari lapangan.Selain untuk keperluan Turbin Gas Generator, Diesel Fuel juga digunakan untuk bahan bakar pompa air bakaran yang digerakan oleh mesin Diesel dan Emergency Generator. Diesel fuel ini dilengkapi dengan accumulator yang berfungsi untuk menjaga agar Diesel fuel tetap mengalir bila pompa distribusi fuel terhenti.Berikut ini merupakan peralatan- peralatan yang dipakai pada prosess di PERTAMINA RU III (tabel 18,19,20):

Tabel 17. Jenis dan Fungsi Peralatan Proses di PERTAMINA RU III

Nama Alat

Fungsi

Unit Pengguna

AkumulatorSebagai tangki pengumpul kondensat dari kolom distilasi (liquid reservoir). Dari akumulator kondensat dapat direfluks atau diambil sebagai produk atasCDU, BBMGC, BB Distiller, Stab C/A/B, Unit Alkilasi, Unit Polimerisasi, Unit Polypropylene, SRMGC

BlowerMentransportasikan dan menekan gas untuk menghasilkan gas dengan tekanan sedangRFCCU,Unit Polypropylene

Buffer TankUntuk memisahkan kondensat yang terbawa aliran fasa gasSRMGC

Caustic SettlerTempat penjumputan suatu senyawa tertentu misalnya, Sulfur dan Merkaptan, dengan penambahan Soda KaustikUnit Alkilasi,BB Treater

CycloneMemisahkan padatan dari campuran padat-gas. Alat ini menggunakan gaya sentrifugal. RFCCU

Lanjutan Tabel 17Nama Alat Fungsi Unit Pengguna

DehidratorMengurangi kadar air yang suatu larutan dengan suatu penambahan absorbenUnit Polypropylene

DryerMengurangi kadar air dalam suatu padatan. Padatan yang akan dikeringkan dilewatkan pada aliran udara keringUnit Polypropylene

EvaporatorMengurangi kadar cairan dalam suatu cairan atau memekatkan larutan

CD II, BBMGC

FilterMemisahkan padatan terlarut dari fluida menggunakan media berporiUnit Polypropylene

Final SettlerPenjumputan akhir suatu campuran dari pengotor-pengotor yang tidak diinginkanBB Treater

HeaterMemanaskan temperatur aliran, biasa digunakan untuk memanaskan umpan yang akan masuk reaktor. Pemanasan dengan pertukaran panas dengan steam atau dengan produk reaksiCDU

Heat ExchangerMempertukarkan panas antara fuida panas dan dingin. Digunakan sebagai pemanasan awal umpan dan pendinginan produk atas kolom distilasiSemua unit

Kolom absorpsiKolom distilasi

KompresorMemisahkan gas dan cairan dengan prinsip absorbsiMemisahkan komponen komponen dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didihMentrasportasikan dan menekan gas, untuk menghasilkan gas dengan tekanan yang lebih tinggiFCCU, BB Distiller, BBMGC, SARUCDU, Redistiller,BBDistiller, Unit Alkilasi, Stabilizer C/A/B, RFCCURFCCU, Gas Plant, BBMGC, SRMGC

PompaMentransportasikan fluida pada sistem perpipaanSeluruh unit

Scrubber

Separator

Untuk menangkap partikel-partikel padatan dari gas-gas yang akan dibuang ke atmosferMemisahkan fasa cair dan fasa gasUnit Alkilasi,Unit Polypropylene

CDU, Stabilizer, BB distiller, dan Alkilasi

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011

2.5 Pengelolaan Limbah2.5.1 Potensi LimbahProses pengelolaan limbah sangat diperlukan oleh suatu industri karena, bila tidak diolah dengan benar, limbah yang berbentuk padat, cair dan gas tersebut dapat mencemari lingkungan dan memberikan dampak yang buruk pada lingkungan tersebut. Berikut ini adalah berbagai macam jenis limbah yang terdapat di PERTAMINA RU III:a. Limbah Cair1. Air buangan CDU dan Catalytic Cracking2. Air buangan Caustic Treater3. Air kondensat dari HVU yang menggunakan Steam Ejector4. Drain Pompa-Pompa Akumulator air pendingin 5. Boiler Water6. Cooling Water7. Water Treating Plant8. Backwash Demint Water Plant

b. Limbah Gas1. Fuel Gas dari pembakaran di Furnace I, Boiler2. Buangan gas dari gas turbin3. Flare 4. LPG Markapan Injection5. Tangki Asam Asetatc. Limbah Padat1. Coke2. Oil Sludge ex Tankage3. Dissolved Air Flotation Sludge4. Catalyst Spent5. Separator Sludge

2.5.2 Pengelolaan LimbahBila tidak diolah dengan benar, limbah dapat merusak dan mencemari lingkungan. Berikut ini adalah beberapa metode pengelolaan limbah yang berguna untuk mengurangi potensi kerusakan lingkungan oleh limbah tersebut :

2.5.2.1 Pengelolahan Limbah CairLimbah sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir dilakukan treatment supaya tidak memberikan dampak yang merugikan lingkungan. Penanganan limbah dan sistem pembuangan suatu industri yang akan dibangun harus direncanakan sejak awal dan sedini mungkin. Pengelolaan limbah cair terbagi dalam 2 pengolahan yaitu;1. Physical Treatment, antara lain : Separator, Filtration, Adsorption, Settling, Cyclone.2. Chemical treatment, antara lain : aerasi, dissolved air flotation.Tabel 18. Sistem Pengelolahan LimbahOil Content in Waste Water (ppm)System/Proses

1000-500030-10005-301-100-5API SeparatorCPI SeparatorAir FlotationActivated SludgeActivated Carbon

Sumber : Proses Unit Produksi Utilitas, PERTAMINA 2007

Pemisahan minyak dan air atas dasar perbedaan kerapatan atau gravitasi (Physical Treatment) untuk oil trap, API Separator dan CPI Separator (tabel 21). Dikilang Plaju/Sungai Gerong dikenal dengan nama Oil Caycher/Oil Separator. Sebelum air buangan tersebut mengalir sewer existing dan selanjutnya dibuang kesungai melalui Oil Cather, air buangan yang mengandung minyak dialirkan ke CPI (Corrugated Plate Interceptor) yang sudah terpasang di CDU.Pada CPI minyak yang terkandung di Oil Water tersebut dipisahkan oleh Skimmer, kemudian dialirkan ke Oil Sump. Minyak yang telah terpisah dipompakan ke tangki Slop Oil untuk diolah kembali. sedangkan air yang berada di bawah akan dibuang ke Sungai Komering atau Sungai Musi. Kilang Plaju memiliki delapan OC dan kilang Sungai Gerong memiliki dua oil separator (OS).Air yang telah diolah sebelum dibuang ke Sungai harus memenuhi standar baku mutu limbah cair (tabel 22).Tabel 19. Standar bahan Baku Mutu Limbah CairParameterKadar MaxBeban Pencemaran Max

BOD1000 mg/L120 g/cm3

COD200 mg/L240 g/cm3

Minyak dan Lemak25 mg/L30 g/cm3

Sulfida1 mg/L1,2 g/cm3

Phenol Total1 mg/L1,2 g/cm3

Cr60.5 mg/L0.6 g/cm3

NH3-N10 mg/L1,2 g/cm3

pH6-9

Sumber : Proses Unit Produksi Utilitas, PERTAMINA 20072.5.2.2 Pengelolahan Limbah GasKadar CO dapat dikurangi dengan jalan memperbaiki system pembakaran, dilakukan menggunakan udara yang melebihi kebutuhan (excess air), sehingga pembakaran berlangsung sempurna.Reaksi : CO + O2 CO2Particular dapat diambil dengan bantuan peralatan, antara lain : Dust, Collector, Cyclone, Scrubber, Filter atau pun Electrostatic Prescipitator. Sebagai salah satu contoh di FCCU telah terpasang Cyclone di unit Regenerator dan Reactor yang berfungsi untuk mengurangi emisi particular.2.5.2.3 Pengelolaan Limbah PadatPenanganan sludge dan slop mengacu SK Pertamina No.Kpts70/ C0000/91-B1 tanggal 1 Maret 1991 bahwa :1. Sludge yang mengandung minyak perlu diadakan proses pemisahan minyaknya terlebih dahulu dengan pemanasan dan filtrasi bertekanan, minyak yang terpisah dari sludge tersebut dapat diproses kembali atau dicampur dengan minyak mentah atau minyak slop.

2. General Waste Limbah-limbah umum yang ada di PT. Pertamina ditangani oleh pihak ketiga yaitu PT. Wastec Internasional. Adapun limbah-limbah tersebut terpapar pada tabel 20.

Table 20. Macam Macam General WasteJenis limbahPenanganan limbahPelaku Pengelolah

Aki/Battery bekasDikirim ke pihak ketigaPT. Wastec Internasional

Cartridge, pita dan toner bekasDikirim ke pihak ketigaPT. Wastec Internasional

Isolasi Dikirim ke pihak ketigaPT. Wastec Internasional

Resin /Act CarbonDikirim ke pihak ketigaPT. Wastec Internasional

Filter bekasDikirim ke pihak ketigaPT. Wastec Internasional

Tube Gas DetectorDikirim ke pihak ketigaPT. Wastec Internasional

Additive dan FluffDikirim ke pihak ketigaPT. Wastec Internasional

Spent DEADikirim ke pihak ketigaPT. Wastec Internasional

Tanah terkontaminasiDikirim ke pihak ketigaPT. Wastec Internasional

Drum bekasDikirim ke pihak ketigaPT. Wastec Internasional

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 2011

Sebagai salah satu industri yang besar PERTAMINA RU III telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan dan mengukur dampak-dampak limbah tersebut terhadap lingkungan seperti yang ada pada tabel 21.

Tabel 21. Sumber dan Upaya Pengelolaan Limbah PT. PERTAMINA RU IIISumber DampakFaktor Lingkungan yang Terkena Dampak.Bobot dan Tolak Ukur DampakUpaya Pengelolaan Lingkungan

Emisi gas NOx, CO, SOx, dan partikulat dari stack RFCCUKualitas udara ambien di Komperta S. Gerong, Plaju & pemukiman Sei Rebo.Emisi gas masih terkendali di bawah baku mutuPengendalian kadar S dan N dalam crude oil

Air Limbah : debit dan kualitas air limbah outlet PKM II, yaitu OS-IV Sungai Gerong dan OC-8 Plaju Bahan cemaran BOD, COD minyak dan fenol kilang Musi melampui baku mutu Dispersi minyak Sungai Komering dan berlanjut ke Sungai Musi menaikkan kadar minyak 0.6-1.4 mg/L Suhu cooling tower terkendali tidak melebihi 3oC diatas suhu ambien.PKM II memperkecil beban cemaran dan dispersi minyak, tetapi total kilang Musi masih melebihi baku mutunya.

Dispersi termal di Sungai Komering tidak melebihi 50 m dari keluaran Pemasangan CPI untuk mengurangi beban cemaran BOD, COD, dan minyak pada OS-I/II, OS-IV, OC-2/3, OC-6, OC-8.

Rencana pembangunan cooling tower berkapasitas 2x5000 m3/jam

Limbah padat berupa sisa katalis RFCCUKehawatiran terjadinya rembesan Ni dan V dalam air limbah di dumping area. Rembesan diperkirakan tidak melebihi 225 mDijual ke pabrik semen Baturaja sebagai aditif semen atau dimanfaatkan untuk bahan konstruksi bangunan.

Sludge minyakKekhawatiran terjadinya rembesan minyak ke dalam air tanah.Minyak dalam tanah mengalami biodegredasiMembangun sludge oil recovery yang disesuaikan dengan PKM II

Sumber : PERTAMINA RU III Plaju, 201111

Treated waterTreated waterAir minumAir demineralisasiActivated carbon FilterCation ExchangerAnion ExchangerMixed Bed raw water intakealumagitator mixing zoneslingscrappersludgetalang10 - 20 mPE, NaOH, Cl2endapan flocair jernihpengaduk