Upload
hamrizalsyah
View
246
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak sekali terdapat penyakit-penyakit baru yang terkadang lambat untuk
ditangani sehingga terjadi keterlambatan pengobatan. Dengan adanya kondisi ini banyak terjadi
kemaatian pasien dikarenakan terlambat dalam menangani penyakit tersebut.
Hati merupakan organ penting yang terdapat dalam tubuh. Hati memiliki fungsi
membantu dalam metabolisme karbohidrat, membantu metabolisme lemak, membantu
metabolisme protein, menetralisir obat-obatan dan hormon, mensekresi cairan empedu,
mensintesis garam-garam empedu, sebagai tempat penyimpanan, sebagai fagosit, mengaktifkan
vitamin D, dan menghasilkan kolesterol tubuh. Untuk itu maka sangat perlu memperhatikan
kondisi kesehatan organ hati tersebut.
Salah satu penyakit organ hati yaitu hepatoma. Hepatoma merupakan pertumbuhan sel
hati yang tidak normal yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dalam hati yang memiliki
kemampuan membelah secara mitosis sehingga struktur jaringan hati berubah membentuk sel-sel
ganas.
Berdasarkan uraian diatas maka maka saya tertarik untuk membuat paper berjudul
“Hepatoma”.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Hepatoma
Hepatoma disebut juga kanker hati atau karsinoma hepatoseluler atau karsinoma hepato
primer. Hepatoma merupakan pertumbuhan sel hati yang tidak normal yang ditandai dengan
bertambahnya jumlah sel dalam hati yang memiliki kemampuan membelah secara mitosis
sehingga struktur jaringan hati berubah membentuk sel-sel ganas.
2.2 Anatomi Hati
Hati merupakan organ tubuh yang terbesar dengan berat 1200-1500 gram. Pada orang
dewasa ± 1/50 dari berat badannya, sedangkan pada bayi ± 1/18dari berat bayi. Posisi organ hati
sebagian besar terletak di perut bagian kanan atas, yakni di belakang iga.
Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang dinamakan kapsula glisson dan dibungkus
peritonium pada sebagian besar dari keseluruhan permukaannya. Hati terdiri dari 2 lobus utama,
lobus kanan (dekster) dan lobus kiri (sinister). Lobus kanan dan lobus kiri dipisahkan di anterior
oleh lipatan peritonium yang dinamakan dengan ligamentum falsiforme, di inferior oleh fissura
dinamakan dengan ligamentum teres dan di posterior oleh fissura dinamakun dengan ligamentum
venosum.
Hati mempunyai perdarahan ganda, yaitu vena porta dan arteri hepatika. Vena porta
membawa darah venous dari intestinal, limfa dan pankreas, sedangkan arteri hepatika membawa
darah ke hati melalui porta hepatika membawa darah arteri ke hati melalui porta hepatika yang
terletak jauh di belakang permukaan inferior lobus kanan.
2.3. Fungsi Hati
Secara fisiologis, fungsi utama dari hati adalah:
2.3.1. Membantu dalam Metabolisme Karbohidrat.
Hati mampu mengontrol kadar gula dalam darah. Pada saat kadar gula dalam darah
tinggi, maka hati dapat mengubah glukosa dalam drah menjadi glikogenyang kemudian disimpan
dalam hati (glikogenolisis), dan pada saat kadar gula dalam darah menurun, maka cadangan
glikogen di hati atau asam amino dapat diubah menjadi glukosa dan dilepaskan ke dalam darah
(glukoneogenesis) hingga pada akhirnya kadar gula dara dipertahankan untuk tetap normal. Hati
juga dapat membantu pemecahan fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa dan serta glukosa
menjadi lemak.
2.3.2. Membantu Metabolisme Lemak
Membantu proses beta oksidasi, dimana hati mampu menghasilkan asam lemak dari
Asetil Koenzim A. Mengubah kelebihan Asetil Koenzim A menjaid badan keton (Ketogenesis).
Mensintesa lipoprotein-lipoprotein saat transport asam-asam lemka dan kolesterol dari dan ke
dalam sel., mensintesa kolesterol dan fosfolipid juga menghancurkan kolesterol menjadi garam
empedu, serta menyimpan lemak.
2.33. Membantu Metabolisme Protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah dalam deaminasi ( mengubah gugus
amino, NH2) asam-asam amino agar dapat digunakan sebagai energi atau diubah menjadi
karbohidrat dan lemak. Mengubah amoniak (NH3) yang merupakan substansi beracun menjadi
urea dan dikeluarkan melalui urin ( ammonia dihasilkan saat deaminase dan oleh bakteri-bakteri
dalam usus), sintesis dari hampir seluruh protein plasma, serta α dan β globulin, albumin,
fibrinogen, dan protrombin (bersama-sama dengan sel tiang, hati juga membentuk heparin) dan
transaminasi transfer kelompok amino dari asam amino ke substansi (α-keto acid).
2.34. Menetralisir Obat-Obatan dan Hormon
Hati dapat berfungsi sebagai penetralisir racun, yakni pada obat-obata seperti penisilin,
ampisilin, erytromisin, dan sulfonamide juga dapat mengubah sifat-sifat kimia atau
mengeluarkan hormon steroid, seperti aldosteron dan estrogen serta tiroksin.
23.5. Mensekresi Cairan Empedu
Bilirubin, yang berasal dari heme pada saat perombakan sel darh merah, diserap oleh hati
dari darah dan dikeluarkan ke empedu. Sebagian besar dari bilirubin di cairan empedu di
metabolisme di usus oleh bakteri-bakteri dan dikeluarkan di feses.
234. Mensintesis Garam-Garam Empedu
Garam-garam empedu digunakan oleh usus kecil untuk mengemulsi dan menyerap
lemak, fosfolipid, kolesterol, dan lipoprotein.
23.7. Sebagai Tempat Penyimpanan
Hati digunakan sebagi tempat menyimpan vitamin (A, B12, D, E, K) serta mineral (Fe dan
Co). Sel-sel hati terdiri dari sebuah protein yang disebut apoferritin yang bergabung dengan Fe
membentuk Ferritin sehingga Fe dapat disimpan di hati. Fe juga dapat dilepaskan jika kadarnya
di darah turun.
23.8. Sebagai Fagosit
Sel-sel Kupffer’s dari hati mampu memakan sel darah merah dan putih yang rusak serta
bakteri.
233. Mengaktifkan Vitamin D
Hati dan ginjal dapat berpartisipasi dalam mengaktifkan vitamin D.
23.10. Menghasilkan Kolesterol Tubuh
Hati menghasilkan sekitar separuh kolesterol tubuh, sisanya berasal dari makanan.
Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati digunakan untuk membuat empedu. Kolesterol
merupakan sebagian penting dari setiap selaput sel dan diperlukan untuk membuat hormon-
hormon tertentu (termasuk hormon estrogen, testosterom dan hormon adrenal).
2.4. Patologi
24.1 Pengamatan Makroskopik Hepatoma
Pengamatan makroskopik hepatoma dibagi atas tiga yaitu:
a. Tipe Noduler
biasanya berbentuk multinoduler dengan nodul yang bermacam-macam besar dan
bentuknya, dengan permukaan ireguler. Nodul kanker terletak di lobus kanan kemudian
menjalar ke lobus kapiler. Tipe noduler paling sering ditemukan.
b. Tipe Masif
yaitu suatu bentuk masif yang besar pada sala satu lobus, dengan hanya satu nodul saja,
sehingga disebut homonoduler masif. Tumor massa yang besar tersebut sering terdapat di
lobus kanan dan pada lobus yang lainnya dijumpai tumor kecil-kecil.
c. Tipe Difu
pada bentuk ini sulit untuk batas dari tumor dengan jaringan hati yang normal, karena
seluruhnya tela terisi oleh sel-sel karsinoma yang difusif. Tidak ditemukan suatu nodul
sehingga kadang sulit dibedakan dengan sirosis portal.
2.4.2 Pengamatan Mikroskopik Hepatoma
Pengamatan mikroskopik hepatoma dibagi atas tiga yaitu:
a. Karsinoma Hepatoseluler
Sel-sel kanker biasanya mempunyai ukuran yang lebih besar dari sel-sel hati yang normal
berbentuk poligonal. Terdapat sel-sel besar berinti banyak dan terlihat adanya mitosis dimana
inti mengalami hiperkromasi dan besarnya bervariasi bila dibandingkan dengan sel hati normal.
Di dalm sel hati ditemukan sitoplasma dan pigmen empedu. Sering disertai dengan sirosis hati.
b. Karsinoma Kholangioseluler
Sel-sel tumor berbentuk kuboid dan silindris dan membentuk tubulus/ alveoli yang
dikelilingi oleh jaringan ikat. Gambaran mitosis tidak ditemukan karena tidak terdapat sel-sel
besar yang berinti banyak. Di dalm sel tumor tidak ada sitoplasma dan pigmen empedu. Jarang
ditemukan bersamaan dengan sirosis hati.
c. Karsinoma Hepatokholangioluler
Tumor ini merupakan campuran antara karsinoma hepatoseluler dan karsinoma
kholangioseluler. Jarang sekali ditemukan dan biasanya bersal dari embrionik.
23. Penyebaran Hepatoma
Metastasis inttrahepatik dapat melalui pembuluh darah, saluran limfe atau infiltrasi
langsung. Metastase ekstrahepatik dapat melibatkan vena hepatika, vena porta, atau vena kava.
Dapat terjadi metastasi pada varises esofagus dan di paru. Metastase sistemik seperti di kelenjar
getah bening di porta hepatis tidak jarang terjadi, dan dapat juga sampai ke mediastinum. Bila
sampai di peritonium, dapat menimbulkan asites hemoragik, yang berarti sudah masuk stadium
terminal.
2.6. Tingkat Keparahan (Stadium) Penyakit Hepatoma
2.6.1. Stadium Dini
Kriteria dari hepatoma stadium dini sebagai berikut:
a. Ditemukan hanya satu nodul kanker dengan diameter 3.0-4.0 cm hanya di salah satu
lobus.
b. Ditemukan dua nodul kanker dengan diameter kurang dari 3 cm dan terletak di salah satu
lobus.
c. Di segmen lain tidak ditemukan nodul kanker sama sekali.
d. Tidak disertai dengan invasi pembuluh darah (vaskuler).
2.6.2. Stadium Lanjut
Apabila banyak dijumpai tumor soliter berbatasan dengan salah satu lobus di hati atau di
kedua lobus hati, disertai dengan invasi pada vaskuler da tumor sudah menunjukkan metastase ke
organ-organ di sekitar hati.
2.7. Epidemiologi Hepatoma
2.7.1. Distribusi dan Frekuensi Hepatoma
a. Distribusi dan Frekuensi Menurut Orang
Pada umumnya kaum laki-laki lebih banyak ditemukan menderita hepatoma daripada
perempuan, hal ini dihubungkan dengan tingginya prevalensi HbsAg pada laki-laki. Secara
umum di dunia penderita hepatoma pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan rasio
4:1. Perbandingan penderita hepatoma pada laki-laki dan perempuan menurut: Bruix di
Barcelona Spanyol (1995) 3:1; Michael (1996) di Afrika Selatan 6:1; Yoon D. S di Seoul Korea
Selatan (1996); Marbun E (2000) Rumah Sakit St. Elisabeth Medan menemukan perbandingan
3:1.
Menurut Serag (2001), laki-laki 2 sampai 4 kali lebih sering ditemukan menderita
hepatoma dibanding perempuan. Alasan perbedaan resiko hepatoma antara laki-laki dan
perempuan belum diketahui secara pasti, kemungkinan berhubungan dengan frekuensi dari
infeksi virus hepatitis dan konsumsi alkohol.
Faktor keturunan diasumsi karena banyaknya insidens hepatoma di Benua Afrika dan
Asia. American Cancer Society, berdasarkan penelitian Cracken, M, dkk (2007) pada ras
mongoloid yang tinggal di California tahun 2000-2002, ditemukan CSDR penderita hepatoma
berdasarkan etnik dan jenis kelamin.
Cina berjenis kelamin Iaki-laki 23.3 per 100.000 penduduk dan perempuan 7.6 per 109.000
penduduk. etnik Philipina denpn jenii telamin laki-laki 16.8 per 100.000 penduduk dan
perenipuan 5.4 per 109.000 penduduL etnik Vietnam dengan jenk kebmin Iaki-bki 54.3 per
100.000 penduduk dan perempuan 15.8 per 100.009 penduduk. emit Korea beijenis telamin laki-
laki 3M per 100.000 penduduk dan perenipuam 15.9 per 109.000 pendudut. dun emit Jepan
clenpan Jenis kebmin lakiluLl 9.3 per I (N tINK) pciiduduk dun peavmpuarn 8.1 per I 00.000
pendudut.2’
b. distribusi dan frekuensi menurut tempat
sekitar 80% kasus hepatoma berda di negara berkembang seperti Asia Timur dan Asia Tenggara
serta Afrika Tengah (Sub-Sahara), yang diketahui sebagai wilayah dengan prevalensi hepatitis
yang tinggi. Menurut Stewart (2003) di seluruh dunia lebih dari 80% kasus hepatoma terjdi di
negara berkembang, dan di China lebih 55% dari total kasus.
c. Distribusi dan frekuensi menurut waktu
Berdasarkan Globocan (2002), ditemukan peringkat dan PMR untuk masing-masing negara
berdasarkan jenis kelamin dari hepatoma di Amerika Serikat, hepatoma pada laki-laki peringkat
ke-94 dengan PMR sebesar 5.5% dan perempuan peringkat ke-120 dengan PMR sebesar 2%.
2.7.2. Determinan Hepatoma
a. Host
Pada hepatoma faktor usia meningkatkan progresifitas. Pada penderita hepatoma lanjut usia,
mencapai puncak antara 50 hingga 70 tahun. Di Afrika seperti Mosambique dan Asia Tenggara
seperti Singapura kebanyakan pasien hepatoma berumur antara 20-40 tahun, sedangkan di Eropa
dan Amerika jarang sebelum 60 tahun. Distribusi umur pada hepatoma dipengaruhi oleh tipe dan
waktu dari terdapatnya faktor resiko. Hepatoma jarang ditemukan pad usia muda. Di Indonesia
(khususnya Jakarta) hepatoma ditemukan tersering pada umur antara 50 sampai 60 tahun dengan
penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
b.. Agent
Penyebab hepatoma belum diketahui secara pasti, beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab
terjadinya hepatoma, antara lain:
b.1. Sirosis hati
Sirosis hati merupakan faktor resiko utama hepatoma di dunia dengan riwayat penyakit lebih dari
80% kasus hepatoma. Di Indonesia dalam 70-90% kasus hepatoma muncul pada penderita sirosis
hati. Kemungkinan timbulnya kanker pada sirosis hati adanya hiperplasia noduler yangakan
berubah menjadi adenoma dan kemudian berubah menjadi kanker.
b.2. Hepatitis
Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) 10% akan menjadi kronik dan 20% penderita hepatitis kronik
dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami sirosis hati dan hepatoma. Kondisi infeksi
VHB dengan pajanan agen lain seperti alfatoksin dapat menyebabkan terjadinya hepatoma tanpa
melalui sirosis hati.
b.3. Alfatoksin
Alfatoksin dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus yang sering tumbuh dalam bhan makanan.
Bahan makanan yang mengandung alfatoksin sering dikonsumsi penduduk Indonesia seperti:
kacang tanah, oncom, tembakau, beras, jagung, coklat, keju, dan beberapa bahan makanan yang
mengandung jamur.
Alfatoksin apabila terkontaminasi dalam takaran yang tinggi mengakibatka kerusakan hati yang
berat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat dan apabila terkontaminasi dalam
takaran rendah dalam waktu yang lama akan menyebabkan resiko hepatoma.
b.4. Alkohol
Penggunaan alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati. Masukan alkohol yang
tinggi (>50-70 g/hari) dalam waktu yang lama akan meningkatkan resiko hepatoma melalui
peningkatan predisposisi terjadinya sirosis hai.
Asupan alkohol lebih dari 10-20 oz (300-600 dl) per hari dalam waktu 8-12 hari sudah mulai
timbul gangguan fungsi hati seperti perlemakan dan ikterus (alkoholik hepatitis) dalam jangka
waktu yang lama akan terjadi sirosis hati dan hepatoma, jangka waktu tidak jelas dipengaruhi
faktor nutrisi penderita dan faktor resiko lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya hepatoma.
b.5. Obat-obatan dan bahan kimia
Obat-obatan dan bahan kimia dapat mengganggu fungsi hati. Kelainan hati yang timbul dapat
bersifat hepatotoksin (keracunan langsung pada sel hati ) dan kolastatik (penyempitan saluran
empedu sehingga menimbulkan fibrosis kemudian ikterus dan menjadi sirosis dan hepatoma)
Gangguan fungsi hati dapat bersifat semntara, bila pemberian obat tersebut segera dihentikan.
Bila obat diberikan terus menerus tanpa takaran dapat berlanjut menjadi fibrosis dari jaringan
hati dan akhirnya timbul sirosis dan hepatoma.
Jenis obat yang diduga dapat menyebabkan hepatoma adalah dari golongan analgetik/ antipiretik
(aspirin, parasetamol, fenilbutazon), obat antibiotik (tetrasiklin, eritromisin, rifampisin), obat
penenang (klorpromazin, fenobarbital), dan obat anastesi (halotan, karbon tetraklorid). Timbul
kelainan hati tergantung dosis dan lama pemakaian obat.
b.6. Faktor Nutrisi
Gangguan nutrisi dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan menurunkan kondisi tubuh.
Beberapa zat makanan yang menjadi faktor penyebab terjadinya hepatoma yaitu kekurangan:
protein hewani, tokoferol, cystein, alfa 1 antitrypsn, vitamin B kompleks. Keadaan kekurangan
gizi terutama protein akan menurunkan kondisi badan dan merupakan faktor predisposisi untuk
memudahkan terjadinya hepatoma.
Faktor nutrisi berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah. Pada umumnya
penderita hepatoma jarang sekali mengkonsumsi daging dan telur kebanyakan mengkonsumsi
makanan yang mengandung kacang-kacangan, oncom, tahu, tempe dan sayuran.
b.7. Faktor genetik
Terjaidnya hepatoma belum diketahui secara pasti, namun salah satu faktor resiko kanker adalah
adanya anggota keluarga yang menderita kanker. Hemokromatosis besi secara berlebihan di
dalam jaringan. Penyakit hemokromasitosis bersifat keturunan atau genetik.
C. Environment
Indonesia berada di daerah tropis yang mempunyai iklim panas, lembab sangat ideal untuk
pertumbuhan berbagai jamur seperti Aspergillus flavus. Kondisi lingkungan, infeksi, nutrisi,
metabolik dan faktor hormonal berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung pada
proses hepatokarsinogenesis.
Inisiasi dengan karsinogen menyebabkan perubahan genetik atau merusak DNA sel normal.
“Promotion” adalah sel terinisiasi menjadi agen yang meningkatkan pertumbuhannya menjadi
massa yang lebih besar, akibatnya fungsi sel atau jaringan yang diserang terganggu.
Sel normal dapat berubah menjadi sel kanker disebabkan oleh ekspresi onkogen. Onkogen
berasal dari proto-onkogen (berperan dalam aktivitas pertumbuhan sel eukariotik normal) yang
bermutasi. Jika onkogen aktif, maka sel akan mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali.
2.8. Gambaran Klinik dan Diagnosa Klinik
2.8.1. Gambaran Klinik
Gambaran klinik pada penderita hepatoma didasarkan pada keluhan yang sering disampaikan
oleh penderita, berupa:
a. Rasa nyeri perut sebelah kanan atas, sifat nyeri biasanya nyeri tumpul dan terus menerus
tetapi dapat bertambah berat bila bergerak
b. Benjolan di perut, biasanya tidak disertai rasa nyeri, perasaan nyeri di perut kadang
timbul setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit
c. Keluhan lain, seperti: demam, badan semakin lemah, nafsu makan berkurang, perasaan
selalu kenyang, berat badan menurun secara cepat, ikterus (mata dan kulit menguning),
hematemesis melena (berak/ muntah darah) biasanya terjadi pada penyakit yang sudah
lanjut
2.8.2. Diagnosa Klinik
Untuk menegakkan diagnosa klinik perlu diperhatikan:
a. Anamnesis
Sebagian besar penderita yang datang berobat sudah dalam tahap lanjut dengan keluhan
nyeri perut kanan atas, atau di epigastrium yang bertamabah hebat bila bergerak, terasa
ada benjolan di perut kanan atas, berat badan menurun, anreksia dan adanya perasaan
lekas kenyang, sakit perut dan rasa lemas. Keluhan lain terjadinya perut membesar karena
ascites (penimbunan cairan dalamrongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak
hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari
dubur.
b. Pemeriksaan Fisik
Biasanya hati terasa besar dan berbenjol-benjol, tepi tidak rata, tumpul, kadang-kadang
terasa nyeri bila ditekan. Bila letak tumor di lobus kiri maka pembesaran hati terlihat di
epigastrium, tapi bila tumor tersebut terletak di lobus kanan, maka pembesaran hati
terlihat di hipokondrium kanan.
c. Sarana Penunjang Diagnosa
Pemeriksaan laboraturium dapat memperkuat adanyatumor ganas dengan benjolan di hati
dengan adanya peninggian kadar Alfa Feto Protein (AFP) dan kadar bilirubin yang relatif
rendah. Paada fototoraks bila ditemukan kenaikan diafragma kanan, berarti terjadi
pembesaran hati. USG untuk melihat ukuran dan stadium kanker. Sidik hati Positron
Emission Tomography (PET), dan angiodrafi untuk keganasan kanker. Teknik hellical
CT scan, dapat melihat luas kanker. CT angiography dapat memperjelas batas antara
kanker dan jaringan sehat disekitarnya.
Pemeriksaan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) membuat peta pembuluh darah
hepatoma. Radiologi dapat mendeteksi tumor dengan diameter kurang dri 1 cm,
banyaknya nodul, segmen hati yang terkena, banyaknya aliran darah ke kanker, adanya
sirosis hati, metastate kanker keluar dari hati ke organ-organ tubuh lainnya, dan tingkat
kegansan hepatoma. Dengan peritoneoskopi dan laparoskopi dapat dilihat dari permukaan
hati yang berbenjol-benjol, ada tidaknya tumor ganaspada tempat benjolan di hati disertai
dengan biopsi. Bopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy)
digunkan untuk menilai suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging
dan laboraturium AFP adalah hepatoma.
2.9. Lama Rawatan
Penentuan lama rawatan pada pasien rawt inap, termasuk bagi penderita hepatoma sangat
bervariasi. Hal ini tergantung dari jenis penyakit, tingkat keparahan penyakit, tindakan medis
rumah sakit, dan sebagainya.
2.10. Pencegahan
2.10.1. Pencegahan Primordial
Pencegahan yang dilakukan untuk menghindari kemunculan keterpaparan dari gaya hidup yang
berkontribusi meningkatkan resiko penyakit, dilakukan dengan:
a. Mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin, beta karoten, mineral, dan
tinggi serat yang dapat menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat
b. Kurangi makanan yang mengandung lemak tinggi
c. Kurangi makanan yang dibakar, diasinkan, diasap, diawetkan dengan nitrit
d. Pengontrolan berat badan, diet seimbang dan olah raga
e. Hindari stres
f. Menjaga lingkungan yang sehat dan bersih sehingga terhndar dari penyakit menular
2.10.2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adala langkah yang harus dilakukan untuk menghindari insidens penyakit
dengan mengendalikan penyebab penyakit dan faktor resiko
a. Memperhatikan menu makanan terutama mengkonsumsi protein hewani cukup
b. Hindari mengkonsumsi minuman beralkohol
c. Mencegah adanya alfatoksin pada makanan, seperti: kacang-kacangan, oncom, jagung,
tembakau, kedelai dan lain sebagainya maka perlu pengolahan yang sempurna. Bila
menemukan makanan yang mulai membusuk sebaiknya dibuang karena sudah
mengandung jamur
d. Mencegah penularan hepatitis, imunisasi bayi secara rutin menjadi strategi utama untuk
pencegahan VHB dan dapat memutuskan rantai penularan
e. Hindari kontak dengan penderita hepatitis dan cegah penularan seperti melalui: kontak
caira tubuh, jarum suntik yang dipakai berulang atau bergantian
2.10.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah pengobatan penderita da mengurangi akibat-akibat yang serius dari
penyakit melalui diagnosa dini dan pemberian pengobatan, dapat dilakukan:
Hepatoma sering ditemuka pada stadium lanjut maka perlu dilakukan pengamata berkala pada
kelompok penderita yang kemungkinan besar akan menderita hepatoma dengan pemeriksaan
USG dan AFP.
a. Penderita hepatitis kronik dengan HbsAg positif tiap 4 bulan sekali dan dengan HbsAg
negatif tiap 6 bulan sekali
b. Penderita sirosis dengan HbsAg positif diperiksa tiap 3 bulan sekali dan dengan HbsAg
negatif tiap 4 bulan sekali
Deteksi dini terhadap penderita hepatitis dan sirosis hati dapat dilakukan tindakan
pengobatan dan perawatan yang intensif sehingga tidak berlanjut ke hepatoma. Deteksi
dini terhadap penderita hepatoma dan melakukan tindakan pengobatan sehingga tidak
terjadi kondisi yang lebih fatal.
Pengobata pada penderita hepatoma dapat dilakukan dengan:
a. Kemoterapi
Terpi dengan obat-obat sitostatika dapat menghambat pertumbuhantumor. Nutrisi dan
oksigenasi sel-sel hati yang normal 70% berasal dari vena porta dan 30% dari arteri
hepatika, sehingga sel-sel ganas mendapat nutrisi dan oksigenasi terutama dari sistem
arteri hepatika. Bila vena porta tertutup oleh tumor maka makanan dan oksigen ke
sel-sel hati normla akan terhenti dan sel-sel tersebut akan mati.
Obat kemoterapi
1. Zadaxin
2. Doxorubicin
3. Methotrexate
4. 5FU
5. Cisplastin
6. Kolkisin, pencegah kanker hati bagi penderita hepattitis stadium akhir
b. Radiasi
Radiasi tidak banyak memberikan peranan dalam pengobatan hepatoma, hal ini
karena pada umumnya sel kanker bersifat relatif resisten terhadap pengobtan radiasi.
Sel hati yang normal sangat peka terhadap radiasi sehinggadapat menyebabkan
pengecilan hati.
c. Embolisasi
Tindakan embolisasi Arteri Hepatika atau Trans Arterial Embolisasi (TAE)
menyumbat feeding artery. Feeding artery ini disumbat atau diembolisasi dengan
suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah ke kanker dihentikan dan dengan
demikian suplai makanan dan oksigen ke sel-sel kanker akan terhenti dan sel-sel
kanker ini akan mati. Apalagi sebelum dilakukan embolisasi, dilakukan tindakan trans
arterial chemotherapy yaitu memberikan obat kemoterapi melalui feeding artery itu.
Maka sel-sel kanker jadi diracuni dengan obat yang mematikan.
d. Injeksi Etanol Perkutan
Injeksi Etanol Perkutan atau Percutaneus Etanol Injection (PEI) dilakukan pada
pasien stadium dini.
e. Pembedahan
Pembedahan hati pada stadium dini penyakit, merupakan pengobatan yang paling
biasdiharapkan memberikan penyembuhan. Pembedahan dapat dilakukan apabila
tumor terletak pada satu lobus saja, keadaan umum penderita cukup baik.
Pascalobektomi jaringan hati masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
2.10.4. Pencegahan Tersier
Hepatoma disertai sirosis hati dan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah
hampir seluruh hati terkena kanker atau sudah ada sel-sel kanker yang masuk ke vena porta
(thrombus vena porta) jalan terapi dengan transplantasi hati.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Hepatoma disebut juga kanker hati atau karsinoma hepatoseluler atau karsinoma hepato
primer. Hati terdiri dari 2 lobus utama, lobus kanan (dekster) dan lobus kiri (sinister). Secara
fisiologis, fungsi utama dari hati adalah: membantu dalam metabolisme karbohidrat, membantu
metabolisme lemak, membantu metabolisme protein, menetralisir obat-obatan dan hormon,
mensekresi cairan empedu, mensintesis garam-garam empedu, sebagai tempat penyimpanan,
sebagai fagosit, mengaktifkan vitamin D, dan menghasilkan kolesterol tubuh. Secara
makroskopik hepatoma ada tiga tipe yaitu tipe noduler, masif dan difus. Sedangkan secara
mikroskopik dibagi atas tiga pula yaitu karsinoma hepatoseluler, karsinoma kholangioseluler dan
karsinoma hepatokholangioseluler. Determinan hepatoma yaitu host, agent (sirosis hati, hepatitis,
alfatoksin, alkohol) dan environment.
3.2. Saran