14
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Relevan Berikut ini disajikan kajian terhadap beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan menjadi landasan bagi penulis untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian kali ini. Hartono, dkk. (2012),melakukan studi pengenalan pola untuk membedakan daging sapi dan babi berbasis citra digital. Permasalahan utama dalam penelitian tersebut karenabanyaknya pemalsuan daging sapi dengan daging babi dan menyebabkan kerugian bagi konsumen.Metode yang digunakan ada dua, yaitu Principal Component Analysis (PCA)sebagaipengekstraksi ciri dari sebuah citra.Data citra yang dijadikan sebagai data latih berbentuk vektor. Vektor ini diperoleh dari matriks data citra yang kemudian diubah kedalam bentuk vektor dan disimpan dalam database. Vector dengan nilai eigen terbesar sebagai acuan mendapatkan dimensi terbaik.Sedangkan proses pengenalan pola menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation. Akurasi pengenalan pola daging mencapai 88.3%.Sistem dibangun berupadesktop application dengan perangkat lunak Matlab. Kekurangan dari penelitian ini adalah penggunaan perangkat lunak yang berlisensi dengan harga mahal dan tidak dapat digunakan secara bergerak/mobile. Menurut Yogiarto,dkk.(2009), klasifikasi beberapa daging konsumsi termasuk didalamnya daging sapi dan babi dapat dilakukan dengan metode k- Nearest Neighbour. Klasifikasi ini bersifat supervised learning. Tahap awal citra berwarna RGB dikonversi kedalam citra keabuan (grey-scale), kemudian dilakukan analisa tekstur menggunakan metode ekstraksi ciri orde satu dan

BAB 2 ImageProcessing

Embed Size (px)

DESCRIPTION

landasan teori

Citation preview

  • 6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Penelitian yang Relevan

    Berikut ini disajikan kajian terhadap beberapa penelitian yang pernah

    dilakukan sebelumnya dan menjadi landasan bagi penulis untuk menyelesaikan

    permasalahan dalam penelitian kali ini.

    Hartono, dkk. (2012),melakukan studi pengenalan pola untuk

    membedakan daging sapi dan babi berbasis citra digital. Permasalahan utama

    dalam penelitian tersebut karenabanyaknya pemalsuan daging sapi dengan

    daging babi dan menyebabkan kerugian bagi konsumen.Metode yang digunakan

    ada dua, yaitu Principal Component Analysis (PCA)sebagaipengekstraksi ciri dari

    sebuah citra.Data citra yang dijadikan sebagai data latih berbentuk vektor. Vektor

    ini diperoleh dari matriks data citra yang kemudian diubah kedalam bentuk vektor

    dan disimpan dalam database. Vector dengan nilai eigen terbesar sebagai acuan

    mendapatkan dimensi terbaik.Sedangkan proses pengenalan pola menggunakan

    Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation. Akurasi pengenalan pola daging

    mencapai 88.3%.Sistem dibangun berupadesktop application dengan perangkat

    lunak Matlab. Kekurangan dari penelitian ini adalah penggunaan perangkat lunak

    yang berlisensi dengan harga mahal dan tidak dapat digunakan secara

    bergerak/mobile.

    Menurut Yogiarto,dkk.(2009), klasifikasi beberapa daging konsumsi

    termasuk didalamnya daging sapi dan babi dapat dilakukan dengan metode k-

    Nearest Neighbour. Klasifikasi ini bersifat supervised learning. Tahap awal citra

    berwarna RGB dikonversi kedalam citra keabuan (grey-scale), kemudian

    dilakukan analisa tekstur menggunakan metode ekstraksi ciri orde satu dan

  • 7

    dua.Akurasi maksimal dari klasifikasinya sebesar 82,8% untuk nila k = 2 dan

    perhitungan jarak dengan metode city block. Penelitian ini membuktikan bahwa

    pengenalan citra daging dapat dilakukan dengan ektraksi ciri tekstur.Penelitian

    yang dilakukan Nugroho, dkk.(2011), mengidentifikasi jenis daging dilakukan

    dengan transformasi dari model warna RGB ke model warna HSI untuk

    mengkonversi citra warna kedalam bentuk yang lebih sesuai. Dan hasil

    perbandingan yang dilakukakan adalah, dimana akurasi rata-rata yang dihasilkan

    oleh jaringan backpropagation sebesar 29,4% sedangkan akurasi rata-rata yang

    dihasilkan jaringan GRNN sebesar 81,3%.Penelitian lainnya juga menggunakan

    analisa tekstur dan persebaran lemak untuk penentuan kualitas gradingdaging

    sapi.Data yang digunakan adalahcitra monokrom dengan level keabuan 16

    dilakukan ekstraksi tekstur dengan metode GLCM.Grading daging sapi ini

    mengacu pada skala 3 hingga 10. Hasilnya tekstur merupakan ciri yang efektif

    untuk penentuan kualitas daging sapi (Shiranita,dkk 2009).

    Salah satu cara sederhana namun efektif untuk mengenali pola dalam

    sebuah citra adalah dengan mengenali ciri teksturnya. Hal ini diterapkan untuk

    membedakan citra pemandangan laut dan non laut.Dengan menggunakan

    GLCM khususnya fungsi kontras, entropi, korelasi, energy dan homogenitas

    untuk ekstraksi tekstur.Nilai-nilai fungsi tersebut digunakan untuk masukan bagi

    Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation untuk kasifikasinya.Terbukti metode

    GLCM mampu mendeteksi baik tipe fitur objek digital bahkan yang tidak jelas

    sekalipun (Manaa, dkk 2011).

    Penelitian yang dilakukan Liu, dkk.(2010), memberikan kontribusi

    pengetahuan tentang klasifikasi kualitas daging babi di Kanada melalui

    pengenalan citra hyperspectral.Dalam penelitian ini pengenalan tekstur dengan

    metode Filter Gabor 2D sedangkan klasifikasinya membandingkan antara

  • 8

    metode K-Means dan Linear Discriminant Analysis (LDA). Hasilnya

    menunjukkanbahwa akurasiK-meansmencapai78% dengan gabungan 5Principal

    Components (PC) dan83% untuk 10gabungan, hasil ini lebih baik 15% dan28%

    dibandingkan tanpa fiturtekstur. Sedangkan

    akurasimenggunakanLDAmencapai100% dengan gabungan 5Principal

    Components (PC).Dengan demikian, peningkatan akurasidapatdicapai dengan

    menggunakanfiturtekstur.

    Mohanaiah, dkk.(2013), memaparkan dalam penelitiannya, Mengenali

    pola citra dapat dilakukan dengan analisa tekstur yang bertujuan untuk

    menemukan karakteristik unik sehingga dapat digunakan menjadi parameter

    pembeda dengan citra lainnya.Menemukan tekstur sebuah citra dapat

    menggunakan metode GLCM yang merupakan orde kedua analisa fitur secara

    statistic. Fitur yang digunakan antara lainenergy, correlation, Entropy dan Inverse

    Difference Moment. Penggunaan metode GLCM sangat baik bahkan untuk

    aplikasi real-time karena terbukti mengurangi waktu komputasi dengan hasil

    akurasi bagus.

    Disisi lain metode klasifikasi merupakan langkah pamungkas dalam

    mencapai sebuah hasil dalam berbagai penelitian. Klasifikasi teks digital untuk

    menentukan kepribadian seseorang.Menurut peneliti, sebagian besar teks digital

    tidak terstruktur, sehingga cara paling baik untuk mengenalinya dengan

    pendekatan probabilistik Nave Bayes Classifier. Nave Bayes termasuk

    klasifikasi supervised learning.Pengenalan teks digital ini melalui beberapa tahap

    antara lain pra-pemrosesan, tahap pelatihan dan klasifikasi. Tahap pra-

    pemrosesan meliputi case folding, tokenizing, filtering dan stemming. Tahap

    pelatihan dimulai dengan menghitung nilai probabilistic data latih terhadap

  • 9

    masing-masing kelas.Terakhir adalah tahap penarikan kesimpulan kategori

    kepribadian berdasarkan nilai VMap terbesar.Kepribadian seseorang mengikuti

    kategori sanguinis, koleris, melankolis dan pragmatis.Sistem diuji terhadap 40

    data dan hasil penelitian menunjukkan akurasi klasifikasi dengan Nave Bayes

    mencapai 92,5% (Ni Made, dkk 2013).

    Sebuah studi terhadap metode Nave Bayes Classifier dilakukan untuk

    deteksi gejala kanker payudara berdasarkan citra mammogram. Pengolahan citra

    mammogram diawali dengan pemilihan area penelitian dengan Region Of

    Interest (ROI) dan perbaikan citra. Citra berwarna dikonversi kedalam skala

    keabuan (grey-scale).Selanjutnya untuk mengenali kanker dilakukan ekstraksi

    tekstur dengan metode Histogram of Oriented Gradients (HOG). Fitur tekstur

    yang dihitung antara lain: nilai rerata, standar deviasi, energy, kontras, korelasi

    dan homogenitas. Nilai-nilai fitur tersebut dijadikan acuan untuk menghitung

    probabilitas tiap data dengan masing-masing kelas data.Metode Nave Bayes

    Classifier menghasilkan tingkat akurasi 96,5% terbuktitepat dan efisien untuk

    membantu tim medis melakukan diagnosa gejala kanker payudara (Krishnaveni,

    dkk 2014)

    Penelitian-penelitian yang telah dipaparkan diatas menginspirasi

    penelitian ini untuk memberikan kontribusi baru berupa pengenalan daging sapi

    dan daging babi berdasarkan ciri tekstur menggunakan metode GLCM dan

    klasifikasi Nave Bayes. Pemilihan metode-metode tersebut karena sama-sama

    bekerja dalam wilayah probabilistik. Selanjutnya agar sistem yang dibangun

    memiliki nilai manfaat bagi masyarakat luas, maka penelitian ini akan

    dikembangkan dalam bentuk aplikasi berbasisandroid.

  • 10

    2.2. Dasar Teori

    2.2.1. Daging

    Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat

    dipisahkan dari kehidupan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan,

    daging dapat menimbulkan kepuasan atau kenikmatan bagi yang memakanya

    karena kandungan gizinya lengkap, sehingga kehidupan gizi untuk hidup dapat

    terpenuhi. Daging dapat diolah dengan cara memasak , digoreng, dipanggang,

    disate, diasap, atau diolah menjadi produk lain yang menarik (Seoparno 2009).

    Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan

    gizi.Selain mutu proteinnya yang tinggi, daging mengandung asam animo

    esensial yang lengkap dan seimbang serta beberapa jenis mineral dan

    vitamin.Daging merupakan protein hewani yang lebih mudah dicerna dibanding

    dengan protein nabati. Bagian yang terpeting yang menjadi acuan konsumen

    dalam pemilihan daging adalah sifat-sifat dalam hal ini antara lain warna,

    keempukan, tekstur, kekenyalan dan kebasahan. (komariah dkk 2009).

    2.2.2. Tekstur Daging Sapidan Daging Babi

    Daging sapi mempunyai banyak serat dan terlihat jelas, tekstur daging

    sapi lebih kaku dan padat (solid dan keras) sehingga cukup sulit untuk

    diregangkan.(Lia Gunawan 2013).Sedangkan daging babi teksturnya lembek,

    sangat kenyal dan mudah diregangkan ditandai dengan nilairataan tekstur

    daging babi peliharaansebesar 2.25%.Sama halnya dengan warna, tekstur

    daging babi yang halus juga disebabkan karena aktivitas babi peliharaan yang

    sedikit karena hidup di dalam kandang dan dipelihara secara intensif

  • 11

    (Natasasmita, dkk2005).Secara umum perbedaan tekstur daging sapi dan daging

    babi dapat dilihat Gambar 2.1.

    Daging Babi Daging Sapi

    Gambar 2.1 Perbedaan Tekstur Daging Sapi dan Daging Babi

    2.2.3. Warna Daging Sapi Dan Daging Babi

    Daging babi memiliki warna yang lebih pucat dari daging sapi (Gambar

    2.2), warna daging babi mendekati warna daging ayam.Namun perbedaan ini tak

    dapat dijadikan pegangan, karena warna pada daging babi oplosan biasanya

    dikamuflase dengan pelumuran darah sapi, walau kamuflase ini dapat

    dihilangkan dengan perendaman dengan air.Selain itu, ada bagian tertentu dari

    daging babi yang warnanya mirip sekali dengan daging sapi sehingga sangat

    sulit membedakannya.(Natasasmita, dkk 2005). Gambar 2.2

  • 12

    Daging Babi Daging Sapi

    Gambar 2.2 Perbedaan Warna Daging Babi Dan Daging Sapi

    2.2.4. Pengolahan Citra Digital

    Dimulai pada tahun 1921, yaitu pertama kalinya sebuah foto berhasil

    ditransmisikan secara digital melalui kabel laut dari kota New York ke kota

    London, keuntungan utama yang dirasakan pada waktu itu adalahan

    pengurangan waktu pengiriman foto dari sekitar 1 minggu menjadi kurung waktu

    dari 3 jam. Sebelum dikirim, citra terlebih dulu dikodekan dan setelah diterima

    citra direkonstruksi ulang. Contoh ini sebenaranya masih tepat digunakan

    sebagai sebagai awal mula pengolahan citra digital karena dalam prosesnya

    belum menggunakan teknologi komputer (Gonzales, 2002).

    Pengolahan citra merupakan bidang yang bersifat multidisiplin dan terdiri

    dari banyak aspek, antara lain fisika (optik, nuklir, gelombang dan lain-lain),

    matematika, seni, fotografi dan teknologi komputer. Pengolahan citra (image

    processing) memiliki hubungan yang sangat erat denga disiplin ilmu yang lain jika

    sebuah disiplin ilmu dinyatakan dalam bentuk proses suatu input berupa citra

    serta output yang juga berupa citra.

    Pengenalan pola (pattern Recognittion) menerjemahkan citra menjadi

    deskripsi atau suatu informasi yag merepresentasikan citra tadi. Sebagai contoh,

    pada aplikasi pemilahan produk pertanian, dari citra sebuah kentang dapat

    diambil informasi mengenai kentang tersebut, misalnya ukuran, warna kulit,

    bentuk (bulat atau gepeng), atau ada tidaknya bagian yang busuk pada kentang

    itu. Contoh lain adalah pada aplikasi sensor visual untuk mengenali kendaraan

    penghuni sebuah apartemen. Dari citra kendaraan yang lewat pintu gerbang

    apartemen dapat diambil informasi mengenai warna dan jenis kendaraan serta

  • 13

    nomor polisnya. Sebaliknya, disiplin ilmu grafika komputer (computer Graphics)

    mencoba beberapa ahli menambah rangkaian ilmu tadi dengan kecerdasan

    buatan (Artificial Intelligence) yang digunakan untuk menerjemahkan

    deskripsi/informasi yang telah diperoleh tadi menjadi informasi lain lebih berguna

    untuk mengambil keputusan. (B. Achmad danK. Firdausy, 2013).

    Dalam computer vision , secara umum proses yang terjadi seperti terlihat

    dalam gambar 2.3 suatu citra digital melalui pengolahan citra digital (digital image

    processing) menghasilkan citra digital yang baru, termasuk di dalamnya adalah

    perbaikan citra (image restoration) dan peningkatan kualitas citra (image

    enhancement). sedangkan analisi citra digital (digital image analysis)

    menghasilkan suatu keputusan atau suatu data, termasuk di dalamnya adalah

    pengenalan pola (pattern recongnittion). (B. Achmad dan K, Firdausy2013).

    Gambar 2.3Urutan Pengolahan Citra Digital Sumber(B Ahmad, dan K Firdausy)

    2.2.5. Gray Level Co-Occurrence Matrix (GLCM)

    Metode GLCM (Gray- Level Cooccurrence Matrix) adalah salah satu cara

    mengekstraksi fitur tekstur statistik orde-kedua. GLCM (yang disebut juga Grey

    Tone Spatial Dependency Matrix) adalah tabulasi mengenai frekuensi atau

    seberapa seringnya kombinasi nilai kecerahan piksel yang berbeda posisinya

    terjadi dalam suatu.Ilustrasi pembentukan GLCM atas citra dengan 4 tingkat

    keabuan (gray level) pada jarak d=1 dan arah 0 adalah seperti pada Gambar 2.4

    Citra non

    digital/sifat

    fisik objek

    Citra

    Digital Pencitra

    n

    a

    Pengolahan

    citra digital

    a

    Citra

    Digital Analisis citra

    digital

    a

    Data/

    keptusan

  • 14

    0

    0

    0

    33

    2 2

    1

    1

    1

    1

    3

    3

    2

    2

    2

    2

    0

    2

    2

    33

    0 1

    0 1

    2

    2

    0 4 0 0

    01

    0 4

    0 0 5

    0 0

    10 2 3

    0

    1

    2

    3

    2

    (a) (b)

    GLCMdengan 4 tingkat keabuan Hasil GLCM pada jarak 1 arah 0

    Gambar 2.4Mekanisme GLCM

    Matriks GLCM mampu menangkap sifat tekstur tetapi tidak secara

    langsung dapat digunakan sebagai alat analisis, misalnya membandingkan dua

    tekstur.Data ini harus disarikan lagi agar didapatkan angka-angka yang bisa

    digunakan untuk mengklasifikasi tekstur. Haralick pada tahun 1973 mengusulkan

    14 ukuran (atau ciri/fitur), tetapi Connors dan Harlow pada tahun 1980-an

    mengkaji bahwa dari 14 fitur yang diusulkan Haralick tersebut, hanya 5

    diantaranya yang biasa digunakan. Kelima fitur itu adalah: energi, entropi,

    korelasi, homogenitas, dan inersia. fungsi histogram serta matrik GLCM sebagai

    masukan sistem pengklasifikasi yaitu antara lain : mean, entropy, standar

    deviasi, variance, correlation, energy, serta homogeneity.

  • 15

    Nilai Parameter GLCM adalah Nilaiyang digunakan berkisar antara

    1sampai 10, namun dengan nilaiperpindahanyang besar menyebabkan tidak

    tertangkapnya informasi tekstur secararinci.Dari penelitian, telah disimpulkan

    bahwadenganhasil terbaikadalah1dan2.Setiappixeldalam citra memiliki

    delapanpiksel tetangga dimana setiap piksel tetangga berada dalam sudut() 0,

    45, 90, 135, 180, 225, 270atau315. Sudut 0 akan menghasilkan nilai yang

    sama dengan sudut180, begitu juga sudut yang lain, sehingga variasi nilai

    yang memungkinkan hanya empat yaitu0, 45, 90dan135.(Goswami, 2013)

    2.2.6. Nave BayesClassifier

    Bayes merupakan teknik prediksi berbasis probabilistik sederhana yang

    berdasar pada penerapan teorema Bayes denga asumsi indenpedensi yang

    kuat. Dengan kata lain, dalam Nave Bayes, model yag digunakan adalah model

    model fitur independenDalam bayes (terutama Nave Bayes), maksud

    indepedensi yang kuat pada fitur adalah bahwa sebuah fitur pada sebuah data

    tidak berkaitan dengan ada tidaknya fitur lain dalam data yang sama. Contohnya,

    pada klasifikasi hewan dengan fitur penutup kulit, melahirkan, berat, dalam dunia

    nyata, hewan yang berkembang biak dengan cara melahirkan dipastikan juga

  • 16

    menyusui. Disini ada ketergantungan pada fitur yang menyusui karena hewan

    yang menyusui biasanya melahirkan, atau hewan yang bertelur biasanya tidak

    menyusui. Dalam Bayes, hal tersebut tidak dipandang sehungga masing-masing

    fitur seolah tidak meiliki hubungan apapun.(Eko Prasetyo 2012)

    Kaitan antara Nave Bayes dengan klasifikasi, korelasi hipotesis, dan

    bukti denga klasifikasi adalah bahwa hipotesis dalam teorema Bayes merupakan

    label kelas yang menjadi target pemetaan dalam klasifikasi, sedangkan bukti

    merupakan fitur-fitur yang menjadi masukan dalam model klasifikasi. Jika X

    adalah vektor masukan yang berisi fitur dan Y adalah label kelas, Nave Bayes

    dituliskan dengan P(Y|X). notasu tersebut berarti probalitas lebel kelas Y

    didapatkan serelah fitur-fitur X diamati. Notasi ini disebut juga probabilitas akhir

    (psterior probability) untuk Y, sedangkan P(Y) disebut probabilitas awal (prior

    probability) Y.Selama proses pelatihan harus dilakukan pembelajaran

    probabilitas akhir (P(Y|X) pada model untuk setiap kombinasi X dan Y

    berdasarkan informasi yang didapat dari data latih. Degan membangun model

    tersebut, suatu data uji X dapat diklasifikasikan dengan mencari nilai Y denga

    memaksimalkan nilai P(Y|X) yang didapat. (E. Prasetyo 2012)

    Formulasi Nave Bayes untuk klasifikasi adalah

    .(2.8)

    P(Y|X) adalah probabilitas data dengan vektor X pada kelas Y. P(Y)

    adalah probabilitas awal kelas Y. adalah probabilitas independen

    kelas Y dari semua fitur dalam vektor X. Nilai p(X) selalu tetap sehingga dalam

    perhitungan prediksi nantinya kita tinggal menghitung bagian P(Y)

    dengan memilih yang terbesar sebagai kelas yang dipilih sebagai hasil prediksi.

  • 17

    Sementara probabilitas independen tersebut merupakan pengaruh

    semua fitur dari data terhadap setiap kelas Y, yang dinotasikan dengan

    P(X|Y = y) = .(2.9)

    Setiap set fitur } terjadi atas q atribut (q dimensi). (Eko

    Prasetyo 2012)

    2.2.7. Android

    Android adalah sebuah sistem operasi mobile yang berbasiskan pada

    versi modifikasi dari linux. Pertama kali sistem operasi ini dikembangkan oleh

    perusahan Android.Inc. nama perusahan inilah yang digunakan sebagai nama

    proyek sistem operasi mobile tersebut, yaitu sistem operasi Android. Pada tahun

    2005, sebagai bagian dari strategi untuk memasuki pasar mobile, Google

    membeli Android danmengambil alih proses pengembangannya sekaligus team

    developer Android. Google menginginkan Android untuk menjadi sistem operasi

    Open Source dan gratis, kebanyakan code Android dirilis di bawah lisensi Open

    Source Apache yang berarti setiap orang bebas untuk menggunakan dan

    mengunduh source code Android. Terlebih lagi para vendor bebas untuk

    mengubah sekaligus membuat penyusuain untuk Android. Di samping itu,

    perusahan dapat secara bebas untuk membuat perbedaan dari produk vendor

    lainya. (Wahana Komputer, 2013)

    2.2.7.1. Fitur-fitur Android

    Android adalah sebuah sistem operasi mobile Open Source dan dapat

    dimanufaktur untuk dikustominasasi sehingga tidak ada konfigurasi yang pasti

  • 18

    mengenai software dan hardware-nya. Akan tetapi, secara garis besar Android

    sendiri mendukung fitur-fitur berikut: (Wahana Komputer 2013).

    Storage: mendukung SQL Lite. SQL Lite adalah sebuah database

    relational lite (versi ringan) yang digunakan untuk penyimpanan

    data.

    Media Support: Dukungan media meliputi file media bertipe:

    H.263, H.264 (Dalam bentuk 3GP atau MP4container), MPEG-4

    SP, AMR, AMR-WB, AAC, HE-AAC, MP3, MIDI, Ogg Vorbis, Wav,

    JPEG, PNG, GIF, dan BMP.

    Dukungan Hardware: sensor accelerometer, Camera, Kompas

    digital, Sensor proximity, dan GPS.

    Multi Touch: Mendukung kemampuan untuk melaksanakan tugas

    secara bersama.

    Flash: Mendukung animasi Flash.

    Lingkungan pengembangan yang komplek, termasuk emulator,

    peralatan debugging, dan plugin untuk Eclipse IDE.

    2.2.7.2. Arsitektur Android

    Dalam memahami mengenai bagaimana cara kerja android, dapat kita

    lihat arsitektur Android yang ditunjukkan pada gambar 2.5.

  • 19

    Gambar 2.5 Arsitektur Sistem Android Sumber (Wahana Komputer 2013)