bab 2 kkp fix

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengawasan Lingkungan Fisik 1. Pengukuran Kadar Debu Debu adalah partikel zat padat yang timbul dari proses industry seperti pengolahan, penghancuran dan peledakan, yang berasal dari bahan organic maupun anorganik. Debu bersifat ringan sehingga akan melayang di udara dan turun karena gaya gravitasi (Ginting: 1992). Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (suspended particulat matter/ SPM) dengan ukuran 1 500 mikron ( Pudjiastuti, 2002) a. Macam macam debu: 1) Debu organic, seperti debu kapas, debu daun daunan, tembakau dan sebagainya 2) Debu mineral, merupakan senyawa kompleks, misalnya SiO2, SiO3, dan arang batu 3) Debu metal yaitu debu yang mengandung unsure logam, seperti Pb, Hg, Cd, arsen b. Sumber partikel debu: Sumber partikel debu ini berasal dari proses alam dan dari limbah. Partikel debu yang berasal dari alam umumnya diperoleh karena erosi, penyemprotan, penumbukan, kebakaran hutan dan letusan gunung berapi. Sedangkan yang berasal dari limbah umumnya merupakan emisi dari cerobong asap industry dan ledakan nuklir (Sastrawijaya, 2010). c. Dampak debu terhadap kesehatan kerja Partikel debu yang bersal dari udara luar, akan masuk ke dalam bagian depan hidung (anterior) yang tidak berbulu (uncilliated), dalam hal ini debu memiliki mekanisme penolakan yaitu reaksi bersin. Partikel diteruskan ke bagian hidung yang lebih dalam yang berambut (Cilliated), di sisni partikel mengalami deposisi (perubahan posisi). Partikel dengan diameter lebih dari 1 mikron ( ) akan mengalami impalsi dan sedimentasi. PArtikel dengan ukuran partikel kurang dari 0,1 mikron ( ) akan mengalami difusi. Setelah mengalami proses tersebut, partikel pada selaput lender (mukosa) hidung diteruskan ke4

5

tenggorokan atas (faring), kerongkongan (Tracheo bronchial) dan akhirnya ke bagian paru yang dalam (alveolar zone). Pada zona ini pertikel akan mengalami phagositosis oleh sel makrofag, mengalami penetrasi (masuk) ke dalam kelenjar limfe, mengalami mekanisme mucocilliar dan dikeluarkan serta merusak endotel dan akhirnya alveolus edema dan rusak (Mukono, 2005) d. Faktor factor yang mempengaruhi timbulnya penyakit akibat debu Menurut Yunus (1997), factor factor yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit / gangguan pada saluran nafas akibat debu antara lain adalah factor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut, sifat kimiawi dan lama paparan. Factor indifidual meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi fisiologi, saluran nafas dan factor imunologi. 2. Pencahayaan a. Pengertian Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. b. Sumber Sumber pencahayaan berasal dari alam yaitu matahari dan buatan yaitu lampu penerangan c. Baku mutu Baku mutu tingkat pencahayaan (Nilai Ambang Batas) tercantum dalam Kepmenkes RI No. 829/MENKES/SK/VII/1999/Tentang Persyaratan

Kesehatan yaitu minimal 60 lux. d. Pengaruh Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga

menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda.

6

e. Pengendalian 1) Teknis : a) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya. b) Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan. c) Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri. d) Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak menggunakan lampu neon. e) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan. f) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

3.

Suhu dan Kelembaban a. Pengertian Suhu adalah tekanan panas di suatu lingkungan kerja merupakan perpaduan antara: Factor iklim: suhu udara, kelembaban, radiasi dan kecepatan angin. Faktor non-iklim : panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi. b. Pengaruh Jika kelembaban relative rendah < 20% dapat menyebabkan kekeringan selaput lendir membran.Jika kelembaban >60% dapat menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Sedangkan suhu jika lebih dari 28C menyebabkan dehidrasi bagi pekerja. c. Pengendalian 1) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m. 2) Bila suhu udara > 280C perlu menggunakan alat piata udara seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll. y Bila suhu udara luar < 180C perlu menggunakan pemanas ruang.

7

y

Bila kelembaban udara ruang kerja > 60 % perlu menggunakan alat dehumidifier.

y

Bila kelmbaban udara ruang kerja < 40 % perlu menggunakan humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol).

d. Baku Mutu Suhu dan Kelembaban Adapun persyaratan suhu dan kelembaban diruangan kerja telah diatur oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu : - Suhu : 18 280C - Kelembaban : 40 % - 60 %

4.

Kebisingan a. Pengertian Kebisingan Kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. Sehingga seberapa kecil atau lembut yang terdengar, jika hal tersebut tidak diinginkan maka akan disebut kebisingan (Setiawan, 2002). Bising dalam kesehatan kerja, dapat diartikan sebgai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (penyempitan spectrum pendengaran), berkaitan dengan factor intensitas, frekuensi, durasi, dan pola waktu. Kebisingan didefinisikan sebgai suara yang tidak dikihendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara suara, music dan sebagainya, atau menyebabkan rasa sakit, atau menghalangi gaya hidup. Jadi kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan ketulian (Buchari, 2007) b. Jenis Kebisingan Menurut Sumamur (1995) jenis-jenis kebisingan yang sering di temukan antara lain: 1) Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekuensi yang luas (steady state.wide band noise), misalnya mesin-mesin,kipas angin, dapur pijar dan lain-lain. 2) Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekuensi sempit (stedy state,narrow band noise)misalnya gergaji sirkuler,katup gas dan lainlain.

8

3)

Kebisingan terputus-terputus (intermittent), misalnya lalu lintas,suara kapal terbang di lapangan udara.

4)

Kebisingan impulsif ( impact or imflusif noise ),seperti tembakan bedil atau meriam, ledakan.

5)

Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

Menurut Buchari ( 2007 ) berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas : 1) Bising yang menggangu ( irritating noice ), intensita tidak terlalu keras. Misalnya, mendengkur. 2) Bising yang menutupi ( Masking noice ) merupakan bunyi yang menutupi pendenganraqn yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain. 3) Bising yang merusak ( damaging/injurious noise ) adalah bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. c. Sumber Kebisingan Menurut Nasri ( 1997 ) sumber kebisingan dapat dilasiikasikan menjadi 3 macam yaitu : 1) Mesin Kebisingan yang ditimbulkan dari aktifitas mesin dapat diakibatkan leh getaran mesin yang disebabkan dudukan atau bantalan mesin yang kurang sempurna dan suara mesin. Kebisingan yang timbul diarea kerja biasanya bersumber dari suara mesin, adanya aliran dalam dengan tekanan tinggi, adanya kebocoran pada pipa atau peredam suara. 2) Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan akibat aktifitas peralatan atau enggunaan peralatan kerja. Suara timbul akibat tumbukan atau benturan peralatan kerja yang pada umumnya terbuat dari benda keras logam. 3) Pergerakan udara, gas, dan Cairan Kebisingan yang ditimbulkan akibat pergerakan dari udara,gas,cairan dalam kegiatan proses industry. Aliran udara dan gas mengakibakan

9

gesekan atau tekanan yang mengakibatkan timbulnya suara atau kebisingan tersebut.

B. Penyediaan Air Minum Air untuk keperluan di kapal sebagian besar berasal dari darat, untuk keperluan di kapal semuanya diambil dari pelabuhan. Air untuk daerah pelabuhan berasal dari: Sumber Umum : misalnya dari PDAM Sumber Khusus : misalnya sumur artesis Konstruksi, keadaan dan pengelolaan suatu system penyediaan air minum harus sedemikian rupa, hingga tidak mungkin terjadi polusi atau kontaminasi (DT.Jen.PPm & PLP Depkes RI, 1989)

1. Prinsip Pengawasan Penyediaan Air Di Pelabuhan Menurut DT.Jen.PPM & PLP Depkes RI, 1989, Air dari sumber tertentu dialirkan melalui suatu system penyaluran khusus di pelabuhan ke bak penampungan (reservoir) dengan perantara pipa pipa penyalur (biasanya dari karet) air dapat dialirkan: - Langsung ke tangki tangki di kapal - Ke perahu air atau tongkang, mobil air atau gerobak air baru ke kapal - Ke tempat tempat pengolahan makanan, wc, urinoir, wastafel Dalam pengawasan hygiene air minum di pelabuhan yang wajib diperhatikan adalah : a. Kualitas air di seluruh sistem distribusi b. Sistem distribusi air di daerah pelabuhan c. Kontruksi dan keadaan reservoir atau menara air, tangki tangki air, bak penampung dan pipa pipa penyalur, serta pemeliharaannya. d. Sanitary Water Handling Practices

2. Pengawasan Terhadap Kualitas Air a. Pemeriksaan Bakteriologis Menurut Permenkes 492 Tahun 2010 Tentang Kualitas Air Minum yaitu kadar E. coli dan Coliform harus 0. Tata cara pemeriksaan bakteriologis yaitu: b. Persyaratan Kualitas Fisik Air Air harus bersih dan tidak keruh

10

-

Tidak berwarna apapun Tidak berasa apapun Tidak berbau apapun Suhu antara 10-25 C (sejuk) Tidak meninggalkan endapan

c. Persyaratan Kimiawi Air Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun Tidak mengandung zat-zat kimia yang berlebihan Cukup yodium PH air antara 6,5 9,2

C. Pengelolaan Sampah Menurut DT.Jen.PPM & PLP Depkes RI, 1989, di setiap pelabuhan harus tersedia fasilitas yang baik untuk pembuagan sampah dan air kotor/kotoran cair (liquid waste) sebagai akibat dari kegiatan dipelabuhan dan di kapal. Selama di pelabuhan, kapal tidak diperkenankan membuang sampah ke dalam laut. Pengumpulan sampah dari kapal dapat dilakukan dengan tongkang tongkang sampah atau mobil mobil sampah (bagi kapal yang sandar) yang mendatangi semua kapal satu kali setiap hari. Oleh pihak kapal, sampah dimasukan kedalam kantong plastic yang kuat setelah diikat rapat, kantong sampah diserahkan kepada pengumpul sampah. Refuse Collection Point Konstruksi harus sedemikian rupa yaitu bagian dasarnya diplester atau diubin. Letaknya cukup jauh dari terminal building, restoran, TPM, dermaga untuk menghindari gangguan lalat, bau busuk dll dan mudah dijangkau Sampah dari kapal, tong sampah di dermaga, gudang gudang atau restoran restoran diangkut dengan kereta sampah ke refuse collection point dengan cara saniter. Dari refuse collection tersebut, sampah diangkut dengan truk truk sampah khusus ke tempat pembuangan sampah umum. Frekuensi pengangkutan tergantung pada kapasitas refuse collection point, sebaiknya setiap hari diangkut.

11

D. Pengelolaan Limbah Menurut DT.Jen.PPM & PLP Depkes RI, 1989, di setiap pelabuhan harus tersedia fasilitas yang baik untuk pembuagan sampah dan air kotor/kotoran cair(liquid waste) sebagai akibat dari kegiatan dipelabuhan dan di kapal.yang harus tersedia adalah

1. Sarana-sarana / fasilitas sanitasi yang cukup untuk : a. b. c. d. Pembuangan sampah Pembuangan kotoran cair atau air kotor Persediaan air cukup untuk kebutuhan umum WC, Urinoir, tempat cuci tangan

2. Sumber Sumber air limbah yaitu dari wc urinoir wastafel, pengilahan mamin, kegiatan kebersihan, air hujan, pertamanan,dll. Air limbah yang berasal dari bangunanbangunan di pelabuhan hendaknya di salurkan melalui saluran/pipa yang tertutup/roil system penyaluran air limbah di buat sedemikian rupa konstruksi dan pemeliharaannya sehinnga tidak terjadi nganguan aliran air limbah.yaitu: dasar selokan di plester dan berbentuk u pemeliharan selokan agar tidak ada genangan air. Aliran air yang cukup lancer mencegah timbulnya bau dan kemungkinan terdapatnya sarang nyamuk (DT.Jen.PPM & PLP Depkes RI, 1989) Air limbah yang berasal dari pelabuhan laut yaitu pembungan kotoran manusia yang berasl dari kapal : a. Selama berada di pelabuhan kapal tidak di perkenannkan membuang kotoran manusia ke dalam laut b. Kapal besar biasanya memiliki retention tanks,membuang kotoran tersebut di laut bebas c. Kapal yang tidak di lengakapi dengan retention tanks,selama kapalnya bersandar di dermaga awak kapal nharus mengunakan wc/urinoir di dermaga.

12

E. Pengendalian Vektor Penyakit 1. Nyamuk a. Daur hidup dan aspek perilaku nyamuk: 1) Tingkatan dalam air (aquatic stadium) a) Telur Telur diletakan di permukaan air oleh nyamuk betina dewasa. Telur akan menetas menjadi larva sekitar 1 2 hari. b) Larva Larva berbentuk seperti cacing yang berbulu. Pada fase pertumbuhan larva, larva dibagi menjadi 2, yaitu instar 1 dan 2 larva kecil dan larva 3 4 larva besar. Larva berubah menjadi pupa sekitar 7 10 hari. c) Pupa Pupa dapat bergerak di dalam air ke atas dan ke bawah. Pupa berubah menjadi nyamuk dewasa sekitar 1 2 hari. b. Tingkatan dewasa di alam bebas Menurut DT.Jen.PPM & PLP Depkes RI, 1989, nyamuk dewasa menghisap darah untuk perkembangbiakan. Biasanya yang menghisap darah adalah nyamuk betina, karena nyamuk betina itu memerlukan darah untuk pertumbuhan telur di dalam ovariumnya. Sedangkan nyamuk jantan hanya berperan pada proses perkembangbiakannya saja. Nyamuk jantan biasanya hanya menghisap sari-sari tumbuhan.

c.

Perilaku Nyamuk Dalam Mendapatkan Darah, yaitu: Ditinjau dari segi waktu : 1) Aktif nocturna yaitu golongan nyamuk yang aktif mencari darah pada malam hari. 2) Aktif diurna yaitu golongan nyamuk yang aktif mencari darah pada siang hari. Di tinjau dari segi tempat : 1) Endophagik yaitu golongan nyamuk yang lebih suka mencari darah di dalam bangunan. 2) Eksophagik yaitu nyamuk yang lebih suka mencari darah di luar bangunan.

13

Ditinjau dari segi sumber darah : 1) 2) Antropophilik yaitu nyamuk yang lebih suka menghisap darah manusia. Zoophilik yaitu nyamuk yang lebih suka menghisap darah binatang.

Di tinjau dari segi tempat hinggap : 1) Endophilik yaitu spesies nyamuk yang lebih suka istirahat atau hinggap di dalam bangunan. 2) Eksophilik yaitu spesies nyamuk yang lebih suka istirahat atau hinggap di luar bangunan.

d. Habitat Nyamuk Daerah yang disenangi nyamuk (habitat nyamuk) adala suatu daerah dimana tersedia tempat beristirahat, adanya hospes yang disukai dan tempat untuk berkembang biak. Nyamuk berkumpul di tempat yang disenangi, kadang kadang terpaksa terbang jauh dari tempat tersebut untuk mencari tempat yang baru( Depkes RI, 2008). Dalam perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tita macam tempat yaitu : 1) 2) 3) Tempat berkembang biak (breeding places) Tempat untuk mendapatkan umpan atau darah ( feeding places) Tempat untuk istirahat (resting places) Nyamuk mempunyai tipe breeding places yang berbeda beda seperti Culex dapat berkembang di sembanrangan tempat air, sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak berlaskan tanah langsung. Mansonia senang berkembang biak di kolam kolam, rawa rawa danau yang banyak tanaman airnya dan Anophelesnya sebagai berikut

(http://www: library.usu.ac.id)

e. Jarak Terbang Nyamuk Pergerakan Nyamuk dari tempat berkembang biak ke tempat istirahat lalu ke tempat hospes dan selanjutnya di tentukan oleh kemampuan terbang nyamuk. Kemampuan terbang nyamuk adalah 100m. Kemampuan terbang nyamuk dipengaruhi oleh kelembaban nisbi uadara> Badan nyamuk yang kecil mempunyai permukaan yang besar oleh karena sistem pernapasan dengan Trachea (Depkes, 2011)

14

2.

Lalat

a. Morfologi Lalat Menurut DT.Jen.PPM & PLP Depkes RI, 1989, tubuh lalat terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala (cephalon), dada (thorax) dan perut( abdomen) . dimana pada tiap bagian tersebut terdapat batas yang jelas. 1) Kepala (Cepahalon) Pada bagian ini terdapat antena, alat-alat mulut, mata majemuk (facet), dan mata tunggal (ocelli) 2) Dada (thorax) Thorax terdiri dari tiga segmen yaitu prothorax, mesothorax, dan metathorax dengan masing-masing sepasang kaki, muka tengah dibelakang kaki (enam kaki). Pada bagian mesothorax terdapat masing-masing sepasang sayap dan terdapat sayap yang rudimeter. Kaki bersegmen dari pangkal ujung yang terdiri dari : coxa, trocanter, femur, tibia, tarsus, dan peta tarsus. Sayap terdiri dari urat sayap (vein) dan sisik( wing scale) . uraturat sayap terdiri dari costa, subcosta, radius, media, cubitus, dan anal. Pinggir sayap terdapat jumpai (frange). 3) Perut (abdomen) Pada umunya perut terdiri dari 10-11 segmen tanpa kaki. Segmen ke8,9,10 membentuk alat-alat genital ( kelamin) . badan serangga dilapisi oleh kulit yang keras yang dinamakan chitin (terbuat dari zat kapur dan zat tanduk) yang berfungsi sebagai rangka luar (eksoskelet). Diantara kulitkulit yang keras dihubungkan dengan lapisan yang lunak dan lentur , sehingga serangga dapat bergerak dengan bebas. Pada kulit terdapat sisik, rambut-rambut, dan duri-duri . lapisan yang mengeras disebut skelerit yang terdiri dari : a) Bagian dorsal ( punggung) disebut tergit b) Bagian ventral ( dada) disebut sternit c) Bagian lateral (samping) disebut pleurit

b. Siklus Hidup lalat Lalat adalah insekta yang mempunyai metamorfosa sempurna dengan stadium telur, larva, kepompong dan stadium dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22 hari , tergantung dari suhu dan nutrisi yang

15

tersedia. Lalat betina umumnya dapat menghasilkan telur pada usia 4-8 hari dengan jumlah 75-150 butir sekali bertelur. Semasa hidupnya, seekor lalat bertelur 5-6 kali. (DT.Jen.PPM & PLP Depkes RI, 1989) 1) Telur Telur diletakkan pada bahan-bahan organic yang lembab (sampah, kotoran,binatang) pada tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari. Telur berwarna putih dan bisa menetas setelah 8-30 jam tergantung dari suhu sekitarnya 2) Larva Pada umumnya larva terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: a) Tingkat I : telur yang jadi menetas , disebut instar I, berukuran panjang 2mm, berwarna putih, tidak bermata, dan berkaki sangat reaktif dan ganas terhadap makanan , setelah 1-4 hari melepas kulit dan keluar instar II b) Tingkat II : Ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu sampai beberapa hari, kulit mengelupas menjasi instar II c) Tingkat III: larva berukuran 12 mm atau lebih , tingkat ini memakan waktu 3-9 hari 3) Pupa ( kepompong) Pada masa ini, jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. Stadium ini berlangsung 3-9 hari. Suhu yang disukai 35 C.

setelah stadium ini selesai , keluar lalat muda melalui celah lingkaran pada bagian anterior. Proses pematangan menjadi lalat dewasa 15 jam . dan setelah itu

siap untuk mengadakan perkawinan. Seluruh waktu yang diperlukan 7-22 hari . tergantung pada suhu setempat , kelembaban dan makanan yang tersedia , umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu

c. Sifat dan Perilaku lalat Lalat mempunyai sifat dan perilaku , diantaranya : 1) Aktif mencari makan disiang hari (diurnal) 2) Bersarang ditempat yang gelap 3) Lalat takut warna biru

16

4) Mulai bertelur pada umur 4-20 hari 5) Mulutnya tidak bisa menggigit/ menusuk tetapi hanya bisa menghisap 6) Seekor lalat betina bertelur 4-5 kali sekali bertelurnya jumlah 100-120 butir 7) Selalu hinggap pada benda yang berbentuk tajam/menyudut seperti kawat, tali jemuran dll 8) Suka hidup pada tempat yang kotor dan penciumannya sangat sensitive terhadap bau 9) Terjadi perkawianan pada hari kedua 10) Tertarik pada cahaya (fototrofik)

d. Pola Hidup Lalat 1) Tempat Perindukan Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, tumbuh tumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk secara kumulatif sangat disenangi oleh lalat larva lalat, sedangkan yang tercecer yang dipakai sebagai tempat berkembang biak. 2) Jarak Terbang Jarak terbang sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia, rata rata 6 9 km. kadang kadang dapat mencapai 19 20 km dari tempat berkembang biak. 3) Kebiasaan Makan Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang satu ke makanan yang lain. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari hari, seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Sehubungan dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makan yang basah, sedangkan makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap. 4) Tempat Istirahat Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit langit, jemuran pakaian, rumput rumput, kawat listrik, serta tempat tempat dengan yang tepi tajam dan permukaannya vertikal.

17

Biasanya tempat istirahat ini terletak berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat berkembang biaknya, biasanya terlindung dari angin. Tempat istirahat biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di atas permukaan tanah. 5) Umur Lalat Pada musim panas, berkisar antara 2 4 minggu. Sedangkan pada musim dingin bisa mencapai 70 hari. 6) Temperature Lalat mulai terbang pada temperature 150C dari aktifitas optimumnya pada temperature 210C. Pada temperatur di bawah 7,50C tidak aktif dan diatas 450C terjadi kematian. 7) Kelembaban Kelembaban erat kaitannya dengan temperatur setempat. 8) Cahaya Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik, yaitu menyukai cahaya. Pada malam hari tidak aktif, dengan adanya sinar buatan. 3.Tikus a. Tikus Secara Umum Menurut Prawirodiharjo (1984) Tikus merupakan salah satu binatang pengerat yang dapat menimbulkan masalah serta gangguan bagi kehidupan manusia. Antara manusia dengan tikus berlangsung hubungan yang saling mempengaruhi dan yang menjadi pokok permasalahan adalah perjuangan untuk ekstensi perebutan makanan dan penyebaran penyakit (kesehatan). Dalam masalah kesehatan, tikus mempunyai andil dalam menularkan beberapa jenis penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, yaitu melalui urine dan faeces tikus yang mengotori / mengontaminasi makanan manusia. Sedangkan secara tidak langsung , yaitu melalui pinjal tikus dimana tikus sebagai binatang perantara penularan penyakit ( vector). Penyakit yang ditimbulkan oleh tikus disebut dengan Rodent Born Diasease. Beberapa jenis penyakit yang dapat timbul dengan adanya tikus yaitu penyakit pes, leptospirosis, salmonellosis, Rat bite fever, dan scrub typhus. Selain itu, tikus juga dapat menimbulkan gangguan yang diakibatkan oleh tingkah laku tikus seperti membuat gaduh pada atap rumah, menimbulkan gangguan kepada pemilik rumah pada waktu istirahat. Tikus juga dapat merusak

18

barang-barang rumah tangga , merusak tanaman padi serta tempat penyimpanan beras. (www. Wikipedia.org)

b. Identifikasi Tikus Secara Morfologi 1. Panjang kepala dan badan, yaitu dari ujung moncong sampai anus (head and body/H&B) 2. Panjang ekor (Tail/T) yaitu dari anus sampai ujung ekor. 3. Panjang telapak kaki belakang yaitu mulai dari ujung tumit sampai ujung kuku (Hindfoot/HF) 4. Panjang telinga, yaitu dari lekukan pada dasar telinga sampai ujung daun telinga (Ear/E) 5. Panjang tengkorak tikus, yaitu mulai dari ujung tonjolan belakang kepala sampai ujung tulang hidung (Skull/SK) 6. Jumlah putting susu (Mamae/M) yaitu beberapa pasang putting depan ditambah bagian belakang 7. Untuk membedakan antara tikus jantan dan tikus betina : a. Jantan : tidak ada mamae dan scrotum (terlihat besar dan jelas) : ada mamae, tidak ada scrotum bagian

b. Betina

c. Tikus muda jantan : jarak kelamin dengan anus dua kali jarak kelamin betina dengan anus 8. Gigi-gerigi a. 2 gigi seri tiap rahang b. Gigi seri berbentuk pahat (selalu aus sehingga perlu diasah) c. Gigi taring tidak ada d. Antara gigi seri dan gigi geraham terdapat celah tanpa gigi yang disebut diastema e. Fungsinya agar bibir-bibir dapat bertemu dibelakang gigi seri,sehingga tikus dapat menggigit terus tanpa memakannya.

c. Ciri-Ciri Tikus Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Adapun ciri-ciri yang sering dijumpai pada habitat rumah , pekarangan , dan gudang dapat dibedakan secara morfologi kuantitatif dan kualitatif antara lain: 1. Rattus-rattus diardii

19

a. Ciri morfologi kualitatif 1. Tekstur rambut agak kasar 2. Bentuk hidung agak kerucut 3. Bentuk badan silindris 4. Warna badan bagian punggung coklat hitam kelabu 5. Warna badan bagian perut coklat hitam kelabu 6. Waran ekor bagian atas coklat hitam 7. Warna ekor bagian bawah coklat hitam b. Ciri Morfologi Kuantitatif 1. Nama daerah : Tikus rumah 2. Habitat 3. H & B 4. T 5. HF 6. E 7. M 2. Rattus norvegicus a. Ciri morfologi kulaitatif 1. Tekstur rambut agak kasar dan agak panjang 2. Bentuk hidung kerucut terpotong 3. Bentik badan silindris, mebesar kebelakang 4. Warna badan bagian badan bagian punggung coklat hitam kelabu 5. Warna badan bagian perut coklat kelabu 6. Warna ekor bagian atas coklat hitam 7. Waran ekor bagian bawah coklat kelabu b. Ciri morfologi kuntitatif 1. Nama daerah : tikus got/ riul atau tikus air 2. Habitat 3. H & B 4. T 5. HF 6. E 7. M : got dan sekitarnya : 140 -240 mm : 80- 115 % : 31- 45 mm : 20-23 mm : 3 + 3 = 12 : Tikus jenis ini biasanya terdapat dirumah - rumah : 125 205 mm : 90-120 % : 31-39 mm : 18-29 mm : 2 + 3 = 10

20

3. Bandicota indica a. Ciri morfologi kulaitatif 1. Tekstir rambut agak kasar dan panjang 2. Bentuk hidung agak kerucut terpotong 3. Bentuk badan silindris, membesar ke belakang 4. Warna badan bagian punggung dan perut hitam 5. Warna ekor bagian atas dan bawah hitam b. Ciri morfologi kuntitatif 1. Nama daerah : wirok hitam atau wirok besar 2. Habitat : gudang pasar, perumahan, pertanaman Padi dan tebu, daerah persawahan 3. H & B 4. T 5. HF 6. E 7. M 4. Mus muculus a. Ciri morfologi kulaitatif 1. Tekstur rambut lembut dan halus 2. Bentuk hidung kerucut 3. Bentuk badan silindris 4. Warna badan bagian punggung dan perut coklat, hitam, 5. Warna ekor bagian atas dan bawah coklat hitam b. Ciri Morfologi Kuantitatif 1. Nama Daerah 2. Habitat 3. H & B 4. T 5. HF 6. E 7. M : Tikus Rumah : Rumah, gudang tempat persediaan makanan : 60 90 mm : 90 120% : 14 17 mm : 11 12 mm : 3 + 2 = 10 kelabu : 200- 300 mm : 80- 105 % : 42 -52 mm : 29 -33 mm : 3 + 3 = 12

21

d. Biologi, Sifat dan Kebiasaan Hidup Tikus Menurut Swastiko Priyambodo (2003), Sifat dan kebiasaan hidup tikus dipelajari untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan agar dapat melakukan pengendalian secara efektif dan efisien. 1) Biologi Tikus a) Reproduksi Tikus 1. Kegiatan tikus meningkat pada umur 2 9 bulan 2. Matang seksual copa, yaitu antara 2 4 bulan 3. Masa hamil singkat, yaitu antara 21 23 hari 4. Satu kali proses beranak selesai 60 hari 5. Masa menyusui selama 4 minggu 6. Terjadi post partum, yaitu timbulnya birahi kembali segera (24 48 jam) setelah melahirkan 7. Dapat melahirkan sepanjang tahun tanpa mengenal musim, yaitu sebagai hewan poliestrus yang penting ada makanan dan lingkungan mendukung 8. Melahirkan keturunan dalam jumlah yang banyak yaitu antara 3 12 ekor dengan rata rata 6 ekor per kelahiran. 9. Selama hidup dapat melahirkan 3 6 kali 10. Umur hidup rata rata 1 tahun 11. Bobot bayi tikus 4,5 6,5 gram 12. Telinganya membuka 14 16 hari 13. Gigi seri bawah muncul 10 hari dan bagian atas muncul 11 hari 2) Kediaman 1. Tikus meninggalkan sarang tidak terlalu jauh 2. Tikus rumah berkeliaran sekitar 10 39 feet dari sarang sedang tikus atap dan nor way sekitar 200 300 feet 3. Mereka kebanyakan meninggalkan sarangnya dalam jarak 20 40 m untuk mencari makanan dan bahan pembuat sarang 4. Biasanya tikus senang dengan tempat tempat dimana terdapat makanan seperti di tempat sampah, lemari cdan selokan serta dapur.

22

3) Lama Usia Tikus Lama hidup seekor tikus rata rata mencapai satu tahun, tikus rumah atau yang hidup di daerah penyimpanan pangan biasanya dapat hidup lebih lama karena dapat mendapat perlindungan 4) Kemampuan Panca Indera Tikus a) Indera Penglihatan 1) Tidak berkembang dengan baik dan buta warna, semua terlihat berwarna kelabu 2) Peka terhadap cahaya sehingga dapat melihat benda dalam keadaan remang remang : 10 meter untuk tikus dan 15 meter untuk mencit 3) Tertarik dengan warna kuning dan hijau terang, yang sebagai warna kelabu 4) Warna merah memudahkan untuk mengendalikan tikus b) Smell (Penciuman) 1) Sangat baik terlihat sering menggerakkan kepala dan berdengus bila membau pakan dan tikus 2) Berguna untuk mencium urine dan sekresi genitalia tikus betina yang sedang birahi dan mencari makan 3) Dapat dimanfaatkan untuk menarik atau mengusir tikus dalam penggunaan umpan (senyawa kimia yang berbau mirip sekresi birahi tikus betina) c) Hearing (Pendengaran) 1) Sangat baik mempunyai dua ouncak pendengaran 2) Frekuensi 40 kHz untuk tikus 3) Frekuensi 20 kHz untuk mencit 4) Suara ultrasonic 100 kHz untuk tikus 5) Suara ultrasonic 90 kHz untuk mencit 6) Suara digunakan untuk komunikasi pada saat berhubungan sex atau berkelahi 7) Anak tikus umur 5 15 hari, frekuensi suaranya 40 65 kHz bila kehilangan induk atau ingin menyusui atau kedinginan 8) Dapat mengusir tikus dengan bantuan suara ultrasonic

23

d) Taste (Perasa) 1) Sangat baik, dapat membedakan rasa pahit, beracun dan rasa tidak enak 2) Dapat menolak umpan, baik makanan maupun minuman. Oleh karena itu, umpan makanan sering tidak mematikan e) Touch (Peraba) 1) Sangat baik, melalui bulu di tubuhnya dan kumis untuk menentukan arah tanda bahaya di dalam kegelapan 2) Kumis dan bulu berguna untuk mengendalikan gerak gerik tikus

e. Kemampuan Fisik Tikus 1) Digging (Menggali) a) Untuk tikus yang bersifat terrestrial (tidak bisa memanjat, ekornya pendek, telapak kakinya kecil dan halus) mampu menggali sampai 50 cm. b) Untuk tikus R norvegicus (tikus riul) bisa menggali sampai 200 cm 2) Climbing (memanjat) a) Untuk tikus R. tiomanicus (tikus pohon)

b) Untuk tikus yang bersifat arboreal (bisa memanjat, ekornya panjang, telapak kakinya besar dan kasar) c) Ekornya berguna sebagai alat keseimbangan pada waktu memanjat

d) Tikus dapat menjatuhkan diri dari ketinggian 15 meter 3) Jumping ( melompat) a) Tikus dapat melompat vertical setinggi 60 90 cm

b) Ratus norvegicus (riul) bisa memanjat secara vertical sampai 77 cm dan mencit 25 cm c) Tikus dapat melompat horizontal sejauh 120 240 cm

d) Rattus norvegicus (riul) dapat meloncat horizontal 240 cm 4) Gnawing (mengerat) a) Gigi tikus sangat panjang dan dapat tumbuh 10 13 cm per tahun

b) Tikus suka mengerat untuk mengasah giginya c) Tikus dapat mengerat barang dengan kekerasan sampai 5,5 skala kekerasan geologi

24

d) Bahan yang dikerat berupa kayu, bangunan, beton, aspal dan lain lain e) Untuk barier (penghalang) dipakai benda yang mempunyai kekerasan 5,5 skala kekerasan geologi 5) Swimming dan Diving (Berenang dan Menyelam) a) Dapat berenang sejauh 80 meter dan sukar dibenamkan

b) Lamanya berenang 50 72 jam dengan suhu 350C c) Kecepatan berenang 1,4 km/jam (tikus)

d) Kecepatan berenang 0,7 km/jam (mencit) e) Kemampuan menyelam 30 detik

f.

Movement (Pergerakan) 1) Tikus selalu berjalan pada jalan yang sama (thigmotaxis) 2) Jalannya tikus selalu searah dinding vertical dan horizontal 3) Pada saat kepepet dapat merubah kebiasaan 4) Jarak tempuh (home range) 30 cm 2 m bila makanan cukup, dapat 700 meter bila tidak tersedia makanan 5) Pergerakan ditujukan untuk mencari makan, minum, hubungan sex dan orientasi kawasan lingkungan sekitarnya 6) Pergerakan tikus berguna dalam meletakkan umpan tikus 7) Waktu makannya pada malam hari (nocturnal) 8) Bila terlihat 1 ekor tikus berarti ada 20 30 ekor yang tidak tampak 9) Tikus dapat meninggalkan sarang 20 40 meter

g.

Perilaku Makan Tikus 1) Tikus memakan segala makanan nabati maupun hewani (omnivora) 2) Kebutuhan makanan 10% dari bobot tubuh untuk pakan kering atau 15% dari bobot tubuh untuk pakan basah 3) Kebutuhan air 15 30 ml per hari 4) Untuk mencit makannya 20% dari bobot tubuh\ 5) Kebutuhan airnya 3 mil per hari 6) Dapat tidak makan selama 2 hari dan tidak minum selama 4 hari 7) Cara makannya dengan mencicipi sedikit, setelah tidak ada reaksi (aman) baru dihabiskan

25

8) Dalam pemberian umpan diberi umpan pembuka untuk memancing tikus memakannya 9) Tikus mudah curiga (neophobia) 10) Tikus haus dan lapar gerakannya ceroboh sehingga mudah ditangkap

h. Kebiasaan tikus 1) Tikus mempunyai kecenderungan untuk menempuh jalur yang sama untuk mencari makanan dan mencari tempat bersarang di kawasan persembunyian yang aman, mempelajari adanya bahaya dan cara cara keluar dari sarang 2) Tikus mempunyai kemampuan mengubah perilakunya, mempunyai

kebiasaan kebiasaan baru guna memulihkan gangguan gangguan dan mencari sumber makanan yang baru atau tempat berlindung

i.

Tanda tanda Keberadaan Tikus Menurut Keman (2005) ada beberapa tanda tanda keberadaan tikus antara lain sebagai berikut : 1) Bekas Gigitannya Bekas gigitan yang ditinggalkan tikus biasanya pada benda yang terbuat dari kayu atau kain, seperti pada pintu, jendela atau bekas bekas kain. 2) Alur Jalan (Run way) Salah satu kebiasaan tikus adalah selalu senang memakai jalan yang sama (jalan antara sarang dan tempat mencari makanan) dan biasanya berjalan searah dengan dinding (baik vertical maupun horizontal). Pada umumnya bekas jalannya (run way) tikus terlihat kotor dan berminyak 3) Lubang Terowongan (Burrows) Biasanya tikus membuat lubang lubang yang berguna untuk jalan masuk ke dalam terowongan di dalam tanah, baik dalam tanah, baik dalam tanah yang terbuka, dekat timbunan sampah, di tepi landasan, dekat gudang gudang yang langsung didirikan di atas tanah maupun di sepanjang tepi selokan. Salah satu contoh adalah tikus jenis Norway rat senang membuat terowongan atau membuat lubang di berbagai tempat. 4) Bekas Gesekan (Rubmark) Segala benda benda yang tersentuh oleh tikus biasanya selalu kotor dan berminyak

26

5) Kotoran (Dropping) Keberadaan feces tikus dapat memberikan ciri apakah tikus tersebut masih terdapat di sekitar tempat itu atau sedah jauh. Biasanya dapat dilihat dari tanda tanda kotoran tikus tersebut, yaitu sebagai berikut : a. Untuk kotoran yang baru bentuknya lembek, mengkilap dan pada umumnya berwarna gelap b. Untuk kotoran yang sudah lama bersifat keras, kering dan pada umumnya berwarna abu abu c. Lampu ultraviolet dengan cahaya biru putih dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan urine tikus, akan tetapi dalam prakteknya hal ini masih sulit untuk dilaksanakan. 6) Bekas Telapak (Track Pat) Bekas kaki tikus dapat dilihat dengan jelas. Jejak kaki yang lama selalu tertutup debu. Kaki belakang tikus mempunyai lima jari kaki. Sedangkan kaki mula mempunyai empat jari kaki. Jejak kaki belakang lebih Nampak dari kaki depan sedangkan ibu jari tidak Nampak\ 7) Tikus Hidup dan Tikus Mati (Life and Death Rat) Untuk dapat melihat tikus pada siang hari merupakan hal yang sulir karena merupakan hewan yang aktif pada malam hari (nocturnal). Namun, jika populasi tikus sedang tinggi pada siang hari pun dapat dijumpai tikus yang aktif mencari makan. Di dalam rumah kadang ditemukan tikus yang telah mati, disamping itu yang hidup sedang berlari lari di dalam rumah. Menunjukkan bahwa dalam rumah di daerah tersebut terdapat tikus. 8) Suara (Voice) Sarang (Nests) Jika terdapat banyak tikus, maka biasanya sering terdengar suara berlari lari dan mencicit di atas rumah, setelah hari gelap atau di kala mereka sedang mencari makan di dalam rumah. 9) Sarang tikus Sarang tikus terletak di dalam lubang pada dinding pada pohon dan tanaman lain. Salah satu hal yang paling sulit dalam mengendalikan tikus adalah jika tikus tersebut bersarang di dalam sumber pakannya.

27

j.

Populasi Tikus Banyak hal yang mempengaruhi populasi tikus. Tetapi sebelum mengetahui factor yang mempengaruhinya terlebih dahulu prinsip dasar dari tikus tersebut : 1. Tikus kebiasaan menghuni berbagai bagian disekitar hunian manusia. Seperti pertanian, sumber bahan makanan 2. Ada kemampuan untuk mendukung kehidupan tikus seperti tempat bersembunyi, sumber makanan dan minuman 3. Untuk mengendalikan populasi tikus tentunya harus menghilangkan suasana mendukung untuk kehidupan tikus a) Populasi tikus dipengaruhi oleh : 1) Population forces Kekuatan yang dapat menetukan kelahiran dan perpindahan tikus dari daerah ke daerah lain 2) Population changes Adanya keseimbangan antara angka kelahiran dan kematian. Adanya persaingan sesama tikus dapat menyebabkan kematian dan perpindahan tikus. 3) Factor pembatas a) Lingkungan fisik Air dan makanan tempat bersembunyi dan iklim ( hangat dan lembab sangat disukai tikus ) b) Predasi dan parasitisme Pengaruh predator (pemangsa) dan parasit seperti manusia anjing, burung, ular, kucing, dll. Parasitisme dilakukan bakteri riketsia spervekate, protozoa dan cacing. c) Persaingan Sesama tikus, seperti tikus selokan dengan tikus atap. Tikus yang paling dominan dapat memangsa dan menggeser tikus yang lemah. d) Sanitasi Lingkungan Sampah dan makanan merupakan tempat yang mengundang tikus bila tidak ditangani dengan baik. Pengaturan perabot yang rapih dan baik dapat mengurangi tempat persembunyian tikus.

28

k. Peran Tikus sebagai Binatang Pengganggu Tikus telah dikenal sebagai binatang pengganggu dan dapat menimbulkan permasalahan dalam kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu : 1. Menimbulkan kerugian ekonomi karena tikus memakan bahan bahan makanan yang digunakan manusia 2. Menimbulkan kerusakan pada perabot rumah tangga dan juga kerusakan pada bangunan atau gudang tempat penyimpanan bahan makanan. 3. Di bidang kesehatan tikus tersebut berperan sebagai tuan rumah perantara beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai Rodent Borne Disease. 4. Selain menimbulkan kerugian, tikus juga menimbulkan berbagai keuntungan diantaranmya : 1. Binatang binatang yang tergolong ordo rodentia ada yang digunakan sebagai sumber protein pada campuran bahan makanan untuk ternak. 2. Binatang binatang dalam ordo rodentia terutama family muridae ada yang dipakai sebagai binatang percobaan di laboratorium 3. Dalam ilmu pengetahuan, dengan adanya binatang yang garis evaluasinya dekat dengan primate yang bentuknya menyerupai tikus atau bajing yaitu tupai glis. Hal ini dapat menggugah para ahli untuk melakukan penelitian dan melindungi kepunahan binatang tersebut. Menurut Swastiko Priyambodo, Aspek kerugian dari keberadaan tikus yaitu tikus yang sering dijumpai pada habitat rumah, pekarangan dan gudang (tempat penyimpanan makanan) adalah ratrus norvegicus, Mus muscullus dan Bandicota Indica. Kerugian yang dirimbulkan oleh keberadaan tikus pada habitat tersebut dapat dibagi atas beberapa kategori berikut : 1) Tikus yang sudah mati menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat menghambat saluran pembuangan air 2) Terbawanya beberapa pathogen seperti bakteri Salmonella sp dan Leptospirosi sp, protozoa Entamoeba hostilitica, tikus kemanusiaan atau hewan peliharaan 3) Kontaminasi pada bahan makanan oleh rambut, faeces dan air seninya 4) Kerusakan bahan bangunan rumah, kantor dan gudang Gradia muris dari

29

5) Berkurangnya sumber bahan makanan di rumah dan gudang makanan. Kerusakan itu diakibatkan karena tikus-tikus jauh lebih besar dari pada yang dikonsumsinya, karena cara makan tikus yang sedikit demi sedikit pada beberapa bagian makanan

l.

Hubungan Tikus dengan Manusia Tikus selalu menyertai manusia pada sebagian besar pada sebagian besar daerah didunia ini . kehadirannya banyak mempengaruhi kesejahteraan hidup manusia ,karena dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan , maupun masalah gangguan. 1. Masalah kesehatan a. b. c. d. e. f. Leptospirosis Salmonelosis Murine typhus Rat bite fever Scrub typhus Penyakit pes

2. Masalah gangguan ( nuisance) Tikus sering kali menimbulkan gangguan, baik dengan bentuk fisiknya maupun oleh aktivitas yang dilakukannya. Gangguan yang ditimbulkan oleh tikus diantaranya adalah gangguan pendengaran, karena suaranya maupun oleh suara yang dihasilkan oleh aktivitasnya. Dipandang dari segi keindahannya, tikus dapat dianggap sebagai binatang yang kotor dan menjijikan, sehingga kehadiran tikus dilingkungan manusia dianggap sebagai binatang yang tidak menarik. Bagi beberapa orang, tikus dapat pula menimbulkan gangguan kejiwaan karena perasaan ngeri dan takut. Juga bau kencing yang disebabkan oleh kencing tikus sering mengganggu indera penciuman.

a) Pinjal Pinjal adalah serangga dari ordo Siphonaptera berukuran kecil (antara 1,5-4 mm), berbentuk pipih dibagian samping (dorso lateral). Kepala-dada-perut terpisah secara jelas. Pinjal tidak bersayap, berkaki panjang terutama kaki

30

belakang, bergerak aktif di antara rambut inang dan dapat meloncat. Serangga ini berwarna coklat muda atau tua, ditemukan hampir di seluruh tubuh inang yang ditumbuhi rambut. Pinjal dewasa bersifat parasitic sedang predewasanya hidup di sarang, tempat berlindung atau tempat-tempat yang sering dikunjungi tikus. Jenis pinjal yang sering menyebabkan penyakit yaitu Xenopsylla cheopis. Xenopsylla cheopis tidak memiliki ctenidia, memiliki ocular bristle di depan mata dan gigitannya dapat menyebabkan radang dan pembesaran limfe berbentuk bubo, dan pes septikemi (www.depkes.go.id,2006). Siklus hidup pinjal, meliputi : 1. Telur Telur biasanya terdapat pada sarang-sarang binatang rumah, pada debu atau kotoran di sela-sela lantai, kadang-kadang di bawah permadani, kerpat atau menempel pada bulu binatang. Bentuk telurnya oval warnanya keabu-abuan, besarnya 0,7x0,4 mm. sekali bertelur pinjal mengeluarkan 48 butir tiap kali sesudah makan. Selama hidupnya seekor pinjal betina dapat bertelur sampai 200 butir. 2. Larva Larvanya tidak bermata dan bermata kaki, bentuknya seperti ulat kecil berwarna kuning atau coklat muda panjang 3-4 mm, bersegmen 10-12. Makanan larva adalah kotoran-kotoran yang terdapat di lantai, di sarangsarang rumah, ada juga yang membutuhkan darah dan ada juga yang makan kotoran dari induknya. Takut pada cahaya dan banyak bergerak. Larva mempunyai umur antara 7-14 hari. 3. Kepompong Sesudah cukup lama menjadi larva, maka akan membentuk cocon yang diliputi oleh benang seperti sutra. Untuk menjadi kepompong stadium ini lamanya 7-100 hari, tergantung dari keadaan lingkungannya. 4. Dewasa Dari telur sampai menjadi pinjal dewasa diperlukan waktu 2 minggu sampai 1 tahun atau lebih. Pinjal jantan maupun betina membutuhkan darah untuk kelangsungan hidupnya dari menghisap paling sedikit dalam satu hari. Umur pinjal dewasa dapat mencapai 1 tahun atau lebih tergantung dari makanannya (www.depkes.go.id. 2006)

31

Pinjal bisa menjadi vector penyakit pada manusia misalnya pes (sampar/plague) dan murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan tikus, yang kadang-kadang juga bisa menginfeksi manusia. Pinjal bisa juga menjadi vector untuk penyakit pes ( kira-kira 60 spesies ). Beberapa species pinjal menggigit dan meghisap dapentingtor terrah manusia. Vector terpenting untuk penyakit pes dan murine typhus ialah pinjal tikus Xenopsylla cheopis. Kuman pes, Pasteurella pestis, berkembang biak dalam tubuh penyakit tikus sehingga akhirnya menyumbat tenggorokan pinjal itu. Kalau pinjal mau menghisap darah maka ia harus terlebih dulu muntah untuk menegeluarkan kuman-kuman pess yang menyumbat tenggorokkannya. Muntah ini masuk dalam luka gigitan dan terjadi infeksi dengan Pasteurella pestis. Pinjal-pinjal yang tersumbat tenggorokannya akan lekas mati. Pada murine typhus bakteri penyebabnya adalah salmonella typhirium dalam feses pinjal yang diletakkan dekat luka gigitan. Dengan gerakan feses dan bakteri masuk dalam luka gigitan dan terjadi infeksi (Devi,2001). Menurut departemen Kesehatan (2006), indeks pinjal dapat dihitung sebagai berikut: Indeks pinjal ratio =

Pengendalian pinjal dapat dilakukan dengan membakar/mencuci atas kandang anjing yang mengandung banyak pinjal dengan sabun dan air panas. Permadani dan lantai bisa dibersihkan dengan vacuum cleaner, dan setelah itu disemprot dengan residual insektisida. Bisa dipakai emulsi atau larutan 0,5-1% lindane, 0,5% diazinon. Kadang-kadang dipakai bubuk 5-10% DDT atau 2-5% malathion. Selanjutnya bisa dilakukan pemberantasan tikus. Terhadap lingkungan hidup dapat digunakan larutan minyak tanah, Diazinon, Lindane 1%, bubuk (1 nertdust), Malathion 10% dan triklofin 1%. Terhadap hewan rumah dapat digunakan bedak (Malathion 10% atau reterion). (Devi,2004)

32

4. Pengendalian Vector dan Binatang Pengganggu a. Desinseksi a) Pengertian Desinseksi Disinseksi yaitu pembasmian serangga yang menjadi vektor penular penyakit dengan menggunakan bahan kimia/pestisida/ insektisida. Di bidang kesehatan, serangga (vektor) yang sudah dikenal antara lain berbagai spesies nyamuk (Aedes aegypti, Anopheles, Culex, Mansonia), lalat, kecoa, pinjal, kutu. Sebagaimana diamanatkan dalam IHR 2005 pasal 24 bahwa alat angkut harus bebas dari sumber penyakit/kontaminasi, termasuk vektor dan reservoirnya. Desinseksi merupakan tindakan penyehatan untuk membasmi serangga vektor penular penyakit, agar tidak terjadi penyebaran ke dalam wilayah Indonesia. b) Sasaran disinseksi Sasaran tindakan desinseksi adalah serangga penular/vektor penular penyakit pada kapal laut dan pesawat udara yang sedang melakukan perjalanan internasional ataupun antar wilayah dalam negeri. c). Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan untuk tindakan desinseksi biasanya berupa bahan kimia pestisida/insektisida berdasarkan kebutuhan dan efektifitas daya basminya terhadap serangga dengan mempertimbangkan faktor keamanan (safety) bagi petugas pelaksana, alat angkut itu sendiri dan lingkungan dimana desinseksi dilaksanakan. d). Persyratan desinseksi 1) Persyaratan insektisida/pestisida yang digunakan : a. Tidak merangsang (non iritan) b. Tidak menimbulkan bau yang kurang sedap c. Tidak menimbulkan resiko yang membahayakan d. Tidak mudah terbakar e. Tidak menimbulkan keracunan pada pemberian berulang-ulang f. Mempunyai insektisidal spektrum luas g. Mudah menyebar ke seluruh ruangan h. Penyimpanan dan penggunaannya mudah 2) Kriteria standar insektisida menurut WHO : a. Kaleng aerosol (aerosol dispenser)

33

b. Tidak mudah terbakar c. Tidak berpengaruh buruk terhadap manusia dan kapal laut dan pesawat udara d. Daya bunuh terhadap terhadap serangga tinggi (acceptable biological performance standard) e. Formulasi standar insektisida/pestisida yang direkomendasikan WHO dalam bentuk aerosol (%) adalah : 1) Pyrethrium extract (25% pyrethrin) 1,6 2) Xylene 3) Odourless petroleum distillate 4) Dychloro flouro methane 5) Trichloro flouro methane 6) DOT technical 7,5 2,9 42,5 42,5 3,0

f. Formula alternatif yang direkomendasikan oleh WHO : 1) Resmethrin (tanpa pelarut) 2,0 Freon 11 dan freon 12 masing-masing 49%` 98 2) Bioresmethrin (tanpa pelarut) 2,0 Freon 11 dan freon 12 masing-masing 49% 98 3) d- Phenotrin (tanpa pelarut) 2,0 Freon 11 dan freon 12 masing-masing 49% 98 4) Permethrin (tanpa pelarut) 2,0 Freon 11 dan freon 12 masing-masing 49% 98 g. Sertifikasi 1) Sertifikasi desinseksi untuk pesaawat udara ada dua macam : a. Sertifikat desinseksi residual (residual disinsection certificate) pesawat udara berlaku selama 2 bulan b. Sertifikat desinseksi non residual (knock down) berlaku untuk 1 kali penerbangan atau sesuai permintaan negara tujuan 2) Sertifikasi desinseksi untuk kapal laut Pemberian sertifikat hapus serangga atau disinseksi hanya berlaku untuk pesawat udara sedangkan sertifikasi hapus serangga untuk kapal laut diterbitkan berupa sertifikat tindakan sanitasi kapal (SSCC) yang berlaku selama 6 bulan

34

3) Sertifiksi untuk badan usaha swasta Izin operasional badan usaha swasta (BUS) yang akan melakukan kegiatan disinseksi di pelabuhan, bandara di keluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari Kantor Kesehatan Pelabuhan setempat b. Fogging Adalah upaya pemberantasan nyamuk dengan menggunakan thermal fog yang menghasilkan asap yang bercampur dengan pestisida. Penyemprotan di dalam/di luar rumah-rumah. Yang di semprot adalah tempat-tempat hinggap/istirahat nyamuk aedes. Yakni bagian-bagian bawah rumah, tempat di bawah meja/tempat tidur, lemari dan lain-lain dan di sekitar sarang-sarangnya (dinding pagar, sampah-sampah dan semak-semak). Insektisida yang digunakan adalah suspensi atau emulsi. Cara terakhir ini disebut perifocal atau premises treatment, dimana kontainer diberi larvasida, dan disekitarnya diberi residual treatment untuk nyamuk dewasa. Penyemprotan harus sedemikian rupa sehingga permukaan-permukaan yang disemprot betul-betul basah (sampai harus menetes). Untuk permukaan yang rata dan vertikal seperti dinding 0,5-2 gr/m2. Siklus penyemprotan tergantung dari : a. b. c. Jenis insektisida Sifat permukaan yang disemprot (rata, tidak rata) Pengaruh iklim Pada tempat-tempat yang terlindung dari pengaruh iklim, residu insektisida atau organophospate dapat efektif 4-5 bulan. Di tempat-tempat yang terkena panas/hujan hanya tahan 1-3 minggu. Perhatian : selama mengadakan penyemprotan lindungilah air minum dan makanan dari kemungkinan kontaminasi.

c. Fumigasi 1. Fumigasi kapal dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan adanya tanda-tanda kehidupan tikus dan atas permintaan pihak kapal (nahkoda/pemilik)

35

2. Apabila hasil pemeriksaan adanya tanda-tanda kehidupan tikus harus diinformasikan kepada pihak kapal (nahkoda/pemilik) bahwa kapal harus difumigasi 3. Apabila atas permintaan pihak kapal, maka harus mengajukan surat permohonan yang ditujukan kepada kepala kantor kesehatan pelabuhan 4. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan membuat SPK untuk BUS (Badah Usaha Swasta) yang ditujukan untuk melakukan fumigasi 5. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan membuat SPK untuk pengawas Kantor Kesehatan Pelabuhan yang akan mengawasi pelaksanaan fumigasi.

F. Hygiene Dan Sanitasi Makanan Menurut KEPMENKES No 1098 Tahun 2003, hygiene adalah upaya

kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu. Misalnya mencuci tangan, mencuci piring, membuuang bagian makanan yang rusak. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah, dll. Tempat pengolahan makanan adalah tempat yang digunakan untuk mengolah bahan makanan mentah menjadi makanan jadi yang siap untuk di sajikan. Misalnya dapur, alat-alat masak, dll.

1.

Persyaratan Hygiene Penyimpanan a. Persyaratan Umum 1) Lokasi :

Sanitasi,

Lokasi,

Bangunan,

Pengolahan

Dan

Jarak jasaboga harus jauh minimal 500 m dari sumber pencemaran, seperti tempat sampah umum, WC umum, bengkel cat dan sumber pencemaran lainnya. Pengertian jauh adalah sangat relatif tergantung kepada arah pencemaran yang mungkin terjadi seperti aliran angin dan air. Secara pasti ditentukan jarak minimal adalah 500 meter, sebagai batas terbang lalat rumah. 2) Bangunan dan fasilitas : 1) Halaman :

36

- Mempunyai papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi. - Halaman bersih, tidak banyak lalat dan tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat hygiene sanitasi, tidak terdapat tumpukan barangbarang yang dapat menjadi sarang tikus. - Pembuangan air kotor (limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya. - Pembuangan air hujan lancar, tidak menimbulkan genangangenangan air.

b. Konstruksi : Bangunan untuk kegiatan jasaboga harus memenuhi persyaratan teknis konstruksi bangunan yang berlaku. Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan. c. Lantai : Permukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin, dan mudah dibersihkan. d. Dinding : Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering /tidak menyerap air dan mudah dibersihkan. Bila permukaan dinding kena percikan air, maka setinggi 2 (dua) meter dari lantai dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak menahan debu dan berwarna terang. e. Langit-langit : Bidang langit-langit harus menutup atap bangunan. Permukaan langitlangit tempat makanan dibuat, disimpan, diwadahi dan tempat pencucian alat makanan maupun tempat cuci tangan dibuat dari bahan yang permukaannya rata mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna terang. Tinggi langit-langit tidak kurang 2,4 meter di atas lantai. f. Pintu dan jendela : Pintu-pintu pada bangunan yang dipergunakan untuk memasak harus membuka ke arah luar. Jendela, pintu dan lubang ventilasi di mana makanan diolah dilengkapi kassa yang dapat dibuka dan dipasang.

37

Semua pintu dari ruang tempat pengolahan makanan dibuat menutup sendiri atau dilengkapi peralatan anti lalat, seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain. g. Pencahayaan : - Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan

pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaanpekerjaan secara efektif. - Di setiap ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci tangan intensitas pencahayaan sedikitnya 10 fc (100 lux) pada titik 90 cm dari lantai. - Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya sedemikian sehingga sejauh mungkin menghindarkan bayangan. h. Ventilasi/ penghawaan : - Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga keadaan nyaman. - Sejauh mungkin ventilasi harus cukup ( 20% dari luas lantai) untuk : a). Mencegah udara dalam ruangan terlalu panas b). Mencegah terjadinya kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-langit. c). Membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan i. Ruangan pengolahan makanan : - Luas untuk tempat pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja pada pekerjaannya dengan mudah dan efisien agar menghindari kemungkinan kontaminasi makanan dan memudahkan pembersihan. - Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan sedikitnya 2 (dua) meter persegi untuk setiap orang bekerja. - Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban, peturasan dan kamar mandi. - Untuk kegiatan pengolahan dilengkapi sedikitnya meja kerja, lemari/ tempat penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung dari gangguan tikus dan hewan lainnya. j. Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan : 1). Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen.

38

2). Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak harus menggunakan larutan Kalium Permanganat 0,02% atau dalam rendaman air mendidih dalam beberapa detik. 3). Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari kemungkinan pencemaran oleh tikus dan hewan lainnya. k. Tempat cuci tangan : 1). Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dengan tempat cuci peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan air kran, saluran pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering. 2). Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan banyaknya karyawan sebagai berikut : 1 10 orang = 1 buah dengan tambahan 1 (satu) buah untuk setiap penambahan 10 orang atau kurang. 3). Tempat cuci tangan diletakkan sedekat mungkin dengan tempat bekerja.

l.

Air bersih : 1). Air bersih harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan

penyelenggaraan jasaboga 2). Kualitas air bersih harus memenuhi syarat sesuai dengan keputusan menteri kesehatan. m. Jamban dan peturasan : 1). Jasaboga : harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi serta memenuhi pedoman plumbing Indonesia. 2). Jumlah jamban harus mencukupi sebagai berikut : Jumlah karyawan : 1 - 10 orang : 1 buah 11 - 25 orang : 2 buah 26 - 50 orang : 3 buah dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 25 orang. 3). Jumlah peturasan harus mencukupi sebagai berikut :

39

Jumlah karyawan : 1 - 30 orang : 1 buah 31 - 60 orang : 2 buah dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 30 orang. n. Kamar mandi 1). Jasaboga harus dilengkapi kamar mandi dengan air kran mengalir dan saluran pembuangan air limbah yang memenuhi pedoman plumbing Indonesia. 2). Jumlah harus mencukupi kebutuhan paling sedikit 1 (satu) buah untuk 1 10 orang dengan penambahan 1 (satu) buah setiap 20 orang.

o.

Tempat sampah : Tempat-tempat sampah seperti kantong plastik/kertas, bak sampah tertutup harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah, namun dapat menghindari kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah. Penanggung jawab jasaboga harus memelihara semua bangunan dan fasilitas/alat-alat dengan baik untuk menghindari kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap makanan, akumulasi debu atau jasad renik, meningkatnya suhu, akumulasi sampah, berbiaknya serangga, tikus dan genangan-genangan air.

2. Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan a. Bahan makanan 1) Bahan yang akan diolah terutama daging, susu, telor, ikan/udang dan sayuran harus baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa, sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi. 2) Bahan terolah yang dikemas, bahan tambahan dan bahan penolong memenuhi persyaratan keputusan Menteri Kesehatan yang berlaku b. Makanan terolah 1). Makanan yang dikemas : - Mempunyai label dan merk - Terdaftar dan mempunyai nomor daftar - Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung

40

- Belum kadaluwarsa - Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan 2) Makanan yang tidak dikemas : Baru dan segar Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur

- .Tidak mengandung bahan yang dilarang 3) Makanan jadi Makanan tidak rusak, busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau, berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya pengotoran lain Memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku Angka kuman E. Coli pada makanan harus 0/gr contoh makanan Angka kuman E. Coli pada minuman harus 0/gr contoh minuman Jumlah kandungan logam berat residu pestisida, tidak boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku. (KEPMENKES No 1098 Th 2003) 3. Persyaratan Hygiene Sanitasi Pengolahan Makanan a. Tenaga/karyawan pengolah makanan - Memiliki sertifikat hygiene sanitasi makanan. - Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter - Tidak mengidap penyakit menular seperti typhus, kolera, tbc dan lainlain atau pembawa kuman (carrier) - Setiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan yang berlaku b. Peralatan yang kontak dengan makanan - Permukaan utuh (tidak cacat) dan mudah dibersihkan - Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam yang lazim dijumpai dalam makanan - Bila kontak dengan makanan, tidak mengeluarkan logam berat beracun yang membahayakan yaitu : 1). Timah hitam (Pb) 2). Arsenikum (As) 3). Tembaga (Cu) 4). Seng (Zn)

41

5). Cadmium (Cd), dan 6). Antimon (Stibium) - Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang menutup sempurna - Kebersihannya ditentukan dengan angka kuman sebanyak-banyaknya 100/cm3 permukaan dan tidak ada kuman E. coli c. Cara pengolahan : - Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. - Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan : 1). Sarung tangan plastik sekali pakai 2). Penjepit makanan 3). Sendok garpu - Untuk melindungi pencemaran terhadap makanan digunakan : 1). Celemek/apron 2). Tutup rambut 3). Sepatu dapur 4. Persyaratan Hygiene Sanitasi Penyimpanan Makanan a. Penyimpanan bahan mentah : 1). Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut : Tabel 2.1 Suhu Penyimpanan Bahan Mentah

KEPMENKES RI NO. 715/MENKES/SK/V/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasa Boga b. Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm c. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80 90% 2). Penyimpanan makanan terolah :

42

Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu + 10oC 3). Penyimpanan makanan jadi : a. Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan. b. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5oC atau lebih atau disimpan dalam suhu dingin 4oC atau kurang. c. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) disimpan dalam suhu 5oC sakkmpai 1oC. 4). Cara penyimpanan makanan : a. Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut : Jarak makanan dengan lantai : 15 cm Jarak makanan dengan dinding : 5 cm Jarak makanan dengan langit-langit : 60 cm b. Tidak tercampur antara makanan yang siap untuk dimakan dengan bahan kkpmakanan mentah.