35
5 BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh masyarakat. Rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat cocok dinikmati di berbagai kesempatan. Meskipun jenis manisan buah yang umum dipasarkan ada bermacam-macam bentuk dan rasanya, namun sebenarnya dapat dikelompokan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Golongan pertama adalah manisan basah dengan larutan gula encer (buah dilarutkan dalam gula, contohnya adalah jambu, manga, salak, dan kedondong) 2. Golongan kedua adalah manisan larutan gula kental menempel pada buah. Manisan jenis ini adalah pala, lobi-lobi, dan ciremai 3. Golongan ketiga adalah manisan kering dengan gula utuh (sebagai gula tidak larut dan menempel pada buah) Buah yang sering digunakan adalah buah mangga, kedongdong, sirsak dan pala 4. Golongan keempat adalah manisan kering asin karena unsur dominan dalam bahan adalah garam. Jenis buah dibuat adalah jambu biji, manga, belimbing, rosella, buah pala. Manisan kering adalah produk olahan yang berasal dari buah-buahan dimana pemasakannya menggunakan gula kemudian dikeringkan. Produk ini mempunyai beberapa keuntungan diantaranya: bentuknya lebih menarik, lebih awet, volume serta bobotnya menjadi lebih kecil sehingga memudahkan pengangkutan. Buah-buahan yang biasa digunakan untuk membuat manisan kering adalah jenis buah yang lunak seperti buah papaya, sirsak, tomat, dan lainnya. Secara umum pembuatan manisan terdiri dari tahap pemotongan/penusukan buah, perendaman, pencucian, perebusan, pemasakan dengan gula hingga penjemuran

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2... · larutan gula.Pada cara modern, penggulaan dilakukan lebih dari satu tahap

  • Upload
    lytu

  • View
    222

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

5

BAB 2

LANDASAN PERANCANGAN

2.1 Tinjauan Umum

Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh

masyarakat. Rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat cocok

dinikmati di berbagai kesempatan. Meskipun jenis manisan buah yang umum dipasarkan

ada bermacam-macam bentuk dan rasanya, namun sebenarnya dapat dikelompokan

menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Golongan pertama adalah manisan basah dengan larutan gula encer (buah

dilarutkan dalam gula, contohnya adalah jambu, manga, salak, dan kedondong)

2. Golongan kedua adalah manisan larutan gula kental menempel pada buah.

Manisan jenis ini adalah pala, lobi-lobi, dan ciremai

3. Golongan ketiga adalah manisan kering dengan gula utuh (sebagai gula tidak

larut dan menempel pada buah) Buah yang sering digunakan adalah buah

mangga, kedongdong, sirsak dan pala

4. Golongan keempat adalah manisan kering asin karena unsur dominan dalam

bahan adalah garam. Jenis buah dibuat adalah jambu biji, manga, belimbing,

rosella, buah pala.

Manisan kering adalah produk olahan yang berasal dari buah-buahan dimana

pemasakannya menggunakan gula kemudian dikeringkan. Produk ini mempunyai

beberapa keuntungan diantaranya: bentuknya lebih menarik, lebih awet, volume serta

bobotnya menjadi lebih kecil sehingga memudahkan pengangkutan. Buah-buahan yang

biasa digunakan untuk membuat manisan kering adalah jenis buah yang lunak seperti

buah papaya, sirsak, tomat, dan lainnya. Secara umum pembuatan manisan terdiri dari

tahap pemotongan/penusukan buah, perendaman, pencucian, perebusan, pemasakan

dengan gula hingga penjemuran

6

2.1.1 Sumber Data

Merupakan sumber data yang didapatkan melalui buku, artikel maupun data

online dari website yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas serta wawancara

dengan berbagai narasumber. Data dan informasi yang digunakan, diantaranya :

2.1.1.1 Wawancara Narasumber

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung Bpk. Guntur Wiyo

Gouw selaku pemilik Pusat Oleh-Oleh Cirebon Pangestu sehingga

mendapatkan data yang akurat dari data yang diperlukan.wawancara dilakukan.

2.1.1.2 Literatur

Pengumpulan data dilakukan dengan pencarian bahan melalui artikel dan

literatur dari media elektronik seperti internet untuk mencari data tambahan yang

tidak di dapat dalam proses wawancara.

a. IPB (2010). Kesehatan pangan Manisan Buah-buahan (8-10-2010) from

:http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/.pdf

b. Donita(2011). Cara Membuat Manisan Buah. (4-9-2011) from :

http://teknologi--tepat-guna.blogspot.com/

c. Riwan Kusmiadi.(2012).Manisan Buah (05-19-2012) from:

http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php

2.1.1.3 Survey Lapangan

Survey dilakukan pada 2 tempat, seperti :

a. Survey mengunjungi tempat pembuatan manisan buah di Cirebon dan

mewawancarai beberapa karyawan disana.

b. Survey ke masyarakat untuk mewawancarai masyarakat dengan

pertanyaan seputar manisan dan menyebarkan kuisioner

2.1.1.4 Hasil Survey

Penulis melakukan survey dengan membagikan kuisioner kepada 218 orang

responden untuk mengetahui minat dan respon masyarakat terhadap manisan

buah Cirebon dan pengaruh kemasan.

7

a. Gender

Gambar 2.1. Hasil Survey Gender Responden

b. Usia

Gambar 2.2. Hasil Survey Usia Responden

8

c. Tempat Tinggal

Gambar 2.3. Hasil Survey Tempat Tinggal Responden

d. Status Pekerjaan

9

Gambar 2.4. Hasil Survey Status Pekerjaan Responden

e. Apakah anda tahu tentang manisan buah?

Gambar 2.5. Hasil Survey Pengetahuan Responden Tentang Manisan Buah

f. Manisan buah apa yang biasanya anda makan?

10

Gambar 2.6. Hasil Survey Manisan Buah yang Biasa Dikonsumsi Responden

g. Dimana anda biasanya mendapatkan manisan buah?

Gambar 2.7. Hasil Survey Tempat Responden Mendapat Manisan Buah

h. Apa alasan membeli manisan buah?

11

Gambar 2.8. Hasil Survey Alasan Responden Membeli Manisan Buah

i. Tertarikah anda mencoba manisan buah?

Gambar 2.9. Hasil Survey Ketertarikan Responden Mencoba Manisan Buah

12

j. Alasan mengkonsumsi manisan buah?

Gambar 2.10. Hasil Survey Ketertarikan Responden Mencoba Manisan Buah

k. Menurut anda apakah design kemasan manisan buah sekarang ini

cukup baik?

13

Gambar 2.11. Hasil Survey Pendapat Responden Tentang Kemasan Manisan

Buah

l. Menurut anda, apakah bentuk dan desain kemasan berpengaruh

pada keputusan anda dalam membeli produk makanan / minuman?

Gambar 2.12. Hasil Survey Responden Tentang Pengaruh Desain Kemasan

Pada Keputusan Pembelian

m. Ketika membeli produk, hal apa yang pertama kali menarik

perhatian anda?

14

Gambar 2.13. Hasil Survey Responden Tentang Ketertarikan Membeli Produk

n. Kemasan manisan seperti apakah yang ada di benak anda?

Gambar 2.14. Hasil Survey Tentang Kemasan Manisan yang Ada di Benak

Responden

2.1.2 Sejarah Manisan

15

Manisan buah adalah buah-buahan yang direndam dalam larutan gula selama

beberapa waktu. Manisan biasanya dimakan sebagai hidangan pelengkap untuk

merangsang nafsu makan. Teknologi membuat manisan merupakan salah satu cara

pengawetan makanan yang sudah diterapkan sejak dahulu kala. Perendamanan manisan

akan membuat kadar gula dalam buah meningkat dan kadar airnya berkurang. Keadaan

ini akan menghambat pertumbuhan mikroba perusak sehingga buah akan lebih tahan

lama.

Pada awalnya manisan dibuat dengan merendam pada larutan gula hanya untuk

mengawetkan. Ada beberapa buah yang hanya dipanen pada musim-musim tertentu.

Saat musim itu, buah akan melimpah dan kelebihannya akan segera membusuk apabila

tidak segera dikonsumsi. Untuk itu manusia mulai berpikir untuk mengawetkan buah

dengan membuat manisan. Manisan juga dibuat dengan alasan memperbaiki cita rasa

buah yang tadinya masam menjadi manis. Setelah berkembang menjadi komoditas,

manisan mulai diolah dengan berbagai tambahan bahan, seperti pemutih, pengenyal,

pengering, atau gula buatan. Manisan merupakan salah satu metode pengawetan produk

buah-buahan yang paling tua, dan dalam pembuatannya menggunakan gula, dengan cara

merendam dan memanaskan buah dalam madu.

2.1.3 Proses Pembuatan Manisan

Untuk membuat manisan yang berkualitas perlu memperhatikan beberapa hal,

seperti bahan yang digunakan, bumbu, peralatan, dan wadah yang digunakan. Selain itu

perlu diperhatikan juga metode yang dilakukan seperti penirisan, penjemuran, dan

penyimpanan. Dengan pembuatan yang benar, manisan yang diperoleh akan renyah,

tidak getir atau sepat, dan memberi sensasi nikmat bagi yang makan.

2.1.3.1 Bahan-Bahan dan Bumbu

Bahan-bahan pembuatan manisan yang baik adalah sebagai berikut:

a. Bahan yang digunakan dipilih yang baik kualitasnya, agar hasil manisan

tidak keriput.

b. Buah yang digunakan tidak terlalu muda ataupun terlalu tua, tidak

mengandung banyak serat serta tidak berulat dan tidak ada cacat.

16

c. Buah yang digunakan dicuci terlebih dahulu dari kotoran yang ada.

Proses pembuatan manisanpun dapat menggunakan berbagai macam bahan

untuk pengawetannya, diantaranya:

a. Garam

Garam yang digunakan adalah garam meja, garam bata, atau garam

beriodium, serta tidak mengandung vetsin karena akan menghambat proses

pengawetan.

b. Gula

Gula yang digunakan sebaiknya berwarna putih agar hasil manisan tidak

berubah warna menjadi lebih gelap. Pada produk manisan buah, jumlah gula

yang digunakan tergantung pada jenis dan varietas buah ataupun selera individu

sendiri. Gula yang ditambahkan dapat berupa bentuk kering ataupun sirup

dengan konsentrasi tertentu.

Apabila gula ditambahkaan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang

tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi

tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (Aw) dari

bahan pangan berkurang. Produk-produk pangan berkadar gula tinggi cenderung

rusak oleh khamir dan kapang, yaitu kelompok mikroorganisme yang relative

mudah rusak oleh panas (seperti dalam pasteurisasi) atau dihambat oleh hal-hal

lain.

Konsentrasi yang cukup tinggi (70%) sudah dapat menghambat pertumbuhan

mikroba, akan tetapi pada umumnya gula dipergunakan dengan salah satu

tekhnik pengawetan lainnya misalnya dikombinasikan dengan keasaman yang

rendah, pasteurisasi, penyimpanan pada suhu rendah, pengeringan, pembekuan

dan penambahan bahan kimia seperti SO2 , asam benzoat dan lain-lain. Bahan

pangan yang mempunyai kadar gula yang tinggi berarti mempunyai Aw rendah.

c. Cuka

17

Bila digunakan cuka, gunakan yang kadar keasamannya 5% saja agar tidak

terlalu asam.

d. Air Kapur Sirih

Air kapur sirih digunakan untuk memberi tekstur renyah pada

manisan. Sebelum direndam dalam air gula, buah direndam dalam air kapur

sirih terlebih dahulu. Setelah dibilas hingga bersih agar sisa kapur sirih tidak

menempel.

e. Larutan CaCl2

CaCl2 merupakan elektrolit kuat yang mudah larut dalam air. Garam

kalsium yang bisa digunakan selain CaCl2 adalah Ca-laktat, Ca-sitrat dan

Ca-hidroksida. Ion kalsium juga dapat memperkuat tekstur dan mencegah

browning enzimatis karena ion kalsium bereaksi dengan asam amino

sehingga menghambat reaksi pencoklatan.

Pada buah yang masih muda, banyak mengandung senyawa

protopektin yang berfungsi sebagai penguat lamella tengah dan membran sel.

Protopektin tersebut merupakan makromolekul yang tersusun dari polimer

asam galakturonat, banyak kalsium dan magnesium.

Tekstur produk hasil pengeringan dapat diperbaiki dengan melakukan

perendaman dalam garam kalsium yang dapat mengeraskan jaringan produk.

Ada 2 macam enzim pemecah pektin yang terdapat pada jaringan buah yang

telah masak, yaitu esterase dan poligalakturonase, yang aktivitasnya

meningkat selama proses pematangan buah.

Proses pengolahan, pemanasan atau pembekuan dapat melunakkan

jaringan sel tanaman tersebut, sehingga produk yang diperoleh mempunyai

tekstur yang lunak. Ion kalsium akan berikatan dengan pektin membentuk

Ca-Pektat/Ca Pektat yang tidak larut dalam air dan menghasilkan tekstur

yang keras.

18

Pengaruh kekerasan oleh ion kalsium disebabkan terbentuknya ikatan

menyilang antara ion kalsium divalent dengan polimer senyawa pectin yang

bermuatan negatif yaitu pada gugus karboksil asam galakturonat, bila ikatan

menyilang ini terjadi dalam jumlah besar maka akan terjadi jaringan molekul

yang melebar. Adannya jaringan tersebut akan mempengaruhi daya larut

senyawa pektin dan akan semakin kokoh dari pengaruh mekanis.

f. Bumbu Tambahan

Bumbu tambahan yang digunakan, seperti cabai merah, cengkeh, atau kayu

manis sebaiknya masih baru agar tidak mengganggu cita rasa manisan. Dalam

pembuatan, bumbu dibungkus dengan sepotong kain agar tidak mengotori air

rendaman dan tidak mengganggu warna hasil akhir manisan. Bahan pengawet

tidak perlu digunakan apabila manisan disimpan dalam tempat yang bersih dan

sesuai.

2.1.3.2 Peralatan dan Wadah

Peralatan yang digunakan untuk membuat manisan adalah panci, pengaduk, toples.

Panci dan sendok dibuat dari bahan baja antikarat, email, atau kayu. Peralatan yang

terbuat dari besi atau logam dapat meracuni dan mengubah warna manisan karena akan

bereaksi dengan cuka yang ditambahkan atau zat asam yang terdapat dalam buah

Wadah yang digunakan tertutup, telah dibersihkan dari lemak dan telah disterilkan.

Pastikan adah tidak retak dan dapat tertutup rapat.

2.1.3.3 Metode

Sebelum direndam, manisan dipilih dahulu yang berkualitas dan dicuci. Pada

beberapa buah dilakukan pengupasan dan pemotongan terlebih dahulu. Pada buah yang

memiliki daging tebal juga dapat dilakukan pelubangan untuk membantu meresapkan

larutan gula.Pada cara modern, penggulaan dilakukan lebih dari satu tahap.

Proses perendaman dalam larutan gula ada 2 cara, yaitu cara lambat dan cepat.

Pada cara lambat, perlakuan perendaman dalam larutan gula memerlukan waktu lama.

Konsentrasi gula awalnya 30% dan buah direndam selama 24 jam konsentrasi gula

19

ditingkatkan menjadi 40% dan buah direndam lagi selama 24 jam. Demikian seterusnya

hingga konsentrasi gula mencapai 70%. Pada konsentrasi gula tinggi buah direndam

selama 3 minggu dan kemudian buah di keringkan.

Pada perendaman dalam larutan gula dengan cara cepat, pelaksanaanya

dapat disingkat menjadi beberapa jam saja dengan mempertahankan larutan

gula pada suhu 140-1500F (60-650C). Kenaikan konsentrasi gula dilakukan

setiap 3-4 jam sekali sampai mencapai konsentrasi kira-kira 68.

Penirisan dilakukan menggunakan ayakan yang terbuat dari bambu atau

aluminium. Setelah ditiriskan, buah dibiarkan beberapa lama untuk

memastikan sisa-sisa air tidak tersisa pada buah. Untuk manisan kering, air

gula terakhir yang digunakan juga ditiriskan, sedangkan untuk manisan basah

tidak.

Metode penjemuran dilakukan untuk beberapa manisan kering.

Penjemuran yang baik dilakukan dengan sinar matahari, sambil dibalik-balik

agar keringnya merata. Setara dengan itu manisan juga dapat dipanggang pada

oven sebelum dimasukkan ke wadah. Penyimpanan manisan pada umumnya

adalah di lemari es. Manisan diletakkan pada wadah yang kedap udara dan

tertutup rapat, atau dikemas dalam plastik yang kedap udara.

2.1.4 Data Perusahaan

2.1.4.1 Sejarah Perusahaan

Pangestu sendiri merupakan pusat oleh-oleh di Cirebon yang berdiri pada

tahun 1992. Berlokasi pertama kali di Pangestu pertama kali di kios pasar pagi di

kota Cirebon, kini pangestu telah melebarkan sayapnya dengan memiliki 3

cabang utama Pangestu. Dengan jerih payah sang pemilik, Bp. Guntur Wiyo

Gouw dan Ibu Debby, toko ini dapat berkembang dengan pesat. Dengan metode

Home Production (Produksi di Rumah/Produksi sendiri), Toko Pangestu dapat

menghasilkan produk-produk yang diakui "Produk Unggulan" yang inovatif dan

beragam. Pemasaran produk-produk dari Toko Pangestu pun telah menyebar

20

hingga Bandung, dan Jakarta. Hingga saat ini, Toko Pangestu masih ingin

menyebarluaskan pemasarannya tidak hanya di Indonesia namun juga tidak

menutup kemungkinan untuk memasarkan produk-produk Pangestu ke

mancanegara.

2.1.4.2 Produksi dan Pemasaran

Salah satu produk yang diminati dari Pangestu ialah manisan buah. Produk ini

cukup menjadi produk incaran konsumen yang membeli untuk dikonsumsi sendiri atau

juga membeli untuk oleh-oleh. Sama seperti kebanyakan produk dari Pangestu, manisan

buah Pangestu ini juga dibuat dengan cara home industry. Bahan-bahan buah yang

digunakan diperoleh dari perkebunan masyarakat dan para petani mitra binaan.

Proses pengolahan manisan buah cukup mudah dengan menggunakan prinsip

penggulaan. Tahapan–tahapan proses pembuatannya cukup mudah yaitu: sortasi,

trimming, pengecilan ukuran, perendaman Ca(OH)2, dan penambahan bahan tambahan,

perendaman larutan gula(secara bertahap), dan pengemasan.

a. Sortasi dan pencucian

Sortasi adalah memilih hasil panen yang telah dilakukan untuk

membedakan hasil panen yang baik dan hasil panen yang jelek. Untuk

mendapatkan kualitas dari keseragaman bahan makanan yang akan dikemas,

diperlukan tahap pemilihan (sortasi dan grading) dari bahan yang terlalu

muda atau tua, bahan yang rusak, bahan yang terkena serangan hama atau

serangga. Bahan harus dipisah-pisahkan menurut ukuran dan kemasakannya.

Bahan yang terlalu besar ukurannya dan bervariasi dapat diseragamkan

dengan cara pemotongan atau memperkecil ukurannya agar lebih seragam,

hal ini dapat mengefisiensikan proses sterilisasi dan lebih meningkatkan daya

tarik konsumen.

Pencucian, akan mengurangi atau menghilangkan bahan-bahan sejenis

malam (lilin) yang melapisi kulit pada buah-buahan, untuk menghilangkan

kotoran yang melekat pada bahan yang dapat menunjukkan adanya populasi

mikroorganisme, untuk menghilangkan adanya sisa-sisa insektisida.

Pencucian menggunakan air yang bersih dan mengalir.

21

b. Trimming dan pengecilan ukuran

Trimming yaitu membuang bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti

pemisahan daun, kelobot, polong, bagian-bagian yang cacat, memar atau

terpotong, bagian-bagian yang tidak dapat dimakan seperti biji, kulit, dan

lain-lain. Pemotongan buah menjadi lebih kecil sesuai standar/selera

konsumen dan gula dapat lebih meresap ke dalam jaringan buah. Bagian

buah yang tidak dapat dimanfaatkan seperti biji dan bagian tengah buah (hati)

dibuang.

c. Perendaman Ca(OH)2

Potongan buah direndam dalam air kapur sirih 10 % (10 g/liter) dan

garam 10 % (10 g/liter) selama 1-2 jam. Takaran yang digunakan untuk 10

kg buah, air yang digunakan 5-6 liter (sampai semua bagian buah terendam),

kapur sirih 1-2 sendok makan/ liter air, garam dapur 3-4 sendok makan/ liter

air. Hal ini bertujuan untuk memperkuat tekstur buah pada perlakuan

selanjutnya.

d. Pemblansingan

Blanching merupakan suatu cara pemanasan pendahuluan pada sayur-

sayuran dan buah-buahan dalam air panas atau uap air. Tujuan blanching

terutama untuk menginaktifkan enzim diantaranya enzim peroksidase dan

katalase. Kedua jenis enzim ini paling tahan terhadap panas. Disamping

menginaktifkan enzim-enzim, perlakuan blanching bertujuan untuk

membersihkan bahan dari kotoran dan mengurangi jumlah bakteri dalam

bahan; memperluas bahan, memudahkan pengisian bahan ke dalam wadah;

mengeluarkan gas-gas yang terdapat dalam ruang sel-sel; memantapkan

warna buah dan tekstur bahan menjadi lebih baik. Suhu blanching biasanya

mencapai 82C-93C selama 3–5 menit.

e. Perendaman larutan gula

Gula mampu memberi stabilitas mikroorganisme pada suatu produk

makanan jika diberikan dalam konsentrasi yang cukup. Hal ini umum bagi

gula yang dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetan

22

bahan pangan. Potongan buah kemudian direndam dalam larutan gula 50 %

(500 g gula dilarutkan dalam 1 liter air yang telah masak dan disaring).

Lamanya proses rendaman ini tergantung jenis manisan dan buah yang

digunakan bisa 1-2 hari. Perendaman ini bertujuan agar cairan gula dapat

meresap ke dalam jaringan buah.

Proses perendaman dalam larutan gula ada 2 cara, yaitu cara lambat dan

cepat. Pada cara lambat, perlakuan perendaman dalam larutan gula

memerlukan waktu lama. Konsentrasi gula awalnya 30% dan buah direndam

selama 24 jam konsentrasi gula ditingkatkan menjadi 40% dan buah

direndam lagi selama 24 jam. Demikian seterusnya hingga konsentrasi gula

mencapai 70%. Pada konsentrasi gula tinggi buah direndam selama 3 minggu

dan kemudian buah di keringkan. Pada perendaman dalam larutan gula

dengan cara cepat, pelaksanaanya dapat disingkat menjadi beberapa jam saja

dengan mempertahankan larutan gula pada suhu 140-1500F (60-650C).

Kenaikan konsentrasi gula dilakukan setiap 3-4 jam sekali sampai mencapai

konsentrasi kira-kira 68%. Konsentrasi yang cukup tinggi (70%) sudah dapat

menghambat pertumbuhan mikroba, akan tetapi pada umumnya gula

dipergunakan dengan salah satu teknik pengawetan lainnya. Misalnya

dikombinasikan dengan keasaman yang rendah, pasteurisasi, penyimpanan

pada suhu rendah, pengeringan, pembekuan dan penambahan bahan kimia

seperti SO2, asam benzoat dan lain-lain. Bahan pangan yang mempunyai

kadar gula yang tinggi berarti mempunyai Aw rendah

f. Penjemuran

Setelah proses pembuatan selesai, manisan yang telah dilarutkan dalam

larutan gula akan dikeringkan dibawah sinar matahari. Tujuannya agar

larutan gula dapat menyerap dan mengurangi massa air yang terkandung

dalam buah dan akibat perendaman larutan gula. Pengeringan dibawah sinar

matahari ini juga bertujuan untuk membunuh mikroba yang masih menempel

pada proses pembuatan manisan. Pada proses penjemuran, manisan di taruh

satu persatu berjejeran guna memantapkan proses pengringan setiap

potongan buah.

23

g. Pengemasan

Setelah proses pembuatan selesai, manisan dimasukkan ke dalam wadah.

Manisan dapat tahan lama dalam jangka waktu yang relatif lama apabila

dikemas dengan baik. Kemasan yang umum digunakan untuk wadah manisan

adalah gelas jar dan tertutup rapat, plastik PE, PP dan Polistiren.

Pengemasan bertujuan untuk melindungi produk dan memudahkan

penanganan dalam penyimpanan transportasi dan pemasaran. Perlakuan-

perlakuan ini bertujuan agar kotoran atau bagian yang tidak dikehendaki

dapat hilang, agar ruang pendingin dimanfaatkan secara efisien, agar

perlakuan dingin dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dingin dari

produksinya

h. Pemasaran

Proses pemasaran Pangestu sendiri masih menggunakan cara konvensional

yaitu dengan distribusi langsung: di store Pangestu dan consignment ke toko-

toko lain di seluruh Indonesia. Masi rendahmya sistem manajemen Pangestu

menjadi hambatan dalam melakukan pemasaran hingga keluar negri.

2.1.5 Data Produk

2.1.5.1 Logo

Gambar 2.15. Logo Pangestu

24

Produk Pangestu menggunakan logo utama seperti gambar diatas, logo

tersebut memiliki filosofi bentuk perahu dimana layarnya dibuat menyerupai

huruf P yang merupakan inisial pangestu sendiri. Penggunaan garis yang miring

kekanan atas menunjukan harapan dimana nantinya karir Pangestu ini terus

menanjak. Pangestu sendiri memiliki arti dalam Bahasa Sunda yang berarti baik

atau selamat.

2.1.5.2 Karakteristik Produk

Produk manisan Pangestu dijual dalam 4 varian berbeda, 100gram,

200gram, dan 500 gram. Manisan ini telah dipasarkan di store-store Pangestu

dan melalui consigment ke seluruh toko di Indonesia. Bahan baku berasal dari

kebun masyarakat dan petani binaan. Produk yang paling banyak di minati

adalah manisan Mangga. Dengan pemilihan bahan baku yang berkualitas dan

tanpa pengawet.

2.1.5.3 Target Konsumen

a. Demografi

a) Usia : 20 - 40 tahun

b) Jenis kelamin : Wanita dan Pria

c) Pekerjaan : Remaja, Pelajar, Mahasiswa/i, Pekerja Kantoran,

Wiraswastawan/i

d) Pendidikan : Sekolah Menengah Atas

e) Kelas ekonomi : B - A

b. Geografi

a) Domisili : Perkotaan

b) Kepadatan : Pusat Kota

c) Iklim : Tropis.

c. Psikografi

25

a) Pria dan Wanita yang menyukai buah sebagai hidangan camilan

b) Tertarik pada buah-buahan tropis

c) Kondisi ekonomi yang cukup baik, sehingga mudah untuk berbelanja

memenuhi kebutuhan konsumsi, terutama camilan.

d) Pria dan Wanita yang sering traveling dan membawakan oleh-oleh

khas daerah

2.1.5.4 Kompetitor

a. Manisan Sinta

Gambar 2.16. Salah Satu Produk Manisan Sinta

Merupakan salah satu merek dagang manisan dari Cirebon yang

dibangun bedasarkan nama tokonya. Berlokasi di Jl. Lemahwungkuk

Cirebon, manisan Sinta termasuk salah satu toko tertua yang menjual

manisan atau oleh-oleh khas Cirebon. Harga : Rp. 30.000/200gr

b. Manisan Buah Toeniel

26

Gambar 2.17. Salah Satu Produk Manisan Buah Toniel

Didirikan oleh Hj. Alicce Hannafi, Toeniel merupakan oleh-oleh

manisan buah asli Surabaya. Toeniel memproduksi dan menjual aneka

manisan kering dari buah dan sayur , juga aneka sirup buah dan herbal ,

kesemuanya sehat karena dibuat dari bahan alami dan tanpa bahan

pengawet. Harga: Rp. 25.000/250gr

2.2 Tinjauan Khusus

2.2.1 Landasan Teori

2.2.1.1 Teori Kemasan

Menurut drs. AD Pirous MA (2007) Mutu lain dari sebuah

kemasan dinilai dari kemampuannya dalam memenuhi fungsi, di mana

kemasan dituntut untuk memiliki daya tarik yang lebih besar daripada

barang yang dibungkus di dalamnya. Keberhasilan daya tarik kemasan

ditentukan oleh estetik yang menjadi bahan pertimbangan sejak awal

perencanaan bentuk kemasan, karena pada dasarnya nilai estetik harus

terkandung dalam keserasian antara bentuk dan penataan desain grafis

tanpa melupakan kesan jenis, ciri dan sifat barang yang diproduksi.

Menurut Oxford Dictionary, kemasan (packaging) adalah bahan-

bahan yang digunakan untuk membungkus atau melindungi suatu barang.

Definisi menurut buku Packaging the Branding adalah menurut beberapa

orang, desain kemasan merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan

27

mental, melatih intelektual yang diperlukan untuk membentuk ide dan

konsep. Untuk orang lain, kemasan adalah tentang kerajinan untuk

membuat sesuatu, menerapkan dan menyempurnakan rincian terkecil atau

detail dan pilihan nuansa yang dipilih. Kedua pendekatan tersebut

dianggap benar oleh sejarah desain

Kemasan yang baik dan akan digunakan semaksimal mungkin

dalam pasar harus mempertimbangkan dan dapat menampilkan beberapa

faktor, antara lain sebagai berikut:

1. Faktor pengamanan

Kemasan harus dapat melindungi produk dari penyebab timbulnya

kerusakan barang dari segi biologis dan kimiawi, misalnya: cuaca, sinar

matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain-lain. Contohnya,

kemasan biskuit yang dapat ditutup kembali agar kerenyahannya tahan lama.

2. Faktor ekonomi

Perhitungan biaya produksi yang efektif dan efisien termasuk dalam

pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya.

Contohnya, produk-produk refill atau isi ulang.

3. Faktor pendistribusian

Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau

pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor, kemudahan

penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. Bentuk dan ukuran

kemasan harus direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak

menyulitkan peletakan di dalam rak atau tempat pemajangan serta keamanan

produk terjamin bila ditumpuk.

4. Faktor komunikasi

Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan

produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan

28

mudah dilihat, dipahami dan diingat. Pencitraan produk yang tidak berhasil

biasanya menciptakan kesan atau pesan yang berbeda dari yang ingin

disampaikan oleh produk tersebut.

5. Faktor ergonomi

Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan

mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi

bentuk dari kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai

produk atau konsumen.

6. Faktor estetika

Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup

pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf,

tata letak atau layout, dan maskot. Tujuannya adalah untuk mencapai mutu

daya tarik visual secara optimal.

7. Faktor identitas

Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain,

memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-

produk yang lain.

8. Faktor promosi

Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal

ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat

efektif untuk menarik perhatian konsumen-konsumen baru.

9. Faktor lingkungan

Kita hidup di dalam era industri dan masyarakat yang berpikiran kritis.

Dalam situasi dan kondisi seperti ini, masalah lingkungan tidak dapat terlepas

dari pantauan kita. Trend dalam masyarakat kita akhir-akhir ini adalah

kekhawatiran mengenai polusi, salah satunya pembuangan sampah. Salah

satunya yang pernah menjadi topik hangat adalah styrofoam. Pada tahun 1990

29

organisasi-organisasi lingkungan hidup berhasil menekan perusahaan Mc

Donalds untuk mendaur ulang kemasan-kemasan mereka. Sekarang ini

banyak perusahaan yang menggunakan kemasan-kemasan yang ramah

lingkungan (environmentally friendly), dapat didaur ulang (recyclable) atau

dapat dipakai ulang (reusable).

Sifat dasar desain yaitu bersifat fungsional dan estetis menurut Christine

S. Cenadi (1998) Agar berhasil, maka penampilan sebuah kemasan harus

mempunyai daya tarik. Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua,

yaitu daya tarik visual (estetika) dan daya tarik praktis (fungsional);

1. Daya tarik visual (estetika)

Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup

unsur-unsur grafis yang telah disebutkan di atas. Semua unsur grafis tersebut

dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan untuk memberikan daya tarik

visual secara optimal. Daya tarik visual sendiri berhubungan dengan faktor

emosi dan psikologis yang terletak pada bawah sadar manusia. Sebuah desain

yang baik harus mampu mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon

yang positif tanpa disadarinya. Sering terjadi konsumen membeli suatu produk

yang tidak lebih baik dari produk lainnya walaupun harganya lebih mahal.

Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa terdapat daya tarik tertentu yang

mempengaruhi konsumen secara psikologis tanpa disadarinya. Misalnya

produk-produk sabun mandi yang pada umumnya memiliki komposisi yang

tidak jauh berbeda. Tetapi produk sabun mandi yang dapat menampilkan

kelembutan yang divisualkan dengan baik pada desain kemasannya,

diantaranya menggunakan warna-warna lembut (pastel) dan merek yang

memberikan kesan lembut dan anggun akan lebih banyak dipilih oleh

konsumen. Visualisasi yang ditampilkan memberikan efek psikologis bahwa

konsumen akan merasakan kulitnya lebih lembut setelah menggunakan sabun

mandi tersebut.

30

2. Daya tarik praktis (fungsional)

Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan

yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Misalnya, untuk

kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik

praktis lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain;

- Dapat melindungi produk

- Mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan

- Porsi yang sesuai untuk produk makanan/minuman

- Dapat digunakan kembali (reusable)

- Mudah dibawa, dijinjing atau dipegang

- Memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali

dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill)

Selain itu menurut Capsule (2008, p41) terdapat 4 kriteria dari

berhasilnya suatu packaging, diantaranya:

1. Identifikasi

Identifikasi membicarakan mengenai sebaik apakah konsumen mampu

mengidentifikasi produk melalui kemasannya, disaat berbelanja.

2. Fungsional

Fungsional berhubungan dengan kegunaan produk dan menambah

maksud serta keberhasilan produk.

3. Personaliti

Personaliti menyangkut bagaimana suatu brand datang dalam kehidupan

kita, melalui kemasan.

4. Navigasi

Navigasi mengacu pada bagaimana konsumen mendapatkan dan

menggunakan packaging yang telah diseleksi melalui kategori dan spesialisasi.

Keempat kriteria tersebut tidaklah selalu tampil secara kuat dalam suatu

desain packaging, beberapa kriteria mungkin lebih dominan disbanding yang

lain, karena hal ini bergantung pada strategi dari brand tersebut. Dan kriteria

31

serta nilai-nilai dalam teori packaging membantu dalam mengaplikasikan

packaging manisan Pangestu yang baru.

2.2.1.2 Teori Desain Grafis

"Graphic design is the business of making or choosing marks and arranging

them on a surface to convey an idea" – Richard Hollis

Desainer dan sejarawan Richard Hollis melihat desain grafis sebagai semacam

bahasa dengan tata bahasa dan kosa kata yang tidak pasti dan terus berkembang.

Dalam Buku Pengantar Metode Penelitian Budaya Rupa, Agus Sachari (2005)

menjelaskan Desain Komunikasi Visual adalah Profesi yang mengkaji dan

mempelajari desain dengan berbagai pendekatan baik hal yang menyangkut

komunikasi, media, citra tanda maupun nilai. Peran utama dari desain adalah

identifikasi untuk mengatakan apa sesuatu atau barang itu, atau dari mana

asalnya. Fungsi yang kedua adalah untuk memberikan informasi dan instruksi,

yang menunjukkan hubungan dari satu hal ke hal lain. Ketiga adalah sebagai

fungsi promosi dan presentasi di mana tujuannya membuat mata konsumen

tertuju pada promosi atau presentasi tersebut atau sesuatu yang diingat baik oleh

konsumen, tapi tidak peduli apa format atau konsep yang ingin digunakan, setiap

desain akan terdiri dari satu atau lebih dari unsur-unsur dasar atau elemen desain.

Unsur-unsur tersebut termasuk shape, bentuk (form), tekstur, garis, ruang, dan

warna membentuk prinsip-prinsip dasar desain visual. Prinsip-prinsip tersebut,

seperti keseimbangan (balance), ritme (rhythm), tekanan (emphasis), proporsi

(proportion) dan kesatuan (unity), kemudian membentuk aspek struktural

komposisi yang lebih luas. Peralatan yang digunakan oleh desainer grafis adalah

ide, akal, mata, tangan, alat gambar tangan, dan komputer. Sebuah konsep atau

ide biasanya tidak dianggap sebagai sebuah desain sebelum direalisasikan atau

dinyatakan dalam bentuk visual.

Gaya gabungan gambar ilustrasi dan teknik digital imaging dalam kemasan

Manisan Pangestu mengambil rujukan dari beberapa referensi gaya semi modern

yang minimalis.

32

2.2.1.3 Teori Komunikasi

Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal

adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan

model komunikasi yang sederhana dan sering dikutip banyak orang yakni: Siapa

(Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel),

kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon,

1996).

Dalam ilmu komunikasi juga dikenal beberapa macam tipe

komunikasi. Prof. Joseph A. DeVito dosen dari City University of New York

dalam bukunya Communicology membagi komunikasi atas empat macam

yaitu;

1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)

Merupakan proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu atau dengan

kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri.

2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau

lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan oleh Pace (1979) bahwa

“ Interpersonal communication is communication involving two or more

people in a face to face setting”

3. Komunikasi Publik (Public Communication)

Sesuai namanya, komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi

di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka

di depan khalayak yang lebih besar.

4. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang

berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga

33

kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat yang bersifat mekanis

separti radio, televisi, surat kabar dan film.

Komunikasi yang akan digunakan dalam makalah ini adalah komunikasi

massa di mana kita memberi pesan kepada komunikan melalui media yang

sifatnya massal. Faktor lain yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi

adalah homophily, yakni adanya kesamaan yang dimiliki oleh seorang

komunikator dengan khalayaknya misalkan dalam hal bahasa, pendidikan,

agama, usia dan jenis kelamin. Dalam berkomunikasi juga terdapat tujuan yang

ingin dicapai, yaitu untuk menciptakan kesesuaian, kesamaan, dan pemahaman

yang sama tentang informasi, ide, pemikiran dan sikap terhadap orang, pihak

atau kelompok tertentu yang biasa disebut sebagai target audience.

2.2.1.4 Teori Warna

Warna merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah desain

kemasan. Hal itu disebabkan karena mata manusia merespon warna lebih cepat

dibandingkan dengan desain yang lain, seperti bentuk atau rupa. Warnalah unsur

yang pertama kali dilihat jika produk telah berada di tempat penjualan.

Menurut Louis Prang pada 1876 warna mempunyai tiga sifat yang

disebut dengan dimensi warna, yaitu Hue, Value, dan Intensitas. Selain dari itu

terdapat juga beberapa teori tentang karakteristik warna yang perlu diketahui,

yaitu Warna Asli, Warna-warna yang Diredupkan, Warna Netral dan Keluarga

Warna

1. Hue

Hue adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu

warna, seperti merah, biru, dan sebagainya. Berdasarkan hue inilah Prang

menggolongkan warna menjadi lima bagian yaitu warna primer, sekunder, warna

antara (intermediate), warna tersier dan warna kuarter.

2. Value

Value adalah istilah untuk menunjukkan gelap atau terangnya suatu

warna. Value adalah tingkatan atau urutan kecerahan suatu warna. Nilai tersebut

34

akan membedakan kualitas tingkatan kecerahan warna, misalnya membedakan

warna merah murni dengan warna merah tua (gelap) atau dengan warna merah

muda (terang).

3. Intensitas

Intensitas ialah dimensi yang menjelaskan cerah atau kusamnya suatu

warna atau suatu karakter yang menyatakan kekuatan atau kelemahan warna,

daya pancar warna dan kemurnian warna. Intensitas adalah kualitas warna yang

menyebabkan warna itu berbicara, berteriak, atau berbisik dalam nada yang

lembut. Dua warna mungkin akan sama namanya, misalnya merah, dan nilainya

mungkin sama, tetapi mungkin akan berbeda dari segi intensitas atau

kekuatannya, yang satu mungkin lebih kuat dari yang lainnya. Warna yang penuh

intensitasnya akan sangat menarik perhatian atau menonjol dan memberikan

penampilan yang cemerlang. Warna yang intensitasnya rendah subtil (halus,

lembut)

Warna supaya lebih kelihatan menonjol dapat dilakukan dengan cara :

1. Mendekatkan suatu warna pada warna komplemennya, apabila dua

warna komplemen berdekatan, keduanya akan saling menonjol oleh karena itu

salah satu di antaranya harus diredupkan.

2. Mengkobinasikan suatu warna dengan hitam atau putih, keduanya

dapat menonjolkan warna lain.

3. Pengulangan sejumlah besar hue yang sama yang ada didekatkan

dengan intensistas yang lemah. Misalnya warna merah cerah dikelilingi merah

yang diredupkan.

Pemilihan warna putih sebagai background kemasan memproyeksikan

kebersihan dan kemurnian. Efek dari warna putih adalah membantu kejernihan

pikiran, juga mencerminkan ekspektasi dan ide yang jernih. Warna hitam juga

dipadukan karena warna hitam sendiri melambangkan kekuasaan dan kekuatan,

efek dari perpaduan warna hitam sendiri akan menghasilkan kesan yang lebih

modern.

35

2.2.1.5 Teori Tipografi

Tipografi menurut Roy Brewer (1971) dapat memiliki pengertian luas

yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau dalam

pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan, penataan dan berbagai hal

bertalian pengaturan baris-baris susun huruf (typeset), tidak termasuk ilustrasi

dan unsur-unsur lain bukan susun huruf pada pada halaman cetak.

Berikut ini beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh

James Craig, antara lain sbb :

a. Roman

Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada

ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada

garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah

gemulai dan feminin.

b. Egyptian

Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi

seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang

ditimbulakn adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.

c. Sans Serif

Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak

memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau

hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern,

kontemporer sama.

d. Script

36

Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas

atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya

adalah sifat pribadi dan akrab.

e. Miscellaneous

Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada.

Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki

adalah dekoratif dan ornamental.

Komponen dasar daripada tipografi adalah huruf (letterform), yang

berkembang dari tulisan tangan (handwriting). Berdasarkan ini, maka dapat

disimpulkan bahwa tipografi adalah sekumpulan tanda-tanda yang mempunyai

arti. Penggunaan tanda tanda tersebut baru dapat dikatakan sebagai desain

tipografi apabila digunakan dengan mempertimbangkan graphic clarity dan

prinsip-prinsip tipografi yang ada. Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang

sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi yaitu legibility, clarity,

visibility, dan readibility.

Peran tipografi dalam desain komunikasi visual pada kemasan menjadi

penting karena potensinya yang mampu menampilkan diri baik sebagai elemen

baca maupun elemen rupa. Kemampuan inilah yang banyak dimanfaatkan

desainer untuk menampilkan brand name, logotype atau merk dagang. Tipografi

pada kemasan umumnya merupakan rangkaian alphabet yang menampilkan

angka atau tanda baca atau body copy yang menuliskan beberapa kalimat untuk

menjelaskan produk.

2.2.1.6 Teori Logo

Asal kata logo berasal dari bahasa Yunani logos, yang berarti kata,

pikiran, pembicaraan, akal budi. Pada awalnya yang lebih popular adalah istilah

logotype, bukan logo, dan pada awalnya logotype adalah elemen tulisan saja.

Fungsi dari logo itu sendiri:

37

- Identitas diri. Untuk membedakan dengan identitas milik orang lain.

- Tanda kepemilikan. Untuk membedakan miliknya dengan milik orang

lain.

- Tanda jaminan kualitas.

- Mencegah peniruan atau pembajakan.

Seiring dengan perkembangan dunia periklanan, peran logo menjadi amat

penting terutama dalam pembuatan strategi branding sebuah produk. Fungsi

identitas merupakan ukurann sebuah logotype, dengan hanya melihat logo

seseorang atau produk, konsumen akan ingat, tertarik, lalu membeli. Dari fungsi

ini, logo kemudiann menjadi ukuran sebuah citra, baik citra sebuah produk,

perusahaan maupun organisasi.Menurut David Airey, seorang desainer brand

identity asal Inggris,sebuah logo yang ikonik memiliki 5 hal pokok, yaitu:

• Desscribable (Mampu mendeskripsikan)

• Memorable (Mudah diingat)

• Effective without color (Efektif walaupun tanpa warna)

• Scalable (Dapat diskala)

• Relevant (Tepat dalam penggunannya)

Dalam salah satu artikel dari Design Institute of Australia

mengatakan bahwa logo adalah sebuah symbol atau gambar

pengidentifikasian perusahaan tanpa kehadiaran namaperusahaan. Dilihat dari

segi konstruksinya, logo dibagi menjadi tiga yaitu :

1.picture mark dan lettermark

Elemen gambar dan tulisan saling terpisah

2.picture mark sekaligus lettermark

Bisa disebut gambar, bisa juga disebut tulisan atau saling berbaur

3.lettermark saja

Elemen tulisan saja

Dengan adanya prinsip-prinsip tersebut, serta klasifikasi logo, membatu

sebagai panduan dan mencari referensi dalam pembuatan logo manisan Pangestu

ini

38

2.2.2 Analisa S W O T :

1. Strenght ( Kekuatan )

- Pengalaman dan kualitas yang cukup lama, sehingga membuat Pangestu

cukup memiliki nama sebagai pusat oleh-oleh di Cirebon

- Manisan buah Pangestu tidak menggunakan pengawet, hanya

mengunakan bahan-bahan alami

- Manisan Pangestu memilih buah-buahan terbaik dari perkebunan asli di

Cirebon dengan penyeleksian yang baik.

- Nilai gizi yang cukup tinggi dan sebagai cara baru menyantap buah

2. Weakness ( Kelemahan )

- Produk ini belum memiliki tampilan kemasan yang baik karena belum

digarap secara maksimal.

- Data yang tercantum pada kemasan manisan buah kurang lengkap,

karena tidak tercantum komposisi dan data-data penting

- Kurang adanya media promosi untuk memasarkan produk manisan

Pangestu di store Pangestu

3. Opportunity ( Peluang )

- Masih banyaknya peminat manisan buah di Indonesia sebagai hidangan

camilan

- Jarang adanya produk manisan buah dengan desain yang menarik

beredar di supermarket

39

- Proses produksi yang masih tradisional membuat cita rasa manisan

Pangestu tetap terjaga

- Manisan Pangestu menjadi salah satu buah tangan yang cukup digemari.

4. Threatness ( Ancaman )

- Kompetitor lain menjual dengan harga lebih murah dan dalam daya

tahan yang lebih lama

- Semakin banyak produk pesaing yang muncul di pasaran

-Masyarakat takut akan kesegaran dan keaslian manisan sekarang ini

(banyaknya issue pengawet dan pemanis berbahaya)