Click here to load reader
Upload
dinhnga
View
281
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 2
Landasan Teori
Pada bagian ini akan dibahas tentang gereja, sekolah minggu dan guru sekolah
minggu, metode dan media pengajaran.
2.1 Gereja dan Sekolah Minggu
2.1.1 Pengertian dan Hakekat Gereja
Kata ‘Gereja’ berasal dari bahasa Portugis Igreya dan dalam bahasa Yunani ekklesia
yang berarti Jemaat yang dipanggil keluar dari dunia menjadi milik Tuhan. Dapat pula
dikatakan bahwa gereja berasal dari Tuhan dan manusia hanyalah penyelenggara ataupun
utusan yang menjalankan gereja di dunia. Gereja adalah institusi yang ada di dunia tetapi
bukan dari dunia. Gereja adalah kumpulan orang-orang percaya yang ditebus oleh darah
Yesus Kristus dan menjadi milik Allah demi kemuliaan-Nya.
Gereja dimaksudkan untuk menjadi "rumah doa bagi segala bangsa" dan membangun
jembatan untuk memberkati dunia ini dan bukannya tembok pemisah yang membuat diri
sendiri terkurung serta membuat kasih Allah tidak tampak bagi dunia ini. Manusia adalah
utusan yang mewartakan kasih Allah tersebut. Gereja harus bisa menyuarakan firman Allah
agar nama-Nya disembah di seluruh bumi. Kebenaran-Nya harus diberitakan di antara segala
bangsa dan suku-suku bangsa. Gereja harus mewujudnyatakan kesaksiannya itu kepada
dunia.1 Gereja haruslah mempersiapkan para saksi yang dapat mewartakan kasih Allah
tersebut. Gereja (sebagai sebuah lembaga) harus mempersiapkan para saksi ini dengan
memperlengkapi mereka dengan berbagai ajaran-ajaran seperti yang telah Yesus ajarkan.
Misi bagi gereja adalah “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
1 Bagus Surjantoro, “Hakekat Gereja” Obor Mitra Indonesia (2003): 27 - 33
2
senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20). Jadikanlah semua bangsa
muridKu berarti tidak memandang suku bangsa, ras, warna kulit bahkan usia. Ajaran-ajaran
Tuhan Yesus wajiblah juga disampaikan kepada anak-anak karena mereka juga berhak
menjadi saksi yang mewartakan kasih Allah bagi dunia. Kata ajarlah mereka berarti bahwa
gereja mempunyai tugas untuk mengajar para orang percaya yang telah dibaptis, yang harus
diajarkan kepada mereka adalah tentang Yesus sendiri yaitu tentang apa yang telah Dia
lakukan.
GBKP sebagai gereja yang ada di tengah-tengah dunia juga memiliki pengertian serta
pemahaman tentang gereja yang dapat dilihat melalui konfesi GBKP tentang gereja.
Berdasarkan konfesi GBKP, gereja adalah persekutuan manusia baru yang harus terus
menerus diperbaharui oleh Roh Kudus agar mampu dan bertahan menjadi garam dan terang
di konteks dimana ia berada. Sehingga gereja haruslah menyaksikan pola hidup Yesus, agar
Kerajaan Allah terwujud di dunia ini. Inilah arti gereja sebagai tubuh Kristus dan Kristus
sebagai kepalaNya. Gereja tidak mengadopsi nilai-nilai dunia, tapi memproklamasikan nilai-
nilai Allah yang nampak dari kehidupan Yesus yaitu cinta kasih, keberpihakan pada yang
miskin, tidak berdaya, dan yang tersingkirkan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan
(diakonia). Inilah panggilan gereja, menyelamatkan dunia; mengubah dan
mentransformasinya. Gereja juga harus mampu melakukan dialog dengan pemerintah dimana
ia berada. Semua anggota persekutuan yang adalah manusia baru berperan dan mendapat
bagian dalam kesaksian (marturia), persekutuan (koinonia) dan pelayanan (diakonia) gereja,
sebagai wujud dari jemaat yang misioner di bawah koordinasi dan arahan dari para pelayan
khusus: pendeta, penatua dan diaken.2
2 Tata Gereja GBKP Edisi Sinode, Pengakuan Dasar (Konfesi) GBKP; Pasal 5:Gereja, 2010
3
2.1.2 Tugas dan Panggilan Gereja
Gereja bukan tujuan pada dirinya sendiri, melainkan alat untuk menyatakan kemulian
Allah di dunia ini (Kerajaan Allah). Ada tiga aspek dari gereja yang harus mendapatkan
perhatian penting oleh gereja sendiri. Ketiga aspek tersebut adalah koinonia (persekutuan),
marturia (kesaksian), dan diakonia (pelayanan). Pelayanan gereja berjalan dengan baik dan
sesuai dengan maksud Tuhan yang empunya gereja bila memperhatikan ketiga aspek tersebut
(segi institusional, segi ritual dan segi etis).3 Karena gereja ada di dunia tetapi bukan dari
dunia. Gereja harus memperhatikan hal-hal yang terjadi di dunia tempat dimana ia berada
tetapi gereja juga tidak dapat melupakan hubungan yang harus dijalin dengan Kepala gereja
yang adalah Kristus.
Miller sebagaimana yang dikutip oleh Boehlke (hlm.692) menyatakan bahwa gereja
memiliki 6 fungsi, yaitu:4
Gereja sebagai persekutuan yang beribadah. Orang belajar beribadah dengan mengambil
bagian dalam kebaktian.
Gereja adalah persekutuan yang menebus. Artinya, kebutuhan dasar para anggotanya
terpenuhi dan hubungan yang terputus dapat dipersatukan serta disembuhkan kembali.
Gereja sebagai persekutuan belajar mengajar. Gereja menyediakan kesempatan belajar
bagi orang dari segala usia. Dalam gereja, orang mencari jawaban dari Injil terhadap
pertanyaan yang ditimbulkan oleh pengalaman hidup.
Gereja adalah persekutuan yang peduli akan kebutuhan orang lain terutama yang sakit,
miskin, lemah, dan kesepian. Gereja berusaha melayani siapapun, khususnya yang paling
hina dan lemah.
3 Emanuel Gerrit Singgih, Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja (Yogyakarta:Kanisius, 2002),25-27 4 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta:Andi,2009), 28-29
4
Gereja adalah persekutuan yang ingin membagikan iman kepada orang yang belum
menerima kabar baik. Dengan mendukung usaha ini, warga gereja mengaminkan amanat
Tuhan yang bersifat am.
Gereja adalah persekutuan yang bekerja sama dengan kelompok lain. Kerjasama ini dapat
dilakukan dengan sesama orang Kristen atau berbeda agama demi pendidikan, untuk
tujuan hak asasi manusia, keadilan sosial, perdamaian dengan masyarakat setempat, dan
perdamaian antar bangsa.
Secara mendalam akan dibahas mengenai fungsi gereja adalah belajar dan mengajar.
Gereja haruslah mengajar, setidaknya berkhotbah, atau itu bukanlah sebuah gereja. Mengajar
adalah esensi dari sebuah gereja dan gereja yang menolak fungsi ini telah kehilangan sesuatu
yang harus dia lakukan sebagai sebuah gereja.5 Tuhan Yesus juga mengingatkan tentang
tugas mengajar ini. Tuhan Yesus dalam amanat Agung (Mat 28:19-20) menyebutkan tentang
memanggil murid-muridNya tetapi juga Ia menyebutkan tentang mendidik dan
mempersiapkan mereka untuk menjadi pendidik di kemudian hari. Tugas yang ingin
disampaikan oleh Yesus melalui amanat Agung bukan hanya sebatas menjadikan segala
bangsa muridKu tetapi juga berisi tugas mengajar mereka mengenai segala sesuatu yang telah
dipesankanNya. Jadi tugas pendidikan atau mengajar adalah mandat dari Tuhan Yesus
sendiri.6
2.1.3 Sekolah Minggu sebagai Tempat Kebaktian bagi Anak-Anak
Sekolah minggu sering dimengerti sebagai suatu kegiatan yang dilakukan setiap hari
minggu di sebuah gereja dan diadakan khusus untuk anak-anak. Harus disadari bahwa
kegiatan sekolah minggu adalah suatu usaha pembinaan jemaat, yang juga dapat dilakukan
melalui kebaktian terhadap anak. Di dalam sebuah kebaktian Kristen kita saling membagi-
bagikan pengalaman kita kepada orang lain. Kita saling membantu. Kita memuji Allah
5 James D. Smart, The Teaching Ministry of the Church (Philadelphia: The Westminster Press), 11 6 Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 68-69
5
bersama. Kita mengungkapkan iman kita di dalam kesetiaan kepada titah Kristus
sebagaimana terdapat dalam Alkitab.7
Namun, dalam kebaktian tersebut digunakan kata-kata dari mulut kita yang juga sama
dengan kata-kata yang dipakai oleh orang lain. Nyanyian-nyanyian yang kita gunakan juga
adalah seperti yang dipahami oleh orang lain. Adalah perlu untuk memanfaatkan media dan
bentuk-bentuk yang ada pada kita. Dengan demikian kita memakai cangkir-cangkir yang
dibentuk oleh kebudayaan kita. Kata-kata dalam kebaktian, perbendaharaan kata-kata,
bentuk-bentuk seni, tindakan-tindakan, arsitektur, dan jubah-jubah kita datang dari
kebudayaan kita. Hal-hal tersebut berubah dalam setiap kebudayaan, yang tidak berubah
adalah Injil Kristus.8\
Hal tersebut juga harus dipraktekkan dalam kebaktian terhadap anak-anak. Dalam
mempersiapkan kebaktian bagi anak-anak harus dilihat hal-hal yang sesuai dengan dunia
anak-anak. Guru sekolah minggu serta badan-badan yang menangani pelayanan kepada anak
harus peka untuk dapat melihat kebutuhan anak. Kebutuhan anak dapat dilihat melalui tahap
perkembangan mereka dan juga melalui ketertarikan mereka (inteligensi mereka yang
berbeda-beda). Hal ini dilakukan agar anak-anak dapat memaknai setiap unsur-unsur dalam
kebaktian sesuai dengan pemahaman mereka. Pemaknaan sesuai dengan pemahaman mereka
penting agar mereka mengenal Tuhan dan pada suatu ketika secara mandiri mereka akan
mengikrarkan pengakuan imannya (angkat sidi).9
2.1.4 Gereja dan Sekolah Minggu
Sekolah Minggu dapat dikatakan sebagai “tabungan untuk masa depan”10 karena
Sekolah Minggu juga merupakan suatu jenis pendidikan non formal yang diberikan kepada
7 Arlo D. Duba dan W. B Sidjabat, Azas-Azas Kebaktian Alkitabiah dan Protestan, 9 8 Ibid, 9 9 Seperti yang dikutip melalui website GBKP dalam http://www.gbkp.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=8&Itemid=57&lang=en, diunduh pada 11 Juni 2012 10 Ayub Yahya,Menjadi Guru Sekolah Minggu Yang Efektif (Yogyakarta:FootPrints,2011),19
6
anak-anak yang berguna untuk pengembangan spiritual dan karakter anak. Pelayanan Sekolah
Minggu ini sangat berguna bagi gereja karena anak-anak inilah yang akan melanjutkan
kepemimpinan gereja pada masa yang akan datang. Itulah sebabnya pendidikan kepada anak-
anak sangat penting (band. Yoh 21:15-19 dan Ul 6:6-7). Gambaran gereja di masa depan
dapat dilihat dari pelayanan terhadap Sekolah Minggu yang ada di gereja tersebut. Sulit sekali
mengharapkan sebuah gereja akan bertumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat, kalau
pelayanan sekolah minggunya carut marut, terabaikan, atau bahkan tidak terurus. 11
Menurut sebuah survei di Inggris, orang dewasa yang ketika masih kanak-kanak rajin
ke Sekolah Minggu, umumnya lebih bertanggungjawab, jujur, mampu bersosialisasi dengan
lebih tekun dan lebih dapat diandalkan dibandingkan mereka yang tidak pernah mengenal
Sekolah Minggu.12 Melihat hal ini kita harus menyadari bahwa pendidikan kepada anak-anak
adalah suatu hal yang wajib dilakukan. Hal ini bukan saja karena kita menginginkan agar ada
generasi penerus untuk masa yang akan datang tetapi karena pelayanan terhadap anak-anak
juga berharga bagi anak-anak itu sendiri. Sekolah minggu dapat dijadikan tempat bagi anak-
anak untuk mengekspresikan diri, bersosialisasi, membentuk kepribadian kristiani,
menyenangi dan memahami firman Tuhan, serta mengenal, mengasihi Tuhan dan gerejaNya
sejak usia dini.13 Yesus yang adalah Kepala gereja juga memiliki perhatian besar terhadap
anak-anak. Di tengah kesibukannya mengajar, Dia menyempatkan diri untuk melayani anak-
anak, memeluk dan memberkati mereka. Dia bahkan menegur para murid yang menghalangi
anak-anak datang kepadaNya (Markus 10:13-16).14
Mengingat pentingnya pembinaan kepada anak-anak yang adalah masa depan gereja
maka gereja seharusnya memberikan perhatian yang layak bagi Sekolah Minggu. Gereja
harus membentuk sebuah komisi atau badan pengurus kategorial yang menangani tentang
11 Ibid, 19-20 12 Ibid, 20-21 13 Ibid, 20 14 Ibid, 21
7
sekolah minggu tersebut agar sekolah minggu (lebih tepatnya pelayanan kepada anak) dapat
berjalan dengan lancar dan tepat arah. Setelah membentuk komisi atau badan pengurus
kategorial tersebut, gereja bukan hanya tinggal diam membiarkan komisi bekerja sendiri
tetapi mendukung pula program yang ditawarkan oleh komisi atau badan pengurus kategorial
anak tersebut. Dukungan yang dapat diberikan oleh gereja adalah dengan menyediakan dana
dan juga sarana prasarana (menyediakan ruang-ruang khusus untuk Sekolah Minggu dengan
dekorasi yang kreatif sesuai dengan usia anak). Gereja (majelis jemaat) harus pula
mendampingi guru-guru dalam persiapan dan pelayanannya agar mereka dapat mengevaluasi
dan mengawasi pengajaran yang diberikan kepada anak-anak serta memberikan pelatihan
bagi guru-guru sekolah minggu ini agar mampu mengajar dengan kreatif. Oleh karena itu
perlu dipikirkan pendamping dari guru-guru sekolah minggu tersebut yang memahami dunia
pelayanan kepada anak-anak. Gereja juga membantu untuk menyerukan kepada jemaat
pentingnya pelayanan kepada anak sehingga jemaat juga mampu mendukung perjalanan
pelayanan kepada anak tersebut terlebih orangtua anak.15
2.2 Guru Sekolah Minggu
2.2.1 Menjadi Guru Sekolah Minggu
Dalam sebuah sekolah minggu yang biasanya menjadi guru sekolah minggu adalah
anggota jemaat yang ada dalam sebuah gereja yang memiliki ketertarikan dalam pelayanan
kepada anak. Bahkan ada yang menjadi guru sekolah minggu karena keterpaksaan. Oleh
karena di gereja tersebut tidak ada yang bersedia untuk menjadi guru sekolah minggu maka ia
mengajukan diri atau ditunjuk untuk melayani di sekolah minggu. Ada juga yang menjadi
guru sekolah minggu karena suatu tuntutan seperti Pendidikan Praktek bagi mahasiswa
teologi atau juga karena pengaruh dari teman dekat.
15 Paulus Lie,Mereformasi Sekolah Minggu: 8 Kiat Praktis Menjadikan Sekolah Minggu Berpusat Pada Anak (Yogyakarta:Andi,2009), 128-129
8
Menjadi guru sekolah minggu harus disadari sebagai sebuah panggilan. Seperti yang
terdapat dalam Yohanes 15:16 “bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih
kamu”.16 Menyadari bahwa peran sebagai guru sekolah minggu adalah sebuah panggilan dari
Tuhan maka hal yang harus dilakukan oleh Guru Sekolah Minggu adalah merespon panggilan
Tuhan tersebut dengan penuh tanggungjawab dan komitmen. Bertanggungjawab dan
berkomitmen berarti mampu menyediakan waktu, tenaga, dana, pikiran, juga perasaan untuk
melayani anak-anak yang telah dipercayakan bagi guru sekolah minggu. Memberikan
prioritas yang selayaknya bagi sekolah minggu.17 Pekerjaan sebagai guru sekolah minggu
adalah pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh pihak yang merasa terpanggil tetapi itu
bukan berarti guru sekolah minggu dapat bertindak sesuka hatinya ketika mengajar di sekolah
minggu.
Melayani sebagai guru sekolah minggu juga adalah suatu anugerah dari Tuhan karena
tidak setiap orang mendapatkan kesempatan untuk menjadi guru sekolah minggu.18 Menjadi
guru sekolah minggu bukan hanya mengenai beban dan pengorbanan yang harus dilakukan
oleh guru sekolah minggu. Menjadi guru sekolah minggu dapat juga memberikan pembinaan
iman bagi guru sekolah minggu itu sendiri, pengalaman dalam melayani, pertumbuhan
rohani, mendapatkan kesempatan untuk membantu orang lain mempersiapkan diri untuk
masa depan (dalam hal ini anak-anak yang akan tumbuh menjadi dewasa).19
2.2.2 Fungsi, Peranan dan Tugas Guru Sekolah Minggu
Guru harus mengerti tujuan pembinaan anak tersebut yaitu untuk membina anak-anak.
Tanpa mengerti tujuan tersebut maka pembinaan tersebut tidak akan pernah berhasil. Selain
tujuan, hal yang juga harus mendapat perhatian adalah anak-anak sebagai subjek yang akan
memperoleh pembinaan tersebut. Tanpa mengerti kebutuhan, situasi dan kondisi anak-anak
16 Ayub Yahya,Menjadi Guru . . . ., 26 17 Ibid, 27 18 Ibid, 30 19 Ibid, 31
9
maka pembinaan itu hanyalah pembinaan yang sia-sia. Pembinaan kepada anak bukanlah
sekedar ada guru, ada pembelajaran, ada kelas, ada prasarana, ada alat musik, ada pujian, ada
kegiatan untuk anak, ada cerita, ada puji-pujian dan sebagianya.
Pembinaan anak adalah pembinaan yang berpusat kepada anak, sekolah minggu yang
berpusat kepada anak. Sekolah minggu yang berpusat kepada anak berarti pembinaan anak
dimulai dari pemahaman yang mendalam tentang siapa anak yang diajar dan apa
kebutuhannya, kemudian didesain model pembinaan yang secara khusus tepat untuk
sekelompok anak di sebuah kelas tertentu. Setiap anak memiliki pergumulannya masing-
masing, pergumulan mereka tidak dapat disamakan begitu saja. Sekolah minggu yang
berpusat kepada anak adalah pembinaan yang mendesain pengajaran untuk membangun
setiap anak di kelompok tersebut sesuai dengan kebutuhannya.20
Guru sekolah minggu harus menyadari kedudukan dan peranannya dalam sekolah
minggu. Adapun beberapa peran dari guru sekolah minggu, adalah :
1. Pemandu
Alkitab dapat diibaratkan sebagai tempat untuk berwisata maka tokoh-tokoh Alkitab
dan cerita-cerita Alkitab adalah “tempat-tempat” yang akan ditunjukkan bagi anak-anak
sekolah minggu. Maka sebagai pemandu maka guru sekolah minggu mempunyai tugas untuk
mengajak anak-anak mengunjungi tempat-tempat tersebut, guru membantu anak-anak untuk
melihat-mengenal-mengalami kemudian merasakan kasih Allah. Sebagai pemandu maka
guru harus mengenal lebih dalam “tempat-tempat” tersebut atau dapat dikatakan guru harus
memperlajari Alkitab. Sebagai pemandu juga harus mengenal dan mengerti keadaan dari
anak-anak yang dipandu, minimal guru sekolah minggu harus mengetahui tentang psikologi
20 Ibid, 3-5
10
anak secara umum. Yang tidak dapat dilupakan adalah seorang pemandu harus mengetahui
cara mengkomunikasikan pengetahuannya dengan baik dan juga menarik.21
2. Gembala
Guru sekolah minggu adalah gembala dan teladannya adalah Yesus sendiri. Sebagai
seorang gembala maka tentu ia akan dikenal dan mengenal domba-dombanya.22 Untuk itu
seorang guru perlu memanfaatkan waktu sebelum atau sesudah sekolah minggu untuk
berbincang dengan anak-anak sekolah minggunya. Mampu menjaga anak-anak sekolah
minggunya dari ancaman-ancaman pengaruh buruk dari lingkungan serta menolong mereka
ketika mereka berada di dalam masalah, mencari mereka ketika mereka tidak hadir dalam
sekolah minggu.23
3. Pendidik
Guru sekolah minggu adalah juga sekaligus seorang pendidik bagi anak-anak sekolah
minggunya. Guru harus mampu membangun relasi dengan anak-anak sekolah minggunya.
Mendidik bukan sekedar menjadikan anak-anak tahu tentang suatu hal tetapi mendidik juga
menuntut adanya perubahan sikap dari anak-anak yang dididik. Mendidik juga bukan hanya
tentang apa yang diajarkan tetapi tentang apa yang ditunjukkan dan diteladankan oleh guru.24
4. Sahabat
Antara guru dengan anak-anak sekolah minggunya terjalin hubungan pribadi yang
mengasihi, memelihara, menolong, dan mengembangkan, sehingga keduanya dapat
bertumbuh bersama.25
5. Penerjemah
Guru sekolah minggu bukanlah sekedar transmitter (pemberi pesan satu arah yaitu
hanya dari guru) tetapi guru sekolah minggu adalah translator (penerjemah). Menjadi 21 Ayub Yahya,Menjadi Guru . . . .,34-35 22 Ibid, 35 23 Ibid, 36 24 Ibid, 37 25 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik (Yogyakarta: Andi, 2009), 40
11
penerjemah berarti guru mampu berperan sebagai penolong untuk memfasilitasi agar para
pribadi dapat menjalin komunikasi. Sebagai penerjemah seorang guru juga menjadi
pendengar yang baik agar dapat lebih peka terhadap apa yang ingin anak-anak sampaikan.26
6. Penulis Kurikulum
Seringkali kurikulum ditulis atau disusun bersifat sangat umum. Dapat dikatakan
kemungkinan kurikulum yang ditulis oleh denominasi gereja atau penerbit buku seringkali
hanya memenuhi setengah dari seluruh kebutuhan kelas yang diampu dan terkadang kurang
relevan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Hanyalah guru sekolah minggu
yang mengajar dalam kelas tertentu yang dapat mengadopsi, mengolah atau bahkan menulis
ulang kurikulum agar dapat relevan dengan kelas dan peserta didik yang ada di dalam kelas.27
Guru-guru sekolah minggu juga perlu untuk menulis rencana pengajaran sehingga cocok
untuk disampaikan secara khusus kepada peserta didik (anak-anak sekolah minggu).28
7. Pembelajar/Murid
Seorang guru sekolah minggu seharusnya tidak berhenti belajar. Dia harus terus
berusaha mencari dan mendalami hal-hal yang berkaitan dengan anak-anak sekolah minggu,
mengenai cara atau model pengajaran yang menarik dan relevan. Tanpa belajar maka guru-
guru sekolah minggu akan mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran karena harus
disadari bahwa ilmu pengetahuan berkembang terus-menerus.29
2.3 Metode dan Media Pengajaran dalam Sekolah Minggu
2.3.1 Pengertian Metode dan Media Pengajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media adalah alat atau sarana, perantara,
penghubung. Sedangkan metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai maksud (tujuan), cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
26 Ibid, 41 27 Ibid, 42 28 Ibid, 43 29 Ibid, 43
12
kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa media
pengajaran adalah alat atau sarana yang mendukung pendidik atau guru untuk menyampaikan
pengajarannya, sedangkan metode pengajaran adalah suatu cara kerja yang teratur yang
memudahkan pendidik atau guru untuk melakukan pengajaran dan metode tersebut
disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.
Metode senantiasa adalah jalan dan alat saja bukan tujuan. Dalam PAK, metode
adalah suatu pelayanan, suatu pekerjaan yang aktif yang dilakukan bagi Firman Tuhan dan
bagi sesama manusia supaya kedua pihak itu bertemu satu sama lain. Ada dua teori mengenai
metode ini. Pertama, metode orotiter yaitu metode yang memakai kuasa (otoritas) dari pihak
yang di atas (pendidik sendiri). Kedua, metode kreatif ialah metode yang hendak
menciptakan sesuatu.30
2.3.2 Berbagai Metode dan Media Pengajaran dalam Sekolah Minggu
1. Bercerita
Bercerita adalah metode mengajar yang cocok digunakan untuk semua usia. Cerita
dapat disampaikan dengan cara yang menarik, dramatis, penuh aksi dan sesuai dengan
kehidupan.31 Dalam bercerita, guru dapat menyampaikan dongeng maupun kisah nyata.
Bercerita dapat memberi kesempatan bagi anak untuk ikut merasakan pengalaman-
pengalaman orang-orang zaman dulu termasuk juga kisah-kisah yang ada di dalam Alkitab.
Bercerita memang adalah cara yang terlihat mudah tetapi sangat sulit menjadi seorang
pencerita yang mampu menarik perhatian pendengarnya. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan agar dapat menjadi pencerita yang baik. Memilih dengan seksama, mempelajari
cerita itu sendiri dan latar belakangnya, membuat uraian ringkas dalam pikiran atau tulisan
tentang tokoh-tokoh cerita dan urutan kejadian-kejadian, menghafal ungkapan atau alinea
yang penting, melatih bercerita, menceritakannya dengan senang dan santai. Dalam setiap
30 E.G Homrighausen dan I.H Enklaar, Pendidikan Agama . . . ., 90-91 31 Clerence H. Benson, Teknik Mengajar, ed. Gandum Mas (Malang:Gandum Mas, 2007), 23
13
cerita haruslah memiliki susunan cerita yang jelas. Susunan tersebut adalah pembukaan, aksi
yang bertambah seru, klimaks, penutup. Pada bagian pembukaan haruslah mampu menarik
perhatian dari pendengarnya dan pada bagian penutup haruslah disampaikan dengan singkat
dan tepat.32
2. Diskusi
Diskusi menghasilkan keterlibatan dari peserta didik karena melalui diskusi guru
dapat meminta mereka untuk menafsirkan pelajaran33 yang diberikan dan melalui diksusi
dapat melatih peserta didik untuk saling bekerja sama dan juga mengeluarkan pendapat
mereka. Agar suasana diskusi dapat produktif maka harus ada keterbukaan dan keramahan.
Dalam diskusi peserta didik maupun guru dapat belajar untuk menghormati pendapat orang
lain. Dalam sebuah diskusi, guru bertindak sebagai moderator yang mengatur jalannya
diskusi. Guru harus mampu untuk membatasi mereka yang terlalu banyak bicara dan
mendorong mereka yang ragu-ragu mengambil bagian. Guru juga harus membantu peserta
didik untuk menemukan jawaban bukan menjawab setiap pertanyaan yang ada.34
3. Proyek
Metode proyek memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sambil
melaksanakannya. Peserta didik diberikan tugas untuk menyelidiki sesuatu dan peserta didik
diberikan kesempatan untuk mengumpulkan keterangan mengenai tugas yang diberikan serta
mengerjakan proyek tersebut hingga selesai, biasanya proyek dimulai di kelas tetapi
kemudian dapat diselesaikan di rumah dalam waktu tertentu.35
4. Sandiwara/Drama
Metode ini memungkinkan peserta didik untuk dapat menghayati peristiwa ataupun
pelajaran yang disajikan melalui lakon dari para pemain dengan penuh perasaan dan
32 Ibid, 24 33 Ibid, 26 34 Ibid, 27 35 Ibid, 28
14
pengertian. Metode ini menuntut adanya persiapan yang serius dari para pemain karena
keberlangsungan dari pembelajaran ini tergantung kepada para pemain yang dari padanya
diharapkan dapat menciptakan suasana persekutuan maupun suasana belajar.
5. Bertanya
Melalui metode bertanya yang diatur dengan sedemikian rupa dapat membantu guru
untuk dapat membimbing pengertian mereka kepada sebuah pengertian dan juga pengetahuan
tentang banyak hal. Melalui metode bertanya dapat melatih peserta didik untuk berpikir dan
juga mencari jawaban dengan cara mereka. Tugas dari seorang guru adalah mengarahkan
mereka untuk dapat menemukan jawaban dengan cara mereka sendiri. Guru bukanlah
pemberi pertanyaan sekaligus penjawab dari pertanyaan yang diberikannya.36
6. Inquiry
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Richard Schuhman yang berpendapat
bahwa pada dasarnya setiap orang mempunyai keinginan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir dan penelitian. Tujuan umum dari inquiry ini adalah menolong peserta didik melatih
diri untuk mengembangkan disiplin intelektual mereka dan keterampilan yang dibutuhkan
dengan cara memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar ingin tahu mereka.
Model ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1) melatih keterampilan berpikir, 2)
memaksimalkan proses berpikir, 3) peserta didik secara aktif diarahkan untuk memperoleh
pengetahuan secara mandiri, 4) peserta didik juga perlu untuk menemukan sendiri siapa, di
mana, bagaimana Tuhan, sifat-sifat dan kehendakNya. 37
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metode ini seperti permainan klu kata. Guru
memberikan petunjuk tentang hal yang akan diberikan kepada peserta didik lalu peserta didik
berusaha untuk menganalisa klu yang telah diberikan oleh guru dan berusaha untuk
menemukan hal apa yang ingin disampaikan oleh gurunya. Hubungan guru dengan peserta
36 E.G Homrighausen dan I.H Enklaar, Pendidikan Agama . . . ., 98-99 37 Dien Sumiyatingsih, Mengajar . . . .,78-79
15
didik dalam metode ini sejajar, berimbang. Kedua pihak berhak untuk memberikan
gagasannya.
7. Synectic
Model ini dikembangkan oleh William J.J Gordon dkk, menurut Gordon kreativitas
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, berlangsung seumur hidup, dan bertujuan
untuk mengembangkan kualitas hidup.38 Oleh karena itu perlu diciptakan suasana sedemikian
rupa agar peserta didik dapat belajar secara aktif dan kreatif.
Tujuan dari model ini adalah 1) kreativitas adalah kegiatan sehari-hari dan
berlangsung seumur hidup, 2) proses menjadi kreatif penting untuk melatih individu atau
kelompok untuk meningkatkan kepribadian mereka, 3) kreativitas diterapkan di semua
bidang atau aspek kehidupan, 4) pengembangan diri dan penemuan-penemuan kreatif
dihasilkan bukan saja oleh pribadi tetapi juga kelompok. Starategi yang digunakan dalam
model ini adalah melalui analogi. Metode ini melatih peserta didik menjadi seseorang yang
peka terhadap lingkungannya dan keadaan yang terjadi di sekitarnya.39
8. Pertemuan Kelas
Metode ini terbentuk atas asumsi bahwa manusia memiliki suatu kebutuhan dasar
yaitu kebutuhan cinta dan harga diri. Kebutuhan ini berakar dalam hubungan manusia itu
sendiri dengan manusia yang lainnya. Glasser yang mengembangkan metode ini berpendapat
bahwa sejak manusia lahir sampai ia dewasa memiliki kebutuhan untuk mencintai dan
dicintai. Dalam kegiatan kelas, cinta ini berwujud dalam bentuk tanggungjawab sosial untuk
membantu dan memelihara perkembangan siswa. Perasaan mencintai dan dicintai akan
menumbuhkan perasaan keberadaan yang berharga pada diri individu. 40
38 Ibid, 95 39 Ibid, 96-97 40 A. E. Zainsyah et.al., Model-Model Mengajar, ed. M. D. Dahlan (Bandung: Diponegoro, 1984), 105-106
16
Metode pertemuan kelas ini adalah untuk mengembangkan kelompok yang dapat
menumbuhkan suasana memelihara, disiplin diri sendiri, dan kesepakatan berperilaku. Ada
tiga tipe pertemuan dari metode pertemuan kelas ini. 1) Pertemuan pemecahan masalah
sosial. Dalam tipe pertemuan ini, peserta didik berupaya mengembangkan tanggungjawab
untuk belajar dan berperilaku dengan jalan memechakan masalah mereka di dalam kelas. 2)
Pertemuan terbuka. Dalam pertemuan ini peserta didik memikirkan dan mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan mereka. 3) Pertemuan terarah terbuka.
Pertemuan ini terbuka seperti tipe kedua tetapi terarah pada apa yang sedang dipelajari di
kelas.41 Tahap-tahap yang dapat dilakukan untuk melakukan model ini: 1) Memantapkan
suasana yang mengundang keterlibatan, 2) Menyajikan masalah yang akan didiskusikan, 3)
Mengembangkan pertimbangan nilai pribadi, 4) Mengindentifikasi alternatif tindakan, 5)
Merumuskan kesepakatan, 6) Tindak lanjut.42
Metode pertemuan kelas ini menuntut guru harus memiliki kehangatan pribadi dan
keterampilan di dalam melakukan hubungan antar pribadi. Guru juga harus menciptakan
suasana yang terbuka dan tidak defensif serta mengendalikan kelompok untuk menilai
perilaku.43
9. Film atau Gambar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah lakon (cerita) gambar hidup.
Ada beberapa jenis film yaitu dokumenter, kartun, serial dll. Dokumenter adalah sebuah
dokumentasi dalam bentuk film mengenai suatu peristiwa bersejarah atau suatu aspek seni
budaya yang mempunyai makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan alat
pendidikan. Kartun adalah film hiburan dalam bentuk gambar lucu yang mengisahkan tentang
binatang namun dalam perkembangannya kemudian kartun bukan hanya menceritakan
41 Ibid, 109 42 Ibid, 110 43 Ibid, 113
17
tentang binatang tetapi juga suatu cerita tentang seorang tokoh atau kejadian dapat dibuat
dalam film kartun (animasi). Film serial adalah film dengan tokoh-tokoh utama yang sama
cerita yang beruntun.44 Film dapat digunakan oleh guru untuk dapat menjelaskan pokok-
pokok pelajaran yang ingin disampaikan kepada peserta didik. Selain film, gambar juga dapat
dijadikan alat untuk menyampaikan pelajaran. Melalui gambar peserta didik dapat melihat
misalnya contoh situasi, tokoh yang sedang mereka pelajari.
Untuk mencapai sesuatu ada berbagai metode maupun media yang harus dipahami
agar dapat mencapai tujuan tersebut. Metode dan media merupakan hal yang praktis yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan. Khusus dalam proses belajar dan mengajar, metode
dan media pengajaran sangat penting untuk diterapkan karena ada hubungan yang sangat
dekat antara apa yang diajarkan dan bagaimana mengajarkan hal tersebut. Ternyata Tuhan
Yesus di dalam pengajaranNya selalu menggunakan berbagai macam cara atau metode agar
pengajaranNya dapat dimengerti. Pengajaran yang dilakukan oleh Yesus ternyata berhasil,
bahkan Ia seorang Guru yang berhasil dan handal. Hal ini dapat terjadi karena isi
pengajaranNya yang menarik ditambah cara penyampaianNya yang menggunakan berbagai
metode tersebut.
Bahan ajar yang baik belum menjamin berkualitasnya suatu pengajaran tetapi jika
bahan yang baik disampaikan dengan cara yang cocok dan tepat maka pengajaran tersebut
akan memperoleh keberhasilannya. Gereja yang menjadikan sekolah minggu sebagai wadah
pembinaan jemaat terkhusus bagi anak-anak harus mampu menyampaikan pembinaan
tersebut dengan cara yang kreatif dan berpusat kepada peserta didik sebagai subjek dari
pembinaan tersebut. Pembinaan yang kreatif dapat tercapai dengan cara menerapkan metode
dan media pengajaran dalam menyampaikan pengajaran kepada jemaatnya terkhusus
pengajaran bagi anak-anak. Melalui metode dan media maka pengajaran akan berpusat
44 http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php diunduh pada 11 Juni 2012
18
kepada subjek dari pengajaran tersebut. Metode dan media tersebut adalah alat yang
menghubungkan antara guru dan peserta didik sehingga ada pengertian dari guru maupun
peserta didik. Pengertian ini pada akhirnya akan mendatangkan kerjasama yang baik antara
keduanya.
Metode dan media ini haruslah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan anak atau
peserta didik. Perhatian kepada kebutuhan anak akan menjadikan metode dan media
pengajaran tersebut tepat sasaran dan dapat dirasakan manfaatnya. Kebutuhan anak dapat kita
lihat dari psikologi perkembangan manusia dan juga kaitannya dengan kecerdasan majemuk
yang dimiliki oleh setiap manusia.
2.3.2.1 Perkembangan Anak dan Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk)
Perkembangan adalah rangkaian perubahan kepada kemajuan yang tersusun secara
rapi, tipe yang padu menuju akhirnya yaitu kedewasaan. Kemajuan yang dimaksudkan berarti
bahwa perubahan tersebut bergerak maju bukan mundur. Rapi dan padu berarti bahwa
perkembangan tersebut bukanlah suatu hal yang sembrono dan kebetulan tetapi ada hubungan
yang sangat jelas dan terbatas antara setiap jenjang perkembangan dalam setiap urutan
perkembangan.
Ada tiga keuntungan penting yang dapat diperoleh dengan mengetahui perkembangan
normal dari anak-anak, yaitu:
1. Memungkinkan kita untuk mengetahui apa yang diharapkan oleh anak dalam setiap usia
dan secara umum dapat mengetahui perbedaan dari bentuk-bentuk tingkah laku yang akan
muncul dalam bentuk dewasa.
2. Karena pola perkembangan dari setiap anak hampir sama sehingga dapat membantu kita
untuk melihat kesesuaian tingkah laku seorang anak menurut usianya.
19
3. Pengetahuan tentang perkembangan anak memungkinkan pendidik untuk membimbing
perkembangan mereka ke arah yang diinginkan. 45
Karakteristik dari perkembangan tersebut adalah: 46
Perkembangan mengikuti sebuah pola. Perkembangan bukan sesuatu yang
kebetulan dan tidak teratur tetapi sesuatu yang padu dan terpola. Khususnya kepada manusia
dimulai dari perkembangan dalam kandungan, bayi, masa anak-anak, dan seterusnya. Setiap
tahap adalah hasil dari tahap sebelumnya dan tahap yang sekarang adalah prasyarat untuk
tahap selanjutnya.
Perkembangan berproses dari yang umum kepada yang khusus.
Perkembangan itu berkelanjutan, tidak berhenti.
Perbedaan-perbedaan individu dalam perkembangan yang konstan
Perkembangan terjadi dalam porsi yang berbeda untuk setiap bagian dari tubuh
manusia.
Kebanyakan ciri dalam perkembangan saling berhubungan.
Perkembangan dapat diprediksi.
Setiap fase perkembangan mempunyai cirinya tersendiri
Kebanyakan bentuk yang sering disebut sebagai “masalah dalam tingkah laku”
akan terlihat normal pada usia dimana hal tersebut nampak.
Setiap individu secara normal pasti akan melewati setiap tahap perkembangan.
Pengetahuan tentang prinsip-prinsip perkembangan sangatlah penting karena dapat
membantu kita untuk dapat mengharapkan sesuatu terhadap individu serta waktu yang tepat
untuk mengharapkan hal tersebut. Keuntungan lain adalah memberikan informasi bagi orang
45 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, edisi 2 (York: The Maple Press Company, 1950),23 46 Ibid, 41,43,44,45,47,48,49
20
dewasa untuk dapat memberikan rangsangan bagi pertumbuhan anak pada waktu yang
tepat.47
Secara umum dapat dilihat 5 tahap perkembangan dengan berbagai karakteristik
perkembangan, yaitu:
1. Masa sebelum dilahirkan.48
2. Masa kanak-kanak atau baru dilahirkan. Pada tahap ini terjadi pengenalan dengan
lingkungan baru dan bayi tersebut belajar tentang pertahanan diri.
3. Masa bayi (pada usia 2 minggu sampai sekitar 2 tahun). Ini adalah usia dimana seorang
individu berada pada ketidakberdayaan karena bayi sangat bergantung kepada orang lain
untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Masa Anak-Anak (dari usia 2 tahun sampai pada masa puber, seluruh masa sebelum
dewasa). Perkembangan pada tahap ini pertama ditandai dengan berkembanganya
kemampuan mereka untuk mengontrol lingkungannya dan menjadikannya sebagai bagian
dari dirinya. Ketika ia tidak mampu melakukan sesuatu maka ia akan bertanya untuk
menemukan informasi agar dapat mengatasi masalahnya. Sehingga pada masa ini, kita
akan menemui anak yang sering bertanya (mereka berperan sebagai “tanda tanya yang
hidup”). Pada masa ini juga akan ditemui anak-anak yang membentuk grup-grup karena
aktivitas berkelompok sangat penting bagi kehidupan anak-anak.
5. Masa remaja (pada usia 11 atau 13 tahun sampai 21 tahun). Masa remaja ini terbagi
menjadi tiga yaitu masa sebelum remaja (11-13 tahun pada perempuan dan pada laki-laki
satu tahun lebih lambat), masa remaja awal (16-17 tahun), dan masa remaja akhir (pada
usia kuliah). 49
47 Ibid, 49 48 Ibid, 53 49 Ibid, 54
21
Selama ini diyakini bahwa kognisi manusia bersifat satu kesatuan dan setiap individu
dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat dinilai dan diukur
secara tunggal50 (misalnya melalui tes-tes untuk melihat tingkat IQ). Howard Gardner
mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan
menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang
nyata.51 Seseorang baru sungguh beriteligensi tinggi jika ia mampu memecahkan dan
menyelesaikan persoalan dalam hidup yang nyata dan situasi yang bermacam-macam, situasi
hidup yang kompleks.52 Hal ini berarti bahwa inteligensi itu bukan sesuatu yang dapat
dikembangkan secara signifikan lewat pendidikan dan inteligensi itu banyak jumlahnya.53
IQ bukanlah jaminan bagi seseorang untuk sukses dalam kehidupannya, meskipun
mempunyai kedudukan yang penting dalam pengembangan pengetahuan. Beberapa orang
yang IQ nya tidak tinggi tetapi mempunyai kestabilan emosi dan ketekunan, akhirnya dia
dapat sukses dalam belajar maupun bekerja.54 Sekarang ini disadari oleh banyak orang bahwa
selain IQ, orang juga perlu mengembangkan EQ (kecerdasan emosi) dan SQ (kecerdasan
spiritual).55 Salah satu tempat yang dipercaya untuk mengembangkan EQ dan SQ adalah
sekolah minggu.
Gardner menerima bahwa ada tujuh inteligensi yang dimiliki oleh manusia dan pada
bukunya Intelligence Reframed ia menambahkan adanya dua inteligensi. Kesembilan
inteligensi tersebut adalah:
1. Inteligensi Linguistik
Kemampuan untuk mengembangkan dan mengolah kata-kata secara efektif baik
secara oral maupun tertulis seperti yang dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis,
50 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar ..., 139 51Paul Suparno, Teori Inteligensi....,17 52 Ibid, 18 53 Ibid, 19 54 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah (Yogyakarta:Kanisius,2008),11 55 Ibid, 12
22
dramawan, sastrawan, pemain sandiwara maupun orator. Mudah belajar berbagai bahasa.
Mudah menjelaskan, mengajarkan dan menceritakan pemikirannya kepada orang lain.56
2. Inteligensi Matematis-Logis
Kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara
efektif seperti yang dimiliki matematikus, saintis, programer, dan logikus. Orang yang
mempunyai inteligensi ini sangat mudah untuk membuat klasifikasi dan kategorisasi dalam
pemikiran serta mereka bekerja57.
3. Inteligensi Ruang-Visual
Kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat seperti yang dimiliki
oleh pemburu, arsitek, navigator dan dekorator. Mampu mengenal benda dan bentuk secara
tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenal perubahan tersebut,
menggambarkan benda dalam pikirannya dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta
mengungkapakan data dalam bentuk grafik.58 Anak yang mempunyai inteligensi ini akan
suka untuk menggambar, suka akan warna-warna, dan suka membangun balok-balok menjadi
bangunan yang indah dan bemakna.59
4. Inteligensi Kinestik-Badani
Kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekpresikan gagasan
dan perasaannya seperti yang dimiliki oleh aktor, atlet, penari, pemahat dan ahli bedah.
Mereka dapat menyalurkan apa yang mereka hidupi dengan gerakan tubuhnya. Anak yang
memiliki kemampuan ini biasanya tidak suka diam, ingin selalu menggerakkan tubuhnya.60
5. Inteligensi Musikal
Kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan bentuk-bentuk musik dan
suara. Di dalamnya termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi; kemampuan 56 Ibid, 26 57 Ibid, 29 58 Ibid, 31 59 Ibid, 33 60 Ibid, 34-35
23
memainkan alat musik; kemampuan menyanyi; kemampuan untuk mencipta lagu;
kemampuan untuk menikmati lagu, musik dan nyanyian. Mengungkapkan perasaan dan
pemikiran dalam bentuk musik. Mereka mudah mempelajari sesuatu jika dikaitkan dengan
musik atau dalam lagu61.
6. Inteligensi Interpersonal
Kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi,
watak dan temperamen orang lain. Pekaan terhadap ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang
lain. Berkaitan dengan kemampun menjalin komunikasi dan relasi dengan berbagai orang.
Mudah bekerjasama. Mudah berempati. Suka memberikan masukan kepada teman supaya
maju.62
7. Inteligensi Intrapersonal
Kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan
untuk bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri itu. Kemampuan untuk berefleksi dan
keseimbangan diri. Orang ini mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, dan
mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi. Ia sadar akan tujuan hidupnya.
Ia dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Orangnya
kebanyakan refleksif dan suka bekerja sendiri.63
8. Inteligensi Lingkungan/Naturalis
Kemampuan manusiawi untuk mengenal tanaman, binatang, dan bagian-bagian lain
dari alam seperti awan atau batu-batuan. Orang yang punya inteligensi lingkungan tinggi
biasanya mampu tinggal di luar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik dengan alam,
mudah mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan tanaman dan binatang. Biasanya mereka
mencintai lingkungan dan tidak suka merusak lingkungan hidup.64
61 Ibid, 36-37 62 Ibid, 39 63 Ibid, 41 64 Ibid, 42
24
9. Inteligensi Eksistensial
Kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam
eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaan
keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba mencari jawaban yang terdalam.65
Berkaitan dengan hal ini, dapat diciptakan suatu sistem pendidikan yang lebih terbuka
untuk mendesain berbagai kemungkinan bagi pikiran manusia66, termasuk pendidikan yang
diperoleh melalui gereja dalam sekolah minggu. Dengan inteligensi ganda pendidik dapat
menaruh perhatian pada perbedaan dari anak-anak didik dan mencoba menggunakannya
dalam pembelajaran dan pendidikan serta evaluasi yang lebih personal. Sehingga anak-anak
didik tidak dianggap sebagai blok-blok yang sama atau anonim. Inteligensi ini dapat
dikembangkan.67 Proses pembelajaran harus bervariasi sehingga setiap siswa dapat
menemukan bahwa mereka diperhatikan dan dibantu untuk belajar.68 Setiap orang berbeda
dalam inteligensinya dan perlu diperlakukan berbeda pula. Dengan kata lain, manusia lebih
dihargai sebagai pribadi dengan kekhasannya masing-masing.69
65 Ibid, 44 66 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar...,140 67 Paul Suparno, Teori Inteligens...,45 68 Ibid, 60 69 Ibid, 61