Upload
buithuy
View
219
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
9 Universitas Indonesia
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Keuangan
2.1.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber daya yang
tersedia untuk manajemen, bagaimana sumber dana diperoleh, dan bagaimana
sumber daya tersebut digunakan (Reilly, 2003). Laporan keuangan menjadi
informasi yang berguna, seperti melalui analisis laporan keuangan yang dihasilkan
oleh perusahaan dapat memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan,
perubahan posisi keuangan, dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang
diperlukan investor terdiri atas neraca, laporan rugi-laba, dan laporan arus kas.
Tujuan dari penyajian laporan keuangan (Kieso, 2006):
a. Untuk membantu investor, kreditor, dan pengguna lain yang telah ada
sekarang maupun yang potensial dalam membuat keputusan rasional
tentang investasi, kredit, dan lain lain.
b. Untuk membantu investor, kreditor, dan pengguna lain yang telah ada
sekarang maupun yang potensial dalam menilai jumlah, waktu, dan
ketidakpastian mengenai penerimaan kas di masa mendatang dalam bentuk
dividen atau bunga, serta hasil dari penjualan, redemption, ataupun jatuh
tempo dari sekuritas dan pinjaman.
c. Memberi gambaran tentang sumber daya ekonomi dari perusahaan, klaim
atas sumber daya tersebut serta pengaruh dari transaksi dan kejadian-
kejadian yang dapat mengubah sumber daya dan klaim tersebut.
Informasi dari laporan keuangan dapat digunakan untuk menghitung rasio
dan analisis aktivitas bisnis, perencanaan, pembiayaan, investasi, dan operasi
pusahaan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi pendapatan perusahaan,
serta arus kas.
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
10
2.1.2 Analisis Rasio Keuangan
Analisis menggunakan rasio keuangan untuk melihat hubungan antara
nilai individu dalam laporan keuangan. Rasio keuangan ini bukan hanya untuk
satu perusahaan saja, melainkan dibandingkan dengan faktor lain seperti
makroekonomi, kondisi industri, pesaing diantara industri, dan kinerja masa lalu.
Analisis rasio keuangan dibagi dalam 5 kategori yang akan membantu analis
dalam memahami karakteristik ekonomi yang penting dalam perusahaan (Reilly,
2003):
1. Common size analysis
Menganalisis laporan keuangan seperti neraca dan laporan rugi-laba
dengan melakukan presentase setiap elemen terhadap total aset dan total
penjualan pada tahun tertentu sehingga analis dapat mengetahui bagaimana
struktur dari pembiayaan perusahaan.
2. Internal liquidity (solvency)
Rasio likuiditas mengindikasikan kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka pendeknya. Semakin likuid semakin kecil risikonya.
Perhitungan dapat dilakukan dengan rumus: current ratio, quick aset ratio,
working capital, atau analisis cash flow.
3. Evaluating operating performance
Rasio ini mengidentifikasikan seberapa baik manajemen
mengoperasikan bisnisnya. Rasio ini terbagi atas operating efficiency &
operating profitability.
4. Risk analysis
Total risiko perusahaan terdiri dari dua komponen internal, yaitu risiko
bisnis dan risiko finansial. Risiko bisnis merupakan ketidakpastian pendapatan
yang disebabkan karena fluktuasi penjualan dan laba operasi perusahaan,
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
11
sedangkan risiko finansial berupa ketidakpastian ROE karena perusahaan
menggunakan hutang dalam pembiayaannya.
Risiko lain yang ditanggung perusahaan yaitu external liquidity risk,
yaitu risiko perusahaan untuk dapat membeli/menjual aset dengan cepat dan
sedikit terjadinya perubahan harga. Dipengaruhi oleh price earning ratio dan
price to book value. Rasio itu semakin rendah semakin kecil risiko yang
dihadapi, karena adanya undervalue valuasi harga saham.
5. Growth analysis
Nilai suatu perusahaan tergantung dari pertumbuhan pendapatan, arus
kas, dan dividen di masa yang akan datang. Ada dua faktor yang
mempengaruhi, antara lain besarnya sumber daya yang ditahan kembali untuk
investasi dan besarnya ROE.
Berdasarkan Reilly (2003) pula, dinyatakan bahwa dalam pasar yang
efisien seharusnya terdapat hubungan antara variabel risiko internal perusahaan
dengan ukuran risiko pasar seperti beta. Jadi, analisis laporan keuangan berupa
rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memperkirakan risiko sistematis
suatu aset.
2.2 Risiko
2.2.1 Pengertian Risiko
Capital Market Theory menjelaskan perilaku investor dalam melakukan
pengambilan keputusan berinvestasi. Investor akan mempertimbangkan dua faktor
penting dalam mengambil keputusan berinvestasi, yaitu besarnya imbal hasil yang
diharapkan (expected return) dan risiko. Oleh karena itu konsep risiko tidak
terlepas kaitannya dengan imbal hasil (return). Pengertian imbal hasil itu sendiri
merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor di masa depan
atas investasinya di masa sekarang.
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
12
Berdasarkan pengertian imbal hasil (return), bahwa imbal hasil (return)
suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung
selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan
mengabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus (Ross et al., 2003) :
1
1
t
ttt p
ppR (2.1)
Perhitungan di atas menurut Brooks, merupakan jenis metode perhitungan
imbal hasil (return) sebagai simple returns. Metode selanjutnya yaitu continuosly
compounded returns. Adapun formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
1
lnt
tt p
pr (2.2)
Dimana:
rt = Continuosly compounded returns pada periode t
pt = Harga saham pada periode t
pt-1 = Harga saham pada periode t-1
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, investor selalu mengharapkan tingkat
imbal hasil yang sesuai atas setiap risiko investasi yang dihadapinya. Risiko
adalah ketidakpastian mengenai tingkat pengembalian di masa yang akan datang
(Bodie et al., 2007). Menurut Reilly et al. (2003) risiko dapat diartikan bahwa
risiko merupakan ketidakpastian atas investasi yang akan diperoleh terhadap
imbal hasil yang diharapkan. Sedangkan Sharpe (1999) menyatakan “Risk is the
think for measuring of actual return deviation to expected return”. Jones (2000)
mendefinisikan “Risk is defined as the change that actual return on an investment
will be different from the expected return” . Jadi, risiko merupakan perubahan
dimana imbal hasil yang terjadi dari investasi akan berbeda-beda terhadap imbal
hasil yang diharapkan.
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
13
Menurut Scott et al. (2000), risiko adalah penyimpangan yang terjadi
antara actual return dengan imbal hasil yang diharapkan sebelumnya (expected
return). Keown et al. (2002) mendefinisikan risiko adalah munculnya variabilitas
yang berhubungan dengan penerimaan atau arus pendapatan yang diharapkan.
Jadi, risiko dari sudut pandang investasi merupakan trade off untuk imbal hasil
yang diharapkan (expected return). Jika ingin memperoleh tingkat pengembalian
yang lebih tinggi maka risiko yang diterima akan juga lebih besar.
Pengukuran risiko dibutuhkan sebagai tolak ukur untuk memahami
signifikansi dari kerugian yang akan ditimbulkan oleh terealisirnya suatu risiko,
baik secara individual maupun portfolio. Menurut Ross et al (2005) : “ The
variance and its square root, the standard deviation, are the most commonly used
measure of volatility”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
untuk menghitung besarnya risiko digunakan perhitungan varians dan standar
deviasi. Varians merupakan rata-rata kuadrat selisih antara actual return dengan
imbal hasil (return) rata-rata. Sedangkan standar deviasi merupakan akar dari
varians. Risiko dinyatakan dalam standar deviasi yang dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut:
n
iii rPrr
1
2 )()( (2.3)
Dimana:
σ = standar deviasi (simpangan)
ri = kemungkinan imbal hasil pada saat i
r = imbal hasil yang diharapkan
P(ri) = kemungkinan imbal hasil i akan terjadi
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
14
2.2.2 Jenis-jenis Risiko
Berdasarkan sifat dapat didiversifikasikan atau tidak dapat didiversifikasi,
risiko investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) risiko sistematis (systematic
risk), yang tidak dapat didiversifikasikan, dan (2) risiko tidak sistematis
(unsystematic risk, yang dapat didiversifikasikan).
1. Risiko Sistematis (Beta)
Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi disebut
juga dengan risiko pasar. Risiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di
pasar secara umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro,
risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko
pasar. Risiko ini mempengaruhi semua perusahaan dan karenanya tidak bisa
dihilangkan dengan diversifikasi.
Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta.
Pengertian beta menurut Jones (2000) yaitu suatu ukuran volatilitas, atau suatu
risiko sistematis relatif, dimana pengertian volatilitas adalah sebagai fluktuasi
dari imbal hasil (return) suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu. Jika
fluktuasi imbal hasil (return) sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi
imbal hasil (return) pasar, maka beta dari sekuritas tersebut bernilai 1.
Misalnya apabila return pasar naik sebesar 5%, maka investor akan
mengharapkan kenaikan return sekuritasnya sebesar 5% pula. Berdasarkan
pengertian menurut Scott et al. (2000) serta Ross et al. (2003), dapat
disimpulkan bahwa beta adalah pengukur volatilitas suatu risiko sistematis
pada sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi yang
menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif. Beta historis
dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (imbal
hasil (return) sekuritas dan imbal hasil (return) pasar).
Secara matematis menurut Bodie et al.(2007), beta dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
15
β =
22 XXN
YXXYN (2.4)
Dimana:
X = Imbal hasil (return) pasar (Rm)
Y = Imbal hasil (return) saham (Ri)
N = Jumlah data
β = Beta saham
Atau dapat dinyatakan dengan rumus (Ross et al.; 2005)
2,
m
mii
Cov
(2.5)
Dimana:
β = Beta saham
Covi,m = Covarian antara saham i dengan pasar
σ2= Varians pasar
2. Risiko Tidak Sistematis
Risiko tidak sistematik merupakan risiko yang berpengaruh khusus
pada sebuah aset tunggal atau sebuah aset kelompok kecil. Risiko tidak
sistematis dipengaruhi oleh faktor mikro yang terdapat pada perusahaan
atau industri tertentu, sehingga risiko ini hanya mempengaruhi perusahaan
itu saja. Risiko tidak sistematis ini bisa diminimumkan dengan melakukan
diversifikasi.
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
16
Sementara itu, berdasarkan Reilly (2003), investor dihadapkan kepada
lima jenis sumber risiko fundamental sebagai berikut:
1. Risiko bisnis
Risiko bisnis merupakan ketidakpastian arus pendapatan yang muncul
karena kondisi bisnis perusahaan. Semakin fluktuatif pendapatan yang masuk
ke perusahaan berarti semakin fluktuatif pula arus pendapatan yang diterima
investor.
2. Risiko keuangan
Risiko keuangan merupakan ketidakpastian yang muncul dari cara
perusahaan mendanai kegiatannya. Pendanaan perusahaan bisa berasal dari
penerbitan ekuitas atau penerbitan utang. Jika perusahaan menggunakan utang
sebagai salah satu sumber pendanaan, maka perusahaan harus mendahulukan
pembayaran bunga kepada kreditor daripada menghasilkan pendapatan untuk
pemegang saham, dan akhirnya ketidakpastian imbal hasil pemegang saham
akan meningkat.
3. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas merupakan ketidakpastian yang muncul saat investor
merubah sekuritasnya menjadi kas, yang akan digunakan untuk konsumsi saat
ini atau investasi lainnya. Semakin cepat dan mudah suatu asset diubah
menjadi kas, berarti aset itu semakin likuid. Penilaian likuiditas tersebut terdiri
atas berapa lama waktu yang diperlukan untuk merubah aset menjadi kas serta
seberapa besar kepastian akan harga yang diperoleh.
4. Risiko nilai tukar
Risiko nilai tukar merupakan ketidakpastian yang muncul ketika
investor memiliki aset yang didominasi dengan mata uang yang berbeda
dengan mata uang investor. Fluktuasi nilai tukar akan menimbulkan
ketidakpastian pada pendapatan yang akan diperoleh investor.
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
17
5. Risiko negara (keadaan politik)
Risiko negara (keadaan politik) merupakan ketidakpastian yang
muncul karena terjadinya perubahan besar pada kondisi ekonomi dan politik
suatu negara.
Selanjutnya, penelitian ini fokus pada risiko yang tidak dapat
didiversifikasi (systematic risk). Seperti dikutip pada Reilly (2003), banyak studi
yang meneliti hubungan antara risiko sistematis dan variabel akuntansi. Penulis
studi tersebut, terutama Thompson (1976), secara umum menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran risiko pasar dengan ukuran
risiko fundamental yang berasal dari data akuntansi. Selain itu, berdasarkan
Subramanyam (2004), elemen-elemen dari risiko sistematis antara lain:
a. Risiko ekonomi (Economic risk)
Risiko yang disebabkan dari lingkungan operasional pusahaan, seperti:
fluktuasi dalam aktivitas bisnis, capital market risk dan purchasing power
risk. Risiko bisnis merupakan risiko yang terjadi karena ketidakpastian
kemampuan pusahaan memperoleh tingkat pengembalian investasinya,
terjadi karena adanya perubahan faktor biaya dan pendapatan perusahaan.
Faktor tersebut berubah karena persaingan, product mix, dan kemampuan
manajemen.
b. Risiko keuangan (Financial risk)
Risiko ini terjadi karena struktur finanasial perusahaan dalam
mengkombinasikan hutang dan ekuitas.
c. Risiko akuntansi (Accounting risk)
Merupakan risiko yang terjadi karena penggunaan metode akuntansi, yang
pada gilirannya dapat mempengaruhi hasil akhir perhitungan pendapatan
(laba) perusahaan. Penggunaan metode akuntansi yang berbeda (dalam
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
18
lingkup SAK) juga tidak memberikan jaminan konsistensi dan
komparibilitas bila dibandingkan dengan perusahaan lain.
Sementara itu, menurut Rosenberg dan Guy (dikutip dari Bodie, et al
2007), untuk memperkirakan pengukuran beta perlu memperhatikan beberapa
variabel sebagai berikut:
a. Variance of earnings
b. Variance of Cash Flow
c. Growth in EPS
d. Market capitalization
e. Debt to Total asset ratio
f. Dividend yearly
2.3 Studi Literatur Mengenai Risiko Pasar
2.3.1 Teori Portofolio (Portofolio Theory) oleh Markowitz
Markowitz (1952) menerbitkan artikel tentang teori portofolio. Esensi
alokasi portofolio yang rasional tercakup dalam frase “don’t put all your eggs in
one basket”. Markowitz menunjukkan bahwa variance portofolio akan turun
secara asimtotik mendekati covariance-nya. Dengan kata lain, variance sekuritas
individunya dapat didiversifikasikan, tetapi covariance-nya tidak dapat
didiversifikasikan. Dengan demikian setiap penambahan sekuritas akan
mengurangi risiko portofolio tersebut. Berikut ini merupakan gambar dari
penurunan risiko portofolio.
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
19
Gambar 2.1 Penurunan Risiko Portofolio Secara Asymtotic
Sumber : Ross, Westerfield, dan Jaffe (2005)
Gambar di atas dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai
berikut:
Total individual risk (var)=portfolio risk (cov) + unsystematic risk (var-cov) (2.6)
Variance merupakan ukuran variabilitas imbal hasil saham individu.
Namun, karena satu saham tidak bisa dilepaskan dari hubungannya dengan saham
lainnya, maka muncul konsep covariance dan correlation yang melihat hubungan
antar saham-saham tersebut. Variance portofolio dapat ditulis dalam persamaan
matematis sebagai berikut (untuk kasus portofolio yang terdiri dari dua jenis aset):
Var = XA2 σA
2 + 2 XA XB ρA,B σA σB + XB2 σB
2 (2.7)
Dimana:
XA = proporsi aset A pada portofolio
σA = standar deviasi aset A
XB = proporsi asset B pada portofolio
σB = standar deviasi aset B
ρA,B = korelasi antara aset A dan aset B
Variance of portofolio’s return
Covariance
Number of securities
Diversifiable risk, unique risk, or unsystematic risk
Portofolio risk, market risk, or systematic risk
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
20
Korelasi antara satu aset dangan aset lainnya berkisar dari angka +1
sampai -1. Jika korelasi antar aset tersebut +1 atau korelasi positif sempurna
(perfect positive correlation), maka imbal hasil aset-aset tersebut lebih tinggi dari
pada imbal hasil rata-rata pada saat yang bersamaan, dan akan lebih rendah dari
imbal hasil rata-rata pada saat yang sama pula. Tanda positif menunjukkan
pergerakan imbal hasil aset-aset tersebut yang searah. Jika korelasi antar aset-aset
tersebut -1 atau korelasi negatif sempurna (perfect negative correlation), maka
imbal hasil suatu aset akan lebih tinggi dari pada imbal hasil rata-rata sedangkan
aset lainnya akan lebih rendah dari imbal hasil rata-rata. Tanda negatif
menunjukkan arah pergerakan imbal hasil aset-aset tersebut yang berlawanan
arah. Sedangkan jika korelasi antar aset-aset tersebut nol, berarti pergerakan imbal
hasil suatu asset tidak memiliki keeratan hubungan pada pergerakan imbal hasil
aset lainnya.
Dalam menyusun sebuah portofolio, korelasi antar aset harus diperhatikan.
Selama korelasi antar aset tersebut kecil dari 1, maka standar deviasi (risiko)
portofolionya akan lebih kecil dari rata-rata tertimbang standar deviasi (risiko)
individual asetnya. Melalui diversifikasi portofolio ini diharapkan investor dapat
mendiversifikasikan risiko tidak sistematisnya dan hanya menghadapi risiko
sistematis saja. Sehingga diversifikasi portofolio dapat dijadikan strategi bagi
investor untuk memperkecil risiko yang dihadapi.
2.3.2 CAPM (Capital Asset Pricing Model )
Teori harga pasar aset (Capital Asset Pricing Model) dikembangkan
pertama kali pada tahun 1960 oleh William F Sharpe, Lintner dan Mossin. CAPM
merupakan suatu model yang menghubungkan tingkat pengembalian yang
diharapkan dari suatu aset yang berisiko dengan risiko sistematis dari aset tersebut
pada kondisi pasar yang seimbang.
Penjelasan CAPM oleh Sharpe dan Lintner mengasumsikan adanya
lending dan borrowing pada tingkat bunga risk free rate. Berdasarkan hal
tersebut, maka imbal hasil yang diharapkan (expected return) dari aset i akan
diperoleh sebagai berikut:
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
21
E(Ri) = Rf + βi, (E[Rm] - Rf ) (2.7)
Dimana:
E(Ri) = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari sekuritas i yang
mengandung risiko
Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko
E[Rm] = Tingkat pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar.
βi = Risiko sistematis yang tidak bisa terdiversifikasi dari sekuritas i
Berdasarkan CAPM, tingkat pengembalian dari aset memiliki hubungan
yang linier terhadap covariance imbal hasil (returns)-nya pada return pasar
(market returns). CAPM mengasumsikan bahwa aset dengan risiko sistematis
(systematic risk) yang lebih besar akan menghasilkan imbal hasil (return) yang
lebih besar pula, dibandingkan dengan aset yang risiko sistematis-nya lebih kecil.
Oleh karena itu, apabila investor memiliki saham dengan risiko sistematis
(systematic risk) sama dengan pasar, maka koefisien beta adalah 1, lalu imbal
hasil yang diharapkan (expected return) adalah sama dengan imbal hasil pasar
(market return). Jika koefisien beta adalah 0, maka imbal hasil yang diharapkan
(expected return) akan sama dengan imbal hasil bebas risiko (risk free rate
return).
Dalam CAPM dinyatakan bahwa semakin tinggi risiko beta saham yang
ditolerir investor maka semakin tinggi tingkat pengembalian saham yang
diinginkannya. Bila beta tersebut dikaitkan dengan pengelompokkan saham
bahwa saham yang memiliki beta diatas satu adalah saham yang berisiko tinggi
dan saham yang memiliki beta dibawah satu disebut saham berisiko rendah, maka
investor sebaiknya membeli saham yang memiliki beta di atas satu ketika pasar
sedang mengalami kenaikan dan membeli saham beta dibawah satu ketika pasar
sedang mengalami penurunan.
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
22
2.3.3 Model Indeks Tunggal (Single Indeks Model) atau Market Model
Untuk mengiplementasikan CAPM, digunakanlah bentuk index model
dengan mengunakan realized return. Single index model, yang juga dinamakan
market model dikembangkan oleh Sharpe, yang merupakan pengembangan model
yang dikemukakan oleh Markowitz. Model Markowitz dan single-index model,
keduanya adalah model portofolio untuk meminimumkan varian. Perbedaan kedua
model pada rumus yang digunakan untuk menentukan varian portofolio. Model
Markowitz rumusnya diasumsikan untuk kondisi sangat sempurna, sedangkan
single-index model diasumsikan terdapat sisa saham yang tidak berkorelasi
sempurna.
Sebagai salah satu alternatif, single-index model dapat digunakan untuk
perkiraan imbal hasil (return) berbagai sekuritas individual maupun portofolio.
Model ini didasarkan atas asumsi bahwa hasil pengembalian suatu sekuritas
maupun portofolio dapat ditunjukkan sebagai suatu fungsi linier dari imbal hasil
indeks pasar. Model ini berdasarkan pada asumsi bahwa imbal hasil (return)
beberapa sekuritas atau portofolio dapat ditunjukkan sebagai fungsi linier dari
indeks imbal hasil (return) pasar. Contohnya Indeks Harga Saham Gabungan di
Bursa Efek Jakarta ; S&P Index.
Secara aljabar, model single-index ditunjukkan sebagai berikut
titMiit rri ,, (2.8)
Dimana:
rit = return sekuritas i pada periode waktu
rM,t = return pasar pada periode waktu t
αi = konstanta yang diukur dari return Sekuritas i yang tidak
dihubungkan atau dipengaruhi oleh return pasar.
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
23
βi = beta, ukuran sensitifitas dari return sekuritas terhadap
perubahan return pasar.
εi,t = tingkat kesalahan (error) merupakan bagian dari return
sekuritas yang diabaikan αi dan βi.
Jadi, model indeks tunggal didasarkan pengamatan bahwa harga dari suatu
sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus, dapat
diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika
indeks harga saham naik. Hal tersebut menyarankan bahwa return dari sekuritas
mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahan nilai pasar.
Model indeks tunggal pun membagi dua sumber risiko dari return sekuritas
menjadi risiko sistematis, yaitu risiko yang timbul secara makroekonomi dan
risiko yang unik dari sekuritas.
2.4 Penelitian Sebelumnya Mengenai Pengaruh Ukuran Risiko Berdasarkan
Akuntansi terhadap Risiko Sistematis
Beaver, Kettler dan Scholes (1970) dan Beaver dan Manengold (1975)
menyimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator atau ukuran risiko berdasarkan
akuntansi yang memiliki pengaruh terhadap beta sebagai risiko pasar. Sementara
itu, penelitian yang dilakukan oleh Abdelghany (2005) menyimpulkan bahwa
ukuran risiko berdasarkan akuntansi memiliki pengaruh terhadap risiko pasar
pada perusahaan yang terdaftar di NYSE. Hasil-hasil penelitian sebelumnya, yang
akan dijelaskan lebih lanjut, akan membantu memahami faktor atau variabel
apakah yang dapat mempengaruhi risiko sistematis (beta).
BKS (1970) melakukan pengujian empiris tentang penggunaaan laporan
keuangan dalam membantu investor menilai risiko sistematis. Variabel yang diuji
adalah dividend payout, yang diharapkan memiliki hubungan negatif dengan beta,
pertumbuhan aset yang diharapkan mempunyai hubungan positif, leverage yang
diprediksikan mempunyai hubungan positif, serta likuiditas dan ukuran
perusahaan yang diharapkan memiliki hubungan negatif dengan beta. Sedangkan
variabilitas laba dan beta akuntansi diprediksi mempunyai hubungan positif
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
24
dengan beta. Sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di NYSE periode
1947-1965 sebanyak 307 perusahaan, dan pengolahan regresi berganda dilakukan
dengan metode cross-sectional. Perhitungan beta menggunakan data saham
perusahaan individual dan juga membentuk portfolio saham. Hasil penelitian
menunjukan model akhir yang terbentuk dalam menunjukkan hubungan antara
variabel akuntansi dan beta terdiri atas tiga variabel, yang secara statistik
signifikan , yaitu dividend payout, leverage, dan variabilitas laba.
Farrelly, Ferris dan Reichenstein (1985) menginvestigasi apakah informasi
laporan keuangan dapat merefleksikan mengenai risiko pasar dari perusahaan
yang bersangkutan, dengan menggunakan tujuh variabel akuntansi yang sama
seperti penelitian BKS. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 25
saham yang widely-held dan widely-recognized di Amerika pada tahun 1981.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa laporan keuangan setidaknya secara
implisit mampu memberikan informasi mengenai risiko pasar saham perusahaan.
Current ratio, variabilitas laba, dan dividend payout menghasilkan pengaruh
statistik yang signifikan dengan beta. Namun, tidak seperti penelitian sebelumnya,
current ratio menunjukkan hubungan yang positif. Begitu pula dengan total aset
menunjukkan hubungan positif dengan beta, yaitu tidak sesuai dengan perkiraan
awal, serta beta akuntansi juga menunjukkan hubungan negatif dengan beta.
Sementara itu, Abdelghany (2005) juga melakukan replikasi penelitian
yang sebelumnya dilakukan oleh BKS (1970), dengan menggunakan ketujuh
variabel akuntansi yang sama. Sampel penelitian adalah 323 perusahaan yang
terdaftar di NYSE, dengan tujuan memeriksa hubungan antara risiko pasar dan
indikator risiko berdasarkan akuntansi untuk menentukan variabel akuntansi mana
yang dapat diumumkan sebagai pengganti dari risiko pasar, apabila tidak terdapat
data pasar, untuk memenuhi persyaratan SEC. Penelitian tersebut menunjukkan
hasil yang agak berbeda dengan yang dilakukan oleh BKS (1970), di mana
terdapat 4 variabel yang secara statistik signifikan mempengaruhi beta sebagai
risiko pasar, yaitu total aset, current ratio sebagai ukuran likuiditas, dividend
payout, dan variabel pertumbuhan. Sedangkan leverage dan variabilitas laba yang
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
25
dalam penelitian BKS (1975) signifikan ternyata tidak menunjukkan hasil yang
serupa pada penelitian Abdelghany (2005).
Young et al (1991) juga melakukan perluasan studi yang telah dilakukan
BKS (1970) mengenai hubungan pengukuran ukuran risiko berdasarkan akuntansi
dengan risiko sistematis. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa variabel
ukuran risiko akuntansi dapat menjadi alat yang berguna bagi investor dalam
menilai risiko saham serta memiliki kemampuan memprediksi beta di masa depan.
Faff, Brooks, dan Kee (1997) melakukan pengujian empiris tentang hubungan
financial leverage dengan risiko sistematis, pengujian dilakukan menggunakan
348 perusahaan dari berbagai industri yang diperoleh dari CRSP database dengan
pendekatan time series. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa leverage
mempunyai hubungan signifikan terhadap beta saham.
Di Indonesia, Tandelilin (1997) berusaha mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi beta dengan menggunakan variabel fundamental dan
makroekonomi. Sampel penelitian adalah perusahaan yang tidak tergolong
perusahaan finansial di BEJ dari periode 1990-1994. Jumlah observasi adalah 60
perusahaan. Variabel fundamental yang digunakan adalah 20 rasio keuangan yang
dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, dan
rasio pasar modal. Variabel fundamental secara bersama-sama signifikan
berpengaruh terhadap beta saham. Variabel Quick ratio, CL/TA, LD/TA,
Sales/net worth turnover, GPM, NPM, dan total aset memiliki pengaruh
signifikan terhadap beta saham.
Raharjo, Rodioni, dan Heryanto (2004) meneliti rasio keuangan yang
mempengaruhi beta saham dengan menggunakan 33 saham perusahaan
manufaktur di BEJ periode 2001-2003. Rasio keuangan yang digunakan adalah
likuiditas, financial leverage, operating leverage, dan pertumbuhan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hanya financial leverage dan operating leverage
yang secara statistik signifikan berpengaruh terhadap beta saham
Penelitian mengenai beta saham di Indonesia juga dilakukan oleh Gudono
dan Nurhayati (2001) yang melakukan pengujian terhadap hubungan faktor
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009
Universitas Indonesia
26
fundamental dengan beta. Penelitian mereka menggunakan variabel yang sama
dengan BKS. Sampel penelitian adalah 55 perusahaan teraktif pada tahun 1995.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan
dengan beta hanyalah variabel pertumbuhan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa data
akuntansi memiliki hubungan dan pengaruh pada beta saham. Untuk itu,
penelitian ini berusaha menganalisis kembali mengenai pengaruh variabel
berdasarkan indikator atau ukuran risiko berdasarkan akuntansi terhadap risiko
pasar, yang direfleksikan oleh beta sebagai risiko sistematis saham.
Analisis pengaruh..., Winda Kusumajati, FE UI, 2009