27
5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Transportasi 2.2.1 Pengertian Transportasi Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. (sumber: wikipedia) Transportasi atau pengangkutan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pergerakan atau perpindahan orang/barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu teknik atau cara tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu. Sistem transportasi jalan raya terdiri dari tiga komponen pokok yang dimana saling berhubungan satu dengan yang lainnya,ketiga komponen tersebut adalah prasarana angkutan,pelaku perjalanan dan pelaku angkutan. Dalam mengikuti laju pertumbuhan lalu lintas,dibutuhkan prasarana yang mampu melayani kelancaran lalu lintas (sumber: (Miro, 1997). 2.2.2 Transportasi sebagai suatu sistem Jika ditinjau berdasarkan pengertian transportasi sebagai suatu usaha untuk dapat membawa/memindahkan barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, maka transportasi juga diuraikan sebagai sesuatu yang dapat dipindahkan, adanya suatu tempat asal dan tujuan yang semuanya merupakan suatu mata rantai yang saling berkaitan dan membentuk suatu kesatuan. Bentuk seperti diatas diistilahkan sebagai “sistem”. Sistem sendiri dapat diartikan sebagai suatu kumpulan dari beberapa bagia n yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya yang digunakan untuk suatu tujuan tertentu dan jika terjadi perubahan pada salah satu bagian akan dapat mempengaruhi komponen-komponen lainnya (Miro, 1997).

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Transportasi 2.2.1 ...eprints.umm.ac.id/54315/45/BAB 2.pdf · 2.1 Teori Transportasi 2.2.1 Pengertian Transportasi Transportasi adalah perpindahan manusia

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Teori Transportasi

    2.2.1 Pengertian Transportasi

    Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke

    tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia

    atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan

    aktivitas sehari-hari. (sumber: wikipedia)

    Transportasi atau pengangkutan dapat didefinisikan sebagai suatu proses

    pergerakan atau perpindahan orang/barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

    menggunakan suatu teknik atau cara tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu. Sistem

    transportasi jalan raya terdiri dari tiga komponen pokok yang dimana saling

    berhubungan satu dengan yang lainnya,ketiga komponen tersebut adalah prasarana

    angkutan,pelaku perjalanan dan pelaku angkutan. Dalam mengikuti laju pertumbuhan

    lalu lintas,dibutuhkan prasarana yang mampu melayani kelancaran lalu lintas (sumber:

    (Miro, 1997).

    2.2.2 Transportasi sebagai suatu sistem

    Jika ditinjau berdasarkan pengertian transportasi sebagai suatu usaha untuk

    dapat membawa/memindahkan barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat

    lain, maka transportasi juga diuraikan sebagai sesuatu yang dapat dipindahkan, adanya

    suatu tempat asal dan tujuan yang semuanya merupakan suatu mata rantai yang saling

    berkaitan dan membentuk suatu kesatuan. Bentuk seperti diatas diistilahkan sebagai

    “sistem”. Sistem sendiri dapat diartikan sebagai suatu kumpulan dari beberapa bagian

    yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya yang digunakan untuk suatu tujuan

    tertentu dan jika terjadi perubahan pada salah satu bagian akan dapat mempengaruhi

    komponen-komponen lainnya (Miro, 1997).

  • 6

    2.2 Teori Stasiun

    2.2.1 Pengertian Stasiun

    Stasiun Kereta Api adalah fasilitas operasi kereta api atau tempat kereta api

    berhenti secara teratur untuk menaik turunkan penumpang atau membongkar-muat

    barang. Umumnya paling tidak memiliki satu person di sisi jalur rel dan bangunan

    utama yang menyediakan layanan tambahan seperti penjualan tiket dan ruang tunggu.

    Jika sebuah stasiun berada pada jalur tunggal, stasiun ini sering memiliki super belok

    untuk mengontrol persilangan dan persusulan antar kereta api. Pemberitahuan kereta

    api yang kecil sering disebut sebagai halte atau perhentian/stoplat. Stasiun dapat berada

    di permukaan tanah, bawah tanah, atau di jalur laying. Hubungan mungkin tersedia

    untuk mengintegrasikan jalur kereta api dengan moda transportasi lain seperti bus,

    trem, atau sistem transit cepat lainnya (Wikipedia).

    2.2.2 Tipe / Karakteristik Stasiun

    Stasiun kereta api dikelompokkan dalam kelas sebagai berikut (UU No. 23,

    2007):

    a. Kelas besar

    b. Kelas sedang

    c. Kelas kecil

    Pengelompokan kelas stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    berdasarkan kriteria (UU No. 23, 2007):

    a. Fasilitas operasi

    b. Frekuensi lalu lintas

    c. Jumlah penumpang

    d. Jumlah barang

    e. Jumlah jalur

    f. Fasiltas penunjang

    Salah satu stasiun kelas besar di Indonesia adalah Stasiun Surabaya Gubeng

    (SGU) atau yang lebih populer dengan nama Stasiun. Stasiun ini merupakan stasiun

  • 7

    kereta api terbesar di Surabaya dan Jawa Timur serta merupakan stasiun

    keberangkatan dan kedatangan utama KA dari Kota Surabaya, khususnya yang melalui

    jalur selatan dan timur Pulau Jawa. Untuk KA yang melalui jalur utara, seperti KA

    jurusan Jakarta via Semarang, sebagian besar keberangkatan dan kedatangannya

    dilayani di Stasiun Surabaya Pasarturi. Layanan Kereta Api Gubeng Baru Surabaya

    berdasarkan kelasnya ada sebagai berikut (Wikipedia):

    1. Kelas Eksekutif

    a. Argo Wilis, dari dan tujuan Bandung

    b. Bima, tujuan Jakarta dan tujuan Malang

    c. Turangga, dari dan tujuan Bandung

    d. Bangunkarta, dari dan tujuan Jakarta via Madiun-Semarang

    e. Sancaka Tambahan, dari dan tujuan Yogyakarta

    2. Kelas Campuran

    a. Sancaka, dari dan tujuan Yogyakarta (regular: eksekutif-ekonomi AC

    premium; Tambahan: eksekutif/bisnis/ekonomi AC plus).

    b. Mutiara Timur, dari dan tujuan Banyuwangi (eksekutif-ekonomi AC

    plus).

    c. Ranggajati, tujuan Cirebon dan tujuan jember (eksekutif-bisnis;

    terkadang ditambahkan juga kelas ekonomi AC plus).

    d. Mutiara Selatan, tujuan Bandung dan tujuan Malang (eksekutif-ekonomi

    AC premium).

    e. Wijayakusuma, tujuan Cilacap dan tujuan Banyuwangi (eksekutif-

    ekonomi AC premium).

    f. Gaya BAru Malam Selatan, dari dan tujuan Jakarta (eksekutif-ekonomi

    AC).

    3. Kelas Ekonomi AC Premium

    a. Jayakarta Premium, dari dan tujuan Jakarta.

    b. KA tambahan SGU-ML pp, dari dan tujuan Malang (menggunakan

    rangkaian Jayakarta Premium).

  • 8

    4. Kelas Ekonomi AC Plus

    a. Jayabaya, tujuan Jakarta via Surabaya Pasar turi-Bojonegoro-Cepu-

    Semarang-Cirebon dan tujuan Malang (terkadang ditambahkan kelas

    eksekutif).

    5. Kelas Ekonomi AC

    a. Pasundan (regular dan tambahan), dari dan tujuan Bandung.

    b. Logawa, tujuan Purwokerto dan tujuan Jember.

    c. Sri Tanjung, tujuan Yogyakarta dan tujuan Banyuwangi.

    d. Probowangi, dari dan tujuan Banyuwangi.

    6. Lokal/komuter

    a. Delta Ekspress (komuter Surabaya-Porong/SuPOr), tujuan Surabaya

    Kota dan tujuan Porong (komuter ekonomi).

    b. Dhoho, tujuan Surabaya Kota, dan tujuan Kertosono bersambung Blitar

    (lokal ekonomi AC).

    c. Penataran, tujuan Surabaya Kota dan tujuan Blitar via Malang (lokal

    ekonomi AC).

    d. Tumapel, tujuan Surabaya Kota dan tujuan Malang (lokal ekonomi AC,

    lebih sering disebut sebagai KA Penataran juga).

    e. Ekonomi Lokal/KRD Bojonegoro, tujuan Surabaya Pasar turi-

    Bojonegoro dan tujuan Sidoarjo (lokal ekonomi AC).

    f. Ekonomi Lokal/Krd Kertosono, tujuan Surabaya Kota dan tujuan

    Kertosono (lokal ekonomi AC).

    Standar pelayanan minimum di stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam pasal

    2 ayat (3) paling sedikit terdapat (PM, 2014):

    a. Tempat parkir

    b. Informasi yang jelas dan mudah dibaca mengenai:

    1. Visual

    a) Denah/layout stasiun

    b) Nomor kereta api, nama kereta api, dan kelas pelayanannya

  • 9

    c) Stasiun kereta api pemberangkatan, stasiun kereta api pemberhentian,

    dan stasiun kereta api tujuan beserta jadwal waktunya.

    d) Tarif kereta api

    e) Peta jaringan kereta api

    f) Ketersediaan informasi tempat duduk kereta api antar kota di stasiun

    yang melayani penjualan tiket

    2. Audio yang terdengar jelas oleh pengguna jasa

    c. Fasilitas layanan penumpang

    d. Loket

    e. Ruang tunggu

    f. Ruang boarding

    g. Tempat ibadah

    h. Tempat ibu menyusui

    i. Toilet

    j. Fasilitas kemudahan naik/turun penumpang

    k. Fasilitas penyandang disabilitas

    l. Fasilitas kesehatan

    m. Fasilitas keselamatan dan keamanan

    Berikut ini adalah standar ukuran untuk toilet sebagai berikut:

    Tabel 2.1 standar ukuran untuk toilet

    Fasilitas Standar Minimal Standar Rekomendasi

    Pintu masuk utama 90 cm 110 – 120 cm

    Kubikal 90 x 150 cm 90 x 150 cm

    Jarak antara pintu dan

    tempat duduk toilet 60 cm 60 cm

    Jarak dinding urinal 80 cm 80 cm

    Pintu toilet untuk orang

    berkebutuhan khususu 100 – 120 cm 120 cm

  • 10

    Fasilitas Standar Minimal Standar Rekomendasi

    Sirkulasi untuk orang

    berkebutuhan khusus 180 cm 180 cm

    Sirkulasi jarak antara

    kubikal ke dinding 70 cm 120 cm

    Sirkulasi jarak kubikal

    dengan washtafel 120 cm 140 cm

    Daya tampung dan luasan

    lantai 4.3 m2 dari luas lantai

    Sumber: Menteri Pariwisata, 2018

    Berikut ini adalah standarisasi pelayanan minimum di stasiun kereta api:

    Tabel 2.2 Standar Pelayanan Minimum di Stasiun Besar

    Jenis Layanan Uraian Stasiun Besar

    1. Tempat Parkir Tempat untuk parkir

    kendaraan baik roda 4

    (empat) dan roda 2 (dua)

    a. Luas tempat parkir

    disesuaikan dengan

    lahan yang tersedia.

    b. Sirkulasi kendaraan

    masuk, keluar dan parkir

    lancer.

    2. Loket Tempat penjualan dan

    penukaran tiket kereta api

    (operasional loket

    disesuaikan dengan

    jumlah calon penumpang

    dan waktu rata-rata

    perorang).

    a. Maksimun 180 detik

    pernama penumpang.

    b. Tersedia informasi ada /

    tidak adanya tempat

    duduk untuk seluruh

    kelas KA.

  • 11

    Jenis Layanan Uraian Stasiun Besar

    3. Ruang Tunggu Ruangan / tempat yang

    disediakan untuk

    penumpang dan calon

    penumpang sebelum

    melakukan check in

    (ruangan tertutup dana tau

    ruangan terbuka).

    Untuk 1 (satu) orang

    minimum 0,6 m2.

    4. Ruang Boarding Ruangan/tempat yang

    disediakan untuk orang

    yang telah check in dan

    verifikasi identitas diri.

    Untuk 1 (satu) orang

    minimum 0,6 m2, dan

    dilengkapi tempa duduk.

    5. Tempat Ibadah Fasilitas untuk melakukan

    ibadah.

    1. Pria (11 normal dan 2

    penyandang disabilitas).

    2. Wanita (9 normal dan 2

    penyandang disabilitas).

    3. Ruang Ibu Menyusui Ruangan / tempat yang

    disediakan khusu bagi ibu

    menyusui.

    2 tempat duduk dan 1

    wastafel.

    4. Toilet Tersedianya toilet a. Pria (4 urionir, 3 WC, 1

    WC penyandang

    disabilitas, 2 wastafel).

    b. Wanita (6 WC, 1 WC

    penyandang disabilitas,

    2 wastafel).

    5. Fasilitas Penyandang

    Disabilitas

    Fasilitas yang disediakan

    untuk penyandang

    disabilitas.

    Terdapat ramp dengan

    kemiringan maksimum

    20o dan peron tersambung.

  • 12

    Jenis Layanan Uraian Stasiun Besar

    6. Fasilitas Kesehatan Fasilitas yang disediakan

    untuk penanganan darurat.

    Tersedianya pertolongan

    pertama pada kecelakaan

    (P3k), kursi roda dan

    tandu.

    Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan, 2014

    2.3 Teori Analisis

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian analisis adalah

    penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui

    keadaan yang sebenarnya.

    Analisis adalah sebuah proses untuk memecahkan sesuatu kedalam bagian-

    bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sedangkan menurut Komarudin

    mengatakan bahwa analisis merupakan suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan

    suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda dari setiap

    komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam suatu

    keseluruhan yang terpadu (Gorys Keraf, 2005).

    2.4 Teori Kepuasan

    Kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua unsur

    kata, yaitu satis yang artinya cukup baik atau memadai dan facio yang memiliki arti

    melakukan atau membuat. Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu

    atau membuat sesuatu memadai (Tjiptono dan Chandra, 2011).

    Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kekecewaan seseorang

    setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan

    harapannya (Kotler, 2009).

    Kepuasan adalah tingkat perasaan setelah membandingkan kinerja atau hasil

    yang dirasakan dengan harapannya (Supranto, 1997).

  • 13

    Kepuasan adalah menyangkut rasa senang (lega, gembira dan sebagainya)

    karena telah terpenuhi hasrat hati (keinginan). Dapat disimpulkan bahwa kepuasan

    adalah tingkat perasaan seseorang yang menyangkut rasa senang, lega, gembira dan

    sebagainya karena telah terpenuhi hasrat hatinya. Perusahaan yang sukses adalah

    perusahaan yang dapat memuaskan konsumen mereka. Pemenuhan kepuasan

    perusahaan harus disertai dengan pemantauan terhadap kebutuhan dan keinginan

    mereka (konsumen) (Mulyono, 1999 dalam Zakaria, 2013).

    Kepuasan konsumen dapat dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut (M Mulyono,

    1999 dalam Zakaria, Shandy Ibnu, 2013):

    1. Performa produksi atau jasa. Performa atau keunggulan suatu produk atau jasa

    sangatlah penting dalam mempengaruhi kepuasan konsumen. Mutu produk

    merupakan keunggulan bersaing yang utama.

    2. Cita perusahaan atau produk (Merek). Terbentuknya citra merek (brand image)

    dan nilai merek (brand equity) adalah pada saat konsumen memperoleh

    pengalaman yang menyenangkan dengan produk yang ditawarkan.

    3. Nilai harga yang dihubungkan dengan nilai yang diterima konsumen. Pembeli

    menginginkan nilai yang ditawarkan sesuai dengan harga yang diberikan, oleh

    karenanya terdapat hubungan yang menguntungkan antara harga dan nilai.

    4. Kinerja atau prestasi karyawan. Kinerja produk dan sistem pengiriman

    tergantung pada bagaimana semua bagian organisasi bekerja sama dalam

    proses pemenuhan kepuasan konsumen.

    5. Persaingan, kelemahan dan kekuatan para pesaing juga mempengaruhi

    kepuasan konsumen dan merupakan peluang untuk memperoleh keunggulan

    bersaing.

    Pengukuran kepuasan pelanggan terhadap kualitas jasa dapat memperhatikan dimensi

    atau atribut yang dipakai sebagai dasar pengukuran. Indikator-indikator pengukuran

    kepuasan pelanggan terhadap jasa yang ditawarkan sebagai berikut (Mulyono, 1999

    dalam Zakaria, 2013):

  • 14

    a) Ketepatan waktu pelayanan. Hal-hal yang diperlukan adalah berkaitan dengan

    waktu tunggu dan waktu proses.

    b) Akurasi pelayanan, berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas dari

    kesalahan.

    c) Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, terutama bagi

    mereka yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal.

    d) Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan

    keluhan pelanggan.

    e) Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana

    pendukung serta pelayanan komplementer lainnya.

    f) Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya outlet,

    petugas yang melayani, fasilitas pendukung dan lain sebagainya.

    g) Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruang

    tempat pelanggan, kemudahan menjangkau tempat parkir kendaraan,

    ketersediaan informasi petunjuk dan bentuk lainnya.

    h) Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti lingkungan, kebersihan, fasilitas

    music, AC dan lain sebagainya.

    Metode yang dapat digunakan perusahaan setiap perusahaan untuk mengukur dan

    memantau konsumen atau pelanggannya sebagai berikut (Mulyono, 1999 dalam

    Zakaria, 2013):

    1. Sistem keluhan dan saran

    Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan perlu memberikan

    kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan

    saran, pendapat dan keluhan mereka. Media yang bisa digunakan meliputi:

    kotak saran yang ditempatkan di tempat-tempat strategis, menyediakan kartu

    komentar, menyediakan saluran telepon khusus dan lain sebagainya. Informasi

    yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan

    masukan yang berharga bagi perusahaan, sehingga memungkinkan untuk

  • 15

    memberikan respon secara cepat dan tanggap terhadap setiap masalah yang

    timbul.

    2. Survei kepuasaan pelanggan

    Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasaan pelanggan yang dilakukan

    dengan menggunakan metode survey, baik melalui telepon maupun wawancara

    pribadi. Melalui survey perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan

    balik secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda

    positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.

    3. Ghost Shopping

    Metode ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan beberapa orang untuk

    berperan atau bersikap sebagai pelanggan/pembeli potensial produk

    perusahaan dan pesaing. Lalu ghost shopper tersebut menyampaikan temuan-

    temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing

    berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut.

    4. Lost customer analysis

    Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya yang telah berhenti

    membeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan adalah akan

    diperolehnya informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini sangat

    bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam

    rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

    Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan setelah membandingkan kinerja

    atau hasil suatu produk yang dirasakan dengan harapan pembeli, jadi tingkat kepuasan

    adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan (Kotler

    dan Amstrong, 2001).

    Kepuasan konsumen adalah respon konsumen terhadap ketidaksesuaian antara

    tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaian

    (Rangkuti, 2003).

    Kepuasaan konsumen adalah perasaan konsumen akan rasa kenikmatan dan

    kekecewaan terhadap nilai evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan dan

  • 16

    sebelumnya dengan kinerja produk yang di rasakan (Supriyanto, 2002 dalam Zakaria,

    Shandy Ibnu, 2013).

    Perasaan puas pelanggan timbul ketika konsumen membandingkan persepsi

    mereka mengenai kinerja produk atau jasa dengan harapan mereka. Sementara itu

    kepuasan dan ketidakpuasan adalah respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian

    (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma kerja lainnya)

    dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya (Wahjono, 2010).

    Terdapat dua variabel utama yang menentukan kepuasan pelanggan, yaitu

    expectations dan perceived performance. Apabila perceived performance melebihi

    expectations maka pelanggan akan puas, tetapi apabila sebaliknya maka pelanggan

    merasa tidak puas (Wahjono, 2010 dalam Zakaria, Shandy Ibnu, 2013).

    Tingkat kepuasan (satisfaction) timbul karena adanya suatu transaksi khusus

    antara produsen dengan konsumen yang merupakan kondisi psikologis yang

    dihasilkan ketika faktor emosi mendorong harapan (expectations) dan disesuaikan

    dengan pengalaman mengkonsumsi sebelumnya (perception) (Wahjono, 2010

    Zakaria, Shandy Ibnu, 2013).

    Kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan

    konsumen serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi harapan konsumen.

    Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu expected

    service dan perceived service. Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai

    yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.

    Sebaliknya, jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka

    kualitas dipersepsikan buruk. Dengan demikian, baik tidaknya kualitas pelayanan

    tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya

    secara konsisten (Parasuraman, 1997 dalam Lucky, Auli Yuriansyah, 2013).

  • 17

    2.5 Teori Kualitas Jasa (Kualitas Layanan)

    Jasa (Service) adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan

    oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak

    berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu (Kotler, 2000).

    Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu

    pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud dan

    tidak menghasilkan) kepemilikan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan

    produk fisik maupun non fisik (Fandy Tjiptono, 2004).

    Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang

    harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk

    atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih

    keunggulan yang berkesinambungan (Tjiptono F, 1996).

    Kualitas jasa adalah kemampuan organisasi untuk memenuhi atau mengatasi

    harapan pelanggan, dimana harapan pelanggan diartikan sebagai keinginan dan

    kehendak pelanggan (Tjiptono dan Chandra, 2011).

    Kualitas jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan

    kepuasan pelanggan serta persepsi positif terhadap kualitas jasa. Sebagai pihak yang

    membeli dan mengkonsumsi jasa, pelanggan yang menilai tingkat kualitas jasa sebuah

    perusahaan (Tjiptono dan Chandra, 2011).

    Kualitas jasa (service quality) sebagai ukuran seberapa bagus tingkat layanan

    yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Apabila jasa yang

    diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka

    kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui

    harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas ideal.

    Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka

    kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa

    tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggan

    secara konsisten (Tjiptono, 1996).

  • 18

    Kualitas Pelayanan adalah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan

    konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen

    (Tjiptono, 2007).

    Terdapat empat definisi jasa (Tjiptono, 2008):

    1. Jasa menggambarkan berbagai subsektor dalam kategorisasi aktivitas ekonomi,

    seperti transportasi, finansial, kesehatan, pendidikan dan pelayanan publik.

    2. Jasa dipandang sebagai produk intangible yang hasilnya lebih berupa aktivitas

    daripada objek fisik.

    3. Jasa merefleksikan proses yang mencakup penyampaian produk utama,

    interaksi personal, kinerja dan pengalaman.

    4. Jasa adalah sebuah sistem yang terdiri dari dua komponen, yaitu service

    operations yang kerap tidak tampak keberadaannya oleh pelanggan (back

    office atau backstage) dan service delivery yang biasanya diketahui pelanggan

    (front office atau front stage).

    Ada empat karakteristik pokok pada jasa yang membedakannya dengan produk adalah

    sebagai berikut (Tjiptono, 2006):

    1. Tidak berwujud (Intangibility).

    2. Tidak terpisahkan ((Inseparability).

    3. Bervariasi (Variability).

    4. Tidak tahan lama (Perishability).

    Pelayanan adalah memuaskan dimana didalamnya terdapat unsur kecepatan,

    ketepatan, keramahan dan kenyamanan (Tjiptono, 2002).

    Beberapa faktor pendukung pelayanan antara lain:

    1. Faktor kesadaran

    Kesadaran menunjukkan suatu keadaan pada jiwa seseorang yang merupakan

    titik temu equilibrium dari berbagai pertimbangan sehingga diperoleh suatu

    kesadaran, ketenangan, ketetapan hati dan keseimbangan dalam jiwa

    bersangkutan.

  • 19

    2. Faktor aturan

    Aturan merupakan perangkat penting dalam segala hal tindakan dan perbuatan

    orang. Makin maju dan majemuk suatu masyarakat, semakin besar peraturan

    dan dapat dikatakan orang tidak dapat hidup layak dan tenang tanpa aturan.

    3. Faktor organisasi

    Organisasi pelayanan pada dasarnya tidak berbeda dengan organisasi pada

    umumnya, namun ada perbedaan sedikit dalam penerapannya, karena sasaran

    pelayanan ditunjukkan secara khusus kepada manusia yang mempunyai watak

    dan kehendak yang bermacam-macam

    2.6 Uji Validitas

    Validitas adalah suatu derajat ketepatan/kelayakan instrumen yang digunakan

    untuk mengukur apa yang akan diukur (Zainal Arifin, 2012). Validitas adalah derajat

    yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi,

    2013). Validitas mengacu sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan

    fungsi pengukurannya (Saifuddin Azwar, 2011).

    Validitas adalah tingkat keandalan. Instrumen dikatakan valid berarti

    menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau

    dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Rumus yang digunakan

    untuk menguji validitas adalah rumus pearson product moment sebagai berikut

    (Sugiyono, 2010):

    rxy = 𝑛 (∑ 𝑥𝑦)−(∑ 𝑥)(∑ 𝑦)√[𝑛 (∑ 𝑥2)−(∑ 𝑥)2][𝑛 (∑ 𝑦2)−(∑ 𝑦)2]

    keterangan:

    𝑟𝑋𝑖 𝑌 = koefisien korelasi

    𝑋𝑖 = skor variabel ke i (jawaban responden)

    𝑌 = skor total dari variabel untuk responden ke-n

    𝑛 = jumlah sampel

  • 20

    𝑖 = jumlah variabel pernyataan 1, 2, 3, … ,20

    Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai 𝑟h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏, maka Perpernyataan

    dinyatakan valid apabila 𝑟h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka pernyataan dinyatakan tidak valid.

    Dengan menggunakan bantuan software SPSS, akan diperoleh 𝑟h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (Sugiyono,

    2010).

    2.7 Uji Reliabilitas

    Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability yang berarti hal yang dapat

    dipercaya (tahan uji). Sebuah tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika tes

    tersebut memberikan data hasil yang tetap walaupun diberikan pada waktu yang

    berbeda kepada responden yang sama. Hasil tes yang tetap atau seandainya berubah

    maka perubahan itu tidak signifikan maka tes tersebut dikatakan reliabel. Oleh karena

    itu reliabilitas sering disebut dengan keterpercayaan, keterandalan, ketetapan,

    konsistensi, kestabilan, dan sebagainya. Reliabilitas menyangkut masalah ketepatan

    alat ukur. Ketepatan ini dapat dinilai dengan analisa statistik untuk mengetahui

    kesalahan ukur. Reliabilitas lebih mudah dimengerti dengan memperhatikan aspek

    pemantapan, ketepatan, dan homogenitas. Suatu instrumen dianggap reliabel apabila

    instrumen tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur data penelitian (Fred. N kerlinger,

    1990).

    Definisi teoritis dari reliabilitas adalah proporsi keragaman skor tes yang

    disebabkan oleh keragaman sistematis dalam populasi peserta tes. Jika terdapat

    keragaman sistematis yang lebih besar dalam suatu populasi dibanding dengan

    populasi lainnya, Reliabilitas merujuk pada ketentuan alat tersebut dalam menilai apa

    yang diinginkan, artinya kemampuan alat tersebut digunakan akan memberikan hasil

    yang relatif sama. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disampaikan

    bahwa, reliabilitas diartikan dengan keajegan (konsistensi) bilamana tes tersebut diuji

    berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah hasil tes yang pertama dengan tes

    yang berikutnya dikorelasikan terdapat hasil korelasi yang signifikan. Derajat

  • 21

    hubungan ini ditunjukkan dengan koefisien reliabilitas yang bergerak dari 0 sampai

    dengan 1. Jika koefisiennya semakin mendekati 1 maka semakin reliabel dan

    sebaliknya. Pada umumnya para ahli memberikan standar minimal koefisien

    reliabilitas sama atau lebih besar dari 0.6 (Fred. N kerlinger, 1990).

    Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen

    pengukuran yang baik. Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan bahwa alat ukur

    yang digunakan dalam penelitian keperilakuan mempunyai keandalan sebagai alat

    ukur, diantaranya diukur melalui konsistensi hasil pengukuran dari waktu ke waktu

    jika fenomena yang diukur tidak berubah (Sugiyono, 2010).

    Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai Cronbach Alpha ≥ 0,6 maka atribut

    dikatakan reliabel. Dan apabila nilai Cronbach Alpha< 0,6 maka atribut dikatakan

    tidak reliabel Rumus statistik yang digunakan untuk pengujian reliabilitas (Sugiyono,

    2010):

    r = {𝑘

    𝑘−1} {1 −

    ∑𝜎𝑏2

    𝜎𝑏2 }

    keterangan:

    𝑟 = Koefisien reliabilitas 21eliable21t

    𝑘 = Nilai korelasi

    ∑𝜎𝑏2

    = Jumlah varian butir

    𝜎𝑏2 = Varian total

    Dengan menggunakan bantuan software SPSS, diperoleh Cronbach’s Alpha.

    2.8 Analisis Deskriptif

    Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data

    dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

    sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

    umum atau generalisasi (Sugiyono, 2004).

  • 22

    Analisis deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari cara

    pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistika deskriptif

    hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan

    mengenai suatu data atau keadaan. Dengan kata statistika deskriptif berfungsi

    menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan. Penarikan kesimpulan pada statistika

    deskriptif (jika ada) hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada (Iqbal Hasan,

    2002).

    2.9 Metode Service Quality

    Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran

    kualitas jasa adalah dengan metode servqual. Metode tersebut berfungsi untuk

    mengetahui gap antara kualitas layanan yang diberikan pihak manajemen (perceived

    service) dan diharapkan oleh konsumen (expected service) (Soetjipto,1997).

    Metode Service quality dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan

    antara kenyataan dan harapan para pelanggan atas layanan yang diterima. Service

    quality dapat diketahui dengan cara membandingkan kenyataan para pelanggan atas

    layanan yang benar-benar mereka terima dengan harapan para pelanggan terhadap

    kualitas jasa yang ingin diterima. Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan, maka

    layanan dapat dikatakan bermutu. Sedangkan jika kenyataan kurang dari yang

    diharapkan maka layanan dapat dikatakan kurang bermutu, apabila kenyataan sama

    dengan yang diharapkan maka layanan dikatakan memuaskan (Soetjipto,1997).

    Metode Servqual merupakan model pengukuran gap kualitas pelayanan/jasa (service

    quality) yang diperkenalkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry pada tahun 1985.

    Metode yang dikenal dengan istilah gap analysis model ini berkaitan erat dengan

    model kepuasan pelanggan yang didasarkan pada rancangan diskonfirmasi (attribute

    performance) yang meningkat lebih besar daripada harapan (expectations) terhadap

    atribut bersangkutan, maka kenyataan terhadap kualitas pelayanan/jasa akan positif

    atau sebaliknya (Tjiptono dan Chandra, 2011). Metode yang dinamakan Servqual

    (service quality) dikembangkan dengan maksud untuk membantu para manajer dalam

  • 23

    menganalisis sumber masalah kualitas dan memahami cara-cara memperbaiki kualitas

    jasa. Selain itu juga servqual digunakan sebagai instrumen diagnostik untuk

    mengetahui pencapaian kualitas jasa. Dalam hal ini kualitas jasa yang diberikan sangat

    mempengaruhi kepuasan dari pelanggan sebuah perusahaan (Parasuraman et al., 1985).

    Servqual mampu mencapai pertumbuhan minat dengan cepat karena dibangun dengan

    pondasi bahwa penilaian konsumen mengenai kualitas layanan adalah sangat penting

    dan sangat diutamakan. Penilaian konsumen dikonsepkan sebagai kesenjangan antara

    apa yang diharapkan konsumen dari sebuah layanan yang dipandang berkualitas dan

    evaluasi yang diberikan konsumen berdasarkan pelayanan riil yang mereka rasakan.

    Kualitas layanan ditampilkan sebagai kerangka multidimensi. Dalam formulasi awal

    (Parasuraman et al., 1985), diidentifikasi 10 komponen layanan berkualitas, yaitu:

    1. Tangible

    2. Reliability

    3. Responsiveness

    4. Security

    5. Competence

    6. Access

    7. Courtesy

    8. Communication

    9. Credibility

    10. Understanding/knowing the costumer

    Tiga tahun kemudian pada 1988, kesepuluh komponen tersebut diperas

    menjadi lima dimensi, yaitu (Parasuraman et al., 1985):

    1. Tangible yaitu wujud fisik fasilitas, peralatan, personil, dan bahan komunikasi.

    2. Empathy yaitu kepedulian, perhatian individual yang diberikan oleh

    perusahaan kepada pelanggan.

    3. Reliability yaitu kemampuan untuk memenuhi janji pelayanan yang akurat.

    4. Responsiveness yaitu menggambarkan keinginan untuk menolong pelanggan

    dan untuk menyediakan layanan yang cepat dan tepat.

  • 24

    5. Assurance yaitu mengetahui dan menghormati serta memberikan kepercayaan

    dan kenyamanan.

    Metode servqual telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian tentang

    kualitas layanan. Diantara berbagai model pengukuran kualitas pelayanan servqual

    merupakan metode yang paling banyak digunakan. Karena frekuensi penggunaannya

    yang tinggi servqual dipandang memenuhi syarat validitas secara statistik. Hal tersebut

    disebabkan adanya beberapa kelebihan yang terdapat dalam metode servqual yaitu

    (Tjiptono dan Chandra, 2011):

    1. Memiliki kemampuan diagnostik yang tinggi dan memiliki konsep yang sesuai

    dengan dimensi atau setting sistem informasi.

    2. Telah diakui sebagai standar dalam kualitas layanan.

    3. Telah terbukti berlaku (valid) untuk semua situasi pelayanan.

    4. Dapat diandalkan karena instrumennya terdiri dari berbagai dimensi sehingga

    memudahkan pelanggan dan manajemen dalam melakukan pengisian.

    5. Memiliki prosedur analisis standar sehingga memudahkan dalam interpretasi

    hasil.

    6. Dapat diketahui variabel mana yang harus menjadi fokus untuk perbaikan

    selanjutnya dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.

    Adapun kelebihan metode servqual antara lain yaitu (Tristiani, 2003):

    1. Dapat diketahui nilai kualitas pelayanan dari setiap level pengamatan pada

    setiap atribut pernyataan atau setiap variabel, dan setiap dimensi kualitas

    pelayanan sehingga dapat dengan mudah ditelusuri apa yang sebenarnya

    mempengaruhi tinggi atau rendahnya penilaian kualitas secara keseluruhan.

    2. Dapat diketahui bagaimana harapan konsumen terhadap pelayanan yang

    ditawarkan dan bagaimana penilaiannya tentang pelayanan yang diberikan

    perusahaan.

    3. Dapat diketahui variabel mana yang harus menjadi fokus untuk perbaikan

    selanjutnya dalam rangka peningkatan kualitas layanan.

  • 25

    4. Dapat diketahui gambaran tentang perkembangan harapan dan kenyataan

    konsumen dari waktu ke waktu.

    Kualitas jasa dari perusahaan pada kelima dimensi dapat dihitung dengan

    merata-ratakan nilai servqual pada pernyataan yang membentuk kelima dimensi

    tersebut. Pada penelitian nilai rata-rata servqual pada tiap dimensi diperoleh dua

    langkah berikut (Tristiani, 2003):

    1. Untuk tiap responden, tambahkan nilai servqual pada pernyataan yang

    berkaitan dengan dimensi tertentu dan bagi jumlahnya dengan jumlah

    pernyataan yang membentuk dimensi pernyataan tersebut.

    2. Tambahkan jumlah yang diperoleh pada langkah pertama terhadap semua

    responden dan dibagi dengan jumlah seluruh responden.

    3. Nilai servqual untuk kelima dimensi yang telah diperoleh pada tahap

    sebelumnya dapat dirata-ratakan untuk memperoleh kualitas jasa keseluruhan.

    Nilai servqual keseluruhan yang telah diperoleh tersebut adalah nilai servqual

    tanpa bobot karena tidak memperhitungkan kepentingan relatif responden

    sesuai dengan skala likert yang digunakan.

    Nilai servqual terbobot yang memperhitungkan kepentingan relatif setiap

    dimensi diperoleh melalui tahap-tahap berikut ini (Tristiani, 2003):

    1. Untuk tiap responden, hitung nilai servqual rata-rata untuk tiap dimensi.

    2. Untuk tiap responden, kalikan nilai servqual untuk tiap dimensi (yang

    diperoleh pada tahap 1) dengan bobot kepentingan menurut responden pada

    dimensi tersebut.

    3. Untuk tiap responden, tambahkan nilai servqual terbobot (yang diperoleh pada

    tahap 2) melintasi kelima dimensi untuk memperoleh nilai servqual.

    4. Tambahkan nilai yang diperoleh pada tahap 3 melintasi semua jumlah

    responden dan dibagi dengan seluruh jumlah responden.

  • 26

    2.10 Teori Kuesioner

    Kuesioner merupakan metode pengumpulan data dengan cara membuat

    daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden yaitu penumpang kereta

    api untuk dijawab sesuai dengan penilaian mereka terhadap atribut-atribut dalam

    kuesioner. Alasan menggunakan teknik ini supaya responden tidak perlu

    memberikan penjelasan secara panjang lebar dan juga sangat praktis, tegas, hemat

    dan efisien dalam mengungkapkan inti persoalan. Cara ini digunakan untuk

    memperoleh data primer yang diperlukan oleh peneliti (Riduwan, 2002).

    Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain

    bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna

    (Riduwan, 2002). Tujuan penyebaran kuesioner ialah mencari informasi yang

    lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila

    responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam

    pengisian daftar pertanyaan. Kuesioner dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

    kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup (Riduwan, 2002).

    1. Kuesioner terbuka (kuesioner tidak berstruktur) adalah kuesioner yang

    disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan

    isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya.

    2. Kuesioner tertutup (kuesioner terstruktur) adalah kuesioner yang

    disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta

    untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya

    dengan cara memberikan tanda silang (×) atau tanda lingkaran (O).

    2.11 Teori Preferensi

    Preferensi atau selera adalah sebuah konsep, yang digunakan pada ilmu sosial,

    khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan realitas atau imajiner antara

    alternatif-alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif tersebut,

    berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada. Lebih

  • 27

    luas lagi, bisa dilihat sebagai sumber dari motivasi. Di ilmu kognitif, preferensi

    individual memungkinkan pemilihan tujuan/goal (Kotler, 2009).

    Menurut Kotler preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari

    berbagai pilihan produk jasa yang ada. Preferensi merupakan kesukaan

    (kecenderungan hati) kepada sesuatu. Preferensi juga diartikan sebagai pilihan suka

    atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk, barang atau jasa yang

    dikonsumsi (Kotler, 2009).

    Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab mendefinisikan preferensi

    itu dapat diartikan suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian kepada orang

    dan bertindak terhadap orang. Aktifitas atau situasi yang menjadi objek dari minat

    tersebut dengan disertai dengan perasaan senang atau puas (Kotler, 2009).

    Dalam kajian ekonomi, ada empat prinsip pilihan rasional yaitu (Kotler, 2009):

    1. Kelengkapan (Completeness)

    2. Transivitas (Transivity)

    3. Kontinuitas (Continuity)

    4. Lebih banyak lebih baik (The more is the batter)

    Faktor yang mempengaruhi preferensi ada empat faktor, yaitu (Kotler, 2009):

    1. Kebudayaan

    2. Sosial

    3. Pribadi

    4. Psikologis

    2.12 Analisis IPA

    IPA atau Importance Performance Analysis merupakan suatu metode analisis

    yang merupakan kombinasi antara aspek-aspek tingkat kepentingan dan persepsi

    terhadap kualitas atau kondisi suatu objek ke dalam X dan Y, dimana X merupakan

    persepsi terhadap ekowisata di suatu lokasi yang dapat memberikan kepuasan kepada

    wisatawan, sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan wisatawan. Tingkat

    kepentingan yang dimaksud dalam hal ini adalah kepentingan menurut wisatawan

  • 28

    terhadap ekowisata. Metode Salah satu cara dalam rangka perbaikan terhadap kualitas

    pelayanan adalah dengan cara menentukan faktor apa saja yang perlu diprioritaskan

    untuk dibenahi yaitu bisa dilakukan dengan menggunakan analisis tingkat kepentingan

    performansi atau kesenjangan (Kotler, 2002).

    2.12.1 Tingkat Kesesuaian

    Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja dengan skor

    kepentingan. Untuk mengetahui apakah kinerja relationship marketing pada

    bisnis multi level marketing IPA sudah sesuai dengan kepentingan para

    membernya dan untuk mengetahui tingkat kepuasan para member ini dianalisis

    antara kepentingan dan harapan riil yang diwakilkan oleh huruf Y dan X,

    dimana X merupakan tingkat kinerja yang memberikan kepuasan member IPA,

    Sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan member IPA (J. Supranto, 2006).

    2.12.1 Diagram Kartesius

    Pada analisis tingkat kepentingan performansi atau kesenjangan, dilakukan

    pemetaan menjadi empat kuadran untuk seluruh variabel yang mempengaruhi kualitas

    pelayanan yang sering disebut sebagai diagram kartesius. Skor kenyataan dan skor

    harapan perlu dipetakan ke dalam diagram kartesius agar dapat diketahui indikator-

    indikator yang perlu diperbaiki terlebih dahulu. Pada diagram kartesius ini, nilai

    kenyataan berada pada axis dan nilai harapan berada pada ordinate. Sehingga akan

    terdapat titik-titik koordinat dari skor kenyataan dan harapan. Selanjutnya, rata-rata

    dari kenyataan dan rata-rata dari harapan akan membagi diagram kartesius menjadi

    empat kuadran (Supranto, 2001):

    1. Kuadran I menunjukkan bahwa unsur-unsur jasa yang sangat penting bagi

    pelanggan, akan tetapi pihak perusahaan belum melaksanakan sesuai dengan

    keinginan pelanggan, sehingga menimbulkan kekecewaan rasa tidak puas.

    2. Kuadran II menunjukkan bahwa unsur-unsur jasa pokok yang dianggap penting

    oleh pelanggan telah dilaksanakan dengan baik dan dapat memuaskan

  • 29

    pelanggan, maka ini kewajiban dari perusahaan adalah mempertahankan

    kinerjanya.

    3. Kuadran III menunjukkan bahwa unsur-unsur yang memang dianggap kurang

    penting oleh pelanggan dimana sebaiknya perusahaan menjalankannya secara

    sedang saja.

    4. Kuadran IV menunjukkan bahwa unsur-unsur jasa yang dianggap kurang

    penting, tetapi telah dijalankan dengan sangat baik oleh perusahaan atau sangat

    memuaskan. Hal ini dianggap berlebihan.

    Gambar 2.1 Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan Pelayanan

    keterangan:

    kuadran I : Kenyataan Rendah, Harapan Tinggi (Prioritas Utama).

    kuadran II : Kenyataan Tinggi, Harapan Tinggi (Pertahankan Prestasi).

    kuadran III : Kenyataan Rendah, Harapan Rendah (Prioritas Rendah).

    kuadran IV : Kenyataan Tinggi, Harapan Rendah (Berlebihan).

    2.13 Penelitian Terdahulu

    Adalah salah satu upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan selanjutnya

    untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya di samping itu kajian

  • 30

    terdahulu membantu penelitian dalam memposisikan penelitian serta menunjukkan

    orsinalitas dari penelitian .

    Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

    No Nama Judul variabel

    1. Putra S Siragi

    Analisis Kepuasan

    Penumpang terhadap

    Kualitas Pelayanan jasa

    Stasiun Kereta Api Medan

    dengan Metode Service

    Quality

    -Kepedulian

    -Bukti Fisik

    -Kehandalan

    -Daya Tanggap

    -Jaminan

    Metode Service Quality

    2. Afrianto Pelani

    Analisis Kualitas Pelayanan

    PT KAI terhadap Kepuasan

    Pengguna Jasa Kereta

    Commuterline Jabodetabek

    di Stasiun Manggarai Jakarta

    -Kepedulian

    -Bukti Fisik

    -Kehandalan

    -Daya Tanggap

    -Jaminan

    Metode Service Quality

    3. Wawan Riyandi

    Persepsi Penumpang Kereta

    Api Tingkat Pelayanan

    Stasiun Tugu Yogyakarta

    -Kepedulian

    -Bukti Fisik

    -Kehandalan

    -Daya Tanggap

    -Jaminan

    Metode Service Quality

    4. Septiana Desy

    Ratnasari

    Evaluasi SPM dan Tingkat

    Kepuasan Penumpang di

    Stasiun Kereta Api Jember

    dengan Penerapan Boarding

    Pass

    -Kepedulian

    -Bukti Fisik

    -Kehandalan

    -Daya Tanggap

    -Jaminan

    Metode Service Quality

    5. Musiroh Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap

    Kepuasan Penumpang

    Kereta Api Sriwedari di

    Stasiun Solo Balapan

    -Kepedulian

    -Bukti Fisik

    -Kehandalan

    -Daya Tanggap

    -Jaminan

    Metode Service Quality

    6. Hendi Bowoputra Evaluasi Kinerja Kereta Api Malang Kota Baru

    Berdasarkan SPM K.A. dan

    IPA

    -Kepedulian

    -Bukti Fisik

    -Kehandalan

    -Daya Tanggap

    -Jaminan

    Metode Service Quality

  • 31

    No Nama Judul variabel

    7. Desi Yunita Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan

    Penumpang Kereta Api

    Monoreh pada PT. Kereta

    APi Indonesia (Persero)

    DAOP IV Semarang

    -Kepedulian

    -Bukti Fisik

    -Kehandalan

    -Daya Tanggap

    -Jaminan

    Metode Service Quality