28
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Audit Secara Umum Audit secara umum dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Audit Keuangan 2. Audit Operasional 3. Audit Ketaatan 4. Audit Investigatif 2.1.1 Audit Keuangan Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan perusahaan atau organisasi yang akan menghasilkan opini pihak ketiga mengenai relevansi, akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan oleh perusahaan atau akuntan publik independen yang harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum. Banyak perusahaan mempekerjakan auditor internal yang berfokus pada pengawasan pelaksaaan dan operasi perusahaan untuk memastikan kesesuaiannya dengan kebijakan organisasi.

BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Jenis Audit Secara Umum

Audit secara umum dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Audit Keuangan

2. Audit Operasional

3. Audit Ketaatan

4. Audit Investigatif

2.1.1 Audit Keuangan

Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan perusahaan atau

organisasi yang akan menghasilkan opini pihak ketiga mengenai relevansi,

akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut.

Audit keuangan umumnya dilaksanakan oleh perusahaan atau akuntan publik

independen yang harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum.

Banyak perusahaan mempekerjakan auditor internal yang berfokus pada

pengawasan pelaksaaan dan operasi perusahaan untuk memastikan kesesuaiannya

dengan kebijakan organisasi.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

10

2.1.2 Audit Operasional

Audit Operasional adalah pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap

prosedur operasi standar dan metoda yang diterapkan suatu organisasi dengan

tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan (3E).

Menurut Arens dkk (2003), definisi audit operasional, yaitu :

“An operational audits is a review of any part of organization’s operating

procedures and methods for the purpose of evaluating efficiency and

effectiveness. At the completion of an operational audit, recommendations to

management for improving operations are normally expected.”

Definisi audit operational menurut Kell dan Boynton (2001), adalah :

“Operational auditing is a systematic process of evaluating an organization’s

evectiveness, efficiency, and economy of operations under management’s

control and reporting to appropriate person the result of the evaluation along

with recommendation for improvement.”

Menurut Reider (1999), definisi audit operasional, yaitu :

“Combining these definition, it could be said that operational review is a

review of operations performed from a management viewpoint to evaluate the

economy, efficiency, and effectiveness of any and all operations, limited only

by management’s desires.”

Jadi inti dari konsep audit operasional didasarkan atas pemikiran bahwa seiring

dengan semakin luas dan kompleks lingkup kegiatan perusahaan, pemilik atau

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

11

owner tidak dapat mengawasi secara langsung seluruh operasi kegiatan

perusahaannya, pemilik akan membutuhkan suatu system yang dapat menilai

tingkat keberhasilan suatu proses yang tentunya juga dapat mendeteksi berbagai

masalah pada system produksi yang dapat merugikan perusahaan. Jika ternyata

ditemukan permasalahan pada saat audit operasional dilakukan, perusahaan dapat

melakukan action dengan cepat untuk melakukan counter measure yang tentunya

telah disepakati antara auditor dan owner perusahaan tersebut.

2.1.3 Audit Ketaatan

Audit Ketaatan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang

diaudit telah mengikuti prosedur, standar dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh

pihak yang berwenang.

2.1.4 Audit Investigatif

Audit Investigatif adalah: 1. "Serangkaian kegiatan mengenali (recognize),

mengidentifikasi (identify), dan menguji (examine) secara detail informasi dan

fakta-fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka

pembuktian untuk mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang

dapat merugikan keuangan suatu entitas (perusahaan/organisasi/negara/daerah)."

2. "a search for the truth, in the interest of justice and in accordance with

specification of law" (di negara common law)

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

12

Jadi, audit itu adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut :

1. Proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti

2. Informasi yang dapat diukur. Informasi yang dievaluasi adalah informasi

yang dapat diukur. Hal-hal yang bersifat kualitatif harus dikelompokkan

dalam kelompok yang terukur, sehingga dapat dinilai menurut ukuran

yang jelas, seumpamanya Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang baik, dan

Tidak Baik dengan ukuran yang jelas kriterianya.

3. Entitas ekonomi. Untuk menegaskan bahwa yang diaudit itu adalah

kesatuan, baik berupa Perusahaan, Divisi, atau yang lain.

4. Dilakukan oleh seseorang(atau sejumlah orang) yang kompeten dan

independen yang disebut sebagai Auditor.

5. Menentukan kesesuaian informasi dengan kriteria penyimpangan yang

ditemukan. Penentuan itu harus berdasarkan ukuran yang jelas. Artinya,

dengan kriteria apa hal tersebut dikatakan menyimpang.

6. Melaporkan hasilnya. Laporan berisi informasi tentang kesesuaian antara

informasi yang diuji dengan kriterianya, atau ketidaksesuaian informasi

yang diuji dengan kriterianya serta menunjukkan fakta atas

ketidaksesuaian tersebut.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

13

2.2 Pengertian Audit Operasional Proses Produksi

Audit operasional proses produksi adalah suatu proses yang sistematik untuk

mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-

pernyataan, kegiatan dan kejadian dalam suatu proses produksi, dengan tujuan

untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan yang

dilakukan pada proses produksi tersebut dengan kriteria atau standard yang telah

ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Kualitas memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan fungsi

sebenarnya dari suatu produk. Kualitas yang tidak baik atau tidak sesuai dengan

desain spesifikasi produk yang telah ditetapkan merupakan kerugian bagi

perusahaan. Menindaklanjuti hal di atas, perusahaan perlu merumuskan kebijakan

kualitas melalui pengendalian kualitas dengan cara melaksanakan audit

operasional atas proses produksi berdasarkan tahap-tahap audit operasional.

Suatu proses produksi tentunya mempunyai standard-standard yang telah

ditetapkan oleh pihak-pihak yang berkompeten untuk merancang dan

membuat suatu produk. Contohnya, sebuah perusahaan bahan kimia yang

digunakan untuk material campuran plating memberikan panduan dan tata

cara dalam membuat atau memproses campuran plating yang baik sehingga

menghasilkan suatu produk yang diinginkan. Untuk itu maka setiap proses

yang menggunakan bahan kimia tersebut harus mengikuti petunjuk atau

spesifikasi proses produksi agar produk yang dihasilkan berkualitas.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

14

2.3 Tujuan Audit Operasional Proses Produksi

Audit operasional proses produksi bertujuan untuk menilai tingkat

keberhasilan suatu proses produksi dan menghasilkan perbaikan dalam

pengelolaan aktifitas proses produksi dengan membuat saran-saran tentang tata

cara pelaksanaan yang sesuai dengan standard proses produksi.

Menurut Reider (1999; 13-14), audit operasional dilakukan dengan tujuan

umum sebagai berikut :

1) Menilai kinerja (Assess performance)

Menilai kinerja dilakukan dengan membandingkan bagaimana

pelaksanaan aktifitas suatu organisasi dengan kriteria yang ada, misalnya :

tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

2) Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan (Identify opportunities for

improvement).

Dengan meningkatkan efisiensi dan aktifitas diharapkan dapat

menciptakan perbaikan kegiatan operasional suatu organisasi.

2.4 Tahap-Tahap Audit Operasional

Dalam melakukan audit operasional diperlukan adanya suatu kerangka tugas

sebagai pedoman dalam melaksanakan audit. Menurut Arens dkk (2003:745).

Pemerikasaan operasional dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

1. Planning

Dalam pemeriksaan operasional serupa dengan pemeriksaan atas laporan

keuangan. Pada saat perencanaan, auditor harus menentukan ruang lingkup

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

15

penugasan, menyampaikan pada unit organisasional, menentukan staf

yang tepat dalam penugasan, memperoleh informasi mengenai latar

belakang unit.

1. Evidence Accumulation and Evaluation (Pengumpulan Bukti dan

Evaluasi)

2. Adalah suatu tahap dimana auditor mengumpulkan berbagai jenis bukti

yang diperoleh melalui cara pendokumentasian, wawancara dengan klien,

dan observasi. Setelah bukti terkumpul maka auditor harus

mengevaluasinya agar dapat menarik suatu kesimpulan mengenai temuan-

temuan yang diperolehnya dan mengajukan saran-saran rekomendasi.

3. Reporting and Follow-up (Pelaporan dan Tindak Lanjut)

Merupakan suatu tahap dimana pelaporan pemeriksaan operasional

biasanya ditujukan hanya pada pihak manajemen. Laporan pemeriksaan

operasional perlu disusun secara khusus untuk menyajikan ruang lingkup

audit, temuan, dan rekomendasi disampaikan kepada manajemen.

Tujuannya adalah untuk memastikan apakah perubahan-perubahan yang

direkomendasikan telah dilakukan, dan jika tidak, mengapa. Tindak lanjut

biasanya dilakukan setelah rekomendasi.

2.5 Hubungan Audit Operasional Proses dan Kualitas Produk

Tujuan dari audit operasional dari proses produksi ini adalah untuk

menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan proses produksi yang dapat

menyebabkan kecacatan produk. Kecacatan produk yang dimaksud disini adalah

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

16

apabila produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standard yang ditetapkan atau

dengan kata lain, produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standard drawing.

Kualitas produk sangat ditentukan oleh proses produksi produk itu sendiri.

Untuk mendapatkan produk yang baik, suatu proses produksi harus mengikuti

standard-standar pembuatan produk yang sudah ditetapkan. Agar semuat tujuan

tersebut tercapai, maka harus dilakukan Process Quality audit atau audit mutu

proses. Quality audit process atau audit mutu proses adalah sebagai suatu

pemeriksaan yang sistematik dan independen untuk menentukan apakah kualitas

aktifitas dan pencapaian hasil sesuai dengan rencana yang sudah dirancang, dan

apakah rancangan tersebut dapat diimplementasikan secara efektif dalam

pencapaian tujuan.

Gambar 2.1 : Flow Chart Hubungan Audit dan Tingkat Kecacatan Produk

Pengumpulan data supplier Zinc

Aktifitas audit

Penilaian proses : - Saran, Rekomendasi.

Implementasi hasil audit dan improvement

Menekan Tingkat kecacatan produk

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

17

2.6 Hubungan Audit Operasional Proses dan Efisiensi Proses

Sebuah proses produksi yang melakukan kontrol yang baik terhadap

prosesnya, tentu akan menghasilkan proses yang efisien. Artinya, tidak ada hal

yang disia-siakan pada saat proses tersebut berlangsung. Sebagai contoh, pada

saat dilakukan waktu pencelupan benda yang di proses plating. Waktu celup

melebihi ketentuan yang telah di tentukan. Hal ini tentu akan mengakibatkan

banyak kerugian yang di sebabkan oleh proses tersebut. Kerugian yang

disebabkan antara lain :

1. Biaya Man-Power.

Operator yang melakukan proses pencelupan tersebut harus menambah

waktu kerjanya.

2. Biaya Overhead Pabrik.

Pabrik dan peralatan yang ada di dalamnya, tentu mempunyai overhead

cost yang terus berjalan, seperti listrik, depresiasi equipment, air, dsb.

2.7 Zinc Chromating

Zinc Chromating yang sering disebut juga dengan istilah Zinc Plating adalah

salah satu jenis plating yang paling banyak digunakan pada part yang terbuat dari

logam (steel). Zinc Plating terdiri dari dua jenis yaitu :

1. Hexavalent Chromium

2. Trivalent Chromium

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

18

2.7.1 Proses Produksi Zn Plating

Proses produksi plating pada umumnya terdiri dari urutan proses sebagai

berikut :

Gambar 2.2 : Alur Proses Plating Trivalent Chromium

Proses Zn plating diawali dari proses degreasing, degreasing adalah proses

pembersihan permukaan benda yang akan diproses plating untuk memisahkan

material dari kandungan minyak atau oli yang menempel. Setelah proses

degreasing benda di bersihkan pada larutan air yang dinamakan dengan proses

Rinsing. Untuk aktivasi logam pada saat proses, part diproses pada larutan acid

pickling (larutan asam) agar struktur permukaan dapat aktif jika diproses dengan

bahan kimia lain. Proses selanjutnya adalah pembersihan part dari larutan asam

dengan cairan yang dialiri arus listrik agar permukaan logam benar-benar bersih

dari kotoran. Setelah proses pembersihan dan aktivasi material dilakukan, lalu

dilakukan proses pelapisan pertama yaitu pelapisan Zinc. Zinc berfungsi sebagai

pengikat antara Chromate dengan logam, karena logam tidak dapat berikatan

secara langsung dengan Chromate. Akan tetapi sebelum proses Chromating

Degreasing Rinsing Acid Pickling Electro Cleaner

Zinc Reclaim Activation Rinsing Chromating

Rinsing Rinsing

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

19

dilakukan, permukaan yang telah dilapisi oleh zinc terlebih dahulu dinormalkan

dengan larutan reclaim dan kemudian diaktivasi kembali. Setelah Chromating,

benda dibersihkan pada larutan pembersih sebanyak dua kali untuk meyakinkan

bahwa benda tersebut benar-benar bersih.

Cromating adalah proses inti yang harus diperhatikan, karena proses ini adalah

lapisan terluar yang bersifat keras dan melindungi permukaan logam dari korosi.

Jika lapisan Chromating rusak, akan menyebabkan lapisan zinc yang ada di

bawahnya juga rusak, hal ini akan menyebabkan permukaan logam tidak

terlindungi sehingga rentan terhadap karat atau korosi.

2.7.2 Jenis Zn Plating

Pada prinsipnya, Zinc Plating (Zn Plating) terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Zn plating hexavalent atau disebut juga Hexavalent Chromate,

Yang umumnya berwarna kuning.

Gambar 2.3 : Hexavalent Chromate.

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

20

2. Zn plating Trivalent atau disebut juga Trivalent Chromate,

Yang umumnya berwarna putih kekuningan.

Gambar 2.4 : Trivalent Chromate.

Kedua jenis plating tersebut mempunyai sifat yang hampir sama, yang

membedakan hanya jenis lapisan chromate yang merupakan lapisan terluar pada

plating. Kedua jenis zinc plating tersebut menpunyai kesamaan sifat self-

restoration, yaitu sifat yang dapat memperbaiki permukaan jika terjadi gores

halus pada lapisan Cr (Chrom). Seperti yang ditunjukan pada bagan dibawah ini.

Gambar 2.5 : Bagan Struktur Lapisan Plating Hexavalent Chromate dan Trivalent

Chromate (Zn Chromate structure – PT.ADM).

Sumber : Materi OPAM DAIHATSU (2005)

Cr2O3-CrO3-xH2O

Material

Zn plating Zn plating

Crack

Cr6+

Material

Zn plating Zn plating

M

Crack

(1) The barrier effect by a chromate film(2) The self-repair effect by Cr6+

(1) The barrier effect by a chromate film(2) The self-repair effect by an addition

element (Addition element: Co, Si, etc.)

Chr

omat

e co

mpo

sitio

n an

d cr

oss-

sect

iona

l stru

ctur

e C

orro

sive

pro

tect

ion

mec

hani

sm

Current technology(Hexavalent chromate)

Alternative technology (Trivalent chromate)

“Cr6+" “Cr3+ + addition element" The barrier and self-repair effects are obtained. “Cr6+" “Cr3+ + addition element" The barrier and self-repair effects are obtained.

Self-restoration by an addition

element

Self-restoration by Cr6+

chromate

Zn plating

0.3 micrometers chromate

0.3 micrometers

Zn plating

Cr2O3-MaOb-yH2O (M:Si、Co)

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

21

2.7.2.1 Hexavalent Chromate (Cr6+)

Hexavalent Chromate (Cr6+) adalah salah satu jenis plating yang sering

digunakan pada industri otomotif roda dua dan roda empat seperti mobil

DAIHATSU. Namun seiring berkembangnya bisnis yang ada di PT.ADM yang

memproduksi unit dengan merk DAIHATSU, PT.ADM melakukan export ke

manca negara yang mempunyai banyak karakter dan keinginan masing-masing di

negara tujuan eksport. Termasuk regulasi-regulasi pemerintahan negara tujuan

export yang harus dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk menjual unit

produk di negara tujuan tersebut.

Salah satunya yaitu SoC free, SoC (Substance of Concern) adalah empat jenis

logam berat yang berbahaya bagi manusia yang terdapat pada part-part kendaraan

bermotor. SoC free merupakan regulasi pemerintah Jepang untuk menjaga

lingkungan hidup dari pencemaran limbah industri otomotif.

Pada saat kendaraan seperti mobil dan motor telah mencapai umurnya (ELV =

End of Live Vehicle) untuk di sekrap atau di daur ulang, semua material akan

dipisahkan menurut jenis dan sifat material tersebut sehingga memudahkan proses

daur ulang. Namun diantara sekian banyak material tersebut, ada juga material

yang akhirnya menjadi sampah atau tidak bisa didaur ulang. Material yang tidak

dapat didaur ulang tersebut dikhawatirkan akan mencemari tanah karena

mengandung SoC yang terdiri dari empat logam berat, yaitu :

1. Pb (Lead)

2. Cd (Cadmium)

3. Hg (Mercury)

4. Cr6+ (Hexavalent Chromium)

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

22

Keempat jenis bahan kimia tersebut terkandung dalam material. Untuk

menghindari kandungan logam berat yang ada, PT.ADM melakukan kampanye

anti SoC (SoC free activity) kepada supplier-suppliernya. Khusus untuk material

yang mengandung bahan kimia seperti Pb, Cd, dan Hg harus diganti dengan

material lain yang bebas dari kandungan tersebut. Akan tetapi untuk Cr6+

(Hexavalent Chromium) yang harus dilakukan adalah penggantian jenis material

plating dengan jenis Cr3+ (Trivalent Chromium) pada saat proses plating

berlangsung.

2.7.2.2 Trivalent Chromate (Cr3+)

Trivalent Chromate (Cr3+) adalah jenis plating alternatif yang ramah terhadap

lingkungan karena sifatnya tidak merusak lingkungan dan aman bagi makhluk

hidup. Hanya saja yang menjadi kendala adalah proses yang dilakukan lebih sulit

daripada proses Hexavalent Chromium (Cr6+), karena parameter yang harus

dikontrol pada proses Cr3+ mempunyai range toleransi parameter yang lebih ketat

daripada Cr6+. Sehingga harus dilakukan pengontrolan dengan alat bantu atau

equipment pendukung dalam proses pengerjaannya.

2.7.3 Sifat parameter pada larutan krom (Chromate)

Parameter pada larutan Chromate Hexavalent maupun Trivalent mempunyai

sifat yang sama. Yang menjadi perbedaan diantara kedua jenis plating tersebut

adalah Range parameter serta besaran nilai parameter pada larutannya.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

23

Sifat parameter pada larutan chromate dapat dilihat pada bagan sebagai

berikut:

Tabel 2.1 : Sifat SST Level Terhadap Perubahan Parameter Pada Larutan

Chromate dan Sifat Perubahan Temperatur dan Waktu Pada Drying

(pengeringan).

Sumber : Materi OPAM DAIHATSU (2005)

Tabel 2.2 : Grafik Hubungan Zn, Fe, Dan Cu Terhadap SST Level.

Sumber : Materi OPAM DAIHATSU (2005)

Bath composition(concentration)

pH

Temperature Time

Concentration Whi

te ru

st g

ener

atin

g tim

e

72

Control range

pH

72

Control range

Temperature

72

Currentlevel Control range

Time

72

Control range

Low High

Low High

Low High

Short Long

(h) (h)

(h) (h)

Chromate Drying Temperature

Temperature

72

Control range

Low High

(h)

Time

Time

72

Control range

Short Long

(h)

Whi

te ru

st g

ener

atin

g tim

e

Whi

te ru

st g

ener

atin

g tim

e W

hite

rust

gen

erat

ing

time

Whi

te ru

st g

ener

atin

g tim

e W

hite

rust

gen

erat

ing

time

Currentlevel

Currentlevel

Currentlevel

Currentlevel

Currentlevel

A setup of the renewal conditions of a bath

Cu

72

Usable range

Limit Cu cumulative dosage

Low High

(h)

Zn

72

Usable range

Limit Zn cumulative dosage

Low High

(h)

Fe

72

Usable range

Limit Fe cumulative dosage

Low High

(h)

The amount of processings Updating (when early [ either ])

Con

cent

ratio

n of

bat

h Zn

Fe

Cu

Zn concentration limit

Fe concentration limit Cu concentration limit

Updating time is decided from each above-mentioned impurities limit and the upward tendency under processing.

Whi

te ru

st g

ener

atin

g tim

e

Currentlevel

Whi

te ru

st g

ener

atin

g tim

e

Currentlevel

Whi

te ru

st g

ener

atin

g tim

e

Currentlevel

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

24

2.7.4 Parameter Larutan Trivalent Chromium (Cr3+)

Proses chromating atau pelapisan trivalent chromium menggunakan berbagai

jenis merk dalam proses pembuatan plating Cr3+. Dalam penelitian kali ini penulis

menggunakan Trivalent jenis Eco Tri untuk melakukan eksperimennya. Untuk

membuat larutan chromate pada bak plating, komposisi antara air dan Eco Tri

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 : Komposisi air dan Kadar Eco Tri dalam Bak Chromating.

Make-up of 100L Liter Kg

Water* about 88,0 -

Ecotri 12 17

* Pada area proses pengerjaan yang memiliki kandungan kualitas air yang rendah, disarankan

untuk melakukan deionisasi air untuk Make-up.

Sumber : DATA SHEET EcoTri

Dengan parameter larutan sebagai berikut :

1. Temperature = 60°C (55 – 80°C)

2. PH = 1,8 (1,8 – 2,0) diukur dengan PH meter.

3. Waktu celup (Immertion Time) = 60 detik (30 – 90 detik)

2.8 Standard Zn Plating (Cr3+)

Standard yang digunakan untuk proses Zn Plating khususnya Trivalent

Chromium (Cr3+) pada penelitian ini adalah menggunakan DAIHATSU

STANDARD dengan nomor DTSH6524G. Pada standard DTSH6524G dibahas

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

25

mengenai standard pengujian dan spesifikasi plating Cr3+ yang harus diikuti dalam

membuat suatu part.

2.8.1 Klasifikasi

Jenis plating trivalent chromium diklasifikasikan berdasarkan tingkat ketebalan

(thickness), seperti ditunjukan pada tabel berikut ini :

Tabel 2.4 : Klasifikasi Thickness Plating Trivalent Chromium berdasarkan warna

plating.

Code

Grade As plated

Clear chromating

after plating

Black chromating

after plating

Use condition

U DTSH6524G - U DTSH6524G - UC DTSH6524G - UE

S DTSH6524G - S DTSH6524G - SC DTSH6524G - SE

Extremely

severe

A DTSH6524G - A DTSH6524G - AC DTSH6524G - AE Severe

B DTSH6524G - B DTSH6524G - BC DTSH6524G - BE Normal

Sumber : DAIHATSU STANDARD (DTSH6424-G)

2.8.2 Ketebalan coating (Coating thickness)

Dalam drawing part, biasanya disebutkan jenis klasifikasi yang akan

diaplikasikan pada part. Jenis klasifikasi yang tercantum dalam drawing tersebut

tentunya juga menentukan coating tickness seperti pada tabel di bawah ini :

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

26

Tabel 2.5 : Standard Thickness Plating Trivalent Chromium berdasarkan Grade.

Grade Coating thickness (µm)

U minimum 25

S minimum 13

A minimum 8

B minimum 5

Sumber : DAIHATSU STANDARD (DTSH6424-G)

Untuk menguji Coating thickness, dipergunakan alat yang bernama Thickness

tester. Thickness tester mengukur ketebalan mulai dari permukaan logam hingga

permukaan terluar lapisan plating.

Gambar 2.6 : Thickness tester.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

27

2.8.3 Tingkat Ketahanan Terhadap Korosi (Corrosion Resistance)

Tabel 2.6 : Klasifikasi Tingkat ketahanan Terhadap Korosi.

Corrosion Resistance

Type Time to formation of white

corotion products (h)

Time to formation of iron rust

(brown rust) (h)

DTSH6524G - UC

DTSH6524G - UE minimum 312

DTSH6524G - SC

DTSH6524G - SE minimum 216

DTSH6524G - AC

DTSH6524G - AE minimum 168

DTSH6524G - BC

DTSH6524G - BE

minimum 72

minimum 120

Sumber : DAIHATSU STANDARD (DTSH6424-G)

Tingkat ketahanan terhadap korosi diuji dengan menggunakan alat yang

bernama SST (Salt Spray Test) machine. Cara kerja SST machine adalah dengan

menyemprotkan uap garam setiap interval waktu yang ditentukan pada setingan

mesin.

Pada proses pengujian SST, tingkat ketahanan suatu lapisan plating akan

terlihat hingga lapisan mengeluarkan karat putih. Setelah karat putih muncul

untuk selanjutnya akan muncul pula karat coklat yang menandakan korosi yang

terjadi akan merusak material besi yang dilapisi oleh plating. SST machine dapat

dilihat pada gambar berikut ini :

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

28

Gambar 2.7 : SST Machine.

Setiap tahapan proses munculnya karat putih dan karat coklat diatur oleh

spesifikasi tipe plating.

Berikut adalah salah satu contoh dalam pemakaian standard uji SST :

- Dalam sebuah standard gambar tertulis :

“after machining process, DTSH6524-BC are applied to each child-

parts”.

Kalimat diatas menunjukan bahwa semua child-part atau part pretelan

menggunakan standard DTSH6524-BC yang artinya mempunya starat :

1. Warna lapisan plating adalah Clear chromating Tabel 2.8.1 atau secara

umum tampak permukaan lapisan berwarna putih.

2. besar thickness lapisan plating minimum adalah 5µm Tabel 2.8.2.

3. Tingkat ketahanan terhadap korosi Tabel 2.8.3.pada saat pengujian SST

adalah :

1. Karat putih muncul pada rentan waktu minimum jam ke-72 pada

saat pengujian. Artinya, jika karat putih muncul dibawah jam ke-72

maka lapisan plating tersebut dinyatakan NG (Not Good).

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

29

2. Karat coklat muncul pada rentan waktu minimum jam ke-120 pada

saat pengujian. Artinya, jika karat putih muncul dibawah jam ke-

120 maka lapisan plating tersebut dinyatakan NG (Not Good).

Atau dalam kata lain seperti yang dijeleskan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.7 : Standard Urutan Waktu munculnya Karat.

2.9 Peta Kendali

Peta kendali adalah peta yang menunjukkan batas-batas yang dihasilkan oleh

suatu proses dengan tingkat kepercayaan tertentu.

Contoh peta kendali dengan kondisi yang stabil :

Grafik 2.1 : Contoh Peta Kendali Yang Stabil.

0 jam 72 jam 120 jam

Tanpa KaratKarat PutihKarat coklat

Tipe karat

Waktu tidak dibatasi

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

CL

UCL

LCL

Waktu

Ting

kat m

utu

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

30

Proses pembuatan:

1. Tetapkan ukuran dari subgrup (kelompok data) (n) dan juga jumlah sub

grup yang akan dianalisis (N).

2. Kumpulkan data pengamatan

3. Hitung harga rata-rata setiap subgrup, dan juga harga R (range)

4. Hitung grand average :

X-double bar = ∑Xi /N

R-double bar = ∑Ri/N

5. Hitung nilai Batas Kontrol Atas (UCL) dan Batas Kontrol Bawah

(LCL) dengan formula sebagai berikut :

UCL x = X-double bar + A2(R);

LCL x = X-double bar - A2(R);

UCL R = D4 R-bar

LCL R = D3 R-bar

6. Petakan seluruh harga Xi dan Ri pada peta, dan periksa : bila semua titik

berada dalam batas, berarti proses pembuatan peta sudah selesai.

7. Bila ada yang keluar dari batas kendali, hilangkan data ini dan lanjutkan

dengan mengulangi 4, 5 dan seterusnya

8. Hasil akhir dari perhitungn menunjukkan terkendalinya proses/ sistem

yang dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

31

Suatu proses akan menjadi tidak stabil akibat munculnya faktor ”X” yang

mengakibatkan pola suatu variasi menjadi berubah. Dalam istilah statistik, faktor

”X” dikenal dengan istilah ”Special Causes”.

Contoh :

1. Terjadi kerusakan pada alat potong. Keausan pahat adalah faktor ”X” yang

muncul sehingga menyebabkan pola variasi bergeser ke bawah.

2. Operator yang baru masuk belum mampu atau belum mempunyai skill

dalam melakukan proses machining. Maka operato baru tersebut

merupakan faktor ”X”.

Dalam menganalisa suatu peta kendali (control chart) perlu diperhatikan trend-

trend yang terjadi pada point-point dalam suatu peta kendali, sehingga dapat

dinilai kestabilan dan sifat dari kualitas proses yang telah dilakukan. Berikut

adalah pola-pola grafik yang menunjukakan ketidakstabilan proses :

Bersambung ...

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

32

Grafik 2.2 : Pola-Pola Grafik (SPC)

Seperti yang telah dijelaskan pada proses pembuatan peta kendali di atas,

bahwa terdapat nilai koefisien dalam perhitungan batas-batas peta kontrol X-bar

dan R serta indeks kapabilitas proses. Nilai koefisien tersebut antara lain :

Tabel 2.8 : Standard Koefisien (SPC)

Ukuran contoh

Koefisien Untuk Batas Kontrol X-

Bar

Koefisien Untuk Batas Kontrol R

Koefisien Untuk Menduga Simpangan

Baku, s

(n) A2 D3 D4 d2

2 1,880 0 3.267 1.128 3 1.023 0 2.574 1.693 4 0.729 0 2.282 2.059 5 0.577 0 2.114 2.326

Bersambung...

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

33

Ukuran contoh

Koefisien Untuk Batas Kontrol X-

Bar

Koefisien Untuk Batas Kontrol R

Koefisien Untuk Menduga Simpangan

Baku, s

(n) A2 D3 D4 d2

6 0.483 0 2.004 2.534 7 0.419 0.076 1.924 2.704 8 0.373 0.136 1.864 2.847 9 0.337 0.184 1.816 2.97

10 0.308 0.223 1.777 3.078 11 0.285 0.256 1.744 3.173 12 0.266 0.283 1.717 3.258 13 0.249 0.307 1.693 3.336 14 0.235 0.328 1.672 3.407 15 0.223 0.347 1.653 3.472 16 0.212 0.363 1.637 3.532 17 0.203 0.378 1.622 3.588 18 0.194 0.391 1.608 3,640 19 0.187 0.403 1.597 3.689 20 0,180 0.415 1.585 3.735 21 0.173 0.425 1.575 3.778 22 0.167 0.434 1.566 3.819 23 0.162 0.443 1.557 3.858 24 0.157 0.451 1.548 3.895 25 0.153 0.459 1.541 3.931

Sumber : Modul Perkuliahan Pengendalian Kualitas BINUS

Untuk mengetahui kapabilitas suatu proses yang berlangsung tersebut baik atau

tidak, dilakukan pengujian indeks kapabilitas proses sebagai berikut :

Cp = (USL – LSL) 6 (R-bar/d2)

Dimana : Cp = Indeks kapabilitas proses

R-Bar = Rata-rata range

d2 = Koefisien untuk menduga simpangan

dengan standard kapailitas yang dihasilkan :

1. Jika Cp > 1,33 maka proses tersebut baik

2. Jika 1 < Cp < 1,33 maka proses cukup

3. Jika Cp < 1 maka proses tidak baik

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

34

2.10 One Way / Simple ANOVA (Analysis of Variance)

ANOVA diperkenalkan oleh Sir Ronald A. Fisher, yang digunakan misalnya

untuk RAL (Rancangan Acak Lengkap), maupun penelitian observasional analitik

dengan lebih dari dua kelompok. ANOVA (Analysis of Variance) berguna untuk

mengendalikan satu atau lebih variabel independent yang disebut dengan faktor

(Variabel Treatment) dan Tiap faktor mengandung 2 atau lebih level (kategori /

klasifikasi).

Sifat dari ANOVA adalah :

Populasi berdistribusi normal.

Populasi mempunyai variansi yang sama.

Sampelnya random dan independent.

Syarat dari ANOVA :

1. Analisis komparasi dari data kuantitatif

2. Masing-masing (kelompok) sampel bebas (independent) satu sama lain.

3. Masing-masing sampel berasal dari populasi dengan distribusi normal.

4. Populasi asal sampel mempunyai varians yang sama.

5. Jumlah (kelompok) sampel bisa lebih dari dua.

- Model : Yij = μj + eij

- Uji homogenitas varians : Uji Ho : δ12 = δ1

2 = δ22 = δ3

2 = ..... = δk2

(disebut juga dengan Barlet Test atau Lavene Test)

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

35

Formula yang dipakai :

I II .. k Total

X11 X12 .. X1k X21 X22 .. X2k .. .. .. .. .. .. .. ..

Data

Xn1 Xn2 .. Xnk

Σxi Σx1 Σx2 .. Σxk ΣΣxi Σxi2 Σx1

2 Σx22 .. Σxk

2 ΣΣxi2 n n1 n2 .. nk Σn = N

Tabel 2.9 : ANOVA

Sumber

Variasi

Sum of

Square (SS) df

Mean Square

(MS) F-Ratio

Between

Group (BG)

Within Group

(WG)

SSBG

SSTOTAL-SSBG

k - 1

N - k

SSBG / (k-1)

SSWG / (N-k)

SSBG / SSWG

Total SSTOTAL N - 1

Untuk melihat titik kritis dipergunakan Tabel F : F(numerator=k-1, denominator=N-k, df=1-α)

Dengan kesimpulan sebagai berikut :

F-Ratio < F2,12

0.46 < 3.89

H0 (μ1 = μ2 = ... = μk) ditolak, bila

Harga F-ratio (F-hitung) > F-tabel

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-1-00446-TIAS-Bab 2.pdfakurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan

36

2.11 Uji Kecukupan data

Uji Kecukupan data ini dilakukan dengan mencari banyaknya data yang

diperlukan sesuai dengan ketelitian yang diinginkan. Uji kecukupan data ini perlu

dilakukan untuk mengetahui apakah sample data yang diambil sudah mencukupi

untuk mewakili data populasi.

Rumus yang digunakan :

N’ = (k/s N (ΣXi2) – (ΣXi)2 ) ΣXi Dimana : s = Tingkat ketelitian (%)

K = Tingkat kepercayaan dari distribusi normal

Xi = Data pengamatan

N = Jumlah pengamatan/pengukuran yang telah

dilaksanakan.

N’ = Banyaknya data yang diperlukan untuk tingkat

ketelitian dan kepercayaan yang diinginkan.