Upload
buihanh
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
25
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Kualitas
2.1.1. Definisi Kualitas
Faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah
kualitas barang dan jasa yang dihasilkan. Produk dan jasa yang berkualitas
adalah produk dan jasa yang sesuai dengan keinginan konsumennya. Ada
banyak sekali definisi dan pengertian kualitas yang satu hampir sama dengan
definisi atau pengertian yang lain. Inilah beberapa pengertian kualitas dari
beberapa pakar yang banyak dikenal, antara lain :
“Kualitas sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari karateristik, derajat,
atau nilai – nilai dari suatu keunggulan”. (American Herritage
Dictionary, 1996)
“Kualitas adalah totalitas karateristik dari berbagai entitas yang
memberikan segenap kemampuannya pada nilai – nilai kebutuhan serta
nilai – nilai kepuasaan”. (ISO 8402)
“Kualitas adalah mengerjakan dengan cara yang benar, dan setiap saat
berpikir dengan cara yang benar”. (Motorola, DFSS, 2003)
“Kualitas adalah keseuaian dengan tujuan dan manfaatnya”. (Juran,
1962)
“Kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk
dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu
26
tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut”.
(Scherkenbach, 1991)
“Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan
tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan
tujuan”. (Elliot, 1993)
Sehingga kualitas dapat didefinisikan sebagai totalitas karakteristik,
derajat dan nilai – nilai keunggulannya yang mempunyai kesesuaian tujuan
dan manfaatnya dalam memberikan segenap kemampuannya pada nilai –
nilai kebutuhan serta nilai – nilai kepuasan untuk pelanggan yang dikerjakan
dengan cara berpikir yang benar.
Istilah kualitas memang tidak terlepas dari manajemen kualitas yang
mempelajari setiap area dari manajemen operasi dari perencanaan lini
produk dan fasilitas, sampai penjadwalan dan memonitor hasil. Kualitas
merupakan bagian dari semua fungsi usaha yang lain (pemasaran, sumber
daya manusia, keuangan dan lain – lain). Dalam kenyataannya, penyelidikan
kualitas adalah suatu penyebab umum (common cause) yang alamiah untuk
mempersatukan fungsi – fungsi usaha. Selain itu, kualitas memerlukan suatu
proses perbaikan yang terus – menerus (continuous improvement process)
yang dapat diukur, baik secara individual, organisasi, korporasi, dan tujuan
kinerja nasional. Dukungan manajemen, karyawan dan pemerintah untuk
perbaikan kualitas adalah penting bagi kemampuan berkompetisi secara
efektif di pasar global. Perbaikan kualitas lebih dari suatu strategi usaha,
melainkan merupakan suatu tanggung jawab pribadi, bagian dari warisan
27
kultural, dan merupakan sumber penting kebanggan nasional. Komitmen
terhadap kualitas adalah suatu sikap yang diformulasikan dan
didemonstrasikan dalam setiap lingkup kegiatan dan kehidupan, serta
mempunyai karakteristik hubungan yang paling dekat dengan anggota
masyarakat.
2.1.2. Konsep Kualitas pada Industri Manufaktur dan Jasa
Banyak ahli yang mendefiniskan kualitas yang secara garis besar
orientasinya adalah kepuasaan pelanggan yang merupakan tujuan perusahaan
atau prganisasi yang berorientasi pada kualitas. Dari beberapa definisi
terdahulu, dapat dikatakan bahwa secara garis besar, kualitas adalah
keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Pelanggan yang dimaksud di
sini bukan pelanggan atau konsumen yang hanya datang sekali untuk
mencoba dan tidak pernah kembali lagi, melainkan mereka yang
datangberulang – ulang untuk membeli dan membeli. Meskipun demikian,
konsumen yang baru pertama kali dating juga harus dilayani sebaik baiknya,
karena kepuasaan yang pertama inilah yang membuat pelanggan datang dan
datang lagi. Suatu produk dikatakan berkualitas mempunyai nilai
subjektifitas yang tinggi antara satu konsumen dengan konsumen lain. Hal
inilah yang sering didengar sebagai dimensi kualitas yang berbeda satu dari
yang lain.
28
Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas produk dan jasa itu akan
dapat dieujudkan bila orientasi dari seluruh kegiatan perusahaan dan
organisasi tersebut berorientasi pada kepuasaan pelanggan (Customer
Statisfaction). apabila diutarakan secara rinci, kualitas memiliki dua
perspektif, yaitu perspektif produsen dan perspektif konsumen, dimana bila
kedua hal tersebut disatukan maka akan dapat tercapai keseuaian antara
kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai kesesuaian yang digunakan oleh
konsumen.
Selanjutnya ada beberapa dimensi kualitas untuk industry manufaktur
dan jasa. Dimensi ini digunakan untuk melihat dari sisi manakah kualitas
dinilai. Tentu saja perusahaan ada yang menggunakan salah satu dari sekian
banyak dimensi kualitas yang ada, namun ada kalanya yang membatasi
hanya pada salah satu dimensi tertentu. Yang dimaksud dimensi kualitas
tersebut, telah diuraikan oleh Garvin (1996) untuk industri manufaktur,
meliputi :
a. Performance, yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu
sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk.
b. Feature, yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang
merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan
yang baik bagi pelanggan.
c. Reliability, yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena
kehandalannya atau kemungkinan rusaknya rendah.
29
d. Conformance, yaitu keseuaian produk dengan syarat atau ukuran
tertentu atau sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi
standar yang telah ditetapkan.
e. Durability, yaitu tingkat keawetan produk atau lama umur produk.
f. Serviceability, yaitu kemudahan produk itu bila akan diperbaiki atau
kemudahan memperoleh komponen produk tersebut.
g. Aesthetic, yaitu keindahan atau daya tarik produk tersebut.
h. Perception, yaitu fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu
karena citra atau reputasi produk itu sendiri.
Mutu pada industri manufaktur selain menekan pada produk yang
dihasilkan, juga perlu diperhatikan mutu pada proses produksi. Bahkan, yang
terbaik adalah apabila perhatian pada mutu bukan pada produk akhir,
melainkan proses produksinya atau produk yang masih ada dalam proses
(work in process), sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan masih
dapat diperbaiki.
30
Gambar 2.1 Dua Perspektif Mutu
2.1.3. Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas merupakan segala upaya yang dibutuhkan untuk dapat
memenuhi seluruh aspek kualitas, yang meliputi kualitas produk (quality of
product), biaya (cost reduction), tepat waktu (delivery time – lead),
keselamatan (safety) dan nilai moral (morale). Dimana tujuan utama dari
pemenuhan aspek kualitas yang ada sendiri ialah untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan (customer requirements) sehingga tercipta customer statifaction.
Sejauh apapun tingkat pencapaian kualitas yang ditawarkan oleh
perusahaan baik dalam bentuk barang maupun jasa, perlu disadari bahwa
hasil tersebut merupakan buah dari kualitas proses yang dijalankan. Pada
kenyataannya kualitas proses bukan hanya tanggung jawab bagian
produksi/pelayan jasa, tetapi semua aspek dalam organisasi perlu terlibat.
31
Atau dengan kata lain perlu adanya intergrated approach, melalui TQM
(Total Quality Management) dengan ketiga pilarnya yaitu : customer focus,
continuous improvements dan total participation. Dan dalam perkembangan
selanjutnya Six sigma lebih popular digunakan daipada TQM karena TQM
hanya memberikan petunjuk filosofis tentang menjaga dan meningkatkan
kualitas tetapi sukar untuk membuktikan keberhasilan pencapaian
pengingkatan kualitas. Six sigma aka dijelaskan lebih lanjut pada sub – bab
berikutnya.
2.2. Six Sigma
2.2.1. Definisi Six Sigma
Ada beberapa definisi mengenai Six Sigma :
Six Sigma adalah konsep bekerja dengan lebih efisien sehingga
perusahaan dapat menekan kemungkinan terjadinya kesalahan terhadap
proses atau pelayanan yang dihasilkannya (Pande, Peter S, at.al., 2000)
Six Sigma adalah suatu strategi bisnis, Six Sigma dapat membantu
perusahaan menghasilkan produk, proses atau pelayanan yang mampu
bersaing (Widyanto, 2003)
Six Sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan
peningkatan kualitas dramatik yang merupakan terobosan baru dalam
bidang manajemen kualitas (Gaspersz, 2001)
Berdasarkan defini Six Sigma diatas, maka dapat disimpulkan Six
Sigma adalah suatu metodologi bisnis yang bertujuan meningkatkan nilai –
32
nilai kapabilitas dari aktivitas proses bisnis. Proses adalah sesuatu yang
dimulai dari perencanaan, desain produksi sampai dengan fungsi – fungsi
konsumen (kebutuhan, keinginan dan ekspetasi). Tujuan Six Sigma adalah
meningkatkan kinerja bisnis dengan mengurangi berbagai variasi proses
yang merugikam, mereduksi kegagalan – kegagalan produk/proses, menekan
cacat – cacat produk, meningkatkan keuntungan, mendongkrak moral
personil karyawan dan eningkatkan kualitas produk pada tingkat maksmal.
Six Sigma pertama kali dikembangkan oleh Motorola pada pertengahan
tahun 1980 dan dipublikasikan oleh Jack Welch (General Electric) dalam
forum strategi bisnis tahun 1995. Istilah Six Sigma diambil dari terminologi
statistika, dimana sigma (σ) adalah standar deviasi dalam distribusi normal
dengan probabilitas (a) ± 6 (enam) atau sama dengan Pvalue = 0,999996 atau
efektivitas sebesar 99,9996%.
Keunggulan dari Six sigma ialah bahwa metode tersebut mencoba
untuk menerjemahkan pengertian variasi yang semula dalam keadaan yang
tidak sesuai standar mutu menjadi jelas untuk diputuskan apakah produk
tersebut memenuhi kebutuhan pelanggan atau tidak. Kepuasaan dan
peningkatannya menjadi prioritas tertinggi, dengan demikian Six sigma
berusaha menghilangkan ketidakpastian pencapaian tujuan bsinis.
Jika kita dapat mendefinisikan serta mengukur customer requirements,
maka kita akan sangguo untuk menghitung jumlah defect serta output (yield)
persen barang atau jasa yang diproduksi dalam keadaan baik. Perhitungan
level sigma dapat dilakukan dengan pengkonversian nilai yield dengan acuan
33
tabel. Atau dapat juga melalui perhitungan jumlah defect yang terjadi
dibandingkan dengan jumlah kesempatan produk dapat gagal. Hasil dari
perhitungan ini dikenal dengan DPMO (Defect per Million Opportunities).
Dengan Six sigma, diharapkan dapat tercapainya angka defect 3,4 kejadian
per 1.000.000 kesempatan.
2.2.2. Manfaat Penerapan Six Sigma
Adapun beberapa manfaat yang bisa didapatkan oleh perusahaan dengan
menerapkan Six sigma antara lain :
Menghasilkan sukses yang berkelanjutan
Cara untuk melanjutkan dan tetap menguasai pertumbuhan pasar yang
aman adalah dengan terus menerus berinovasi dan membuat kembali
organisasi. Six sigma menciptakan keahlian dan budaya untuk terus
menerus bangkit kembali.
Mengatur tujuan kinerja untuk setiap orang
Dalam sebuah perusahaan, membuat setiap orang bekerja dalam arah
yang sama dan berfokus satu tujuan bersama. Masing – masing fungsi,
unit bisnis dan individu mempunyai sasaran dan target yang berbeda –
beda. Sekalipun demikian, ada hal yang dimiliki oleh semua orang di
dalam maupun di luar perusahaan. Six sigma menggunakan hal tersebut
untuk menciptakan sebuah tujuan yang konsisten.
Memperkuat nilai pada pelanggan
34
Dengan persaingan yang ketat disetiap industri biaya pengiriman produk
dan jasa yang bermutu ataupun bebas cacat tidaklah menjamin sukses
fokus pada pelanggan dan merencanakan bagaimana mengirimkannya
kepada mereka secara menguntungkan.
Mempercepat tingkat perbaikan
Daya teknologi informasi yang menentukan kecepatan langkah, maka
harapan pelanggan terhadap perbaikannya semakin nyata. Perusahaan
yang tercepat melakukan perbaikan, kemungkinan besar akan
memenangkan persaingan, dengan menjamin alat – alat dan ide – ide
dari banyak disiplin ilmu, Six sigma membantu pekerjaan untuk tidak
hanya meningkatkan kinerja tetapi juga meningkatkan perbaikan.
Mempromosikan pembelanjaan
Six sigma merupakan suatu pendekatan yang meningkatkan dan
mempercepat perkembangan dan penyebaran ide – ide baru di sebuah
organisasi keseluruhan. Orang – orang yang terlatih dengan keahlian
dalam banyak proses serta bagaimana mengelola dan memperbaiki
proses, dapat dipindah ke divisi lain dengan kemampuan untuk
menerapkan proses dengan lebih cepat.
Melakukan perubahan strategi
Memperkenalkan produk baru, meluncurkan kerjasama baru, memasuki
pasar baru merupakan aktivitas – aktivitas bisnis sehari – hari yang biasa
dilakukan oleh perusahaan. Dengan lebih memahami proses dan
35
prosedur perusahaan, akan memberikan kemampuan yang lebih besar
untuk melakukan penyesuaian kecil maupun peyesuaian besar.
2.2.3. Konsep Kunci Sistem Six Sigma
Pengetahuan tentang pelanggan dan ukuran – ukuran yang efektif merupakan
bahan bakar dalam sistem Six sigma keduanya mendorong mesin yang terdiri
dari tiga unsur dasar ( perbaikan proses, desain atau desain ulang proses dan
manajemen proses) yang sebelumnya berfokus pada proses organisasi.
Hubungan pendekatan – pendekatan tersebut merupakan salah satu inovasi
penting yang membuat Six sigma berhasil. Ketiga unsur dasar tersebut
adalah :
Perbaikan Proses
Menemukan solusi – solusi target. Istilah perbaikan proses menunjuk
pada sebuah strategi membangun solusi terfokus untuk mengeliminasi
akar penyebab dari masalah kinerja bisnis. Pada dasarnya, usaha
perbaikan proses berusaha menyelesaikan sebuah masalah sementara
meninggalkan struktur dasar dan proses kerja yang utuh.
Desain Ulang Proses
Membangun bisnis yang lebih baik. Six sigma membawa bersama –
sama baik perbaikan proses maupun perancangan ulang,
menggabungkannya sebagai strategi paling penting dyang
komplementer untuk meraih suskse terus menenerus. Pada model desain
36
ulang sasarannya bukanlah untuk memperbaiki melainkan untuk
mengganti dengan proses yang baru.
Manajemen Proses
Infrastruktur untuk kepemimpinan Six sigma merupakan strategi yang
paling revolusioner karena melibatkan suatu perubahan fokus, dari
kekeliruan dan arah fungsi – fungsi kepada memahami dan
memfasilitasi proses – proses, aliran kerja yang memberikan nilai
kepada pelanggan dan para pemegang saham.
2.2.4. Metodologi DMAIC
Metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) merupaka
suatu tahapan proses untuk peningkatan terus – menerus menuju target Six
sigma. DMAIC dilakukan secara sistematis, berdasarkan ilmu pengetahuan
dan fakta (systematic, scientific and fact based). Terdapat 5 tahapan pada
metode DMAIC :
2.2.4.1. Define
Define merupakan langkah operasional pertama dalam program peningkatan
kualitas Six sigma. Pada tahapan ini kita perlu mendefinisikan hal yang
terkait dengan identifikasi masalah dengan pernyataan proyek (project
statement), identifikasi kebutuhan spesifik dari pelanggan (voice of
customer), pemilihan produk terkait dengan proyek Six sigma dan
penggambaran diagram SIPOC.
37
1. Project Statement
Project statement merupakan pernyataan terhadap setiap proyek Six
sigma yang terpilih, dimana kita harus mendefiniskan isu – isu, nilai –
nilai dan sasaran dan/ tujuan dari proyek itu. Pernyataan tujuan proyek
harus ditetapkan untuk setupa proyek Six sigma yang terpilih.
Pernyataan tujuan yang benar adalah apabila mengikuti prinsip SMART
sebagai berikut :
- Spesific : Tujuan proyek peningkatan kualitas Six sigma harus
bersifat specifik yang dinyatakan secara tegas. Pernyataan tujuan
seyogianya menggunakan kata kerja, seperti : Menaikkan….,
Menurunkan…., Menghilangkan……,dll.
- Measurable : Tujuan proyek peningkatan kualitas Six sigma harus
dapat diukur menggunakan indicator pengukuran yang tepat guna
mengevaluasi keberhasilan, peninjauan – ulang, dan tindakan
perbaikan di waktu mendatang. Pengukuran harus mampu
memunculkan fakta – fakta yang dinyatakan secara kuantitatif
menggunakan angka – angka.
- Achievable : Tujuan program peningkatan kualidas Six sigma
harus dapat dicapai melalui usaha – usaha yang menantang
(challenging efforts).
- Results – oriented : Tujuan program peningkatan kualitas Six
sigma harus berfokus pada hasil – hasil berupa pencapaian target –
target kualitas yang ditetapkan, yang ditunjukkan melalui
38
penurunan DPMO (defects per million opportunities), peningkatan
kaabilitas proses (Cpm ; Cpmk) dan lain – lain.
- Time – bound : Tujuan program peningkatan kualitas Six sigma
harus menetapkan batas waktu pencapaian tujuan itu dan harus
dicapai secara tepat waktu.
Struktur pernyataan masalah atau isu – isu yang diangkat dalam proyek
Six – sigma seyogianya mampu menjawab beberapa pertanyaan berikut
yang dikelompokkan ke dalam 5W – 2H (What, Where, When, Why,
Who, How dan How – Much) seperti yang ditunjukkan tabel di bawah
ini.
Tabel 2.1 Project Statement
What ?
Apa yang menjadi masalah paling
penting dan mendesak untuk
diselesaikan ?
Apa kesempatan (opportunities)
atau kesenjangan (gap) yang ada ?
Apa proses atau sub – proses yang
dilibatkan ?
Where ?
Dimana akan bisa dilakukan
pengamatan masalah itu ?
(Departemen, Wilayah, Unit
39
Bisnis, dll)
When ?
Bilamana pengamatan terhadap
masalah itu akan dilakukan > (
Berkaitan dengan waktu :
hari/minggu/bulan,
sebelum/sesudah implementasi
proyek, dll)
2. Diagram SIPOC (Suppliers – Inputs – Process – Ouputs – Customers)
Terhadap setiap proyek Six Sigma yang telah dipilih, harus didefinisikan
proses – proses kunci, sekuens proses beserta interaksinya, serta
pelanggan yang terlibat dalam setiap proses itu. Pelanggan dsini dapat
menjadi pelanggan internal maupun eksternal.
Sebelum mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan dalam
proyek Six Sigma kita perlu mengetahui model proses SIPOC. SIPOC
merupakan suatu alat yang berguna dan paling banyak dipergunakan
dalam manajemen peningkatan proses. Nama SIPOC merupaka akronim
dari lima elemen utama dalam sistem kualitas, yaitu :
Suppliers – merupakan orang atau kelompok orang yang
memberikan informasi kunci, material atau sumber daya lain
kepada proses. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub – proses,
maka sub – proses sebelumnya dapat dianggap sebagai pemasok
internal (internal suppliers)
40
Inputs – adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pemasok
(suppliers) kepada proses
Processes – merupakan sekumpulan langkah yang mentranformasi
– dan secara ideal, menambah nilai kepada inputs (proses
transformasi niali tambah kepada inputs). Suatu proses biasanya
terdiri dari beberapa sub – proses.
Outputs – merupakan produk (barang dan/atau jasa) dari suatu
proses. Dalam industri manufaktur outputs dapat berupa barang
setengah jadi maupun barang jadi (final product). Termasuk ke
dalam outputs adalah informasi – informasi kunci dari proses.
Customers – merupakan orang atau kelompok orang, atau sub –
proses yang menerima outputs. Jika suatu proses terdiri dari
beberapa sub – proses, maka sub – proses sesudahnya dianggap
sebagai pelanggan internal (internal customers). Proses berikutnya
mereupakan pelanggan Anda (the next process is your cutomers).
41
Sumber : http://www.iSixSigma.com/
Gambar 2.2 Diagram SIPOC
3. Voice of Customer (VOC)
Proyek Six Sigma seyogianya merupakan :
1. Suatu strategi dan sistem yang secara terus - menerus menelusuri
dan memperbaharui kebutuhan pelanggan, aktivitas pesaing,
perubahan pasar, dll. Dengan demikian program Six Sigma
seyogianya menjadi suatu sistem “Voice of Customer (VOC)”
2. Suatu deskripsi kebutuhan spesifik, standar kinerja yang terukur
utnuk setiap output kunci, yang didefinisikan oleh pelanggan.
42
3. Standar – standar pelayanan yang dapat diamati dan jika
memungkinkan dapat diukur, untuk keterkaitan – keterkaitan kunci
(key interfaces) dengan pelanggan.
4. Suatu analisis kinerja dan standar – standar pelayanan berdasarkan
pada kepentingan relatif terhadap pelanggan dan dampaknya pada
strategi bisnis.
Langkah pertama dalam mendefinisikan kebutuhan spesifik dari
pelanggan adalah memahami dan membedakan di antara dua kategori
persyaratan kritis, yaitu : (1) persyaratan output dan (2) persyaratan
pelayanan.
Persyaratan output berkaitan dengan karakteristik dan/atau features dari
produk akhir (barang dan/atau jasa) yang diserahkan kepada pelanggan
pada akhir suatu proses. Dalam hal ini dapat saja berupa banyak macam
persyaratan output, tetapi pada dasarnya semua itu berkaitan dengan
daya guna (usability) atau efektivitas dari produk akhir (barang dan/atau
jasa) itu di mata pelanggan (dari sudut pandang pelanggan). Dalam
banyak kasus, persyaratan output dapat didefinisikan secara spesifik dan
objektif sepanjang pelanggan itu mengetahui apa yang diinginkannya.
2.2.4.2. Measure
Langkah kedua pada proses DMAIC adalah measure, yang berfokus pada
pemahaman kinerja proses yang dipilih untuk diperbaiki pada saat ini, serta
pengumpulan semua data yang dibutuhkan untuk analisis. Tahap ini juga
43
melibatkan penilaian sistem pengukuran untuk menjaga validitas pengukura
serta untuk mengevaluasi kapabilitas proses yang teliti. Pengumpulan data
hanya dapat dimulai jika karakter – karakter CTQ teridentifikasi dan
terseleksi dengan jelas, standar kinerja terdefinisikan, sistem pengukuran dan
perangkat yang berkaitan disetujui dan semua orang berkomitmen terhadap
rencana yang telah dicanangkan.
Adapun pengukuran data adapt dibedakan menjadi 2, yaitu :
- Data atribut yaitu data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan
dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah
ketiadaan label pada kemasan produk, kesalahan proses administrasi
buku tabungan nasabah, banyaknya jenis cacat pada produk. Data atribut
biasanya diperoleh dalam bentuk unit – unit nonkonformasi atau
ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang telah ditetapkan.
- Data variabel merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan
analisis. Contoh dari data variable karakteristik kualitas adalah diameter
pipa, berat semen dalam kantong, banyaknya kertas tiap rim, dll ukuran
– ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume, biasanya
merupakan data variabel.
Sebelum suatu proyek Six sigma dimulai, kita harus mengetahui tingkat
kinerja yang sekarang atau sering disebut baseline kinerja. Setelah
mengetahui baseline kinerja, maka kemajuan peningkatan – peningkatan
yang dicapai setelah memulai proyek Six sigma dapat diukur sepanjang masa
berlangsung proyek Six sigma itu. Baseline kinerja dalam proyek Six sigma
44
biasanya ditetapkan menggunakan satuan pengukuran DPMO (defects per
million opportunities) dan tingkat kapabilitas sigma (sigma level).
- Pengukuran baseline kinerja pada tingkat proses
Pengukuran baseline kinerja pada tingkat proses, biasa dilakukan
apabila suatu proses terdiri dari beberapa sub – proses. Pengukuran pada
tingkat proses akan memberikan baganan secara jelas dan komprehensif
tentang segala sesuatu yang terjadi dalam sub – proses itu, yang
biasanya masalah – masalah kualitas tidak tampak apabila pengukuran
kinerja itu hanya dilakukan pada tingkat output.
- Pengukuran baseline kinerja pada tingkat output
Pengukuran baseline kinerja pada tingkat output dilakukan secara
langsung pada produk akhir yang akan diserahkan kepada pelanggan.
Hasil pengukuran pada tingkat output dapat berupa data variabel atau
data atribut, yang akan ditentukan kinerjanya menggunakan satuan
pengukuran DPMO (defects per million opportunities)
Suatu produk dinyatakan sebagai cacat atau gagal jika kriteria kegagalan
atau kecacatan telah didefinisikan terlebih dahulu. Dalam Six sigma
karakteristik kualitas yang memiliki potensi menimbulkan kegagalan disebut
CTQ (Critical to Quallity). Banyaknya CTQ potensial harus
diidentifikasikan terlebih dahulu sebelum menentukan produk itu defect atau
tidak.
45
Tabel 2.2 Critical to Quality (CTQ)
Periode Jumlah
Sampel
Jumlah Defect Jumlah CTQ
1 X1 Y1 Z
2 X2 Y2 Z
3 X3 Y3 Z
Jumlah Total Sampel Total Defect
Sumber : Gasperz, 2002
Setelah melakukan pengukuran pendahuluan selanjutnya adalah melakukan
perhitungan DPMO dan kapabilitas Sigma (level sigma). Perhitungan DPMO
dan tingkat sigma untuk data atribut dapat dilakukan sesuai langkah –
langkah berikut ini.
1. Defect Per Unit (DPU). Ukuran ini menrefleksikan jumlah rata – rata
dari cacat, semua jenis terhadap jumlah total unit dari unit yang
dijadikan sampel.
Dimana :
D = jumlah defect atau jumlah kecacatan yang terjadi dalam proses
produksi
U = jumlah unit yang diperiksa
2. Defect Per Opportunity (DPO). Menunjukkan proporsi cacat atas jumlah
total peluang dalam sebuah kelompok.
UxOP
DPOD
U
DDPU
46
Dimana :
OP (Opportunity) = karakteristik yang berpotensi untuk menjadi cacat.
3. Defect Per Million Opportunities (DPMO). DPMO mengindikasikan
berapa banyak cacat akan muncul jika ada satu juta peluang.
DPMO = DPO x 1.000.000
4. Mengkonversikan nilai DPMO menggunakan tabel konversi untuk
mengetahui proses berada pada tingkat sigma berapa.
5. Perhitungan tingkat sigma dapat dengan mudah dihitung dengan
menggunakan Microsoft Excel dengan menggunakan formula berikut ni
(Evan & Lindsay, 2007, hal. 46) :
Level Sigma = normsinv(1000000
DPMO-1000000)+15
Analisis Stabilitas dan Kapabilitas Proses
Analisis untuk melihat apakah proses sudah stabil atau belum, dilakukan
dengan membangun peta kontrol kualitas. Apabila proses sudah berada
dalam batas – batas control yang ada, maka proses dapat dikatakan stabil.
Namun apabila proses berada di luar batas, maka proses dapat dikatakan
belum stabil.
1. Control Chart (Peta Kendali)
Peta kendali pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew
Shewart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun
1924 dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui
pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus (special
47
causes variation) dari variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (
common causes variation). Pada dasarnya semua proses menampilkan
variasi, namun manajemen harus mampu mengendalikan proses dengan
cara menghilangkan variasi penyebab khusus dari proses itu, sehingga
variasi yang melekat pada proses hanya disebabkan oleh variasi
penyebab umum. Peta – peta kendali merupakan alat ampuh untuk
mengendalikan proses, asalkan penggunaannya dipahami secara benar.
Pada dasarnya peta – peta kendali dipergunakan untuk:
a. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian
statistikal ? dengan demikian peta – peta kendali digunakan untuk
mencapai suatu keadaan terkendali secara statistikal, dimana semua
nilai rata – rata dan range dari sub – sub kelompok (subgroups)
contoh berada dalam batas – batas pengendalian.
b. Memantau proses terus – menerus sepanjang waktu agar proses
tetap stabil secara statistikal dan hanya mengandung variasi
penyebab umum.
c. Menentukan kemampuan proses (proses capability). Setelah proses
berada dalam pengendalian statistikal, batas – batas dari variasi
proses dapat ditentukan.
Pada dasarnya setiap peta kendali memiliki :
a. Garis tengah (Central Line), yang biasa dinotasikan CL.
b. Sepasang batas kontrol (Control Limit), dimana satu batas kontrol
ditempatkan diatas garis tengah yang dikenal sebagai batas kontrol atas
48
(upper control limit), biasa dinotasikan UCL, dan yang satu lagi
ditempatkan di bawah garis tengah yang dikenal dengan batas kontrol
bawah (lower control limit), biasa dinotasikan LCL.
c. Tebaran nilai – nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan
dari proses. Jika semua nilai nilai yang ditebarkan (diplot) pada peta itu
berada di dalam batas – batas kontrol tanpa memperlihatkan
kecenderungan tertentu, maka proses yang berlangsung dianggap sebagai
beraada dalam keadaan terkendali atau terkontrol secara statistikal, atau
dikatakan berada dalam pengendalian statistikal.
Gambar 2.3 Peta Kendali
Peta Kendali P
Peta kendali P digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian
(penyimpangan atau sering disebut cacat) dari item – item dalam kelompok
yang sedang diinspeksi. Dengan demikian peta kendali p digunakan untuk
mengendalikan proporsi dari item – item yang tidak memenuhi syarat
49
spesifikasi kualitas atau proporsi dari porduk yang cacat yang dihasilkan
dalam suatu proses. Proporsi yang tidak memenuhi syarat didefinisikan
sebagai rasio banyaknya item yang tidak memenuhi syarat dalam suatu
kelompok terhadap total banyaknya item dalam kelompok itu. Item – item
itu dapat mempunyai beberapa karakteristik kualitas yang diperiksa atau
diuji secara simultan oleh pemeriksa. Jika tem – item itu tidak memenuhi
standar pada satu atau lebih karakteristik kualitas yang diperiksa, item – item
itu digolongkan sebagai tidak memenuhi syarat spesifikasi atau cacat.
Pembuatan peta kendali p, dapat dilakukan mengikuti beberapa langkah
berikut :
1. Tentukan ukutan contoh yang cukup besar (n>30)
2. Kumpulkan 20 – 25 set contoh
3. Hitung nilai proporsi cacat yaitu : p-bar = total cacat/total inspeksi
4. Hitung nilai simpangan baku, yaitu : Sp = √{p-bar (1 – p-bar)/n}
Jika p-bar dinyatakan dalam presentase, maka Sp dihitung sebagai
berikut : Sp = √{p-bar (100 – p-bar)/n}
5. Hitung batas – batas kontrol 3-sigma dari :
Peta Kontrol Pp ( batas- batas kontrol 3-sigma)
CL = p-bar
UCL = p-bar + 3Sp
LCL = p-bar – 3Sp
50
Tentu saja batas – batas kendali yang lain dapat juga dihitung
apabila memang diperlukan, seperti : batas – batas kontrol 1-sigma,
2-sigma, atau 6-sigma.
6. Plot atau tebarkan data proporsi (atau presentase) cacat dan lakukan
pengamatan apakah data itu berada dalam pengendalian statistikal.
7. Apabila data pengamatan menunjukkan bahwa proses berada dalam
pengendalian statistikal, tentukan kapabilitas proses menghasilkan
produk yang sesuai (tidak cacat) sebesar (1 – p-bar) atau (100% - p-
bar%), hal ini serupa dengan proses menghasilkan produk cacat sebesar
p-bar.
8. Apabila data pengamatan menunjukkan bahwa proses berada dalam
pengendalian statistikal, gunakan peta kontrol p untuk memantau proses
terus – menerus. Tetapi apabila pengamatan menunjukkan bahwa proses
tidak berada dalam pengendalian statistikal, proses itu harus diperbaiki
terlebih dahulu sebelum menggunakan peta kontrol itu untuk
pengendalian proses terus – menerus.
2.2.4.3. Analyze
Analyze merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan
kualitas Six Sigma. Pada tahap ini kita perlu melakukan 2 hal sebagai berikut
: (1) menentukan stabilitas (stability) dan kapabilitas/ kemampuan
(capability) dari proses dan (2) mengidentifikasikan sumeber – sumber dan
akar – akar penyebab kecacatan dan kegagalan.
51
2.2.4.3.1. Menentukan Stabilitas dan Kemampuan (Capability) Proses
Target dari program Six Sigma adalah membawa proses industri untuk
beroperasi pada kondisi seperti, proses industri yang memiliki stabilitas
(stability) dan kemampuan (capability), sehingga mencapai tingkat
kegagalan nol (zero defects oriented). Variasi adalah ketidakseragaman
dalam sistem industri sehingga menimbulkan perbedaan dalam kualitas
produk (barang dan/atau jasa) yang dihasilkan. Pada dasarnya dikenal ada
dua sumber – sumber atau penyeab timbulnya variasi, yang diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Variasi Penyebab – Khusus (Special Causes Variation) adalah kejadian
– kejadian di luar sistem yang memperngaruhi varisi dalam sistem
industri itu. Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor – faktor :
manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab
khusus ini mengambul pola – pola nonacak (nonrandom patterns)
sehingga dapat diidentifikasiditemukan, sebab mereka tidak selalu aktif
dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses
sehingga menimbulkan variasi. Dalam konteks pengendalian proses
statistikal menggunakan peta – peta kendali (control charts), jenis
variasi ini sering ditandai dengan titik – titik pengamatan yang melewati
atau keluar dari batas – batas pengendalian yang diidentifikasi (defined
control limits)
52
b. Variasi Penyebab – Umum (Common Causes Variation) adalah faktor –
faktor didalam sistem industri atau yang melekat pada proses industri
yang menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem industri serta hasil –
hasilnya. Penyebab umum sering disebut juga penyebab acak (random
causes) atau penyebab sistem (system causes). Oleh karena penyebab
umum ini selalu melekat pada sistem, maka untuk menghilangkannya
harus menelusuri pada elemen – elemen dalam sistem itu dan hanya
pihak manajemen industri yang damapt memperbaikinya, karena pihak
manajemen industri mengendalikan sistem industri itu.
Pemahaman dan pengendalian variasi merupakan inti dari teori Deming. Dr.
Wiliam Edwards Deming menyatakan bahwa sasaran dari pengendalian
proses industri guna meningkatkan kualitas dan produktivitas industri adalah
mengurangi variasi sebanyak mungkin. Pendekatannya adalah
menstandarisasikan proses melalui setiap orang menggunakan prosedur
kerja, material dan peralatan yang sama.
2.2.4.3.2. Mengidentifikasikan Sumber – Sumber dan Akar Penyebab Masalah
Kualitas
Suatu proyek Six Sigma membutuhkan identifikasi masalah secara tepat,
menemukan sumber dan akar penyebab dari masalah kualitas itu dan
mengajukan solusi masalah yang efektif dan efisien. Masalah kualitas dapat
didefinisikan sebagai kesenjangan atau gap antara kinerja kualitas aktual dan
target kinerja yang diharapkan. Oleh karena target kinerja Six sigma adalah
53
menuju tingkat kegagalan nol atau tingkat kepuasaan 100% bagi pelanggan,
maka masalah kualitas berkaitan dengan segala bentuk ketidakpuasan.
Suatu solusi masalah yang efektif adalah apabila kita berhasil
menemukan sumber – sumber dan akar – akar penyebab dari masalah itu,
kemudian mengambil tindakan untuk menghilangkan akar – akar penyebab
itu.
Untuk menemukan akar penyebab dari suatu masalah, maka kita perlu
memahami dua prinsip yang berkaitan dengan hukum sebab – akibat, yaitu :
1. Suatu akibat terjadi atau ada hanya jika penyebabnya itu pada titik yang
sama dalam ruang dan waktu
2. Setiap akibat mempunyai paling sedikit dua penyebab dalam bentuk
penyebab yang dapat dikendalikan (controllable causes) dan penyebab
yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable causes). Penyebab yang
dapat dikendalikan berarti penyebab itu berada dalam lingkup tanggung
jawab dan wewenang kita sehingga dapat diambil tindakan (actionable)
untuk menghilangkan penyebab itu. Sebaliknya penyebab yang tidak
dapat dikendalikan (berada diluar kontrol kita) terdiri dari paling sedikit
dua penyebab, yaitu : penyebab yang dapat diperkirakan (predictablr
causes) sehingga memungkinkan kita untuk mengantisipasi dan
mencegahnya, dan penyebab yang tidak dapat diperkirakan karena
belum ada referensi atau pengetahuan tentang kejadian itu.
Tools yang digunakan dalam mengidentifikasi sumber – sumber dan akar
penyebab masalah kualitas :
54
1. Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak
terjadi ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta
ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang
paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang
terendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan.
Pada dasarnya diagram Pareto digunakan sebagai alat interpretasi untuk :
Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah –
masalah atau penyebab – penyebab dari masalah yang ada.
Memfokuskan perhatian pada isu – isu kritis dan penting melalui
pembuatan rangking terhadap masalah – masalah atau penyebab –
penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan.
Gambar 2.4 Contoh Diagram Pareto
55
Berikut ini merupakan langkah – langkah dalam membuat diagram
Pareto :
a. Menentukan masalah apa yang akan diteliti, mengidentifikasikan
kategori – kategori atau penyebab – penyebab dari masalah yang
akan diperbandingkan. Setelah itu merencanakan dan melaksanakan
pengumpulan data.
b. Membuat suatu ringkasan daftar atau tabel yang mencatat frekuensi
kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakan
formulir pengumpulan data atau lembar periksa.
c. Membuat daftar masalah secara benar berurut berdasarkan frekuensi
kejadian dari yang tertinggi sampai terendah serta hitunglah
frekuensi kumulatif, presentase dari total kejadian dan prensenrase
dari total kejadian secara kumulatif.
d. Menggambar 2 buah garis vertikal dan sebuat garis horizontal.
1. Garis Vertikal
a. Garis vertikal sebelah kiri : buatkan garis ini, skala nol
sampai total keseluruhan dari kerusakan.
b. Garis Vertikal sebelah kanan: buatkan pada garis ini skala
dari 0% sampai 100%.
2. Garis Horizontal:
a. Bagilah garis ini ke dalam banyaknya interva sesuai dengan
banyaknya item masalah yang diklasifikasikan
e. Buatlah histogram pada diagram Pareto
56
f. Gambarkan kurva kumulatif serta cantumkan nilai – nilai kumulatif
(total kumulatif atau persen kumulatif) di sebelah kanan atas dari
interval setiap item masalah.
g. Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab
utama dari masalah yang sedang terjadi itu.
2. Diagram Sebab – Akibat (Cause and Effect Diagram)
Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan
hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian
proses statistikal, diagram sebab – akibat dipergunakan untuk
menuntukkan faktor – faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas
(akibat) yang disebabkan faktor – faktor penyebab itu. Diagram sebab –
akibat ini sering disebut juga Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram)
karena bentuknya seperti kerangka ikan, atau diagram Ishikawa
(Ishikawa’s Diagram) karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof.
Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1953.
Pada dasarnya diagram sebab – akibat dapat dipergunakan untuk
kebutuhan – kebutuhan berikut :
Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
Membantu membangkitkan ide – ide untuk solusi suatu masalah
Membantu penyeidikan atau pencarian fakta lebih lanjut
Langkah – langkah membuat diagram sebab – akibat :
57
a. Mulai dengan pernyataan masalah – masalah utama yang penting
dan mendesak untuk diselesaikan.
b. Tuliskan pernyataan masalah itu pada “kepala ikan”, yang
merupakan akibat (effect). Tuliskan pada sisi sebelah kanan dari
kertas (kepala ikan), kemudian gambarkan “tulang belakang” dari
kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan masalah itu dalah kotak.
c. Tuliskan faktor – faktor penyebab utama (sebab – sebab) yang
mempengaruhi masalah kualitas sebagai “tulang besar”, juga
ditempatkan dalam kotak. Faktor – faktor penyebab atau kategori –
kategori utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam
pengelompokkan dari faktor : manusia, mesin, peralatan, material,
metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dll, atau stratifikasi
melalui langkah – langkah aktual dalam proses.
d. Tuliskan penyebab – penyebab sekunder yang mempengaruhi
penyebab – penyebab utama (tulang – tulang besar), serta penyebab
– penyebab sekunder itu dinyatakan sebagai “tulang – tulang
berukuran sedang”.
e. Tuliskan penyebab – penyebab tersier yang mempengaruhi
penyebab – penyebab sekunder (tulang – tulang berukuran sedang),
serta penyebab – penyebab tersier itu dinyatakan sebagai “tulang –
tulang berukuran kecil”.
58
f. Tentukan item – itemyang penting dari setiap faktor dan tandailah
faktor – faktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki
pengaruh nyata terhadap karakteristik kualitas.
g. Catatlah informasi yang perlu di dalah diagram sebab – akibat itu,
seperti : judul, nama produk, proses, kelompok, daftar partisipad,
dll.
Gambar 2.5 Bentuk Diagram Sebab – Akibat
Sumber – sumber dari penyebab terbagi menjadi beberapa faktor,
diantaranya yaitu (Gaszpersz, 2002, p241) :
1. Man (Tenaga Kerja). Berkaitan dengan kekurangan dalam
pengetahuan (tidak terlatih, tidak berpengalaman), kekurangan
59
dalam keterampilan dasar yang berkaitan dengan mental dan fisik,
kelelahan, stress, ketidakpedulian, dll.
2. Machines (Mesin – mesin dan Peralatan). Berkaitan dengan tidak
ada sistem perawaran preventif terhadap mesin – mesin produksi,
termasuk fasilitas dan peralatan lain, tidak sesuai dengan spesifikasi
tugas, tidak dikalibrasi, terlalu complicated, terlalu panas, dll.
3. Methods ( Metode Kerja). Berkaitan dengan tidak ada prosedur
metode kerja yang benar, tidak jelas, tidak diketahui, tidak
terstandarisasi, tidak cocok, dll.
4. Materials (Bahan Baku dan Bahan Pembantu). Berkaitan dengan
ketiadaan spesifikasi kualitas dari bahan baku dan bahan pembantu
yang digunakan, ketidaksesuaian dengan spesifikasi kualitas bahan
baku dan bahan pembantu yang ditetapkan, ketiadann penanganan
yang efektif terhadap bahan baku dan bahan pembantu itu, dll.
5. Enviroments (Lingkungan Kerja). Berkaitan dengan tempat dan
waktu kerja yang tidak memperhatikan aspek – aspek kebersihan,
kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan kerja yang kurang
kondusif, kekurangan dalam lampu penerangan, ventilasi yang
buruk, kebisingan yang berlebihan, dll.
3. Diagram Five Why’s
Diagram five why’s ini berasal dari kebudayaan yang telah ditanamkan
di perusahaan besar seperti Toyota. Seorang petinggi Toyota bernama
Taiichi Ohno mengemukakan bahwa pemecahan masalah sebenarnya
60
membutuhkan identifikasi akar penyebab bukan sumber, karena yang
biasanya tersembunyi dibalik sumber adalah akar dari permasalahan
untuk dapat diperbaiki dengan tepat dengan bertanya sebanyak lima kali
mengapa ketika suatu ketidaksesuaian terjadi pada proses (Liker, 2006,
p303)
Langkah – langkah dalam melaksanakan analisa Five Why’s (george et
al, 2005, p145) :
1. Menentukan suatu penyebab masalah, bisa dari diagram sebab –
akibat atau grafik batang yang tertinggi pada diagram pareto dan
pastikan pengertian masalah tersbut diketahui. (Why 1).
2. Bertanya “Mengapa hal tersebut terjadi ?” ( Why 2)
3. Menentukan salah satu dari alasan untuk Why 2 dan bertanya
“Mengapa hal itu terjadi ?” (Why 3)
4. Melanjutkan langkah ini hingga dirasakan sudah diperoleh akar
permasalahan yang potensial.
Suatu solusi masalah yang efektif adalah apabila kita berhasil
menemukan sumber – sumber dan akar – akar penyebab dari masalah
itu, kemudian mengambil tindakan untuk menghilangkan akar – akar
penyebab itu. (Gaspersz, 2002, p237)
Dua prinsip yang berkaitan dengan hukum sebab – akibat, yaitu :
1. Suatu akibat terjadi atau ada hanya jika penyebabnya ada pada titik
yang sama dalam ruang dan waktu.
61
2. Setiap akibat mempunyai paling sedikit dua penyebab dalam
bentuk:
a. Penyebab yang dapat dikendalikan (controllable causes).
Penyebab yang dapat dikendalikan berarti penyebab itu berada
dalam lingkup tanggung jawab dan wewenang kita sehingga
dapat diambil tindakan (actionable) untuk menghilangkan
penyebab itu.
b. Penyebab yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable
causes)
Penyebab yang tidak dapat dikendalikan dibedakan menjadi :
- Penyebab yang dapat diperkirakan (predictable causes)
sehingga memungkinkan kita untuk mengantisipasi dan
mencegahnya.
- Penyebab yang tidak dapat diperkirakan karena belum ada
refrensi atau pengetahuan tentang kejadian sebelumnya.
2.2.4.4. Improve
Dalam tahapan ini digunakan alat Six Sigma yang sering digunakan untuk
mengidentifikasikan sumber – sumber dan akar penyebab dari suatu masalah
kualitas adalah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). FMEA adalah
suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak
mungkin mode kegagalan (failure modes). Suatu mode kegagalan adalah apa
saja termasuk dalam kecacatan/kegagalan dalam desain, kondisi di luar batas
62
spesifikasi yang telah ditetapkan, atau perubahan perubahan dalam produk
yang menyebabkan terganggunya fungsi produk itu.
Berikut ini adalah bagian – bagian penting dari FMEA :
1. Fungsi – fungsi dan Spesifikasi : jelaskan fungsi dari part dan spesifikasi
yang harus dipenuhi. Deskripsi yang dibuat harus jelas dan seringkas
mungkin. Harus memasukkan semua fungsi
2. Mode Kegagalan Potensial : suatu mode kegagalan adalah kegagalan
atau kecacatan apa saja dalam desain atau perubahan – perubahan dalam
bentuk yang menyebabkan produk itu tidak berfungsi sebagaimana
seharusnya produk itu berfungsi dengan baik.
3. Akibat Potensial dai Mode Kegagalan pada Produk Akhir dan Pengguna
Akhir : akibat potensial adalah apa yang pengguna akhir akan
mengalami sebagai hasil dari mode kegagalan.
4. Pengaruh Buruk (severity) : merupakan suatu evaluasi atau perkiraan
subjektif tentang bagaimana buruknya pengguna akhir akan merasakan
akibat dari kegagalan itu.
5. Penyebab Potensial dari Kegagalan : penyebab potensial dari mode
kegagalan yang berkaitan dengan desain adalah kelemahan – kelemahan
desain seperti : kekuatan yang tidak cukup, material yang tidak sesuai
spesifikasi desain tidak lengkap, ketidakcocokan dengan media kerja,
kehilangan instruksi tentang bagan – bagan, dll.
63
6. Kemungkinan (Likelihood) : suatu perkiraan subjektif tentang
probabilitas atau peluang bahwa penyebab itu akan terjadi, akan
menghasilkan mode kegagalan yang memberikan akibat tertentu.
7. Perencanaan Deteksi atau Pencegahan Penyebab : identifikasi metode –
metode yang ditetapkan untuk mencegah dan mendeteksi penyebab dari
mode kegagalan.
8. Efektivitas : suatu perkiraan subjektif tentang bagaimana efektivitas dari
metode pencegahan atau deteksi menghilangkan mode kegagalan.
9. Angka Prioritas Resiko (RPN = Risk Priority Number) : merupakan
hasil perkalian antara ranking pengaruh buruk (severity) dengan ranking
kemungkinan (likelihood) dan rangking efektivitas.
10. Tindakan yang Direkomendasikan untuk Menghilangkan Penyebab atau
Pencegahan : masukan rekomendasi – rekomendasi untuk menurunkan
kemungkinan bahwa mode kegagalan itu akan terjadi, atau untuk
meningkatkan efektivitas dari metode – metode pencegahan atau
deteksi. Rekomendasi untuk menurunkan atau menghilagkan pengaruh
buruk (severity) juga dapat dimasukan.
11. Tanggung Jawab untuk Tindakan yang Diterima : masukkan nama
individu dalam tim peninjauan ulang FMEA yang memiliki wewenang
untuk menerapkan tindakan korektif.
12. Prioritas Tindakan : tetapkan prioritas terhadap tindakan – tindakan
korektif yang direkomendasikan melalui mempertimbangkan nilai RPN
dan faktor – faktor lain. Prioritas tertinggi diberikan kepada tindakan
64
korektif yang berkaitan dengan mode kegagalan yang mempunyai
pengaruh buruk yang tertinggi.
Langkah – langkah dalam proses FMEA yaitu :
a. Mengidentifikasikan masalah – masalah potensial yang dapat muncul
b. Mengidentifikasikan akibat serta menganalisa penyebab dari masalah –
masalah potensial yang muncul tersebut.
c. Menilai masalah kerumitan (severity) dengan menggunakan penilaian 1
-10, dimana masalah yang lebih rumit mendapat nilai lebih tinggi.
Tabel 2.3 Severity Rating
Sumber : Gasperz, 2002
d. Menilai probabilitas kejadian (occurance), penilaian dilakukan dengan
memberikan skor pada masing – masing masalah potensial yang ada.
65
Sama seperti severity, digunakan skala 1 sampai dengan 10, yaitu
sebagai berikut :
Tabel 2.4 Occurance Rating
e. Memberikan rating detection (deteksi dalam menghilangkan mode
kegagalan). Digunakan skala 1 sampai 10, sebagai berikut :
Tabel 2.5 Detection Rating
Sumber : Gasperz, 2002
66
f. Menghitung RPN, dengan rumus berikut :
RPN = severity x occurance x detection. Masing – masing mode
kegagalan memiliki satu nilai RPN. Mealaui menyusun RPN dari yang
terbesar sampai terkecil, maka akan mampu menentukan mode
kegagalan mana yang paling kritis sehingga perlu didahulukan tindakan
korektifnya pada mode kegagalan tersebut.
g. Selanjutnya adalah menentukan rencana solusi – solusi tindakan
perbaikan dari masalah potensial yang terjadi.
2.2.4.5. Control
Tahapan Control merupakan tahap operasional terakhir dalam proyek
peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini hasil – hasil peningkatan
kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek – praktek yang
sukses dalam meningkatkan proses distandarisasikan dan disebarluaskan
prosedur – prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman standar.
Selanjutnya, proyek – proyek Six Sigma pada area lain dalam proses atau
organisasi bisnis ditetapkan sebagai proyek – proyek baru yang harus
mengikuti siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve dan Control).
Melalui cara ini maka akan terjadi peningkatan integrasi, institusionalisasi,
pembelajaran dan sharing atau transfer pengetahuan – pengetahuan baru
dalam organisasi Six Sigma.
67
Standarisasi dimaksudkan untuk mencegah masalah yang sama atau
praktek – praktek lama terulang kembali. Terdapat dua alasan elakukan
standarisasi, yaitu :
- Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masaah itu tidak
distandarisasikan, terdapat kemungkinan bahwa setelah periode waktu
tertentu, manajemen dan karyawan akan kembali menggunakan cara –
cara kerja lama sehingga memunvulkan kembali masalah yang sudah
pernah diselesaikan.
- Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah itu tidak
distandarisasikan dan didokumentasikan, maka terdapat kemungkinan
setelah periode waktu tertentu apabila terjadi pergantian manajemen dan
karyawan, orang – orang baru akan menggunakan cara – cara kerja yang
memunculkan kembali masalah yang sudah pernah diselesaikan oleh
manajemen dan karyawan terdahulu.
2.3. Sistem Informasi
2.3.1. Definisi Sistem
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Jerry FithGerald Sistem adalah suatu jaringan kerja dari
prosedur - prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama -
sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran
tertentu.
68
Menurut O’Brein (2005,p29) Sistem merupakan sekelompok komponen
yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama
dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses
transformasi yang teratur.
Menurut McLeod (2001,p11) Sistem adalah sekelompok elemen yang
saling terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu
tujuan.
Menurut Mathiassen (200, p9) Sistem adalah sebuah kumpulan
komponen – komponen yang mengimplementasikan kebutuhan –
kebutuhan permodelan, fungsi – fungsi dan antarmuka – antarmuka.
2.3.1.1. Karakteristik Sistem
1. Memiliki komponen; Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang
saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-
komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari
sistem. Setiap sistem tidak perduli betapapun kecilnya, selalu
mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap
subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu
fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang
disebut supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan
suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat
disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu
69
sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian
juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem
akuntansi adalah subsistemnya.
2. Batas sistem (boundary); Batas sistem merupakan daerah yang
membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan
lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu system
dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan
ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
3. Lingkungan luar sistem (environment); Adalah apapun di luar batas dari
sistem yang mempengaruhi operasi sistem.
4. Penghubung sistem (interface); Merupakan media penghubung antara
satu subsistem dengan subsistem yang lainnya.
5. Masukan sistem (input); Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam
sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input)
dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi
yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input
adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh
didalam sistem komputer, program adalah maintanance input yang
digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal
input untuk diolah menjadi informasi.
6. Keluaran sistem (Output); Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh
sistem.
70
7. Pengolah sistem (Process); Merupakan bagian yang memproses
masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan.
8. Sasaran sistem; Kalau sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi
sistem tidak akan ada gunanya.
2.3.1.2. Pelaku sistem
1. Pemakai
Pada umumnya 3 ada jenis pemakai, yaitu operasional, pengawas dan
eksekutif.
2. Manajemen
Umumnya terdiri dari 3 jenis manajemen, yaitu manajemen pemakai
yang bertugas menangani pemakaian dimana sistem baru diterapkan,
manajemen sistem yang terlibat dalam pengembangan sistem itu sendiri
dan manajemen umum yang terlibat dalam strategi perencanaan sistem
dan sistem pendukung pengambilan keputusan. Kelompok manajemen
biasanya terlibat dengan keputusan yang berhubungan dengan orang,
waktu dan uang, misalnya ; “ sistem tersebut harus mampu melakukan
fungsi x,y,z, selain itu harus dikembangkan dalam waktu enam bulan
dengan melibatkan programmer dari departemen w, dengan biaya
sebesar x”.
3. Pemeriksa
Ukuran dan kerumitan sistem yang dikerjakan dan bentuk alami
organisasi dimana system tersebut diimplementasikan dapat menentukan
71
kesimpulan perlu tidaknya pemeriksa. Pemeriksa biasanya menentukan
segala sesuatunya berdasarkan ukuran-ukuran standar yang
dikembangkan pada banyak perusahaan sejenis.
4. Penganalisa sistem
Fungsi-fungsinya antara lain sebagai :
- Arkeolog ; yaitu yang menelusuri bagaimana sebenarnya sistem
lama berjalan, bagaimana sistem tersebut dijalankan dan segala hal
yang menyangkut sistem lama.
- Inovator ; yaitu yang membantu mengembangkan dan membuka
wawasan pemakai bagi kemungkinan-kemungkinan lain.
- Mediator ; yaitu yang menjalankan fungsi komunikasi dari semua
level, antara lain pemakai, manajer, programmer, pemeriksa dan
pelaku sistem yang lainnya yang mungkin belum punya sikap dan
cara pandang yang sama.
- Pimpinan proyek ; Penganalisa sistem haruslah personil yang lebih
berpengalaman dari programmer atau desainer. Selain itu
mengingat penganalisa sistem umumnya ditetapkan terlebih dahulu
dalam suatu pekerjaan sebelum yang lain bekerja, adalah hal yang
wajar jika penanggung jawab pekerjaan menjadi porsi penganalisa
sistem.
5. Pendesain sistem
Pendesain sistem menerima hasil penganalisa sistem berupa kebutuhan
pemakai yang tidak berorientasi pada teknologi tertentu, yang kemudian
72
ditransformasikan ke desain arsitektur tingkat tinggi dan dapat
diformulasikan oleh programmer.
6. Programmer
Mengerjakan dalam bentuk program dari hasil desain yang telah
diterima dari pendesain.
7. Personel pengoperasian
Bertugas dan bertanggungjawab di pusat komputer misalnya jaringan,
keamanan perangkat keras, keamanan perangkat lunak, pencetakan dan
backup. Pelaku ini mungkin tidak diperlukan bila sistem yang berjalan
tidak besar dan tidak membutuhkan klasifikasi khusus untuk
menjalankan sistem.
Hal mendasar dalam pengembangan sistem
Penganalisa sistem merupakan bagian dari tim yang berfungsi
mengembangkan sistem yang memiliki daya guna tinggi dan memenuhi
kebutuhan pemakai akhir. Pengembangan ini dipengaruhi sejumlah hal yaitu:
1. Produktifitas, saat ini dibutuhkan sistem yang lebih banyak, lebih bagus
dan lebih cepat. Hal ini membutuhkan lebih banyak programmer dan
penganalisa sistem yang berkualitas, kondisi kerja ekstra, kemampuan
pemakai untuk mengambangkan sendiri, bahasa pemrograman yang
lebih baik, perawatan sistem yang lebih baik (umumnya 50 % sampai 70
% sumber daya digunakan untuk perawatan sistem), disiplin teknis
73
pemakaian perangkat lunak dan perangkat pengembangan sistem yang
terotomasi.
2. Realibilitas, waktu yang dihabiskan untuk testing sistem secara umum
menghabiskan 50% dari waktu total pengembangan sistem. Dalam
kurun waktu 30 tahun sejumlah sistem yang digunakan di berbagai
perusahaan mengalami kesalahan dan ironisnya sangat tidak mudah
untuk mengubahnya. Jika terjadi kesalahan, ada dua cara yang bisa
dilakukan, yaitu melakukan pelacakan sumber kesalahan dan harus
menemukan cara untuk mengoreksi kesalahan tersebut dengan
mengganti program, menghilangkan sejumlah statement lama atau
menambahkan sejumlah statement baru.
3. Maintabilitas, perawatan mencakup ;
- Modifikasi sistem sesuai perkembangan perangkat keras untuk
meningkatkan kecepatan pemrosesan (yang memegang peranan
penting dalam pengoperasian sistem)
- Modifikasi sistem sesuai perkembangan kebutuhan pemakai. Antara
50% sampai 80% pekerjaan yang dilakukan pada kebanyakan
pengembangan sistem dilakukan untuk revisi, modifikasi,
konversi,peningkatan dan pelacakan kesalahan.
2.3.2. Definisi Informasi
Informasi merupakan data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk
yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata serta
74
terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan yang akan datang. Data yang
masih merupakan bahan mentah yang harus diolah untuk menghasilkan
informasi melalui suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data
tersebut disebut model pengolahan data atau dikenal dengan siklus
pengolahan data (siklus informasi).
INPUTPROSES
(MODEL)OUTPUT
DATAHASIL
TINDAKAN
KEPUTUSAN
TINDAKANPENERIMA
Gambar 2.6 Siklus Informasi
Data merupakan raw material untuk suatu informasi. Perbedaan
informasi dan data sangat relatif tergantung pada nilai gunanya bagi
manajemen yang memerlukan. Suatu informasi bagi level manajemen
tertentu bisa menjadi data bagi manajemen level di atasnya, atau
sebaliknya.
Representasi informasi : pelambangan informasi, misalnya: representasi
biner.
Kuantitas informasi : satuan ukuran informasi. Tergantung representasi.
Untuk representasi biner satuannya: bit, byte, word dll.
Kualitas informasi : bias terhadap error, karena kesalahan cara
pengukuran dan pengumpulan, kegagalan mengikuti prosedur
75
pemrosesan, kehilangan atau data tidak terproses, kesalahan perekaman
atau koreksi data, kesalahan file histori/master, kesalahan prosedur
pemrosesan ketidak berfungsian sistem. Kualitas Informasi tergantung
dari 3 hal, yaitu informasi harus :
Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan
dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi
harus jelas mencerminkan masudnya.
Tetap pada waktunya, berarti informasi yang datang pada
penerima tidak boleh terlambat.
Relevan, berarti informasi tersebut menpunyai manfaat untuk
pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu
dengan yang lainnya berbeda.
Ekonomis, Informasi yang dihasilkan mempunyai manfaat yang
lebih besar dibandingkan dengan biaya mendapatkannya dan
sebagian besar informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya
dengan satuan nilai uang tetapi dapat ditaksir nilai efektivitasnya.
Umur informasi : kapan atau sampai kapan sebuah informasi memiliki
nilai/arti bagi penggunanya. Ada condition informasion (mengacu pada
titik waktu tertentu) dan operating information (menyatakan suatu
perubahan pada suatu range waktu).
Nilai Informasi : ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat dan biaya
mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya
lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Pengukuran
76
nilai informasi biasanya dihubungkan dengan analisis cost effectiveness
atau cost benefit.
2.3.3. Definisi Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu sistem terintegrasi yang mampu
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya. Atau bisa
didefinisikan sebuah sistem terintegrasi atau sistem manusia - mesin, untuk
menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen dalam suatu
organisasi. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak
komputer, prosedur manual, model manajemen dan basis data.
Menurut O’brein (2005,p5) Sistem informasi merupakan kombinasi
teratur apapun dari orang – orang, hardware, software, jaringan
komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan
menyebarkan sistem informasi dalam sebuah organisasi.
Menurut Whitten (2004,p12) Sistem informasi adalah susunan dari
manusia, data, berbagai proses dan teknologi informasi yang saling
berinteraksi untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan
menyediakan output informasi yang dibutuhkan untuk mendukung
sebuah organisasi.
Dari definisi di atas terdapat beberapa kata kunci :
1. Berbasis komputer dan Sistem Manusia/Mesin
Berbasis komputer: perancang harus memahami pengetahuan
komputer dan pemrosesan informasi
77
Sistem manusia mesin: ada interaksi antara manusia sebagai
pengelola dan mesin sebagai alat untuk memroses informasi. Ada
proses manual yang harus dilakukan manusia dan ada proses yang
terotomasi oleh mesin. Oleh karena itu diperlukan suatu
prosedur/manual sistem.
2. Sistem basis data terintegrasi
Adanya penggunaan basis data secara bersama-sama (sharing) dalam
sebuah database manajemen system.
3. Mendukung Operasi
Informasi yang diolah dan di hasilkan digunakan untuk mendukung
operasi organisasi. Istilah Sistem Informasi
Manajemen Information System
Information Processing System
Information Decision System
Information System.
Semuanya mengacu pada sebuah sistem informasi berbasis komputer yang
dirancang untuk mendukung operasi, manajemen dan fungsi pengambilan
keputusan suatu organisasi.
Menurut Robert A. Leitch sistem informasi adalah suatu sistem di dalam
suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi
harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari
suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-
laporan yang diperlukan.
78
2.3.4. Komponen Fisik Sistem Informasi
1. Perangkat keras komputer: CPU, Storage, perangkat Input/Output,
Terminal untuk interaksi, Media komunikasi data
2. Perangkat lunak komputer: perangkat lunak sistem (sistem operasi dan
utilitinya), perangkat lunak umum aplikasi (bahasa pemrograman),
perangkat lunak aplikasi (aplikasi akuntansi dll).
3. Basis data: penyimpanan data pada media penyimpan komputer.
4. Prosedur: langkah-langkah penggunaan sistem
5. Personil untuk pengelolaan operasi (SDM), meliputi:
Clerical personnel (untuk menangani transaksi dan pemrosesan
data dan melakukan inquiry = operator)
First level manager : untuk mengelola pemrosesan data didukung
dengan perencanaan, penjadwalan, identifikasi situasi out-of-
control dan pengambilan keputusan level menengah ke bawah
Staff specialist : digunakan untuk analisis untuk perencanaan dan
pelaporan.
Management : untuk pembuatan laporan berkala, permintaan
khsus, analisis khusus, laporan khsusus, pendukung identifikasi
masalah dan peluang. Aplikasi = program + prosedur
pengoperasian.
79
Hubungan Pengelola dengan Sistem Informasi
Pada bagian sebelumnya disebutkan bahwa salah satu komponen dari sistem
informasi adalah personel sebagai pengelola informasi. Oleh karena itu
hubungan antara sistem informasi dengan pengelolanya sangat erat. Sistem
informasi yang dibutuhkan sangat tergantung dari kebutuhan pengelolanya.
Pengelola sistem informasi terorganisasi dalam suatu struktur manajemen.
Oleh karena itu bentuk / jenis sistem informasi yang diperlukan sesuai
dengan level manajemennya.
Manajemen Level Atas: untuk perencanaan strategis, kebijakan dan
pengambilan keputusan.
Manejemen Level Menengah: untuk perencanaan taktis.
Manejemen Level Bawah: untuk perencanan dan pengawasan operasi
Operator: untuk pemrosesan transaksi dan merespon permintaan.
2.4. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi
Analisis dan perancangan sistem informasi merupakan bagian atau
tahapan pengembangan sistem. Tahapan-tahapan pengembangan sistem
informasi berhubungan dengan yang lain untuk membentuk suatu siklus.
2.4.1. Analisa Sistem Informasi
Analisis sistem (systems analysis) dapat didefinisikan sebagai
penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian
komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi
80
permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan
yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat
diusulkan perbaikan-perbaikannya. Atau secara lebih mudahnya, analisis
sistem adalah penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk
merancang sistem yang baru atau diperbarui. Tahap analisis sistem ini
merupakan tahap yang sangat kritis dan sangat penting, karena kesalahan
didalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan ditahap selanjutnya.
Tugas utama analis sistem dalam tahap ini adalah menemukan kelemahan-
kelemahan dari sistem yang berjalan sehingga dapat diusulkan perbaikannya.
Alasan pentingnya mengawali analisis sistem:
1. Problem-solving : sistem lama tidak berfungsi sesuai dengan kebutuhan.
Untuk itu analisis diperlukan untuk memperbaiki sistem sehingga dapat
berfungsi sesuai dengan kebutuhan.
2. Kebutuhan baru : adanya kebutuhan baru dalam organisasi atau
lingkungan sehingga diperlukan adanya modifikasi atau tambahan
sistem informasi untuk mendukung organisasi.
3. Mengimplementasikan ide atau teknologi baru.
4. Meningkatkan performansi sistem secara keseluruhan.
Batasan Analisis Sistem:
Aktifitas yang dilakukan dalam analisis sistem harus dapat menjawab
pertanyaan umum :
1. Sistem baru apakah yang akan dibangun? Atau
81
2. Sistem apakah yang akan ditambahkan atau dimodifikasi pada sistem
lama yang sudah ada?
Sumber-sumber fakta yang dapat dipelajari untuk analisis sistem:
1. Sistem yang ada
2. Sumber internal lain : orang, dokumen, dan hubungan antara orang -
organisasi atau fungsi ada.
3. Sumber External : interface dengan sistem lain, seminar, vendor, jurnal,
textbook dan informasi atau ilmu lain yang berada diluar sistem
2.4.2. Perancangan Sistem Informasi
Perancangan sistem adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang
saling melengkapi (dengan analisis sistem) yang merangkai kembali bagian-
bagian komponen menjadi sistem yang lengkap-harapannya, sebuah sistem
yang diperbaiki. Hal ini melibatkan penambahan, penghapusan, dan
perubahan-perubahan bagian relatif pada sistem awal (aslinya). Pada desain
model proses dan model data untuk mewujudkan kebutuhan sistem
didefinisikan dan kerangka kerja untuk coding juga ditentukan. Dokumentasi
dari tahapan desain ini akan sangat berguna untuk pengembangan sistem di
masa depan, jika ada perubahan dari kebutuhan pengguna.
2.4.3. Object Oriented Analysis and Design
Analisis dan desain berorientasi objek adalah cara baru dalam
memikirkan suatu masalah dengan menggunakan model yang dibuat
82
menurut konsep sekitar dunia nyata. Dasar pembuatan adalah objek, yang
merupakan kombinasi antara struktur data dan perilaku dalam satu entitas.
Pengertian "berorientasi objek" berarti bahwa kita mengorganisasi perangkat
lunak sebagai kumpulan dari objek tertentu yang memiliki struktur data dan
perilakunya. Konsep OOAD mencakup analisis dan desain sebuah sistem
dengan pendekatan objek, yaiut analisis berorientasi objek (OOA) dan
desain berorientasi objek (OOD). OOA adalah metode analisis yang
memerika requirement (syarat/keperluan) yang harus dipenuhi sebuah
sistem) dari sudut pandang kelas-kelas dan objek - objek yang ditemui dalam
ruang lingkup perusahaan. Sedangkan OOD adalah metode untuk
mengarahkan arsitektur software yang didasarkan pada manipulasi objek -
objek sistem atau subsistem.
OOAD adalah metode untuk menganalisis dan merancang sistem
dengan pendekatan berorientasi objek. Terdapat tiga buah konsep atau teknik
dasar dalam analisis dan perancangan berorientasi objek (Mathiassen et al,
2000, p135) yaitu :
1. Pembungkusan (Encapsulation)
Encapsulation dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara
sederhana berarti pengelompokkan fungsi. Pengelompokkan fungsi ini
memiliki tujuan agar developer tidak perlu membuat coding untuk
fungsi yang sama, melainkan hanya perlu memanggil fungsi yang telah
dibuat sebelumnya.
2. Pewarisan (Inheritance)
83
Inheritance dalam bahasa pemrograman berorientasi objek secara
sederhana berarti menciptakan sebuah class baru yang memiliki
karakteristik dan sifat-sifat yang dimiliki class induknya disamping
sifat-sifat dan karakteristrik-karakteristik individualnya.
3. Polimorfisme (Polymorphism)
Polymorphism berarti kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk
menyediakan atribut dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda.
Polymorphism adalah hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang
berbeda atau bahkan dari sub-tipe yang berbeda dapat menggunakan
atribut dan operasi yang sama.
Beberapa konsep dasar dalam OOAD adalah :
1. Objek (Object)
Objek adalah benda yang secara fisik dan konseptual yang ada disekitar
kita. Beberapa contoh objek, seperti hardware, software, dokumen,
manusia, konsep, dan lainnya. State adalah objek yang mempunyai
keadaan sesaat yang menggambarkan keadaan dari objek tersebut. State
dinyatakan dengan atribut, behaviour, interface, service, dan method.
2. Kelas (Class)
Class adalah definisi umum dari himpunan objek yang sejenis. Class
menetapkan spesifikasi perilaku (behaviour) dan atribut-atribut dari
objek tersebut. Class adalah abstraksi dari entitas dunia nyata.
3. Kotak hitam (Black Box)
84
Black box adalah dasar dari implementasi objek. Dalam operasi OO,
hanya para developer yang dapat memahami detail dari proses-proses
yang ada dalam kotak hitam, sedangkan para user tidak mengetahui.
Menggunakan proses encapsulation dan message.
4. Asosiasi dan Agregasi
Asosiasi adalah hubungan yang mempunyai makna antara sejumlah
objek. Asosiasi digambarkan dengan sebuah garis penghubung di antara
objeknya. Agregasi adalah bentuk khusus sebuah asosiasi yang
menggambarkan seluruh bagian pada suatu objek merupakan bagian
dari objek yang lain.
Pada analisa, identitas sebuah object menjelaskan bagaimana seorang user
membedakannya dari object lain, dan behaviour object digambarkan melalui
event yang dilakukannya. Pada perancangan, identitas sebuah object
digambarkan dengan cara bagaimana object lain mengenalinya sehingga
dapat diakses dan behaviour object digambarkan dengan operation yang
dilakukan object tersebut yang dapat mempengaruhi object lain dalam
sistem. Aktivitas utama dalam OOAD terdiri dari aktivitas utama, yaitu
problem domain analysis, application domain analysis, architectural design
dan component design.
85
Problem Domain
Analysis
Application
Domain Analysis
Component
Design
Architectural
Design
Model
Requirements
for use
Spesification of
components
Spesification of
architecture
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.7 Aktivitas Utama pada Object Orienter Analysis and Design
Terdapat beberapa kekurangan dan juga kelebihan dari OOAD,
menurut (Mathiassen et al et al, 2005, p5-6), kelebihan OOAD antara lain
1. Konsep OOAD sangat cocok untuk menggambarkan fenomena dalam
ruang lingkup kantor dan sistem terkomputerisasi.
2. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem.
3. OOAD dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar
dan mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.
4. OOAD berhubungan erat dengan analisis berorientasi objek,
perancangan berorientasi objek, user interface berorientasi objek dan
pemrograman berorientasi objek.
Sedangkan kekurangan OOAD (McLeod, 2001, p615) yaitu :
86
1. Diperlukan waktu yang lama untuk memperoleh pengalaman
pengembangan.
2. Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit.
3. Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan
untuk sistem bisnis.
2.4.3.1. OOA (Object Oriented Analysis)
OOA mempelajari permasalahan dengan menspesifikasikannya atau
mengobservasi permasalahn tersebut dengan menggunakan metode
berorientasi objek. Biasanya analisa sistem dimulai dengan adanya dokumen
permintaan (requirement) yang diperoleh dari semua pihak yang
berkepentingan. (Misal: klien,developer, pakar, dan lain-lain).
Dokumen permintaan memiliki 2 fungsi yaitu : memformulasikan
kebutuhan klien dan membuat suatu daftar tugas. Analisis berorientasi obyek
(OOA) melihat pada domain masalah, dengan tujuan untuk memproduksi
sebuah model konseptual informasi yang ada di daerah yang sedang
dianalisis. Model analisis tidak mempertimbangkan kendala-kendala
pelaksanaan apapun yang mungkin ada, seperti konkurensi, distribusi,
ketekunan, atau bagaimana sistem harus dibangun. Aktivitas utama dari
OOA adalah :
1. Menganalisis masalah domain
2. Menjelaskan sistem proses
3. Mengidentifikasi objek
87
4. Menentukan atribut
5. Mengdefinisikan operasi
6. Komunikasi antar objek
2.4.3.2. OOD (Object Oriented Design)
Design berorientasi objek (OOD) adalah metode untuk mengarahkan
arsitektur software yang didasarkan pada manipulasi objek objek sistem atau
subsistem. Objek oriented dekomposisi dan notasi untuk menggambarkan
model dari sistem yang sedang dikembangkan. Struktur dikembangkan set
objek dimana berkolaborasi untuk menyediakan perilaku yang memenuhi
persyaratan dari masalah. Proses OOD :
1. Mendefiniskan kontek dan mode dari penggunaan sistem
2. Mendesain arsitrektur sistem
3. Indentifikasi objek sistem utama
4. Mengembangkan model desain
5. Menentukan interface objek
Kendala pelaksanaan ditangani selama desain berorientasi objek
(OOD). Sumber-sumber untuk analisis dapat persyaratan tertulis pernyataan,
dokumen visi yang formal, wawancara dengan stakeholder atau pihak yang
berkepentingan lainnya. Sebuah sistem dapat dibagi menjadi beberapa
domain, yang mewakili bisnis yang berbeda, teknologi, atau bidang yang
diminati, masing-masing dianalisis secara terpisah.
88
2.4.4. System Choice
System choice ini dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
mendeskripsikan sistem yang diinginkan. Untuk dapat memformulasikan
sistem yang akan digunakan, perlu dilakukan pengamatan terhadap situasi
yang terkait dengan sistem serta pemahaman orang-orang yang berhubungan
dengan situasi tersebut. Menurut Mathiassen et al (2000, p24) System
definition adalah suatu uraian ringkas dari suatu sistem terkomputerisasi
yang dinyatakan dengan bahasa alami.
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.8 Sub Aktivitas dari Pemilihan Sistem
Dimana terdapat 5 kriteria dalam pemilihan sistem yaitu :
a. F (Functionality) : dimana fungsi sistem yang mendukung tugas
application domain.
b. A (Application Domain) : dimana bagian dari suatu organisasi yang
administrate, memonitor atau mengendalikan problem domain.
c. C (Condition) : menjelaskan dengan kondisi bagaimana sistem akan
digunakan, dikembangkan dan berjalan dengan baik.
89
d. T (Technology) : menjelaskan teknologi yang digunakan untuk
mengembangkan dan menjalankan sistem.
e. O (Object) : merupakan objek yang utama di dalam problem domain.
f. R (Responsibility) : merupakan tanggung jawab sistem secara
keseluruhan dalam hubungannya dengan konteks sistem.
Pada penentuan system choice yang digambarkan situasi yang sedang
berjalan agar dapat lebih memahami situasi yang ada. Mathiassen
menggunakan rich picture untuk menggambarkan situasi yang berjalan. Rich
picture adalah gambar tidak formal yang mempresentasikan situasi yang ada.
Dalam rich picture terdapat komponen-komponen seperti orang/user, objek
fisik, tempat, organisasi, tugas dan deskripsi singkat tentang objek atau
tugas.
http://www-staff.it.uts.edu.au/
Gambar 2.8 Rich Picture
90
2.4.5. Problem Domain Analysis
Tujuan dari analisis problem domain adalah untuk mengidentifikasi
dan memodelkan problem domain (Mathiassen et al, 2000, p45). Problem
domain adalah bagian dari konteks yang diatur, di monitor dan di control
oleh sistem. Hasilnya adalah sebuah model koheren dari sebuah problem
domain. Aktivitas dari problem domain terdiri dari tiga aktivitas yaitu :
memilih class, object dan event yang akan menjadi elemen-elemen dalam
model problem domain. Selanjutnya adalah membangun model tersebut
dengan memfokuskan pada hubungan class dan object. Dan yang terakhir
adalah memfokuskan pada properti dinamis dari object. Gambar dibawah ini
menggambarkan tentang aktivitas didalam analisis problem domain.
Class Behaviour
Structure
System
Definition
Model
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.9 Aktivitas Analisis Problem Domain
2.4.5.1. Class
Class adalah deskripsi sekumpulan object yang memiliki struktur,
behaviour pattern dan atribut yang sama (Mathiassen et al, 2000, p49). Hasil
91
akhir dari aktivitas ini adalah event table yang berisi kelas yang terpilih dan
hubungan event diantaranya. Terdapat tiga sub aktivitas dalam memilih class
dan event, yaitu :
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.10 Kegiatan Utama Penetuan Classes
1. Menemukan kandidat untuk classes
Pemilihan class merupakan kunci utama dalam pembuatan problem
domain. Langkah yang harus dilakukan adalah mencari semua kata
benda sebanyak mungkin yang terdapat pada system definition,
penggunaan nama class sebaiknya;
a. Sederhana dan mudah dimengerti.
b. Sesuai dengan problem domain.
c. Menunjukkan satu kejadian.
2. Menemukan kandidat untuk event
Penentuan event yang akan mengelola seluruh informasi sistem
merupakan salah satu bagian penting dalam problem domain. Langkah
92
yang harus dilakukan adalah dengan mencari kata kerja pada system
definition.
3. Mengevaluasi dan memilih secara sistematik
Aktivitas evaluasi sistematik dari class dan event yang terpilih. Criteria
utama untuk mengevaluasi adalah
a. Class dan event terdapat dalam system definition.
b. Class dan event harus relevan untuk problem domain.
2.4.5.2. Structure
Aktivitas dalam structure bertujuan untuk menggambarkan hubungan
antara class dan object dalam problem domain . Hasil dari kegiatan ini
adalah class diagram. Class diagram adalah kumpulan kelas-kelas yang
terhubung secara terstruktur. Structure pada class berbeda dengan structure
pada object. Structure pada class menggambarkan hubungan statis dan
konseptual antar class, sedangan structure pada object menggambarkan
hubungan dinamis dan konkrit antar object. Konsep structure dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Class structure
Menggambarkan hubungan konseptual yang statis antar class, terdiri
atas :
a. Generalization structure
93
Merupakan suatu hubungan antara satu atau lebih subclass dengan
satu atau lebih superclass.
Person
Customer Employee
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.11 Generalization Structure
b. Cluster structure
Merupakan kumpulan dari class yang saling berhubungan. Class
dalam cluster yang sama dihubungkan dengan hubungan
generalization ataupun aggregration, sedangkan class yang ada
pada cluster berbeda dihubungakan dengan hubungan assosiation.
<<cluster>>
cars
Car
EnginePassenger
car
Cylinder Taxi
<<cluster>>
peopler
Owner
Clerk
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.12 Cluster Structure
94
2. Object structure
Menggambarkan hubungan yang dinamis antara object yang ada dalam
problem domain, terdiri dari :
a. Agregration structure
Mendefinisikan hubungan dimana sebuah objek terdiri atas dua
buah objek atau lebih.
Car
WheelBody
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.13 Aggregration Structure
Terdapat tiga tipe struktur dari aggregration, yaitu :
1) Whole-part
Objek superior adalah jumlah dari objek inferior, jika
dilakukan penambahan atau penghapusan objen inferior, maka
akan mengubah objek superior.
2) Container-content
Objek superior adalah container bagi objek inferior, jika
melakukan penambahan atau penghapusan objek inferior, tidak
akan mengubah pokok objek superior.
3) Union-member
95
Objek superior adalah objek inferior yang terorganisasi. Tidak
akan terjadi perubahan pada objek superior apabila melakukan
penambahan atau penghapusan objek inferior, akan tetapi ada
batasannya.
3. Association structure
Merupakan hubungan antara dua buah objek atau lebih. Perbedaan
keduanya terletak pada hubungan antar class, pada agregration memiliki
pertalian yang kuat sedangkan pada association tidak kuat. Dalam
agregration dilukiskan hubungan yang definitive serta fundamental
sedangkan dalam association dilukiskan hubungan yang tidak tetap.
Car Person0...* 1...*
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.14 Association Structure
2.4.5.3. Behavior
Behaviour bertujuan untuk memodelkan dinamika dari problem
domain (Mathiassen et al, 2008, p89). Hasil dari aktivitas behaviour ini
berupa statechart diagram yang mendeskripsikan pola perilaku umum
(sequence, seletion dan iteration) dan atribut dari tiap class. Statechart
diagram merupakan diagram yang menggambarkan behaviour umum dari
96
setiap objek yang terdapat didalam kelas tertentu dan terdiri dari keadaan
dan transisi diantara mereka.
State1
/Amount Deposited
/Amount Closed/Amount Openend
/Amount Withdrawn
Gambar 2.15 Contoh Statechart Diagram
Tiga buah konsep yang terkandung dalam behaviour, yaitu :
1. Event trace : merupakan urutan dari events yang melibatkan objek
secara spesifik.
2. Behaviour pattern : sebuah deskripsi dari kemungkinan event traces
untuk semua objek dalam class.
3. Attribute : suatu deskripsi dari class atau event
2.4.6. Application Domain Analysis
Application domain analysis merupakan organisasi yang mengatur,
mengawasi, atau mengendalikan problem domain. Tujuan dilakukannya
application domain analysis adalah untuk menentukan kebutuhan
penggunaan sistem. Application domain berfokus pada fungsi interface
sistem serta bagaimana sistem akan digunakan oleh user. Kebutuhan sistem
dibedakan dalam tiga bagian utama yaitu :
97
Usage Interface
Function
System
Definition
Model
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.16 Aktivitas Application Domain Analysis
2.4.6.1. Usage
Tahap aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana actors
berinteraksi dengan sistem. Dengan menentukan actors dan use case, sebuah
sistem dapat digunakan dalam application domain. Actor adalah user atau
sistem lain yang berinteraksi dengan system target. Use case adalah suatu
pola interaksi antara sistem dan actor di dalam application domain. Hasil
dari analisis usage adalah : actor table, use case diagram, actor spesification
dan use case spesification.
98
Apply to membership
Search book
Check out book
visitor
employee
Library System
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.17 Contoh Use Case Diagram
Evaluate
sistematically
Explore
pattern
Find actors
and use cases
System
DefinitionUse case
& actors
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.18 Subaktivitas Usage
2.4.6.2. Function
Function bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu sistem dalam
memproses informasi. Function memfokuskan pada apa yang bisa dilakukan
sistem untuk membantu actor dalam pekerjaan. Function adalah fasilitas
99
untuk membuat suatu model berguna bagi actor. Terdapat empat jenis
fungsi, yaitu :
a. Update
Merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh event pada problem domain
dan menghasilkan suatu perubahan pada bagian model.
b. Signal
Merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh perubahan pada bagian model
dan menghasilkan suatu reaksi dalam konteks, dimana reaksi ini
ditampilkan kepada actor pada application domain ataupun dalam
bentuk invertasi langsung dalam application domain.
c. Read
Merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh kebutuhan akan informasi
dalam pekerjaan yang dilakukan oleh actor dan menghasilkan tampilan
sistem yang berhubungan dengan bagian-bagian dari model.
d. Compute
Merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh kebutuhan informasi dalam
pekerjaan yang dilakukan oleh actor dan terdiri dari perhitungan yang
berhubungan dengan informasi yang disediakan oleh actor maupun
model, dimana hasilnya ditampilkan dalam bentuk hasil perhitungan.
100
Evaluate
critically
Specifiy
complex
functions
Find
functions
Function list and
spesifications
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.19 Subaktivitas Functions
2.4.6.3. Interface
Interface adalah fasilitas yang membuat system model dan function
dapat digunakan oleh actor (Mathiassen et al). Tujuan dari interface adalah
menetapkan system interface. Hasil dari interface adalah:
a. User interfaces
Tipe dialog dan form presentasi, daftar lengkap dari elemen user
interface, window diagram dan navigation diagram.
b. System interfaces
Class diagram untuk peralatan luar dan protokol-protokol untuk
berinteraksi dengan sistem lain.
101
Explore
pattern
Describe
interface
elementsDetermine
interface
elements
Description of
interfaces
Evaluate
interface
elements
Function list
Class diagram
Use cases
Sumber: Mathiassen, 2000
Gambar 2.20 Subaktivitas Interfaces
Terdapat pula empat jenis pola user interface, yaitu :
1. Menu selection
Menampilkan pilihan-pilihan pada user interface.
2. Form fill-in
Pola klasik untuk entri data.
3. Command language
User memasukkan dan mengaktifkan perintah format sendiri.
4. Direct manipulation
User memilih objek dan melaksanakan function atas objek dan melihat
hasil dari interaksi tersebut.
102
2.4.6.4. Sequence Diagram
Sequence Diagram menggambarkan interaksi antara penyusunan atau
perubahan objek dalam waktu berurutan. Sequence diagram dapat
digambarkan dalam level yang berbeda dari detail dan digunakan untuk
menemukan maksud dalam beberapa tingkatan dalam pengembangan daur
hidup. Sequence diagram adalah bagian dari interaksi UML diagram,
dimana interaksi ini menentukan pola komunikasi diantara sejumlah objek
atau sistem yang berpartisipasi dalam satu kolaborasi. Interaksi ini dijelaskan
oleh rangkaian pesan yang berurutan antara objek (Bennet et al, 2006, p252).
Sequence diagram digunakan untuk merealisasikan use case – use case
dengan mendokumentasikan bagaimana use case diselesaikan dengan
menggunakan rancangan sistem yang sekarang. Dalam bukunya, Bennet et al
menyatakan bahwa setiap sequence diagram harus diberikan frame yang
memiliki heading dengan menggunakan notasi sd yang merupakan
kependekan dari sequence diagram. Terdapat beberapa notasi penulisan
heading pada setiap frame yang terdapat dalam sequence diagram, antara
lain :
a. Alt
Alt adalah singkatan dari alternative, dimana alt menyatakan terdapat
beberapa jalur alternatif untuk di eksekusi.
b. Opt
103
Opt adalah singkatan dari optional, dimana yang menggunakan heading
ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu
dipenuhi.
c. Loop
Heading loop menyatakan bahwa operation yang berada dalam frame
tersebut dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.
d. Break
Break mengindentifikasikan bahwa semua operation yang berada
setelah frame tersebut tidak dijalankan.
e. Par
Par adalah singkatan dari parallel yang menyatakan bahwa operation
dalam frame tersebut dijalankan bersamaan.
f. Seq
Seq merupakan singkatan dari weak sequencing yang berarti operation
yang berasal dari lifetime yang berbeda dapat terjadi pada urutan
manapun.
g. Strict
Strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang menyatakan
bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.
h. Neg
Neg singkatan dari negative yang menggambarkan bahwa operasi tidak
valid.
i. Critical
104
Critical menyatakan bahwa operasi-operasi yang terdapat didalamnya
tidak memiliki celah kosong.
j. Ignore
notasi ignore itu sendiri menyatakan bahwa tipe pesan atau parameter
yang dikirimkan dapat diabaikan dalam interaksi.
k. Consider
Consider menyatakan bahwa pesan yang harus dipertimbangkan dalam
interaksi.
l. Assert
notasi ini kependekan dari assertion, dimana notasi ini menyatakan
urutan pesan yang valid.
m. Ref
Ref adalah singkatan dari refer yang menyatakan bahwa mereferensikan
operation yang terdapat didalamnya pada sebuah sequence diagram
tertentu.
105
Gambar 2.21 Contoh Sequence Diagram
2.4.6.5. Navigation Diagram
Navigation diagram adalah statechart yang berfokus pada user
interface (Mathiassen et al, 2000, p344). Pada diagram ini ditunjukkan
hubungan antara interface yang ada satu sama lain. Sebuah interface dapat
digambarkan sebagai sebuah state. State ini memiliki nama dan berisi
gambar miniatur interface. Transisi antar state dipicu oleh ditekannya
sebuah tombol yang menghubungkan dua interface.
106
LoginLogin
Submit Exit
Username
Type
Password
PenjualanPenjualan
Submit Exit
1
2
ProdukProduk
Submit Exit
Change PasswordChange Password
Submit Exit
12
1
1
1
Login sukses
Click_change
password
Click_produk
Click_logout
Gambar 2.22 Contoh Navigation Diagram
2.4.3.6. Architectural Design
Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas
pengembangan sistem serta menghasilkan struktur komponen dan proses
sistem. Tujuan dari architectural design untuk menstrukturisasikan sebuah
sistem terkomputerisasi, dimana nanti architectural design akan
menghasilkan struktur untuk komponen dan proses sistem (Mathiassen et al,
2000, p173). Terdapat tiga kegiatan dalam architectural design .
107
Component
architecture
Process
architecture
Criteria
Analysis
document
Architecture
spesification
Gambar 2.23 Aktivitas Architectural Design
2.4.7.1. Criteria
Criteria merupakan properti yang dipilih dan diinginkan dari sebuah
arsitektur. Tujuan dari criteria adalah mempersiapkan prioritas dari sebuah
perancangan (Mathiassen et al, 2000, p177). Terdapat 12 criteria untuk
desian yang baik, yakni criteria klasik untuk kualitas software :
1. Useable
Kemampuan beradaptasi sistem dalam organisasi, hubungan kerja dan
secara teknik.
2. Secure
Kemampuan untuk menanggulangi bahaya dari akses tak berwenang
terhadap data dan fasilitas.
3. Efficient
Eksploitasi secara ekonomi dari fasilitas teknik platform.
4. Correct
Sistem dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada.
5. Reliable
108
Sistem dapat memenuhi kebutuhan eksekusi fungsi-fungis program.
6. Maintainable
Biaya yang digunakan untuk mengalokasikan dan memperbaiki
kerusakan sistem.
7. Testable
Biaya yang digunakan untuk meyakinkan bahwa sistem yang
dikembangkan melakukan fungsi sesuai dengan yang diharapkan.
8. Flexiable
Biaya yang digunakan untuk memodifikasi sistem yang telah
dikembangkan.
9. Comprehensible
Usaha yang dibutuhkan agar user dapat memahami sistem dengan
mudah.
10. Reusable
Menggunakan bagian suatu sistem pada sistem lain yang berhubungan.
11. Portable
Biaya untuk memindahkan sistem pada platform teknikal lainnya.
12. Interoperatable
Biaya untuk merangkaikan sistem pada sistem lain.
Dalam bukunya, Mathiassen et al menyebutkan bahwa criteria
useable, flexiable dan comprehensible tergolong sebagai criteria umum yang
harus dimiliki oleh sebuah sistem dan menentukan baik tidaknya suatu
rancangan sistem.
109
2.4.7.2. Component Architecture
Component architecture merupakan struktur sistem dari komponen-
komponen yang berkaitan. Tujuan dari component adalah untuk menciptakan
sistem yang flexibel dan comprehensible. Pada aktivitas ini, diperlukan pola
arsitektural yang paling sesuai dengan model sistem yaitu :
a. Generic Architecture Pattern
Pola ini digunakan dalam menguraikan sistem dasar yang terdiri dari
komponen interface, function dan model. Model component berada
dilayer yang paling bawah, kemudian dilanjutkan oleh function layer
dan yang paling atas adalah interface.
<<component>>
interface
<<component>>
User interface
<<component>>
System interfaces
<<component>>
Function
<<component>>
Model
<<component>>
Techical platform
<<component>>
UIS<<component>>
DBS
<<component>>
function
Gambar 2.24 Contoh Generic Architecture Pattern
110
b. Layered Architecture Pattern
Pola ini adalah model klasik pada software. Layer arsitektur ini terdiri
dari beberapa komponen yang ditunjuk sebagai layer. Layer
menunjukkan component sedangakan panah menunjukkan dependencies
yang berarti menunjukkan perubahan pada satu komponen akan
mempengaruhi komponen lainnya. Arsitektur ini bertujuan untuk
membagi sistem kedalam komponen-komponen.
<<component>>
Layer i+1
<<component>>
Layer 1
<<component>>
Layer i-1
Gambar 2.25 Contoh Layered Architecture Pattern
c. Client-Server Architecture Pattern
Pola ini bertujuan untuk mengatasi sistem yang terdistribusi dibeberapa
proses yang tersebar secara geografis. Pada pola ini terdapat sebuah
server dan beberapa client.
111
<<component>>
Client 1
<<component>>
Client 2
<<component>>
Client n
<<component>>
Server
Gambar 2.26 Contoh Client-Server Architecture Pattern
Hasil aktivitas ini adalah sebuah component diagram yang merupakan
diagram implementasi yang digunakan untuk menggambarkan arsitektur
fisik dari software sistem. Diagram ini dapat menunjukkan bagaimana
coding pemrograman terbagi menjadi komponen-komponen dan juga
menunjukkan ketergantungan antar komponen (Whitten, 2004, p442).
<<component>> client
<<component>>
HQ UI
<<component>> client
<<component>>
Shop UI
<<component>>
Cryptography C
<<component>> server
<<component>>
Function
<<component>>
Cryptography S
<<component>>
Model
Gambar 2.27 Contoh Component Diagram
112
Terdapat dua macam metode berbeda dalam membagi komponen client dan
server, yaitu :
1. Client dan server dianggap sebagai subsistem tunggal yang masing-
masing memiliki komponen, yaitu user interface (U), function (F) dan
model (M).
2. Atau masing-masing dapat dianggap sebagai layer berbeda dalam sistem
yang sama.
Tabel 2.6 Form Distributed pada Client Server Architecture
Client Server Architecture
U U + F + M Distributed Presentation
U F + M Local Presentation
U + F F + M Distributed Functionality
U + F M Centralized Data
U + F + M M Distributed Data
2.4.7.3. Process Architecture
Process architecture bertujuan untuk mendefinisikan struktur program
secara fisik. Process architecture adalah struktur eksekusi sistem yang
terdiri dari proses-proses yang saling tergantung satu sama lain (Mathiassen
et al, 2000, p209). Hasil dari aktivitas ini adalah deployment diagram.
113
User
interface
System
interface
Function
Model
System
interface
...more clients
Gambar 2.28 Contoh Deployment Diagram
Pada aktivitas ini terdapat tiga buah pola distribusi, yaitu :
a. Centralized Pattern
Pada pola ini menyimpan semua data pada server pusat dan user hanya
bisa melihat user interface saja. Kelebihan dari pola ini adalah dapat
diimplementasikan pada client secara murah, semua data konsisten
karena hanya berada di satu tempat saja dan juga strukturnya mudah.
b. Distributed Pattern
Pola ini mendistribusikan semuanya ke user atau client dan server hanya
menyebarkan model telah di update diantara client . kelebihan pola ini
adalah waktu akses yang rendah, kinerja lebih maksimal dan back up
data banyak. Sedangakan kekurangan dari pola ini adalah banyaknya
data yang redundant sehingga konsistensi data terancam, kemacetan
jaringan yang tinggi karena semua update harus disebar kepada semua
114
client, kebutuhan teknis yang canggih, arsitekturnya lebih sulit
dimengerti dan diimplementasikan.
c. Decentralized Pattern Client
Pola ini berada diantara kedua pola diatas. Disini client memiliki data
sendiri sehingga data umumnya hanya berada pada server. Server
menyimpan data umum dan function atas data-data tersebut, sedangkan
client menyimpan data yang merupakan milik bagian application
domain tersebut. Kelebihan dari pola ini adalah konsistensi data karena
tidak ada duplikasi data antara client, lalu lintas jaringan jarang karena
jaringan hanya digunakan ketika data umum diserver di update.
Sedangkan kekurangan pola ini adalah bahwa semua prosedur harus
mampu melakukan fungsi yang kompleks dan memelihara model dalam
jumlah besar, sehingga nantinya akan meningkatkan biaya hardware.
2.4.8. Component Design
Design component memiliki tujuan untuk menentukan implementasi
kebutuhan di dalam kerangka kerja arsitektural.
115
Design of
component
connections
Design og
componentsArchitecture
spesifications
Component
spesifications
Gambar 2.29 Aktivitas Component Design
Component design terdiri dari tiga aktivitas, yaitu :
1. Model component
Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplentasikan
model problem domain. Hasil aktivitas ini adalah restrukturisasi class
diagram yang dibuat pada tahap analisis, terdiri dari penambahan class,
attribute dan struktur baru yang menunjukkan events.
2. Function component
Function component adalah bagian dari sebuah sistem yang
mengimplementasikan kebutuhan-kebutuhan fungsional. Sedangkan
tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menunjukkan pengimplementasian
dari function, dan hasil akhir dari aktivitas ini adalah class diagram
dengan operations dan spesification dari operation yang kompleks.
3. Connecting component
116
Merupakan design hubungan antar component untuk memperoleh
rancangan yang fleksibel dan mudah dimengerti. Hasil dari aktivitas ini
adalah class diagram yang berhubungan dengan komponen-komponen
sistem.