Upload
ngoanh
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Merek
2.1.1 Pengertian Merek
Menurut Durianto et al, (2004, p2) mendefinisikan merek adalah nama, istilah,
tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang
atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk
pesaing dan merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah
merek dagang ( trademark ) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar
bila dikelola dengan tepat.
Berbeda dengan pendapat Susanto dan Wijanarko dalam bukunya yang berjudul
Power Branding: Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya (2004, p5)
mengatakan merek adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa
dan menimbulkan arti psikologis atau asosiasi. Merek bukan hanya apa yang tercetak di
dalam produknya atau kemasannya, tetapi termasuk apa yang ada di benak konsumen dan
bagaimana konsumen mengasosiasikannya.
Menurut Hermawan Kartajaya (2004, p11), Marketing Icon of Indonesia, merek
merupakan indikator value yang ditawarkan kepada pelanggan, dan atau aset yang
menciptakan value bagi pelanggan dengan memperkuat loyalitasnya. American Marketing
Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau
kombinasi semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa seorang
9
atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. (Kotler,
2005, p82).
Sedangkan Nicolino, dalam Brand Management: The Complete Ideal’s Guides (2004,
p4) mengatakan bahwa merek adalah entitas yang mudah dikenali dan menjanjikan nilai-nilai
tertentu. Menurutnya, sebuah nama, logo, singkatan, desain, atau apa saja, dapat dikatakan
sebagai sebuah merek, jika memenuhi empat hal berikut :
1. Dapat dikenali atau diidentifikasi ( identifiable )
Dapat dengan mudah memisahkan satu barang yang serupa dengan yang lainnya
melalui beberapa cara, biasanya berupa sepatah kata, warna, atau simbol ( logo )
yang dapat dilihat secara langsung.
2. Memiliki entitas
Sesuatu yang mempunyai eksistensi yang khas atau berbeda.
3. Janji-janji tertentu ( specific promises )
Sebuah produk atau jasa membuat klaim mengenai apa yang dapat diberikannya.
4. Nilai-nilai
Apapun yang didapatkan konsumen pasti merupakan sesuatu yang konsumen peduli
hingga batas tertentu.
Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri,
manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena
didalamnya tercakup enam pengertian berikut ini. (Durianto et al, 2004, p2)
1. Atribut produk. Seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain-
lain. Mercedes menyatakan sesuatu yang mahal, produk yang dibuat dengan baik,
terancang baik, tahan lama, bergengsi tinggi, dan sebagainya.
10
2. Manfaat. Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen sebenarnya
membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut merek diperlukan untuk
diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional. Sebagai
gambaran, atribut “mahal” cenderung diterjemahkan sebagai manfaat emosional,
sehingga orang yang mengendarai Mercedes akan merasa dirinya dianggap penting
dan dihargai.
3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Mercedes menyatakan
produk yang berkinerja tinggi, aman, bergengsi, dan sebagainya. Dengan demikian
produsen Mercedes juga mendapat nilai tinggi di mata masyarakat.
4. Budaya. Merek juga mencerminkan budaya tertentu. Mercedes mencerminkan
budaya Jerman yang terorganisir, konsisten, tingkat keseriusannya tinggi, efisien,
dan berkualitas tinggi.
5. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali produk
tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau
menopang merek produknya.
6. Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan
produk tersebut. Pemakai Mercedes pada umumnya diasosiasikan dengan orang
kaya, kalangan manajer puncak, dan sebagainya.
Menurut Rangkuti dalam bukunya The Power of Brands (2004, p2), merek dapat
juga dibagi dalam pengertian lainnya, seperti :
a. Brand name ( nama merek ) yang merupakan bagian dari yang dapat diucapkan.
Misalnya : RCTI, Pepsodent, Honda dan sebagainya.
11
b. Brand mark ( tanda merek ) yang merupakan sebagian dari merek yang dapat
dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain, huruf atau warna
khusus. Misalnya, simbol RCTI dengan gambar burung rajawali.
c. Trade mark ( tanda merek dagang ) yang merupakan merek atau sebagian dari
merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu
yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual dengan hak istimewanya untuk
menggunakan nama merek ( tanda merek dagang ).
d. Copyright ( hak cipta ) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh undang-
undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya musik atau
karya seni.
2.1.2 Peranan dan Manfaat Merek
Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah menjembatani
harapan konsumen pada saat perusahaan menjanjikan sesuatu kepada konsumen. Dengan
demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan
perusahaan penghasil produk melalui merek. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang
mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama.
Adapun beberapa faktor yang menjadikan merek sangat penting, yaitu seperti :
(Durianto et al, 2004, p2)
a. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji emosi menjadi
konsisten dan stabil.
b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa suatu
merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budaya.
c. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat
suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin banyak
12
asosiasi merek ( brand association ) yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika
asosiasi merek yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat, potensi ini
akan meningkatkan citra merek.
d. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek yang kuat
akan sangat sanggup merubah perilaku konsumen.
e. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian. Dengan adanya
merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya
dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan ataupun
atribut lain yang melekat pada merek tersebut.
f. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.
Keberadaan merek bermanfaat bagi pembeli, perantara, produsen maupun publik
(Simamora, 2002, p3).
1. Bagi pembeli
Merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu memberi perhatian
terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka.
2. Bagi masyarakat
Merek bermanfaat dalam dua hal. Pertama, pemberian merek memungkinkan mutu
produk lebih terjamin dan lebih konsisten. Kedua, meningkatkan efisiensi pembeli
karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan tempat.
3. Bagi penjual
Merek bermanfaat dalam empat hal. Pertama, memudahkan penjual mengolah
pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul. Kedua, memberikan
perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk. Ketiga,
13
memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan.
Keempat, membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
Menurut Tjiptono (2005, p21) manfaat-manfaat merek bagi konsumen yaitu :
1. Kemudahan dalam mengidentifikasikan produk yang dibutuhkan atau dicari oleh
konsumen dan dapat memberikan makna bagi produk.
2. Penghematan waktu dan energi melalui pembelian ulang identik dan loyalitas.
3. Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yang
sama sekalipun pembelian dilakukan pada waktu dan ditempat berbeda.
4. Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi dengan merek yang telah
digunakan atau dikonsumsi.
5. Kepuasan terkait dengan daya tarik merek logo dan komunikasinya.
2.1.3 Karakteristik Merek yang baik
Sebelum produk / jasa diluncurkan ke pasar, perusahaan harus terlebih dahulu
memilih nama merek dengan cermat. Sebuah nama merek yang baik dapat menunjang
keberhasilan suksesnya suatu produk / jasa. Pemilihan nama merek harus meliputi tujuan
produk / jasa, manfaat, pasar sasaran dan strategi pemasarannya. Menentukan nama merek
meliputi :
1. Nama merek harus menunjukkan sesuatu tentang manfaat dan mutu produk / jasa
tersebut.
2. Harus mudah diucapkan, dikenal dan diingat. Nama yang singkat sangatlah
membantu.
3. Nama merek harus identik dan mudah terbedakan.
14
Nama merek harus mudah diterjemahkan dalam bahasa asing. Nama merek harus bisa
memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum.
2.1.4 Kategori Brand
Brand terdiri dari merek privat ( private brand / store brand / distributor brand /
private label ), merek spesifik / individual ( specific / individual brand ), merek lini / keluarga
( line / family brand ), merek perusahaan ( corporate brand ), dan merek kombinasi.
Merek privat ( private brand / store brand / distributor brand / private label )
merupakan merek yang disponsori oleh distributor, misalnya pada pedagang besar dan
pedagang eceran. Alfa mengeluarkan gula dengan merek Alfa padahal tidak mempunyai
pabrik gula sehingga Alfa menggunakan merek privat atas seizin distributor gulanya. Merek
privat memungkinkan pedagang besar atau pedagang eceran memberi harga lebih rendah
dan memungkinkan untuk memperoleh keuntungan lebih tinggi.
Merek spesifik ( specific brand ) merupakan strategi untuk memberikan nama merek
pada sebuah produk yang spesifik. Unilever menggunakan strategi ini, misalnya Axe untuk
merek deodoran, Blue Band untuk margarin, Domestos untuk obat nyamuk, Pepsodent untuk
pasta gigi dan Sunsilk untuk sampo.
Merek lini ( line brand ) merupakan strategi meletakkan nama merek pada sebuah
lini produk yang berhubungan. Merek lini produk berfokus dan memberikan keunggulan
biaya dengan mempromosikan lini produk daripada masing-masing produk. Strategi ini
efektif jika perusahaan mempunyai satu atau lebih lini produk yang masing-masing
mengandung sebuah hubungan antara item-item produk tersebut. Satu keunggulan merek
lini produk adalah penambahan item-item produk dapat dikenalkan dengan memberdayakan
nama merek yang telah dibangun.
15
Merek perusahaan ( corporate brand ) merupakan strategi membangun identitas
merek menggunakan nama perusahaan untuk mengidentifikasi produk yang dihasilkan.
Panasonic, Polytron, Sony, IBM, Intel, Nokia, Sharp, Sanyo, Toshiba, Yamaha, Honda, dan
McDonald’s menggunakan merek perusahaan ( corporate brand ) untuk mengiklankan
produknya.
2.2 Ekuitas Merek ( Brand Equity )
Sebuah merek sangat erat kaitannya dengan proses konsumen dalam membeli
produk atau jasa. Maka peranan merek kini dapat dipandang sebagai aset yang dapat
mendatangkan keuntungan dan menjadi suatu competitive advantage, dibandingkan hanya
sebagai alat untuk membedakan suatu produk dengan produk lainnya.
2.2.1 Pengertian Ekuitas Merek ( Brand Equity )
Menurut Philip Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 2
(2005, p86) mendefinisikan ekuitas merek sebagai efek diferensial positif yang ditimbulkan
oleh pengetahuan nama merek terhadap pelanggan atas produk / jasa tersebut. Ekuitas
merek mengakibatkan pelanggan memperlihatkan referensi terhadap suatu produk
dibandingkan dengan yang lain kalau keduanya pada dasarnya identik.
Menurut Rangkuti (2004, p24), “Ekuitas merek adalah sekumpulan aset yang terkait
dengan nama merek dan simbol, sehingga dapat menambah nilai yang ada dalam produk
atau jasa tersebut”. Aset yang terdapat dalam merek tersebut meliputi: kesadaran merek (
brand awareness ), persepsi kualitas ( perceived quality ), asosiasi merek ( brand association
) dan loyalitas merek ( brand loyalty ).
Menurut Hana dan Wozniak yang dikutip oleh Simamora (2002, p46-47) mengatakan
bahwa ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan merek pada produk. Sepanjang
16
memberikan nilai tambah, maka merek tersebut memiliki ekuitas. Kalau tidak memberikan
nilai tambah, apalagi justru mengurangi nilai produk, berarti tidak ada ekuitas merek. Jadi,
mereka melihat ekuitas merek sebagai nilai yang positif.
Berbeda halnya dengan Srinivasan dan Park yang dikutip oleh Simamora (2002, p47)
membuat konsepsi yang memungkinkan ekuitas merek bernilai negatif, nol, ataupun positif.
Menurut mereka, pada produk-produk bermerek terdapat dua jenis nilai. Pertama, nilai
objektif yaitu nilai berdasarkan realitas. Ini merupakan nilai yang tidak terkontaminasi oleh
segala hal yang terkait dengan merek. Kedua, nilai total produk dengan merek. Ekuitas
merek adalah selisih antara total produk ( dengan merek ) dikurangi nilai objektifnya.
Dengan demikian, dimungkinkan nilai ekuitas merek yang positif, nol dan negatif. Menurut
mereka juga, ekuitas merek dapat dilihat pada ruang lingkup individu, segmen maupun pasar
secara total. Pada ruang lingkup individu, dimungkinkan perbedaan ekuitas merek pada
individu yang berbeda.
2.2.2 Memberikan nilai kepada konsumen
Aset ekuitas merek pada umumnya menambahkan atau mengurangi nilai bagi para
konsumen. Aset-aset ini bisa membantu mereka menafsirkan, memproses dan menyimpan
informasi dalam jumlah besar mengenai produk dan merek. Ekuitas merek juga bisa
mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan
pembelian ( baik itu karena pengalaman masa lalu dalam menggunakannya, maupun
kedekatannya dengan merek dan aneka karakteristiknya ). Terlebih lagi, adanya fakta bahwa
perceived quality dan brand association bisa meningkatkan kepuasan konsumen berdasarkan
pengalaman menggunakannya.
17
2.2.3 Memberikan nilai kepada perusahaan
Berdasarkan konsep ekuitas merek, selain dapat menambahkan nilai untuk
konsumen, ekuitas merek juga memiliki potensi untuk menambah nilai bagi perusahaan
dengan membangkitkan arus kas marjinal setidaknya melalui enam cara :
1. Efisiensi dan keefektifan program pemasaran
Ekuitas merek dapat menguatkan program memikat konsumen baru atau merangkul
konsumen lama, misalnya program promosi untuk mencoba rasa baru atau
kegunaan baru, akan menjadi lebih efektif jika merek tersebut telah banyak dikenal.
2. Loyalitas merek
Perceived quality, asosiasi dan nama yang terkenal dapat menjadi reason to buy dan
bisa mempengaruhi kepuasan dalam menggunakan produk. Meskipun ketiga variabel
tadi tidak dianggap penting dalam proses pemilihan merek, namun ketiganya mampu
mengurangi keinginan konsumen untuk pindah ke merek lain.
3. Harga / laba
Ekuitas merek yang kuat, biasanya dapat membantu perusahaan untuk
mendapatkan marjin laba yang lebih tinggi dengan cara menetapkan harga optimum.
4. Perluasan merek
Ekuitas merek bisa menjadi landasan untuk melakukan brand extension atau
perluasan merek.
5. Meningkatkan volume perdagangan
Ekuitas merek bisa memberi dorongan kepada saluran-saluran distribusi ( distribution
channels ). Seperti halnya konsumen, para distributor pun tidak akan ragu dengan
suatu merek yang telah dikenal dan memperoleh pengakuan terhadap kualitasnya.
18
6. Keunggulan bersaing
Keunggulan bersaing yang dimaksud adalah barrier to entry bagi kompetitor, karena
kompetitor akan mengalami kesulitan untuk merebut market share sebuah merek
yang telah banyak dikenal dan telah banyak merebut kepuasan konsumen.
2.2.4 Elemen-elemen Ekuitas Merek ( Brand Equity )
Menurut Aaker dalam Durianto et al, (2004, p4) ekuitas merek dapat dikelompokkan
ke dalam 5 kategori, yaitu :
1. Kesadaran Merek ( Brand Awareness )
Menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat
kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.
2. Asosiasi Merek ( Brand Association )
Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap sesuatu kesan tertentu dalam
kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga,
pesaing, selebritis, dan lain-lain.
3. Persepsi Kualitas ( Perceived Quality )
Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan
suatu produk / jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan.
4. Loyalitas Merek ( Brand Loyalty )
Mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk / jasa.
5. Aset-aset Merek Lainnya ( other proprietary brand assets )
Seperti hak paten, rahasia teknologi, rahasia bisnis, akses khusus terhadap pemasok
ataupun pasar, dan lain-lain.
19
Empat elemen ekuitas merek ( Brand Equity ) diluar aset-aset merek lainnya dikenal dengan
elemen-elemen utama dari ekuitas merek. Elemen ekuitas merek yang kelima secara
langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama tersebut.
2.3 Brand Association ( Asosiasi Merek )
2.3.1 Pengertian Brand Association ( Asosiasi Merek )
Brand Association adalah segala sesuatu yang diingat konsumen, yang dapat
dihubungkan dengan suatu merek. Kemudian berbagai asosiasi yang diingat tadi dapat
dirangkai sehingga membentuk brand image di benak konsumen.
Secara sederhana, pengertian brand image adalah sekumpulan brand association yang
terbentuk pada benak konsumen tentunya bisa dari hasil komunikasi pemasaran, word of
mouth konsumen sendiri atau berdasarkan pengalaman dari seseorang yang pernah
mencoba merek tersebut.
Menurut Tjiptono (2005, p40) Brand Association merupakan segala sesuatu yang
terkait dengan memori terhadap sebuah merek. Brand Association berkaitan erat dengan
brand image, yang didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi merek dengan makna tertentu.
Asosiasi merek memiliki kekuatan tertentu dan akan semakin kuat seiring dengan
bertambahnya pengalaman konsumsi atau eksposur dengan merek spesifik.
2.3.2 Sumber-sumber Asosiasi Merek
Menurut Aaker yang dikutip oleh Simamora (2002, p31-36) terdapat sebelas sumber
asosiasi yang terkait dengan suatu merek, yaitu :
1. Atribut produk ( product attributes )
Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan strategi
positioning yang paling sering digunakan. Mengembangkan asosiasi semacam ini
20
efektif karena jika atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat secara langsung
diterjemahkan dalam alasan pembelian suatu merek.
Menurut Kotler (Simamora: 2002), atribut produk terdiri atas kualitas, desain dan
fitur ( feature ). Kualitas lebih lanjut dijelaskan sebagai kinerja ( performance ),
unjuk kerja ( comformance ), keandalan ( reliability ), kemudahan diperbaiki (
repairability ), gaya ( style ), daya tahan ( durability ) dan desain ( design ).
Biasanya tidak semua komponen atribut dijadikan andalan ( selling point ) oleh
produsen, cukup satu atau beberapa atribut yang menonjol ( salient attribute ) dari
suatu produk.
2. Atribut tak berwujud ( intangibles attributes )
Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi
kualitas, kemajuan teknologi atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian
atribut yang objektif. Namun terdapat beberapa resiko apabila perusahaan
menggunakan atribut ini sebagai sumber asosiasi, yaitu seperti :
• Rentan terhadap inovasi perusahaan lain
• Seringkali klaim atas spesifikasi tertentu malah menurunkan kredibilitas
produk yang bersangkutan
• Seringkali konsumen tidak memperdulikan klaim produk atas spesifikasi
tertentu karena menganggap tidak ada perbedaan berarti antara satu
produk dengan produk lain. Resiko-resiko di atas dapat dihindari dengan
membuat asosiasi yang tidak terukur, dan tidak bisa dibandingkan
3. Manfaat produk bagi pelanggan ( customer’s benefits )
Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka
biasanya terdapat hubungan antara keduanya. Artinya, kalau mau membuat asosiasi
manfaat, mau tidak mau perusahaan juga harus membuat asosiasi atribut sebagai
21
alasannya. Yang ditonjolkan produsen sebenarnya adalah asosiasi manfaat, sebab
atribut yang dijadikan sebagai alasan, seringkali tidak dipahami masyarakat umum.
4. Harga relatif ( relative price )
Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan diawali dengan
penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga. Sudah jelas
bahwa harga yang dijadikan sebagai sumber asosiasi adalah harga rendah atau
harga yang terjangkau. Penggunaan “harga terjangkau” sebagai sumber asosiasi
akan bermanfaat bila pasar sasaran yang dituju sensitif terhadap harga, dan selisih
harga yang ditawarkan cukup berarti bagi konsumen.
5. Penggunaan ( application )
Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu
penggunaan atau aplikasi tertentu. “Saat apa produk digunakan” dapat dipakai
menjadi sumber asosiasi produk.
6. Pengguna / pelanggan ( user or customer )
Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek dengan sebuah tipe
pengguna atau pelanggan dari produk tersebut.
7. Orang terkenal / khalayak ( celebrity or person )
Mengkaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer
asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tersebut. Ruginya, kalau
citra orang itu rusak, maka citra merek juga bisa turun.
8. Gaya hidup / kepribadian ( life style or personality )
Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi para
pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup
yang hampir sama.
22
9. Kelas produk ( product class )
Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya akan lebih berhasil jika
merek tersebut merupakan merek pertama pada kategori produk yang
bersangkutan.
10. Para pesaing ( competitors )
Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli
pesaing dapat dijadikan sebagai sumber asosiasi.
11. Negara / area geografis ( country or geographic area )
Sebuah Negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang
erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. Syarat yang harus dipenuhi untuk
menggunakan suatu Negara atau wilayah geografis sebagai sumber asosiasi adalah
tempat-tempat yang dijadikan sumber asosiasi harus memiliki citra positif tentang
produk yang diiklankan.
2.3.3 Nilai yang diciptakan Brand Association
Yang menjadi nilai dalam asosiasi merek umumnya adalah sampai seberapa asosiasi
tersebut bermakna bagi konsumen. Ada banyak macam asosiasi yang masing-masing dapat
memberikan nilai baik untuk perusahaan atau konsumen itu sendiri. Banyak nilai yang dapat
diciptakan oleh brand association, beberapa dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Membantu proses penyusunan informasi
Asosiasi dapat membantu untuk meringkas sekumpulan fakta dan spesifikasi yang
mungkin sulit diproses dan diakses para pelanggannya dan dapat menjadi mahal
bagi perusahaan untuk mengkomunikasikannya. Sebuah asosiasi dapat menciptakan
informasi bagi pelanggan yang memberikan suatu cara untuk menghadapinya.
23
2. Diferensiasi / posisi
Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi usaha membedakan.
Asosiasi-asosiasi yang terbentuk di benak konsumen, pada gilirannya bisa
memainkan suatu peran dalam membedakan suatu merek dengan merek-merek
produk kompetitor.
3. Alasan untuk membeli ( Reason to Buy )
Beberapa bagian dari brand association yang melibatkan asosiasi mengenai atribut
produk atau customer benefit, mampu untuk mempengaruhi keputusan pembelian
dengan cara memberikan kredibilitas dan rasa percaya diri dalam menggunakan
merek tersebut.
4. Menciptakan sikap / perasaan positif ( Create Positive Attitudes )
Beberapa asosiasi tertentu mampu membentuk image positif selama pengalaman
menggunakan produk tersebut.
5. Basis perluasan merek
Asosiasi yang positif sifatnya, bisa dijadikan landasan bagi perluasan merek dengan
cara membentuk ciri atau kesamaan asosiasi tertentu dengan sebuah lini produk
baru.
24
Gambar 2.1 Nilai Asosiasi Merek
Sumber : (Rangkuti, 2004,p43)
2.3.4 Cara menghitung Brand Association
Seandainya suatu perusahaan ingin mengukur asosiasi merek suatu produk,
misalnya mie instan merek X, maka caranya adalah dengan mengajukan pertanyaan kepada
sejumlah responden yang benar-benar telah menggunakan produk tersebut. Jangan
menanyakan kepada responden yang belum pernah memakai produk tersebut, karena pada
umumnya mereka tidak mengetahui secara detail karakteristik produk yang belum pernah
mereka gunakan atau konsumsi (Rangkuti, 2004, p44-45).
Asosiasi Merek
Menciptakan sikap / perasaan positif
Alasan untuk membeli
Diferensiasi / posisi
Membantu proses / penyusunan informasi
Basis perluasan
25
2.3.5 Atribut-atribut Brand Association
Menurut Durianto et al, (2004, p9-15 dan p38-43), atribut-atribut Brand Association
adalah sebagai berikut :
1. Nilai yang dirasakan ( Perceived Value )
Salah satu peranan brand identity adalah bentuk value proposition yang biasanya
melibatkan manfaat fungsional yang merupakan dasar bagi merek dalam hampir
semua kelas produk. Jika merek tidak menghasilkan value, biasanya mudah diserang
oleh pesaing. Ukuran nilai menghasilkan indikator tentang sukses suatu merek dalam
menciptakan value proposition.
Dengan berfokus pada nilai lebih manfaat fungsional, suatu pengukuran dapat
diaplikasikan pada berbagai kelas produk. Brand value dapat diukur dengan
memperhatikan apakah suatu merek membuktikan bahwa nilainya sesuai dengan
uang yang dikeluarkan oleh konsumen, apakah ada alasan untuk memilih merek ini
dibandingkan dengan merek lainnya.
Konsep perceived value berbeda dengan perceived quality. Perceived value diartikan
sebagai perceived quality dibagi harga. Sedangkan perceived quality berhubungan
dengan prestise dan penghargaan terhadap suatu merek. Sebaliknya, nilai berkaitan
erat dengan manfaat fungsional, praktek pembelian dan penggunaan merek
tersebut. Terdapat lima penggerak utama pembentuk perceived value yang terkait
erat dengan kepuasan pelanggan yaitu :
a. Dimensi kualitas produk
Kualitas produk merupakan penggerak kepuasan pelanggan yang pertama.
Kualitas produk ini adalah dimensi yang global, dan paling tidak ada 6
elemen kualitas produk, yaitu kinerja ( performance ), reliabilitas, feature,
keawetan ( durability ), konsistensi, dan desain.
26
Kinerja adalah dimensi yang paling dasar dan berhubungan dengan fungsi
utama suatu produk. Konsumen akan sangat kecewa apabila harapan
mereka atas dimensi ini tidak terpenuhi. Setiap produk bisa memiliki kinerja
yang berbeda, tergantung nilai fungsional yang dijanjikan perusahaan.
Contohnya, untuk obat adalah kemanjuran, untuk makanan adalah rasa
yang enak, untuk tape recorder adalah suara yang jernih, untuk sepeda
motor adalah akselerasi, untuk mobil sedan adalah kenyamanannya, dan
lain-lain.
Reliabilitas adalah dimensi kualitas produk yang kedua. Dimensi kinerja dan
reliabilitas sepintas terlihat mirip tetapi memiliki perbedaan yang jelas.
Reliabilitas lebih menunjukkan probabilitas kegagalan produk menjalankan
fungsinya. Produk pompa air dikatakan mempunyai kinerja yang baik apabila
mampu bekerja sesuai dengan daya semprot yang dijanjikan dan dikatakan
memiliki reliabilitas yang baik apabila tidak pernah ngadat selama
pemakaian.
Feature adalah dimensi kualitas produk yang ketiga. Dimensi ini dapat
dikatakan sebagai aspek sekunder. Untuk berbagai produk elektronik,
feature yang ditawarkan dapat dilihat pada menu yang terdapat di remote
control. Karena perkembangan feature ini hampir tidak terbatas sejalan
dengan perkembangan teknologi, maka feature menjadi target para
produsen untuk berinovasi dalam rangka memuaskan pelanggan.
Keawetan adalah dimensi kualitas produk yang keempat yang menunjukkan
suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun waktu.
Bagi konsumen, awet secara waktu lebih mudah dimengerti karena sebagian
besar produk yang menjanjikan keawetan lebih menonjolkan keawetan
27
dalam hal waktu. Tingkat kepentingan dimensi ini berbeda untuk target
pasar yang berbeda dan sangat mungkin terjadi pergeseran dari waktu ke
waktu karena perubahan pasar dan persaingan.
Dimensi yang kelima adalah konsistensi. Dimensi ini menunjukkan seberapa
jauh suatu produk dapat menyamai standar atau spesifikasi tertentu. Produk
yang memiliki konsistensi tinggi berarti sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.
Dimensi desain adalah dimensi yang keenam. Dimensi ini adalah dimensi
yang unik dan banyak menawarkan aspek emosional dalam mempengaruhi
kepuasan pelanggan.
Masing-masing dimensi di atas menimbulkan pengaruh yang berbeda pada
konsumen, tergantung jenis industri dan produk / jasa. Kinerja dan
reliabilitas pada umumnya dipersepsi penting tetapi sebagian perusahaan
yang menghasilkan merek-merek yang mapan sudah melakukan tugasnya
dengan baik dalam hal memenuhi harapan pelanggan atas dimensi ini.
Perusahaan memiliki ruang yang relatif lebih lebar bagi peningkatan feature,
keawetan, konsistensi, dan desain untuk membangun keunggulan bersaing
di dunia bisnis.
b. Dimensi harga
Bagi pelanggan yang sensitif biasanya harga yang terjangkau adalah sumber
kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan value for money
yang tinggi, dan sebaliknya. Pada setiap kelas produk terdapat tingkatan
harga yang bervariasi dan seringkali hal ini mempersulit perusahaan untuk
memposisikan merek produknya untuk ditempatkan pada kategori atau
tingkatan harga yang tepat. Kadangkala ada beberapa perusahaan yang
28
menempatkan mereknya pada tingkatan harga yang tinggi, bahkan mungkin
level premium. Mereka beranggapan bahwa dengan cara ini dapat
meningkatkan prestise merek tersebut yang tentu saja hal ini didukung
dengan menawarkan kualitas yang premium pada merek tersebut.
c. Dimensi kualitas layanan
Kualitas layanan ( service quality ) sangat bergantung pada tiga hal, yaitu
sistem, teknologi, dan manusia. Faktor manusia memegang kontribusi
terbesar sehingga kualitas layanan relatif lebih sulit ditiru dibandingkan
kualitas produk dan harga. Salah satu konsep kualitas layanan yang popular
adalah ServQual. Berdasar konsep ini, kualitas layanan diyakini memiliki lima
dimensi, yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible.
Dimensi pertama kualitas layanan adalah tangible. Menimbang bahwa suatu
layanan tidak bisa dilihat, dicium, dan diraba, maka aspek tangible menjadi
penting sebagai ukuran pelayanan. Sebagai gambaran, pelanggan
memberikan penilaian yang baik apabila bengkel mobil dilengkapi dengan
peralatan yang canggih. Selain gedung dan peralatan, pelanggan akan
menilai tampilan fisik karyawan. Dimensi ini umumnya lebih penting bagi
pelanggan baru.
Dimensi kedua kualitas layanan adalah reliabilitas, yaitu dimensi yang
mengukur keandalan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggannya. Dibandingkan empat dimensi kualitas layanan yang lain,
dimensi ini dipersepsi paling penting dalam berbagai industri jasa. Dimensi
ini memiliki dua aspek, yaitu kemampuan perusahaan memberikan
pelayanan sesuai yang dijanjikan dan seberapa jauh perusahaan mampu
memberikan pelayanan yang akurat.
29
Dimensi ketiga kualitas layanan adalah responsiveness. Harapan pelanggan
terhadap kecepatan pelayanan tidak akan cenderung meningkat dari waktu
ke waktu. Perlu diingat bahwa harga pada satu waktu bisa dipersepsi
berbeda antara satu pelanggan dan pelanggan yang lain.
Dimensi keempat kualitas layanan adalah assurance. Assurance adalah
dimensi yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku
staf front-line dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan pada
pelanggan. Berdasarkan banyak riset, empat aspek dimensi ini adalah
keramahan, kompetensi, kredibilitas, dan keamanan.
Dimensi kelima kualitas layanan adalah empathy. Pelanggan dari kelompok
menengah-atas mempunyai harapan yang tinggi agar perusahaan penyedia
jasa mengenal mereka secara pribadi. Perusahaan harus tahu nama mereka,
kebutuhan mereka secara spesifik dan bila perlu mengetahui hobi dan
karakter pribadi mereka lainnya.
d. Dimensi emosional
Ada banyak faktor emosional ketika konsumen melakukan pembelian. Yang
ditawarkan oleh merek yang kuat seringkali adalah faktor emosional. Secara
rasional, BMW adalah mobil yang bagus, tetapi feeling pelangganlah yang
lebih mendorong mereka untuk membeli. Hal yang sama juga terjadi pada
Coca-Cola vs Pepsi. Dimensi emosional dibagi menjadi tiga faktor, yaitu
estetika, self-expressive value, dan brand personality.
Aspek estetika berkaitan dengan bentuk dan warna. Bentuk meliputi besar
kecilnya produk, proporsi, dan kesimetrisan.
Aspek self-expressive value adalah bentuk kepuasan yang terjadi karena
lingkungan sosial di sekitarnya. Dalam dunia otomotif, terdapat ungkapan
30
you are what you drive. Ungkapan ini timbul karena kenyataan bahwa
banyak orang memilih merek mobil berdasar pertimbangan bagaimana orang
lain akan melihat dia dengan mobil tersebut. Selain mobil, produk kosmetik
adalah produk yang kepuasannya banyak dipengaruhi oleh keyakinan dan
perasaan pengguna terhadap orang lain di sekitarnya.
e. Dimensi kemudahan
Dimensi kemudahan merupakan penggerak yang kelima. Pelanggan akan
semakin puas apabila ia merasa relatif mudah, nyaman, dan efisien dalam
mendapatkan produk atau pelayanan.
2. Kepribadian Merek ( Brand Personality )
Untuk beberapa merek, kepribadian ( personality ) menghubungkan ikatan emosi
merek tersebut dengan manfaat merek itu sendiri sebagai dasar untuk diferensiasi
merek dan customer relationship. Kepribadian merek akan melibatkan dimensi yang
unik untuk sebuah merek. Contoh pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan untuk
mengetahui kepribadian merek adalah seperti berikut :
• Apakah merek ini memiliki kepribadian? ( kepribadian merek tidak selalu
relevan untuk semua merek )
• Apakah merek ini menarik?
• Tipe orang seperti apa yang akan memakai merek ini?
Karena itu, pendekatan yang umum dilakukan adalah dengan mengasosiasikan
sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan suatu produk / jasa.
Merek produk juga seringkali melakukan aktivitas yang berkaitan dengan orang
terkenal atau artis dengan harapan dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki
oleh orang terkenal itu ke merek tersebut. Personalitas merek juga biasa
31
diasosiasikan dengan gaya hidup yang diilhami oleh aneka kepribadian dan
karakteristik gaya hidup yang sama.
Pendekatan yang umum dilakukan untuk mengasosiasikan kepribadian sebuah merek
adalah berdasarkan pada :
a. Tipe pengguna atau pelanggan produk tersebut
Misalnya: rokok Marlboro yang dalam iklannya diperlihatkan seorang cowboy
yang sangat lihai menjinakkan kuda, macho, berani, kuat, dan seolah-olah
mengindikasikan bahwa orang yang mengkonsumsi rokoknya adalah laki-laki
sejati.
b. Demografi
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan demografi, misalnya : usia, jenis
kelamin, sosial ekonomi, dan ras.
c. Gaya hidup
Meliputi hal-hal yang menyangkut aktifitas, kegemaran, pendapat,
pandangan hidup, dan lain-lain.
d. Ciri pembawaan kepribadian seseorang
Meliputi hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian atau sifat yang dimiliki
seseorang, misalnya : tertutup, ketergantungan, agreeableness.
e. Iklan
Iklan dapat digunakan sebagai media untuk membentuk kepribadian suatu
merek. Iklan yang baik adalah yang mudah dipahami dan menarik untuk
disimak, sehingga dapat melekat dalam benak konsumen.
32
f. Tagline ( slogan )
Seperti halnya iklan, tagline juga dapat membentuk kepribadian suatu
merek. Tagline harus dibuat seunik mungkin, mudah dipahami, dan juga
mudah diucapkan, sehingga mudah diingat dan melekat di benak konsumen.
3. Asosiasi Organisasi ( Organizational Associations )
Dimensi lain dari brand identity adalah merek sebagai suatu organisasi, yang
menjadi penentu diferensiasi. Asosiasi organisasi akan menjadi faktor yang penting
jika merek yang kita miliki mirip dalam hal atribut dengan merek lainnya, atau jika
organisasi merupakan hal penting untuk dilihat ( seperti dalam bisnis barang yang
tahan lama atau dalam bisnis jasa ), atau jika memang corporate-brand terlibat.
Unsur-unsur dari asosiasi organisasi adalah :
a. Orientasi pada Masyarakat / Komunitas ( Society / Community Orientation )
Organisasi yang baik dapat dibuktikan melalui banyak hal seperti peka
terhadap lingkungan, mensponsori kegiatan amal, memperlakukan para
pekerja / karyawan dengan layak. Organizational Associations sangat
diperlukan dalam mengembangkan asosiasi yang berorientasi pada
komunitas / masyarakat, dan tentu saja mempertinggi loyalitas konsumen,
walaupun sangat sulit untuk menyatakan besaran loyalitas itu.
Program peduli lingkungan adalah cara lain untuk menjadi perusahaan yang
baik, seperti penggunaan kemasan atau komposisi yang dapat didaur ulang
sehingga ramah lingkungan; kesan bahwa perusahaan peduli terhadap
lingkungan akan lebih sulit untuk ditiru, hal itu lebih dapat dilihat dan
dipercaya.
33
b. Persepsi Kualitas ( Perceived Quality )
Persepsi kualitas hampir selalu menjadi pertimbangan pada setiap pilihan
konsumen. Kualitas dapat dikomunikasikan secara langsung dengan
demonstrasi atau argumen bahwa sebuah atribut produk lebih unggul
dibanding yang dimiliki pesaing. Banyak perusahaan berkomitmen pada
kualitas atau ingin menjadi “yang terbaik”. Asosiasi organisasi menjadi
sarana yang baik untuk mengkomunikasikan kualitas yang dapat dipercaya
dan selanjutnya membantu mengembangkan loyalitas.
c. Inovasi
Inovasi bisa menjadi asosiasi merek kunci bagi perusahaan. Inovasi juga
merupakan hal penting bagi perusahaan terutama persaingan didalam kelas
produk dimana teknologi dan inovasi menjadi penting bagi konsumen,
seperti Oral B di kategori sikat gigi ataupun Intel di kategori mikroprosesor.
Pada suatu waktu selalu ada konsumen yang merasa tidak sesuai atau tidak
yakin sehingga kualitas pada dimensi yang tidak berwujud seperti inovasi
akan memberikan keuntungan. Inovasi juga dapat menjadi sarana untuk
membuat merek produk tampil lebih modern dan up to date.
d. Perhatian pada pelanggan ( Concern for customers )
Banyak perusahaan selalu menempatkan konsumen pada tempat pertama
sebagai nilai inti. Beberapa merek perusahaan melihat konsep
“persahabatan” sebagai elemen identitas merek perusahaan. Hal ini
mengimplikasikan bahwa merek tersebut akan memberikan yang diinginkan
oleh konsumen, seperti kejujuran, perhatian, dapat dipercaya, dan rasa
hormat.
34
e. Keberadaan dan Keberhasilan ( Presence and success )
Berbisnis dengan organisasi yang mempunyai sumber daya yang mendukung
produk dan sejarah panjang dalam berbisnis dapat memberikan rasa aman.
Sukses, yang diindikasikan dengan penjualan dan atau pertumbuhan
penjualan, juga menciptakan rasa percaya diri bagi konsumen yang telah
memilih merek tersebut.
f. Lokal vs Global
• Menjadi lokal
Satu pilihan strategi diferensiasi adalah membuat satu merek
dipersepsikan sebagai merek lokal dari perusahaan lokal. Menjadi
lokal terutama efektif bila program pemasaran pesaing global tidak
peka atau tidak sejalan ( atau bahkan bertentangan ) dengan
selera lokal. Usaha yang serius untuk berlaku lokal juga dapat
menghasilkan pengertian yang lebih baik mengenai kebutuhan dan
kebiasaan lokal.
• Menjadi global
Pilihan identitas lain adalah menjadi global. Sebuah merek global
memberikan sinyal umur panjang, sumber daya untuk investasi
merek, dan komitmen terhadap masa depan merek. Sebuah
perusahaan global akan dianggap lebih maju secara teknologi,
yaitu mampu berinvestasi di R&D dan mendatangkan kemajuan di
Negara di mana mereka berkompetisi. Sebuah merek global juga
mempunyai prestise karena ia mampu berkompetisi secara sukses
dalam pasar yang berbeda.
35
Gambar 2.2 Unsur-unsur Organizational Associations
Sumber : (Durianto, p11)
2.4 Pengertian Brand Image, Brand Identity
2.4.1 Brand Image
Brand image diciptakan dari semua asosiasi yang ditimbulkan oleh suatu brand.
Penciptaan asosiasi yang kuat dan positif tergantung dari program pemasaran dan faktor lain
yang mempengaruhi pengalaman konsumen dalam “bersentuhan” dengan brand tersebut.
Suatu image brand dibangun dengan menciptakan image ( citra suatu produk ). Konsumen
bersedia membayar lebih karena brand ini dipersepsikan memancarkan asosiasi dan citra
tertentu. Perancang image branding berusaha memenuhi hasrat konsumen untuk menjadi
Presence & success
Concern for customers
Innovation
Perceived Quality
Society / community orientation
Local vs global
Organizational Associations
36
bagian dari kelompok sosial yang lebih besar, dipandang terhormat oleh orang lain, atau
untuk mendefinisikan diri menurut citra yang diinginkan. Brand image adalah seperangkat
asosiasi yang seringkali didapatkan dengan cara mengartikan. Maksudnya asosiasi tersebut
disusun dalam kelompok-kelompok ingatan yang mempunyai arti tertentu. Asosiasi dan
image keduanya menampilkan persepsi yang mampu merefleksikan kenyataan yang obyektif.
Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman
atau penampakan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen
dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak
konsumen. Secara sederhana, brand image merupakan sekumpulan asosiasi merek yang
terbentuk di benak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu
cenderung memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga dengan
kepribadian merek ( brand personality ). Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi
perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membantu penyusunan informasi untuk
membedakan merek yang satu dari merek yang lain.
2.4.2 Brand Identity
Menurut Gelder (2005, p35), “Brand identity as a set of aspects that convey what a
brand stands for : its background, its principles, its purpose and ambitions”, yang artinya
brand identity adalah suatu kumpulan dari aspek-aspek yang bertujuan untuk menyampaikan
merek : latar belakang merek, prinsip-prinsip merek, tujuan dan ambisi dari merek itu
sendiri.
Dan menurut Susanto dan Wijanarko (2004, p79), identitas merek adalah
seperangkat asosiasi merek yang unik, yang diciptakan oleh para penyusun strategi merek.
Asosiasi-asosiasi ini mencerminkan kedudukan suatu merek dan merupakan janji kepada
para pelanggan yang diberikan oleh anggota organisasi.
37
Sedangkan menurut Crainer dan Dearlove (2003, p120), “Brand identity is a concept
that has recently been brought to the forefront of brands theory”, yang artinya brand identity
adalah suatu konsep yang menjadi dasar dari teori tentang merek. Dari definisi di atas, brand
identity dapat diartikan sebagai persepsi tentang brand dari suatu perusahaan yang ingin
disampaikan kepada konsumen sehingga dapat membentuk persepsi konsumen tentang
brand itu sendiri.
Identitas merek akan membantu memantapkan hubungan antara merek dengan
pelanggan melalui preposisi nilai yang melibatkan manfaat fungsional, manfaat emosional,
atau ekspresi diri. Identitas merek dan citra merek adalah berbeda, identitas merek adalah
apa yang disodorkan oleh pemasar, sedangkan citra merek adalah apa yang dipersepsikan
oleh konsumen. Identitas merupakan pendahuluan dari citra. Identitas merek bersama
dengan sumber-sumber informasi yang lain dikirimkan kepada konsumen melalui media
komunikasi. Informasi ini diperlakukan sebagai stimulus dan diserap oleh indera, lalu
ditafsirkan oleh konsumen. Proses penafsirannya dilakukan dengan membuat asosiasi
berdasarkan pengalaman masa lalu dan kemudian mengartikannya. Proses inilah yang
disebut sebagai persepsi. Berdasarkan persepsi konsumen inilah citra merek terbentuk.
Identitas merek merupakan hasil dari posisi persaingan dan kepribadian merek, yang
dipengaruhi oleh nama merek, logo, dan sistem grafik, serta komunikasi pemasaran. Nama
dan logo adalah bagian fisik yang bersama unsur-unsur lainnya membentuk karakter sebuah
merek, serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk menciptakan kesan. Namun, simbol
bukanlah inti dari merek. Biasanya tim pencipta merek hanya mengerahkan waktu dan
tenaga mereka pada dua hal yang terpenting, yang merupakan unsur inti dari identitas
merek yaitu bagaimana merek dapat terekam dalam pikiran para konsumen, dan mencari
keunikan yang melekat abadi pada merek serta dapat diterima oleh target pasar.
38
Brand Identity adalah serangkaian nilai-nilai kepribadian yang dipersepsikan
perusahaan untuk membentuk identitas produknya. Keselarasan antara brand identity dan
brand image harus senantiasa dijaga, sehingga tidak terjadi gap yang dapat menghancurkan
brand identity yang telah dibentuk perusahaan. Namun apabila gap tersebut sampai terjadi
maka perusahaan harus melakukan introspeksi terhadap brand identity yang tidak dapat
dipenuhi oleh perusahaan, maka nilai tersebut harus dihilangkan. Tetapi jika perusahaan
ingin tetap mempertahankannya maka perusahaan harus berusaha untuk merealisasikannya.
Maka dari itu dalam membangun brand identity yang baik, perusahaan jangan sampai
menjanjikan nilai-nilai kepribadian yang sekiranya tidak mampu direalisasikannya.
39
2.5 Kerangka Pemikiran
OrganizationAssociation
Brand
PT. GARUDA INDONESIA
BrandAssociation
BrandImage
BrandPersonality
PerceivedValue
MaskapaiPenerbangan
Brand IdentityPerusahaan
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Sumber : Data yang diolah
40
2.6 Hipotesis
Uji hipotesis ini dilakukan pada uji Cochran, dimana terapan uji Cochran untuk
mengetahui signifikasi setiap asosiasi yang ada di dalam suatu merek dimulai dengan
pengujian semua asosiasi. Jika diperoleh :
Q > X² tabel( v,α ) = H0 ditolak, pengujian diteruskan
Q < X² tabel( v,α ) = H0 diterima, pengujian dihentikan