66
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Hotel, Ticketing, dan Tour 2.1.1 Hotel Hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau bagian dari bangunan daripadanya yang khusus disediakan, dimana setiap orang dapat menginap dan makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran (mempunyai restoran yang berada di bawah manajemen hotel tersebut). Apabila tidak memenuhi persyaratan seperti tersebut di atas dikategorikan sebagai "penginapan". (www.petra.ac.id) Hotel berbintang memiliki persyaratan sebagai berikut: 1. Fisik, meliputi lokasi, kondisi, dsb 2. Bentuk pelayanan (service) 3. Kualifikasi tenaga kerja, pendidikan, kesejahteraan 4. Fasilitas olah raga dan fasilitas lainnya 5. Jumlah kamar yang tersedia: 10 - 14 kamar untuk bintang 1 15 - 29 kamar untuk bintang 2 30 - 49 kamar untuk bintang 3 50 - 99 kamar untuk bintang 4 Di atas 99 kamar untuk bintang 5

BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Hotel, Ticketing, dan Tour

2.1.1 Hotel

Hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau bagian dari

bangunan daripadanya yang khusus disediakan, dimana setiap orang dapat menginap

dan makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran

(mempunyai restoran yang berada di bawah manajemen hotel tersebut). Apabila

tidak memenuhi persyaratan seperti tersebut di atas dikategorikan sebagai

"penginapan". (www.petra.ac.id)

Hotel berbintang memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Fisik, meliputi lokasi, kondisi, dsb

2. Bentuk pelayanan (service)

3. Kualifikasi tenaga kerja, pendidikan, kesejahteraan

4. Fasilitas olah raga dan fasilitas lainnya

5. Jumlah kamar yang tersedia:

10 - 14 kamar untuk bintang 1

15 - 29 kamar untuk bintang 2

30 - 49 kamar untuk bintang 3

50 - 99 kamar untuk bintang 4

Di atas 99 kamar untuk bintang 5

Page 2: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

9

2.1.2 Ticketing

Transportasi udara sudah menjadi kebutuhan utama bagi sebagian orang.

Dengan menggunakan transportasi udara, daerah yang jauh bisa terjangkau dalam

waktu yang relatif singkat. Tak heran jika industri penerbangan pun ikut

berkembang dengan pesat seiring dengan mobilisasi manusia yang kian tinggi,

didukung pula dengan berkembangnya dunia pariwisata di dunia. Dulu, untuk

memperoleh tiket pesawat, Anda harus berhubungan langsung dengan perusahaan

penerbangan. Kalau pun menggunakan jasa travel agent, mereka pun harus

menelepon ke perusahaan penerbangan untuk mengetahui ketersediaan tiket yang

diinginkan. Dapat dibayangkan betapa repotnya proses tersebut dan juga akan

memakan waktu yang cukup lama. Sekarang, meski Anda menggunakan jasa travel

agent, Anda dapat mengetahui ketersediaan tiket yang ada inginkan seketika itu juga.

Tidak hanya untuk tiket domestik dan menggunakan perusahaan penerbangan

nasional, tapi juga tiket internasional dan penerbangan asing. Hal ini dimungkinkan

karena saat ini travel agent sudah tidak bisa terlepas dari solusi TI, kini travel agent

sudah menggunakan sistem online atau yang disebut dengan Global Distribution

System (GDS). Sistem yang merupakan jembatan penghubung antara konsumen,

travel agent, dan perusahaan penerbangan. Saat ini, didunia terdapat lima GDS

besar yang awalnya daerah operasinya dibagi berdasarkan teritori, yaitu Abacus di

Asia Pasifik, Amadeus di Eropa, Cyber, World Stan dan Galileo di Amerika dan

Afrika. Di Indonesia, pemain utamanya adalah PT Abacus Distributions System

Indonesia (ADSI) (www.lintasarta.net)

Page 3: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

10

2.1.3 Tour dan Pariwisata

Untuk meningkatkan penjualannya, suatu travel agent akan menyediakan

pilihan paket tur yang menarik, yang banyak diminati oleh konsumen, seperti antara

lain tur ke Bali, Singapura, dan lain-lain. Hal tersebut dimasukkan ke dalam paket

untuk memudahkan bagi konsumen yang ingin menikmati keindahan panorama

maupun tempat wisata di daerah tertentu. Biasanya suatu paket tur yang disusun

akan berubah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dari para konsumennya. Hal

tersebut dilakukan untuk mencipatakan image yang baik di mata konsumen sehingga

bisa terus memperluas pasarnya.

Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan

kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan,

menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan

adalah orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat

lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu. Pariwisata dibagi atas

enam jenis khusus, yaitu :

• pariwisata untuk menikmati perjalanan, dilakukan untuk berlibur, mencari

udara segar, memenuhi keingintahuan, mengendorkan ketegangan saraf,

melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, dan mendapatkan

kedamaian

• pariwisata untuk rekreasi, dilakukan sebagai pemanfaatan hari-hari libur

untuk beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohani dan

menyegarkan keletihan

Page 4: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

11

• pariwisata untuk kebudayaan, ditandai serangkaian motivasi seperti

keinginan belajar di pusat riset, mempelajari adat-istiadat, mengunjungi

monumen bersejarah dan peninggalan purbakala dan ikut festival seni musik

• pariwisata untuk olahraga, dibagi menjadi dua kategori, yakni pariwisata

olahraga besar seperti Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games serta buat

mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti mendaki

gunung, panjat tebing, berkuda, berburu, rafting, dan memancing.

• pariwisata untuk urusan usaha dagang, umumnya dilakukan para pengusaha

atau industrialis antara lain mencakup kunjungan ke pameran dan instalasi

teknis

• Pariwisata untuk berkonvensi berhubungan dengan konferensi, simposium,

sidang dan seminar internasional (www.sinarharapan.co.id)

2.2 Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT)

Analisis SWOT menurut Rangkuti (2004, p18), adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan trength (kekuatan) dan

opportunity (peluang), namun secara bersamaan dapat meminimalkan weakness

(kelemahan) dan threat (ancaman). Penelitian menunjukkan bahwa kinerja

perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua

faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.

Secara lebih mendalam, Pearce dan Robinson (1997,p.230) menguraikan

analisis SWOT sebagai berikut :

• Strength (kekuatan) adalah sumber daya, ketrampilan, atau keunggulan-

keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan bagaimana perusahaan

Page 5: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

12

menyediakan apa yangmenjadi kebutuhan pasar. Kekuatan adalah

kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi

perusahaan di pasar.

• Weakness (kelemahan) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber

daya, penampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja

efektif perusahaan.

• Opportunity (peluang) adalah suatu daerah kebutuhan pembeli dimana

perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan, atau dengan kata lain

merupakan situasi yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan

• Threat (ancaman) adalah tantangan akibat kecenderungan atau

perkembangan yang kurang menguntungkan, yang akan mengurangi

penjualan dan laba jika tidak dilakukan tindakan pemasaran atau dapat juga

dikatakan sebagai situasi yang tidak menguntungkan dalam lingkungan

perusahaan

2.3 Instrumen Pengukuran

Instrumen pengukuran digunakan untuk mengukur faktor internal yang meliputi

kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yang meliputi peluang dan ancaman.

Adapun angka untuk pemberian bobot baik untuk factor internal maupun faktor

eksternal adalah sebagai berikut:

3 : Pengaruhnya paling atau sangat besar

2.: Pengaruhnya sedang

1 : Pengaruhnya kecil

Page 6: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

13

Pemberian skor nilai pada faktor internal adalah :

4 : Kekuatan utama

3 : Kekuatan kecil

2 : Kelemahan kecil

1 : Kelemahan utama

Sedangkan pemberian skor nilai pada faktor eksternal adalah :

4 : peluang utama

3 : peluang kecil

2 : ancaman kecil

1 : ancama utama

2.4 Teknik Analisis Data

Proses penyusunan perencanaan strategis melewati 3 tahap analisis (lihat tabel

2.1), yaitu :

1. Tahap pengumpulan data

2. Tahap analisis

3. Tahap pengambilan keputusan

Page 7: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

14

Tabel 2.1 Kerangka Formulasi Strategis

1. TAHAP PENGUMPULAN DATA

Evaluasi Faktor Eksternal Evaluasi Faktor Internal

2. TAHAP ANALISIS

Diagram SWOT Matriks SWOT Matriks Internal-

Eksternal Matriks Grand

Strategy

3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif

Sumber : Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis

Jakarta : PT. Gamedia Pustaka Utama. p.21

2.4.1 Tahap Pengumpulan Data

2.4.1.1 Matriks Faktor Strategi Internal

Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diidentifikasi, tahap

berikutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut ke dalam tabel IFAS

(Internal Factor Analysis Summary, lihat tabel 2.2) Langkah-langkahnya adalah :

a) Tentukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam

kolom 1

b) Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan menggunakan teknik

perbandingan berpasangan. Konsep dari teknik ini adalah

membandingkan 2 alternatif dari faktor internal yang telah ditetapkan

sebelumnya berdasarkan suatu kriteria dan memilih salah satu

diantaranya. Adapun bobot yang diberikan adalah :

3 : Pengaruhnya paling atau sangat besar

Page 8: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

15

2 : Pengaruhnya sedang

1 : Pengaruhnya kecil

Pemberian bobot tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Jika akternatif I lebih dipilih dibanding alternatif II dan bobotnya adalah

3, maka alternatif I berbobot 3, sedangkan alternatif II berbobot 1/3. Jika

alternatif II lebih dipilih dibanding alternatif III dan diberi bobot sebesar

2, maka alternatif II berbobot 2, sedangkan alternatif III berbobot ½.

Demikian pula halnya dengan pemberian bobot sebesar 1. Setelah

diperoleh masing-masing bobot, langkah selanjutnya adalah

menjumlahkan bobot-bobot tersebut berdasarkan kolomnya, kemudian

nilai pada masing-masing kolom dibagi dengan hasil penjumlahan kolom

tersebut. Hasilnya kemudian dinormalisasi. Langkah terakhir adalah

merata-ratakan nilai pada masing-masing baris. Kemudian bobot yang

didapat dari perhitungan diatas dimasukkan dalam kolom 2.

c) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (kekuatan utama), 3 (kekuatan kecil), 2

(kelemahan kecil), dan 1 (kelemahan utama), berdasarkan pengaruh

faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.

d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk

memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4

e) Jumlahkan skor pembobotan (dalam kolom 4), untuk memperoleh total

skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-

faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk

Page 9: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

16

membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam

kelompok industri yang sama.

Tabel 2.2 Matriks IFAS

Faktor-faktor

strategi internal

Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan :

Kelemahan :

Total :

Sumber : Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Jakarta : PT. Gamedia Pustaka Utama. p.25

2.4.1.2 Matriks Faktor Strategi Eksternal

Setelah faktor-faktor strategis internal suatu perusahaan diidentifikasi, tahap

berikutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut ke dalam tabel EFAS

(External Factor Analysis Summary, lihat tabel 2.3). Langkah-langkahnya adalah :

a). Tentukan faktor-faktor peluang dan ancaman perusahaan dalam kolom 1

b). Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan dengan menggunakan

teknik perbandingan berpasangan. Konsep dari teknik ini adalah

membandingkan 2 alternatif dari faktor internal yang telah ditetapkan

sebelumnya berdasarkan suatu kriteria dan memilih salah satu

diantaranya. Adapun bobot yang diberikan adalah :

3 : Pengaruhnya paling atau sangat besar

2 : Pengaruhnya sedang

Page 10: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

17

1 : Pengaruhnya kecil

Pemberian bobot tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Jika akternatif I lebih dipilih dibanding alternatif II dan bobotnya adalah

3, maka alternatif I berbobot 3, sedangkan alternatif II berbobot 1/3. Jika

alternatif II lebih dipilih dibanding alternatif III dan diberi bobot sebesar

2, maka alternatif II berbobot 2, sedangkan alternatif III berbobot ½.

Demikian pula halnya dengan pemberian bobot sebesar 1. Setelah

diperoleh masing-masing bobot, langkah selanjutnya adalah

menjumlahkan bobot-bobot tersebut berdasarkan kolomnya, kemudian

nilai pada masing-masing kolom dibagi dengan hasil penjumlahan kolom

tersebut. Hasilnya kemudian dinormalisasi. Langkah terakhir adalah

merata-ratakan nilai pada masing-masing baris. Kemudian bobot yang

didapat dari perhitungan diatas dimasukkan dalam kolom 2.

c). Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (peluang utama), 3 (peluang kecil), 2

(ancaman kecil), dan 1 (ancaman utama), berdasarkan pengaruh faktor

tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.

d). Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk

memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4

e). Jumlahkan skor pembobotan (dalam kolom 4), untuk memperoleh total

skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-

faktor strategis eksternalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk

membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam

kelompok industri yang sama

Page 11: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

18

Tabel 2.3 Matriks EFAS

Faktor-faktor

strategi internal

Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang :

Ancaman :

Total :

Sumber : Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Jakarta : PT. Gamedia Pustaka Utama. p.24

2.4.2 Tahap Analisis

Setelah melakukan perhitungan pada tahap pertama maka dilanjutkan dengan

tahap dua yang disebut dengan tahap analisis. Pada tahap ini, penelitian dilakukan

dengan menggunakan Diagram SWOT, Matriks SWOT, Matriks Internal-Eksternal,

dan Matriks Grand Strategy.

2.4.2.1 Diagram SWOT

Angka yang didapat dari perhitungan IFAS dan EFAS kemudian

dimasukkan ke dalam diagram analisis SWOT ini (lihat gambar 2.1)

Page 12: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

19

DIAGRAM ANALISIS SWOT

BERBAGAI PELUANG

Sumber : Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Jakarta : PT. Gamedia Pustaka Utama. p.19

Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT

Kuadran 1 : Mendukung Strategi Agresif

Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki

peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan

yang agresif (Growth Oriented Strategy)

3. Mendukung Strategi

Turn Around

1. Mendukung Strategi

Agresif

KELEMAHAN

INTERNAL

KEKUATAN

INTERNAL

2. Mendukung Strategi

Diversivikasi 4. Mendukung strategi

Defensif

BERBAGAI

ANCAMAN

Page 13: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

20

Kuadran 2 : Mendukung strategi diversivikasi

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan

dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi

(produk / pasar).

Kuadran 3 : Mendukung strategi turn around

Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak ia

menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan

ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat

merebut peluang pasar yang lebih besar.

Kuadran 4 : Mendukung strategi defensif

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut

menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

2.4.2.2 Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2000, p31) alat yang dipakai untuk menyusun faktor-

faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang

dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang

dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif

strategis (lihat tabel 2.4)

Page 14: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

21

Tabel 2.4 Matriks SWOT

Strengths (S)

Tentukan 5-10 faktor yang

menjadi kekuatan

Weaknesses (W)

Tentukan 5-10 faktor yang

menjadi kelemahan

Opportunities (O)

Tentukan 5-10 hal

yang menjadi peluang

Strategi SO

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan

peluang

Threats (T)

Tentukan 5-10 hal

yang menjadi

ancaman

Strategi ST

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, Freddy. 2004.Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Jakarta : PT. Gamedia Pustaka Utama. p.31

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya

b. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki

perusahaan untuk mengatasi ancaman

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang besifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman

Page 15: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

22

2.5 Kelemahan SWOT

Analisis SWOT merupakan cara yang cukup bernilai, merupakan proses

langsung dan sederhana, tetapi mungkin menghadapi permasalahan dalam

pengembangannya. Salah satu alasannya menurut Steiner & Miner (1997, p121)

adalah di situ tidak ada ukuran standar untuk menentukan apakah peluang, ancaman,

kelemahan, ataupun kekuatan benar-benar ada. Kalaupun memang ada, tidak ada

ukuran untuk menentukan seberapa besar pengaruhnya. Serangkaian ukuran bisa

saja diaplikasikan, mulai dari data kuantitatif hingga penilaian perorangan. Dalam

situasi demikian, kata sepakat bisa sulit diperoleh. Disamping itu, perbedaan

pendapat bisa terjadi, karena manajer dari tingkat yang berbeda mungkin

memberikan kesimpulan yang berbeda, walaupun ukuran yang sama telah

digunakan. Sebagai contoh, seorang manajer divisi mungkin melihat adanya peluang

yang menguntungkan dari produk ABC. Tetapi pimpinan perusahaan mungkin

merasa produk tersebut kurang begitu bernilai jika biaya produksinya memerlukan

alokasi modal yang barangkali lebih menguntungkan jika ditanamkan pada produk

lain, di divisi lain.

Bentuk kelemahan lain dari teknik analisis SWOT ini adalah :

- analisis SWOT ini hanya merupakan suatu langkah awal saja

dalam menetapkan strategi pemasaran yang tepat bagi

perusahaan.

- analisis SWOT tidak memberikan solusi yang optimum karena

hanya bersifat menggambarkan kondisi bisnis perusahaan.

Page 16: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

23

2.6 Pendekatan Basisdata

2.6.1 Pengertian Basisdata

Perancangan basisdata adalah proses menciptakan desain untuk basisdata yang

mendukung kegiatan operasional dalam suatu perusahaan .

Pengertian basisdata menurut beberapa pakar yaitu:

Menurut Connolly (2002,p14), basisdata adalah suatu kumpulan data logikal yang

terhubung satu sama lain dan deskripsi dari data yang dirancang sebagai informasi

yang dibutuhkan oleh organisasi.

Menurut Subekti (1997, p8), basisdata adalah kumpulan terintegrasi dari data atau

tabel yang merupakan representasi data dari suatu model perusahaan.

Menurut Date (2000,p5), Suatu sistem basisdata adalah suatu sistem yang pada

dasarnya menyimpan record – record di dalam suatu sistem yang dilakukan secara

komputerisasi yang tujuannya secara keseluruhan adalah untuk memelihara

informasi dan untuk membuat informasi tersebut tersedia berdasarkan permintaan.

2.6.2 Database Management System (DBMS)

Menurut Connolly (2002,p16), sistem manajemen basisdata adalah suatu

sistem perangkat lunak yang bisa mendefinisikan, membuat, memelihara dan

mengontrol akses ke basisdata.

Sistem manajemen basisdata memiliki beberapa fasilitas,diantaranya yaitu :

Terdapat fasilitas yang memperbolehkan pemakai untuk menambah,

mengedit, menghapus data, dan mendapatkan data kembali dengan

menggunakan suatu bahasa manipulasi data. Biasanya ada suatu fasilitas

Page 17: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

24

untuk melayani pengaksesan data yang disebut sebagai bahasa Query.

Bahasa query yang paling diakui adalah Structured Query Language

(SQL) yang secara de facto merupakan standard bagi DBMS

Sistem manajemen basisdata menyediakan akses kontrol ke basisdata ,

misalnya :

• Penyediaan sistem keamanan untuk mencegah pemakai yang tidak

berkepentingan mengakses basisdata.

• Penyediaan sistem integritas yang mengatur kekonsistenan penyimpanan

data.

• Kontrol sistem yang bekerja secara bersamaan yang memungkinkan akses

data yang dibagi.

• Kontrol sistem yang ditemukan kembali yang menyimpan basisdata ke

bagian sebelumnya mengikuti kegagalan perangkat keras dan perangkat

lunak .

• Katalog akses bagi pemakai yang berisi deskripsi data yang terdapat pada

basisdata

2.6.2.1 Komponen Basisdata

Sistem basisdata terdiri dari empat komponen penting :

1. Data

Dilihat dari konfigurasi sistemnya, maka data dalam basisdata dapat

merupakan data yang single-user (hanya satu pengguna yang

beroperasi terhadap basisdata) atau multi-pemakai dimana satu atau

lebih pemakai beroperasi secara bersama ke dalam sistem basisdata.

Sehingga, data dalam basisdata terutama untuk sistem yang besar harus

Page 18: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

25

terintegrasi (integrated) dan dapat dipakai bersama (shared).

Pengertian terintegrasi dalam basisdata dapat dipandang sebagai

kumpulan berbagai file yang saling terhubung dan dengan sebagian

atau seluruh redudansi yang diantaranya dihilangkan.

Sedangkan pengertian penggunaan bersama adalah setiap bagian data

yang ada didalam basisdata dapat dipakai oleh lebih dari satu pengguna

untuk penggunaan yang mungkin berbeda.

2. Hardware

Piranti keras yang dibutuhkan untuk manajemen basisdata biasanya

masih berupa mesin standar yang ada dalam arti tidak ada kekhususan

tertentu. Akan tetapi karena sifatnya dalam akses yang lebih sangat

bervariasi maka suatu manajemen basisdata akan lebih banyak

membutuhkan media penyimpanan hard disk.

Hardware terdiri dari :

• Penyimpanan secondary (magnetic disk), I/O device

seperti disk drives), device Controller, I/O Channels, dan

lainnya.

• Hardware processor dan main memory, digunakan untuk

mendukung saat eksekusi sistem software basisdata.

3. Software

Antara fisik basisdata (tempat dimana sesungguhnya suatu basisdata

tersimpan dalam media) dengan pengguna terdapat suatu piranti lunak

yang disebut sistem manajemen basisdata (DBMS) atau DB manajer.

Page 19: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

26

Semua kebutuhan akses oleh pengguna seperti pembentukan file

(create), penambahan data (insert), penghapusan (delete atau drop), dan

lain-lain, semua dilaksanakan oleh DBMS. Satu hal lagi, bahwa DBMS

juga berfungsi untuk memberikan satu batas agar pengguna basisdata

tidak perlu memikirkan barbagai hal yang berkaitan dengan detil pada

level piranti keras (misalnya metode akses).

Software bisa berupa DBMS, sistem operasi, software jaringan (jika

diperlukan) dan program aplikasi pendukung lainnya.

4. Pengguna (pemakai)

Terdapat empat kelas pengguna basisdata yaitu :

• Application Programmers,bertanggungjawab untuk

membuat aplikasi basisdata dengan menggunakan bahasa

pemrograman yang ada, seperti : C++, Java, Visual Basic

dan lainnya.

• End User, orang yang menggunakan data didalam

basisdata untuk kebutuhan tugas atau fungsinya.

Pengguna ini dapat mengakses basisdata secara on-line

dengan memanfaatkan bahasa query (seperti SQL)

maupun proses batch menggunakan program aplikasi

yang sudah dipersiapkan oleh programmer, atau pula

menggunakan program utility yang telah disediakan

dalam DBMS.

Page 20: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

27

• DA (Data Administrator), seseorang yang berwenang

untuk membuat keputusan stategis dan kebijakan

mengenai data yang ada, DBA (Basisdata Administrator),

menyediakan dukungan teknis untuk implementasi

keputusan tersebut, dan bertanggungjawab atas

keseluruhan kontrol sistem pada level teknis.

• Perancang basisdata , seseorang yang berwenang untuk

merancang sistem basisdata sampai akhirnya pemakai bisa

menggunakan basisdata tersebut dan

mengimplementasikannya di perusahaan.

2.6.2.2 Keuntungan dan Kerugian DBMS

Keuntungan DBMS menurut Connolly dan Begg (2002, p25) sebagai

berikut :

• Data dapat digunakan bersama

• Redudansi Data bisa dikurangi

• Ketidakkonsistenan Data dapat dihindari

• Integritas Data dapat terpelihara

• Keamanannya Terjamin

• Kebutuhan Pemakai Yang Kompleks Dapat Teratasi

• Pelaksanaan Standarisasi

• Produktivitas meningkat

• Layanan Back up dan Recovery yang Semakin Baik

Page 21: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

28

Kerugian DBMS menurut Connolly dan Begg (2002, p29) sebagai

berikut :

• Rumit

Karena penetapan fungsi dari DBMS yang baik,

menyebabkan DBMS menjadi software yang cukup rumit.

Seluruh pemakai harus mengetahui fungsi-fungsi yang ada

dengan baik, sehingga dapat memperoleh manfaatnya.

• Ukuran

Kerumitan dan banyaknya fungsi yang ada menyebabkan

DBMS memerlukan banyak software pendukung yang

mengakibatkan penambahan tempat penyimpanan dan

memory.

• Biaya dari DBMS

• Biaya penambahan Hardware

• Biaya untuk Konversi

• Kinerja

Pada dasarnya DBMS dibuat untuk menyediakan banyak

aplikasi, akibatnya mungkin beberapa aplikasi akan berjalan

tidak seperti biasanya.

• Akibat yang lebih besar dari suatu kesalahan

Karena sistem yang terpusat, jika seluruh pemakai dan

aplikasi terakses dari DBMS maka kerusakan pada bagian

manapun dari sistem, akan menyebabkan operasi terhenti.

Page 22: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

29

2.6.3 Data Defenition Language (DDL)

Definisi dari Data Definition Language (DDL) menurut Connolly (2002,

p40) yaitu merupakan suatu bahasa yang memperbolehkan Data Administrator

(DBA) atau pemakai untuk mendeskripsikan nama dari suatu entity, atribut, dan

relasi data yang diminta oleh aplikasi, bersamaan dengan integritas data dan batasan

keamanan datanya.

2.6.4 Data manipulation Language (DML)

Definisi dari Data Manipulation Language (DML) menurut Connolly

(2002, p41) adalah suatu bahasa yang memberikan fasilitas pengoperasian data yang

ada di dalam basisdata.

Pengoperasian data yang akan dimanipulasi biasanya meliputi :

o Perubahan data baru ke dalam basisdata.

o Modifikasi data yang disimpan ke dalam basisdata.

o Pengembalian data yang terdapat dalam basisdata.

o Penghapusan data dari basisdata.

Sedangkan definisi procedural DML menurut Connolly (2002, p41) adalah

suatu bahasa yang memperbolehkan pemakai untuk mendeskripsikan ke sistem data

apa yang dibutuhkan dan bagaimana mendapatkan data tersebut secara persis.

2.6.5 4th GL (Generation Language)

Sekarang ini terdapat suatu bahasa yang disebut 4th GL, yang merupakan

bahasa pemrograman yang diminimalisasi. Suatu operasi di dalam bahasa

pemrograman 3rd GL, seperti COBOL, yang biasanya memerlukan ratusan baris

maka di dalam 4th GL hanya membutuhkan baris pemrograman yang lebih sedikit.

Page 23: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

30

Keuntungan 4th GL adalah dapat menambah produktivitas berkali – kali lipat,

penanganan masalah yang lebih banyak.

Menurut Connolly (2002, p42), 4th GL mempunyai kemampuan sebagai

berikut :

• Bahasa presentasi seperti Query Language dan Report Generator.

• Bahasa spesialis seperti spreadsheets dan bahasa basisdata

• Aplikasi generator seperti mendefinisikan, menambah, mengedit dan

mengembalikan data dari basisdata untuk membangun aplikasi.

• Bahasa pemrograman yang dapat menggenerate application codes.

2.6.6 Database Application Lifecycle

Menurut Connolly dan Begg (2002, p271), sistem basisdata merupakan

bagian penting bagi sistem informasi perusahaan, dengan demikian daur pembuatan

(lifecycle) dalam aplikasi basisdata sering dihubungkan dengan lifecycle dalam

sistem informasi.

Tahapan dalam basisdata application lifecycle adalah tidak sepenuhnya harus

berurutan, namun dapat berulang kembali ke tahapan sebelumnya, contohnya adalah

ketika sudah memulai masuk ke tahapan mendesain basisdata namun ada keterangan

yang kurang, sehingga harus dilakukan kembali tahapan analisa kebutuhan.

Jadi dapat dikatakan bahwa basisdata application lifecycle adalah tahapan

dalam mengembangkan sistem aplikasi basisdata. Lifecycle dalam aplikasi basisdata

akan menjadi kompleks jika aplikasi sistem basisdata yang akan dibuat mempunyai

skala menengah atau besar, karena sistem harus dapat mengatasi berbagai kebutuhan

pemakai yang banyak, ratusan query, dan banyaknya program aplikasi, yang

membutuhkan berbagai proses pengulangan dalam lifecycle untuk menganalisa,

Page 24: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

31

mengenali kebutuhan pemakai, merancang kembali, dan banyak lagi. Namun untuk

aplikasi sistem basisdata yang kecil, prosesnya diharapkan untuk tidak terlalu rumit.

Berikut adalah gambar skema tahapan basisdata application lifecycle beserta

penjelasannya: (lihat gambar 2.2)

Perencanaan Basisdata

Definisi Sistem

Analisa Kebutuhan

Perancangan Konseptual

Perancangan Logikal

Perancangan Fisikal

Implementasi

Konversi dan Memasukan Data

Testing

Perawatan Operasional

Prototyping (optional)

Pemilihan DBMS

(optional)

Desain Aplikasi

Perancangan Basisdata

Sumber : Connolly, 2002, p272 Gambar 2.2

Repro Skema Siklus Hidup Aplikasi Basisdata

Page 25: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

32

2.6.6.1 Perencanaan Basisdata

Perencanaan basisdata adalah aktivitas pengaturan yang memungkinkan

langkah-langkah aplikasi basisdata lebih efisien dan efektif. Perencanaan basisdata

harus terintegrasi dengan keseluruhan strategi sistem informasi dari organisasi.

Terdapat tiga hal pokok yang bersangkutan dalam merumuskan strategi sistim

informasi, yaitu:

Identifikasi rencana perusahaan dan tujuannya dengan

ketetapan selanjutnya dari kebutuhan sistem informasi

Evaluasi dari sistem informasi sekarang untuk menentukan

kelebihan dan kekurangan yang ada

Penilaian kesempatan teknologi informasi yang mungkin

dapat memegang keuntungan kompetitif.

Tahap pertama yang penting dalam perencanaan basisdata adalah dengan

jelas mendefinisikan pernyataan misi dari proyek basisdata. Pernyataan misi

mendefinisikan tujuan utama dari aplikasi basisdata. Biasanya yang mendefinisikan

pernyataan tersebut adalah yang mengendalikan proyek basisdata dalam organisasi.

Pernyataan misi membantu mengklarifikasi tujuan proyek basisdata dan

menyediakan jalan yang jelas dalam pembuatan aplikasi basisdata yang dibutuhkan

dengan lebih efisien dan efektif. Setelah itu, aktivitas berikutnya melibatkan

identifikasi sasaran misi. Masing-masing sasaran misi harus mengidentifikasi tugas

tertentu yang menopang basisdata. Bila basisdata dapat memenuhi sasaran misi,

maka pernyataan misi seharusnya terpenuhi.

Perencanaan basisdata juga termasuk pengembangan standar yang meliputi

bagaimana cara data akan dikumpulkan, bagaimana cara menspesifikasi formatnya,

Page 26: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

33

dokumentasi apa saja yang dibutuhkan, dan bagaimana perancangan dan

implementasi seharusnya diteruskan. Standarisasi akan memakan waktu yang

banyak untuk pengembangan dan pemeliharaannya, membutuhkan sumber-sumber

yang berkaitan dalam menyusun pada awalnya, dan untuk terus menerus

memeliharanya. Akan tetapi, standarisasi yang terancang dengan baik menyediakan

dasar untuk melatih staff dan mengukur pengendalian mutu, dan dapat memastikan

bahwa kerja sesuai dengan pola, sesuai dengan pengalaman dan keahlian masing-

masing staff.

2.6.6.2 Definisi Sistem

Definisi sistem menjelaskan tentang cakupan dan batasan dari aplikasi

basisdata, dan menggambarkan kebutuhan pemakai akan aplikasi basisdata secara

umum.

Suatu aplikasi basisdata dapat mempunyai satu atau lebih sudut pandang

pemakai (lihat gambar 2.3). Mengidentifikasi sudut pandang pemakai adalah aspek

penting pengembangan suatu aplikasi basisdata. Identifikasi ini dapat membantu

untuk memastikan tidak ada pemakai basisdata utama yang terlupakan ketika

mengembangkan kebutuhan untuk aplikasi yang baru. Pandangan pemakai juga

sangat membantu pada pengembangan basisdata yang kompleks dengan membuat

kebutuhan – kebutuhan tersebut dipecah secara beraturan.

Page 27: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

34

Database application

Database

User view 6

User view 5

User view 4

User view 1

User view 2

User view 3

Sumber : Connolly-Begg, 2002, p275

Gambar 2.3 : Representasi dari sebuah aplikasi basis data dengan banyak user

view : user view (1, 2, dan 3) dan (5 dan 6) mempunyai

kebutuhan yang saling melengkapi (seperti ditunjukkan dengan

daerah yang diarsir), sementara user view 4 mempunyai

kebutuhan yang berbeda

2.6.6.3 Analisis dan Pengumpulan Kebutuhan Data

Proses mengumpulkan dan menganalisa informasi tentang bagian dari

organisasi yang nantinya akan didukung oleh aplikasi basisdata, dan kemudian

menggunakan informasi ini untuk mengetahui kebutuhan pemakai terhadap sistem

yang baru.

Pada tahap ini melibatkan kumpulan dan analisis informasi tentang bagian

dari perusahaan yang akan dilayani oleh basisdata. Informasi yang dikumpulkan

untuk masing-masing sudut pandang pemakai utama termasuk :

Deskripsi data yang digunakan atau dihasilkan

Keterangan data yang digunakan atau dihasilkan

Page 28: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

35

Kebutuhan tambahan apapun untuk aplikasi basisdata yang

baru

Informasi ini kemudian dianalisa untuk diidentifikasi data dan

kebutuhannya untuk dimasukkan ke dalam aplikasi basisdata yang baru. Semua ini

dijelaskan dalam dokumen yang dikenal secara spesifik sebagai spesifikasi

kebutuhan untuk tiap aplikasi basisdata yang baru.

Pengumpulan data dan analisis adalah tahap persiapan untuk merancang

basisdata. Jumlah data yang terkumpul tergantung dari sumber permasalahan dan

ketentuan perusahaannya.

Informasi yang telah terkumpul pada tahap ini bisa jadi terstruktur dengan

tidak baik dan terdapat permintaan tidak resmi. Maka dari itu, perlu diubah ke dalam

pernyataan kebutuhan yang lebih terstruktur. Identifikasi fungsionalitas yang

dibutuhkan untuk aplikasi basisdata adalah aktivitas yang kritikal, karena fungsi

yang tidak mencukupi dapat menggangu pemakainya sehingga akan berakhir pada

penolakan sistem dan sistem menjadi tidak berguna.

2.6.6.4 Perancangan Basisdata

Perancangan basisdata adalah proses membuat perancangan untuk

basisdata yang akan membantu operasi perusahaan dan tujuannya.

Terdapat dua pendekatan utama dalam merancang suatu basisdata, yaitu

bottom-up dan top-down. Pedekatan bottom-up dimulai pada atribut tingkatan pokok

(seperti, properti dari kesatuan dan hubungan), dimana melalui analisa dari asosiasi

antar atribut, dikelompokkan ke dalam hubungan yang melambangkan jenis – jenis

kesatuan dan hubungan antar kesatuan. Pendekatan ini sesuai untuk rancangan

basisdata yang sederhana dengan atribut yang relatif sedikit.

Page 29: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

36

Strategi yang sesuai untuk rancangan basisdata yang lebih kompleks

dibutuhkan pendekatan top-down. Pendekatan ini dimulai dengan pengembangan

model data yang mengandung sedikit kesatuan dan hubungan tingkat tinggi.

Kemudian menggunakan perbaikan top-down yang telah sukses untuk

mengidentifikasi kesatuan tingkat rendah dan hubungan serta atribut yang

bersangkutan. Ilustrasi pendekatan top-down menggunakan konsep model Entity-

Relationship (ER). Mulai dari identifikasi kesatuan dan hubungan antar kesatuan,

yang menjadi perhatian organisasi.

Ada pendekatan lain selain pendekatan utama di atas, yaitu pendekatan

inside-out dan pendekatan mixed-strategy. Pendekatan inside-out berhubungan

dengan pendekatan bottom-up tetapi berbeda pada saat mengidentifikasi beberapa

kesatuan utama dan kemudian menyebar keluar untuk mempertimbangkan kesatuan

lain, hubungan, dan atribut yang teridentifikasi pertama kali. Pendekatan mixed-

strategy menggunakan kedua pendekatan bottom-up dan top-down untuk bagian-

bagian model yang berbeda-beda sebelum pada akhirnya menyatukan semua bagian

bersama.

Tujuan utama dari pemodelan data adalah untuk membantu memahami arti

dari data dan untuk memudahkan komunikasi tentang kebutuhan informasi.

Pembuatan model data membutuhkan pertanyaan tentang kesatuan, hubungan, dan

atribut. Dengan demikian, perancang menemukan arti dari data perusahaan.

Pemodelan data memudahkan dalam mengartikan data, dan maka dari itu pemodelan

data sebagai jaminan agar dapat memahami:

Masing-masing sudut pandang pemakai pada data;

Sifat dari data itu sendiri, berdiri sendiri pada gambaran

fisiknya

Page 30: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

37

Penggunaan data sesuai pandangan pemakai.

Sedangkan perancangan dibagi menjadi tiga tahap yaitu konseptual, logikal,

dan fisikal. Menurut Connolly (2002, p281), perancangan konseptual adalah untuk

proses pembuatan suatu model dari informasi yang akan digunakan di dalam suatu

organisasi, yang independensinya tidak tergantung dengan apapun. Menurut

Connolly (2002, p281), perancangan logikal adalah proses pembuatan suatu model

informasi yang digunakan di dalam suatu organisasi berdasarkan model data yang

spesifik, tetapi tidak tergantung pada suatu DBMS dan perangkat keras lainnya.

Menurut Conolly (2002, p282), perancangan fisikal adalah proses mendeskripsikan

pengimplementasian dari suatu basisdata pada media penyimpanan secondary; itu

juga akan mendiskripsikn dasar dari suatu relasi, file organisasi, dan juga index yang

digunakan untuk mencapai suatu keefisienan data, integritas, serta ukuran keamanan.

2.6.6.5 Seleksi DBMS

Seleksi DBMS merupakan seleksi dari DBMS yang pantas untuk

menopang aplikasi basisdata. Bila tidak ada DBMS, maka bagian dari daur

kehidupan basisdata untuk membuat seleksi adalah antara fase konseptual dan

logikal basisdata. Akan tetapi, seleksi dapat dilakukan sewaktu-waktu berhubung

dengan perancangan logikal menyediakan informasi yang ada cukup sesuai dengan

kebutuhan sistem seperti penampilan, kemudahan penyusunan, sekuritas, dan

batasan integritas.

Pada saat perusahaan ingin lebih berkembang atau terdapat pergantian

sistem, terkadang menjadi hal yang penting untuk mengevaluasi produk DBMS

yang baru. Pada hal semacam ini tujuannya adalah memilih sistem yang memenuhi

Page 31: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

38

kebutuhan saat ini dan masa depan perusahaan. Pendekatan sederhana dalam

memilih DBMS adalah dengan memeriksa fitur-fitur yang ada dengan kebutuhannya.

Perusahaan membutuhkan sistem yang benar-benar memberikan keuntungan.

Pada berikut ini adalah langkah-langkah utama dalam penyeleksian

DBMS :

• Menetapkan syarat-syarat keterangan pembelajaran.

• Membuat daftar pendek dua atau tiga produk

• Evaluasi produk

• Rekomendasi seleksi dan hasil produksi

Dengan langkah terakhir pada seleksi DBMS ini untuk

mendokumentasikan proses dan menyediakan sebuah pernyataan dari penemuan dan

rekomendasi produk DBMS tertentu.

2.6.6.6 Perancangan Aplikasi

Perancangan aplikasi yaitu rancangan dari tampilan layar untuk pemakai

dan aplikasi program yang menggunakan dan memproses basisdata. Pada

kebanyakan kasus, tidaklah mustahil untuk menyelesaikan rancangan aplikasi

sampai rancangan basisdata itu sendiri mengambil alih. Sebaliknya, basisdata ada

untuk membantu aplikasi, dan maka dari itu harus ada arus informasi antara

rancangan aplikasi dan rancangan basisdata.

Perlu dipastikan bahwa semua fungsionalitas yang disebutkan dalam

spesifikasi kebutuhan pemakai ada pada rancangan aplikasi untuk aplikasi basisdata.

Hal ini melibatkan perancangan program aplikasi yang mengakses basisdata dan

membuat rancangan transaksi. Selain merancang bagaimana cara untuk mencapai

fungsionalitas yang dibutuhkan, perlu juga merancang interface pemakai yang

Page 32: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

39

sesuai untuk aplikasi basisdata. Interface ini harus merepresentasikan informasi

yang dibutuhkan dengan cara yang ’user-friendly’. Sebuah aplikasi haruslah mudah

untuk dipelajari, sederhana digunakan, dan langsung ke sasaran tujuan pemakai.

2.6.6.7 Prototyping

Pembuatan model yang bekerja pada aplikasi basisdata ini tidaklah secara

umum mempunyai semua fitur - fitur yang diperlukan atau menyediakan semua

fungsi pada sistem final nantinya.

Tujuan utama dari pengembangan prototype aplikasi basisdata adalah

untuk memperbolehkan pemakai menggunakan prototype untuk mengidentifikasi

fitur – fitur sistem yang bekerja dengan baik, atau tidak tercukupi, dan juga bila

memungkinkan memberikan pendapat agar dapat lebih mengembangkan dan

menambah fitur – fitur baru ke dalam aplikasi basisdata. Dengan cara ini, maka

pemakai dan pengembang dapat mengetahui kebutuhan – kebutuhan pemakai pada

sistem dan mengevaluasi kemungkinan rancangan sistem tertentu.

Terdapat dua strategi prototyping secara umum, yaitu prototyping

kebutuhan dan prototyping evolusioner. Prototyping kebutuhan menggunakan

sebuah prototype untuk menentukan kebutuhan dari aplikasi basisdata yang

diusulkan dan ketika kebutuhan telah terpenuhi maka prototype tersebut akan

dibuang. Sedangkan prototype evolusioner juga digunakan untuk tujuan yang sama,

namun perbedaannya adalah prototype ini tidak dibuang, dengan pengembangan

lebih lanjut menjadi aplikasi basisdata yang bekerja.

Page 33: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

40

2.6.6.8 Implementasi

Tahap yang merupakan realisasi fisikal dari basisdata dan rancangan

aplikasi. Setelah menyelesaikan tahapan perancangan, barulah basisdata dan

program aplikasi dapat diimplementasikan. Implementasi basisdata dapat dicapai

dengan menggunakan Data Definition Language (DDL) dari DBMS yang dipilih

atau sebuah Graphical User Interface (GUI). Pernyataan DDL digunakan untuk

membuat truktur basisdata dan arsip basisdata kosong.

Aplikasi program yang digunakan diimplementasikan menggunakan

bahasa generasi ketiga atau ke-empat (3GL atau 4GL). Sebagian dari program

aplikasi ini adalah transaksi basisdata yang diimplementasikan menggunakan Data

Manipulation Language (DML) dari DBMS yang dituju, seperti Visual Basic,

Delphi, C, C++, Java, COBOL, Fortran, Ada, atau Pascal.

Keamanan dan pengendalian integritas untuk aplikasi juga

diimplementasikan. Beberapa dari kendali ini diimplementasikan dengan

menggunakan DDL, tetapi yang lain mungkin butuh didefinisikan diluar DDL yang

digunakan, seperti contoh keperluan persediaan DBMS atau pengendali sistem

operasi.

2.6.6.9 Konversi Data dan Loading

Pada tahap ini dilakukan perpindahan data yang telah ada ke dalam

basisdata yang baru dan mengubah aplikasi yang telah ada agar dapat jalan pada

basisdata yang baru.

Tahap ini diperlukan hanya ketika sistem basisdata yang baru

menggantikan sistem lama. Dewasa ini, sudah umum bagi DBMS mempunyai

fasilitas untuk mengambil arsip yang sudah ada ke basisdata yang baru. Biasanya

Page 34: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

41

kegunaan tersebut membutuhkan spesifikasi dari arsip awal dan basisdata yang

dituju, dan kemudian mengubah data ke format yang dibutuhkan pada arsip

basisdata yang baru. Kapanpun perubahan dan pengisian diperlukan, proses haruslah

direncakan dengan baik untuk memastikan transisi yang lancar agar beroperasi

secara penuh.

2.6.6.10 Testing

Testing adalah proses menjalankan program aplikasi dengan tujuan untuk

menemukan kesalahan atau kegagalan program.

Sebelum suatu aplikasi program basisdata dijalankan, perlu diadakan

pengujian. Hal ini dilakukan dengan menggunakan strategi pengujian dan realitas

data dengan hati-hati agar proses pengujian seluruhnya berjalan sesuai metode dan

teliti. Bila pengujian berjalan dengan sukses, maka akan menampakkan beberapa

kegagalan yang ada pada program aplikasi dan mungkin juga pada struktur basisdata.

Keuntungan kedua terletak pada saat demonstrasi pengujian, bahwa basisdata dan

aplikasi program terlihat berjalan sesuai dengan spesifikasi pemakai dan kebutuhan

tampilan tampak memuaskan. Tentunya pemakai sistem yang baru ini harus ikut

dilibatkan dalam proses pengujian. Pengujian sistem harus mempunyai basisdata

pengujian pada sistem piranti keras yang berbeda, walau pada kenyataannya hal ini

sering tidak tersedia. Bila data asli digunakan, perlu membuat backup data apabila

terjadi kemungkinan kegagalan. Setelah pengujian selesai, sistem aplikasi siap untuk

diserahkan kepada pemakai.

Page 35: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

42

2.6.6.11 Perawatan Operasional

Perawatan operasional adalah proses mengawasi dan memelihara sistem

berikut instalasinya. Pada tahap sebelumnya, aplikasi basisdata telah diimplementasi

dan diuji secara lengkap. Saat ini sistem pindah ke tahap pemeliharaan, dimana

melibatkan aktivitas berikut :

1. Mengawasi pelaksanaan sistem. Bila pelaksanaannya berada

dibawah tingkat yang dapat diterima, maka perlu

mengorganisasikan kembali basisdata yang diperlukan.

2. Memelihara dan meningkatkan aplikasi basisdata ketika

dibutuhkan.

Ketika basisdata telah bekerja secara penuh, pengawasan secara ketat

diperlukan untuk memastikan pelaksanaan tetap berada pada tingkat yang dapat

diterima. Sebuah DBMS biasa menyediakan keperluan yang bermacam-macam

untuk membantu administrasi basisdata termasuk kegunaan untuk pengisian data ke

basisdata dan pengawasan sistem. Administrator basisdata (Database Administrator

- DBA) dapat menggunakan informasi ini untuk menyetel sistem agar tampil lebih

baik, seperti dengan cara membuat indeks tambahan agar queries lebih cepat,

dengan mengubah struktur penyimpanan, atau dengan menggabungkan atau

memisahkan tabel.

Proses pengawasan terus berlanjut melewati daur hidup aplikasi basisdata

dan pada saatnya waktu akan mengantarkan pengorganisasian kembali pada

basisdata untuk memuaskan kebutuhan sistem yang berubah atau berkembang.

Page 36: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

43

2.6.7 Tahap-tahap Perancangan Basisdata

2.6.7.1 Perancangan Konseptual

Tujuan dari design konseptual basisdata menurut Connolly (2002, p281)

adalah untuk memproses pembuatan suatu model dari informasi yang akan

digunakan di dalam suatu organisasi, yang independensinya tidak tergantung dengan

apapun. Langkah-langkah dalam pembuatan model konseptual basisdata adalah :

Langkah 1: Membangun model data konseptual lokal untuk setiap

bagian

Langkah 1.1: Mengidentifikasi tipe entiti

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengidentifikasi entiti

utama yang diminta oleh pemakai.

Langkah pertama yang diperlukan dalam membangun suatu

lokal konseptual data model adalah untuk mendefinisikan objek utama atau

entiti dimana pemakai memang membutuhkannya. Salah satu metode untuk

mengidentifikasi tipe entiti yang utama adalah dengan mengidentifikasi kata

benda atau frase kata benda yang telah disebutkan oleh pemakai.. (lihat

gambar 2.4)

Staf Cabang

nama entity

Sumber : Connolly-Begg, 2002, p333

Gambar 2.4 : Representasi diagram dari entity type Staf dan Cabang

Page 37: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

44

Langkah 1.2: Mengidentifikasi tipe relasi

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengidentifikasi relasi

yang penting antara berbagai tipe entiti yang telah diidentifikasikan.

Biasanya relasi diidentifikasi dengan menggunakan kata kerja atau frase kata

kerja.

Relasi yang paling umum adalah relasi binari. Yang artinya

relasi antar entiti yang persis antara dua entiti saja. Bagaimanapun, relasi

kompleks yang melibatkan lebih dari dua entiti dan relasi rekursif yang

hanya melibatkan satu entiti harus diperhatikan.

Adapun langkah-langkah dalam mengidentifikasi tipe relasi

adalah sebagai berikut :

1. Gunakan Entity Relationship Diagram (ERD)

Hal yang sering terjadi adalah pengguna akan lebih cepat

mengerti suatu perancangan basisdata dengan cara

divisualisasikan dibanding dengan perancangan basisdata

yang dituliskan dalam bentuk tekstual. Dalam hal ini, ERD

digunakan untuk merepresentasikan entiti dan bagaimana

relasi antar entiti. Sangat disarankan menggunakan ERD

untuk membantu anda dalam membuat gambaran umum

dari perancangan basisdata yang sedang dikembangkan.

2. Tentukan pembatas multiplicity dari tipe relasi

Setelah mendapat relasi antar entiti, maka langkah

berikutnya adalah menentukan multiplicity setiap relasi. Jika

memang ada suatu nilai yang spesifik dari suatu multiplicity

maka akan lebih baik apabila didokumentasikan.

Page 38: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

45

3. Setiap entiti mempunyai minimal sebuah relasi

Pada pembuatan ERD, pastikan setiap entiti mempunyai

minimal satu relasi dengan entiti yang lain (lihat gambar

2.5). Jika memang setiap entity sudah memiliki minimal

satu relasi dengan entiti yang lain, maka langkah berikutnya

adalah memperhatikan kamus data.

Staf Cabang

nama relationship

Mempunyai

'Cabang mempunyai staf' Sumber : Connolly-Begg, 2002, p335

Gambar 2.5 : Representasi diagram dari relationship type Cabang mempunyai Staf

Langkah 1.3: Mengidentifikasi dan mengasosiasikan atribut suatu entiti

atau tipe relasi.

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengidentifikasi dan

mengasosiasikan atribut dari entiti atau tipe relasi.

Simple atau Composite Atribut

Perlu diperhatikan apakah suatu atribut tertentu itu simple atau

composite. Composite atribut adalah atribut yang membangun dari simple

atribut. Sebagai contoh, atribut alamat bisa saja dibuat simple dan

menyimpan beberapa detail dari alamat sebagai suatu nilai. Contoh : Jln.

Jendral Sudirman 25, Jakarta, 12345. Bagaimanapun juga atribut alamat

dapat merepresentasikan sebuah composite atribut, yang terdiri dari beberapa

Page 39: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

46

detail yang mempunyai nilai tepisah dalam atribut nama jalan (“Jln. Jendral

Sudirman 25”), kota (“Jakarta”), dan kodepos (“12345”). Atribut alamat

dapat dijadikan simple atribut atau composite atribut tergantung dengan

kebutuhan pemakai.

Jika pemakai tidak membutuhkan detail dari atribut alamat seperti

nama jalan, kota, kodepos dan sebagainya maka sebaiknya atribut alamat itu

tetap dibuat sebagai simple atribut. Sedangkan jika pemakai membutuhkan

detail dari atribut alamat, maka sebaiknya atribut alamat tersebut dibuat

sebagai composite atribut.

Single atau Multi value Atribut

Suatu atribut juga dapat mempunyai satu atau lebih nilai, contoh,

atribut nomor telepon. Seseorang bisa saja mempunyai nomor telepon lebih

dari satu, keadaan seperti itu dapat disebut multi value atribut. Tetapi apabila

atribut tertentu hanya mempunyai satu nilai maka disebut single atribut.

Derived Atribut

Derived atribut adalah atribut yang nilainya tergantung dengan nilai

atribut yang lain. Contoh, umur seorang staff, banyaknya properti yang

diatur oleh seorang staff.

Langkah 1.4: Mengidentifikasi domain atribut

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menentukan domain dari

atribut yang ada di dalam lokal konseptual data model.

Contoh :

Page 40: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

47

1. Atribut dari nomor staff. Terdiri dari 5 karakter string

dimana karakter utama merupakan huruf, sedangkan 3

karakter sisa berupa angka.

2. Nilai yang mungkin untuk atribut sex adalah M atau F. Ini

merupakan domain dari atribut yag menggunakan karakter

tunggal.

Langkah 1.5: Mengidentifikasi candidate dan primary key

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengidentifikasi

candidate key dari setiap entiti, dan jika memang terdapat lebih dari satu

candidate key, pilihlah salah satunya untuk menjadi primary key. Pada saat

pemilihan primary key diantara banyak candidate key, gunakan petunjuk

berikut untuk membantu seleksi :

1. Merupakan candidate key dengan jumlah set paling

sedikit

2. Merupakan candidate key yang nilainya jarang sekali

berubah

3. Merupakan candidate key dengan jumlah karakter paling

sedikit

4. Merupakan candidate key paling sedikit dari nilai

maksimalnya (untuk tipe atribut dengan tipe numeric)

5. Merupakan candidate key yang paling mudah digunakan

dari sudut pandang pemakai.

Page 41: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

48

Langkah 1.6: Menggunakan enhanced modeling konsep (langkah

optional)

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mempertimbangkan

penggunaan enhanced modeling concepts, seperti specialization,

generalization, aggregation dan compotion.

Jika pendekatan pemakai merupakan specialization, maka

perhatikan perbedaan yang dilihat secara maksimal antara satu entiti atau

banyak subclass dari superclass entiti. Jika anda menggunakan pendekatan

generalization, maka anda akan mengidentifikasikan persamaan antara entiti

yang ada untuk membentuk superclass.

Langkah 1.7: Mencek redundancy

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mencek apakah ada

redundansi dalam model basisdata.

Pada langkah ini, dilakukan pengujian model konseptual data

lokal dengan penglihatan secara spesifik. Apabila terdapat redundansi, maka

dapat dihilangkan dengan 2 cara :

1. Menguji kembali hubungan one-to-one

2. Menghilangkan relasi redundansi

Langkah 1.8: Validasi model konseptual lokal dengan transaksi

pemakai

Tujuan dari langkah ini adalah untuk memastikan bahwa

model konseptual lokal mendukung permintaan transaksi oleh pemakai.

Page 42: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

49

Pengujian dilakukan dengan dua kemungkinan pendekatan yang mendukung

permintaan transaksi :

1. Deskripsikan transaksi

2. Gunakan alur transaksi

Langkah 1.9: Mereview model konseptual data lokal dengan pemakai

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mereview model

konseptual data lokal bersama pemakai guna memastikan bahwa model yang

ada sudah sesuai dengan yang diminta.

Hasil akhir dari perancangan konseptual basisdata adalah

memproses pembuatan suatu model dari informasi yang akan digunakan di

dalam suatu organisasi, yang independensinya tidak tergantung pada apapun.

2.6.7.2 Perancangan Logikal

Adapun tujuan dari model logikal data menurut Connolly (2002, p281)

adalah untuk memproses pembuatan suatu model informasi yang digunakan di

dalam suatu organisasi berdasarkan model data yang spesifik, tetapi tidak tergantung

pada suatu DBMS dan perangkat keras lainnya.

Tahapan utama dalam fase ini adalah membangun sebuah suatu model data

logikal lokal dari sebuah model data konseptual lokal yang merepresentasikan view

tertentu dari perusahaan dan kemudian memvalidasi model ini untuk meyakinkan

bahwa model tersebut secara struktural benar dan model tersebut mendukung semua

transaksi yang dibutuhkan. Sehingga pada akhir tahap ini akan dihasilkan hanya satu

model data logikal lokal yang sekaligus menjadi model data logikal global.

Page 43: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

50

Langkah 1: Membuat dan menvalidasi model logikal data lokal untuk

setiap bagian

Tujuan dari langkah ini adalah untuk membangun suatu model

logikal data lokal dari suatu model konseptual data lokal yang

merepresentasikan perusahaan dan kemudian menvalidasi model ini untuk

memastikan strukturnya benar dan bahwa model tersebut mendukung

transaksi yang diminta.

Langkah 1.1: Menghilangkan bagian yang tidak sesuai dengan model

relasi (langkah optional)

Tujuan dari langkah ini adalah untuk memperbaiki model

konseptual lokal data dengan menghilangkan feature-feature yang tidak

kompetibel dengan model relasi. Bagian yang akan dibahas pada langkah ini

antara lain :

1. Menghilangkan many-to-many (*.*) tipe relasi binary.

2. Menghilangkan many-to-many (*.*)tipe relasi

rekursif.

3. Menghilangkan tipe relasi komplek

4. Menghilangkan multi value atribut

Langkah 1.2: Menganalisis relasi untuk model logikal data lokal

Tujuan dari langkah ini adalah untuk membuat suatu relasi

untuk model logikal data lokal yang merepresentasikan suatu entiti, relasinya

dan juga atribut yang telah diidentifikasi. Adapun pendeskripsian bagaimana

Page 44: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

51

relasi dapat diturunkan dari struktur data model yang ada sekarang, antara

lain :

1. Tipe entiti kuat

2. Tipe entiti lemah

3. One-to-many (1.*) tipe relasi binari

4. One-to-one (1.1) tipe relasi binari

5. One-to-one (1.1) relasi rekursif

6. Superclass atau subclass tipe relasi

7. Many-to-many tipe relasi binari

8. Tipe relasi komplek

9. Atribut multi value

Langkah 1.3: Menvalidasi relasi dengan normalisasi

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menvalidasi relasi dalam

model logikal data lokal dengan menggunakan teknik dari normalisasi.

Tujuan dari normalisasi adalah sebagai berikut :

a. Menghilangkan kumpulan relasi dari inserting,

updating dan delete dependensi yang tidak diharapkan.

b. Mengurangi kebutuhan restrukturisasi kumpulan relasi

dan meningkatkan life spam program aplikasi.

c. Membuat model relasional lebih informative.

Tahap-tahap dalam normalisasi :

1. Menurut Connolly-Begg (2002,p388), first normal form (1NF) adalah

sebuah relasi di mana irisan dari setiap baris dan kolom mengandung

satu dan hanya satu nilai.

Page 45: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

52

Dimulai proses normalisasi dengan pertama-tama mengubah data dari

sumbernya ke dalam bentuk tabel dengan baris dan kolom. Dalam format

ini, tabel dalam unnormalized form (UNF) dan diartikan sebagai tabel

yang tidak normal. Unnormalized form (UNF) adalah sebuah tabel yang

mengandung satu atau lebih group yang berulang (repeating group).

Untuk mentransformasi dari tabel yang tidak normal ke dalam 1NF,

harus mengidentifikasi dan menghilangkan repeating group dalam tabel

tersebut. Sebuah repeating group adalah sebuah atau sekumpulan atribut

dalam sebuah tabel yang memiliki banyak nilai untuk sebuah kejadian

tunggal dari atribut kunci yang dianjurkan untuk tabel tersebut.

Ada dua pendekatan umum untuk menghilangkan repeating group dari

tabel tidak normal. Pertama, menghilangkan repeating group dengan

memasukkan data yang sesuai dalam kolom yang kosong dari baris yang

mengandung data yang berulang. Kedua, menghilangkan repeating

group dengan menempatkan data yang berulang dengan salinan dari

atribut kunci yang sesungguhnya ke dalam relasi yang terpisah.

2. Menurut Connolly-Begg (2002,p392), second normal form (2NF) adalah

sebuah relasi yang merupakan first normal form dan setiap atribut yang

bukan primary key tergantung fungsional secara penuh terhadap primary

key.

Second normal form (2NF) didasarkan pada konsep ketergantungan

fungsional secara penuh (fully functionally dependency), yang

mengindikasikan bahwa jika A dan B adalah atribut dari sebuah relasi,

maka B tergantung fungsional secara penuh pada A jika dan hanya jika B

tergantung fungsional pada A, tetapi bukan pada himpunan bagian dari A.

Page 46: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

53

Sebuah ketergantungan fungsional A->B disebut tergantung sebagian

(partially dependent) jika ada beberapa atribut yang dapat dihilangkan

dari A dan ketergantungannya masih ada.

Proses normalisasi dari relasi 1NF ke 2NF mencakup penghapusan

ketergantungan sebagian (partial dependency). Jika sebuah partial

dependency masih ada, maka menghilangkan atribut dari relasi yang

tergantung fungsional dengan menempatkannya ke dalam sebuah relasi

baru dengan salinan dari determinannya.

3. Menurut Connolly-Begg (2002,p394), third normal form (3NF) adalah

sebuah relasi yang merupakan first normal form dan second normal form,

dan tidak ada atribut yang bukan primary key tergantung secara transitif

pada primary key.

Proses normalisasi dari relasi 2NF ke 3NF mencakup proses

penghapusan ketergantungan transitif (transitive dependency). Transitive

dependency adalah suatu kondisi dimana A, B, dan C adalah atribut-

atribut dari sebuah relasi sehingga jika A -> B (A tergantung fungsional

pada B) dan B-> C (B tergantung fungsional pada C), maka C tergantung

secara transitif pada A melalui B. Jika sebuah transitive dependency

masih ada, maka menghilangkan atribut-atribut dari relasi yang

tergantung secara transitif tersebut dengan menempatkannya dalam

sebuah relasi baru dengan salinan dari determinannya.

Langkah 1.4: Menvalidasi relasi dengan transaksi user

Tujuan dari langkah ini adalah untuk memastikan bahwa

relasi di dalam model logikal data lokal mendukung transaksi yang diminta

Page 47: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

54

user. Pada langkah ini, pengecekan bahwa relasi yang dibuat di langkah

sebelumnya juga mendukung transaksi ini benar dan pastikan juga bahwa

tidak ada kesalahan dalam relasi yang telah dibuat.

Langkah 1.5: Mencek integritas database

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mendefinisikan ruang

lingkup integritas yang diperlihatkan kepada pemakai. Dalam hal ini ada 5

tipe ruang lingkup integritas, antara lain :

Data yang diminta

Domain pembatas atribut

Integritas entiti

Yang mendefinisikan suatu entiti mempunyai

integritas ialah tidak adanya primary key yang kosong

(null). Suatu primary key merupakan suatu atribut

yang mendefinisikan bahwa setiap record / tuple itu

unik satu sama lain.

Integritas referensi

Jika terdapat suatu foreign key dalam suatu relasi,

maka nilainya harus sesuai dengan nilai candidate key

suatu record dimana foreign key tersebut ada atau

sepenuhnya kosong (null).

Pembatas enterprise

Merupakan aturan tambahan yang dibuat oleh

pemakai atau seorang administrator basisdata dari

basisdata tersebut.

Page 48: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

55

Langkah 1.6: Mereview model logikal data lokal dengan user

Tujuan dari langkah ini adalah untuk membuat dokumentasi

yang mendeskripsikan model logikal data lokal sebagai representasi yang

sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Hubungan antara Logikal Data Model dan Data Flow Diagram

Suatu model logikal data merefleksikan struktur dari dalam suatu

enterprise. Sebuah data flow diagram (DFD) menunjukan aliran data suatu

enterprise dan disimpan di dalam penyimpanan data. Semua atribut

seharusnya berada di dalam suatu tipe entiti. Jika memang ditangani di

dalam enterprise dan kemungkinan akan dilihat mengalir di sekitar

enterprise sebagai aliran data. Ada aturan yang mengontrol antara dua teknik

tersebut, antara lain:

• Setiap penyimpanan seharusnya merepresentasikan

suatu tipe entity.

• Atribut dalam data flow seharusnya merupakan bagian

dari tipe entity

Langkah 2: Membangun dan menvalidasi model logikal data global

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengkombinasi suatu

individual model logikal data lokal ke dalam suatu model yang

menggambarkan suatu enterprise.

Langkah 2.1: Menggabungkan model lokal logikal data menjadi model

global

Beberapa tugas dari pendekatan ini adalah sebagai berikut :

Page 49: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

56

1. Mereview nama dan isi dari suatu entity atau relasi dan candidate key.

2. Mereview nama dan isi dari suatu relasi dan foreign key.

3. Menggabungkan entity atau relasi dari model logikal data lokal.

4. Memasukkan (tanpa penggabungan) entity atau relasi untuk setiap

model lokal data.

5. Menggabungkan relasi atau foreign key dari model lokal data.

6. Memasukkan (tanpa penggabungan) relasi atau foreign key pada

setiap model lokal data.

7. Mencek untuk entiti, relasi, dan foreign key yang hilang.

8. Mencek untuk foreign key.

9. Mencek untuk bahasa integritas

10. Membuat global ERD atau relasi diagram

11. Mengupdate dokumentasi

Langkah 2.2: Menvalidasi model logikal data global

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menvalidasi relasi yang

dibuat dari model logikal data global dengan menggunakan teknik dari

normalisasi dan juga memastikan bahwa relasi yang dibuat mendukung

transaksi.

Langkah 2.3: Mencek kemungkinan pengembangan di masa depan

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menentukan bagian

mana yang kelihatannya akan berubah ke masa depannya dan juga

memperhatikan supaya model logikal data global dapat mengakomodasi

perubahan tersebut.

Page 50: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

57

Langkah 2.4: Mereview model logikal data global dengan user

Tujuan dari langkah ini adalah untuk memastikan bahwa

model logikal data global itu memang merepresentasikan enterprise yang

ada.

Hasil akhir dari perancangan basisdata logikal adalah

merancang suatu model informasi berdasarkan spesifik model yang ada

(seperti model relasional), tetapi tidak tergantung terhadap suatu DBMS dan

perangkat keras lainnya. Logikal basisdata merancang suatu map untuk

setiap lokal konseptual data. Jika terdapat lebih dari satu pandangan pemakai,

maka model logikal data lokal akan dikombinasikan menjadi suatu model

logikal data global yang merepresentasikan semua pandangan user dari suatu

perusahaan.

2.6.7.3 Perancangan Fisikal

Tujuan dari langkah ini menurut Connolly (2002, p282) adalah untuk

mendeskripsikan pengimplementasian dari suatu basisdata pada media

penyimpanan secondary; itu juga akan mendeskripsikan dasar dari suatu relasi, file

organisasi, dan juga index yang digunakan untuk mencapai suatu keefisienan data,

integritas, serta ukuran keamanan.

Langkah 1: Menerjemahkan model logikal data global sesuai DBMS

yang dipakai

Tujuan dari langkah ini adalah untuk membuat suatu skema

relasional basisdata dari model data logikal global yang dapat

diimplementasikan ke DBMS yang dipakai

Page 51: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

58

Langkah 1.1: Merancang basis rasional

Tujuan dari bagian ini adalah untuk memutuskan bagaimana

merepresentasikn relasional dasar yang diidentifikasi dalam model logikal

data lokal pada DBMS yang dipakai.

Untuk memulai proses perancangan fisikal basisdata,

pertama-tama anda dapat mengumpulkan dan meminimalisasikan suatu

informasi tentang relational yang dirancang selama perancangan logikal

basisdata. Informasi yang diperlukan bisa berasal dari kamus data dan

definisi data rasional yang didefinisikan menggunakan DDL. Untuk setiap

relasional yang diidentifikasi pada model data logikal global, dapat

diidentifikasikan salah satu basisdata :

• Nama dari relational yang ada

• Suatu list untuk atribut yang simple

• Primary key, alternative key, dan foreign key

• Suatu daftar dari atribut turunan dan bagaimana

pembuatannya

• Batasan integrasi untuk setiap foreign key yang

diidentifikasi

Dari kamus data, dari setiap atributnya dapat diketahui :

• Domain atribut tersebut yang terdiri dari tipe data,

panjang, dan berbagai keterangan atribut tersebut

• Suatu optional nilai default untuk atribut

• Apakah atribut dapat diisi nilai null

Page 52: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

59

Langkah 1.2: Merancang representasi data turunan

Tujuan dari langkah ini adalah untuk memutuskan bagaimana

merepresentasikan suatu data turunan pada model data logikal global pada

DBMS yag dipakai.

Atribut yang nilainya didapatkan dengan mengevaluasi atribut

lain dikenal sebagai atribut turunan atau kalkulasi. Sebagai contoh :

• Jumlah banyaknya staff yang bekerja pada suatu

kantor

• Jumlah nasabah yang melakukan transaksi kredit

• Jenis kredit yang diingini oleh nasabah

Langkah 1.3: Merancang batasan aplikasi

Tujuan dari langkah ini adalah untuk merancang batasan

aplikasi untuk DBMS yang dipakai.

Mengupdate suatu relasi yang mungkin dibatasi oleh aturan

perusahaan sesuai dengan transaksi yang sebenarnya bisa diupdate.

Perancangan batasan tersebut sekali lagi tergantung pada DBMS yang

digunakan, fasilitas yang dipunyai oleh sistem dibandingkan dengan DBMS

yang lain. Pada awalnya, jika sistem tersebut mempunyai aturan sesuai

aturan standar SQL, beberapa batasan dapat diterapkan.

Langkah 2: Merancang representasi fisik

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menentukan organisasi

file yg paling optimal untuk menyimpan relasional dasar dan index yang

Page 53: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

60

diminta untuk performansi yang optimal yang mana relational dan data yang

ada disimpan pada secondary storage.

Langkah 2.1: Menganalisis transaksi

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengerti fungsi dari

suatu transaksi dimana akan dijalankan pada basisdata untuk menganalisis

transaksi yang penting.

Untuk membuat perancangan fisikal basisdata yang efektif

perlu untuk mempunyai pengetahuan mengenai transaksi atau query yang

akan dijalankan di dalam basisdata. Ini termasuk kuantitatif atau kualitatif

informasi. Dalam menganalisis transaksi, dapat diidentifikasikan kriteria

performansi sebagai berikut :

• Transaksi yang sering digunakan, dan akan

berdampak besar terhadap performansi keseluruhan.

• Transaksi yang merupakan transaksi bisnis yang kritis.

• Durasi waktu dalam harian atau mingguan yang akan

mendapatkan banyak permintaan pada basisdata.

Langkah 2.2: Memilih organisasi file

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menentukan organisasi

file yang efektif untuk setiap relasional data.

Dalam banyak kasus yang ada, suatu relasional DBMS akan

memberikan sedikit bahkan tanpa pilihan dalam memilih organisasi file,

walaupun beberapa akan mempunyai indeks yang spesifik. Beberapa

organisasi file yang ada adalah sebagai berikut :

• Heap

Page 54: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

61

• Hash

• Indexed Sequential Access Method (ISAM)

• B*three

• Clusters

Langkah 2.3: Memilih index

Tujuan dari langkah ini adalah untuk menentukan

penambahan indeks yang akan meningkatkan performansi dari suatu sistem.

Biasanya pemilihan suatu atribut untuk indeks adalah sebagai berikut :

• Suatu atribut yang digunakan paling sering untuk

operasi penggabungan, yang akan membuat

penggabungan itu lebih efektif.

• Suatu atribut yang digunakan paling banyak untuk

mengakses suatu record di dalam relasi yang ada.

Langkah 2.4: Mengestimasi kapasitas penyimpanan yang dibutuhkan

Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengestimasi ukuran

kapasitas disk yang diperlukan untuk basisdata. Cara menghitung kapasitas

penyimpanan SQL Server 2000 adalah sebagai berikut :

a. Menghitung ukuran tabel

- Jumlah baris pada tabel : Num_Rows

- Jumlah kolom : Num_Cols

- Jumlah byte pada kolom yang panjangnya tetap :

Fixed_Data_Size

Page 55: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

62

- Jumlah kolom yang panjangnya tidak tetap :

Num_Variabel_Cols

- Ukuran maksimum dari semua kolom yang

panjangnya tidak tetap : Max_Var_Size

- Null_Bitmap = 2 + ((Num_Cols +7) / 8)

- Variabel_Data_Size = 2 + (Num_Variabel_Cols x 2 )

+ Max_Var_Size

- Row_Size = Fixed_Data_Size + Variabel_Data_Size

+ Null_Bitmap + 4

- Rows_Per_Page = 8096 / (Row_Size + 2 )

- Free_ Rows_Per_Page = 8096 x ((100-Fill_Factor) /

100) / (Row_Size + 2 )

- Num_Pages = Num_Rows / Rows_Per_Page - Free_

Rows_Per_Page)

- Table_Size = 8192 x Num_Pages

b. Menghitung Clustered Index

- Jumlah kolom pada kunci index : Num_CKey_Cols

- Jumlah bytes dari kolom kunci yang panjangnya

tetap : Fixed_CKey_Size

- Jumlah kolom variabel pada kunci index :

Num_Variabel_Ckey_Cols

- Ukuran maksimum dari semua kolom kunci yang

panjangnya variabel : Max_Var_Ckey_Size

- CIndex_Null_Bitmap = 2 +((Num_CKey_Cols +7)/ 8)

Page 56: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

63

- Variable_Ckey_Size = 2 +

(Num_Variabel_Ckey_Cols x 2 ) +

Max_Var_Ckey_Size

- CIndex_Row_Size = Fixed_CKey_Size +

Variable_Ckey_Size + CIndex_Null_Bitmap + 1 + 8

- CIndex_Rows_Per_Page = 8096 / (CIndex_Row_Size

+ 2)

- Num_Pages_Clevel_0 = (Data_Spaced_Used / 8192 )

/ CIndex_Rows_Per_Page

- Num_Pages_Clevel_1 = Num_Pages_Clevel_0 /

CIndex_Rows_Per_Page

- Clustered index size (Bytes) = 8192 x

Num_CIndex_Pages

c. Menghitung Non Clustered Index

- Jumlah kolom pada kunci index : Num_Key_Cols

- Jumlah bytes dari kolom kunci yang panjangnya

tetap : Fixed_Key_Size

- Jumlah kolom variabel pada kunci index :

Num_Variabel_Key_Cols

- Ukuran maksimum dari semua kolom kunci yang

panjangnya variabel : Max_Var_Key_Size

- Index_Null_Bitmap = 2 +((Num_Key_Cols +7)/ 8)

- Variable_Key_Size = 2 + (Num_Variabel_Key_Cols

x 2 ) + Max_Var_Key_Size

Page 57: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

64

- NL_Index_Row_Size = Fixed_Key_Size +

Variable_Key_Size + Index_Null_Bitmap + 1 + 8

- NL_Index_Rows_Per_Page = 8096 /

(NL_Index_Row_Size + 2)

- Index_Row_Size = Cindex_Row_Size +

Fixed_Key_Size + Variable_Key_Size +

Index_Null_Bitmap + 1

- Index_Rows_Per_Page = 8096 / (Index_Row_Size

+2)

- Free_ Index_Rows_Per_Page = 8096 x ((100-

Fill_Factor) / 100) / Index_Row_Size

- Num_Pages_Level_0 = Num_Rows /

(Index_Rows_Per_Page - Free_

Index_Rows_Per_Page)

- Num_Pages_Level_1 = Num_Pages_Level_0 /

NL_Index_Rows_Per_Page

- Num_Index_Pages = Num_Pages_Level_0 +

Num_Pages_Level_1

- NonClustered index size (Bytes) = 8192 x

Num_Index_Pages

Langkah 3 : Merancang tampilan layar untuk user

Tujuan dari langkah ini adalah untuk merancang tampilan

pemakai yang diidentifikasi selama pengumpulan informasi dan analisis dari

siklus hidup aplikasi basisdata.

Page 58: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

65

Langkah 4 : Merancang mekanisme keamanan

Tujuan dari langkah ini adalah untuk merancang ukuran

keamanan untuk basisdata yang telah dispesifikasikan pemakai.

Definisi dari keamanan basisdata adalah suatu mekanisme yang

memproteksi basisdata dari suatu kejadian yang disengaja maupun yang

tidak disengaja. Suatu basisdata merupakan sumber dari perusahaan yang

essential yang perlu dilindungi dengan menggunakan suatu kontrol yang

memadai.

Beberapa issue keamanan yang perlu diperhatikan :

1.Pencurian data (Theft and Fraud)

2.Kehilangan kerahasiaan suatu data (Loss of Confidentially)

3.Kehilangan hak pribadi (Loss of Privacy)

4.Kehilangan integritas (Loss of integrity)

5.Kehilangan ketersediaan data (Loss of availability)

Hasil akhir perancangan fisikal basisdata adalah suatu proses

yang mendeskripsikan suatu implementasi dari suatu basisdata pada media

penyimpanan. Ini mendeskripsikan suatu relational dan struktur

penyimpanan dan metodologi pengaksesan data oleh pemakai yang efisien,

selama batasan integritas dan pengukuran keamanan.

2.6.8 ER Modeling

Menurut Connolly dan Begg (2002, p330), salah satu aspek yang sulit dalam

perancangan basisdata adalah bahwa perancang, programmer, dan end-user

cenderung melihat data dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu untuk

memastikan pemahaman secara alamiah dari data dan bagaimana data digunakan

Page 59: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

66

oleh perusahaan dibutuhkan sebuah komunikasi yang non-teknis dan bebas dari

kebingungan.

2.6.8.1 Tipe Entity

Tipe Entity (entity type) adalah sebuah kumpulan (group) dari objek

dengan sifat (properties) yang sama, dan keberadaannya tidak tergantung

(independent existence). Sebuah tipe entity memiliki keberadaannya yang bebas dan

bisa menjadi objek dengan fisik (atau ‘real’) atau menjadi objek dengan keberadaan

konseptual (atau ‘abstrak‘). Artinya perancang yang berbeda mungkin

mengindentifikasikan entity yang berbeda pula. Sebuah basisdata biasanya berisi

banyak tipe entity yang berbeda. Dalam UML, huruf pertama dari nama entity

diawali dengan huruf kapital.

Entity occurrence adalah sebuah objek unik yang dapat di indentifikasikan

dari sebuah tipe entity. (lihat gambar 2.6)

Sumber : Connoly dan Begg, 2002, p333

Gambar 2.6 Contoh tipe entity

2.6.8.2 Tipe Relasi

Adalah sejumlah hubungan yang berarti antara tipe entity yang satu dengan

tipe entity yang lainnya, dimana setiap tipe relationship diberi nama yang

menggambarkan fungsi yang berbeda.

Derajat dari relationship adalah jumlah dari partisipasi tipe entity dalam

sebuah tipe relationship tertentu. Entity yang berkaitan dalam sebuah tipe

Page 60: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

67

relationship disebut participant dan jumlah participant dalam relationship disebut

sebagai derajat relasi. Untuk sebuah relationship berderajat dua disebut binary (lihat

gambar 2.7), relationship berderajat tiga disebut dengan tenary (lihat gambar 2.8),

dan relationship berderajat empat disebut quartenary (lihat gambar 2.9)

Sumber : Connolly dan Begg, 2002, p335

Gambar 2.7 Contoh Binary Relationship

Sumber : Connolly dan Begg, 2002, p335

Gambar 2.8 Contoh Tenary Relationship

Sumber : Connolly dan Begg, 2002, p335

Gambar 2.9 Contoh Quartenary Relationship

2.6.8.3 Atribut

Atribut adalah sifat dari sebuah entity atau tipe relationship. Sifat tertentu

inilah yang disebut sebagai atribut. Atribut menyimpan nilai dari setiap entity

occurrence dan merupakan bagian utama dari data yang disimpan dalam basisdata.

Page 61: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

68

Attribute Domain adalah sejumlah nilai yang diperkenankan oleh satu atau

lebih atribut. Setiap atribut yang dihubungkan dengan sejumlah nilai disebut domain.

Simple Attribute atau disebut sebagai atomic attribute adalah sebuah susunan

atribut dari komponen tunggal (single component) yang keberadaannya bebas

(independent existence). Simple attribute tidak bisa lagi dipecah kedalam komponen

yang lebih kecil lagi misalnya posisi dan gaji dari entity pegawai.

Single Value Attribute (atribut nilai tunggal) adalah attribute yang hanya

menyimpan nilai tunggal untuk suatu sifat dari entity. Multi-valued attribute adalah

atribut yang bisa menyimpan nilai lebih dari satu untuk suatu sifat dari entity.

Contoh atribut telepon pada entity kantor cabang (branch) yang bisa memiliki lebih

dari satu nomor telepon.

Derived Attribute (atribut turunan) adalah nilai suatu atribut diperoleh dari

atribut yang saling berhubungan atau kumpulan atribut yang saling berhubungan.

2.6.8.4 Key

Primary key adalah candidate key yang digunakan untuk mengenali secara

unik setiap occurrence dari sebuah tipe entity. Entity tipe mungkin memiliki lebih

dari satu candidate key. Pemilihan primary key berdasarkan pada pertimbangan

panjang atribut (attribute length), jumlah minimal dari kebutuhan atribut dan

seterusnya keunikannya. Candidate key yang tidak terpilih sebagai primary key

disebut alternate key.

Foreign key adalah attribute pada satu relasi yang cocok pada candidate key

dari beberapa relasi. (lihat gambar 2.10)

Page 62: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

69

Sumber : Connoly dan Begg, 2002, p342

Gambar 2.10 Contoh Representasi Atribut

2.6.8.5 Struktural Constraints

Constraint harus mencerminkan pembatasan (testricion) pada relationship

sebagai perkalian (perceived) didalam kenyataan (real-world). Tipe utama dari

constraint di dalam relationship disebut multiplicity.

Multiplicity adalah jumlah (disebut juga jangkauan atau range) kemungkinan

occurrence dari sebuah entity yang bisa menghubungkan suatu occurrence tunggal

dari hubungan entity melalui relationship tertentu. Multiplicity constraint adalah

jalan dimana entity dihubungkan. Ini adalah sebuah representasi dari aturan bisnis

(business rules) yang ditetapkan perusahaan. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya bahwa relasi berderajat dua disebut binary, umumnya binary

relationship bisa ditunjukan sebagai hubungan one to one (1 : 1), one to many (1 : *),

atau many to many (* : *).

Multiplicity mengandung dua constraint yang dipisahkan, yang dikenal

sebagai cardinality dan participation. Cardinality menggambarkan jumlah

maksimum kemungkinan relationship occurrence untuk sebuah entity pengikut-

sertaan (entity participation) dalam relationship yang diberikan.

Page 63: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

70

Participation adalah menetapkan semua atau beberapa occurrence yang

diikut sertakan dalam sebuah tipe relationship. Sebuah participation constraint yang

menunjukan semua entity occurrence terkait dalam relationship tertentu disebut

sebagai mandatory participation. Sedangkan yang hanya menunjukan beberapa

disebut optional participation. (lihat gambar 2.11 – 2.14)

Sumber : Connoly dan Begg, 2002, p346

Gambar 2.11 Contoh one to one (1:1) Relationship

Sumber : Connolly dan Begg, 2002, p347

Gambar 2.12 Contoh One to Many (1 : *) Representasi

Sumber : Connolly dan Begg, 2002, p348

Gambar 2.13 Contoh Many to Many (* : *)Representasi

Page 64: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

71

Sumber : Connolly dan Begg, 2002, p351

Gambar 2.14 Contoh Multiplicity yang ditunjuk dengan

Cardinality Constraint dan Participation Constraint

Tabel 2.5 Tabel multiplicity constraint

Cara alternatif menggambar

multiplicity constraint

Arti

0..1 Nol atau satu entity occurrence

1..1 ( atau 1) Tepatnya hanya satu entity

occurrence

0..* (atau *) Nol atau banyak entity occurrence

1..* satu atau banyak entity occurrence

5..10 Minimum 5 dan maksimum 10 entity

occurrence

0,3,6-8 Nol atau tiga atau enam,tujuh atau

delapan entity occurrence

Sumber : Connolly dan Begg, 2002, p351

Page 65: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

72

2.6.9 Normalisasi

Normalisasi adalah suatu teknik untuk menghasilkan himpunan relasi dengan

properti yang diinginkan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan data suatu organisasi

(Conolly, 2002, p376).

Proses normalisasi dimulai dengan memindahkan data sumber ke bentuk

tabel dengan format baris dan kolom. Tabel ini berbentuk tidak normal dan disebut

dengan unnormalized table (Conolly, 2002, p388).

Unnormalized form (UNF) adalah tabel yang terdiri dari satu atau lebih

kelompok yang berulang (repeating group) (Conolly, 2002, p387). Repeating group

adalah sebuah atribut atau himpunan atribut di dalam tabel yang memiliki lebih dari

satu nilai (multiple value) untuk sebuah primary key pada tabel tersebut (Conolly,

2002, p388).

Tingkatan normalisasi yang digunakan sebagai landasan skripsi adalah :

1. First Normal Form (1NF)

Suatu data dikatakan unnormalized, jika di dalamnya tidak

mengandung kelompok berulang (repeating group), sehingga untuk

membentuk normalisasi pertama (1NF) repeating group harus

dihilangkan. Untuk menjadi 1NF maka group yang berulang

dihilangkan dengan mengisi pada bagian yang kosong dengan data

yang seharusnya pada suatu bentuk record.

2. SecondNormal Form (2NF)

Dapat dihasilkan dengan melihat apakah ada atribut atau bukan

primary key yang merupakan fungsi dari sebagian primary key

(partial dependence). Dalam normalisasi kedua (2NF) setiap atribut

yang tergantung parsial ini harus dipisahkan dengan mengikut

Page 66: BAB 2 Landasasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00407-MNSI_Bab 2.pdfIndonesia (ADSI) () 10 ... menunaikan tugas, dan berziarah. Wisatawan adalah orang

73

sertakan determinannya. Bentuk normal diperoleh bila setiap

atribut bukan bagian primary key dari suatu tabel sepenuhnya

merupakan fungsi (functional dependence) dari primary key

tersebut.

3. Third Normal Form (3NF)

Pengujian terhadap 3rd NF dilakukan dengan cara melihat

apakah terdapat atribut bukan key tergantung fungsional terhadap

atribut bukan key yang lain (disebut ketergantungan transitif atau

transitive dependence). Dengan cara yang sama, maka setiap

ketergantungan trasitif dipisahkan. 3rd NF sudah cukup bagus

dalam arti bahwa anomaly yang dikandungnya sudah sedemikian

minimum (hampir tidak ada).