17
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-1 2.1 Pengertian Kawasan Kawasan Berdasarkan Undang-undang Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2009). no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang kawasan merupakan wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya, yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencangkup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan ( Undang- undang no 26 tahun 2007 pasal 1). 2. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan ( Undang- undang no 26 tahun 2007 pasal 1). 2.2 Tinjauan Minapolitan 2.2.1 Kawasan Minapolitan Menurut pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya (Minapolitan) tahun 2010 kawasan minapolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian (perikanan) dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis. BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 - Lap Pendahuluan Minapolitan Sidoarjp

Embed Size (px)

DESCRIPTION

merupakan kajian pustaka yang berkaitan dengan Masterplan Minapolitan Kabupaten Sidoarjo

Citation preview

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-1

    2.1 Pengertian Kawasan

    Kawasan

    Berdasarkan Undang-undang Kawasan adalah wilayah yang

    memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (Peraturan Menteri

    Pertanian Nomor 41 Tahun 2009).

    no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang kawasan merupakan

    wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya, yang

    dijabarkan sebagai berikut:

    1. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan

    fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang

    mencangkup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan

    ( Undang- undang no 26 tahun 2007 pasal 1).

    2. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan

    fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan

    potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan

    sumber daya buatan ( Undang- undang no 26 tahun 2007

    pasal 1).

    2.2 Tinjauan Minapolitan

    2.2.1 Kawasan Minapolitan

    Menurut pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan

    Budidaya (Minapolitan) tahun 2010 kawasan minapolitan merupakan kawasan

    yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai

    sistem produksi pertanian (perikanan) dan pengelolaan sumber daya alam

    tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki

    keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis.

    BAB II TINJAUAN TEORI

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-2

    A. Konsep Kawasan

    Konsep kawasan menurut pedoman Perencanaan Pengembangan

    Kawasan Perikanan Budidaya (Minapolitan) tahun 2010 adalah wilayah yang

    berbasis pada keanekaragarnan fisik dan ekonomi tetapi memiliki hubungan erat

    dan saling mendukung satu sarna lain secara fungsional dalarn mempercepat

    pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kawasan

    sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh

    dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu

    melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di

    wilayah sekitarnya. Kawasan sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan

    desa-desa sentra produksi perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan

    yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih

    ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada.

    Pengelolaan ruang diartikan sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian,

    pengawasan, evaluasi, penertiban dan peninjauan kembali atas pemanfaatan

    ruang kawasan sentra perikanan. Program pengembangan kawasan sentra

    perikanan adalah pembangunan ekonomi berbasis perikanan yang dilaksanakan

    dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada, utuh dan menyeluruh,

    berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang

    digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Kawasan perikanan

    yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan

    pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa -kota

    (urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang bersifat timbal balik yang

    dinamis.

    B. Kriteria umum yang menjadi acuan dalam perencanaan

    pengembangan perikanan budidaya (minapolitan) adalah:

    1. Penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan harus memanfaatkan

    potensi yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan

    wajib memperhatikan aspek kelestarian lingkungan serta

    mencegah kerusakannya.

    2. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya

    dengan indikasi geografis dilarang untuk dialih fungsikan

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-3

    3. Kegiatan perikanan skala besar, baik yang menggunakan lahan

    luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memilik

    kajian amdal sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

    4. Kegiatan perikanan skala besar, harus diupayakan menyerap

    sebesar mungkin tenaga kerja setempat.

    5. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan

    kesesuaian RTRW.

    (Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan

    Budidaya (Minapolitan) Tahun 2010)

    C. Kriteria Khusus Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya

    1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan

    pertumbuhan daerah

    2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong

    kegiatan ekonomi sektor lain dalam kawasan itu sendiri maupun di

    sekitarnya

    3. Memiliki keterkaitan ke depan (daerah pemasaran produk-produk

    yang dihasilkan) maupun ke belakang (supali kebutuhan sarana

    produksi) dengan daerah pendukung

    4. Memiliki kemampuan untuk memelihara sumber daya alam

    sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu

    menciptakan kesejahteraan ekonomi secara adil dan merata bagi

    seluruh masyarakat.

    5. Memiliki luasan areal budidaya eksisting minimal 200 Ha.

    (Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan

    Budidaya (Minapolitan) Tahun 2010)

    Pengembangan kawasan dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip

    yang sesuai dengan arab kebijakan ekonomi nasional, yaitu:

    1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada

    mekanisme pasar yang berkeadilan;

    2. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai

    dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan

    kompetitif berdasarkan kompetensi produk unggulan di setiap daerah;

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-4

    3. Memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi, agar mampu

    bekerjasama secara efektif, efisien dan berdaya saing;

    4. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada

    keragainan sumber daya perikanan budidaya dan budaya lokal;

    Gambar 2. 1 Keterkaitan Kegiatan Ekonomi Dalam Upaya Pengembangan Kawasan

    Sumber: Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya (Minapolitan) tahun 2010 ISBN 978-602-96713-0-8

    5. Mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan

    memberdayakan para pelaku sesuai dengan semangat otonomi

    daerah;

    6. Mempercepat pembangunan pedesaan dalam rangka pemberdayaan

    masyarakat daerah (khususnya pembudidaya ikan) dengan kepastian

    dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak;

    7. Memaksimalkan peran pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau

    seluruh kegiatan pembangunan di daerah.

    (Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan

    Budidaya (Minapolitan) Tahun 2010)

    Lebih Ianjut, selain tujuan-tujuan tersebut diatas, dipandang dari segi

    kepentingan daerah, pengembangan kawasan dapat diarahkan untuk mencapai

    hal-hal berikut:

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-5

    1. Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas

    ekonomi serta sosial masyarakat pedesaan;

    2. Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat sekitar kawasan yang

    memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keamanan;

    3. Meningkatkan mutu, produktivitas dan keamanan kawasan;

    4. Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan

    pendapatan negara serta pendapatan masyarakat;

    5. Mendorong dan mempercepat pengembangan wilayah demi mencapai

    kemajuan serta kemandirian daerah.

    (Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya

    (Minapolitan) Tahun 2010)

    Suatu kawasan sentra perikanan budidaya yang sudah berkembang

    harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut di dominasi

    oleh kegiatan perikanan budidaya dalam suatu sistem yang utuh dan

    terintegrasi mulai dari:

    a. Subsistem minabisnis hulu (up stream minabusiness) yang

    mencakup: penelitian dan pengembangan, sarana perikanan,

    pemodalan, dan lain-lain;

    b. Subsistem usaha perikanan budidaya (on farm minabusiness) yang

    mencakup usaha: pembenihan ikan, pembesaran ikan dan

    penyediaan sarana perikanan budidaya;

    c. Subsistem minabinis hilir (down stream minabusiness) yang

    meliputi: industri-industri pengolahan dan pemasarannya, termasuk

    perdagangan untuk kegiatan ekspor,

    d. Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa

    bagi minabisnis) seperti: perkreditan, asuransi, transportasi,

    pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah.

    2. Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages) yang

    bersifat timbal balik dan saling membutuhkan, dimana kawasan perikanan

    budidaya di pedesaan mengembangkan usaha budidaya (on farm) dan

    produk olahan skala rumah tangga (off farm), sebaliknya kota

    menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan

    minabisnis seperti penyediaan sarana perikanan antara lain: modal,

    teknologi, informasi, peralatan perikanan dan lain sebagainya;

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-6

    3. Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didominasi

    oleh kegiatan perikanan budidaya, termasuk didalamnya usaha industri

    (pengolahan) produk perikanan, perdagangan hasil-hasil perikanan

    (termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan minabisnis

    hulu (sarana perikanan dan permodalan), minawisata dan jasa

    pelayanan;

    4. Infrastruktur yang ada dikawasan diusahakan tidak jauh berbeda dengan

    di kota.

    Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi menjadi suatu kawasan

    perikanan budidaya harus dapat memenuhi persyarakat sebagai berikut:

    1. Memiliki sumber daya lahan dan perairan yang sesuai untuk

    mengembangkan komoditi perikanan budidaya yang dapat dipasarkan

    atau telah mempunyai pasar selanjutnya disebut komditas unggulan

    2. Memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan

    sistem dan usaha perikanan, seperti misalnya: jalan, sarana irigasi/

    pengairan sistem dan usaha perikanan, seperti jaringan telekomunikasi,

    fasilitas perbankan,saran produksi, pengolahan hasil perikanan, dan

    fasililtas umum serta fasilitas sosial lainnya.

    3. Memiliki sumber daya manusia yang mau dan berpotensi untuk

    mengembangkan kawasan perikanan budidaya secara mandiri.

    (Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya

    (Minapolitan) Tahun 2010)

    Pembangunan kawasan adalah usaha untuk mengembangkan dan

    meningkatkan hubungan saling ketergantungan dan interaksi antara sistem

    ekonomi, masyarakat, dan lingkungan hidup beserta sumberdaya alamnya,

    dimana setiap sistem ini memiliki tujuan masing-masing. Secara umum, tujuan

    dari pengembangan kawasan minapolitan sebagai berikut:

    1. Membangun masyarakat pedesaan, beserta sarana dan prasarana

    pendukungnya

    2. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

    3. Mengurangi tingkat kemiskinan melalui peningkatan pendapatan

    masyarakat

    4. Mendorong pemerataan pertumbuhan dengan mengurangi kesenjangan

    antar daerah

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-7

    5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan konservasi sumber

    daya alam untuk kesinambungan pembangunan daerah

    6. Mendorong pemanfaatan ruang desa yang efisien dan berkelanjutan

    (Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya

    (Minapolitan) Tahun 2010)

    D. Ciri Kawasan Minapolitan

    Suatu kawasan minapolitan yang sudah berkembang memiliki ciri sebagai

    berikut:

    1. sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh

    pendapatan dari kegiatan perikanan (minabisnis);

    2. sebagian besar kegiatan di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan

    perikanan, termasuk di dalamnya usaha industri pengolahan hasil

    perikanan, perdagangan hasil perikanan (termasuk perdagangan untuk

    tujuan ekspor), perdagangan minabisnis hulu (sarana perikanan dan

    permodalan, minawisata dan jasa pelayanan);

    3. hubungan antara kota dan daerah-daerah hinterland/ daerah-daerah

    sekitarnya di kawasan minapolitan bersifat interdependensi/timbal balik

    yang harmonis, dan saling membutuhkan, dimana kawasan perikanan

    mengembangkan usaha budidaya (on farm) dan produk olahan skala

    rumah tangga (off farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk

    berkembangnya usaha budidaya dan minabisnis seperti penyediaan

    sarana perikanan, modal, teknologi, informasi pengolahan hasil dan

    penampungan (pemasaran) hasil produksi perikanan;

    4. kehidupan masyarakat di kawasan minapolitan mirip dengan suasana

    kota karena keadaan sarana yang ada di kawasan minapolitan tidak jauh

    berbeda dengandi kota.

    (Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahun 2009)

    E. Persyaratan Kawasan Minapolitan

    Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan minapolitan

    dengan persyaratan sebagai berikut:

    1. memiliki sumberdaya lahan perairan yang sesuai untuk pengembangan

    komoditas perikanan yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar

    (komoditas unggulan), serta berpotensi atau telah berkembang

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-8

    diversifikasi usaha dari komoditas unggulannya. pengembangan kawasan

    tersebut tidak saja menyangkut kegiatan budidaya perikanan (on farm)

    tetapi juga kegiatan off farmnya; yaitu mulai pengadaan sarana dan

    prasarana perikanan (benih, pakan, obat-obatan dsb) kegiatan

    pengolahan hasil perikanan sampai dengan pemasaran hasil perikanan

    serta kegiatan penunjang (pasar hasil, industri pengolahan, minawisata

    dsb);

    2. memiliki berbagai sarana dan prasarana minabisnis yang memadai untuk

    mendukung pengembangan sistem dan usaha minabisnis yaltu:

    pasar, baik pasar untuk hasil-hasil perikanan, pasar sarana

    perikanan (pakan, obat-obatan dsb), maupun pasar jasa

    pelayanan termasuk pasar lelang, cold storage dan prosessing

    hasil perikanan sebelum dipasarkan;

    lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan) sebagai

    sumber modal untuk kegiatan minabisnis;

    memiliki kelembagaan pembudida ikan (kelompok, UPP) yang

    dinamis dan terbuka pada inovasi baru, yang diharapkan dapat

    berfungsi sebagai sentra pembelajaran dan pengembangan

    minabisnis (SPPM). kelembagaan pembudidaya disamping

    sebagai pusat pembelajaran (pelatihan), juga diharapkan

    kelembagaan pembudidaya ikan dengan pembudidaya ikan

    disekitarnya merupakan inti-plasma dalam usaha minabisnis;

    balai benih ikan(BBI), unit perbenihan rakyat (UPR) dsb yang

    berfungsi sebagai penyumpai induk dan penyedia benih untuk

    kelangsungan kegiatan budidaya ikan.

    penyuluhan dan bimbingan teknologi minabisnis, untuk

    mengembangkan teknologi tepat guna yang cocok untuk daerah

    kawasan minapolitan.

    jaringan jalan yang memadai dan aksesibilitas dengan daerah

    lainnya serta sarana irigasi, yang kesemuanya untuk mendukung

    usaha perikanan yang efisien.

    memiliki sarana dan prasarana umum yang mpmrlnai seperti

    transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih dll;

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-9

    memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat

    yang memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi,

    perpustakaan, swalayan dll;

    kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam,

    kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota

    dan desa terjamin

    (Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahun

    2009)

    F. Batasan Kawasan Minapolitan

    Menurut Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahun

    2009 batasan suatu kawasan minapolitan tidak ditentukan oleh batasan

    administratif pemerintah (desa kelurahan, kecamatan, kabupaten, dsb) tetapi

    lebih ditentukan dengan memperhatikan economic of scale dan economic of

    scope. karena itu, penetapan kawasan minapolitan hendaknya dirancang secara

    lokal dengan memperhatikan realitas perkembangan minabisnis yang ada di

    setiap daerah. dengan demikian bentuk dan luasan kawasan minapolitan dapat

    meliputi satu wilayah desa/kelurahan atau kecamatan atau beberapa kecamatan

    dalam kabupaten/kota atau dapat juga meliputi wilayah yang dapat menembus

    wilayah kabupaten/kota lain berbatasan. kotanya dapat berupa kota desa atau

    kota nagari atau kota kecamatan atau kota kecil atau kota menengah.

    G. Strategi Pengembangan Kawasan Minapolitan

    Strategi pengembangan kawasan minapolitan adalah sebagai berikut:

    a. Pembangunan sistem dan usaha minabisnis berorientasi pada

    kekuatan pasar (marketdriven), yang dapat menembus batas

    kawasan minapolitan, bahkan kabupaten/kota, provinsi dan negara

    untuk mencapai pasar global melalui persaingan yang ketat.

    pengembangan dilakukandengan pemberdayaan masyarakat agar

    mampu mengembangkan usaha komoditas unggulan berdasarkan

    kesesuaian lahan/perairan dan kondisi sosial ekonomi budaya

    daerah. pemberdayaan masyarakat tidak hanya diarahkan pada

    upaya peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perikanan

    tetapi juga pada pengembangan usaha dengan sistem minabisnis

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-10

    lainnya yang mendukung usaha minabisnis yaitu minabisnis hulu, hilir

    (pemasaran, pengolahan hasil, dsb) serta industri jasa dan

    pelayanan;

    b. Pengembangan sarana prasarana umum yang berwawasan

    lingkungan yang diperlukan seperti jaringan jalan, irigasi transportasi,

    telekomunikasi, pasar, gudang, dan kegiatan-kegiatan untuk

    memperlancar pengangkutan hasil perikanan ke pasar dengan

    effisien dengan resiko minimal;

    c. Reformasi regulasi yang berhubungan dengan penciptaan iklim

    kondusif bagi pengembangan usaha, pengembangan ekonomi daerah

    dan wilayah seperti dalam hal perizinan, bea masuk, peraturan dari

    pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang harus saling

    mendukung dan konsisten, sehingga menghilangkan regulasi yang

    saling menghambat

    (Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahun 2009)

    H. Arah Pengembangan

    Pengembangan kawasan minapolitan mempunyai arah pengembangan

    sebagai berikut:

    a. pemberdayaan masyarakat pelaku minabisnis di dalamnya termasuk

    peningkatan kualitas pengusaha (pembudidaya & aparatur), sehingga

    mampu memanfaatkan potensi/peluang ekonomi yang ada di pedesaan.

    b. meningkatkan minabisnis komoditas unggulan, yang saling mendukung

    dan menguatkan termasuk usaha industri kecil, pengolah hasil, jasa

    pemasaran dan minawisata dengan mengoptimalkan manfaat

    sumberdaya alam, secara effisien dan ekonomis, sehingga tidak ada

    limbah yang terbuang, atau yang tidak termanfaatkan untuk

    kesejahteraan masyarakat (usaha pertanian terpadu tanpa limbah);

    c. menjamin tersedianya sarana produksi dan permodalan dengan enam

    prinsip tepat (jumlah, kualitas, jenis, waktu, harga dan lokasi).

    d. pengembangan kelembagaan pembudidaya ikan sebagai sentra -

    pembelajaran dan pengembangan minabisnis;

    e. pengembangan kelembagaan keuangan termasuk lembaga keuangan -

    mikro.

    f. pengembangan kelembagaan penyuluhan perikanan;

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-11

    g. pengembangan pusat-pusat pertumbuhan minabisnis dan industri

    perikanan secara lokal

    h. peningkatan perdagangan/pemasaran termasuk pengembangan

    terminal/sub terminal minabisnis dan pusat lelang hasil perikanan;

    i. meingkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

    umum yang bersifat strategis;

    j. pengembangan pendidikan perikanan untuk generasi muda;

    k. pengembangan percobaan/pengkajian teknologi tepat guna yang sesuai

    kondisi lokal.

    (Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahun 2009)

    2.3 Karakteristik Pengembangan Kawasan Budidaya Air Tawar

    Usaha budidaya perikanan air tawar memanfaatkan lahan budidaya

    dengan ketersediaan air yang cukup dalam menunjang keberlangsungan

    budidaya perikanan. Perikanan air tawar dapat memanfaatkan kolam, sawah,

    danau, rawa dan sungai. Keberhasilan usaha perikanan air tawar sangat

    ditentukan oleh faktor lingkungan yang meliputi kondisi tanah dan ketersediaan

    air (M Ghufran 2008:163).

    2.4.1 Prinsip Memilih Lokasi Budidaya Perairan

    A. Ketinggian

    Dalam budidaya perairan umum atau air tawar ketinggian lokasi perlu

    mendapat perhatian. Ketinggian suatu tempat diukur dari permukaan air laut.

    Ketinggian menjadi penting karena terkait dengan perubahan beberapa

    parameter air, terutama suhu air. Beberapa jenis ikan tidak dapat berkembang

    biak dan berhenti tumbuh pada ketinggian lebih dari 800 m diatas permukaan

    laut (dpl) dan hanya sedikit ikan yang masih dapat tumbuh dengan baik pada

    ketinggian hingga 1.000 m dpl.

    Ikan nila masih dapat hidup pada ketinggian hingga 1.000 m dpl. Oleh

    karena itu, nila dapat di budidayakan di daratan rendah sampai pada ketinggian

    1.000 m dpl. Di Afrika, nila masih dapat dibudidayakan pada ketinggian hanya

    beberapa meter dpl. Akan tetapi, produksi optimal (5ton/ha/tahun) dicapai pada

    ketinggiam hanya beberapa meter dpl. Produksi ikan menurun antara 200-300

    kg/ha/tahun untuk setiap kenaikan 100 m. Di daerah tropis seperti Indonesia,

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-12

    pertumbuhan optimal nila antara 0-500 m dpl. Pada ketinggian tersebut, suhu air

    antara 28-32 C (Gufran, 2008:122)

    B. Kualitas Air

    Sumber air yang dipilih untuk budidaya perairan, airnya harus jernih dan

    bebas dari bahan pencemaran. Beberapa sifat fisik-kimia yang harus diketahui

    untuk mendukung pertumbuhan biota budidaya, yaitu suhu, salinitas (kadar

    garam), kandungan oksigen terlarut, dan pH (derajat keasaman) air. Keempat

    indikator kualitas air tersebut paling umum diukur untuk mengetahui baik-

    tidaknya kualitas air di suatu perairan. Indikator lainnya adalah karbon dioksida,

    amonia, nitratm kesadahan, dan nitrogen sulfida, kadang diabaikan jika keempat

    indikator tersebut berada pada kondisi optimum. Selain itu, keempat indikator

    kualitas air pertama lebih mudah diukur. Suhu yang cocok untuk budidaya

    berbagai biota air adalah antara 23-32C. Di daerah tropik seperti Indonesia,

    suhu perairan tidak menjadi masalah karena perubahan suhu relatif sangat kecil,

    yakni berkisar antara 27-32C. Salinitas air dapat diubah-ubah sesuai dengan

    kebutuhan biota budidaya (Gufran, 2008:128-129)

    C. Pola Hujan

    Dalam budidaya perairan, pengetahuan tentang pola hujan sangat

    penting karena berhubungan dengan tinggi permukaan air, perubahan suhu

    secara drastis, dan penurunan salinitas. Data curah hujan diperlukan untuk

    menentukan pola hujandi suatu daerah. Berdasarkan data curah hujan yang ada

    dapat ditentukan bulan basah dan kering yang terjadi di daerah tersebut. Dengan

    data yang sama, dapat pula diperkirakan, apakah di daerah tersebut sering

    terjadi banjir atau tidak. Jika pernah terjadi banjir, berapa tahun periode banjir

    tersebut terjadi kembali. (Gufran, 2008:136)

    D. Topografi Tanah

    Perencanaan kolam air tawar tidak terlepas dari topografi daerah yang

    akan dipilih sebagai areal pembuatan kolam. Topografi tanah sangat

    berpengaruh terhadap pembuatan kolam karena topofrafi ini ditentukan oleh tipe,

    luas, dan kedalaman kolam yang akan dibangun. Kemiringan tanah yang cocok

    untuk kolam berkisar antara 3-5% yang artinya dalam setiap 100 m panjang

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-13

    lokasi, perbedaan tingginya sekitar 3-5 m. Kenyataannya akan sulit mendapat

    lokasi elevasi (perbedaan tinggi) yang demikian besar. Oleh karenanya, elevasi

    tanah yang hanya 1%-1 m setiap 100 m panjang lokasi masih dianggap baik

    untuk dibangun kolam (Gufran, 2008:139-140).

    E. Tekstur Tanah

    Dalam budidaya biota air di kolam tekstur tanah mempunyai peranan yang

    sangat penting dalam pemilihan lokasi sebab tekstur tanah ini berkaitan dengan

    kualitas tanah. Tekstrur tanah yang semakin kompak, semakin baik dijadikan

    kolam. Jika kolam dibangun ditempat yang kedap air , kolam tidak mudah bocor

    sehingga biota budidaya yang dipelihara tidak lolos keluar dan tidak dimangsa

    oleh predator. Kekedapan kolam erat kaitannya dengan keadaan fisik tanah

    (Gufran, 2008:143).

    F. pH Tanah

    pH (derajat keasaman)tanah yang rendah (asam) tidak produktif. Tanah

    yang baik adalah tanah yang netral dan basa. pH tanah yang rendah akan

    menghasilkan pH air yang rendah pula. Tanah dengan pH netral smapia basa

    akan menghasilkan pH air yang rendah pula. Tanah dengan pH netral sampai

    basa kaya akan nutrient yang dpat merangsang pertumbuhan pakan alami dan

    pakan alami dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai pH 6,6-8,5

    (Gufran, 2008:147).

    G. Kesuburan Tanah

    Kandungan tanah di dasar kolam sangat mempengaruhi pertumbuhan

    pakan alami karena sumber nitrogen. Makin tinggi kandungan bahan organik,

    makin tinggi pula jumlah nitrogen yang dikandung sehingga pertumbuhan pakan

    alami akan semakin baik (Gufran, 2008:150).

    2.5 Tinjauan Analisis Karakteristik Sektor Perikanan

    2.5.1 Potensi Ekonomi

    Potensi ekonomi menekankan pada pentingnya spesialisasi ekonomi

    wilayah dalam kaitannya dengan struktur dan pertumbuhannya. Ekonomi wilayah

    menekankan pada peranan ekonomi dalam menarik modal. Wilayah yang

    berspesialisasi memberikan tingkat pengembalian yang tinggi bagi modal yang

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-14

    mengalir ke dalamnya. Modal dari luar akan menaikkan kapasitas produktivitas

    daerah itu, dan juga memperbaiki suasana ekonomi untuk tumbuh di kemudian

    hari. Definisi dari model ekonomi wilayah adalah sumber pendapatan utama

    suatu wilayah atau daerah (motor) yang menggerakkan untuk menjadi dasar bagi

    semua aktivitas masyarakat setempat.

    Ekonomi wilayah terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan ekonomi basis

    dan kegiatan ekonomi non-basis. Kegiatan ekonomi basis bersifat eksogen

    (independen) dan mempunyai potensi ekspor sedangkan kegiatan ekonomi non-

    basis lebih bersifat endogen (dependen) serta produksinya hanya bersifat lokal

    (domestik). Kedua sektor tersebut mempunyai hubungan dengan permintaan dari

    luar, dimana sektor basis mempunyai hubungan langsung, sedangkan sektor

    non-basis tidak berhubungan langsung atau biasa disebut dengan kegiatan

    sektor pendukung.

    Metode LQ digunakan untuk mengukur basis ekonomi suatu daerah

    dimana kegiatan ekonomi wilayah yang lebih luas cakupannya dijadikan patokan

    untuk mengukur sanggup berdikarinya suatu daerah. Secara matematis, LQ

    dapat dirumuskan:

    N / S

    N / S LQ ii

    Dimana:

    LQ : Locational quotient

    Si : Jumlah tenaga kerja sub sektor-i di daerah yang diselidiki

    Ni : Jumlah tenaga kerja sub sektor-i di wilayah yang lebih luas dimana

    daerah yang diselidiki menjadi bagiannya

    S : Jumlah seluruh tenaga kerja di daerah yang diselidiki

    N : Jumlah seluruh tenaga kerja di wilayah yang lebih luas dimana

    daerah yang diselidiki menjadi bagiannya

    Jika:

    LQ > 1 : Merupakan sektor basis serta memiliki kecenderungan ekspor

    LQ = 1 : Bukan merupakan sektor basis serta memiliki kecenderungan

    impas

    LQ < 1 : Merupakan sektor non-basis serta memiliki kecenderungan

    impor

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-15

    2.6 Analisis Keterkaitan (Linkage System)

    Analisis keterkaitan atau sistem hubungan (linkage system) digunakan

    untuk mengetahui hubungan lokasi dari dua atau lebih aktivitas yang dapat

    berbentuk aktivitas secara timbal balik atau juga berbentuk penolakan aktivitas

    secara timbal balik. Ada 3 jenis keterkaitan spasial yang menjelaskan

    pertumbuhan ekonomi regional yaitu keterkaitan horizontal, keterkaitan vertikal

    dan keterkaitan komplementer (Kuncoro, 1996). Keterkaitan horizontal (horizontal

    linkage) meliputi persaingan antar pelaku ekonomi baik dalam berebut pasar

    maupun dalam berebut bahan baku. Keterkaitan vertikal (vertikal linkage)

    meliputi kaitan ke belakang (backward linkage) yaitu daya tarik terhadap sumber

    bahan baku dan kaitan ke depan (forward linkage) yaitu daya tarik terhadap

    pasar. Keterkaitan komplementer (complementary linkage) diasosiasikan dengan

    pembentukan kluster akibat memproduksi produk yang saling melengkapi

    ataupun memproduksi barang dan atau jasa dengan bahan baku yang berkaitan

    atau sejenis.

    Keterkaitan ke belakang (backward linkage) berarti penarikan aktivitas

    secara timbal balik mempunyai arti yang penting, khususnya dalam melengkapi

    suatu aktivitas. Atau dengan kata lain, satu aktivitas yang berorientasikan ke

    pasar (market oriented activity) timbul oleh adanya suatu aktivitas penjualan.

    Aktivitas yang demikian dinamakan dengan rangkaian aktivitas yang mengarah

    ke belakang, oleh karena aktivitas tersebut langsung melibatkan satu akibat

    kepada satu aktivitas lainnya jauh ke belakang yaitu dalam suatu urutan operasi

    yang mengubah input utama seperti sumber daya alam dan buruh menjadi

    barang konsumsi akhir. Keterkaitan ke depan (forward linkage) berarti suatu

    dorongan pengubah yang kuat dipindahkan kepada aktivitas lainnya jauh ke

    depan dalam suatu urutan operasi. Sekelompok rangkaian aktivitas yang

    mengarah ke depan meliputi aktivitas-aktivitas yang menggunakan produk

    sampingan dari aktivitas lainnya pada daerah yang sama (Kuncoro, 1996).

    2.7 Analisis SWOT

    2.7.1 Elemen SWOT

    Metode ini merupakan salah satu metode analisis development yang

    bersifat kuantitatif dalam artian bahwa keempat faktor SWOT masing-masing

    dianalisis berdasarkan komponen dari tiap faktor untuk selanjutnya diberikan

    penilaian untuk mengetahui posisi objek penelitian pada kuadran SWOT. Adapun

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-16

    sistem penilaian yang dilakukan adalah memberikan penilaian dalam bentuk

    tabel kepada dua kelompok besar yaitu faktor internal (IFAS/ Internal Factor

    Analysis Summary) yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan

    (weakness) serta faktor eksternal (EFAS/ External Factor Analysis Summary)

    yang terdiri dari peluang (oppertunity) dan ancaman (threat).

    Analisis SWOT adalah analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi kondisi obyek yaitu untuk melihat Strength (kekuatan), Weakness

    (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman) serta

    menginventarisasi faktor-faktor tersebut dalam strategi perencanaan yang

    dipakai sebagai dasar untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang

    diperlukan dalam pengembangan selanjutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    pengembangan tersebut adalah (Yoeti 1996: 131-135):

    1. Kekuatan (strength); kekuatan apa yang dapat dikembangkan agar lebih

    tangguh sehingga dapat bertahan di pasaran, yang berasal dari dalam

    wilayah itu sendiri.

    2. Kelemahan (weakness); segala faktor yang merupakan masalah atau

    kendala yang datang dari dalam wilayah atau obyek itu sendiri.

    3. Peluang (opportunity); kesempatan yang berasal dari luar wilayah studi.

    Kesempatan tersebut diberikan sebagai akibat dari pemerintah, peraturan,

    atau kondisi ekonomi secara global.

    4. Ancaman (threat); hal yang dapat mendatangkan kerugian yang berasal dari

    luar wilayah atau obyek.

    2.7.2 Kuadran SWOT

    Keempat faktor yaitu kekuatan (strength), kelemahan (weakness),

    peluang (opportunity), ancaman (threat) masing-masing dianalisis berdasarkan

    komponen dari tiap faktor untuk selanjutnya diberikan penilaian untuk

    mengetahui posisi obyek penelitian pada kuadran SWOT.

    Adapun sistem penilaian yang dilakukan adalah memberikan penilaian

    dalam bentuk matrik kepada dua kelompok besar yaitu faktor internal (IFAS/

    Internal Factor Analysis Summary) yang terdiri dari kekuatan (strength) dan

    kelemahan (weakness) serta faktor eksternal (EFAS/ External Factor Analysis

    Summary) yang terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat).

  • PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO

    L A P O R A N P E N D A H U L U A N

    2.1 Pengertian Kawasan Kawasan Berdasarkan Undang-undang Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2009). no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang kawasan merupakan wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya, yang dijabarkan sebagai berikut:1. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencangkup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan ( Undang- undang no 26 tahun 2007 pasal 1).2. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan ( Undang- undang no 26 tahun 2007 pasal 1).2.2 Tinjauan Minapolitan D.Ciri Kawasan Minapolitan2.3 Karakteristik Pengembangan Kawasan Budidaya Air Tawar2.4.1Prinsip Memilih Lokasi Budidaya Perairan

    2.5 Tinjauan Analisis Karakteristik Sektor Perikanan 2.5.1 Potensi Ekonomi 2.6 Analisis Keterkaitan (Linkage System)2.7 Analisis SWOT2.7.1 Elemen SWOT2.7.2 Kuadran SWOT