Upload
anjasisme
View
40
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
merupakan kajian pustaka yang berkaitan dengan Masterplan Minapolitan Kabupaten Sidoarjo
Citation preview
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-1
2.1 Pengertian Kawasan
Kawasan
Berdasarkan Undang-undang Kawasan adalah wilayah yang
memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 41 Tahun 2009).
no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang kawasan merupakan
wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya, yang
dijabarkan sebagai berikut:
1. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencangkup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan
( Undang- undang no 26 tahun 2007 pasal 1).
2. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan ( Undang- undang no 26 tahun 2007
pasal 1).
2.2 Tinjauan Minapolitan
2.2.1 Kawasan Minapolitan
Menurut pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan
Budidaya (Minapolitan) tahun 2010 kawasan minapolitan merupakan kawasan
yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai
sistem produksi pertanian (perikanan) dan pengelolaan sumber daya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki
keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis.
BAB II TINJAUAN TEORI
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-2
A. Konsep Kawasan
Konsep kawasan menurut pedoman Perencanaan Pengembangan
Kawasan Perikanan Budidaya (Minapolitan) tahun 2010 adalah wilayah yang
berbasis pada keanekaragarnan fisik dan ekonomi tetapi memiliki hubungan erat
dan saling mendukung satu sarna lain secara fungsional dalarn mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kawasan
sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh
dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu
melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di
wilayah sekitarnya. Kawasan sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan
desa-desa sentra produksi perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan
yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih
ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada.
Pengelolaan ruang diartikan sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian,
pengawasan, evaluasi, penertiban dan peninjauan kembali atas pemanfaatan
ruang kawasan sentra perikanan. Program pengembangan kawasan sentra
perikanan adalah pembangunan ekonomi berbasis perikanan yang dilaksanakan
dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada, utuh dan menyeluruh,
berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang
digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Kawasan perikanan
yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan
pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa -kota
(urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang bersifat timbal balik yang
dinamis.
B. Kriteria umum yang menjadi acuan dalam perencanaan
pengembangan perikanan budidaya (minapolitan) adalah:
1. Penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan harus memanfaatkan
potensi yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan
wajib memperhatikan aspek kelestarian lingkungan serta
mencegah kerusakannya.
2. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya
dengan indikasi geografis dilarang untuk dialih fungsikan
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-3
3. Kegiatan perikanan skala besar, baik yang menggunakan lahan
luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memilik
kajian amdal sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
4. Kegiatan perikanan skala besar, harus diupayakan menyerap
sebesar mungkin tenaga kerja setempat.
5. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan
kesesuaian RTRW.
(Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan
Budidaya (Minapolitan) Tahun 2010)
C. Kriteria Khusus Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya
1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan
pertumbuhan daerah
2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong
kegiatan ekonomi sektor lain dalam kawasan itu sendiri maupun di
sekitarnya
3. Memiliki keterkaitan ke depan (daerah pemasaran produk-produk
yang dihasilkan) maupun ke belakang (supali kebutuhan sarana
produksi) dengan daerah pendukung
4. Memiliki kemampuan untuk memelihara sumber daya alam
sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu
menciptakan kesejahteraan ekonomi secara adil dan merata bagi
seluruh masyarakat.
5. Memiliki luasan areal budidaya eksisting minimal 200 Ha.
(Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan
Budidaya (Minapolitan) Tahun 2010)
Pengembangan kawasan dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip
yang sesuai dengan arab kebijakan ekonomi nasional, yaitu:
1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasar yang berkeadilan;
2. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai
dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan
kompetitif berdasarkan kompetensi produk unggulan di setiap daerah;
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-4
3. Memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi, agar mampu
bekerjasama secara efektif, efisien dan berdaya saing;
4. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada
keragainan sumber daya perikanan budidaya dan budaya lokal;
Gambar 2. 1 Keterkaitan Kegiatan Ekonomi Dalam Upaya Pengembangan Kawasan
Sumber: Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya (Minapolitan) tahun 2010 ISBN 978-602-96713-0-8
5. Mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan
memberdayakan para pelaku sesuai dengan semangat otonomi
daerah;
6. Mempercepat pembangunan pedesaan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat daerah (khususnya pembudidaya ikan) dengan kepastian
dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak;
7. Memaksimalkan peran pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau
seluruh kegiatan pembangunan di daerah.
(Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan
Budidaya (Minapolitan) Tahun 2010)
Lebih Ianjut, selain tujuan-tujuan tersebut diatas, dipandang dari segi
kepentingan daerah, pengembangan kawasan dapat diarahkan untuk mencapai
hal-hal berikut:
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-5
1. Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas
ekonomi serta sosial masyarakat pedesaan;
2. Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat sekitar kawasan yang
memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keamanan;
3. Meningkatkan mutu, produktivitas dan keamanan kawasan;
4. Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan
pendapatan negara serta pendapatan masyarakat;
5. Mendorong dan mempercepat pengembangan wilayah demi mencapai
kemajuan serta kemandirian daerah.
(Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya
(Minapolitan) Tahun 2010)
Suatu kawasan sentra perikanan budidaya yang sudah berkembang
harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut di dominasi
oleh kegiatan perikanan budidaya dalam suatu sistem yang utuh dan
terintegrasi mulai dari:
a. Subsistem minabisnis hulu (up stream minabusiness) yang
mencakup: penelitian dan pengembangan, sarana perikanan,
pemodalan, dan lain-lain;
b. Subsistem usaha perikanan budidaya (on farm minabusiness) yang
mencakup usaha: pembenihan ikan, pembesaran ikan dan
penyediaan sarana perikanan budidaya;
c. Subsistem minabinis hilir (down stream minabusiness) yang
meliputi: industri-industri pengolahan dan pemasarannya, termasuk
perdagangan untuk kegiatan ekspor,
d. Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa
bagi minabisnis) seperti: perkreditan, asuransi, transportasi,
pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah.
2. Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages) yang
bersifat timbal balik dan saling membutuhkan, dimana kawasan perikanan
budidaya di pedesaan mengembangkan usaha budidaya (on farm) dan
produk olahan skala rumah tangga (off farm), sebaliknya kota
menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan
minabisnis seperti penyediaan sarana perikanan antara lain: modal,
teknologi, informasi, peralatan perikanan dan lain sebagainya;
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-6
3. Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didominasi
oleh kegiatan perikanan budidaya, termasuk didalamnya usaha industri
(pengolahan) produk perikanan, perdagangan hasil-hasil perikanan
(termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan minabisnis
hulu (sarana perikanan dan permodalan), minawisata dan jasa
pelayanan;
4. Infrastruktur yang ada dikawasan diusahakan tidak jauh berbeda dengan
di kota.
Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi menjadi suatu kawasan
perikanan budidaya harus dapat memenuhi persyarakat sebagai berikut:
1. Memiliki sumber daya lahan dan perairan yang sesuai untuk
mengembangkan komoditi perikanan budidaya yang dapat dipasarkan
atau telah mempunyai pasar selanjutnya disebut komditas unggulan
2. Memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan
sistem dan usaha perikanan, seperti misalnya: jalan, sarana irigasi/
pengairan sistem dan usaha perikanan, seperti jaringan telekomunikasi,
fasilitas perbankan,saran produksi, pengolahan hasil perikanan, dan
fasililtas umum serta fasilitas sosial lainnya.
3. Memiliki sumber daya manusia yang mau dan berpotensi untuk
mengembangkan kawasan perikanan budidaya secara mandiri.
(Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya
(Minapolitan) Tahun 2010)
Pembangunan kawasan adalah usaha untuk mengembangkan dan
meningkatkan hubungan saling ketergantungan dan interaksi antara sistem
ekonomi, masyarakat, dan lingkungan hidup beserta sumberdaya alamnya,
dimana setiap sistem ini memiliki tujuan masing-masing. Secara umum, tujuan
dari pengembangan kawasan minapolitan sebagai berikut:
1. Membangun masyarakat pedesaan, beserta sarana dan prasarana
pendukungnya
2. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
3. Mengurangi tingkat kemiskinan melalui peningkatan pendapatan
masyarakat
4. Mendorong pemerataan pertumbuhan dengan mengurangi kesenjangan
antar daerah
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-7
5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan konservasi sumber
daya alam untuk kesinambungan pembangunan daerah
6. Mendorong pemanfaatan ruang desa yang efisien dan berkelanjutan
(Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya
(Minapolitan) Tahun 2010)
D. Ciri Kawasan Minapolitan
Suatu kawasan minapolitan yang sudah berkembang memiliki ciri sebagai
berikut:
1. sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh
pendapatan dari kegiatan perikanan (minabisnis);
2. sebagian besar kegiatan di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan
perikanan, termasuk di dalamnya usaha industri pengolahan hasil
perikanan, perdagangan hasil perikanan (termasuk perdagangan untuk
tujuan ekspor), perdagangan minabisnis hulu (sarana perikanan dan
permodalan, minawisata dan jasa pelayanan);
3. hubungan antara kota dan daerah-daerah hinterland/ daerah-daerah
sekitarnya di kawasan minapolitan bersifat interdependensi/timbal balik
yang harmonis, dan saling membutuhkan, dimana kawasan perikanan
mengembangkan usaha budidaya (on farm) dan produk olahan skala
rumah tangga (off farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk
berkembangnya usaha budidaya dan minabisnis seperti penyediaan
sarana perikanan, modal, teknologi, informasi pengolahan hasil dan
penampungan (pemasaran) hasil produksi perikanan;
4. kehidupan masyarakat di kawasan minapolitan mirip dengan suasana
kota karena keadaan sarana yang ada di kawasan minapolitan tidak jauh
berbeda dengandi kota.
(Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahun 2009)
E. Persyaratan Kawasan Minapolitan
Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan minapolitan
dengan persyaratan sebagai berikut:
1. memiliki sumberdaya lahan perairan yang sesuai untuk pengembangan
komoditas perikanan yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar
(komoditas unggulan), serta berpotensi atau telah berkembang
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-8
diversifikasi usaha dari komoditas unggulannya. pengembangan kawasan
tersebut tidak saja menyangkut kegiatan budidaya perikanan (on farm)
tetapi juga kegiatan off farmnya; yaitu mulai pengadaan sarana dan
prasarana perikanan (benih, pakan, obat-obatan dsb) kegiatan
pengolahan hasil perikanan sampai dengan pemasaran hasil perikanan
serta kegiatan penunjang (pasar hasil, industri pengolahan, minawisata
dsb);
2. memiliki berbagai sarana dan prasarana minabisnis yang memadai untuk
mendukung pengembangan sistem dan usaha minabisnis yaltu:
pasar, baik pasar untuk hasil-hasil perikanan, pasar sarana
perikanan (pakan, obat-obatan dsb), maupun pasar jasa
pelayanan termasuk pasar lelang, cold storage dan prosessing
hasil perikanan sebelum dipasarkan;
lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan) sebagai
sumber modal untuk kegiatan minabisnis;
memiliki kelembagaan pembudida ikan (kelompok, UPP) yang
dinamis dan terbuka pada inovasi baru, yang diharapkan dapat
berfungsi sebagai sentra pembelajaran dan pengembangan
minabisnis (SPPM). kelembagaan pembudidaya disamping
sebagai pusat pembelajaran (pelatihan), juga diharapkan
kelembagaan pembudidaya ikan dengan pembudidaya ikan
disekitarnya merupakan inti-plasma dalam usaha minabisnis;
balai benih ikan(BBI), unit perbenihan rakyat (UPR) dsb yang
berfungsi sebagai penyumpai induk dan penyedia benih untuk
kelangsungan kegiatan budidaya ikan.
penyuluhan dan bimbingan teknologi minabisnis, untuk
mengembangkan teknologi tepat guna yang cocok untuk daerah
kawasan minapolitan.
jaringan jalan yang memadai dan aksesibilitas dengan daerah
lainnya serta sarana irigasi, yang kesemuanya untuk mendukung
usaha perikanan yang efisien.
memiliki sarana dan prasarana umum yang mpmrlnai seperti
transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih dll;
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-9
memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat
yang memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi,
perpustakaan, swalayan dll;
kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam,
kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota
dan desa terjamin
(Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahun
2009)
F. Batasan Kawasan Minapolitan
Menurut Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahun
2009 batasan suatu kawasan minapolitan tidak ditentukan oleh batasan
administratif pemerintah (desa kelurahan, kecamatan, kabupaten, dsb) tetapi
lebih ditentukan dengan memperhatikan economic of scale dan economic of
scope. karena itu, penetapan kawasan minapolitan hendaknya dirancang secara
lokal dengan memperhatikan realitas perkembangan minabisnis yang ada di
setiap daerah. dengan demikian bentuk dan luasan kawasan minapolitan dapat
meliputi satu wilayah desa/kelurahan atau kecamatan atau beberapa kecamatan
dalam kabupaten/kota atau dapat juga meliputi wilayah yang dapat menembus
wilayah kabupaten/kota lain berbatasan. kotanya dapat berupa kota desa atau
kota nagari atau kota kecamatan atau kota kecil atau kota menengah.
G. Strategi Pengembangan Kawasan Minapolitan
Strategi pengembangan kawasan minapolitan adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan sistem dan usaha minabisnis berorientasi pada
kekuatan pasar (marketdriven), yang dapat menembus batas
kawasan minapolitan, bahkan kabupaten/kota, provinsi dan negara
untuk mencapai pasar global melalui persaingan yang ketat.
pengembangan dilakukandengan pemberdayaan masyarakat agar
mampu mengembangkan usaha komoditas unggulan berdasarkan
kesesuaian lahan/perairan dan kondisi sosial ekonomi budaya
daerah. pemberdayaan masyarakat tidak hanya diarahkan pada
upaya peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perikanan
tetapi juga pada pengembangan usaha dengan sistem minabisnis
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-10
lainnya yang mendukung usaha minabisnis yaitu minabisnis hulu, hilir
(pemasaran, pengolahan hasil, dsb) serta industri jasa dan
pelayanan;
b. Pengembangan sarana prasarana umum yang berwawasan
lingkungan yang diperlukan seperti jaringan jalan, irigasi transportasi,
telekomunikasi, pasar, gudang, dan kegiatan-kegiatan untuk
memperlancar pengangkutan hasil perikanan ke pasar dengan
effisien dengan resiko minimal;
c. Reformasi regulasi yang berhubungan dengan penciptaan iklim
kondusif bagi pengembangan usaha, pengembangan ekonomi daerah
dan wilayah seperti dalam hal perizinan, bea masuk, peraturan dari
pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang harus saling
mendukung dan konsisten, sehingga menghilangkan regulasi yang
saling menghambat
(Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahun 2009)
H. Arah Pengembangan
Pengembangan kawasan minapolitan mempunyai arah pengembangan
sebagai berikut:
a. pemberdayaan masyarakat pelaku minabisnis di dalamnya termasuk
peningkatan kualitas pengusaha (pembudidaya & aparatur), sehingga
mampu memanfaatkan potensi/peluang ekonomi yang ada di pedesaan.
b. meningkatkan minabisnis komoditas unggulan, yang saling mendukung
dan menguatkan termasuk usaha industri kecil, pengolah hasil, jasa
pemasaran dan minawisata dengan mengoptimalkan manfaat
sumberdaya alam, secara effisien dan ekonomis, sehingga tidak ada
limbah yang terbuang, atau yang tidak termanfaatkan untuk
kesejahteraan masyarakat (usaha pertanian terpadu tanpa limbah);
c. menjamin tersedianya sarana produksi dan permodalan dengan enam
prinsip tepat (jumlah, kualitas, jenis, waktu, harga dan lokasi).
d. pengembangan kelembagaan pembudidaya ikan sebagai sentra -
pembelajaran dan pengembangan minabisnis;
e. pengembangan kelembagaan keuangan termasuk lembaga keuangan -
mikro.
f. pengembangan kelembagaan penyuluhan perikanan;
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-11
g. pengembangan pusat-pusat pertumbuhan minabisnis dan industri
perikanan secara lokal
h. peningkatan perdagangan/pemasaran termasuk pengembangan
terminal/sub terminal minabisnis dan pusat lelang hasil perikanan;
i. meingkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
umum yang bersifat strategis;
j. pengembangan pendidikan perikanan untuk generasi muda;
k. pengembangan percobaan/pengkajian teknologi tepat guna yang sesuai
kondisi lokal.
(Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Minapolitan Tahun 2009)
2.3 Karakteristik Pengembangan Kawasan Budidaya Air Tawar
Usaha budidaya perikanan air tawar memanfaatkan lahan budidaya
dengan ketersediaan air yang cukup dalam menunjang keberlangsungan
budidaya perikanan. Perikanan air tawar dapat memanfaatkan kolam, sawah,
danau, rawa dan sungai. Keberhasilan usaha perikanan air tawar sangat
ditentukan oleh faktor lingkungan yang meliputi kondisi tanah dan ketersediaan
air (M Ghufran 2008:163).
2.4.1 Prinsip Memilih Lokasi Budidaya Perairan
A. Ketinggian
Dalam budidaya perairan umum atau air tawar ketinggian lokasi perlu
mendapat perhatian. Ketinggian suatu tempat diukur dari permukaan air laut.
Ketinggian menjadi penting karena terkait dengan perubahan beberapa
parameter air, terutama suhu air. Beberapa jenis ikan tidak dapat berkembang
biak dan berhenti tumbuh pada ketinggian lebih dari 800 m diatas permukaan
laut (dpl) dan hanya sedikit ikan yang masih dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian hingga 1.000 m dpl.
Ikan nila masih dapat hidup pada ketinggian hingga 1.000 m dpl. Oleh
karena itu, nila dapat di budidayakan di daratan rendah sampai pada ketinggian
1.000 m dpl. Di Afrika, nila masih dapat dibudidayakan pada ketinggian hanya
beberapa meter dpl. Akan tetapi, produksi optimal (5ton/ha/tahun) dicapai pada
ketinggiam hanya beberapa meter dpl. Produksi ikan menurun antara 200-300
kg/ha/tahun untuk setiap kenaikan 100 m. Di daerah tropis seperti Indonesia,
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-12
pertumbuhan optimal nila antara 0-500 m dpl. Pada ketinggian tersebut, suhu air
antara 28-32 C (Gufran, 2008:122)
B. Kualitas Air
Sumber air yang dipilih untuk budidaya perairan, airnya harus jernih dan
bebas dari bahan pencemaran. Beberapa sifat fisik-kimia yang harus diketahui
untuk mendukung pertumbuhan biota budidaya, yaitu suhu, salinitas (kadar
garam), kandungan oksigen terlarut, dan pH (derajat keasaman) air. Keempat
indikator kualitas air tersebut paling umum diukur untuk mengetahui baik-
tidaknya kualitas air di suatu perairan. Indikator lainnya adalah karbon dioksida,
amonia, nitratm kesadahan, dan nitrogen sulfida, kadang diabaikan jika keempat
indikator tersebut berada pada kondisi optimum. Selain itu, keempat indikator
kualitas air pertama lebih mudah diukur. Suhu yang cocok untuk budidaya
berbagai biota air adalah antara 23-32C. Di daerah tropik seperti Indonesia,
suhu perairan tidak menjadi masalah karena perubahan suhu relatif sangat kecil,
yakni berkisar antara 27-32C. Salinitas air dapat diubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan biota budidaya (Gufran, 2008:128-129)
C. Pola Hujan
Dalam budidaya perairan, pengetahuan tentang pola hujan sangat
penting karena berhubungan dengan tinggi permukaan air, perubahan suhu
secara drastis, dan penurunan salinitas. Data curah hujan diperlukan untuk
menentukan pola hujandi suatu daerah. Berdasarkan data curah hujan yang ada
dapat ditentukan bulan basah dan kering yang terjadi di daerah tersebut. Dengan
data yang sama, dapat pula diperkirakan, apakah di daerah tersebut sering
terjadi banjir atau tidak. Jika pernah terjadi banjir, berapa tahun periode banjir
tersebut terjadi kembali. (Gufran, 2008:136)
D. Topografi Tanah
Perencanaan kolam air tawar tidak terlepas dari topografi daerah yang
akan dipilih sebagai areal pembuatan kolam. Topografi tanah sangat
berpengaruh terhadap pembuatan kolam karena topofrafi ini ditentukan oleh tipe,
luas, dan kedalaman kolam yang akan dibangun. Kemiringan tanah yang cocok
untuk kolam berkisar antara 3-5% yang artinya dalam setiap 100 m panjang
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-13
lokasi, perbedaan tingginya sekitar 3-5 m. Kenyataannya akan sulit mendapat
lokasi elevasi (perbedaan tinggi) yang demikian besar. Oleh karenanya, elevasi
tanah yang hanya 1%-1 m setiap 100 m panjang lokasi masih dianggap baik
untuk dibangun kolam (Gufran, 2008:139-140).
E. Tekstur Tanah
Dalam budidaya biota air di kolam tekstur tanah mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pemilihan lokasi sebab tekstur tanah ini berkaitan dengan
kualitas tanah. Tekstrur tanah yang semakin kompak, semakin baik dijadikan
kolam. Jika kolam dibangun ditempat yang kedap air , kolam tidak mudah bocor
sehingga biota budidaya yang dipelihara tidak lolos keluar dan tidak dimangsa
oleh predator. Kekedapan kolam erat kaitannya dengan keadaan fisik tanah
(Gufran, 2008:143).
F. pH Tanah
pH (derajat keasaman)tanah yang rendah (asam) tidak produktif. Tanah
yang baik adalah tanah yang netral dan basa. pH tanah yang rendah akan
menghasilkan pH air yang rendah pula. Tanah dengan pH netral smapia basa
akan menghasilkan pH air yang rendah pula. Tanah dengan pH netral sampai
basa kaya akan nutrient yang dpat merangsang pertumbuhan pakan alami dan
pakan alami dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai pH 6,6-8,5
(Gufran, 2008:147).
G. Kesuburan Tanah
Kandungan tanah di dasar kolam sangat mempengaruhi pertumbuhan
pakan alami karena sumber nitrogen. Makin tinggi kandungan bahan organik,
makin tinggi pula jumlah nitrogen yang dikandung sehingga pertumbuhan pakan
alami akan semakin baik (Gufran, 2008:150).
2.5 Tinjauan Analisis Karakteristik Sektor Perikanan
2.5.1 Potensi Ekonomi
Potensi ekonomi menekankan pada pentingnya spesialisasi ekonomi
wilayah dalam kaitannya dengan struktur dan pertumbuhannya. Ekonomi wilayah
menekankan pada peranan ekonomi dalam menarik modal. Wilayah yang
berspesialisasi memberikan tingkat pengembalian yang tinggi bagi modal yang
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-14
mengalir ke dalamnya. Modal dari luar akan menaikkan kapasitas produktivitas
daerah itu, dan juga memperbaiki suasana ekonomi untuk tumbuh di kemudian
hari. Definisi dari model ekonomi wilayah adalah sumber pendapatan utama
suatu wilayah atau daerah (motor) yang menggerakkan untuk menjadi dasar bagi
semua aktivitas masyarakat setempat.
Ekonomi wilayah terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan ekonomi basis
dan kegiatan ekonomi non-basis. Kegiatan ekonomi basis bersifat eksogen
(independen) dan mempunyai potensi ekspor sedangkan kegiatan ekonomi non-
basis lebih bersifat endogen (dependen) serta produksinya hanya bersifat lokal
(domestik). Kedua sektor tersebut mempunyai hubungan dengan permintaan dari
luar, dimana sektor basis mempunyai hubungan langsung, sedangkan sektor
non-basis tidak berhubungan langsung atau biasa disebut dengan kegiatan
sektor pendukung.
Metode LQ digunakan untuk mengukur basis ekonomi suatu daerah
dimana kegiatan ekonomi wilayah yang lebih luas cakupannya dijadikan patokan
untuk mengukur sanggup berdikarinya suatu daerah. Secara matematis, LQ
dapat dirumuskan:
N / S
N / S LQ ii
Dimana:
LQ : Locational quotient
Si : Jumlah tenaga kerja sub sektor-i di daerah yang diselidiki
Ni : Jumlah tenaga kerja sub sektor-i di wilayah yang lebih luas dimana
daerah yang diselidiki menjadi bagiannya
S : Jumlah seluruh tenaga kerja di daerah yang diselidiki
N : Jumlah seluruh tenaga kerja di wilayah yang lebih luas dimana
daerah yang diselidiki menjadi bagiannya
Jika:
LQ > 1 : Merupakan sektor basis serta memiliki kecenderungan ekspor
LQ = 1 : Bukan merupakan sektor basis serta memiliki kecenderungan
impas
LQ < 1 : Merupakan sektor non-basis serta memiliki kecenderungan
impor
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-15
2.6 Analisis Keterkaitan (Linkage System)
Analisis keterkaitan atau sistem hubungan (linkage system) digunakan
untuk mengetahui hubungan lokasi dari dua atau lebih aktivitas yang dapat
berbentuk aktivitas secara timbal balik atau juga berbentuk penolakan aktivitas
secara timbal balik. Ada 3 jenis keterkaitan spasial yang menjelaskan
pertumbuhan ekonomi regional yaitu keterkaitan horizontal, keterkaitan vertikal
dan keterkaitan komplementer (Kuncoro, 1996). Keterkaitan horizontal (horizontal
linkage) meliputi persaingan antar pelaku ekonomi baik dalam berebut pasar
maupun dalam berebut bahan baku. Keterkaitan vertikal (vertikal linkage)
meliputi kaitan ke belakang (backward linkage) yaitu daya tarik terhadap sumber
bahan baku dan kaitan ke depan (forward linkage) yaitu daya tarik terhadap
pasar. Keterkaitan komplementer (complementary linkage) diasosiasikan dengan
pembentukan kluster akibat memproduksi produk yang saling melengkapi
ataupun memproduksi barang dan atau jasa dengan bahan baku yang berkaitan
atau sejenis.
Keterkaitan ke belakang (backward linkage) berarti penarikan aktivitas
secara timbal balik mempunyai arti yang penting, khususnya dalam melengkapi
suatu aktivitas. Atau dengan kata lain, satu aktivitas yang berorientasikan ke
pasar (market oriented activity) timbul oleh adanya suatu aktivitas penjualan.
Aktivitas yang demikian dinamakan dengan rangkaian aktivitas yang mengarah
ke belakang, oleh karena aktivitas tersebut langsung melibatkan satu akibat
kepada satu aktivitas lainnya jauh ke belakang yaitu dalam suatu urutan operasi
yang mengubah input utama seperti sumber daya alam dan buruh menjadi
barang konsumsi akhir. Keterkaitan ke depan (forward linkage) berarti suatu
dorongan pengubah yang kuat dipindahkan kepada aktivitas lainnya jauh ke
depan dalam suatu urutan operasi. Sekelompok rangkaian aktivitas yang
mengarah ke depan meliputi aktivitas-aktivitas yang menggunakan produk
sampingan dari aktivitas lainnya pada daerah yang sama (Kuncoro, 1996).
2.7 Analisis SWOT
2.7.1 Elemen SWOT
Metode ini merupakan salah satu metode analisis development yang
bersifat kuantitatif dalam artian bahwa keempat faktor SWOT masing-masing
dianalisis berdasarkan komponen dari tiap faktor untuk selanjutnya diberikan
penilaian untuk mengetahui posisi objek penelitian pada kuadran SWOT. Adapun
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N II-16
sistem penilaian yang dilakukan adalah memberikan penilaian dalam bentuk
tabel kepada dua kelompok besar yaitu faktor internal (IFAS/ Internal Factor
Analysis Summary) yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) serta faktor eksternal (EFAS/ External Factor Analysis Summary)
yang terdiri dari peluang (oppertunity) dan ancaman (threat).
Analisis SWOT adalah analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi obyek yaitu untuk melihat Strength (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman) serta
menginventarisasi faktor-faktor tersebut dalam strategi perencanaan yang
dipakai sebagai dasar untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang
diperlukan dalam pengembangan selanjutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan tersebut adalah (Yoeti 1996: 131-135):
1. Kekuatan (strength); kekuatan apa yang dapat dikembangkan agar lebih
tangguh sehingga dapat bertahan di pasaran, yang berasal dari dalam
wilayah itu sendiri.
2. Kelemahan (weakness); segala faktor yang merupakan masalah atau
kendala yang datang dari dalam wilayah atau obyek itu sendiri.
3. Peluang (opportunity); kesempatan yang berasal dari luar wilayah studi.
Kesempatan tersebut diberikan sebagai akibat dari pemerintah, peraturan,
atau kondisi ekonomi secara global.
4. Ancaman (threat); hal yang dapat mendatangkan kerugian yang berasal dari
luar wilayah atau obyek.
2.7.2 Kuadran SWOT
Keempat faktor yaitu kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity), ancaman (threat) masing-masing dianalisis berdasarkan
komponen dari tiap faktor untuk selanjutnya diberikan penilaian untuk
mengetahui posisi obyek penelitian pada kuadran SWOT.
Adapun sistem penilaian yang dilakukan adalah memberikan penilaian
dalam bentuk matrik kepada dua kelompok besar yaitu faktor internal (IFAS/
Internal Factor Analysis Summary) yang terdiri dari kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness) serta faktor eksternal (EFAS/ External Factor Analysis
Summary) yang terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat).
PENYUSUNAN MINAPOLITAN KABUPATEN SIDOARJO
L A P O R A N P E N D A H U L U A N
2.1 Pengertian Kawasan Kawasan Berdasarkan Undang-undang Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2009). no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang kawasan merupakan wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya, yang dijabarkan sebagai berikut:1. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencangkup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan ( Undang- undang no 26 tahun 2007 pasal 1).2. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan ( Undang- undang no 26 tahun 2007 pasal 1).2.2 Tinjauan Minapolitan D.Ciri Kawasan Minapolitan2.3 Karakteristik Pengembangan Kawasan Budidaya Air Tawar2.4.1Prinsip Memilih Lokasi Budidaya Perairan
2.5 Tinjauan Analisis Karakteristik Sektor Perikanan 2.5.1 Potensi Ekonomi 2.6 Analisis Keterkaitan (Linkage System)2.7 Analisis SWOT2.7.1 Elemen SWOT2.7.2 Kuadran SWOT