Upload
sherinadevi
View
80
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
manajemen keuangan lanjutan
Citation preview
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN
I. PENGELOLAAN DAN STRATEGI NILAI PERUSAHAAN
II. PERHITUNGAN PENCIPTAAN NILAI
Oleh:
Ni Luh Nyoman Sherina Devi (1506315016)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
BAB I
PENGELOLAAN DAN STRATEGI NILAI PERUSAHAAN
1
BAB II
PERHITUNGAN PENCIPTAAN NILAI
1.1. Pengukuran Nilai dengan Menggunakan Arus Kas
Nilai dari suatu investasi adalah penjumlahan seluruh arus kas yang telah didiskonto
atau arus kas nilai sekarang (net present value – NPV). Prinsip ini diterapkan untuk menilai
atau menaksir kelayakan suatu proyek baru:
1) Jika proyek baru tersebut menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih besar
daripada yang dipersyaratkan oleh penyedia modal (kreditor dan pemegang saham)
maka proyek tersebut apabila dilaksanakan akan meningkatkan nilai perusahaan yang
akhirnya akan meningkatkan kekayaan pemegang saham.
2) Proyek yang memiliki nilai net present value (selisih antara arus kas di masa depan
yang didiskontokan dikurang dengan nilai investasi awal) yang positif akan
meningkatkan nilai perusahaan.
1.1.1. Nilai Perusahaan
Jika suatu perusahaan yang kita nilai memiliki aset lain dan tidak digunakan dalam
arus kas bebas tapi aset tersebut memiliki nilai pasar maka dapat ditambahkan sebagai arus
kas operasional untuk menentukan total nilai usaha. Sebagai contoh, banyak perusahaan atau
badan usaha memiliki portofolio saham dan obligasi sebagai investasi yang tidak memiliki
hubungan dengan kegiatan operasinya. Nilai pasar untuk hal ini diperoleh dari biaya
operasional arus kas bebas. Seperti, jika perusahaan pabrik yang kosong atau tidak digunakan
maka dapat dijual dan nilanya dapat ditambahkan di total.
Nilai Perusahaan = Nilai sekarang dari free cash flow dari kegiatan operasi + Nilai aset non operating
1.1.2. Shareholder Value from Operation and Total Shareholder Value
Jika nilai utang dikurangi dari total present value dari operasional, kita dapat
memperoleh nilai yang dimiliki oleh pemegang saham.
Shareholder Value from Operation = Nilai sekarang dari free cash flow dari kegiatan operasi – Total Utang
2
1.2. Analisis Nilai Pemegang Saham
Alfred Rappaport (1998) telah mengembangkan Rappaport shareholder value analysis
yang mengasumsikan bahwa perubahan yang relatif tenang dalam beberapa elemen arus kas
dari satu tahun ke tahun berikutnya karena elemen-elemen tersebut berkaitan dengan tingkat
penjualan. Tujuh faktor yang mempengaruhi nilai menurut Rappaport adalah:
a. Tingkat pertumbuhan penjualan (konstan)
b. Margin laba operasi (konstan)
c. Tarif pajak (konstan)
d. Investasi aset tetap (meningkat)
e. Investasi modal kerja (meningkat)
f. Periode perencanaan
g. Tingkat pengembalian yang diharapkan
Untuk memperkirakan arus kas masa datang, Rappaport mengasumsikan tingkat
persentase pertumbuhan penjualan yang konstan adalah:
1) Margin laba operasional operasi yang konstan.
2) Keuntungan dalam model ini didefinisikan sebagai keuntungan sebelum
dikurangi beban bunga dan pajak.
3) Tarif pajak adalah persentase dari laba operasi dan diasumsikan konstan.
4) Aset tetap dan modal kerja nilainya terkait dengan peningkatan penjualan.
Contoh perhitungan arus kas di masa depan:
Jika penjualan tahun ini sebesar $1.000.000 dan diharapkan akan bertumbuh sebesar
12% per tahun, marjin laba operasi sebesar 9%, tarif pajak 31%, kenaikan pada aset tetap
adalah 14% dari perubahan penjualan, dan kenaikan modal kerja sebesar 10% dari kenaikan
penjualan, maka arus kas tahun depan adalah:
Penjualan tahun depan:
Penjualan tahun ini × (1 + pertumbuhan) = 1.000.000 × 1,12 = 1.120.000
Laba operasi:
Penjualan × marjin laba operasi = 1.120.000 × 0,09 = 100.800
Pajak:
Laba operasi × tarif pajak = 100.800 × 0,31 = 31.2483
Kenaikan pada aset tetap:
Kenaikan penjualan × kenaikan aset tetap = 120.000 × 0,14 = 16.800
Kenaikan pada modal kerja:
Kenaikan penjualan × kenaikan modal kerja = 120.000 × 0,1 = 12.000
Operating free cash flow 40.752
1.2.1. Menggunakan analisa nilai pemegang saham untuk menilai sebuah perusahaan
Nilai perusahaan adalah penjumlahan antara utang dan ekuitas dari struktur modal
keseluruhan. Komponen utang dalam perhitungan nilai perusahaan adalah nilai pasar dari
utang jangka panjang ditambah dengan nilai pasar dari saham preferen. Nilai perusahaan
menurut Rappaport adalah sebagai berikut:
=
1.3. Laba Ekonomi (Economic Profit)
Laba ekonomi (juga sering disebut residual income) memiliki keuntungan lebih
dibandingkan dengan analisis nilai pemegang saham karena laba ekonomi menggunakan
sistem pelaporan akuntansi perusahaan yang terfokus kepada keuntungan, bukan arus kas.
Manajer lebih mudah memahami dan menerima angka laba dibandingkan dengan informasi
arus kas.
Laba ekonomi adalah total pendapatan perusahaan dikurangi dengan biaya ekonomi
perusahaan. Yang termasuk dalam biaya ekonomi perusahaan adalah biaya eksplisit dan
biaya implisit.
=
4
Nilai sekarang dari arus kas
operasi dalam periode
perencanaan
Nilai sekarang dari arus kas
operasi setelah periode
perencanaan
Nilai saat ini sekuritas yang
diperdagangkan dan investasi
jangka panjang
Corporate Value
Penjualan Biaya Eksplisit
Biaya Implisit
Laba Ekonomi
Biaya eksplisit adalah pengeluaran akrual perusahaan kepada pihak yang lain sebagai
imbalan atas sumber daya yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.
Biaya implisit adalah opportunity cost yang muncul karena aset perusahaan tidak digunakan
untuk penggunaan terbaiknya. Tidak ada arus kas keluar dari perusahaan karena biaya
implisit.
Contoh:
PT. XYZ memperoleh proyek yang akan menghasilkan laba bersih (accounting profit)
sebesar Rp 50 miliar. Proyek tersebut akan berlangsung selama jangka waktu 1 tahun. Proyek
tersebut menggunakan pabrik yang dapat disewakan kepada pihak ketiga dan memberikan
pendapatan sewa sebesar Rp 20 miliar.
Biaya implisit dalam contoh ini adalah pendapatan sewa yang semestinya dapat
diterima jika perusahaan tidak menggunakan bangunan pabrik tersebut untuk mengerjakan
proyek yang diterima.
Laba akuntansi = Rp 50 miliar
Laba ekonomi = Rp 50 miliar – Rp 20 miliar
= Rp 30 miliar
1.3.1. Pendekatan Entitas dalam Menghitung Laba Ekonomi
Laba ekonomi berdasarkan entitas didasarkan pada jumlah laba setelah pajak namun
sebelum dikurangi dengan bunga.
1.3.2. Manfaat Laba Ekonomi
Fokus kepada laba ekonomi, bukan dengan laba yang dihasilkan oleh sistem
akuntansi, memiliki keunggulan karena manajemen harus benar-benar mengamati nilai
investasi perusahaan dengan hati-hati. Laba akuntansi yang besar tidak selalu menghasilkan
laba ekonomi yang positif apabila perusahaan berinvestasi pada aset yang tidak
meningkatkan penjualan perusahaan.
Fokus kepada laba ekonomi telah membantu manajemen dalam mengurangi aset-aset
yang tidak produktif.
1) Laba ekonomi dapat digunakan untuk mengevaluasi opsi stratejik yang
menghasilkan tingkat pengembalian untuk sejumlah periode tertentu.
2) Laba ekonomi lebih unggul daripada analisis nilai pemegang saham karena laba
ekonomi dapat digunakan untuk melihat kinerja perusahaan relatif terhadap aset
yang digunakan setiap tahunnya.
5
1.3.3. Kesulitan dengan Laba Ekonomi
1) Laporan posisi keuangan tidak mencerminkan modal yang diinvestasikan perusahaan
(invested capital)
a. Laporan posisi keuangan tidak melaporkan aset pada nilai sekarang dari arus kas
yang dihasilkan oleh aset tersebut di masa depan,
b. Aset dalam laporan posisi keuangan dilaporkan pada harga perolehannya
dikurangi dengan penyusutan dan amortisasi.
c. Laporan posisi keuangan biasanya menilai aset lebih rendah dibandingkan dengan
nilai wajarnya sehingga laba ekonomi menjadi lebih tinggi daripada kondisi
sebenarnya.
2) Adanya tindakan manipulasi
Laporan keuangan berisikan angka-angka yang sudah dimanipulasi untuk mencapai
target keuntungan yang telah ditetapkan sebelumnya (earning management dan
creative accounting).
3) Kesulitan dalam mengalokasikan pendapatan, biaya, dan modal ke unit bisnis, produk,
atau pelanggan.
1.4. Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan atau divisi. EVA adalah laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya
modal (cost of capital) tahunan. Jika EVA lebih besar dari nol berarti perusahaan telah
menciptakan nilai atau kekayaan untuk pemegang saham, sebaliknya jika EVA negatif berarti
perusahaan tidak berkinerja dengan baik sehingga merusak nilai perusahaan.
Formula EVA adalah sebagai berikut:
Laba Operasi × (1 – Tarif Pajak) – (Weighted Average Cost of Capital × Total Aset –
Liabilitas Lancar)
Contoh:
Berikut ini adalah data untuk menghitung EVA PT. ABC untuk tahun 2012:
Laba Operasi Total Aset Liabilitas Lancar WACC Tarif PajakRp 150 miliar Rp 1 triliun Rp 200 miliar 12% 25%
EVA = Laba Operasi × (1 – Tarif Pajak) – (Weighted Average Cost of Capital × Total Aset –
Liabilitas Lancar)
6
EVA = Rp 150 miliar x (1 – 25%) – {12% x (Rp 1 triliun – 200 miliar)}
EVA = Rp 16,5 miliar
Karena EVA PT ABC di tahun 2012 lebih besar dari nol, berarti perusahaan mampu
menciptakan kekayaan untuk pemegang sahamnya.
1.5. Cash Flow Return on Investment (CFROI)
CFROI adalah tingkat pengembalian internal (IRR) dari investasi yang didasarkan
pada arus kas sebenarnya. CFROI memperlihatkan kemampuan perusahaana dalam
menghasilkan arus kas yang berkelanjutan dibandingkan dengan kas yang diinvestasikan di
perusahaan. Selisih antara CFROI dengan biaya modal (cost of capital) merefleksikan potensi
penciptaan nilai perusahaan (semakin tinggi selisihnya, semakin tinggi potensinya).
Perubahan dalam CFROI setiap tahunnya dapat digunakan sebagai indikator kinerja
perusahaan.
Formula CFROI adalah sebagai berikut:
Laba operasi x (1 – tarif pajak) + beban penyusutan + beban non kas lainnyaModal yang diinvestasikan
7