Upload
alfian
View
220
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Pengetahuan
1.Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang/overt behavior (Notoatmodjo, 2010)
Penelitian Rogers(1974) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut
menyadari arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau
objek tersebut.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
11
11
d. Trial (mencoba) dimana subjek mulai mencoba
melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki
stimulus.
e. Adoption (penerimaan) dimana subjek telah
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan tidak selalu melewati
tahap-tahap tersebut di atas.
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia
sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda
sekali dengan kepercayaan (belief), takhayul
(superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru
(misinformation).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat (Notoadmodjo, 2010) yakni:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat
pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang sfesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah
12
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya, contoh: dapat
menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan
protein pada anak balita.
b. Memahami (comprehension)
Memahami benar sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari, misalnya: dapat menjelaskan mengapa
harus makan-makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
Misalnya, dapat mengguanakan rumus statistik
dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,
13
dan menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen. Tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata-kata kerja, dapat
menggambarkan (membuat bagan),membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintetis (synthetic)
Sintetis menunjukkan kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintetis itu suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada, misalnya: dapat menyusun dan
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria
14
yang telah ada, Misalnya : dapat membandingkan
antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak
yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya
wabah diare di suatu tempat, dan menafsirkan
sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan
sebagainya.
Untuk mempresentasikan tingkat pengetahuan,
maka digunakan standar kriteria menurut Arikunto
dalam Machfoedz (2009) :
a. Tingkat pengetahuan baik, jika responden dapat
menjawab 76-100% pertanyaan dengan benar
b. Tingkat pengetahuan cukup, jika responden
dapat menjawab 56-75% pertanyaan dengan benar.
c. Tingkat pengetahuan kurang jika responden
dapat menjawab < 56% pertanyaan dengan benar.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa
cara untuk memperoleh pengetahuan, antara lain
sebagai berikut:
a. Cara tradisional
1) Cara coba-coba (trial and error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah dan apabila kemungkinan tersebut
15
tidak berhasil, dicoba kemungkinan
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal
pula maka dicoba lagi dengan
kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan
ketika gagal pula dicoba kemungkinan
keempat dan seterusnya sampai masalah
tersebut dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan
Yaitu pengetahuan diperoleh berdasarkan
pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,
otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama maupun ahli ilmu pengetahuan.
Para pemegang otoritas mempunyai
mekanisme yang sama dalam penemuan
pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain
menerima pendapat yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa
terlebih dahulu menguji atau membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan fakta
empiris ataupun penalaran sendiri.
3) Pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu. Apabila dengan cara
yang digunakan tersebut orang dapat
16
memecahkan masalah yang sama orang dapat
pula menggunakan cara tersebut, ia tidak
akan mengulangi cara tersebut dan berusaha
untuk mencari cara lain, sehingga dapat
berhasil memecahkannya.
4) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikirannya
baik melalui induksi maupun deduksi. Dimana
induksi adalah proses penarikan kesimpulan
yang dimulai dengan pernyataan-pernyataan
khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
Sedangkan deduksi adalah pembuatan
kesimpulan dari pernyataan yang umum ke
pernyataan yang khusus.
b. Cara modern
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan
pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan
ilmiah.Cara ini disebut penelitian ilmiah atau
lebih popular disebut metode penelitian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ,
antara lain yaitu:
1) Umur
Usia adalah umur individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun.Semakin cukup umur,tingkat
17
kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan
bekerja.Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya
dari orang yang belum tinggi kematangan
jiwanya (Wawan dan Dewi M,2010;16-17)
Semakin tua umur seseorang maka
proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur
tertentu, bertambahnya proses perkembangan
mental ini tidak secepat seperti ketika
kita berumur belasan tahun. Dari uraian ini
maka dapat kita simpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan
yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-
umur tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
2) Intlegensia
Intlegensia diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk belajar dan berfikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara
mental dalam situasi baru. Intlegensia
merupakan salah satu faktor yang
18
mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intlegensia bagi seseorang merupakan salah
satu modal untuk berfikir dan mengolah
berbagai informasi secara terarah sehingga
ia mampu menguasai lingkungan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan
intelegensia dari seseorang akan
berpengaruh pula terhadap tingkat
pengetahuan.
3) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang.Lingkungsn memberikan pengaruh
pertama bagi seseorng, dimana seseorang
dapat mempelajari hal-hal yang baik dan
juga hal-hal yang buruk tergantung pada
sifat kelompoknya. Dalam lingkungan
seseorang akan memperoleh pengalaman yang
akan berpengaruh pada cara berpikir
seseorang.
4) Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh
suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan
orang lain, karena hubungan ini seseorang
19
mengalami suatu proses belajar dan
memperoleh suatu pengetahuan.
5) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau
proses pembelajaran untuk mengembangkan
atau meningkatkan kemampuan tertentu
sehingga sasaran pendidikan itu dapat
berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut
pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin baik
pula pengetahuannya.
6) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh
pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah,
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang
baik dari berbagai media misalnya TV,
radio, atau surat kabar maka hal itu akan
dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
7) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang
terbaik, pepatah tersebut dapat diartikan
bahwa pengalaman merupakan sumber
20
pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun
dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
B. Konsep Dasar Infeksi
1. Pengertian
Infeksi adalah invasi tubuh oleh kuman pathogen atau
mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit
(Potter&Perry, 2010).
2. Rantai Infeksi
Adanya pathogen bukan berarti bahwa infeksi akan
terjadi. Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus
yang bergantung pada elemen-elemen berikut : agen
infeksius atau pertumbuhan pathogen; tempat atau
sumber pertumbuhan pathogen; portal keluar dari tempat
tumbuh tersebut; cara penularan; portal masuk ke
penjamu; dan penjamu yang rentan (Potter&Perry, 2010).
21
Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk
menyebabkan penyakit tergantung pada faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Organism dalam jumlah yang cukup
b. Virulensi, atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
c. Kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam
penjamu
d. Penjamu yang rentan
Sedangkan untuk dapat berkembang dengan cepat,
organism memerlukan lingkungan yang sesuai antara lain
:
a. Makanan
Mikroorganisme memerlukan makanan juga untuk dapat
berkembang biak, seperti E Coli mengonsumsi
makanan yang tidak dicerna oleh usus.
b. Oksigen
Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan
hidup dan multiplikasi secukupnya untuk
menyebabkan sakit.
Sedangkan bakteri anaerob berkembang biak ketika
mendapat sedikit atau tidak ada tersedia oksigen
bebas.
c. Air
Kebanyakan mikroorganisme mebutuhkan air atau
kelembaban untuk bertahan hidup, misalnya tempat
22
yang disukai oleh mikroorganisme adalah drainase
lembab dari luka.
d. Suhu
Mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu
tertentu, namun beberapa dapat hidup dalam
temperature yang ekstrem yang mungkin fatal bagi
manusia. Misalnya virus AIDS resisten terhadap suhu
air mendidih.
e. pH/derajat keasaman
keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan
hidup suatu mikroorganisme. Kebanyakan
mikroorganisme menyukai lingkungan dalam batasan pH
5 sampai 8.
f. Cahaya
Mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan
yang gelap seperti dibawah balutan dan dalam rongga
tubuh.
Terdapat banyak cara penularan mikroorganisme dari
reservoir ke penjamu antara lain :
a. Melalui kontak, baik dengan cara kontak langsung;
tidak langsung maupun droplet.
b. Melalui udara seperti droplet nucleus atau residu,
atau droplet evaporasi ada di udara.
c. Melalui peralatan: alat-alat yang terkontaminasi,
air, obat, larutan, darah, makanan.
d. Melalui vector
23
3. Proses infeksi
Dengan memahami rantai infeksi, perawat dapat
melakukan intervensi untuk mencegah infeksi
berkembang. Proses infeksi dibagi dalam 4 tahap :
a. Periode inkubasi
Interval antara masuknya pathogen ke dalam tubuh
dan munculnya gejala pertama.
b. Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik
sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini
mikroorganisme bertumbuh dan berkembang biak dank
lien lebih mampu menyebabkan penyakit ke orang
lain.
c. Tahap sakit
Interval saat klien memanifestasikan tanda dan
gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.
d. Tahap pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi
4. Tanda-Tanda Infeksi
Penyembuhan luka merajuk ada tidaknya tanda-tanda
infeksi yang muncul pada luka yaitu :
a. Calor (Panas)
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas
dari sekelilingnya, sebab terdapat lebih banyak
darah yang disalurkan ke area terkena infeksi/
24
fenomena panas lokal karena jaringan-jaringan
tersebut sudah mempunyai suhu inti dan hiperemia
lokal tidak menimbulkan perubahan.
b. Dolor (Rasa sakit)
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal
atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung saraf.pengeluaran zat kimia
tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif
lainnya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu
pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal dan menimbulkan rasa
sakit.
c. Rubor (Kemerahan)
Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang
mengalami peradangan.Waktu reaksi peradangan mulai
timbul maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut
melebar, dengan demikian lebih banyak darah yang
mengalir kedalam mikro sirkulasi lokal.Kapiler-
kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja
meregang, dengan cepat penuh terisi darah.Keadaan
ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti.
d. Tumor (Pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman
cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan
interstisial.Campuran cairan dan sel yang tertimbun
di daerah peradangan disebut eksudat.
25
e. Functiolaesa
Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian
yang bengkak dan sakit disertai sirkulasi dan
lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga
organ tersebut terganggu dalam menjalankan
fungsinya secara normal .
5. Infeksi Nosokomial
a. Pengertian
Kata nosokomial berasal dari bahasa
Yunani,dari kata nosos yang artinya penyakit,dan
komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti
tempat untuk merawat/Rumah Sakit. Jadi infeksi
nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang
diperoleh atau terjadi di Rumah Sakit dengan
ketentuan sebagai berikut (Darmadi,2008).
1) Pada waktu penderita mulai dirawat di Rumah
Sakittidak didapat tanda-tanda klinik dari
infeksi tersebut.
2) Pada waktu penderita mulai dirawat di Rumah
Sakit,tidak sedang dalam masa inkubasi dari
infeksi tersebut.
26
3) Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul
sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai
perawatan.
4) Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari
infeksi sebelumnya.
5) Bila saat mulai dirawat di Rumah Sakit sudah ada
tanda-tanda infeksi,dan terbukti infeksi
tersebut didapat penderita ketika dirawat di
Rumah Sakit yang sama pada waktu yang lalu,serta
bellum pernah dilaporkan sebagai infeksi
nosokomial.
b. Tempat Dan Penyebab Infeksi Nosokomial
1) Traktus urinarius
Dapat disebabkan karena pemasangan kateter
urine, system drainase terbuka, kateter dan
selang tidak tersambung,, gangguan pada drainase
urine, teknik mencuci tangan tidak tepat.
2) Luka Bedah atau traumatic
Dapat disebabkan karena persiapan kulit yang
tidak tepat, teknik mencuci tangan tidak tepat,
tidak membersihkan kulit dengan tepat, tidak
tepat menggunakan teknik aseptic selama ganti
balutan
27
3) Traktus respiratorius
Dapat terjadi karena : peralatan terafi
pernafasan yang terkontaminasi, tidak tepat
menggunakan teknik aseptic saat penghisapan
jalan nafas, pembuangan sekresi mukosa dengan
cara yang tidak tepat.
4) Aliran darah
Dapat terjadi karena kontaminasi cairan intra
vena melalui penggantian selang atau jarum,
memasukkan obat tambahan ke intra vena,
perawatan area tususkan yang tidak tepat, jarum
yang terkontaminasi, gagal pemasangan dan lain-
lain.
C. Konsep Dasar Kepatuhan
1.Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia patuh adalah
suka menurut perintah, taat pada perintah. Sedangkan
kepatuhan adalah prilaku sesuai aturan dan berdisiplin.
Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan terhadap
pelaksanaan prosedur tetap yang telah dibuat.
Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku
positif penderita dalam mencapai tujuan terapi (Degresi,
2005 dalam Suparyanto 2010). Dalam hal ini kepatuhan
pelaksanaan prosedur tetap (protap) adalah untuk selalu
28
memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan dan mematuhi
etika keperawatan ditempat perawat tersebut bekerja.
2.Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan dapat
dikategorikan menjadi :
a. Faktor internal,yaitu :
1) Umur
2) Jenis Kelamin
3) Agama
4) Pendidikan
5) Status Perkawinan
6) Kepribadian
7) Sikap
8) Kemampuan
9) Persepsi
10)Motivasi
b. Faktor eksternal,yaitu:
1) Karakteristik Organisasi
2) Karakteristik Kelompok
3) Karakteristik Pekerjaan
4) Karakteristik Lingkungan (Andareas,2009)
29
D. Konsep Dasar Perawat
1. Pengertian
Menurut Undang-Undang No 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan, Perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, serta memiliki
pengetahuan dan keterampilamn melalui pendidikan
dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
wewenang untuk melakukan upaya kesehatan (Undang-Undang
Kesehatan No 36 Tahun 2009).
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
baik dalam keadaan sakit maupun sehat (Undang-Undang No
38 Tahun 2014 tentang Keperawatan).
2. Peran Perawat
a. Peran pelaksana
Peran ini dikenal dengan care giver. Peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu, keluarga atau masyarakat. Metode yang
digunakan adalah pendekatan pemecahan masalah yang
30
disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan
peran ini perawat bertindak sebagai comforter,
protector, dan advocate, communicator serta
rehabilitator.
b. Peran sebagai pendidik
Sebagai pendidik atau health educator,
perawat berperan mendidik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat serta tenaga keperawatan
atau tenaga kesehatan yang berada dibawah tanggung
jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan
kesehatan kepada klien (Individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat) maupun bentuk desiminasi
ilmu kepada peserta didik keperawatan, antara
sesama perawat atau tenaga kesehatan lain.
c. Peran Sebagai Pengelola
Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan
tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun
pendidikan keperawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen
keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan.
Sebagai pengelola perawat berperan dalam memantau
dan menjamin kualitas asuhan/ pelayanan
keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan
sistem pelayanan keperawatan.
31
d. Peran Sebagai Peneliti
Sebagai peneliti di bidang keperawatan,
perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah
penelitian, menerapkan prinsip dan metode
penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian
untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan
pendidikan keperawatan. Kemampuan perawat
mengadakan penelitian sangat diperlukan tidak saja
untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang
terkait dengan pelayanan dan pendidikan
keperawatan, tetapi juga dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan. Disamping itu temuan hasil penelitian
digunakan untuk menyelesaikan teknologi dari
negara lain yang selanjutnya diaplikasikan dalam
pelayanan keperawatan sesuai dengan masalah
kesehatan dan sosial budaya masyarakat Indonesia.
Hal ini perlu diperhatikan mengingat pola dan
distribusi penyakit serta kondisi keperawatan di
Indonesia berbeda dengan negara lain.
3. Fungsi Perawat
Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan
sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah
disesuaikan dengan keadaan yang ada.
32
Adapun fungsi perawat sebagai berikut:
a.Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak
tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara mandiri
dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia
seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, kebutuhan cairan dan
elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan aktivitas
dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan
kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,
pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi
diri.
b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan
kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat
lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas
yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari
perawat primer ke perawat pelaksana.
c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang
bersifat saling ketergantungan dintara tim satu
dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila
bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam
33
pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit
kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan
tim perawat saja melainkan dari dokter ataupun
lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan
pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam
pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.
E. Konsep Dasar Luka
1. Definisi Luka
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsinya
anatomis normal akibat proses patologis yang berasal
dari internal maupun eksternal dan mengenai organ
tertentu. Penyembuhan luka adalah faktor penting pasca
operasi yang selalu dihadapi dan merupakan fenomena
kompleks yang melibatkan berbagai proses meliputi
inflamasi akut menyusul terjadinya kerusakan jaringan,
regenerasi sel parenkim, migrasi dan profilerasi sel
parenkim, sintesis protein extra cellular matrix
(ECM), remodeling jaringan ikat dan kompenen parenkim,
kolagenasi dan akuisisi kekuatan luka (Potter dan
Perry, 2010).
Secara teoritis kesembuhan luka merupakan suatu
proses pergantian jaringan yang mati atau rusak dengan
jaringan yang baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan
34
regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya
dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan
yang kembali normal. Kesembuhan luka meliputi 2
kategori yaitu: pemulihan jaringan ialah regenerasi
jaringan pulih seperti semula baik secara struktur
maupun fungsinya, dan repair ialah pemulihan atau
penggantian oleh jaringan ikat.
2. Jenis Luka
Jenis Luka menurut (Potter dan Perry, 2010)
dibagi menjadi dua berdasarkan sifat kejadian yaitu
luka di sengaja dan Luka tidak disengaja.
a. Luka disengaja
Luka disengaja misalnya luka radiasi atau bedah
b. Luka tidak disengaja
Luka tidak disengaja misalnya luka terkena trauma,
luka yang tidak disengaja juga dapat dibagi menjadi
dua yaitu Luka Mekanik dan Non Mekanik.
1) Luka Mekanik
Terdiri atas luka akibat:
a) Zat kimia
b) Termik
c) Radiasi atau
d) Sengatan listrik
35
2) Luka Non Mekanik
a) Vulnus seksio sesareaissum atau luka sayat
akibat benda tajam, pinggir luka terlihat
rapi.
b) Vulnus contusum, luka memar dikarenakan cedera
pada jaringan bawah kulit akibat benturan
benda tumpul
c) Vulnus laseratum, luka robek akibat terkena
mesin atau benda lainnya yang menyebabkan
robeknya jaringan rusak yang dalam
d) Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil dibagian
luar, akan tetapi besar di bagian dalam luka
e) Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas
bentuknya pada bagian luka.
3. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut
Potter & Perry (2010) yaitu:
a. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan
dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum
kesehatan tiap orang
b. Respon tubuh terhadap luka lebih efektif jika
nutrisi yang tepat tetap dijaga
c. Respon tubuh secara sistemik pada trauma
d. Aliran darah ke jaringan dan dari jaringan yang luka
36
e. Kekuatan kulit dan membrane disiapkan sebagai garis
pertama untuk mempertahankan diri dari
mikroorganisme
f. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas
dari benda asing tubuh termasuk bakteri.
4. Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka
Ada beberapa stadium luka berdasarkan kedalaman dan
luasnya luka:
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching
Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan
epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu
hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan
bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial
dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister
atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu
hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai
otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu
lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.
37
d.Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah
mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan
adanya destruksi/kerusakan yang luas.
5. Mekanisme Terjadinya Luka :
a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris
oleh instrumen yang tajam. Misalnya yang terjadi
akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya
tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah
yang luka diikat (Ligasi).
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat
benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan
oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan
bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit
bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan
benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya
benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam
kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda
yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang
menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka
38
masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung
biasanya lukanya akan melebar.
6. Proses Penyembuhan Luka
proses penyembuhan luka melalui 3 tahap yaitu:
a. Tahap respon inflamasi (Reaksi)
Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka
yang dimulai setelah beberapa menit dan berlangsung
selama sekitar 3 hari setelah cedera.
b. Tahap proliferasi
Dengan munculnya pembuluh darah baru sebagai hasil
rekonstruksi, fase proliferasi terjadi dalam waktu
3 sampai 24 hari.Aktifitas utama selama fase ini
adalah mengisi luka dengan jaringan penyambung atau
jaringan granulasi yang baru dan menutup bagian
atas luka dengan epitelisasi.
c. Tahap maturasi (remodeling)
Maturasi merupakan tahap akhir proses penyembuhan
luka, dapat memerlukan lebih dari 1 tahun,
tergantung pada kedalaman dan luas luka. Namun luka
yang sudah sembuh biasanya tidak memiliki daya
elastisitas yang sama dengan jaringan yang
digantikannya. Serat kolagen mengalami remodeling
atau reorganisasi sebelum mencapai bentuk
normal.Biasanya jaringan parut mengandung lebih
39
sedikit sel-sel pigmentasi (melanosit) dan memiliki
warna yang lebih terang daripada warna kulit
normal.
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka:
a. Usia: Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat
daripada orang tua. Karna Semakin lanjut usia, luka
akan semakin lama sembuh karena respon sel dalam
proses penyembuhan luka akan lebih lambat. Bayi
mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi,
lahir mempunyai antibody dari ibu, sedangkan sistem
imunnya masih imatur. Dewasa awal sistem imun telah
memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi.
Pada usia lanjut, karena fungsi dan organ tubuh
mengalami penurunan, sistem imun juga mengalami
perubahan. Peningkatan infeksi nosokomial juga
sesuai dengan umur dimana pada usia 65 tahun
kejadian infeksi tiga kali lebih sering daripada
usia muda.
b. Nutrisi : Penyembuhan menempatkan penambahan
pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya
protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan
mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi
memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi
40
mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang
gemuk meningkatkan resiko infeksi luka
dan penyembuhan lama karena suplay darah jaringan
adipose tidak adekuat. Gizi buruk akan memperlambat
penyembuhan luka karena kekurangan vitamin, mineral,
protein dan zat-zat lain yang diperlukan dalam
proses penyembuhan luka.
c. Koagulasi :Adanya kelainan pembekuan darah
(koagulasi) akan menghambat penyembuhan luka sebab
hemostasis merupakan tolak dan dasar fase inflamasi.
d. Gangguan sistem Imun (infeksi,virus); Gangguan
sistem imun akan menghambat dan mengubah reaksi
tubuh terhadap luka, kematian jaringan dan
kontaminasi. Bila sistem daya tahan tubuh, baik
seluler maupun humoral terganggu, maka pembersihan
kontaminasi dan jaringan mati serta penahanan
infeksi tidak berjalan baik.
e. Penyakit Kronis : Penyakit kronis seperti Diabetes,
juga mempengaruhi sistem imun. Luka pada penderita
diabetes dengan kadar gula darah yang tidak
terkontrol biasanya akan sulit sembuh atau bahkan
dapat memburuk. Karena pada pasien dengan diabetes
mellitus terjadi hambatan terhadap sekresi insulin
akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut
41
juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh
yang berakibat rentan terhadap infeksi.
f. Keganasan :Keganasan tahap lanjut dapat menyebabkan
gangguan sistem imun yang akan mengganggu
penyembuhan luka.
g. Obat-obatan: Pemberian sitostatika, obat penekan
reaksi imun, kortikosteroid dan sitotoksik
mempengaruhi penyembuhan luka dengan menekan
pembelahan fibroblast dan sintesis kolagen.
h. Teknik Penjahitan; Tehnik penjahitan luka yang tidak
dilakukan lapisan demi lapisan akan mengganggu
penyembuhan luka.
i. Kebersihan diri/Personal Hygiene: Kebersihan diri
seseorang akan mempengaruhi proses penyembuhan luka,
karena kuman setiap saat dapat masuk melalui luka
bila kebersihan diri kurang.
j. Vaskularisasi baik proses penyembuhan
berlangsung :Vaskularisasi adalah pembuluh darah
yang menyuplai oksigen dan nutrisi ke organ-organ
pencernaan. Sehingga daerah yang memiliki
vaskularisasi kurang baik proses penyembuhan
membutuhkan waktu lama.
k. Pergerakan, daerah yang relatif sering
bergerak; penyembuhan terjadi lebih lama.
42
l. Ketegangan tepi luka, pada daerah yang
tight (tegang) penyembuhan lebih lama dibandingkan
dengan daerah yang loose.
8. Masalah yang Terjadi pada Penyembuhan Luka
Ada beberapa masalah yang terjadi pada penyembuhan
luka:
a. Perdarahan
Ditandai dengan adanya perdarahan disertai
perubahan tanda vital seperti kenaikan denyut nadi,
kenaikan pernapasan, penurunan tekanan darah,
melemahnya kondisi tubuh,kehausan,serta keadaan
kulit yang dingin dan lembab.
b. Infeksi
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme
dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan
sakit. Infeksi terjadi bila terdapat tanda-tanda
seperti kulit kemerahan, demam atau panas, rasa
nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar luka
mengeras, serta adanya kenaikan leukosit.
c. Dehiscene
Dehiscene merupakan pecahnya luka sebagian atau
seluruhnya yang dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti kegemukan, kekurangan nutrisi,
terjadinya trauma, dan lain-lain.Sering ditandai
43
dengan kenaikan suhu tubuh (demam), takikardia, dan
rasa nyeri pada daerah luka.
d. Evisceration
Evisceration yaitu menonjolnya organ tubuh bagian
dalam kearah luar melalui luka. Hal ini dapat
terjadi jika luka tidak segera menyatu dengan baik
atau akibat proses penyembuhan yang lambat.
9. Standar Prosedur Operasional (SPO) Menjahit Luka
a. Pengertian
Menjahit luka adalah tindakan mendekatkan tepi-tepi
luka dan mempertahankan dengan benang atau jahitan
sampai tensile strength luka dapat tersambung.
b. Tujuan
1)Meningkatkan kualitas pelayanan perawatan luka
agar tidak terjadi infeksi
2)Mempercepat penyembuhan
3)Mencegah komplikasi
c. Kriteria pencapaian
Kriteria pencapaian pelaksanaan prosedur menjahit
luka
1) Pasien merasa nyaman
44
2) Mempercepat proses penyembuhan
3) Menghindari terjadinya infeksi
4) Mendekatkan tepi luka dan mempertahankan dengan
benang sampai kedua sisi dapat tersambung
d. Alat dan bahan
1) Sarung tangan steril dan bersih
2) Duk steril
3) Minor set
4) Benang sesuai kebutuhan (misal: siede, plain)
5) Jarum hecting steril sesuai kebutuhan (baik
tapper maupun cutting)
6) Obat anastesi
7) Plester/ hifafix
8) Gunting plester
9) Kasa steril
10) Kasa gulung
11) Cairan normal saline
12) Cairan antiseptic
13) Kom steril
14) Korentang
15) Spuit sesuai kebutuhan
16) Cairan perihidrol (bila perlu)
17) Bengkok
18) Perlak pengalas
45
19) Lampu tindakan
e. Pelaksanaan
1) Mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dan prosedur
4) Mencuci tangan
5) Menggunakan sarung tangan bersih
6) Pasang perlak pengalas
7) Membersihkan luka dengan antiseptic
8) Mengganti sarung tangan dengan sarung tangan
steril
9) Jaringan sekitar luka dianestesi
10) Bila luka kotor bersihkan dengan perihidrol
11) Bilas dengan larutan normal saline lalu oleskan
larutan desinfektan (mis yodium povidon)
12) Pasang duk lubang
13) Menjahit luka menggunakan benang dan jarum
sesuai kebutuhan dari bagian dalam ke bagian
kulit lapis demi lapis
14) Ikat benang dengan membentuk simpul, potong
benang secukupnya agar tidak terlalu panjang
dan tidak terlalu pendek (untuk jaringan ± 1 cm
dan untuk kulit ±0,65 cm.
46
15) Oleskan cairan desinfektan pada jahitan dan
tutup jahitan dengan kasa steril dan pasang
plester/hifafix.
16) Merapikan pasien dan mengobservasi respon
pasien
17) Merapikan alat
18) Mencuci tangan
19) Berpamitan dengan pasien dan keluarganya
20) Mendokumentasikan tindakan.(SOP Ruang IGD RSUD
Dr.R.Soedjono Selong)
47
F.Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan: : Diteliti
: Tidak diteliti
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan:1.Umur2.Intelegensia3.Lingkungan4.Sosial budaya5.pendidikan6.informasi7.pengalaman
Pengetahuan perawat tentang
infeksi
Mencegah infeksi
Kepatuhan terhadap SOP
1.Persiapan alat dan bahan (steril dan tidak steril)
2.Persiapan Pasien3.Cara Kerja
Kualitas pelayanan
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan:1.Lingkungan2.Pendidikan3.pekerjaan 4.Penghasilan
Patuh
Kurang patuh
Cukup patuh
48
Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Penelitian “Hubungan pengetahuan tentang infeksi dengan kepatuhan perawat melaksanakan SPO menjahit luka di ruang IGD RSUD Dr.R.Soedjono Selong.
G.Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian,
patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian. Setelah melalui pembuktian
dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar
atau salah, dapat diterima atau ditolak. Biasanya
hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubungan antara kedua
variable, variable bebas dan terikat(Notoatmodjo, 2010).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan perawat
tentang dengan kepatuhan perawat melaksanakan SPO
menjahit luka di ruang IGD RSUD Dr R Soedjono Selong.
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang
infeksi dengan kepatuhan perawat melaksanakan SPO
menjahit luka di ruang IGD RSUD Dr R Soedjono
Selong .
49