48
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang/overt behavior (Notoatmodjo, 2010) Penelitian Rogers(1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni: a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 11

BAB 2 OCY.docx

  • Upload
    alfian

  • View
    220

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 OCY.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Dasar Pengetahuan

1.Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang/overt behavior (Notoatmodjo, 2010)

Penelitian Rogers(1974) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut

menyadari arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau

objek tersebut.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

11

Page 2: BAB 2 OCY.docx

11

d. Trial (mencoba) dimana subjek mulai mencoba

melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki

stimulus.

e. Adoption (penerimaan) dimana subjek telah

berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan tidak selalu melewati

tahap-tahap tersebut di atas.

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia

sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda

sekali dengan kepercayaan (belief), takhayul

(superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru

(misinformation).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat (Notoadmodjo, 2010) yakni:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu

materi sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat

pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu yang sfesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah

Page 3: BAB 2 OCY.docx

12

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya, contoh: dapat

menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan

protein pada anak balita.

b. Memahami (comprehension)

Memahami benar sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari, misalnya: dapat menjelaskan mengapa

harus makan-makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

Misalnya, dapat mengguanakan rumus statistik

dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,

Page 4: BAB 2 OCY.docx

13

dan menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen-komponen. Tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata-kata kerja, dapat

menggambarkan (membuat bagan),membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintetis (synthetic)

Sintetis menunjukkan kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain, sintetis itu suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada, misalnya: dapat menyusun dan

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria

Page 5: BAB 2 OCY.docx

14

yang telah ada, Misalnya : dapat membandingkan

antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak

yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya

wabah diare di suatu tempat, dan menafsirkan

sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan

sebagainya.

Untuk mempresentasikan tingkat pengetahuan,

maka digunakan standar kriteria menurut Arikunto

dalam Machfoedz (2009) :

a. Tingkat pengetahuan baik, jika responden dapat

menjawab 76-100% pertanyaan dengan benar

b. Tingkat pengetahuan cukup, jika responden

dapat menjawab 56-75% pertanyaan dengan benar.

c. Tingkat pengetahuan kurang jika responden

dapat menjawab < 56% pertanyaan dengan benar.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa

cara untuk memperoleh pengetahuan, antara lain

sebagai berikut:

a. Cara tradisional

1) Cara coba-coba (trial and error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah dan apabila kemungkinan tersebut

Page 6: BAB 2 OCY.docx

15

tidak berhasil, dicoba kemungkinan

lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal

pula maka dicoba lagi dengan

kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan

ketika gagal pula dicoba kemungkinan

keempat dan seterusnya sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan

Yaitu pengetahuan diperoleh berdasarkan

pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,

otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama maupun ahli ilmu pengetahuan.

Para pemegang otoritas mempunyai

mekanisme yang sama dalam penemuan

pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain

menerima pendapat yang dikemukakan oleh

orang yang mempunyai otoritas, tanpa

terlebih dahulu menguji atau membuktikan

kebenarannya, baik berdasarkan fakta

empiris ataupun penalaran sendiri.

3) Pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

pada masa yang lalu. Apabila dengan cara

yang digunakan tersebut orang dapat

Page 7: BAB 2 OCY.docx

16

memecahkan masalah yang sama orang dapat

pula menggunakan cara tersebut, ia tidak

akan mengulangi cara tersebut dan berusaha

untuk mencari cara lain, sehingga dapat

berhasil memecahkannya.

4) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan

manusia telah menggunakan jalan pikirannya

baik melalui induksi maupun deduksi. Dimana

induksi adalah proses penarikan kesimpulan

yang dimulai dengan pernyataan-pernyataan

khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

Sedangkan deduksi adalah pembuatan

kesimpulan dari pernyataan yang umum ke

pernyataan yang khusus.

b. Cara modern

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan

pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan

ilmiah.Cara ini disebut penelitian ilmiah atau

lebih popular disebut metode penelitian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ,

antara lain yaitu:

1) Umur

Usia adalah umur individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun.Semakin cukup umur,tingkat

Page 8: BAB 2 OCY.docx

17

kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan

bekerja.Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya

dari orang yang belum tinggi kematangan

jiwanya (Wawan dan Dewi M,2010;16-17)

Semakin tua umur seseorang maka

proses-proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada umur

tertentu, bertambahnya proses perkembangan

mental ini tidak secepat seperti ketika

kita berumur belasan tahun. Dari uraian ini

maka dapat kita simpulkan bahwa

bertambahnya umur seseorang dapat

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan

yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-

umur tertentu atau menjelang usia lanjut

kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

2) Intlegensia

Intlegensia diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk belajar dan berfikir

abstrak guna menyesuaikan diri secara

mental dalam situasi baru. Intlegensia

merupakan salah satu faktor yang

Page 9: BAB 2 OCY.docx

18

mempengaruhi hasil dari proses belajar.

Intlegensia bagi seseorang merupakan salah

satu modal untuk berfikir dan mengolah

berbagai informasi secara terarah sehingga

ia mampu menguasai lingkungan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan

intelegensia dari seseorang akan

berpengaruh pula terhadap tingkat

pengetahuan.

3) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang.Lingkungsn memberikan pengaruh

pertama bagi seseorng, dimana seseorang

dapat mempelajari hal-hal yang baik dan

juga hal-hal yang buruk tergantung pada

sifat kelompoknya. Dalam lingkungan

seseorang akan memperoleh pengalaman yang

akan berpengaruh pada cara berpikir

seseorang.

4) Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh

suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan

orang lain, karena hubungan ini seseorang

Page 10: BAB 2 OCY.docx

19

mengalami suatu proses belajar dan

memperoleh suatu pengetahuan.

5) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau

proses pembelajaran untuk mengembangkan

atau meningkatkan kemampuan tertentu

sehingga sasaran pendidikan itu dapat

berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut

pula menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan yang

mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka semakin baik

pula pengetahuannya.

6) Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh

pada pengetahuan seseorang. Meskipun

seseorang memiliki pendidikan yang rendah,

tetapi jika ia mendapatkan informasi yang

baik dari berbagai media misalnya TV,

radio, atau surat kabar maka hal itu akan

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

7) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang

terbaik, pepatah tersebut dapat diartikan

bahwa pengalaman merupakan sumber

Page 11: BAB 2 OCY.docx

20

pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun

dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

B. Konsep Dasar Infeksi

1. Pengertian

Infeksi adalah invasi tubuh oleh kuman pathogen atau

mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit

(Potter&Perry, 2010).

2. Rantai Infeksi

Adanya pathogen bukan berarti bahwa infeksi akan

terjadi. Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus

yang bergantung pada elemen-elemen berikut : agen

infeksius atau pertumbuhan pathogen; tempat atau

sumber pertumbuhan pathogen; portal keluar dari tempat

tumbuh tersebut; cara penularan; portal masuk ke

penjamu; dan penjamu yang rentan (Potter&Perry, 2010).

Page 12: BAB 2 OCY.docx

21

Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk

menyebabkan penyakit tergantung pada faktor-faktor

sebagai berikut :

a. Organism dalam jumlah yang cukup

b. Virulensi, atau kemampuan untuk menyebabkan sakit

c. Kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam

penjamu

d. Penjamu yang rentan

Sedangkan untuk dapat berkembang dengan cepat,

organism memerlukan lingkungan yang sesuai antara lain

:

a. Makanan

Mikroorganisme memerlukan makanan juga untuk dapat

berkembang biak, seperti E Coli mengonsumsi

makanan yang tidak dicerna oleh usus.

b. Oksigen

Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan

hidup dan multiplikasi secukupnya untuk

menyebabkan sakit.

Sedangkan bakteri anaerob berkembang biak ketika

mendapat sedikit atau tidak ada tersedia oksigen

bebas.

c. Air

Kebanyakan mikroorganisme mebutuhkan air atau

kelembaban untuk bertahan hidup, misalnya tempat

Page 13: BAB 2 OCY.docx

22

yang disukai oleh mikroorganisme adalah drainase

lembab dari luka.

d. Suhu

Mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu

tertentu, namun beberapa dapat hidup dalam

temperature yang ekstrem yang mungkin fatal bagi

manusia. Misalnya virus AIDS resisten terhadap suhu

air mendidih.

e. pH/derajat keasaman

keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan

hidup suatu mikroorganisme. Kebanyakan

mikroorganisme menyukai lingkungan dalam batasan pH

5 sampai 8.

f. Cahaya

Mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan

yang gelap seperti dibawah balutan dan dalam rongga

tubuh.

Terdapat banyak cara penularan mikroorganisme dari

reservoir ke penjamu antara lain :

a. Melalui kontak, baik dengan cara kontak langsung;

tidak langsung maupun droplet.

b. Melalui udara seperti droplet nucleus atau residu,

atau droplet evaporasi ada di udara.

c. Melalui peralatan: alat-alat yang terkontaminasi,

air, obat, larutan, darah, makanan.

d. Melalui vector

Page 14: BAB 2 OCY.docx

23

3. Proses infeksi

Dengan memahami rantai infeksi, perawat dapat

melakukan intervensi untuk mencegah infeksi

berkembang. Proses infeksi dibagi dalam 4 tahap :

a. Periode inkubasi

Interval antara masuknya pathogen ke dalam tubuh

dan munculnya gejala pertama.

b. Tahap prodromal

Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik

sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini

mikroorganisme bertumbuh dan berkembang biak dank

lien lebih mampu menyebabkan penyakit ke orang

lain.

c. Tahap sakit

Interval saat klien memanifestasikan tanda dan

gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.

d. Tahap pemulihan

Interval saat munculnya gejala akut infeksi

4. Tanda-Tanda Infeksi

Penyembuhan luka merajuk ada tidaknya tanda-tanda

infeksi yang muncul pada luka yaitu :

a. Calor (Panas)

Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas

dari sekelilingnya, sebab terdapat lebih banyak

darah yang disalurkan ke area terkena infeksi/

Page 15: BAB 2 OCY.docx

24

fenomena panas lokal karena jaringan-jaringan

tersebut sudah mempunyai suhu inti dan hiperemia

lokal tidak menimbulkan perubahan.

b. Dolor (Rasa sakit)

Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal

atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat

merangsang ujung saraf.pengeluaran zat kimia

tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif

lainnya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu

pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan

peningkatan tekanan lokal dan menimbulkan rasa

sakit.

c. Rubor (Kemerahan)

Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang

mengalami peradangan.Waktu reaksi peradangan mulai

timbul maka arteriol yang mensuplai daerah tersebut

melebar, dengan demikian lebih banyak darah yang

mengalir kedalam mikro sirkulasi lokal.Kapiler-

kapiler yang sebelumnya kosong atau sebagian saja

meregang, dengan cepat penuh terisi darah.Keadaan

ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti.

d. Tumor (Pembengkakan)

Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman

cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan

interstisial.Campuran cairan dan sel yang tertimbun

di daerah peradangan disebut eksudat.

Page 16: BAB 2 OCY.docx

25

e. Functiolaesa

Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian

yang bengkak dan sakit disertai sirkulasi dan

lingkungan kimiawi lokal yang abnormal, sehingga

organ tersebut terganggu dalam menjalankan

fungsinya secara normal .

5. Infeksi Nosokomial

a. Pengertian

Kata nosokomial berasal dari bahasa

Yunani,dari kata nosos yang artinya penyakit,dan

komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti

tempat untuk merawat/Rumah Sakit. Jadi infeksi

nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang

diperoleh atau terjadi di Rumah Sakit dengan

ketentuan sebagai berikut (Darmadi,2008).

1) Pada waktu penderita mulai dirawat di Rumah

Sakittidak didapat tanda-tanda klinik dari

infeksi tersebut.

2) Pada waktu penderita mulai dirawat di Rumah

Sakit,tidak sedang dalam masa inkubasi dari

infeksi tersebut.

Page 17: BAB 2 OCY.docx

26

3) Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul

sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai

perawatan.

4) Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari

infeksi sebelumnya.

5) Bila saat mulai dirawat di Rumah Sakit sudah ada

tanda-tanda infeksi,dan terbukti infeksi

tersebut didapat penderita ketika dirawat di

Rumah Sakit yang sama pada waktu yang lalu,serta

bellum pernah dilaporkan sebagai infeksi

nosokomial.

b. Tempat Dan Penyebab Infeksi Nosokomial

1) Traktus urinarius

Dapat disebabkan karena pemasangan kateter

urine, system drainase terbuka, kateter dan

selang tidak tersambung,, gangguan pada drainase

urine, teknik mencuci tangan tidak tepat.

2) Luka Bedah atau traumatic

Dapat disebabkan karena persiapan kulit yang

tidak tepat, teknik mencuci tangan tidak tepat,

tidak membersihkan kulit dengan tepat, tidak

tepat menggunakan teknik aseptic selama ganti

balutan

Page 18: BAB 2 OCY.docx

27

3) Traktus respiratorius

Dapat terjadi karena : peralatan terafi

pernafasan yang terkontaminasi, tidak tepat

menggunakan teknik aseptic saat penghisapan

jalan nafas, pembuangan sekresi mukosa dengan

cara yang tidak tepat.

4) Aliran darah

Dapat terjadi karena kontaminasi cairan intra

vena melalui penggantian selang atau jarum,

memasukkan obat tambahan ke intra vena,

perawatan area tususkan yang tidak tepat, jarum

yang terkontaminasi, gagal pemasangan dan lain-

lain.

C. Konsep Dasar Kepatuhan

1.Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia patuh adalah

suka menurut perintah, taat pada perintah. Sedangkan

kepatuhan adalah prilaku sesuai aturan dan berdisiplin.

Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan terhadap

pelaksanaan prosedur tetap yang telah dibuat.

Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku

positif penderita dalam mencapai tujuan terapi (Degresi,

2005 dalam Suparyanto 2010). Dalam hal ini kepatuhan

pelaksanaan prosedur tetap (protap) adalah untuk selalu

Page 19: BAB 2 OCY.docx

28

memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan dan mematuhi

etika keperawatan ditempat perawat tersebut bekerja.

2.Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan dapat

dikategorikan menjadi :

a. Faktor internal,yaitu :

1) Umur

2) Jenis Kelamin

3) Agama

4) Pendidikan

5) Status Perkawinan

6) Kepribadian

7) Sikap

8) Kemampuan

9) Persepsi

10)Motivasi

b. Faktor eksternal,yaitu:

1) Karakteristik Organisasi

2) Karakteristik Kelompok

3) Karakteristik Pekerjaan

4) Karakteristik Lingkungan (Andareas,2009)

Page 20: BAB 2 OCY.docx

29

D. Konsep Dasar Perawat

1. Pengertian

Menurut Undang-Undang No 38 Tahun 2014 tentang

Keperawatan, Perawat adalah seseorang yang telah lulus

pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di

luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, serta memiliki

pengetahuan dan keterampilamn melalui pendidikan

dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

wewenang untuk melakukan upaya kesehatan (Undang-Undang

Kesehatan No 36 Tahun 2009).

Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan

kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,

baik dalam keadaan sakit maupun sehat (Undang-Undang No

38 Tahun 2014 tentang Keperawatan).

2. Peran Perawat

a. Peran pelaksana

Peran ini dikenal dengan care giver. Peran

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara

langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai

individu, keluarga atau masyarakat. Metode yang

digunakan adalah pendekatan pemecahan masalah yang

Page 21: BAB 2 OCY.docx

30

disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan

peran ini perawat bertindak sebagai comforter,

protector, dan advocate, communicator serta

rehabilitator.

b. Peran sebagai pendidik

Sebagai pendidik atau health educator,

perawat berperan mendidik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat serta tenaga keperawatan

atau tenaga kesehatan yang berada dibawah tanggung

jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan

kesehatan kepada klien (Individu, keluarga,

kelompok atau masyarakat) maupun bentuk desiminasi

ilmu kepada peserta didik keperawatan, antara

sesama perawat atau tenaga kesehatan lain.

c. Peran Sebagai Pengelola

Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan

tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun

pendidikan keperawatan yang berada dibawah

tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen

keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan.

Sebagai pengelola perawat berperan dalam memantau

dan menjamin kualitas asuhan/ pelayanan

keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan

sistem pelayanan keperawatan.

Page 22: BAB 2 OCY.docx

31

d. Peran Sebagai Peneliti

Sebagai peneliti di bidang keperawatan,

perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah

penelitian, menerapkan prinsip dan metode

penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian

untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan

pendidikan keperawatan. Kemampuan perawat

mengadakan penelitian sangat diperlukan tidak saja

untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang

terkait dengan pelayanan dan pendidikan

keperawatan, tetapi juga dalam rangka

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

keperawatan. Disamping itu temuan hasil penelitian

digunakan untuk menyelesaikan teknologi dari

negara lain yang selanjutnya diaplikasikan dalam

pelayanan keperawatan sesuai dengan masalah

kesehatan dan sosial budaya masyarakat Indonesia.

Hal ini perlu diperhatikan mengingat pola dan

distribusi penyakit serta kondisi keperawatan di

Indonesia berbeda dengan negara lain.

3. Fungsi Perawat

Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan

sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah

disesuaikan dengan keadaan yang ada.

Page 23: BAB 2 OCY.docx

32

Adapun fungsi perawat sebagai berikut:

a.Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak

tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam

melaksanakan tugasnya dilakukan secara mandiri

dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan

dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia

seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan

kebutuhan oksigenasi, kebutuhan cairan dan

elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan aktivitas

dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan

kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,

pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi

diri.

b. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan

kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat

lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas

yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh

perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari

perawat primer ke perawat pelaksana.

c. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang

bersifat saling ketergantungan dintara tim satu

dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila

bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam

Page 24: BAB 2 OCY.docx

33

pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan

keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit

kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan

tim perawat saja melainkan dari dokter ataupun

lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan

pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam

pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.

E. Konsep Dasar Luka

1. Definisi Luka

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsinya

anatomis normal akibat proses patologis yang berasal

dari internal maupun eksternal dan mengenai organ

tertentu. Penyembuhan luka adalah faktor penting pasca

operasi yang selalu dihadapi dan merupakan fenomena

kompleks yang melibatkan berbagai proses meliputi

inflamasi akut menyusul terjadinya kerusakan jaringan,

regenerasi sel parenkim, migrasi dan profilerasi sel

parenkim, sintesis protein extra cellular matrix

(ECM), remodeling jaringan ikat dan kompenen parenkim,

kolagenasi dan akuisisi kekuatan luka (Potter dan

Perry, 2010).

Secara teoritis kesembuhan luka merupakan suatu

proses pergantian jaringan yang mati atau rusak dengan

jaringan yang baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan

Page 25: BAB 2 OCY.docx

34

regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya

dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan

yang kembali normal. Kesembuhan luka meliputi 2

kategori yaitu: pemulihan jaringan ialah regenerasi

jaringan pulih seperti semula baik secara struktur

maupun fungsinya, dan repair ialah pemulihan atau

penggantian oleh jaringan ikat.

2. Jenis Luka

Jenis Luka menurut (Potter dan Perry, 2010)

dibagi menjadi dua berdasarkan sifat kejadian yaitu

luka di sengaja dan Luka tidak disengaja.

a. Luka disengaja

Luka disengaja misalnya luka radiasi atau bedah

b. Luka tidak disengaja

Luka tidak disengaja misalnya luka terkena trauma,

luka yang tidak disengaja juga dapat dibagi menjadi

dua yaitu Luka Mekanik dan Non Mekanik.

1) Luka Mekanik

Terdiri atas luka akibat:

a) Zat kimia

b) Termik

c) Radiasi atau

d) Sengatan listrik

Page 26: BAB 2 OCY.docx

35

2) Luka Non Mekanik

a) Vulnus seksio sesareaissum atau luka sayat

akibat benda tajam, pinggir luka terlihat

rapi.

b) Vulnus contusum, luka memar dikarenakan cedera

pada jaringan bawah kulit akibat benturan

benda tumpul

c) Vulnus laseratum, luka robek akibat terkena

mesin atau benda lainnya yang menyebabkan

robeknya jaringan rusak yang dalam

d) Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil dibagian

luar, akan tetapi besar di bagian dalam luka

e) Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas

bentuknya pada bagian luka.

3. Prinsip Penyembuhan Luka

Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut

Potter & Perry (2010) yaitu:

a. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan

dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum

kesehatan tiap orang

b. Respon tubuh terhadap luka lebih efektif jika

nutrisi yang tepat tetap dijaga

c. Respon tubuh secara sistemik pada trauma

d. Aliran darah ke jaringan dan dari jaringan yang luka

Page 27: BAB 2 OCY.docx

36

e. Kekuatan kulit dan membrane disiapkan sebagai garis

pertama untuk mempertahankan diri dari

mikroorganisme

f. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas

dari benda asing tubuh termasuk bakteri.

4. Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka

Ada beberapa stadium luka berdasarkan kedalaman dan

luasnya luka:

a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching

Erithema) : yaitu luka yang terjadi  pada lapisan

epidermis kulit. 

b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu

hilangnya lapisan kulit pada lapisan  epidermis dan

bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial

dan adanya tanda  klinis seperti abrasi, blister

atau lubang yang dangkal. 

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu

hilangnya kulit keseluruhan meliputi  kerusakan

atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas

sampai bawah tetapi  tidak melewati jaringan yang

mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan

epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai

otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu

lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak

jaringan sekitarnya. 

Page 28: BAB 2 OCY.docx

37

d.Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah

mencapai lapisan otot, tendon dan  tulang dengan

adanya destruksi/kerusakan yang luas.

5. Mekanisme Terjadinya Luka : 

a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris

oleh instrumen yang tajam. Misalnya yang terjadi

akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya

tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah

yang luka diikat (Ligasi).

b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat

benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan

oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan

bengkak. 

c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit

bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan

benda yang tidak tajam. 

d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya

benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam

kulit dengan diameter yang kecil. 

e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda

yang tajam seperti oleh kaca atau  oleh kawat. 

f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang

menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka

Page 29: BAB 2 OCY.docx

38

masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung

biasanya lukanya akan melebar.

6. Proses Penyembuhan Luka

proses penyembuhan luka melalui 3 tahap yaitu:

a. Tahap respon inflamasi (Reaksi)

Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka

yang dimulai setelah beberapa menit dan berlangsung

selama sekitar 3 hari setelah cedera.

b. Tahap proliferasi

Dengan munculnya pembuluh darah baru sebagai hasil

rekonstruksi, fase proliferasi terjadi dalam waktu

3 sampai 24 hari.Aktifitas utama selama fase ini

adalah mengisi luka dengan jaringan penyambung atau

jaringan granulasi yang baru dan menutup bagian

atas luka dengan epitelisasi.

c. Tahap maturasi (remodeling)

Maturasi merupakan tahap akhir proses penyembuhan

luka, dapat memerlukan lebih dari 1 tahun,

tergantung pada kedalaman dan luas luka. Namun luka

yang sudah sembuh biasanya tidak memiliki daya

elastisitas yang sama dengan jaringan yang

digantikannya. Serat kolagen mengalami remodeling

atau reorganisasi sebelum mencapai bentuk

normal.Biasanya jaringan parut mengandung lebih

Page 30: BAB 2 OCY.docx

39

sedikit sel-sel pigmentasi (melanosit) dan memiliki

warna yang lebih terang daripada warna kulit

normal.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka:

a. Usia: Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat

daripada orang tua. Karna Semakin lanjut usia, luka

akan semakin lama sembuh karena respon sel dalam

proses penyembuhan luka akan lebih lambat. Bayi

mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi,

lahir mempunyai antibody dari ibu, sedangkan sistem

imunnya masih imatur. Dewasa awal sistem imun telah

memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi.

Pada usia lanjut, karena fungsi dan organ tubuh

mengalami penurunan, sistem imun juga mengalami

perubahan. Peningkatan infeksi nosokomial juga

sesuai dengan umur dimana pada usia 65 tahun

kejadian infeksi tiga kali lebih sering daripada

usia muda.

b. Nutrisi : Penyembuhan menempatkan penambahan

pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya

protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan

mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi

memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi

Page 31: BAB 2 OCY.docx

40

mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang

gemuk meningkatkan resiko infeksi luka

dan penyembuhan lama karena suplay darah jaringan

adipose tidak adekuat. Gizi buruk akan memperlambat

penyembuhan luka karena kekurangan vitamin, mineral,

protein dan zat-zat lain yang diperlukan dalam

proses penyembuhan luka.

c. Koagulasi :Adanya kelainan pembekuan darah

(koagulasi) akan menghambat penyembuhan luka sebab

hemostasis merupakan tolak dan dasar fase inflamasi.

d. Gangguan sistem Imun (infeksi,virus);  Gangguan

sistem imun akan menghambat dan mengubah reaksi

tubuh terhadap luka, kematian jaringan dan

kontaminasi. Bila sistem daya tahan tubuh, baik

seluler maupun humoral terganggu, maka pembersihan

kontaminasi dan jaringan mati serta penahanan

infeksi tidak berjalan baik.

e. Penyakit Kronis : Penyakit kronis seperti Diabetes,

juga mempengaruhi sistem imun. Luka pada penderita

diabetes dengan kadar gula darah yang tidak

terkontrol biasanya akan sulit sembuh atau bahkan

dapat memburuk. Karena pada pasien dengan diabetes

mellitus terjadi hambatan terhadap sekresi insulin

akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi

tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut

Page 32: BAB 2 OCY.docx

41

juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh

yang berakibat rentan terhadap infeksi.

f. Keganasan :Keganasan tahap lanjut dapat menyebabkan

gangguan sistem imun yang akan mengganggu

penyembuhan luka.

g. Obat-obatan: Pemberian sitostatika, obat penekan

reaksi imun, kortikosteroid dan sitotoksik

mempengaruhi penyembuhan luka dengan menekan

pembelahan fibroblast dan sintesis kolagen.

h. Teknik Penjahitan; Tehnik penjahitan luka yang tidak

dilakukan lapisan demi lapisan akan mengganggu

penyembuhan luka.

i. Kebersihan diri/Personal Hygiene: Kebersihan diri

seseorang akan mempengaruhi proses penyembuhan luka,

karena kuman setiap saat dapat masuk melalui luka

bila kebersihan diri kurang.

j. Vaskularisasi baik proses penyembuhan

berlangsung :Vaskularisasi adalah pembuluh darah

yang menyuplai oksigen dan nutrisi ke organ-organ

pencernaan. Sehingga daerah yang memiliki

vaskularisasi kurang baik proses penyembuhan

membutuhkan waktu lama.

k. Pergerakan, daerah yang relatif sering

bergerak; penyembuhan terjadi lebih lama.

Page 33: BAB 2 OCY.docx

42

l. Ketegangan tepi luka, pada daerah yang

tight (tegang) penyembuhan lebih lama dibandingkan

dengan daerah yang loose.

8. Masalah yang Terjadi pada Penyembuhan Luka

Ada beberapa masalah yang terjadi pada penyembuhan

luka:

a. Perdarahan

Ditandai dengan adanya perdarahan disertai

perubahan tanda vital seperti kenaikan denyut nadi,

kenaikan pernapasan, penurunan tekanan darah,

melemahnya kondisi tubuh,kehausan,serta keadaan

kulit yang dingin dan lembab.

b. Infeksi

Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme

dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan

sakit. Infeksi terjadi bila terdapat tanda-tanda

seperti kulit kemerahan, demam atau panas, rasa

nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar luka

mengeras, serta adanya kenaikan leukosit.

c. Dehiscene

Dehiscene merupakan pecahnya luka sebagian atau

seluruhnya yang dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, seperti kegemukan, kekurangan nutrisi,

terjadinya trauma, dan lain-lain.Sering ditandai

Page 34: BAB 2 OCY.docx

43

dengan kenaikan suhu tubuh (demam), takikardia, dan

rasa nyeri pada daerah luka.

d. Evisceration

Evisceration yaitu menonjolnya organ tubuh bagian

dalam kearah luar melalui luka. Hal ini dapat

terjadi jika luka tidak segera menyatu dengan baik

atau akibat proses penyembuhan yang lambat.

9. Standar Prosedur Operasional (SPO) Menjahit Luka

a. Pengertian

Menjahit luka adalah tindakan mendekatkan tepi-tepi

luka dan mempertahankan dengan benang atau jahitan

sampai tensile strength luka dapat tersambung.

b. Tujuan

1)Meningkatkan kualitas pelayanan perawatan luka

agar tidak terjadi infeksi

2)Mempercepat penyembuhan

3)Mencegah komplikasi

c. Kriteria pencapaian

Kriteria pencapaian pelaksanaan prosedur menjahit

luka

1) Pasien merasa nyaman

Page 35: BAB 2 OCY.docx

44

2) Mempercepat proses penyembuhan

3) Menghindari terjadinya infeksi

4) Mendekatkan tepi luka dan mempertahankan dengan

benang sampai kedua sisi dapat tersambung

d. Alat dan bahan

1) Sarung tangan steril dan bersih

2) Duk steril

3) Minor set

4) Benang sesuai kebutuhan (misal: siede, plain)

5) Jarum hecting steril sesuai kebutuhan (baik

tapper maupun cutting)

6) Obat anastesi

7) Plester/ hifafix

8) Gunting plester

9) Kasa steril

10) Kasa gulung

11) Cairan normal saline

12) Cairan antiseptic

13) Kom steril

14) Korentang

15) Spuit sesuai kebutuhan

16) Cairan perihidrol (bila perlu)

17) Bengkok

18) Perlak pengalas

Page 36: BAB 2 OCY.docx

45

19) Lampu tindakan

e. Pelaksanaan

1) Mengucapkan salam

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan tujuan dan prosedur

4) Mencuci tangan

5) Menggunakan sarung tangan bersih

6) Pasang perlak pengalas

7) Membersihkan luka dengan antiseptic

8) Mengganti sarung tangan dengan sarung tangan

steril

9) Jaringan sekitar luka dianestesi

10) Bila luka kotor bersihkan dengan perihidrol

11) Bilas dengan larutan normal saline lalu oleskan

larutan desinfektan (mis yodium povidon)

12) Pasang duk lubang

13) Menjahit luka menggunakan benang dan jarum

sesuai kebutuhan dari bagian dalam ke bagian

kulit lapis demi lapis

14) Ikat benang dengan membentuk simpul, potong

benang secukupnya agar tidak terlalu panjang

dan tidak terlalu pendek (untuk jaringan ± 1 cm

dan untuk kulit ±0,65 cm.

Page 37: BAB 2 OCY.docx

46

15) Oleskan cairan desinfektan pada jahitan dan

tutup jahitan dengan kasa steril dan pasang

plester/hifafix.

16) Merapikan pasien dan mengobservasi respon

pasien

17) Merapikan alat

18) Mencuci tangan

19) Berpamitan dengan pasien dan keluarganya

20) Mendokumentasikan tindakan.(SOP Ruang IGD RSUD

Dr.R.Soedjono Selong)

Page 38: BAB 2 OCY.docx

47

F.Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan: : Diteliti

: Tidak diteliti

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan:1.Umur2.Intelegensia3.Lingkungan4.Sosial budaya5.pendidikan6.informasi7.pengalaman

Pengetahuan perawat tentang

infeksi

Mencegah infeksi

Kepatuhan terhadap SOP

1.Persiapan alat dan bahan (steril dan tidak steril)

2.Persiapan Pasien3.Cara Kerja

Kualitas pelayanan

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan:1.Lingkungan2.Pendidikan3.pekerjaan 4.Penghasilan

Patuh

Kurang patuh

Cukup patuh

Page 39: BAB 2 OCY.docx

48

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual Penelitian “Hubungan pengetahuan tentang infeksi dengan kepatuhan perawat melaksanakan SPO menjahit luka di ruang IGD RSUD Dr.R.Soedjono Selong.

G.Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian,

patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian. Setelah melalui pembuktian

dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar

atau salah, dapat diterima atau ditolak. Biasanya

hipotesis dirumuskan dalam bentuk hubungan antara kedua

variable, variable bebas dan terikat(Notoatmodjo, 2010).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan perawat

tentang dengan kepatuhan perawat melaksanakan SPO

menjahit luka di ruang IGD RSUD Dr R Soedjono Selong.

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan perawat tentang

infeksi dengan kepatuhan perawat melaksanakan SPO

menjahit luka di ruang IGD RSUD Dr R Soedjono

Selong .

Page 40: BAB 2 OCY.docx

49