16

Click here to load reader

BAB 2.. penyaring gula

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2.. penyaring gula

(kemasan). Rencana pembangunan produksi dilakukan terus-menerus

dengan berorientasai pada produk yang bersih dan berkualitas ekspor,

maka pada tahun 1988 PT. Sasa Inti Gending-Probolinggo bekerja sama

dengan AJICO, Jepang yang berkedudukan di Tokyo Jepang dalam bidang

teknologi, yaitu berupa pembuatan MSG yang memenuhi standar

internasional dengan kapasitas 25.000 ton/tahun, yang dikenal dengan

nama New Drying System (NDS). Proses pembuatan MSG yang dimaksud

adalah suatu proses yang tertutup dengan bertekanan negatif (vacuum),

yang bertujuan untuk mengurangi kadar air (H2O) dalam slurry MSG.

Pembangunan gadung NDS yang terealisasi pada tahun 2001

adalah sebagai pilot project PT. Sasa Inti Probolinggo untuk produk MSG

yang steril, bersih, dan halal guna menunjang dan mensiasati persaingan di

era globalisasi ini. Pelaksanaan menejemen mutu lingkungan yang terpadu

merupakan unsur dasar dari kebudayaan/kultur PT. Sasa Inti Gending –

Probolinggo. Paduan manajemen lingkungan dengan kultur perusahaan

akan mencerminkan etika perlindungan lingkungan yang konsisten,

kontinyu, dan berkesinambungan untuk dikembangkan sebagai warisan

perusahaan.

Dilihat dari struktur sangat jelas bahwa suatu organisasi

dibutuhkan dalam suatu perusahaan yang akan didirikan. Suatu organisasi

memperlihatkan hubungan struktur antara factor yang satu dengan yang

lainnya dalam organisasi, agar memperlihatkan bagaimana hubungan

wewenang antara atasan dan bawahan dalam pembagian tugas.

2.2 Kebijakan Mutu, Visi, Misi dan Goal Perusahaan

2.1.1 Kebijakan Mutu

PT. SASA INTI adalah produsen MSG dan DRY GA yang

berkulitas dan pupuk cair sebagai produk sampingan.

Perusahaan berkomitmen untuk menyediakan produk bermutu yang

halal serta menjamin proses yang menghasilkan produk yang

memuaskan pelanggan dan ramah lingkungan.

5

Page 2: BAB 2.. penyaring gula

Memenuhi persyaratan perundangan pemerintah dan ormasnya

untuk praduk pangan yang aman dan higienis

Melibatkan karyawan dalam bertanggung jawab terhadap kualitas

dan keamanan produk (food safety)

Menerapkan, mengevaluasi dan meningkatkan serta meninjau

sasaran target.

Ketepatan waktu penyampaian produk pada konsumen sesuai

perjanjian.

2.1.2 Visi

Menjadi perusahaan yang menghasilkan produk yang bermutu,

aman halal serta tetap menjaga kelestarian lingkungan.

2.1.3 Misi

Mengutamakan keselamatan kerja, melaksanakan sistem

produksi bersih, aman efisien serta meningkatkan sumber daya

manusia.

2.2.4 Goal

Kelangsungan hidup perusahaan dengan daya saing tinggi.

6

Page 3: BAB 2.. penyaring gula

2.3 Struktur Organisasi PT. SASA INTI GENDING PROBOLINGGO

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Sasa Inti

7

Page 4: BAB 2.. penyaring gula

Dilihat dari struktur sangat jelas bahwa suatu organisasi dibutuhkan dalam

suatu perusahaan yang akan didirikan. Suatu organisasi memperlihatkan

hubungan struktur antara faktor yang satu dengan yang lainnya dalam organisasi,

agar memperlihatkan bagaimana hubungan wewenang antara atasan dan

bawahannya dalam pembagian tugas.

2.4 Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK 3)

2.4.1 Pengertian

SMK 3, merupakan sistem manajemen secara keseluruhan yang

meliputi struktur organisasi, perencanaan tanggung jawab, pelaksanaan

produksi, proses dan sumber daya bagi pengembangan, penerapan,

pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan. Kebijakan SMK3 dalam rangka

pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja SMK 3 bertujuan

untuk menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan

manajemen, tenaga kerja dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam

rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, menciptakan tempat

yang aman dan sehat serta menciptakan efisiensi kerja.

2.4.2 Penerapan SMK 3

a. SMK3 perlu diterapkan karena kecelakaan kerja yang terjadi

disebabkan oleh faktor manajemen, manusia dan teknologi.

b. Adanya tuntutan dimana kualitas produksi tidak terlepas dari K3.

2.4.3 Audit SMK3

Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen

untuk menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan dengan

peraturan yang direncanakan dan selektif serta efisien. Tujuan audit adalah

membuktikan dan mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan

penerapan SMK3. Pelaksanaan audit meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Pembangunan dan pemeliharaan container;

b. Strategi pendokumentasian;

8

Page 5: BAB 2.. penyaring gula

c. Peninjauan ulang dan komitmen;

d. Pengendalian dokumen;

e. Pembelian;

f. Keamanan berdasarkan SMK3;

g. Standart pemantauan;

h. Pelapisan dan perbaikan kekurangan;

i. Pengelolaan dari material dan pemindahannya;

j. Penyeimbang keterampilan dan kemampuan;

k. Pengangkutan dan pengiriman data.

2.5 Sistem Kerja dan Tahap Produksi PT. Sasa Inti Gending Probolinggo

Pada PT. Sasa Inti Gending Probolinggo dalam menghasilkan produk MSG

dilakukan dalam beberapa tahap dimana tahapan– tahapan tersebut dilakukan oleh

plant–plant. Plant–plant tersebut saling berhubungan dan saling mendukung

dalam menghasilkan produk MSG yang baik. Plant–plant tersebut antara lain:

a. Plant Dekalsium;

b. Plant Fermentasi;

c. Plant Isolasi;

d. Plant Pemurnian I dan II.

Plant–plant di atas memiliki tugas yang berbeda namun mereka tidak dapat

dipisahkan mulai dari awal proses dimana bahan masih berupa tetes tebu hingga

hasil akhir berupa MSG dan beberapa produk lainnya. Berdasarkan ruang lingkup

dan batasan pada saat Kerja Praktek, kami hanya bisa menjelaskan sedikit tentang

plant decalsium, fermentasi, isolasi dan pemurnian I atau II.

2.5.1 Plant Dekalsium

Plant ini merupakan awal dari pembuatan MSG dimana tetes tebu yang

akan diolah, dipisahkan antara kotoran seperti pasir, kapur (kalsium) serat tebu

dan kotoran-kotoran lain, hingga menjadi tetes berkualitas baik yang dipisahkan

oleh mesin SC (Separator Clarfler) dan mesin SDC (Super De-Canter). Tetes

yang akan diolah memiliki beberapa syarat, diantaranya:

9

Page 6: BAB 2.. penyaring gula

a. Tetes berkualitas baik

1) Ts : minimum 53,53%b

2) Ca++ : maksimum 1170 gram/100 gram

3) K+ : maksimum 3500 gram/100 gram

4) Warna : maksimum 180

b. Tetes berkualitas jelek

1) Ts : minimum 50,09%b

2) Ca++ : maksimum 1300 gram/100 gram

3) K+ : maksimum 5700 gram/100 gram

4) Warna : maksimum 180

5) H2So4 dengan konsentrasi minimum 9700%b

Setelah tetes-tetes tersebut diseparasi, maka tetes tersebut akan

mempunyai berbagai macam kadar gula. Apabila kadar gula yang dimiliki oleh

tetes kurang dari kadar minimum, maka tetes dapat dicampur dengan tepung

tapioka, hal ini dilakukan agar tetes memiliki kadar gula yang mencukupi.

Pada plant dekalsium ini, mesin dituntut untuk bekerja secara optimal.

Secara garis besarnya permesinan yang terdapat pada plant dekalsium dibagi

menjadi 4 kelompok utama yaitu:

a. Pompa, motor, gear box : merupakan permesinan yang berfungsi untuk

menggerakkan paralatan yang berkaitan dengan tangki penampungan;

b. Mesin SDC (Super De-Canter) : merupakan mesin pengolahan bahan baku

(pemisah). Pada plant ini terdapat dua jenis mesin SDC diantaranya : P-3400;

c. Mesin SC (Separator Clafler) : merupakan mesin pengolah bahan baku, yang

merupakan kelanjutan dari mesin SDC. Pada plant ini ada dua jenis mesin

SC yaitu : SC-35 dan SC-70;

d. Tangki penampungan : merupakan sarana penampungan bahan baku dan hasil

pengolahan yang dilakukan di plant dekalsium.

10

Page 7: BAB 2.. penyaring gula

Gambar 2.2 Diagram Alur Produksi Pada Plant Dekalsium

2.5.2 Plant Fermentasi

Plant fermentasi merupakan kelanjutan dari plant dekalsium. Plant ini

mengolah bahan baku yang telah diproses pada plant dekalsium. Pada plant ini

terjadi proses fermentasi/bioteknologi/peragian hingga terbentuk asam glutamate

dengan bantuan bakteri.

Proses pertama yang terjadi adalah :

2C6H2O6 + 2NH3+3O2 ↔ 2C5H9O4N + 2CO2 + 6H2O

Mulase + Amonia Bakteri ↔ Asam Glutamat + Gas CO2 + Air

Dalam proses kimia diatas kondisi yang harus dijaga adalah

a. Temperatur : 32°C

b. Tekanan : 2,6 kg/cm²

c. PH : 7,3

d. Umur : 26-29 jam

e. Makanan bakteri

11

SDC

LL-2

SDC

SDC

TTS

CCT CAT-1 CAT-2

Sl:-2

LL-3

SL-4

TH-2

SLUDGE

LL-5

SL-3

LL-1 A+B

TH-1 A+B

FP

Page 8: BAB 2.. penyaring gula

Pada plant fermentasi permesinan yang berlangsung merupakan suatu

proses permesinan yang digerakkan oleh motor, pompa dan gear box serta dibantu

oleh beberapa tangki penampungan. Proses permesinan pada plant fermentasi

merupakan proses yang saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri guna

memperlancar proses terbentuknya hasil produksi.

2.5.3 Plant Isolasi

Bahan pada proses disini merupakan kelanjutan dari plant fermentasi yang

masih butuh proses lanjutan. Pada plant isolasi terjadi pemisahan antara bakteri

dengan DG (Dimonosodium Glutamate). DG tersebut kemudian diproses menjadi

kristal α yang ditampung ditangki penampungan (tangki S), kemudian dikirim

menuju α reaktor pada suhu 40°-50°C dengan PH 6,2. selanjutnya dikirim

ketangki β dengan penurunan suhu hingga temperatur 8°C hingga terbentuk kristal

β dengan bantuan mesin chiller (pendingin). Dari tangki β, larutan diseparator

dengan menggunakan mesin SDC (A, B, C, D) hingga terbentuknya GM

(Glutamate Mother) dan GA (Glutamate Acid). GM yang terbentuk pertama kali

dibuang untuk dijadikan pupuk , sedangkan GM yang kedua diproses pada mixing

tank. GM3 dan GM4 digunakan sebagai campuran pada tangki R2. hasil yang

terbentuk terakhir adalah GM4 dan GA4, kedua hasil tersebut sangat dibutuhkan.

Sebagai campuran menuju DCL (PMR I). Untuk lebih jelasnya, proses pada

isolasi plant dapat dilihat pada diagram alurnya.

12

Page 9: BAB 2.. penyaring gula

Gambar 2.3 Diagram Alur pada Plant Isolasi

Keterangan :

ML : Multi Evaporator

MVE : Multi Evaporator Recovery

ML : Mother Liquid

GM : Glutamate Mother

GA : Glutamate Acid

13

Mixing Tank

DCL

Tangki R1

GM 1

GA 1

SDC ATangki β (penurunan sampai temperatur 8°C

Α reaktor SCB (H2SO4 + HCL). PH = 6,2

Tangki SMixing tankSCB

MVR

MEV

GA 2 GM 2

SDC B

NL

Pupuk

NaOH

VBF

Tangki S

Page 10: BAB 2.. penyaring gula

2.5.4 Plant Pemurnian I dan II

Plant Pemurnian merupakan plant yang sangat berpengaruh pada mutu

dan hasil dari MSG. Proses yang terjadi secara umum adalah : sirup yang

telah diproses pada plant-plant sebelumnya masuk ke bagian DCL

(Denatralicil Carbon Liquid) kemudian dinetralisir di D-PRO (dengan

penambahan Resin). Dari D-PRO dihasilkan sirup yang kemudian diberi

tambahan karbon + NL dan selanjutnya diproses pada mesin Auto Filter (AF).

Dari proses tersebut dihasilkan sirup dan karbon. Sirup dari AF kemudian

diproses pada mesin VACUUM CRYSTALIZER (VC) untuk pembentukan

kristal MSG, sedangkan karbon yang dihasilkan dapat digunakan lagi, dibakar

ataupun dibuang. Di dalam Vacuum Crystalizer sirup akan diproses selama 8

jam dengan temperatur antara100-150 0C. hingga terbentuk Kristal.

Kristal yang dihasilkan masih bercampur dengan sirup. Untuk

memisahkannya maka digunakan mesin SEPARATOR MARK III, dari sini

akan dihasilkan kristal dengan tingkat kekeringan yang berkisar ± 60%.

Untuk menjadikan kristal tersebut kering 100%, digunakan mesin dryer

(pengering) dengan bantuan Heater (pemanas). Setelah diolah pada dryer dan

heater Kristal - kristal tersebut dikirim ke vibroscren dan shifter yang

menggunakan Pneumatic Conveyor. Prinsip kerja vibroscren dan shifter dapat

dibilang sama, karena mesin ini bekerja seperti ayakan pasir dengan ukuran-

ukuran kassa yang telah ditentukan.

Dengan alat inilah MSG yang telah diolah dapat dibedakan

kualitasnya. Dan hasil akhir dari tahap ini adalah berupa Reject MSG, dan

hasil yang berupa reject ini dikirim kembali menuju DCL yang berfungsi

sebagai pemancing untuk terbentuknya kristal awal, sedangkan kristal yang

baik sudah dapat dikemas dan dipasarkan.

14

Page 11: BAB 2.. penyaring gula

Adapun pembagian ukuran pada kristal hasil pemurnian antara lain :

ELC ; Existing Large Crystal

ERG ; Exiting Reguler Crystal

EMC ; Existing Medium Crystal

SFC ; Small Fine Crystal

EPC ; Existing Powder Cystal

Setelah pembagian ukuran, kristal kemudian dikemas dalam karung

yang berisi ± 500 kg. Kemudian siap diantar pada bagian packing untuk

dikemas (pack) sesuai permintaan perusahaan. Pada dasarnya Pemurnian I

(PMR I) hanya untuk melayani permintaan dalam negeri dan pemurnian II

(PMR II) hasilnya untuk diekspor.

15