10
BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Definisi Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia.Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi (Dahlan, 2009). Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru- paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi (Wilson, 2005). Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pada anak pneumonia terjadinya seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus. Gejala pneumonia adalah berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak (Padmonobo et al, 2012). Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan 4

BAB 2 PNEUMONIA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

5

BAB 2TELAAH PUSTAKA

2.1. Definisi Infeksi saluran napas bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. ISNBA dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk pneumonia.Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi (Dahlan, 2009).Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi (Wilson, 2005). Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pada anak pneumonia terjadinya seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus. Gejala pneumonia adalah berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak (Padmonobo et al, 2012).Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan penyebabnya yang tersering, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi. Bila proses infeksi teratasi, terjadi resolusi dan biasanya struktur paru normal kembali. Namun pada pneumonia nekrotikans yang disebabkan antara lain oleh Staphylococcus atau kuman gram negatif terbentuk jaringan parut atau fibrosis (Dahlan, 2009).Pneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi sebelum masuk rumah sakit. Pneumonia yang berhubungan dengan ventilator atau Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam setelah pemasangan intubasi endotrakeal. Pada healthcare-associated pneumonia (HCAP) termasuk pasien yang dirawat oleh perawatan akut di RS selama 2 hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses infeksi, tinggal di rumah perawatan (nursing home atau long-term care facility), mendapat AB intavena, kemoterapi atau perawatan luka dalam waktu 30 hari proses infeksi ataupun datang ke klinik RS atau klinik hemodialisa (Dahlan, 2009).Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi dan radiasi. Di negara berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus aureus (Gozali, 2010).

2.2. EtiologiCara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh Staphylococcus aureus, sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan Enterobacter. Pada masa kini terjadi perubahan pola mikroorganisme penyebab ISNBA akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, populasi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga menimbulkan perubahan karakteristik kuman. Terjadilah peningkatan pathogenesis atau jenis kuman terutama S.aureus, B. catarrhalis, H. influenza dan Enterobacteriacae oleh adanya berbagai mekanisme. Juga dijumpai pada berbagai bakteri enteric gram negatif (Dahlan 2009).Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalm spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi pengobatan. Spektrum mokroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil (< 20 hari) meliputi Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif seperti E. Coli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar (3 minggu 3 bulan) dan anak balita (4 bulan 5 tahun), pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza tipe B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumonia (Gozali, 2010).

Gambar 2.1. Etiologi pneumonia pada anak di negara berkembang

Sumber : Scott, dkk, 2008

Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia dan hal ini berdampak kepada obat yang akan diberikan. Mikroorganisme penyebab yang paling sering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar negara, antara satu daerah dengan daerah lain pada satu negara, di luar rumah sakit dan di dalam rumah sakit, antara rumah sakit besar atau tersier dengan rumah sakit yang lebih kecil. Oleh karena itu perlu diketahui dengan baik pola kuman penyebab secara umum, karena itu meskipun pola kuman diluar negeri tidak sepenuhnya cocok dengan pola kuman di Indonesia, maka pedoman yang berdasarkan pola kuman diluar negeri dapat dipakai sebagai acuan secara umum (Dahlan 2009).

Tabel 2.1. Penyebab paling sering Pneumonia yang didapat dari masyarakat dan NosokomialSumberPenyebab

Masyarakat

Rumah SakitStreptococcus pneumoniaMycoplasma pneumoniaHaemophillus influinzaeLegionella pneumophillaChlamydia pneumoniaAnaerob oral (aspirasi)Influenza tipe A dan BAdenovirus

Basil usus gram negative (missal E.Coli, Klebsiella pneumonia)Pseudomonas aeruginosaStaphylococcus aureusAnaerob oral

(Sylvia A. Price. 2005)

Pneumonia yang ditandai oleh penimbunan cairan peradangan di dalam atau di sekitas alveolus. Biasanya pneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, tetapi dapat juga terjadi dari aspirasi (masuk ke jalan napas) secara tidak sengaja makanan, muntahan, atau bahan-kimiawi (Sheerwood, 2001).

2.3. PatogenesisUmumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran resporatori. Ada 3 stadium dalam patofisiologi penyakit pneumonia yaitu : 1) Stadium hepatisasi merah. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu

Gambar 2.2. Mekanisme infeksi bakteri dan virus pada sel epitel saluranpernapasan

Sumber : Scott dkk. 2008

terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. 2) Stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. 3) Stadium resolusi Setelah itu, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal (Pradhana, 2010).

2.4. Faktor ResikoMeskipun terdapat berbagai mekanisme pertahanan dalam saluran pernapasan, selalu terdapat faktor risiko. Sehingga hal ini menyebabkan individu rentan terhadap infeksi. Menurut Wilson L.M. (2005) bayi dan anak kecil rentan terhadap penyakit pneumonia karena respon imunitas bayi dan anak kecil masih belum berkembang dengan baik. Adapun faktor risiko yang lain secara umum adalah (Wilson, 2005): 1) Infeksi pernapasan oleh virus. 2) Penyakit asma dan kistik fibrosis. 3) Sakit yang parah dan menyebabkan kelemahan (DM, uremia). 4) Kanker (teutama kanker paru). 5) Tirah baring yang lama. 6) Pengobatan dengan imunosupresif. 7) Malnutrisi. 8) AIDS.

Faktor risiko yang meningkatkan kejadian pneumonia balita meliputi: instrisik, ekstrinsik dan perilaku. Faktor instrinsik berupa umur, status imunisasi, status gizi, pemberian vitamin A dan pemberian air susu ibu. Faktor ekstrinsik berupa lingkungan rumah yang terdiri dari komponen rumah yang menunjang terciptanya rumah yang sehat, seperti dinding, lantai, ventilasi, pencahayaan alami dan kepadatan penghuni (Padmonobo et al, 2012).

2.5. PenatalaksanaanPengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotic yang efektif terhadap organism tertentu, terapi O2 untuk menanggulangi hipoksemia, dan pengobatan komplikasi. Seringkali komplikasi dan mortalitas dikaitkan dengan jenis organism yang mengakibatkan infeksi (Wilson, 2005). Pneumonia pneumokokus biasanya tidak disertai komplikasi dan jaringan yang rusak dapat diperbaiki kembali menjadi jaringan yang normal. Komplikasi yang paling sering adalah efusi pleura ringan. Obat pilihan untuk penyakit ini adalah Penisilin G (Wilson, 2005).Sebelum era antibiotic, tingkat mortalitas untuk pneumonia pnemokokus adalah sebesar 20% sampai 40%, tetapi kini telah turun hingga 20%. Kematian lebih sering terjadi pada orang tua, dan pasien penyakit kronik. Adanya bakterimia juga memengaruhi prognosis pneumonia. Mortalitas pada pasien dengan bakterimia sekitardua kali lebih besar disbanding tanpa bakterimia. Bakterimia sementara dapat dialami semua penderita pneumonia pneumokokus (Wilson, 2005).

4