Upload
saskia-mandalike-part-ii
View
222
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
berguna untuk pedoman/contoh penyelesaian studi
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan
2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akutansi Indonesia No.1 (2004:2) dinyatakan bahwa laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan lengkap terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara, misalnya laporan ekuitas atau laporan arus dana). Catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Budi
Rahardjo (2001:45) Laporan Keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau
pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada
pihak-pihak luar perusahaan, yaitu pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah
(instansi pajak), kreditor (Bank atau lembaga keuangan), dan pihak lainnya yang
berkepentingan.
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akutansi Indonesia dalam PSAK No.1 (2004:4) dinyatakan bahwa
tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi tersebut bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta
7
8
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Mamduh (2000:30) bahwa pelaporan keuangan harus memberikan informasi
yang bermanfaat untuk investor, kreditor, dan pemakai lainnya, saat ini maupun potensial
(masa mendatang), untuk membuat keputusan unvestasi, kredit, dan investasi semacam
lainnya.
2.1.3. Komponen Laporan Keuangan
Menurut Budi rahardjo (2001:49) komponen laporan keuangan terdiri dari:
2.1.3.1 Neraca (Balance Sheet)
Adalah laporan mengenai keadaan harta atau kekayaan perusahaan, atau keadaan
posisi keuangan perusahaan pada saat (tanggal) tertentu. Neraca memberitahu kita
mengenai seberapa kuat posisi keuangan perusahaan dengan memperlihatkan bagian
yang dimiliki perusahaan dan bagian yang dipinjam dari kreditor untuk suatu jangka
waktu tertentu. Komponen neraca sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu:
2.1.3.1.1 Aktiva atau Harta
Adalah sumber daya ekonomi atau harta yang dimiliki atau dikendalikan
oleh suatu perusahaan, seperti kas, bangunan, kendaraan,dan lain-lain yang
diharapkan mempunyai manfaat dimasa depan. Atau investasi yang dilakukan
perusahaan dalam aktivitasnya mengejar laba. Aktiva atau Harta yang terdapat pada
kolom sebelah kiri neraca yang mencerminkan struktur kekayaan perusahaan, yang
menunjukkan dana perusahaan ditanamkan atau dialokasikan pada pos-pos apa saja.
Aktiva biasanya terdiri dari:
9
1. Aktiva lancar, secara umum aktiva lancar meliputi kas dan semua aktiva dalam
jangka waktu singkat atau jangka pendek akan kembali lagi dalam bentuk kas.
Jangka waktu biasanya tidak lebih dari satu tahun terhitung dari tanggal neraca.
Yang termasuk komponen dari aktiva lancar adalah:
1.1 Kas dan Bank, adalah semua tagihan dan uang di brankas dan uang
yang tersimpan di bank. Uang yang tersimpan di bank bisa dalam
bentuk rekening, tabungan, atau giro maupun deposito
1.2 Surat berharga atau efek (Marketable Securities), aktiva ini adalah
investasi jangka pendek yang kelebihan dana yang tertanam dalam kas ,
atau kas yang tidak terpakai yang tidak segera diperlukan. Biasanya
diinvestasikan dalam bentuk surat berharga (commercial paper dan
government securities).
1.3 Piutang dagang, adalah suatu nilai yang belum kita terima dari
langganan atau konsumen meskipun barang sudah kita serahkan
sebelum dibayar.
1.4 Persediaan, Persediaan untuk perusahaan pabrikasi (perusahaan yang
menghasilkan atau memproduksi barang) terdiri dari tiga kelompok
yaitu: barang mentah yang digunakan dalam proses produksi, barang
setengah jadi yang masih perlu proses lebih lanjut, dan barang jadi
yang siap untuk dipasarkan.
1.5 Biaya Dibayar di Muka, pembayaran di muka bisa muncul pada situasi
sebagai berikut. Pada tahun ini perusahaan membayar asuransi
kebakaran untuk jangka waktu tiga tahun.
10
2 Aktiva tetap, adalah berhubungan dengan hak milik, bangunan dan peralatan.
Aktiva ini bukan untuk dijual akan tetapi digunakan untuk kegiatan perusahaan,
berproduksi, menyimpan barang, mengirim dan memamerkan produknya. Yang
termasuk dalam komponen aktiva tetap adalah tanah, hak atas tanah, bangunan,
mesin, peralatan, perabotan kantor, mobil, truk, dsb.
3 Aktiva Tidak Berwujud, adalah aktiva yang secara fisik tidak ada tetapi
mempunyai nilai nyata bagi perusahaan. Contoh dari aktiva ini adalah:
3.1 Hak patent (patent)
3.2 Hak cipta (copy right)
3.3 Goodwill
3.4 Franchise
3.5 Merek dagang (trade mark)
2.1.3.1.2 Kewajiban / Hutang (Liabilities)
Merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan oleh perusahaan
di masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa yang
disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya. Komponen
kewajiban ada tiga kelompok diantaranya adalah :
1. Kewajiban/hutang lancar (current liabilities) , merupakan kewajiban atau hutang
yang akan dibayar atau jatuh tempo dalam waktu satu tahun buku (terhitung sejak
tanggal neraca) atau kurang, atau dalam siklus operasi normal jika lebih dari satu
tahun.
Yang termasuk kewajiban lancar adalah:
11
1.1 Hutang dagang, menunjukkan suatu jumlah dimana perusahaan
meminjam dari rekan usaha atau kreditor, darimana telah dibeli barang
secara kredit.
1.2 Hutang wesel, Jika uang dipinjam dari bank atau pihak lain, maka akan
muncul di neraca pada pos hutang wesel, sebagai bukti bahwa suatu
perjanjian tertulis telah diberikan kepada pihak yang memberikan
pinjaman.
1.3 Hutang pajak, merupakan hutang kepada instansi pajak yang belum
dibayar
2. Kewajiban jangka panjang (long term liabilities), merupakan kewajiban yang
tidak akan dibayar dengan aktiva lancar selama siklus operasi, atau tidak akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau lebih (terhitung sejak tanggal neraca)
Contoh dari kewajiban jangka panjang:
2.1 Obligasi, merupakan suatu perjanjian tertulis antara peminjam
(perusahaan yang mengeluarkan obligasi) dan pemberi pinjaman dalam
mana peminjam sepakat untuk membayar suatu jumlah tertentu pada
tanggal tertentu di waktu mendatang (saat jatuh tempo) dan membayar
bunga secara periodik pada tanggal tertentu.
2.1.3.1.3 Modal atau Ekuitas
Adalah sesuatu yang bernilai yang dimiliki dan digunakan, dan sesuatu
yang bernilai yang digunakan tapi tidak dimiliki. Komponen dari modal sendiri
diantaranya adalah :
12
1. Modal saham, merupakan saham yang mencerminkan kepentingan pemegangnya
sebagai pemilik perusahaan. Saham ini dinyatakan dengan sertifikat saham yang
dikeluarkan oleh perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham. Modal
saham sendiri terdiri dari saham preferen dan saham biasa.
2. Agio Saham, merupakan jumlah yang dibayar oleh para pemegang saham diatas
nilai pokok dari saham.
2.1.3.2 Laporan Laba Rugi (Profit and Loss Statement)
Adalah laporan mengenai kemajuan perusahaan. Pada dasarnya laporan laba rugi
memberitahu apa yang diperoleh perusahaan tahun ini, apakah laba atau rugi dan berapa
banyak laba/keuntungan atau kerugiannya. Laporan ini menggambarkan kemajuan usaha
suatu perusahaan selama satu periode tertentu atau selama satu tahun buku.
Komponen dari perhitungan laba rugi adalah:
1. Penjualan
2. Harga Pokok Penjualan
3. Beban Usaha
4. Pendapatan dan beban lain-lain
5. Pajak penghasilan
2.1.3.3 Laporan Perubahan Posisi Keuangan (The Statement Changes In Financial)
Adalah catatan yang melaporkan perubahan posisi keuangan yang biasanya
disajikan dalam Laporan Arus Dana atau Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Funs
13
Flow Statement) yang melaporkan sumber (dari mana dana diperoleh) dan penggunaan
dana (kemana dana dipakai) atau disajikan dalam Laporan Arus Kas (Cash Flow
Statement) yang melaporkan perubahan posisi keuangan berbasis kas, yaitu suatu
ringkasan kas yang diterima dan dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode.
2.1.3.4 Catatan atas Laporan Keuangan (Footnotes or Notes to The Financial
Statement)
Merupakan suatu ikhtisar yang memuat penjelasan mengenai kebijakan-kebijakan
akutansi yang mempengaruhi posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Catatan atas
laporan keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan atau bagian integral dari suatu
laporan keuangan perusahaan. Alasannya adalah karena laporan keuangan itu sendiri
singkat dan padat, sebab itu tak mungkin menyajikan semua informasi penting yang
berhubungan dengan suatu rekening tertentu. Karena itu penjelasan yang tidak bisa
diringkas dijelaskan secara lebih terinci pada Catatan Atas Laporan Keuangan yang
merupakan penjelasan tertulis mengenai aspek-aspek penting dari berbagai item. (Budi
Raharjo:84)
2.1.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Beberapa sifat dan keterbatasan laporan keuangan (Harahap,2002:74) adalah:
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang
lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dianggap sebagai satu-satunya sumber
informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi
2. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk pemakai dan bukan dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan tertentu saja. Misalnya untuk Pajak dan Bank
14
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan
berbagai pertimbangan
4. Akutansi hanya melaporkan informasi material. Demikian pula penerapan prinsip
akutansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal
ini dianggap tidak material atau tidak menimbulkan pengaruh yang material
terhadap laporan keuangan
5. Laporan keuangan baersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila
terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian
beberapa suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih
atau nilai aktiva paling kecil
6. Laporan keuangan menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau
transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas), (substance over form)
7. Laporan keuangan dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan
keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akutansi dan sifat dari informasi
yang diharapkan
8. Adanya berbagai alternatif metode akutansi yang digunakan menimbulkan variasi
dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar
perusahaan
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya diabaikan
2.1.5 Pengguna Laporan Keuangan
15
Menurut Budi Rahardjo (2001:46) ada beberapa pengguna (baik intern maupun ekstern)
yang berkepentingan dengan data-data akutansi maupun sajian laporan keuangan perusahaan.
Pengguna data akutansi antara lain:
1. Manajer atau pimpinan perusahaan
Pengguna utama dari data akutansi adalah manajer perusahaan itu sendiri. Manajer
dituntut untuk mengambil keputusan tanpa tahu masalah yang mungkin akan muncul.
Untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan,
informasi akutansi sangat berguna. Dengan melihat cacatan keuangan perusahaan
tahun yang lampau dan saat ini, manajer akan mendapatkan gambaran kecenderungan
yang akan terjadi dan indikasi kemungkinan di masa depan
2. Pemegang saham atau Pemilik Perusahaan
Pamakai utama data akutansi adalah pemegang saham atau pemilik perusahaan.
Pemilik yang menanamkan uangnya ke dalam perusahaan berkepentingan langsung
atas maju mundurnya perusahaan. Mereka biasanya mendapatkan laporan tahunan
perusahaan yang didalamnya mencakup neraca, perhitungan laba rugi, dan laporan
keuangan lainnya
3. Pemerintah
Pemerintah juga merupakan pengguna atas data akutansi perusahaan, khususnya
kantor pelayanan pajak. Kantor pajak perlu tahu laba yang diperoleh suatu perusahaan
setiap tahun, untuk perhitungan pajaknya
4. Kreditor
Kreditor baik Bank maupun lembaga keuangan lainnya juga berkepentingan dengan
data akutansi perusahaan, untuk mengetahui kemampuan perusahaan mengembalikan
16
kredit yang akan atau telah diambil. Biasanya kreditor mengharapkan laporan
keuangan secara periodik, untuk mengetahui perubahan posisi keuangan perusahaan
5. Karyawan Perusahaan
Karyawan perusahaan (diluar negeri, biasa tergabung dalam organisasi perburuhan)
biasanya juga ingin mengetahui laporan keuangan perusahaan. Bagi organisasi buruh
ini, laporan keuangan diperlukan guna melakukan tawar-menawar kontrak kerja
berikutnya.
2.1.6Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Budi Rahardjo (2001:88) ada tiga teknik analisis yang sering digunakan, yaitu:
1. Analisis Horisontal yaitu perbandingan data keuangan untuk periode dua tahun atau
lebih. Analisis horisontal sangat membantu karena menyajikan perubahan antar tahun
baik dalam bentuk nilai rupiah maupun prosentase.
2. Analisis Vertikal yaitu laporan umum (commonzise statement), dalam analisis ini
komponen-komponen dalam laporan laba rugi dan neraca dinyatakan dalam
prosentase. Pada laporan laba rugi dipersentasekan ke penjualan, sedangkan pada
neraca dipersentasekan ke aktiva atau pasiva. Besarnya persentase pada tahun yang
dievaluasikan kemudian dibandingkan dengan tahun yang sebelumnya.
3. Analisis keuangan atau lebih dikenal sebagai analisis rasio, rasio (perbandingan)
dapat dilakukan untuk dan antar sepasang pos baik dalam neraca maupun perhitungan
laba rugi.
2.2 Analisis Rasio Keuangan
17
2.2.1 Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Mamduh M. Hanafi (2009) analisis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan
tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Pekerjaan yang paling mudah dalam
analisis laporan keuangan tentu saja menghitung rasio-rasio keuangan suatu perusahaan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2006) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan. Sedangkan menurut James C Van Home di dalam
buku Kasmir (2009) rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka
akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.
2.2.2 Bentuk-bentuk Rasio Keuangan
Untuk menilai tingkat kesehatan keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-
rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan
memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur
diinterpresentasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambil keputusan.
Banyak penulis yang menyodorkan jenis rasio yang menurut penulisnya cocok untuk
memahami perusahaan. Umumnya rasio yang dikenal dan popular adalah rasio likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas namun sebenarnya banyak lagi rasio yang dapat dihitung dari laporan
keuangan yang dapat memberikan informasi bagi analisis.
Berikut ini bentuk-bentuk rasio keuangan (gabungan dari beberapa ahli) adalah sebagai
berikut:
1. Rasio Likuiditas
18
Fred Weston di buku Kasmir (2009) menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang)
jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu memenuhi
hutang tersebut terutama hutang yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas atau sering juga
disebut dengan rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
likuidnya suatu perusahaan.
Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan yaitu :
1.1 Rasio Lancar (current ratio)
1.2 Rasio sangat lancar (quick ratio)
1.3 Rasio kas atas aktiva lancar
1.4 Rasio kas atas hutang lancar
1.5 Rasio aktiva lancar dan total aktiva
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total
hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka
panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi pasiva (Mamduh M.
Hanafi, 2009).
Rasio-rasio solvabilitas antara lain :
2.1 Rasio hutang atas modal
2.2 Rasio pelunasan hutang (debt service ratio)
2.3 Rasio hutang atas aktiva
3. Rasio Rentabilitas/profitabilitas
19
Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dalam suatu perseroan
adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui
usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan pemilik perusahaan.
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapat laba melalui
semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.
Margin laba menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
pada tingkatan penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpresentasikan juga sebagai
kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efesiensi) di perusahaan pada periode
tertentu (Mamduh M. Hanafi, 2009).
Beberapa jenis rasio rentabilitas/profitabilitas ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
3.1 Margin laba (profit margin)
3.2 Asset turn over (return on equity)
3.3 Return on total asset
3.4 Basic earning power
3.5 Earning per share
3.6 Contribution margin
4. Rasio Leverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal asset.
Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan
kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik mestinya
20
memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Rasio ini bisa juga dianggap bagian
dari rasio solvabilitas.
Ada beberapa macam rasio antara lain:
4.1 Leverage
4.2 Capital adequacy ratio (CAR)
5. Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan
operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya.
Rasio ini antara lain:
5.1 Inventory turn over
5.2 Receivable turn over
5.3 Fixed asset turn over
5.4 Total asset turn over
5.5 Perode penagihan piutang
6. Rasio Pertumbuhan
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonomisnya
dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industry atau pasar produk tempatnya
beroperasi. Data yang dilaporkan merupakan tingkat pertumbuhan nyata dan rill ditambah
faktor kenaikan tingkat harga.
Beberapa jenis rasio ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
21
6.1 Rasio kenaikan penjualan
6.2 Rasio kenaikan laba bersih
6.3 Earning per share
6.4 Kenaikan deviden per share
7. Rasio Penilaian Pasar
Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal
yang menggambarkan situasi/ keadaan prestasi di pasar modal. Tidak berarti rasio lain tidak
dipakai.
Adapun rasio yang sering digunakan:
7.1 Price earning ratio (PER)
7.2 Market to book value ratio
8. Rasio Produktivitas
Jika pertumbuhan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka bisa dihitung
rasio produktivitas. Rasio ini menunjukan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang
dinilai seperti:
8.1 Rasio karyawan atas penjualan
8.2 Rasio biaya perkaryawan
8.3 Rasio penjualan terhadap space ruangan
8.4 Rasio laba terhadap karyawan
8.5 Rasio laba terhadap cabang
22
Sebenarnya masih banyak lagi rasio lain yang dapat mengukur produktivitas ini. Dan
masing-masing orang dapat membuat rasio sendiri yang dinilai bermanfaat dan berarti. Bisa
ditinjau dari aspek penjualan, biaya, aktiva, modal, dan komponen lainnya.
Table 2.1
Ringkasan Rasio Keuangan
Rasio keuangan Rumus
1. Rasio likuiditas
a. Rasio lancar
b. Rasio sangat lancar
c. Rasio kas atas aktiva lancar
d. Rasio kas atas hutang lancar
e. Rasio aktiva lancar dan total
aktiva
f. Rasio aktiva lancar dan total
hutang
a. Aktiva lancar
Hutang lancar
b. Aktiva lancar-persediaan
Hutang Lancar
c. Kas
Aktiva lancar
d. Kas
Hutang lancar
e. Aktiva lancar
Total aktiva
f. Aktiva lancar
Total hutang jangka panjang
2. Rasio solvabilitas
a. Rasio hutang atas modal
b. Rasio pelunasan hutang
c. Rasio hutang atas aktiva
a. Total hutang
Modal
b. Laba bersih + bunga + penyusutan +
beban non kas
Pembayaran bunga dan pinjaman
23
c. Total hutang
Total Aktiva
3. Rasio Rentabilitas/profitabilitas
a. Margin laba (profit margin)
b. Return on aset (ROA)
c. Return on investment (ROE)
d. Return on total asset
e. Basic earning power
f. Contribution margin
a. Laba bersih
Penjualan
b. Laba bersih
Total aset
c. Laba bersih
Modal
d. Laba bersih
Rata-rata total aset
e. Laba sebelum bunga dan pajak
Total aktiva
f. Laba kotor
Penjualan
4. Rasio leverage
a. Leverage
b. Capital adequacy ratio
a. Hutang
Modal
b. Modal
Aktiva tertimbang menurut resiko
5. Rasio Aktivitas
a. Inventory turn over
b. Receivable turn over
c. Fixed asset turn over
d. Total asset turn over
e. Periode penagihan piutang
f. Perputaran modal kerja
a. Harga pokok penjualan
Persediaan barang
b. Penjualan kredit bersih
Piutang
c. Penjualan
Aktiva tetap bersih
d. Penjualan
24
(working capital turn over) Total asset
e. Piutang (rata-rata)
Penjualan per hari
f. Penjualan bersih
Modal kerja
6. Rasio Pertumbuhan
a. Rasio kenaikan penjualan
b. Rasio kenaikan laba bersih
c. Earning per share
d. Kenaikan dividen per share
a. Penjualan thn ini-penjualan thn lalu
Penjualan tahun lalu
b. Laba bersih thn ini-laba bersih thn
lalu
Laba bersih tahun lalu
c. EPS thn ini-EPS thn lalu
EPS tahun lalu
d. Dividen thn ini-dividen thn lalu
Dividen tahun lalu
7. Rasio Penilaian Pasar
a. Price earning ratio (PER)
b. Market book value ratio
a. Harga saham pasar
Laba bersih
b. Nilai pasar saham
Nilai buku
8. Rasio Produktivitas
a. Rasio karyawan atas penjualan
b. Rasio biaya perkaryawan
c. Rasio penjualan terhadap space
ruangan
d. Rasio laba terhadap karyawan
e. Rasio laba terhadap cabang
a. Jumlah penjualan bersih
Jumlah karyawan
b. Total biaya
Jumlah karyawan
c. Jumlah penjualan bersih
Jumlah space
d. Jumlah laba bersih
25
Jumlah karyawan
e. Total laba
Jumlah cabang
2.2.3 Keunggulan Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dibandingkan dengan analisis lainnya.
Menurut Harahap (2007) keunggulan tersebut adalah:
1. Rasio merupakan angka /ikhstisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan.
5. Lebih mudah membandingkan rasio secara periodik atau timelines.
6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan
datang.
2.2.4 Keterbatasan Rasio Keuangan
Adapun keterbatasan analisis rasio (Harahap, 2007) adalah:
26
1. Kesulitan memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki aktivitas atau kapan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik, seperti:
a. Bahan perhitungan rasio laporan keuangan itu banyak mengandung
taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan atau rasio adalah nilai cost
(perolehan) bukan harga pasar.
c. Metode penelitian yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan
berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
d. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
e. Jika ada perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi
yang dipakai tidak sama, oleh karena itu jika dilakukan perbandingan, bisa
menimbulkan kesalahan.
2.3 Penilaian Kesehatan Keuangan
Tingkat kesehatan perusahaan diperlukan untuk melihat apakah suatu keuangan dalam
suatu perusahaan itu dalam keadaan sehat atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan
27
membandingkan dengan rasio. Dengan rasio itu kita dapat mengetahui tingkat rentabilitas,
likuiditas dan solvabilitas suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Dalam dunia bersaing secara global perusahaan menuntut kesehatan keuangan yang baik,
hal ini diperlukan karena akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Pada prinsipnya penilaian
kesehatan keuangan merupakan kepentingan pemilik, pimpinan perusahaan, investor, kreditur
dan pemerintah. Penilaian maupun pemeriksaan BUMN dilakukan oleh Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) berdasarkan ketentuan penilaian tingkat kesehatan
perusahaan. Ini menunjukkan bahwa ketentuan penilaian tingkat kesehatan merupakan
sebagai tolak ukur dalam penilaian perusahaan. Hasil penelitian keuangan BUMN digunakan
untuk menentukan penggolongan tingkat kesehatan BUMN. Menurut Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 Penilaian kesehatan keuangan
BUMN pada peraturan tahun 2002 tersebut terdiri berdasarkan nilai bobot pada aspek
Rentabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas.
Di bawah ini pada tabel 2.2 disajikan Dasar Perhitungan Kesehatan Keuangan BUMN,
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002.
Tabel 2.2
Dasar Perhitungan Kesehatan Keuangan BUMN
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
28
Nomor: KEP-100/MBU/2002
Kategori Keterangan
SEHAT AAA apabila total skor (TS) lebih besar dari 95
AA apabila 80 < TS <= 95
A apabila 65 < TS <= 80
KURANG SEHAT BBB apabila 50 < TS < = 65
BB apabila 40 < TS <= 50
B apabila 30 < TS <= 40
TIDAK SEHAT CCC apabila 20 < TS < = 30
CC apabila 10 < TS <= 20
C apabila TS <= 10
Sumber: SK Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002 (diolah)
2.3.1 Indikator Keuangan
Menurut SK Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 tanggal
04 juni 2002 indikator dari aspek keuangan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Daftar Indikator dan Bobot Keuangan
Indikator Bobot
1. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) 20
2. Imbalan Investasi (ROI) 15
3. Rasio Kas 5
4. Rasio Lancar 5
5. Collection period 5
29
6. Perputaran Persediaan 5
7. Perputaran Total Asset 5
8. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva 10
Total Bobot 70
1. Imbalan kepada pemegang saham/Return On Equity (ROE)
ROE= Laba setelah pajak X 10%
Modal sendiri
Laba setelah pajak adalah laba setelah dikurangi dengan laba hasil penjualan dari:
1. Aktiva tetap
2. Aktiva non produktif
3. Aktiva lain-lain
4. Saham penyertaan langsung
Tabel 2.4 Daftar Skor Penilaian ROE
ROE (%) Skor
15 < ROE 20
13 < ROE < = 15 18
11 < ROE < = 13 16
9 < ROE < = 9 14
7,9 < ROE < = 13 12
6,6 < ROE < = 7,9 10
5,3 < ROE < = 6,6 8,5
4 < ROE < = 5,3 7
2,5 < ROE < = 4 5,5
1 < ROE < = 2,5 4
0 < ROE < = 1 4
30
ROE < 0 0
2. ROE = EBIT + Penyusutan X 100%
Capital Employed
EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan dari:
1. Aktiva tetap
2. Aktiva non produktif
3. Aktiva lain-lain
4. Saham penyertaan langsung
Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva dikurangi Aktiva
tetap dalam pelaksanaan.
Tabel 2.5 Daftar Skor Penilaian ROI
ROE (%) Skor
18 < ROI 15
15< ROI< = 18 13,5
13< ROI< = 15 12
12 < ROI< = 13 10,5
10,5< ROI< = 12 9
9 < ROI< = 10,5 7,5
7< ROI< = 9 6
5< ROI< = 7 5
3< ROI< = 5 5
1 < ROI< = 3 3
0 < ROI< = 1 2
31
ROI< 0 1
3. Rasio Kas = Kas + Bank + Surat Berharga Jangka Pendek X 100
Hutang Lancar (Cash Ratio)
Tabel 2.6 Daftar Skor Penilaian Rasio Kas
Cash Ratio = X (%) Skor
X > = 35 5
25 < = X < = 35 4
15 < = X < = 25 3
10 < = X < = 15 2
5 < = X < = 10 1
0 < = X < = 5 0
4. Rasio Lancar = Aktiva Lancar X 100%
Hutang Lancar (Current Ratio)
Tabel 2.7 Daftar Skor Penilaian Rasio Lancar
Current Ratio = X (%) Skor
32
125 < = X 5
110 < = X < =125 4
100 < = X < = 110 3
95 < = X < = 100 2
90 < = X < = 95 1
X < = 5 0
5. Collection Periods (CP)
CP = Total Piutang Usaha X 365 hari
Total Pendapatan Usaha
Tabel 2.8 Daftar Skor Penilaian Collection Periods
CP = X Perbaikan Skor
(Hari) (Hari)
X < = 60 X > 35 5
60 < X < = 90 30 < X < = 35 4,5
90 < X < = 120 25 < X < = 30 4
120 < X < = 150 20 < X < = 25 3,5
150 < X < = 180 15 < X < = 20 3
180 < X < = 210 10 < X < = 15 2,4
210 < X < = 240 6 < X < = 10 1,8
240 < X < = 270 3 < X < = 6 1,2
33
270 < X < = 300 1 < X < = 3 0,6
300 < X 0 < X < = 1 0
Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan
Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku.
6. Perputaran Persediaan (PP)
PP = Total Persediaan X 365 Hari
Total Pendapatan Usaha
Tabel 2.9 Daftar Skor Penilaian Perputaran Persediaan
PP = X Perbaikan Skor
(Hari) (Hari)
X < = 60 X > 35 5
60 < X < = 90 30 < X < = 35 4,5
90 < X < = 120 25 < X < = 30 4
120 < X < = 150 20 < X < = 25 3,5
150 < X < = 180 15 < X < = 20 3
180 < X < = 210 10 < X < = 15 2,4
210 < X < = 240 6 < X < = 10 1,8
240 < X < = 270 3 < X < = 6 1,2
270 < X < = 300 1 < X < = 3 0,6
300 < X 0 < X < = 1 0
34
Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi
pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang
setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku
cadang.
7. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO)
TATO = Total Pendapatan X 100 %
Capital Employed
Tabel 2.10 Daftar Skor Penilaian Perputaran Total Asset
TATO = X Perbaikan = X Skor
(%) (%)
120< = X 20 < X 5
105 < X < = 120 15 < X < = 20 4,5
90 < X < = 105 10 < X < = 15 4
75 < X < = 90 20 < X < = 25 3,5
60 < X < = 75 5 < X < = 10 3
40 < X < = 60 X < = 0 2,5
20 < X < = 40 X < 0 2
X < = 20 X < 0 1,5
8. Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset (TMS terhadap TA)
TMS terhadap TA = Total Modal Sendiri X 100 %
Total Asset
35
Tabel 2.11 Daftar Skor Penilaian Total Modal Sendiri terhadap Total Asset
TMS thd T A (%) = X Skor
X < 0 0
0 < = X < 10 4
10 < = X < 20 6
20 < = X < 40 7,25
30 < = X < 20 10
40 < = X < 50 9
50 < = X < 60 8,5
60 < = X < 70 8
70 < = X < 80 7,5
80 < = X < 90 7
90 < = X < 100 6,5
2.4 Hubungan Analisis Rasio dengan Kesehatan Keuangan
Analisis rasio merupakan suatu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam
membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasio pada dasarnya dalam suatu teknik yang
digunakan untuk menilai sifat-sifat kegiatan operasi perusahaan dengan cara
mengembangkan ukuran-ukuran kesehatan keuangan yang telah distandarisasi. Analisis rasio
keuangan dapat memberikan petunjuk mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan, jadi
36
untuk mengetahui dan mengevaluasi kesehatan keuangan adalah dengan mengggunakan
analisa rasio keuangan.
Aspek-aspek rasio keuangan yang terdiri dari solvabilitas, likuiditas dan rentabilitas
merupakan rasio-rasio yang digunakan dalam perhitungan kesehatan keuangan perusahaan,
dimana aspek-aspek tersebut saling berkaitan antara satu dengan lainnya yang diperoleh dari
perhitungan berdasarkan laporan neraca dan laporan laba rugi. Dengan cara itu dapat
diketahui kedudukan perusahaan yaitu kesehatan keuangan, dalam hal ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kesehatan perusahaan pada faktor keuangannya saja apakah kondisinya
sehat atau tidak sehat.
Berdasarkan penilaian secara keseluruhan atas aspek-aspek penilaian tersebut maka hasil
penelitian dapat digolongkan sebagaimana yang tertera dalam Keputusan Menteri BUMN
Nomor: KEP-100/MBU/2002 tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN adalah sebagai
berikut:
1. Sehat, yaitu BUMN yang nilai bobot kinerja tahun terakhir menunjukkan angka 80
s.d 100.
2. Kurang Sehat, yaitu BUMN yang nilai bobot kinerja tahun terakhir menunjukkan
angka 40 s.d 65.
3. Tidak Sehat, yaitu BUMN yang nilai bobot kinerja tahun terakhir menunjukkan
angka diatas 10 s.d 30.
Ini menunjukkan bahwa hubungan analisis rasio dengan kesehatan keuangan sangat erat
kaitannya, karena satu-satunya cara untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan adalah
berdasarkan rasio keuangan yang terdiri dari aspek likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas
untuk menghasilkan suatu penilaian kesehatan keuangan perusahaan tersebut.
37
2.5 Penelitian Terdahulu
Kristiono (2006) melakukan penelitian tentang analisis kesehatan keuangan pada industri
furniture Kota Surakarta dengan rasio keuangan dan model Z-Score. Rasio-rasio yang
digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas, rasio aktivitas, profitabilitas, dan Z-Score.
Sampel yang digunakan seluruh perusahaan industri furniture tahun 2005. Hasilnya
menunjukkan bahwa mayoritas industri furniture di Surakarta (10 industri manufaktur)
diambang kebangkrutan, yakni Z-Score < 2,90.
Sihombing (2008) melakukan penelitian tentang peranan analisis rasio keuangan dalam
memprediksi kesehatan 51 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek. Penelitian
dilakukan terhadap 51 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
dengan menggunakan data time series dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Variabel
yang digunakan adalah return on equity (ROE), debt to equity (GTH) dan tingkat
pengembalian keuntungan yang diharapkan (expected rate of return) sebagai variabel
independen dan harga saham penutupan perusahaan (closing stock price = CLP) sebagai
variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda untuk melihat
besarnya kontribusi masing-masing variabel secara individu dan secara simultan dalam
mempengaruhi harga saham. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Net Book Value (NBV)
mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
Hal ini berarti bahwa Net Book Value (NVB) merupakan tolak ukur yang lebih baik dalam
menilai harga saham perusahaan. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa keenam variabel
independen yaitu return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net book value (NBV),
devidend pay out ratio (DPR), dividend growth (GTH) dan tingkat keuntungan yang
diharapkan (KSS) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham perusahaan manufaktur
yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta.
38
Setyaningrum (2000) melakukan penelitian tentang analisis perkembangan kinerja
keuangan PT. Perkebunan Nusantara IX (persero) divisi tanaman tahunan sebelum dan
sesudah merger. Rasio yang digunakan adalah debt equity ratio, cash ratio, net working
capital to total asset, collection period, total asset turn over, inventory turn over, collection
period, ROE, ROA, dan net profit margin yang mengacu kepada SK Meneg BUMN No:
KEP-215/BUMN.1999 hal penilaian tingkat kinerja BUMN. Analisis yang digunakan adalah
analisis rasio, analisis statistik dengan tingkat signifikasi = 5 %. Hasil penelitian
menunjukkan adanya penggabungan (merger) PT. Perkebunan Nusantara X divisi tanaman
memiliki kinerja keuangan yang semakin baik namun belum mampu menciptakan sinergi
melalui peningkatan efisien dalam kegiatan operasional maupun skala ekonomis.
Tabel 2.12 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No
Nama/
Tahun
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil
Penelitian
1 Kristiono
(2006)
Analisis
Kesehatan
Keuangan pada
industri
Rasio Likuiditas,
solvabilitas, rasio
aktivitas, profitabilitas,
Hasilnya menunjukkan
bahwa mayoritas industri
furniture di Surakarta (10
industri manufaktur)
39
furniture kota
Surakarta
dan Z-Score diambang kebangkrutan,
yakni Z-Score < 2,90
2 Daulat
Sihombing
(2008)
Peranan analisis
rasio keuangan
dalam
memprediksi
kesehatan 51
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di
Bursa Efek
Return on equity (ROE),
debt to equit ratio (DER),
net book value (NBV),
dividend payout ratio
(DPR), dividend growth
(GTH) dan tingkat
pengembalian
keuntungan yang
diharapkan (expected rate
of return) sebagai
variabel independen dan
harga saham perusahaan
penutupan (closing stock
price)
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa net
book value (NBV)
mempunyai pengaruh yang
paling dominan terhadap
harga saham perusahaan
manufaktur
3 Ari Respasti
Setyaningrum
(2000)
Analisis
perkembangan
kinerja
keuangan PT.
Perkebunan
Nusantara XI
(persero) divisi
tanaman tahunan
sebelum dan
Debt equity ratio, cash
ratio, net working capital
to total asset, collection
period, total asset turn
over, inventory turn over,
collection period, ROE,
ROA, dan net profit
margin
Hasil penelitian
menunjukkan adanya
penggabungan (merger) PT.
Perkebunan Nusantara XI
divisi tanaman memiliki
kinerja keuangan yang
semakin baik namun belum
mampu menciptakan sinergi
melalui peningkatan efisien
40
sesudah merger dalam kegiatan operasional
maupun skala ekonomis