48
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akutansi Indonesia No.1 (2004:2) dinyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya laporan ekuitas atau laporan arus dana). Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Budi Rahardjo (2001:45) Laporan Keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak luar perusahaan, yaitu pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah (instansi pajak), kreditor (Bank atau lembaga keuangan), dan pihak lainnya yang berkepentingan. 7

BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

berguna untuk pedoman/contoh penyelesaian studi

Citation preview

Page 1: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Keuangan

2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akutansi Indonesia No.1 (2004:2) dinyatakan bahwa laporan keuangan

merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan lengkap terdiri dari

neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam

berbagai cara, misalnya laporan ekuitas atau laporan arus dana). Catatan dan laporan lain

serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Budi

Rahardjo (2001:45) Laporan Keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau

pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada

pihak-pihak luar perusahaan, yaitu pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah

(instansi pajak), kreditor (Bank atau lembaga keuangan), dan pihak lainnya yang

berkepentingan.

2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akutansi Indonesia dalam PSAK No.1 (2004:4) dinyatakan bahwa

tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi tersebut bermanfaat bagi

sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta

7

Page 2: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

8

menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber daya

yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut Mamduh (2000:30) bahwa pelaporan keuangan harus memberikan informasi

yang bermanfaat untuk investor, kreditor, dan pemakai lainnya, saat ini maupun potensial

(masa mendatang), untuk membuat keputusan unvestasi, kredit, dan investasi semacam

lainnya.

2.1.3. Komponen Laporan Keuangan

Menurut Budi rahardjo (2001:49) komponen laporan keuangan terdiri dari:

2.1.3.1 Neraca (Balance Sheet)

Adalah laporan mengenai keadaan harta atau kekayaan perusahaan, atau keadaan

posisi keuangan perusahaan pada saat (tanggal) tertentu. Neraca memberitahu kita

mengenai seberapa kuat posisi keuangan perusahaan dengan memperlihatkan bagian

yang dimiliki perusahaan dan bagian yang dipinjam dari kreditor untuk suatu jangka

waktu tertentu. Komponen neraca sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok

yaitu:

2.1.3.1.1 Aktiva atau Harta

Adalah sumber daya ekonomi atau harta yang dimiliki atau dikendalikan

oleh suatu perusahaan, seperti kas, bangunan, kendaraan,dan lain-lain yang

diharapkan mempunyai manfaat dimasa depan. Atau investasi yang dilakukan

perusahaan dalam aktivitasnya mengejar laba. Aktiva atau Harta yang terdapat pada

kolom sebelah kiri neraca yang mencerminkan struktur kekayaan perusahaan, yang

menunjukkan dana perusahaan ditanamkan atau dialokasikan pada pos-pos apa saja.

Aktiva biasanya terdiri dari:

Page 3: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

9

1. Aktiva lancar, secara umum aktiva lancar meliputi kas dan semua aktiva dalam

jangka waktu singkat atau jangka pendek akan kembali lagi dalam bentuk kas.

Jangka waktu biasanya tidak lebih dari satu tahun terhitung dari tanggal neraca.

Yang termasuk komponen dari aktiva lancar adalah:

1.1 Kas dan Bank, adalah semua tagihan dan uang di brankas dan uang

yang tersimpan di bank. Uang yang tersimpan di bank bisa dalam

bentuk rekening, tabungan, atau giro maupun deposito

1.2 Surat berharga atau efek (Marketable Securities), aktiva ini adalah

investasi jangka pendek yang kelebihan dana yang tertanam dalam kas ,

atau kas yang tidak terpakai yang tidak segera diperlukan. Biasanya

diinvestasikan dalam bentuk surat berharga (commercial paper dan

government securities).

1.3 Piutang dagang, adalah suatu nilai yang belum kita terima dari

langganan atau konsumen meskipun barang sudah kita serahkan

sebelum dibayar.

1.4 Persediaan, Persediaan untuk perusahaan pabrikasi (perusahaan yang

menghasilkan atau memproduksi barang) terdiri dari tiga kelompok

yaitu: barang mentah yang digunakan dalam proses produksi, barang

setengah jadi yang masih perlu proses lebih lanjut, dan barang jadi

yang siap untuk dipasarkan.

1.5 Biaya Dibayar di Muka, pembayaran di muka bisa muncul pada situasi

sebagai berikut. Pada tahun ini perusahaan membayar asuransi

kebakaran untuk jangka waktu tiga tahun.

Page 4: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

10

2 Aktiva tetap, adalah berhubungan dengan hak milik, bangunan dan peralatan.

Aktiva ini bukan untuk dijual akan tetapi digunakan untuk kegiatan perusahaan,

berproduksi, menyimpan barang, mengirim dan memamerkan produknya. Yang

termasuk dalam komponen aktiva tetap adalah tanah, hak atas tanah, bangunan,

mesin, peralatan, perabotan kantor, mobil, truk, dsb.

3 Aktiva Tidak Berwujud, adalah aktiva yang secara fisik tidak ada tetapi

mempunyai nilai nyata bagi perusahaan. Contoh dari aktiva ini adalah:

3.1 Hak patent (patent)

3.2 Hak cipta (copy right)

3.3 Goodwill

3.4 Franchise

3.5 Merek dagang (trade mark)

2.1.3.1.2 Kewajiban / Hutang (Liabilities)

Merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan oleh perusahaan

di masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa yang

disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya. Komponen

kewajiban ada tiga kelompok diantaranya adalah :

1. Kewajiban/hutang lancar (current liabilities) , merupakan kewajiban atau hutang

yang akan dibayar atau jatuh tempo dalam waktu satu tahun buku (terhitung sejak

tanggal neraca) atau kurang, atau dalam siklus operasi normal jika lebih dari satu

tahun.

Yang termasuk kewajiban lancar adalah:

Page 5: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

11

1.1 Hutang dagang, menunjukkan suatu jumlah dimana perusahaan

meminjam dari rekan usaha atau kreditor, darimana telah dibeli barang

secara kredit.

1.2 Hutang wesel, Jika uang dipinjam dari bank atau pihak lain, maka akan

muncul di neraca pada pos hutang wesel, sebagai bukti bahwa suatu

perjanjian tertulis telah diberikan kepada pihak yang memberikan

pinjaman.

1.3 Hutang pajak, merupakan hutang kepada instansi pajak yang belum

dibayar

2. Kewajiban jangka panjang (long term liabilities), merupakan kewajiban yang

tidak akan dibayar dengan aktiva lancar selama siklus operasi, atau tidak akan

jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau lebih (terhitung sejak tanggal neraca)

Contoh dari kewajiban jangka panjang:

2.1 Obligasi, merupakan suatu perjanjian tertulis antara peminjam

(perusahaan yang mengeluarkan obligasi) dan pemberi pinjaman dalam

mana peminjam sepakat untuk membayar suatu jumlah tertentu pada

tanggal tertentu di waktu mendatang (saat jatuh tempo) dan membayar

bunga secara periodik pada tanggal tertentu.

2.1.3.1.3 Modal atau Ekuitas

Adalah sesuatu yang bernilai yang dimiliki dan digunakan, dan sesuatu

yang bernilai yang digunakan tapi tidak dimiliki. Komponen dari modal sendiri

diantaranya adalah :

Page 6: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

12

1. Modal saham, merupakan saham yang mencerminkan kepentingan pemegangnya

sebagai pemilik perusahaan. Saham ini dinyatakan dengan sertifikat saham yang

dikeluarkan oleh perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham. Modal

saham sendiri terdiri dari saham preferen dan saham biasa.

2. Agio Saham, merupakan jumlah yang dibayar oleh para pemegang saham diatas

nilai pokok dari saham.

2.1.3.2 Laporan Laba Rugi (Profit and Loss Statement)

Adalah laporan mengenai kemajuan perusahaan. Pada dasarnya laporan laba rugi

memberitahu apa yang diperoleh perusahaan tahun ini, apakah laba atau rugi dan berapa

banyak laba/keuntungan atau kerugiannya. Laporan ini menggambarkan kemajuan usaha

suatu perusahaan selama satu periode tertentu atau selama satu tahun buku.

Komponen dari perhitungan laba rugi adalah:

1. Penjualan

2. Harga Pokok Penjualan

3. Beban Usaha

4. Pendapatan dan beban lain-lain

5. Pajak penghasilan

2.1.3.3 Laporan Perubahan Posisi Keuangan (The Statement Changes In Financial)

Adalah catatan yang melaporkan perubahan posisi keuangan yang biasanya

disajikan dalam Laporan Arus Dana atau Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Funs

Page 7: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

13

Flow Statement) yang melaporkan sumber (dari mana dana diperoleh) dan penggunaan

dana (kemana dana dipakai) atau disajikan dalam Laporan Arus Kas (Cash Flow

Statement) yang melaporkan perubahan posisi keuangan berbasis kas, yaitu suatu

ringkasan kas yang diterima dan dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode.

2.1.3.4 Catatan atas Laporan Keuangan (Footnotes or Notes to The Financial

Statement)

Merupakan suatu ikhtisar yang memuat penjelasan mengenai kebijakan-kebijakan

akutansi yang mempengaruhi posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Catatan atas

laporan keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan atau bagian integral dari suatu

laporan keuangan perusahaan. Alasannya adalah karena laporan keuangan itu sendiri

singkat dan padat, sebab itu tak mungkin menyajikan semua informasi penting yang

berhubungan dengan suatu rekening tertentu. Karena itu penjelasan yang tidak bisa

diringkas dijelaskan secara lebih terinci pada Catatan Atas Laporan Keuangan yang

merupakan penjelasan tertulis mengenai aspek-aspek penting dari berbagai item. (Budi

Raharjo:84)

2.1.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Beberapa sifat dan keterbatasan laporan keuangan (Harahap,2002:74) adalah:

1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang

lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dianggap sebagai satu-satunya sumber

informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi

2. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk pemakai dan bukan dimaksudkan

untuk memenuhi kebutuhan tertentu saja. Misalnya untuk Pajak dan Bank

Page 8: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

14

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan

berbagai pertimbangan

4. Akutansi hanya melaporkan informasi material. Demikian pula penerapan prinsip

akutansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal

ini dianggap tidak material atau tidak menimbulkan pengaruh yang material

terhadap laporan keuangan

5. Laporan keuangan baersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila

terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian

beberapa suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih

atau nilai aktiva paling kecil

6. Laporan keuangan menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau

transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas), (substance over form)

7. Laporan keuangan dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan

keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akutansi dan sifat dari informasi

yang diharapkan

8. Adanya berbagai alternatif metode akutansi yang digunakan menimbulkan variasi

dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar

perusahaan

9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan

umumnya diabaikan

2.1.5 Pengguna Laporan Keuangan

Page 9: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

15

Menurut Budi Rahardjo (2001:46) ada beberapa pengguna (baik intern maupun ekstern)

yang berkepentingan dengan data-data akutansi maupun sajian laporan keuangan perusahaan.

Pengguna data akutansi antara lain:

1. Manajer atau pimpinan perusahaan

Pengguna utama dari data akutansi adalah manajer perusahaan itu sendiri. Manajer

dituntut untuk mengambil keputusan tanpa tahu masalah yang mungkin akan muncul.

Untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan,

informasi akutansi sangat berguna. Dengan melihat cacatan keuangan perusahaan

tahun yang lampau dan saat ini, manajer akan mendapatkan gambaran kecenderungan

yang akan terjadi dan indikasi kemungkinan di masa depan

2. Pemegang saham atau Pemilik Perusahaan

Pamakai utama data akutansi adalah pemegang saham atau pemilik perusahaan.

Pemilik yang menanamkan uangnya ke dalam perusahaan berkepentingan langsung

atas maju mundurnya perusahaan. Mereka biasanya mendapatkan laporan tahunan

perusahaan yang didalamnya mencakup neraca, perhitungan laba rugi, dan laporan

keuangan lainnya

3. Pemerintah

Pemerintah juga merupakan pengguna atas data akutansi perusahaan, khususnya

kantor pelayanan pajak. Kantor pajak perlu tahu laba yang diperoleh suatu perusahaan

setiap tahun, untuk perhitungan pajaknya

4. Kreditor

Kreditor baik Bank maupun lembaga keuangan lainnya juga berkepentingan dengan

data akutansi perusahaan, untuk mengetahui kemampuan perusahaan mengembalikan

Page 10: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

16

kredit yang akan atau telah diambil. Biasanya kreditor mengharapkan laporan

keuangan secara periodik, untuk mengetahui perubahan posisi keuangan perusahaan

5. Karyawan Perusahaan

Karyawan perusahaan (diluar negeri, biasa tergabung dalam organisasi perburuhan)

biasanya juga ingin mengetahui laporan keuangan perusahaan. Bagi organisasi buruh

ini, laporan keuangan diperlukan guna melakukan tawar-menawar kontrak kerja

berikutnya.

2.1.6Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Budi Rahardjo (2001:88) ada tiga teknik analisis yang sering digunakan, yaitu:

1. Analisis Horisontal yaitu perbandingan data keuangan untuk periode dua tahun atau

lebih. Analisis horisontal sangat membantu karena menyajikan perubahan antar tahun

baik dalam bentuk nilai rupiah maupun prosentase.

2. Analisis Vertikal yaitu laporan umum (commonzise statement), dalam analisis ini

komponen-komponen dalam laporan laba rugi dan neraca dinyatakan dalam

prosentase. Pada laporan laba rugi dipersentasekan ke penjualan, sedangkan pada

neraca dipersentasekan ke aktiva atau pasiva. Besarnya persentase pada tahun yang

dievaluasikan kemudian dibandingkan dengan tahun yang sebelumnya.

3. Analisis keuangan atau lebih dikenal sebagai analisis rasio, rasio (perbandingan)

dapat dilakukan untuk dan antar sepasang pos baik dalam neraca maupun perhitungan

laba rugi.

2.2 Analisis Rasio Keuangan

Page 11: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

17

2.2.1 Pengertian Rasio Keuangan

Menurut Mamduh M. Hanafi (2009) analisis terhadap laporan keuangan suatu

perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan

tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Pekerjaan yang paling mudah dalam

analisis laporan keuangan tentu saja menghitung rasio-rasio keuangan suatu perusahaan.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2006) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari

hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai

hubungan yang relevan dan signifikan. Sedangkan menurut James C Van Home di dalam

buku Kasmir (2009) rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka

akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.

2.2.2 Bentuk-bentuk Rasio Keuangan

Untuk menilai tingkat kesehatan keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-

rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan

memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur

diinterpresentasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambil keputusan.

Banyak penulis yang menyodorkan jenis rasio yang menurut penulisnya cocok untuk

memahami perusahaan. Umumnya rasio yang dikenal dan popular adalah rasio likuiditas,

solvabilitas, rentabilitas namun sebenarnya banyak lagi rasio yang dapat dihitung dari laporan

keuangan yang dapat memberikan informasi bagi analisis.

Berikut ini bentuk-bentuk rasio keuangan (gabungan dari beberapa ahli) adalah sebagai

berikut:

1. Rasio Likuiditas

Page 12: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

18

Fred Weston di buku Kasmir (2009) menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan

rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang)

jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu memenuhi

hutang tersebut terutama hutang yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas atau sering juga

disebut dengan rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

likuidnya suatu perusahaan.

Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan yaitu :

1.1 Rasio Lancar (current ratio)

1.2 Rasio sangat lancar (quick ratio)

1.3 Rasio kas atas aktiva lancar

1.4 Rasio kas atas hutang lancar

1.5 Rasio aktiva lancar dan total aktiva

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-

kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total

hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka

panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi pasiva (Mamduh M.

Hanafi, 2009).

Rasio-rasio solvabilitas antara lain :

2.1 Rasio hutang atas modal

2.2 Rasio pelunasan hutang (debt service ratio)

2.3 Rasio hutang atas aktiva

3. Rasio Rentabilitas/profitabilitas

Page 13: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

19

Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dalam suatu perseroan

adalah profitabilitas. Dalam konteks ini profitabilitas berarti hasil yang diperoleh melalui

usaha manajemen atas dana yang diinvestasikan pemilik perusahaan.

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapat laba melalui

semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah

karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

Margin laba menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih

pada tingkatan penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpresentasikan juga sebagai

kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efesiensi) di perusahaan pada periode

tertentu (Mamduh M. Hanafi, 2009).

Beberapa jenis rasio rentabilitas/profitabilitas ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

3.1 Margin laba (profit margin)

3.2 Asset turn over (return on equity)

3.3 Return on total asset

3.4 Basic earning power

3.5 Earning per share

3.6 Contribution margin

4. Rasio Leverage

Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal asset.

Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan

kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik mestinya

Page 14: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

20

memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Rasio ini bisa juga dianggap bagian

dari rasio solvabilitas.

Ada beberapa macam rasio antara lain:

4.1 Leverage

4.2 Capital adequacy ratio (CAR)

5. Rasio Aktivitas

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan

operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya.

Rasio ini antara lain:

5.1 Inventory turn over

5.2 Receivable turn over

5.3 Fixed asset turn over

5.4 Total asset turn over

5.5 Perode penagihan piutang

6. Rasio Pertumbuhan

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonomisnya

dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam industry atau pasar produk tempatnya

beroperasi. Data yang dilaporkan merupakan tingkat pertumbuhan nyata dan rill ditambah

faktor kenaikan tingkat harga.

Beberapa jenis rasio ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

Page 15: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

21

6.1 Rasio kenaikan penjualan

6.2 Rasio kenaikan laba bersih

6.3 Earning per share

6.4 Kenaikan deviden per share

7. Rasio Penilaian Pasar

Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal

yang menggambarkan situasi/ keadaan prestasi di pasar modal. Tidak berarti rasio lain tidak

dipakai.

Adapun rasio yang sering digunakan:

7.1 Price earning ratio (PER)

7.2 Market to book value ratio

8. Rasio Produktivitas

Jika pertumbuhan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka bisa dihitung

rasio produktivitas. Rasio ini menunjukan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang

dinilai seperti:

8.1 Rasio karyawan atas penjualan

8.2 Rasio biaya perkaryawan

8.3 Rasio penjualan terhadap space ruangan

8.4 Rasio laba terhadap karyawan

8.5 Rasio laba terhadap cabang

Page 16: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

22

Sebenarnya masih banyak lagi rasio lain yang dapat mengukur produktivitas ini. Dan

masing-masing orang dapat membuat rasio sendiri yang dinilai bermanfaat dan berarti. Bisa

ditinjau dari aspek penjualan, biaya, aktiva, modal, dan komponen lainnya.

Table 2.1

Ringkasan Rasio Keuangan

Rasio keuangan Rumus

1. Rasio likuiditas

a. Rasio lancar

b. Rasio sangat lancar

c. Rasio kas atas aktiva lancar

d. Rasio kas atas hutang lancar

e. Rasio aktiva lancar dan total

aktiva

f. Rasio aktiva lancar dan total

hutang

a. Aktiva lancar

Hutang lancar

b. Aktiva lancar-persediaan

Hutang Lancar

c. Kas

Aktiva lancar

d. Kas

Hutang lancar

e. Aktiva lancar

Total aktiva

f. Aktiva lancar

Total hutang jangka panjang

2. Rasio solvabilitas

a. Rasio hutang atas modal

b. Rasio pelunasan hutang

c. Rasio hutang atas aktiva

a. Total hutang

Modal

b. Laba bersih + bunga + penyusutan +

beban non kas

Pembayaran bunga dan pinjaman

Page 17: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

23

c. Total hutang

Total Aktiva

3. Rasio Rentabilitas/profitabilitas

a. Margin laba (profit margin)

b. Return on aset (ROA)

c. Return on investment (ROE)

d. Return on total asset

e. Basic earning power

f. Contribution margin

a. Laba bersih

Penjualan

b. Laba bersih

Total aset

c. Laba bersih

Modal

d. Laba bersih

Rata-rata total aset

e. Laba sebelum bunga dan pajak

Total aktiva

f. Laba kotor

Penjualan

4. Rasio leverage

a. Leverage

b. Capital adequacy ratio

a. Hutang

Modal

b. Modal

Aktiva tertimbang menurut resiko

5. Rasio Aktivitas

a. Inventory turn over

b. Receivable turn over

c. Fixed asset turn over

d. Total asset turn over

e. Periode penagihan piutang

f. Perputaran modal kerja

a. Harga pokok penjualan

Persediaan barang

b. Penjualan kredit bersih

Piutang

c. Penjualan

Aktiva tetap bersih

d. Penjualan

Page 18: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

24

(working capital turn over) Total asset

e. Piutang (rata-rata)

Penjualan per hari

f. Penjualan bersih

Modal kerja

6. Rasio Pertumbuhan

a. Rasio kenaikan penjualan

b. Rasio kenaikan laba bersih

c. Earning per share

d. Kenaikan dividen per share

a. Penjualan thn ini-penjualan thn lalu

Penjualan tahun lalu

b. Laba bersih thn ini-laba bersih thn

lalu

Laba bersih tahun lalu

c. EPS thn ini-EPS thn lalu

EPS tahun lalu

d. Dividen thn ini-dividen thn lalu

Dividen tahun lalu

7. Rasio Penilaian Pasar

a. Price earning ratio (PER)

b. Market book value ratio

a. Harga saham pasar

Laba bersih

b. Nilai pasar saham

Nilai buku

8. Rasio Produktivitas

a. Rasio karyawan atas penjualan

b. Rasio biaya perkaryawan

c. Rasio penjualan terhadap space

ruangan

d. Rasio laba terhadap karyawan

e. Rasio laba terhadap cabang

a. Jumlah penjualan bersih

Jumlah karyawan

b. Total biaya

Jumlah karyawan

c. Jumlah penjualan bersih

Jumlah space

d. Jumlah laba bersih

Page 19: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

25

Jumlah karyawan

e. Total laba

Jumlah cabang

2.2.3 Keunggulan Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dibandingkan dengan analisis lainnya.

Menurut Harahap (2007) keunggulan tersebut adalah:

1. Rasio merupakan angka /ikhstisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan

keuangan yang sangat rinci.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan.

5. Lebih mudah membandingkan rasio secara periodik atau timelines.

6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan

datang.

2.2.4 Keterbatasan Rasio Keuangan

Adapun keterbatasan analisis rasio (Harahap, 2007) adalah:

Page 20: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

26

1. Kesulitan memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan

pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki aktivitas atau kapan keuangan juga menjadi

keterbatasan teknik, seperti:

a. Bahan perhitungan rasio laporan keuangan itu banyak mengandung

taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan atau rasio adalah nilai cost

(perolehan) bukan harga pasar.

c. Metode penelitian yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan

berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

d. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan

kesulitan menghitung rasio.

e. Jika ada perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi

yang dipakai tidak sama, oleh karena itu jika dilakukan perbandingan, bisa

menimbulkan kesalahan.

2.3 Penilaian Kesehatan Keuangan

Tingkat kesehatan perusahaan diperlukan untuk melihat apakah suatu keuangan dalam

suatu perusahaan itu dalam keadaan sehat atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan

Page 21: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

27

membandingkan dengan rasio. Dengan rasio itu kita dapat mengetahui tingkat rentabilitas,

likuiditas dan solvabilitas suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Dalam dunia bersaing secara global perusahaan menuntut kesehatan keuangan yang baik,

hal ini diperlukan karena akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Pada prinsipnya penilaian

kesehatan keuangan merupakan kepentingan pemilik, pimpinan perusahaan, investor, kreditur

dan pemerintah. Penilaian maupun pemeriksaan BUMN dilakukan oleh Badan Pengawas

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) berdasarkan ketentuan penilaian tingkat kesehatan

perusahaan. Ini menunjukkan bahwa ketentuan penilaian tingkat kesehatan merupakan

sebagai tolak ukur dalam penilaian perusahaan. Hasil penelitian keuangan BUMN digunakan

untuk menentukan penggolongan tingkat kesehatan BUMN. Menurut Keputusan Menteri

Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 Penilaian kesehatan keuangan

BUMN pada peraturan tahun 2002 tersebut terdiri berdasarkan nilai bobot pada aspek

Rentabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas.

Di bawah ini pada tabel 2.2 disajikan Dasar Perhitungan Kesehatan Keuangan BUMN,

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002.

Tabel 2.2

Dasar Perhitungan Kesehatan Keuangan BUMN

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara

Page 22: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

28

Nomor: KEP-100/MBU/2002

Kategori Keterangan

SEHAT AAA apabila total skor (TS) lebih besar dari 95

AA apabila 80 < TS <= 95

A apabila 65 < TS <= 80

KURANG SEHAT BBB apabila 50 < TS < = 65

BB apabila 40 < TS <= 50

B apabila 30 < TS <= 40

TIDAK SEHAT CCC apabila 20 < TS < = 30

CC apabila 10 < TS <= 20

C apabila TS <= 10

Sumber: SK Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002 (diolah)

2.3.1 Indikator Keuangan

Menurut SK Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 tanggal

04 juni 2002 indikator dari aspek keuangan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Daftar Indikator dan Bobot Keuangan

Indikator Bobot

1. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) 20

2. Imbalan Investasi (ROI) 15

3. Rasio Kas 5

4. Rasio Lancar 5

5. Collection period 5

Page 23: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

29

6. Perputaran Persediaan 5

7. Perputaran Total Asset 5

8. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva 10

Total Bobot 70

1. Imbalan kepada pemegang saham/Return On Equity (ROE)

ROE= Laba setelah pajak X 10%

Modal sendiri

Laba setelah pajak adalah laba setelah dikurangi dengan laba hasil penjualan dari:

1. Aktiva tetap

2. Aktiva non produktif

3. Aktiva lain-lain

4. Saham penyertaan langsung

Tabel 2.4 Daftar Skor Penilaian ROE

ROE (%) Skor

15 < ROE 20

13 < ROE < = 15 18

11 < ROE < = 13 16

9 < ROE < = 9 14

7,9 < ROE < = 13 12

6,6 < ROE < = 7,9 10

5,3 < ROE < = 6,6 8,5

4 < ROE < = 5,3 7

2,5 < ROE < = 4 5,5

1 < ROE < = 2,5 4

0 < ROE < = 1 4

Page 24: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

30

ROE < 0 0

2. ROE = EBIT + Penyusutan X 100%

Capital Employed

EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba dari hasil penjualan dari:

1. Aktiva tetap

2. Aktiva non produktif

3. Aktiva lain-lain

4. Saham penyertaan langsung

Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva dikurangi Aktiva

tetap dalam pelaksanaan.

Tabel 2.5 Daftar Skor Penilaian ROI

ROE (%) Skor

18 < ROI 15

15< ROI< = 18 13,5

13< ROI< = 15 12

12 < ROI< = 13 10,5

10,5< ROI< = 12 9

9 < ROI< = 10,5 7,5

7< ROI< = 9 6

5< ROI< = 7 5

3< ROI< = 5 5

1 < ROI< = 3 3

0 < ROI< = 1 2

Page 25: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

31

ROI< 0 1

3. Rasio Kas = Kas + Bank + Surat Berharga Jangka Pendek X 100

Hutang Lancar (Cash Ratio)

Tabel 2.6 Daftar Skor Penilaian Rasio Kas

Cash Ratio = X (%) Skor

X > = 35 5

25 < = X < = 35 4

15 < = X < = 25 3

10 < = X < = 15 2

5 < = X < = 10 1

0 < = X < = 5 0

4. Rasio Lancar = Aktiva Lancar X 100%

Hutang Lancar (Current Ratio)

Tabel 2.7 Daftar Skor Penilaian Rasio Lancar

Current Ratio = X (%) Skor

Page 26: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

32

125 < = X 5

110 < = X < =125 4

100 < = X < = 110 3

95 < = X < = 100 2

90 < = X < = 95 1

X < = 5 0

5. Collection Periods (CP)

CP = Total Piutang Usaha X 365 hari

Total Pendapatan Usaha

Tabel 2.8 Daftar Skor Penilaian Collection Periods

CP = X Perbaikan Skor

(Hari) (Hari)

X < = 60 X > 35 5

60 < X < = 90 30 < X < = 35 4,5

90 < X < = 120 25 < X < = 30 4

120 < X < = 150 20 < X < = 25 3,5

150 < X < = 180 15 < X < = 20 3

180 < X < = 210 10 < X < = 15 2,4

210 < X < = 240 6 < X < = 10 1,8

240 < X < = 270 3 < X < = 6 1,2

Page 27: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

33

270 < X < = 300 1 < X < = 3 0,6

300 < X 0 < X < = 1 0

Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan

Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku.

6. Perputaran Persediaan (PP)

PP = Total Persediaan X 365 Hari

Total Pendapatan Usaha

Tabel 2.9 Daftar Skor Penilaian Perputaran Persediaan

PP = X Perbaikan Skor

(Hari) (Hari)

X < = 60 X > 35 5

60 < X < = 90 30 < X < = 35 4,5

90 < X < = 120 25 < X < = 30 4

120 < X < = 150 20 < X < = 25 3,5

150 < X < = 180 15 < X < = 20 3

180 < X < = 210 10 < X < = 15 2,4

210 < X < = 240 6 < X < = 10 1,8

240 < X < = 270 3 < X < = 6 1,2

270 < X < = 300 1 < X < = 3 0,6

300 < X 0 < X < = 1 0

Page 28: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

34

Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses produksi

pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang

setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku

cadang.

7. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO)

TATO = Total Pendapatan X 100 %

Capital Employed

Tabel 2.10 Daftar Skor Penilaian Perputaran Total Asset

TATO = X Perbaikan = X Skor

(%) (%)

120< = X 20 < X 5

105 < X < = 120 15 < X < = 20 4,5

90 < X < = 105 10 < X < = 15 4

75 < X < = 90 20 < X < = 25 3,5

60 < X < = 75 5 < X < = 10 3

40 < X < = 60 X < = 0 2,5

20 < X < = 40 X < 0 2

X < = 20 X < 0 1,5

8. Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset (TMS terhadap TA)

TMS terhadap TA = Total Modal Sendiri X 100 %

Total Asset

Page 29: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

35

Tabel 2.11 Daftar Skor Penilaian Total Modal Sendiri terhadap Total Asset

TMS thd T A (%) = X Skor

X < 0 0

0 < = X < 10 4

10 < = X < 20 6

20 < = X < 40 7,25

30 < = X < 20 10

40 < = X < 50 9

50 < = X < 60 8,5

60 < = X < 70 8

70 < = X < 80 7,5

80 < = X < 90 7

90 < = X < 100 6,5

2.4 Hubungan Analisis Rasio dengan Kesehatan Keuangan

Analisis rasio merupakan suatu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam

membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasio pada dasarnya dalam suatu teknik yang

digunakan untuk menilai sifat-sifat kegiatan operasi perusahaan dengan cara

mengembangkan ukuran-ukuran kesehatan keuangan yang telah distandarisasi. Analisis rasio

keuangan dapat memberikan petunjuk mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan, jadi

Page 30: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

36

untuk mengetahui dan mengevaluasi kesehatan keuangan adalah dengan mengggunakan

analisa rasio keuangan.

Aspek-aspek rasio keuangan yang terdiri dari solvabilitas, likuiditas dan rentabilitas

merupakan rasio-rasio yang digunakan dalam perhitungan kesehatan keuangan perusahaan,

dimana aspek-aspek tersebut saling berkaitan antara satu dengan lainnya yang diperoleh dari

perhitungan berdasarkan laporan neraca dan laporan laba rugi. Dengan cara itu dapat

diketahui kedudukan perusahaan yaitu kesehatan keuangan, dalam hal ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat kesehatan perusahaan pada faktor keuangannya saja apakah kondisinya

sehat atau tidak sehat.

Berdasarkan penilaian secara keseluruhan atas aspek-aspek penilaian tersebut maka hasil

penelitian dapat digolongkan sebagaimana yang tertera dalam Keputusan Menteri BUMN

Nomor: KEP-100/MBU/2002 tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN adalah sebagai

berikut:

1. Sehat, yaitu BUMN yang nilai bobot kinerja tahun terakhir menunjukkan angka 80

s.d 100.

2. Kurang Sehat, yaitu BUMN yang nilai bobot kinerja tahun terakhir menunjukkan

angka 40 s.d 65.

3. Tidak Sehat, yaitu BUMN yang nilai bobot kinerja tahun terakhir menunjukkan

angka diatas 10 s.d 30.

Ini menunjukkan bahwa hubungan analisis rasio dengan kesehatan keuangan sangat erat

kaitannya, karena satu-satunya cara untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan adalah

berdasarkan rasio keuangan yang terdiri dari aspek likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas

untuk menghasilkan suatu penilaian kesehatan keuangan perusahaan tersebut.

Page 31: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

37

2.5 Penelitian Terdahulu

Kristiono (2006) melakukan penelitian tentang analisis kesehatan keuangan pada industri

furniture Kota Surakarta dengan rasio keuangan dan model Z-Score. Rasio-rasio yang

digunakan adalah rasio likuiditas, solvabilitas, rasio aktivitas, profitabilitas, dan Z-Score.

Sampel yang digunakan seluruh perusahaan industri furniture tahun 2005. Hasilnya

menunjukkan bahwa mayoritas industri furniture di Surakarta (10 industri manufaktur)

diambang kebangkrutan, yakni Z-Score < 2,90.

Sihombing (2008) melakukan penelitian tentang peranan analisis rasio keuangan dalam

memprediksi kesehatan 51 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek. Penelitian

dilakukan terhadap 51 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

dengan menggunakan data time series dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Variabel

yang digunakan adalah return on equity (ROE), debt to equity (GTH) dan tingkat

pengembalian keuntungan yang diharapkan (expected rate of return) sebagai variabel

independen dan harga saham penutupan perusahaan (closing stock price = CLP) sebagai

variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda untuk melihat

besarnya kontribusi masing-masing variabel secara individu dan secara simultan dalam

mempengaruhi harga saham. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Net Book Value (NBV)

mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

Hal ini berarti bahwa Net Book Value (NVB) merupakan tolak ukur yang lebih baik dalam

menilai harga saham perusahaan. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa keenam variabel

independen yaitu return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net book value (NBV),

devidend pay out ratio (DPR), dividend growth (GTH) dan tingkat keuntungan yang

diharapkan (KSS) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham perusahaan manufaktur

yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta.

Page 32: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

38

Setyaningrum (2000) melakukan penelitian tentang analisis perkembangan kinerja

keuangan PT. Perkebunan Nusantara IX (persero) divisi tanaman tahunan sebelum dan

sesudah merger. Rasio yang digunakan adalah debt equity ratio, cash ratio, net working

capital to total asset, collection period, total asset turn over, inventory turn over, collection

period, ROE, ROA, dan net profit margin yang mengacu kepada SK Meneg BUMN No:

KEP-215/BUMN.1999 hal penilaian tingkat kinerja BUMN. Analisis yang digunakan adalah

analisis rasio, analisis statistik dengan tingkat signifikasi = 5 %. Hasil penelitian

menunjukkan adanya penggabungan (merger) PT. Perkebunan Nusantara X divisi tanaman

memiliki kinerja keuangan yang semakin baik namun belum mampu menciptakan sinergi

melalui peningkatan efisien dalam kegiatan operasional maupun skala ekonomis.

Tabel 2.12 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No

Nama/

Tahun

Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Hasil

Penelitian

1 Kristiono

(2006)

Analisis

Kesehatan

Keuangan pada

industri

Rasio Likuiditas,

solvabilitas, rasio

aktivitas, profitabilitas,

Hasilnya menunjukkan

bahwa mayoritas industri

furniture di Surakarta (10

industri manufaktur)

Page 33: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

39

furniture kota

Surakarta

dan Z-Score diambang kebangkrutan,

yakni Z-Score < 2,90

2 Daulat

Sihombing

(2008)

Peranan analisis

rasio keuangan

dalam

memprediksi

kesehatan 51

perusahaan

manufaktur yang

terdaftar di

Bursa Efek

Return on equity (ROE),

debt to equit ratio (DER),

net book value (NBV),

dividend payout ratio

(DPR), dividend growth

(GTH) dan tingkat

pengembalian

keuntungan yang

diharapkan (expected rate

of return) sebagai

variabel independen dan

harga saham perusahaan

penutupan (closing stock

price)

Hasil pengujian

menunjukkan bahwa net

book value (NBV)

mempunyai pengaruh yang

paling dominan terhadap

harga saham perusahaan

manufaktur

3 Ari Respasti

Setyaningrum

(2000)

Analisis

perkembangan

kinerja

keuangan PT.

Perkebunan

Nusantara XI

(persero) divisi

tanaman tahunan

sebelum dan

Debt equity ratio, cash

ratio, net working capital

to total asset, collection

period, total asset turn

over, inventory turn over,

collection period, ROE,

ROA, dan net profit

margin

Hasil penelitian

menunjukkan adanya

penggabungan (merger) PT.

Perkebunan Nusantara XI

divisi tanaman memiliki

kinerja keuangan yang

semakin baik namun belum

mampu menciptakan sinergi

melalui peningkatan efisien

Page 34: BAB 2 Sripsi Tingkat Kesehatan

40

sesudah merger dalam kegiatan operasional

maupun skala ekonomis