42
II - 1 [LAPORAN PENDAHULUAN] Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu 2.1 TINJAUAN TEORITIS 2.1.1 Pengertian Kawasan Perkotaan dan Perdesaan A. Pengertian Kawasan Perkotaan Beberapa pandangan dan pendapat mengenai definisi perkotaan yang dikemukakan para ahli perencana perkotaan baik luar maupun dalam negeri, yaitu : 1. Perkotaan adalah sebuah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen, yang dihuni oleh individu- individu yang heterogen dalam arti sosial (V. Gordon Childe, The Urban Revolution; Town Planning Review 21; 1950 ). Kriteria yang ditetapkan dalam mendefinisikan suatu Perkotaan, yaitu: Suatu konsentrasi penduduk dalam jumlah besar, Spesialisasi pekerjaan, Suatu pola ekonomi yang merata, Bangunan-bangunan umum yang monumental, Stratifikasi sosial sudah berkembang, Penggunaan tulisan serta ilmu pengetahuan perkiraan dan eksakta,

Bab 2 teori dan kebijakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 1

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

2.1 TINJAUAN TEORITIS

2.1.1 Pengertian Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

A. Pengertian Kawasan Perkotaan

Beberapa pandangan dan pendapat mengenai definisi perkotaan yang

dikemukakan para ahli perencana perkotaan baik luar maupun dalam negeri, yaitu :

1. Perkotaan adalah sebuah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen,

yang dihuni oleh individu-individu yang heterogen dalam arti sosial (V. Gordon

Childe, The Urban Revolution; Town Planning Review 21; 1950). Kriteria yang

ditetapkan dalam mendefinisikan suatu Perkotaan, yaitu:

Suatu konsentrasi penduduk dalam jumlah besar,

Spesialisasi pekerjaan,

Suatu pola ekonomi yang merata,

Bangunan-bangunan umum yang monumental,

Stratifikasi sosial sudah berkembang,

Penggunaan tulisan serta ilmu pengetahuan perkiraan dan eksakta,

Seni alamiah,

Perdagangan antar wilayah, dan

Keanggotaan kelompok atas dasar lokasi tempat tinggal, bukan atas dasar

hubungan keluarga.

2. Dalam mendefinisikan suatu perkotaan, Hardoy dalam (Pre-Columbian Cities;

Jorge E. Hardoy. 1973) menggunakan kriteria sebagai berikut :

Berukuran dan berpenduduk besar untuk jaman dan daerahnya,

Page 2: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 2

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

Bersifat permanen,

Mempunyai kepadatan minimum untuk jaman dan daerahnya,

Mempunyai struktur dan pola dasar yang padat dikenali sebagai jalan-jalan

dan ruang Perkotaan,

Merupakan suatu tempat dimana orang tinggal dan bekerja,

Mempunyai sejumlah minimal fungsi-fungsi Perkotaan, yang dapat meliputi

sebuah pasar, suatu pusat pemerintahan atau politik, suatu pusat Militer,

suatu pusat keagamaan, atau suatu pusat kegiatan intelektual lengkap

dengan lembaga-lembaga yang bersangkutan.

Suatu masyarakat yang heterogen, dan bertingkat-tingkat, serta adanya

perbedaan-perbedaan dalam masyarakat tersebut.

Suatu pusat ekonomi perPerkotaanan untuk jaman dan daerahnya yang

menghubungkan suatu hinterland pertanian dan mengolah bahan mentah

untuk pasaran yang lebih luas.

Merupakan sebuah pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya.

Merupakan suatu pusat difusi, dan mempunyai suatu cara hidup perkotaan

sesuai dengan jaman dan daerahnya.

3. Definisi yang diberikan terhadap suatu Perkotaan adalah suatu kesatuan

organis komunitas yang hidup dan berkembang yang dipengaruhi oleh faktor

penduduk, sejarah perkembangan Perkotaan, fisik dan ekonomi

masyarakatnya. (Syahminan, B. Mu.E dalam Pengetahuan Dasar Dalam

Penyusunan Perencanaan Perkotaan, 1976).

4. Kus Hadinoto pada awal 70-an (lokakarya Rancangan Undang-undang Bina

Perkotaan, 1971) mengemukakan bahwa Perkotaan merupakan permukiman

yang mengandung 5 komponen pokok yang satu sama lainnya mempunyai

hubungan saling bergantungan, yaitu :

Wisma, yaitu tempat tinggal atau perumahan,

Karya, tempat bekerja dan kegiatan usaha,

Marga, jaringan pergerakan, jaringan jalan, dan sarana perangkutan yang

menghubungkan antara berbagai kegiatan fungsional,

Suka, tempat rekreasi dan hiburan,

Penyempurna, yaitu prasarana utilitas, dan pusat pelayanan kegiatan

sosial.

Page 3: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 3

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

Dengan demikian Perkotaan adalah suatu organisme yang tumbuh dan

berkembang yang dipengaruhi aktivitas penduduk dan faktor-faktor penarik

berkembangnya Perkotaan itu sendiri yang secara keruangan diwujudkan dalam luas

wilayah terbangun, sosial kultur masyarakat yang heterogen, jenis mata pencaharian

penduduk heterogen dan bersifat non agraris, kepadatan penduduk dan bangunan

relatif tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya dan cenderung membentuk pola yang

kompak. Adapun uraian mengenai perdesaan sebagian besar merupakan kebalikan

dari uraian-uraian diatas.

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan

ekonomi (UU 26/2007 Tentang Penataan Ruang).

B. Pengertian Kawasan Perdesaan

Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan

sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial, dan kegiatan ekonomi (UU 26/2007 Tentang Penataan Ruang). Adapun jika

mengacu pada UU 26/2007 diatas, maka substansi yang membedakan antara kawasan

perkotaan dan perdesaan adalah ada tidaknya kegiatan pertanian.

Wilayah perdesaan pada umumnya masih diasosiasikan sebagai daerah yang

berlokasi di daerah pedalaman, jauh dari lingkungan perkotaan, dan memiliki

keterikatan yang kuat terhadap kehidupan tradisional. Dalam masyarakat desa berlaku

keteraturan kehidupan sosial yang mencakup kegiatan-kegiatan ekonomi, keagamaan,

politik, dan hukum yang sesuai dengan lingkungan hidup setempat.

Dilihat dari karakteristik wilayahnya, kawasan perdesaan masih lebih bersifat

alamiah, belum banyak tersentuh oleh teknologi modern dan perkembangan

pembangunan. Selain sebagai lahan permukiman penduduk, sebagian wilayah desa

terdiri atas lahan pertanian, perkebunan, atau tertutup oleh hutan alami, baik itu

wilayah desa yang terletak di wilayah pantai, dataran rendah, maupun dataran tinggi.

Adapun kota sebagian besar wilayahnya ter tutup oleh kawasan permukiman

penduduk, gedung-gedung perkantoran, fasilitas sosial, kawasan industri, dan kawasan

lainnya.

Page 4: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 4

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

Kehidupan masyarakat perdesaan dicirikan oleh kegiatan yang pada umumnya

bercorak agraris. Aktivitas kesehariannya masih didominasi oleh pengaruh lingkungan

alam. Dengan kata lain, pengaruh lingkungan atau kondisi alam setempat masih sangat

kuat mewarnai tatanan dan pola hidup penduduk desa. Hubungan antarwarga

masyarakat desa sangat erat, saling mengenal, dan gotong royong.

Menurut Direktorat Jenderal Pembangunan Desa (DITJEN BANGDES), ciri-ciri

desa antara lain sebagai berikut :

a. Perbandingan manusia dengan lahan (man and land ratio) cukup besar, artinya

lahan-lahan di perdesaan masih relatif luas dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang menempatinya sehingga kepadatan penduduknya masih

rendah dan lapangan pekerjaan penduduk masih bertumpu pada sektor agraris.

b. Hubungan antar warga masyarakat desa masih sangat akrab dan sifat-sifat

masyarakatnya masih memegang teguh tradisi yang berlaku.

c. Sarana dan prasarana komunikasi dan perhubungan sebagian besar masih

sangat sederhana, seperti berupa jalan batu, jalan aspal sederhana, tidak

beraspal, bahkan jalan setapak. Sarana perhubungan atau transportasi yang

umum dijumpai antara lain angkutan perdesaan, ojeg, alat transportasi

perairan, seperti perahu sederhana atau rakit, bahkan di beberapa tempat

masih ada yang menggunakan kuda dan sapi.

2.1.2 Konsep-Konsep Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

A. Keterkaitan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Pada akhir tahun 1950-an kemudian muncul sebuah ide baru dalam wacana

perencanaan regional, dengan dibangunnya sebuah model core-periphery and spatial

polarisation, dimana dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan di

negara-negara maju pertumbuhan ekonominya selalu datang dari pusat-pusat

pertumbuhan pada satu atau beberapa wilayah perkotaan (Douglas 1998). Dalam

model tersebut terungkap bahwa pertumbuhan di beberapa wilayah inti perkotaan

akan memberikan keuntungan kepada perkembangan rural-periphery. Setiap

perkotaan akan mengatur wilayah-wilayah perdesaan untuk melayani kepentingan

kota, sehingga mendatangkan arus perputaran modal, brain drain, dan transfer

sumber-sumber daya dari pertumbuhan wilayah perdesaan. Kota-kota besar secara

aktif mengeksploitasi wilayah-wilayah perdesaan, dimana sebenarnya kemiskinan di

desa dan migrasi desa-kota tidak berasal dari isolasi perdesaan pada wilayah

Page 5: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 5

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

perkotaan, namun dari hubungan yang erat antara perkotaan dengan perdesaan. Lebih

lanjut dikemukakan dalam model tersebut bahwa dari wilayah perdesaan sering terjadi

transfer hasil panen atau sumber-sumber daya ekonomi yang berlebihan untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar di perkotaan.

Dari sini kemudian timbul teori ketergantungan. Pada tahun 1970-an, muncul

suatu pandangan baru dengan ide bahwa perkotaan itu lebih dianggap sebagai

penyebab dibandingkan sebagai solusi untuk permasalahan perdesaan, sehingga

muncullah istilah baru yang disebut urban bias dalam pembangunan perdesaan.

Dipersoalkan bahwa kemunduran dalam pembangunan perdesaan disebabkan karena

wilayah perdesaan selalu kalah terhadap kekuatan-kekuatan politik, sosial dan

ekonomi dari wilayah perkotaan. Perencana pembangunan lebih mengedepankan

pembangunan perkotaan, sedangkan pembangunan perdesaan selalu diletakkan paling

belakang. Mereka lebih mengintensifkan modal pembangunan untuk kemajuan

perkotaan, sedangkan modal yang disertakan untuk perdesaan sangat rendah. Mereka

mempunyai pandangan bahwa perdesaan itu hanyalah merupakan urban nodes dan

transportation linkages yang kelihatan di atas peta topografi. Bagi mereka, dalam

integrasi regional perkotaanlah yang merupakan kuncinya. Kebijakan-kebijakan mereka

seperti ini secara tegas menunjukkan adanya urban bias.

Kemudian di sisi lain, perencana perdesaan cenderung selalu beranggapan

bahwa perkotaan itu adalah sebuah parasit dan mahkluk asing dalam pembangunan

perdesaan. Mereka selalu hati-hati terhadap perkotaan, dan jarang sekali unsur

perkotaan dimasukkan dalam wacana perdesaan. Definisi wilayah perdesaan dalam

pembangunan dianggap hanya agricultural plots, resources areas dan villages. Dari sini

kelihatan bahwa mereka itu rural bias, yang sangat sedikit, bahkan tidak tertarik sama

sekali untuk mengamati perkembangan perkotaan dalam framework perencanaan

perdesaan.

PKW Indramayu yang notabene memiliki lingkup pelayanan provinsi atau

beberapa kabupaten disekitarnya pada saat ini belumlah mencapai kondisi ideal suatu

PKW, baik sarana maupun prasarana serta kegiatan-kegiatan didalamnya, sehingga

kedepan perlu didorong oleh strategis/percepatan agar PKW Indramayu dapat menjadi

PKW seperti yang diharapkan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat perkotaan dan

lingkup pelayanan regional, namun tentunya potensi yang ada yakni pertanian lahan

basah terutama sawah beririgasi teknis/semi teknis perlu tetap dijaga mengingat

Page 6: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 6

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

ketentuan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan.

B. Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Terlepas dari pertentangan antar pro dan kontra di atas, hal sekarang yang

perlu diperhatikan adalah bagaimana membawa potensi-potensi pembangunan

perkotaan dan perdesaan tersebut dalam proses perencanaan. Untuk menjawab

pertanyaan ini kita harus mengenal fungsi dan peranan perkotaan terhadap perdesaan

yang akan menghasilkan hubungan saling ketergantungan, bukannya hubungan one-

way urban-to-rural. Sepertinya keterkaitan perkotaan-perdesaan saat ini harus dilihat

sebagai mutually reinforcing. Keterkaitan semacam itu bisa disimak dalam Tabel 2.1,

yang memperlihatkan bagaimana peranan sebuah perkotaan terhadap perdesaan.

Tabel 2.1 Urban and Rural Linkages and InterdependenciesUrban Rural

Agriculture trade/transport center Agriculture production

Agricultural support services Production input Repair services Information on production methods (innovation)

Agricultural intensification Rural infrastructure Production incentives Education and capacity To adopt/adapt innovation

Non-agriculture consumer market Processed agricultural products Private services Public services (health, education and

administration)

Rural income and demand for non agricultural good and services

Agro-based industry Cash crop production and agricultural diversification

Non agricultural employment All of the above Sumber : Douglas (1998)

Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa dalam hubungan perkotaan-perdesaan, sumber

utama pertumbuhan dari perkotaan ternyata datang dari kenaikan permintaan barang-

barang non-agricultural pada rumah tangga perdesaan. Dalam hubungannya yang lain,

tampak pula kesediaan sektor perkotaan sebagai konsumen komoditi pertanian

mampu meningkatkan kesejahteraan di wilayah perdesaan dan menaikkan pendapatan

riil, bukan hanya untuk sebagian petani, tetapi juga untuk seluruh rumah tangga

perdesaan.

Page 7: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 7

4

PEOPLE Labor comuting/migrationOther migration (e.g., education)Shopping/visiting/selling

PRODUCTION Upstream linkages (inputs)downstream linkages (processing, manufacturing)

COMODITIES InputConsumer non durables/ durablesRural products

CAPITAL/INCOME Value addedSaving/creditMigrant remittances

INFORMATION Production/sales/pricesWelfare/social/politicalemployment

RURAL STRUCTURE/ STRUCTURAL CHANGE

Socio-economic structure/ relations

Rural Economy (Sectors)

Rural Production Regimes

Natural Environment & Resources

Infrastructure Built Environment

URBAN FUNCTION/ ROLESNon Agriculture Employment

Urban ServicesProduction Supplies

non durables/ durables goods

Market for selling rural products

Processing/manufacturing

Information on employment, production, prices, welfare service

POLICY INTERVENTIONSAgrarian reformAgriculture intensification/diversificationCooperativesEnvironmental programsIrrigation, storage facilities and other rural infrastructureRoad/transportationElectricityCommunicationsSeaports/AirportsMarket centersCommercial outletsUrban servicesBanking/creditUrban infrstructureCommunications services

1

2

3

5

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

Pada Gambar 2.1 kita juga bisa melihat bagaimana keterkaitan perkotaan-

perdesaan itu tampak dalam pembangunan regional. Berdasarkan gambar tersebut

ada kesan saat ini bahwa perubahan struktur dan pembangunan perdesaan keduanya

sangat terkait erat dengan fungsi dan peranan perkotaan yang terjalin dalam set of

flows antara wilayah perdesaan dan perkotaan.

Gambar 2.1 Rural Regional Development Process : Structures, Flows and Policy Interventions

Sumber : Douglas (1998)

Page 8: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 8

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

Gambar 2.2 Conceptual Framework for Rural-Urban Interactions

Sumber : Okali, Okpana and Olawoye (2001)

Antara Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 tampak jelas ada satu kesamaan yang

sangat mendasar sekali untuk diungkapkan yaitu keterkaitan perkotaan-perdesaan

selalu membutuhkan pemerintah, dalam kedua gambar tersebut ditunjukkan pada

komponen intervensi. Peran pemerintah disini memang tidak bisa dilepas, karena

pemerintah bersama swasta dan masyarakat sudah langsung melekat sebagai aktor

dari sistem kota-desa. Sehingga dinamika sistem perkotaan-perdesaan yang pada

akhirnya bisa menimbulkan masalah perkotaan merupakan masalah bersama bagi

aktor-aktor pembangunan perkotaan tersebut.

C. Pendekatan Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Ego sektoral masih mewarnai pembangunan kawasan perkotaan dan

perdesaan, masing-masing sektor mengembangkan program dan kegiatan yang satu

sama lain mempunyai kesamaan dalam visi misinya yaitu meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan masyarakat kawasan perkotaan dan perdesaan, tercapainya

kawasan perkotaan dan perdesaan yang mandiri, berwawasan lingkungan dan

bersinergi dengan kawasan lainnya termasuk hubungan desa-kota. Program-program

yang dikembangkan ada juga program yang pendekatannya pernah ada, namun

RURAL URBAN INTERACTION

Spatial flow between rural and urban areasPeople, Goods, Informations and Money

Sectoral activities that bestride rural and urban areasAgriculture (urban agriculture)Industry (rural industry)TradeCultureHistorical

When/how foundedLand tenureCoperation/frictionMigration/ settlerment pattern

Political (policy)/EconomyAgric?ForestryTradeEducationEnergyIndustryFinancialLand UseGovernance

Socio-culturalSocial group/associationSocial norma/valueDescent and inheritanceSupport networkDiversityGender & generationMigratory tendency

Physical environmentLand and waterOther resourcesDegragation

GROUP OF FACTORS THAT AFFECT RURAL-URBAN INTERACTIONS

Page 9: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 9

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

dikemas dengan bungkus yang sesuai dengan pihak pemutus kebijakan. Sektor-sektor

tersebut memang mempunyai kewenangan untuk menjalankan visi-misinya dalam

pembangunan kawasan perkotaan dan perdesaan, hanya masalahnya yaitu bagaimana

program-program tersebut dapat disinkronkan sehingga bersinergi satu dengan lainnya

termasuk program-program di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Sehingga

pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan perlu ditempuh melalui

Pendekatan Holistik.

Pembangunan dengan pendekatan holistik artinya pembangunan yang

berorientasi kewilayahan dan dilaksanakan pada kawasan tertentu, bersifat multi

sektor secara terpadu dengan mempertimbangkan segala aspek meliputi : sosial,

budaya, ekonomi, dan lingkungan. Pendekatan ini bila dirinci maka menganut lima asas

dasar yaitu : Bersifat holistik, berorientasi pada pemberdayaan masyarakat,

berorientasi pada pertumbuhan dan pemerataan, peningkatan pada daya saing global,

berorientasi pada partisipasi.

1. Asas holistik, mengandung makna bahwa pembangunan harus dilakukan

menyeluruh atau komprehensif, tidak parsial, tetapi menyangkut seluruh aspek

sosial, ekonomi dan lingkungan secara berimbang.

2. Asas pemberdayaan masyarakat, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan sosial ekonomi seluruh masyarakat, sehingga mereka mampu mandiri

mengelola kehidupannya baik secara individu-individu maupun sebagai komunitas

sosial.

3. Asas pertumbuhan dan pemerataan, mengandung makna bahwa pembangunan

harus mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan

secara simultan. Jadi bukan mengutamakan mengejar pertumbuhan terjadi

ketimpangan dalam distribusi pendapatan, sehingga menimbulkan ketidakadilan.

4. Asas daya saing global, bahwa realitas kini dan masa mendatang proses globalisasi

ekonomi terus berlangsung sehingga menantang persaingan ekonomi yang semakin

intensif pada level kewilayahan. Pembangunan harus mampu menciptakan

perekonomian yang berdaya saing global.

5. Asas partisipasi masyarakat, masyarakat kawasan perkotaan dan perdesaan harus

menjadi subjek dalam pembangunan kawasan perkotaan dan perdesaan (termasuk

dalam hal pendanaan) harus dikurangi secara bertahap, sehingga akhirnya

pemerintah hanya berfungsi sebagai fasilitator.

Holistik dan berkelanjutan, sekaligus bersifat terbuka dan berkesinambungan,

Page 10: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 10

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

harus didukung dengan keterpaduan, kegotong-royongan, keswadayaan, partisipasi

dan terdesentralisasi.

2.2 TINJAUAN KEBIJAKAN

2.2.1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Berdasarkan UU 26/2007 kebijakan yang terkait dengan kegiatan ini adalah 1)

definisi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan dan 2) uraian tentang penataan

ruang berdasarkan kegiatan kawasan, yaitu terdiri atas penataan ruang kawasan

perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan

ekonomi (UU 26/2007 Tentang Penataan Ruang).

Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan

sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial, dan kegiatan ekonomi (UU 26/2007 Tentang Penataan Ruang). Adapun jika

mengacu pada UU 26/2007 diatas, maka substansi yang membedakan antara kawasan

perkotaan dan perdesaan adalah ada tidaknya kegiatan pertanian.

2.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional

Berdasarkan PP 26/2008 Tentang RTRWN kebijakan yang terkait dengan

kegiatan ini adalah 1) definisi PKW, 2) kriteria PKW, 3) peraturan zonasi untuk PKW, 4)

PKW Indramayu dalam Sistem Perkotaan Nasional 5) PKW Indramayu dalam Kawasan

Andalan Nasional.

Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa

kabupaten/kota. PKW ditetapkan dengan kriteria :

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua

kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;

dan/atau

Page 11: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 11

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi

yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

Peraturan zonasi untuk PKW disusun dengan memperhatikan :

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala provinsi

yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai

dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; dan

b. pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan

tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah yang kecenderungan

pengembangan ruangnya ke arah horizontal dikendalikan.

Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa

kabupaten/kota. Kabupaten Indramayu termasuk pada PKW II/C/1 dengan maksud

Revitalisasi dan percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Perumbuhan Nasional

untuk pengembangan/peningkatan fungsi.

Arahan RTRWN Tentang Kawasan Andalan Ciayumajakuning, Kawasan Cirebon-

Indramayu-Majalengka-Kuningan (Ciayumajakuning) dan sekitarnya, dengan arahan

sektor unggulan :

- pertanian

- industri

- perikanan

- pertambangan

2.2.3 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan

Kawasan Perkotaan

Kriteria kawasan perdesaan yang akan dikembangkan menjadi kawasan

perkotaan :

sesuai dengan rencana pembangunan jangka panjang daerah kabupaten;

sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten;

memiliki daya dukung lingkungan yang memungkinkan untuk pengembangan fungsi

perkotaan;

bukan merupakan kawasan pertanian beririgasi teknis maupun yang direncanakan

beririgasi teknis; dan

bukan merupakan kawasan lindung.

Page 12: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 12

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

2.2.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 494/PRT/M/2005 Tentang

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP-Kota)

A. Visi dan Misi

Adapun visi pengembangan perkotaan nasional adalah “Terwujudnya kawasan

perkotaan yang aman, layak huni, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif,

dan berkembang secara berkelanjutan, serta saling memperkuat, dalam mewujudkan

pengembangan wilayah”.

Upaya pencapaian visi tersebut di atas dilakukan melalui beberapa misi berikut

ini :

1. Mengembangkan kota yang aman dan layak huni,

2. Mengembangkan kota yang sejahtera,

3. Mengembangkan lingkungan kota yang berkeadilan sosial dan berbudaya,

4. Mengembangkan pembangunan kota yang berkelanjutan,

5. Mengembangkan pola pengelolaan kota berdasarkan tata pemerintahan yang

Baik dan

6. Mengembangkan keseimbangan dan keterkaitan antar kota dan antara kota

desa.

B. Kebijakan dan Strategi

Adapun Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KNSP-Kota)

adalah sebagai berikut :

Kebijakan (1) : Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan

nasional. Untuk mencapai kebijakan tersebut strateginya adalah :

1. Penyiapan Prasarana dan Sarana Perkotaan Nasional untuk Mendukung

Pengembangan Ekonomi Nasional, Wilayah, Lokal Melalui Pembangunan

Perkotaan;

2. Penyiapan Kota sebagai Simpul Pelayanan serta Simpul Aksesibilitas, Koleksi,

dan Dstribusi dalam Wilayah

3. Pengembangan Kota-Kota Befungsi Nasional/Internasional dan Kawasan

Kerjasama Internasional

4. Pengembangan Kota-Kota Khusus Berkembang Cepat, Berkarakter Khusus,

Kawasan Perbatasan, dan Kawasan Tertinggal

5. Penyiapan serta Pengembangan Arahan dan Panduan bagi Daerah untuk

Pembangunan Perkotaan yang Berkelanjutan

Page 13: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 13

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

Kebijakan (2) : Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera,

berbudaya, dan berkeadilan sosial. Untuk mencapai kebijakan tersebut strateginya

adalah :

1. Pengembangan Prasarana dan Sarana Perkotaan dan Pelayanan Dasar

Perkotaan yang Memadai dan Berkeadilan

2. Pengembangan Perumahan dan Permukiman yang Layak Huni dan Terjangkau

3. Pengembangan Proses-Proses Pendanaan dan Penyediaan Tanah bagi

Pembangunan Permukiman yang Partisipatif

4. Pengembangan Ekonomi Perkotaan Berdaya Saing Global

5. Penciptaan Iklim Kehidupan Sosial Budaya yang Saling Menghargai, Saling

Mendukung, serta Mengapresiasi Budaya dan Warisan Budaya

Kebijakan (3) : Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan.

Untuk mencapai kebijakan tersebut strateginya adalah :

1. Peningkatan Kapasitas SDM serta Kelembagaan Pusat dan Daerah dalam

Pengelolaan Pembangunan Perkotaan

2. Peningkatan Kapasitas Pembiayaan Pemerintah Daerah

3. Peningkatan Pola dan Mekanisme Pelibatan Stakeholders dalam Pengelolaan

Pembangunan Perkotaan yang Inklusif

4. Pembentukan Sistem Informasi Perkotaan di Tingkat Nasional dan di Tingkat

Daerah

2.2.5 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 2009-2029

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat 22/2010 Tentang RTRWP

Jawa Barat kebijakan yang terkait dengan kegiatan ini adalah 1) Arahan Pengembangan

Struktur dan Pola Ruang, 2) Pembagian Wilayah Pengembangan, 3) Rencana

pengembangan infrastruktur WP Ciayumajakuning

Kabupaten Indramayu diarahkan menjadi PKW dengan sarana dan prasarana

yang terintegrasi, serta diarahkan untuk kegiatan utama pertanian lahan basah

berkelanjutan, bisnis perikanan dan kelautan, industri, pertambangan terutama

minyak, gas, agribisnis dan agroindustri, yang merupakan bagian dari WP

Ciayumajakuning.

WP Ciayumajakuning sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan

Ciayumajakuning yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah

Page 14: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 14

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

perbatasan, meliputi Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu,

Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan sebagian wilayah di Kabupaten

Sumedang.

Rencana pengembangan infrastruktur WP Ciayumajakuning di PKW Indramayu,

terdiri atas :

1. Penyediaan Terminal Tipe A di Kota Cirebon, serta Terminal Tipe B di

Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Indramayu;

2. Pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA lintas utara-selatan

yang menghubungkan Kota Indramayu – Jatibarang; dan

3. Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas utara yang

menghubungkan kota-kota Cikampek-Jatibarang-Cirebon.

2.2.6 Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 1 Tahun 2012 tentang RTRW

Kabupaten Indramayu 2011-2031

A. Struktur Ruang

1. Sistem Perkotaan

Berdasarkan arahan RTRW Kabupaten lingkup wilayah administrasi PKW

Indramayu berada di Kecamatan Indramayu, Kecamatan Sindang dan Kecamatan

Balongan. PKW Indramayu melekat fungsi PKL Indramayu dengan wilayah layanan

meliputi Kecamatan Indramayu, Kecamatan Sindang, Kecamatan Balongan, Kecamatan

Pasekan dan Kecamatan Cantigi.

2. Sistem Prasarana Utama

1) Transportasi Darat

Jaringan jalan kolektor primer (1) status nasional meliputi :

1. Ruas Lohbener – Batas Kota Indramayu;

2. Jalan Soekarno-Hatta;

3. Jalan Mulia Asri;

4. Ruas Lingkar Indramayu – Karangampel; dan

5. Ruas Karangampel – Singakerta (batas Indramayu-Cirebon).

Jaringan jalan kolektor sekunder (1) dalam Perkotaan Indramayu status

kabupaten meliputi :

1. Ruas Jalan Letjend. MT. Haryono;

2. Ruas Jalan Letjend. S. Parman;

3. Ruas Jalan R.A Kartini;

Page 15: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 15

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

4. Ruas Jalan Jend. Sudirman;

5. Ruas Jalan Ir. H. Djuanda;

6. Ruas Jalan Letjend. Suprapto;

7. Ruas Jalan Jend. A. Yani; dan

8. Ruas Jalan Jend. Gatot Subroto.

Jaringan jalan kolektor sekunder (2) dalam Perkotaan Indramayu status

kabupaten meliputi :

1. Ruas Jalan Pahlawan; dan

2. Ruas Jalan Laksamana Yos Sudarso.

Jaringan jalan kolektor sekunder (3) dalam Perkotaan Indramayu status

kabupaten berupa ruas jalan oto iskandardinata;

Jaringan jalan lokal sekunder (1) dalam Perkotaan Indramayu status kabupaten

meliputi :

1. Ruas Jalan R.E Martadinata;

2. Ruas Jalan Veteran;

3. Ruas Jalan Tanjung Pura;

4. Ruas Jalan Kapten Arya;

5. Ruas Jalan Letnan Purbadi;

6. Ruas Jalan Pasarean;

7. Ruas Jalan Pendidikan;

8. Ruas Jalan Golf;

9. Ruas Jalan Mayjend. Sutojo;

10. Ruas Jalan Mayor Sastra Atmaja;

11. Ruas Jalan Kapten Piere Tendean;

12. Ruas Jalan Wiralodra;

13. Ruas Jalan Letnan Wargana;

14. Ruas Jalan Lemahabang;

15. Ruas Jalan Tembaga Raya;

16. Ruas Jalan Pembangunan;

17. Ruas Jalan Kerukunan;

18. Ruas Jalan Siapem I;

19. Ruas Jalan Siapem II;

20. Ruas Jalan Siapem III;

21. Ruas Jalan Sudibyo;

Page 16: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 16

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

22. Ruas Jalan Kopral Dali;

23. Ruas Jalan Tridaya I;

24. Ruas Jalan Tridaya II;

25. Ruas Jalan Tridaya III;

26. Ruas Jalan Pasar Baru;

27. Ruas Jalan Istiqomah;

28. Ruas Jalan Pahlawan I;

29. Ruas Jalan Pahlawan II;

30. Ruas Jalan Pahlawan III;

31. Ruas Jalan Pahlawan IV;

32. Ruas Jalan Karya;

33. Ruas Jalan Letnan Sutejo;

34. Ruas Jalan Letnan Sutejo I;

35. Ruas Jalan Telepon;

36. Ruas Jalan Karangsawah I;

37. Ruas Jalan Karangsawah II;

38. Ruas Jalan Sasak Kembar;

39. Ruas Jalan Kirancang;

40. Ruas Jalan Anggasara;

41. Ruas Jalan Ki Gendis;

42. Ruas Jalan Sidomukti;

43. Ruas Jalan Sidamulya;

44. Ruas Jalan Sidoasri;

45. Ruas Jalan Stasiun;

46. Ruas Jalan Paoman Utara;

47. Ruas Jalan Kopral Yahya;

48. Ruas Jalan Paoman Asri Raya;

49. Ruas Jalan Kalen Yamin;

50. Ruas Jalan Rasamala;

51. Ruas Jalan Gardu;

52. Ruas Jalan Cimanuk Timur;

53. Ruas Jalan Islamic Centre;

54. Ruas Jalan Cimanuk Barat;

55. Ruas Jalan Murah Nara;

Page 17: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 17

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

56. Ruas Jalan Singalodra;

57. Ruas Jalan Endang Darma Ayu;

58. Ruas Jalan P. Dharma Kusuma;

59. Ruas Jalan KH. Agus Salim;

60. Ruas Jalan Manunggal;

61. Ruas Jalan KH. Ahmad Dahlan;

62. Ruas Jalan Nyi Resik;

63. Ruas Jalan Marngali;

64. Ruas Jalan Rumah Sakit;

65. Ruas Jalan Sindang Citra Raya;

66. Ruas Jalan Babar Layar;

67. Ruas Jalan Sampurna;

68. Ruas Jalan Bojongsari;

69. Ruas Jalan Pepabri Utama;

70. Ruas Jalan Griya Ayu Utama;

71. Ruas Jalan Griya Asri Utama I;

72. Ruas Jalan Griya Asri Utama II;

73. Ruas Jalan Bumi Mekar Raya;

74. Ruas Jalan Cinde Raya Utama;

75. Ruas Jalan Citra Dharma Ayu Raya;

76. Ruas Jalan Pabean Kencana Raya;

77. Ruas Jalan Pabean;

78. Ruas Jalan Wirapermoda;

79. Ruas Jalan Jaka Mukamad;

80. Ruas Jalan Radio;

81. Ruas Jalan Pekandangan Jaya;

82. Ruas Jalan Sutajaya;

83. Ruas Jalan Pasar Lama;

84. Ruas Jalan Prajagumiwang; dan

85. Ruas Jalan Tanggul Terusan.

Jaringan jalan lokal sekunder (2) dalam Perkotaan Indramayu status kabupaten

meliputi :

1. Ruas Jalan Ir. Sutami;

2. Ruas Jalan Siliwangi; dan

Page 18: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 18

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

3. Ruas Jalan Bima Basuki.

Jaringan jalan lokal sekunder (3) dalam Perkotaan Indramayu status kabupaten

meliputi :

1. Ruas Jalan Tentara Pelajar;

2. Ruas Jalan Tambak Raya;

3. Ruas Jalan Cimanuk;

4. Ruas Jalan Letjend. D.I Panjaitan;

5. Ruas Jalan Perjuangan;

6. Ruas Jalan Olahraga; dan

7. Ruas Jalan Mayor Dasuki.

Jaringan trayek angkutan penumpang meliputi :

a. layanan angkutan umum antar kota antar provinsi (AKAP) dengan trayek

Indramayu – Jakarta;

b. layanan angkutan umum antar kota dalam provinsi (AKDP) meliputi :

1. trayek Indramayu – Cirebon;

2. trayek Indramayu – Pamanukan; dan

3. trayek Indramayu – Bandung.

2. Perkeretaapian

Pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA (kereta api) lintas utara

selatan yang menghubungkan Kecamatan Indramayu – Kecamatan Jatibarang;

2. PRASARANA LAINNYA

1) Energi Listrik

Pengembangan gardu induk listrik meliputi :

1. Desa Singajaya Kecamatan Indramayu;

2. Desa Tambi Kecamatan Sliyeg;

3. Desa Plosokerep Kecamatan Terisi; dan

4. Desa Cipancuh Kecamatan Haurgeulis.

Pengembangan instalasi dan jaringan distribusi listrik melalui desa mandiri

energi untuk meningkatkan pasokan listrik ke seluruh wilayah, meliputi :

a. jaringan listrik untuk penyediaan energi listrik di setiap kecamatan

untuk kebutuhan rumah tangga dan non rumah tangga;

b. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 (seratus lima puluh)

kilovolt dan sistem distribusinya 20 (dua puluh) kilovolt;

Page 19: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 19

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

c. jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) berada di

Kecamatan Sukra;

d. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan lokasi meliputi :

1. Kecamatan Sukagumiwang;

2. Kecamatan Kertasemaya;

3. Kecamatan Jatibarang;

4. Kecamatan Indramayu;

5. Kecamatan Widasari;

6. Kecamatan Lelea;

7. Kecamatan Cikedung;

8. Kecamatan Terisi;

9. Kecamatan Gabuswetan;

10. Kecamatan Kroya; dan

11. Kecamatan Haurgeulis;

e. jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) berada di setiap

kecamatan; dan

f. areal konservasi pada jaringan SUTT meliputi kurang lebih 20 (dua

puluh) meter pada setiap sisi jaringan.

2) Telekomunikasi

Jaringan teresterial berupa jaringan kabel telepon yang tersebar setiap

kecamatan.

3) Sumber Daya Air

Waduk dimanfaatkan untuk pengairan areal pertanian dan sebagai sumber air

baku meliputi :

a. Waduk Cipancuh berada di Kecamatan Haurgeulis; dan

b. Waduk Bojongsari berada di Kecamatan Indramayu.

Cekungan air tanah lintas (CAT) kabupaten meliputi :

a. cekungan air tanah Subang;

b. cekungan air tanah Indramayu; dan

c. cekungan air tanah Sumber-Cirebon.

Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum dilakukan melalui

peningkatan kapasitas sambungan langganan dengan lokasi beberapa

kecamatan termasuk Kecamatan Indramayu;

Page 20: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 20

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

Pengembangan sistem pengendalian daya rusak air melalui normalisasi sungai

meliputi :

1. wilayah sungai lintas provinsi;

2. wilayah sungai lintas kabupaten; dan

3. wilayah sungai dalam satu kabupaten.

4). Persampahan

Sistem jaringan persampahan meliputi :

a. pengembangan sistem pengangkutan diprioritaskan pada kawasan

permukiman perkotaan dan pusat kegiatan masyarakat;

b. pengembangan sistem komposing pada kawasan perdesaan dan

permukiman berkepadatan rendah;

c. pengembangan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS)

meliputi :

1. TPPAS Pecuk seluas kurang lebih 8 (delapan) hektar berada di Desa

Panyindangan Kulon Kecamatan Sindang;

2. TPPAS Kebulen seluas kurang lebih 1 (satu) hektar berada di Desa Kebulen

Kecamatan Jatibarang;

3. TPPAS Kertawinangun seluas kurang lebih 2 (dua) hektar berada di Desa

Kertawinangun Kecamatan Kandanghaur; dan

4. TPPAS Mekarjati seluas kurang lebih 1 (satu) hektar berada di Desa Mekarjati

Kecamatan Haurgeulis.

5) Limbah

Sistem jaringan air limbah meliputi :

a. non domestik berupa pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

dan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) pada kegiatan industri, rumah

sakit, hotel, dan restoran yang berada di seluruh wilayah daerah; dan

b. domestik berupa pembangunan jamban umum dan mandi cuci kakus (MCK)

pada kawasan permukiman.

6) Air Minum

Sistem jaringan air minum perkotaan melalui pengembangan jaringan

perpipaan air minum meliputi beberapa kawasan perkotaan termasuk

Perkotaan Indramayu;

Page 21: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 21

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

7) Evakuasi Bencana

Kecamatan Indramayu termasuk ke dalam kawasan yang teridentifikasi rawan

bencana banjir dan gelombang pasang, adapun untuk jalur evakuasi rawan

bencana banjir dan gelombang pasang diarahkan pada jaringan jalan terdekat

menuju ruang evakuasi bencana.

B. Pola Ruang

1. Kawasan Perlindungan Setempat

a. Kawasan sempadan pantai seluas kurang lebih 7.458 (tujuh ribu empat ratus

lima puluh delapan) hektar sepanjang 147 (seratus empat puluh tujuh)

kilometer meliputi beberapa kecamatan termasuk Kecamatan Indramayu.

b. Kawasan sekitar waduk dan situ seluas kurang lebih 738 (tujuh ratus tiga

puluh delapan) hektar meliputi :

a) Situ Bolang berada di kecamatan Cikedung;

b) Situ Buburgadung berada di Kecamatan Cikedung;

c) Rawa Bedahan berada di Kecamatan Cikedung;

d) Rawa Cirakit berada di Kecamatan Cikedung;

e) Rawa Sinang berada di Kecamatan Cikedung;

f) Rawa Bacin berada di Kecamatan Tukdana;

g) Waduk Bojongsari berada di Kecamatan Indramayu; dan

h) Waduk Cipancuh berada di Kecamatan Haurgeulis.

c. Kawasan sempadan jaringan irigasi tersebar di setiap kecamatan.

d. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan seluas kurang lebih 1.722

(seribu tujuh ratus duapuluh dua) hektar atau 30 (tiga puluh) persen dari

luasan kawasan perkotaan yang tersebar di setiap kecamatan.

e. Kawasan rawan bencana alam terdiri atas:kawasan rawan gelombang

pasang, kawasan rawan banjir dan kawasan rawan abrasi.

f. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah berupa

kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah di daerah

imbuhan air tanah padacekungan air tanah (CAT) Indramayu seluas kurang

lebih 29.890 (dua puluh sembilan ribu delapan ratus sembilan puluh) hektar

meliputi beberapa kecamatan termasuk Kecamatan Indramayu.

2. Kawasan peruntukan hutan rakyat seluas kurang lebih 38.516 (tiga puluh

delapan ribu lima ratus enam) hektar berada di setiap kecamatan.

Page 22: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 22

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

3. Kawasan tanaman pangan ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan

berkelanjutan meliputi beberapa kecamatan termasuk Kecamatan Indramayu.

4. Kawasan hortikultura seluas kurang lebih 3.407 (tiga ribu empat ratus tujuh)

hektar meliputi :

a. sayur-sayuran tersebar di setiap kecamatan;

b. buah-buahan tersebar di setiap kecamatan;

c. tanaman hias tersebar di setiap kecamatan; dan

d. tanaman obat tersebar di setiap kecamatan.

5. Kawasan Peruntukan Perikanan

a. Kawasan perikanan budidaya air payau seluas kurang lebih 14.083 (empat

belas ribu delapan puluh tiga) hektar meliputi beberapa kecamatan

termasuk Kecamatan Indramayu.

b. Kawasan perikanan budidaya air tawar seluas kurang lebih 405 (empat ratus

lima) hektar tersebar di setiap kecamatan.

c. Kawasan perikanan budidaya laut meliputi :

1) kawasan pesisir mencakup 38 (tiga puluh delapan) desa di 11 (sebelas)

kecamatan dengan laut sejauh 4 (empat) mil sepanjang 147 (seratus

empat puluh tujuh) kilometer; dan

2) kawasan peruntukan pelabuhan pendaratan perikanan meliputi

beberapa pelabuhan pada beberapa kecamatan termasuk pelabuhan

samudera Karangsong yang dilengkapi tempat pelelangan ikan berada di

Kecamatan Indramayu;

d. Kawasan pengolahan berupa industri pengolahan hasil perikanan meliputi:

1) Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat;

2) Desa Limbangan Kecamatan Juntinyuat;

3) Desa Karangsong Kecamatan Indramayu;

4) Desa Kenanga Kecamatan Sindang;

5) Kelurahan Paoman Kecamatan Indramayu;

6) Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur;

7) Desa Eretan Kulon Kecamatan Kandanghaur; dan

8) Desa Ujunggebang Kecamatan Sukra.

e. Kawasan minapolitan meliputi :

a. minapolitan garam berada di Desa Santing Kecamatan Losarang;

b. minapolitan perikanan tangkap berada di Desa Karangsong Kecamatan

Page 23: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 23

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

Indramayu;

c. minapolitan perikanan budidaya meliputi:

1. Desa Karanganyar Kecamatan Pasekan; dan

2. Desa Krimun Kecamatan Losarang.

d. minapolitan pengolahan hasil perikanan berada di Desa Kenanga

Kecamatan Sindang.

6. Kawasan Peruntukan Industri

Industri kecil dan mikro meliputi beberapa kecamatan termasuk Kecamatan

Indramayu.

a. industri batik meliputi :

1. Kelurahan Paoman Kecamatan Indramayu;

2. Desa Pabean Udik Kecamatan Indramayu;

3. Desa Penganjang Kecamatan Sindang;

4. Desa Terusan Kecamatan Sindang; dan

5. Desa Babadan Kecamatan Sindang;

b. industri gitar mini berada di Desa Lelea Kecamatan Lelea;

c. industri kain bordir berada di Desa Sukawera Kecamatan Kertasemaya;

d. industri dodol berada di Kecamatan Karangampel;

e. industri keripik melinjo berada di Kecamatan Karangampel;

f. industri gerabah/keramik berada di Kecamatan Kandanghaur;

g. industri kerajinan topeng berada di Kecamatan Sliyeg;

h. industri tenun gedogan dan waring berada di Kecamatan Juntinyuat;

i. industri ayaman bambu dan pandan meliputi:

1. Kecamatan Sliyeg;

2. Kecamatan Arahan; dan

3. Kecamatan Lelea.

j. industri kecap meliputi:

1. Kecamatan Lohbener;

2. Kecamatan Jatibarang; dan

3. Kecamatan Juntinyuat.

k. industri keripik mangga berada di Kecamatan Lohbener;

l. industri rajungan meliputi:

1. Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur; dan

2. Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat.

Page 24: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 24

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

m. industri bandeng tanpa duri berada di Kecamatan Indramayu; dan

n. industri makanan lumpia kering berada di Kecamatan Lohbener.

7. Kawasan Peruntukkan Pariwisata

a. Pariwisata buatan meliputi:

1) Waterboom Bojongsari dan Waduk Bojongsari seluas kurang lebih 15

(lima belas) hektar berada di Kelurahan Bojongsari Kecamatan Indramayu;

dan

2) Kampung Wisata Air seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar berada di

Desa Wanantara Kecamatan Sindang.

b. Pariwisata minat khusus meliputi :

a. Pondok Pesantren Al-Zaytun seluas kurang lebih 1.200 (seribu dua ratus)

hektar berada di Kecamatan Gantar;

b. Mangrove centre seluas kurang lebih 5 (lima) hektar berada di Desa

Pabean Ilir Kecamatan Pasekan;

c. kerajinan batik di Kelurahan Paoman Kecamatan Indramayu;

d. upacara adat istiadat meliputi:

1. Upacara Ngarot berada Kecamatan Lelea;

2. Pesta laut Nadran meliputi:

a) Desa Eretan Wetan Kecamatan Kandanghaur;

b) Desa Eretan Kulon Kecamatan Kandanghaur;

c) Desa Karangsong Kecamatan Indramayu;

d) Desa Limbangan Kecamatan Juntinyuat;

e) Desa Lombang Kecamatan Juntinyuat; dan

f) Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat.

8. Kawasan Peruntukan Permukiman

a. Kawasan peruntukan permukiman terdiri atas :

1) permukiman perkotaan; dan

2) permukiman perdesaan.

b. Kawasan peruntukan permukiman seluas kurang lebih 17.837 (tujuh belas

ribu delapan ratus tiga puluh tujuh) hektar meliputi :

1) permukiman perkotaan seluas kurang lebih 5.249 (lima ribu dua ratus

empat puluh sembilan) hektar yang meliputi 81 (delapan puluh satu)

desa dan kelurahan tersebar di PKW, PKL, PKLp, dan PPK; dan

Page 25: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 25

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

2) permukiman perdesaan seluas kurang lebih 12.590 (dua belas ribu lima

ratus sembilan puluh) hektar yang meliputi 235 (dua ratus tiga puluh

lima) desa.

9. Kawasan Peruntukan Budidaya Lainnya

Kawasan peruntukan budidaya lainnya berupa kawasan peruntukan pertahanan

dan keamanan negara. meliputi:

1) Markas Batalion Tempur Tentara Nasional Indonesia Arhanudse Batere R

berada di Desa Sukamelang Kecamatan Kroya;

2) Markas satuan teritorial Komando Distrik Militer 0616/Indramayu berada

di Kecamatan Indramayu;

3) Markas satuan teritorial Komando Rayon Militer yang berlokasi tersebar di

17 (tujuh belas) kecamatan;

4) Markas Sub Detasemen Polisi Militer III/3-3 yang berlokasi di Kecamatan

Indramayu;

5) Markas Sub Detasemen Zeni Bangunan 073/III Indramayu berada di

Kecamatan Indramayu;

6) Markas Polisi Resor Indramayu berada di Kecamatan Indramayu;

7) Markas Polisi Sektor tersebar di seluruh kecamatan;

8) Pos TNI Angkatan Laut Dadap berada di Kecamatan Juntinyuat;

9) Pos TNI Angkatan Laut Eretan berada di Kecamatan Kandanghaur;

10) Sub Pos Polair Dadap berada di Kecamatan Juntinyuat; dan

11) Sub Pos Polair Eretan berada di Kecamatan Kandanghaur.

C. Rencana Kawasan Strategis Kabupaten

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi :

a. KSK Prajapolitan berada di PKW Indramayu;

b. KSK Minapolitan dengan lokasi meliputi:

1. Minapolitan Ujunggebang berada di Kecamatan Sukra;

2. Minapolitan Eretan berada di Kecamatan Kandanghaur;

3. Minapolitan Dadap berada di Kecamatan Juntinyuat;

4. Minapolitan Karangsong berada di Kecamatan Indramayu; dan

5. Minapolitan Cemara berada di Kecamatan Cantigi.

c. KSK Agropolitan dengan fungsi utama sebagai wilayah usaha berbasis

pertanian, perkebunan, dan peternakan meliputi:

Page 26: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 26

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

1. Agropolitan Widasari berada di Kecamatan Widasari;

2. Agropolitan Kerticala berada di Kecamatan Tukdana; dan

3. Agropolitan Cipancuh berada di Kecamatan Haurgeulis.

Page 27: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 27

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

Tabel 2.2 Matriks Kebijakan Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

No Kebijakan Kebijakan Terkait PKW Indramayu Kriteria PKW Program Untuk

PKW Indramayu Lainnya Ket

1 UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Uraian tentang penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan

Definisi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan

Besaran kawasan perkotaan menurut jumlah penduduk pendukung, keterkaitan fungsional dan struktur perkotaan

2 PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN

Ketentuan peraturan zonasi untuk PKW :1. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi

perkotaan berskala provinsi yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; dan

2. Pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah yang kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah horizontal dikendalikan.

Sistem Perkotaan NasionalKabupaten Indramayu termasuk pada PKW (II/C/1) dengan maksud Revitalisasi dan percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Perumbuhan Nasional untuk pengembangan/peningkatan fungsi.

Kawasan Andalan Ciayumajakuning, dan sekitarnya, dengan arahan sektor unggulan pertanian, industri, perikanan dan

kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau

kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

Page 28: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 28

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

No Kebijakan Kebijakan Terkait PKW Indramayu Kriteria PKW Program Untuk

PKW Indramayu Lainnya Ket

pertambangan3 PP No 34 Tahun

2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan

Kriteria kawasan perdesaan yang akan dikembangkan menjadi kawasan perkotaan : sesuai dengan rencana pembangunan jangka

panjang daerah kabupaten; sesuai dengan rencana tata ruang wilayah

kabupaten; memiliki daya dukung lingkungan yang

memungkinkan untuk pengembangan fungsi perkotaan;

bukan merupakan kawasan pertanian beririgasi teknis maupun yang direncanakan beririgasi teknis; dan

bukan merupakan kawasan lindung.4 Permen PU No

494/PRT/M/2005 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan

Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional.

Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.

Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan.

Visi dan Misi Pengembangan Perkotaan Nasional

5 Perda Prov Jawa Barat No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029

Kabupaten Indramayu diarahkan menjadi PKW

Dengan arahan pola ruang kegiatan utama pertanian lahan basah berkelanjutan, bisnis perikanan dan kelautan, industri, pertambangan terutama minyak, gas, agribisnis dan agroindustri;

Rencana pengembangan infrastruktur WP Ciayumajakuning di PKW Indramayu, terdiri atas :1. Penyediaan Terminal Tipe A di Kota

Page 29: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 29

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

No Kebijakan Kebijakan Terkait PKW Indramayu Kriteria PKW Program Untuk

PKW Indramayu Lainnya Ket

Cirebon, serta Terminal Tipe B di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Indramayu;

2. Pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA lintas utara-selatan yang menghubungkan Kota Indramayu – Jatibarang; dan

3. Peningkatan keandalan sistem jaringan jalur KA lintas utara yang menghubungkan kota-kota Cikampek-Jatibarang-Cirebon.

7 Perda Kab Indramayu No 1 Tahun 2012 Tentang RTRW Kabupaten Indramayu 2011-2031

Penetapan PKW Indramayu berada di Kecamatan Indramayu

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi KSK Prajapolitan berada di PKW Indramayu dan KSK Minapolitan di Kecamatan Indramayu

Berbagai rencana pembangunan dan pengembangan baik terkait struktur dan pola ruang Kabupaten Indramayu (terlampir)

Sumber : Tinjauan Tim Konsultan Tahun 2013

Page 30: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 30

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Baik Terkait Struktur dan Pola

Ruang Kabupaten Indramayu :

Pengembangan jaringan jalan meliputi jalan arteri, kolektor, local baik yang

berstatus jalan negara/nasional, provinsi dan kabupaten,

pengembangan jaringan rel kereta api jalur lintas utara yang menghubungkan

Cirebon – Jakarta

pengembangan stasiun kereta api Haurgeulis, Kroya, Gabuswetan, Terisi, Lelea,

Jatibarang dan Kertasmaya

pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA (kereta api) lintas utara-

selatan yang menghubungkan Kecamatan Indramayu – Kecamatan Jatibarang;

pembangunan dan peningkatan sistem jaringan jalur KA (kereta api) lintas utara-

selatan yang menghubungkan Perkotaan Jatibarang – Bandara Udara Kertajati

pengembangan terminal khusus minyak dan gas bumi berada di Kecamatan

Balongan;

pengembangan areal jaringan pipa minyak dan gas

pengembangan gardu induk listrik di Desa Singajaya Kecamatan Indramayu

pengembangan prasarana telekomunikasi dan informatika

pengembangan jaringan air baku untuk air bersih;

pengembangan jaringan air minum kepada kelompok pengguna; dan

pengembangan sistem pengendalian daya rusak air.

pengembangan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah pada 4 lokasi di

Desa Panyindangan Kulon Kecamatan Sindang; Desa Kebulen Kecamatan Jatibarang;

Desa Kertawinangun Kecamatan Kandanghaur; dan Desa Mekarjati Kecamatan

Haurgeulis.

pengembangan jaringan perpipaan air minum meliputi 25 perkotaan termasuk

perkotaan Indramayu

pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan

Limbah Tinja (IPLT) pada kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan restoran yang

berada di seluruh wilayah Daerah;

pembangunan Rumah Sakit Tipe B di PKW

pembangunan pusat kebudayaan di PKW

pembangunan kawasan olahraga terpadu di PKW

pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di PKW

pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana peribadatan di PKW

Page 31: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 31

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

pembangunan jaringan jalan startegis Kabupaten;

pembangunan terminal penumpang tipe B;

pembangunan dan pemeliharaan saluran drainase;

pembangunan barak–barak pengungsi dan tempat penampungan sementara dan

jalur evakusi bencana

pengembangan kawasan lindung menjadi 14% sampai dengan tahun 2031

pengembangan hutan produksi dan hutan rakyat

pengembangan berbagai komoditas peternakan unggulan

pengembangan berbagai kegiatan yang berorientasi kepentingan ekonomi

(perdagangan, jasa,dsb)

pengembangan pemakaman umum

pengembangan sarana prasarana pendukung kegiatan perikanan

Adapun posisi PKW Indramayu dengan sistem perkotaan disekitarnya memiliki

letak dan posisi yang cukup strategis, dimana PKW Indramayu berada cukup dekat

dengan 3 PKN yaitu PKN Jabodetabek, PKN Bandung Raya dan PKN Cirebon, dengan

letaknya yang cukup strategis terkait kedekatannya dengan beberapa PKN disekitar,

hal ini diharapkan dapat menjadi pendorong bagi percepatan perwujudan PKW

Indramayu. Selain keterkaitan dengan sistem perkotaan diatasnya, keterkaitan dengan

sistem perkotaan dibawahnya perlu menjadi sorotan dimana keberadaan PKW

Indramayu dengan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) disekitarnya dapat saling mendukung

satu sama lain. Adapun PKL yang memiliki kedekatan jarak dengan PKW Indramayu

adalah :

a. PKL Jatibarang berada di Kecamatan Jatibarang;

b. PKL Losarang berada di Kecamatan Losarang;

c. PKL Haurgeulis berada di Kecamatan Haurgeulis;

d. PKL Karangampel berada di Kecamatan Karangampel;

e. PKL Patrol berada di Kecamatan Patrol;

f. PKL Kandanghaur berada di Kecamatan Kandanghaur; dan

g. PKL Gantar berada di Kecamatan Gantar.

Page 32: Bab 2   teori dan kebijakan

II - 32

[LAPORAN PENDAHULUAN]Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan

Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu

Contents2.1 TINJAUAN TEORITIS..........................................................................................12.1.1 Pengertian Kawasan Perkotaan dan Perdesaan...............................................12.1.2 Konsep-Konsep Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan..............42.2 TINJAUAN KEBIJAKAN.....................................................................................102.2.1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang................102.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.......................................................................................................102.2.3 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan...................................................................................................112.2.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 494/PRT/M/2005 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP-Kota)................122.2.5 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 2009-2029.................................................132.2.6 Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu Nomor 1 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Indramayu 2011-2031.............................................................................14

Tabel 2.1 Urban and Rural Linkages and Interdependencies.................................................................6Tabel 2.2 Matriks Kebijakan Penyusunan Strategi dan Model Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di PKW Indramayu............................................................................27

Gambar 2.1 Rural Regional Development Process : Structures, Flows and Policy Interventions....7Gambar 2.2 Conceptual Framework for Rural-Urban Interactions....................................................................8