Upload
vocong
View
234
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
30
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Caring
Konseptual caring telah di deskripsikan dalam literatur baik sebagai model
dan sebagai teori. Caring merupakan suatu tindakan yang dapat menggerakkan
kita untuk melakukan sesuatu terhadap kepentingan dan kebutuhannya, yang
mana hal ini berhubungan dengan kebutuhan seseorang (Waldow, 2009). Caring
merupakan suatu cara atau pemeliharaan yang berhubungan dengan bagaimana
kita menghargai orang lain, cinta dan memiliki serta bertanggung jawab dan juga
merupakan inti dari keperawatan, tetapi tidak merupakan sesuatu yang unik atau
yang berbeda di dalam praktik keperawatan (Swanson, 1999).
Swanson, (1991 dalam Tonges & Ray, 2011) menyatakan bahwa ada lima
tingkatan dalam caring keperawatan, yaitu kapasitas dari caring perawat
(sejauhmana perawat dalam memberikan caring kepada pasien), komitmen
(komitmen pasien dalam menerima caring), situasi dan kondisi (dukungan
lingkungan yang tepat dan komitmen dalam memberikan praktik keperawatan),
tindakan caring (konsistensi dari tindakan keperawatan merupakan dasar dari
pengetahuan, bersama dengan, melakukan untuk, memfasilitasi dan
mempertahankan kepercayaan), dan konsekuensi caring (hasil dari tindakan yang
sudah dilakukan).
Universitas Sumatera Utara
31
1. Caring Process
Caring process merupakan bagaimana cara seorang perawat dalam
mengambil maupun memberi perawatan (Waldow, 1998 dalam Waldow, 2009).
Caring process dalam keperawatan meliputi perilaku dan sikap yang ditunjukkan
dalam tindakan yang dilakukan, dilindungi oleh hukum, dan dikembangkan
dengan kompetensi untuk mempromosikan potensi-potensi orang yang bertujuan
untuk melestarikan atau memperbaiki kondisi manusia dalam proses kehidupan
dan kematian (Waldow, 2006 dalam Waldow, 2009).
2. Dimensi Caring Process
Teori caring process Swanson (1991) dibagi menjadi 5 dimensi, yaitu:
knowing, being with, doing for, enabling, dan maintaining belief. Dimensi
pertama, knowing adalah berusaha untuk memahami peristiwa yang memiliki
makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari
caring keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan
mengesampingkan asumsi perawat, mengetahui kebutuhan klien,
menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitif terhadap petunjuk
verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan
orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan
persepsi antara perawat dan klien. knowing adalah penghubung dari keyakinan
dalam keperawatan terhadap realita kehidupan.
Dimensi kedua adalah being with, dimana perawat tidak hanya hadir
secara fisik, namun juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara
Universitas Sumatera Utara
32
emosional bersama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan,
kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak
diinginkan. Dengan being with perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak
mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan
bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk suatu suasana keterbukaan
dan saling mengerti.
Dimensi ketiga adalah doing for, yang berarti bersama – sama melakukan
suatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan,
kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien. Dimensi keempat, enabling
adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk
melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam
hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberikan informasi, kejelasan,
mendukung dengan fokus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan
menghasilkan alternatif pemecahan sehingga meningkatkan penyembuhan klien
atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara
memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik.
Dimensi kelima, maintaining belief, yaitu menumbuhkan keyakinan
seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa – masa transisi dalam
hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini
kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti
atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang dalam
situasi apa pun (Bailey, 2009; Eide & Kahn, 2008; Jansson & Adolfsson, 2011;
Tonges & Ray, 2011).
Universitas Sumatera Utara
33
3. Sub dimensi Caring Process
Dalam melaksanakan lima dimensi caring process, dimana setiap dimensi
terdiri dari beberapa subdimensi, yaitu knowing adalah penghubung dari
keyakinan dalam keperawatan terhadap realita kehidupan, subdimensinya yaitu a)
avoiding assumption (menghindari asumsi – asumsi), b) assessing thoroughly
(melakukan pengkajian menyeluruh), c) seeking clues (perawat menggali
informasi secara mendalam), d) centering on the cared for (melibatkan diri
sebagai perawat yang utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan
asuhan keperawatan yang efektif).
Being with adalah tidak hanya hadir secara fisik, namun juga komunikasi,
subdimensinya yaitu a) non-burdening (perawat bekerjasama dengan klien tanpa
memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan), b)
convering availabily (menunjukkan kesediaan perawat dalam membantu klien dan
menfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan), c) enduring with
(bersama – sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan
kesehatan klien, d) sharing feeling (berbagi pengalaman bersama klien yang
berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien).
Doing for yang berarti bersama – sama melakukan suatu tindakan,
subdimensinya adalah comforting (memberikan kenyamanan), performing
competently (menunjukkan ketrampilan), preserving dignity (menjaga martabat
klien), anticipating (mengantisipasi), dan protecting (melindungi) hak – hak
pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis.
Universitas Sumatera Utara
34
Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, subdimensinya
yaitu a) validating (menvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan, b)
informing (memberikan infomasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan
klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien), c) supporting
(memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan sesuai
kapasitas sebagai perawat), d) feedback (memberikan umpan balik terhadap apa
yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan), e) helping
patients to focus and generative alternative (menolong pasien untuk selalu fokus
dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan
maupun tindakan medis).
Maintaining belief, yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang, sub
dimensinya yaitu a) believing in (perawat menanggapi apa yang ia rasakan dan
percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada
siapapun yang sedang dalam masa transisi), b) offering a hope-filled attitude
(menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya perduli terhadap masalah yang
dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat), c)
maintaining realistic optimism (menjaga dan menunjukkan optimisme perawat
dan harapan apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi
agar klien mempunyai optimis dan harapan yang sama), d) helping for find
meaning (membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga
klien perlahan – lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang
dialami klien), e) going the distance (tetap menjaga hubungan sebagai perawat –
klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya
Universitas Sumatera Utara
35
terhadap perawat dan kemampuan berespon serta caring secara total oleh perawat
kepada klien) (Swanson, 1991).
4. Sub kategori Caring Process
Caring Process terdiri dari lima dimensi, akan tetapi dari lima dimensi
dibagi menjadi sepuluh sub kategori yaitu, 1) mengingat perasaan pasien (perawat
menjelaskan bahwa perawat mencoba untuk menempatkan diri menjadi seorang
pasien dan berpikir tentang apa yang di khawatirnya), 2) memiliki pengetahuan
dan keterampilan keperawatan (perawat menekankan bahwa sangat penting
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan perawatan kepada
pasien, jika perawat mengamati pasien sebagai seorang individu yang utuh, maka
perawat mengerti apa jenis perawatan yang di berikan dan bagaimana hal itu harus
diberikan. Perawat juga dinilai memiliki kemampuan untuk menemukan dan
memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien mereka), 3) advokasi untuk
pasien (upaya untuk mempertimbangkan permintaan pasien), 4) memiliki
hubungan sebagai manusia, pengalaman kebahagiaan dan kesedihan sebagai
pasien.
Perawat memiliki hubungan yang dekat dengan pasien karena perawat
dapat lebih dekat dan menggali pengalaman pasien akan penyakitnya tersebut), 5)
bersama pasien/menyentuh pasien/mendengarkan pasien (bersama pasien,
menyentuh pasien, dan mendengarkan pasien penting dalam hal praktik
keperawatan. perawat terlihat duduk di dekat pasien, memegang tangan,
menghibur pasien dan keluarga mereka), 6) membuat perbedaan (perawat yang
Universitas Sumatera Utara
36
diandalkan oleh pasien dan keluarga, mampu mengantisipasi perbedaan dan
percaya bahwa perawatan yang perawat berikan adalah yang terbaik untuk
pasien), 7) saling membantu (perawat saling membantu untuk melaksanakan tugas
keperawatan, ketika bekerja shift yang sama, perawat saling bertanya apakah
membutuhkan bantuan untuk menjaga pasien mereka), 8) hubungan dengan
pasien (banyak perawat menyatakan terbinanya hubungan yang baik ke pasien
karena perawat telah menghabiskan begitu banyak waktu dengan pasien), 9)
menunjukkan makna hidup seseorang (bekerja sebagai perawat adalah mereka
memberikan arti hidup seseorang), 10) menyadari keperawatan sebagai sarana
aktualisasi diri (perawat ingin diakui, karena bekerja sebagai perawat adalah cara
yang perawat lakukan untuk mendapatkan pengakuan) (Gregg & Magilvy, 2004).
2.2. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaan mereka yang
memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau
tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya. Hal
tersebut dihasilkan dari persepsi mereka mengenai pekerjaan mereka dan tingkat
kesesuaian antara individu dan organisasi (Ivancevich, Konopaske, Matteson,
2006; Howell dan Dispboye (1986) dalam Munandar (2008).
Berdasarkan definisi diatas, kepuasan kerja mengacu pada sikap yang
lazim ditunjukan seseorang terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja yang tinggi
memiliki sikap positif terhadap pekerjaanya sedangkan yang tidak puas memiliki
sikap negative, maka ketika membicarakan sikap karyawan, karyawan biasanya
Universitas Sumatera Utara
37
merujuk pada kepuasan kerja seperti: 1) sepuas apakah karyawan saat pendapatan
(gaji) meningkat, 2) kepuasan dan produktivitas tidak mudah menetukan apakah
kepuasan kerja menghasilkan produktivitas kerja atau sebaliknya, 3) kepuasan dan
ketidakhadiran kerja menunjukan bahwa karyawan yang puas selalu hadir bekerja
sedangkan karyawan yang tidak puas jarang hadir untuk bekerja, 4) kepuasan
kerja dan kepuasan konsumen ada hubunganya dengan dampak positif terhadap
konsumen, 5) kepuasan kerja akan mengutarakan hal positif tentang tempat dia
bekerja, membantu rekan lain, dan melampaui ekspetasi kerja normal, 6) kepuasan
kerja dan prilaku buruk ditempat kerja, kurang puas dengan pekerjaan, mereka
akan bereaksi dengan beragam cara. Tetapi tidaklah mudah untuk memprediksi
bagaimana mereka akan merespon. Mungkin ada yang mengundurkan diri,
sedangkan yang lain mungkin merespon dengan menggunakan waktu kerja untuk
bermain dikomputer (Robbins & Coulter, 2010).
1. Teori-teori Kepuasan Kerja
Teori – teori kepuasan kerja terdiri dari tiga yaitu 1) teori pertentangan
(Discrepancy Theory) yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan dan apa
yang diterima bagi individu, 2) model dari kepuasan bidang/ bagian (Facet
Satisfication), seseorang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka
jika melaksanakan kerja mereka sama dengan mempersepsikan masukan
pekerjaan, ciri-ciri pekerjaan,dan bagaimana mereka mempersepsikan masukan
dan keluaran dari orang lain yang dijadikan pembanding, 3) teori proses-
bertentangan (Opponent-Proses Theory) menekankan bahwa orang ingin
Universitas Sumatera Utara
38
mempertahankan suatu keseimbangan emosional (emotional equilibrium),
berdasarkan asumsi bahwa kepuasan kerja yang bervariasi secara mendasar dari
waktu ke waktu akibatnya ialah bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu
dilakukan secara periodik dengan interval waktu yang sesuai (Munandar, 2008 &
Warta 2009).
Teori lain mengatakan bahwa kepuasan kerja pegawai tergantung kepada
terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dari pegawai tersebut, rasa puas akan muncul
apabila pegawai tersebut mendapatkan apa yang diinginkan sesuai dengan
kebutuhannya. Begitu pula sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi
sesuai dengan kebutuhannya makan pegawai tersebut tidak akan merasa puas.
Maslow (1943) dalam Siagian (2002) menyakakan bahwa manusia memiliki lima
macam kebutuhan dasar mulai dari yang paling dasar hingga yang paling tinggi,
yaitu: 1) kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan yang paling dasar untuk
kelangsungan hidup seperti: kebutuhan makan, minum, bernafas, dan istirahat, 2)
kebutuhan rasa aman dan nyaman yaitu suatu rasa yang sangat di inginkan oleh
setiap individu dalam menjalani hidup seperti: lingkungan yang aman dan nyaman
untuk di tempati, 3) Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki yaitu kebutuhan
internal seseorang untuk menciptakan suatu hubungan dengan orang lain baik
lingkungan internal maupun lingkungan sosial, 4) harga diri yaitu suatu
pengakuan terhadap kemampuan seseorang, apabila seseorang mengalami
kegagalan maka akan mengalami harga diri yang rendah, 5) aktualisasi diri yaitu
kebutuhan yang paling tinggi, dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan dan
Universitas Sumatera Utara
39
bisa juga tidak, seperti kebutuhan akan barang barang mahal atau pun kebutuhan
yang sudah dianggap melampaui kebutuhan dasar.
2. Faktor – Faktor Kepuasan Kerja
Faktor-faktor tertentu yang diasosiasikan dengan kepuasan kerja dan
ketidakpuasan kerja yaitu 1) keragaman ketrampilan yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan, semakin terampil maka semakin berkurang kebosanan
dalam bekerja, 2) Jati diri tugas (task identity) memberikan suatu kegiatan yang
berarti, tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan lebih besar dan yang
dirasakan tidak merupakan suatu kelengkapan tersendiri akan menimbulkan rasa
tidak puas, 3) tugas yang penting (task significance), jika tugas dilakukan penting
dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung akan mengalami kepuasan kerja,
4) otonomi, pekerjaan yang memberikan kebebasan, mengambil keputusan yang
lebih cepat akan menimbulkan kepuasan kerja, 5) pemberian pekerjaan pada
pekerja akan membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja, 6) gaji penghasilan,
gaji yang dirasakan akan dapat meningkatkan kepuasan kerja apabila gaji yang
diterima seseorang dapat memenuhi kebutuhan, memenuhi kebutuhan internal dan
eksternal, 7) rekan sekerja yang menyenangkan yang dapat memberikan dorongan
dalam bekerja, 8) promosi dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang,
9) atasan yang senantiasa memberikan perintah atau petunjuk dalam pelaksanaan
kerja dapat menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi seseorang, 10)
kenyamanan lingkungan kerja dapat berkaitan dengan penerangan yang cukup,
ventilasi yang memberikan kesegaran, kebersihan tempat kerja, 11) kedudukan,
Universitas Sumatera Utara
40
12) pangkat atau jabatan, 13) umur, 14) jaminan finansial dan jaminan sosial, 15)
mutu pengawasan (Badeni, 2013; Chiselli dan Brown dalam Anoraga (2006);
Ivancevich, Konopaske, Matteson, 2006; Munandar, 2008).
3. Dampak dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
Dampak dari kepuasan dan ketidakpuasan kerja telah banyak diteliti dan
dikaji, berikut beberapa dampak kepuasan kerja yakni 1) dampak terhadap
produktivitas, produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan kepuasan kerja
hanya jika tenaga kerja mempersepsikan bahwa ganjaran instrinsik dan ganjaran
ekstrinsik yang diterima keduanya adil dan wajar dan disosialisasikan dengan
unjuk kerja yang unggul, 2) dampak terhadap ketidakhadiran dan keluarnya
tenaga kerja, ketidakhadiran dan berhenti bekerja merupakan jenis jawaban –
jawaban yang secara kualitatif berbeda. Lain halnya dengan berhenti atau keluar
dari pekerjaan, 3) dampak terhadap kesehatan, ukuran – ukuran dari kepuasan
kerja merupakan hal yang baik bagi longevity atau panjang umur atau rentang
kehidupan. Kepuasan kerja menunjang fungsi fisik, mental dan kepuasan sendiri.
Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling berkaitan sehingga
peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang lain dan sebaliknya
penurunan yang satu mempunyai akibat negatif pada yang lain (Munandar, 2008).
4. Reaksi Pegawai terhadap Ketidakpuasan Kerja
Ketidakpuasan kerja pada karyawan dapat dilihat dari beberapa
konsekwensi atau respon terhadap ketidakpuasan, yaitu 1) keluar (exit) yaitu
Universitas Sumatera Utara
41
perilaku ketidakpuasan yang diungkapkan dengan keluar meninggalkan
pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain, 2) menyuarakan (voice) yaitu
ketidakpuasan yang diungkapkan melalui usaha aktif untuk mencoba
memperbaiki situasi dengan cara membicarakannya dengan pihak organisasi, 3)
Mengabaikan (neglect) yaitu ketidakpuasan yang diungkapkan dengan sikap
membiarkan keadaan menjadi lebih buruk, menentang dengan cara melakukan
perilaku yang destruktif, 4) Kesetiaan (loyalty) yaitu membela perusahaan
terhadap kritik baik dari luar maupun dari dalam perusahaan dan menerima apa
adanya keadaan dan percaya bahwa organisasi akan melakukan yang terbaik
baginya, Robbin (1998) dalam Badeni (2013 & Robbin (1998) dalam Munandar
2008).
5. Komponen utama Sistem Reward
Setiap individu atau kelompok yang memiliki kinerja yang tinggi perlu
mendapatkan penghargaan, yaitu 1) gaji dan bonus, penghargaan terhadap kinerja
yang tinggi dapat diberikan dalam bentuk kenaikan gaji, pemberian bonus, atau
pemberian saham, dan gaji yang diterima dirasakan adil. Gaji merupakan
komponen reward yang sangat penting bagi pegawai dalam memenuhi
kebutuhannya dan gaji yang lebih tinggi akan meningkatkan kepuasan kerja
karyawan dan mengurangi tingkat perpindahan kerja, 2) kesejahteraan (benefit)
pegawai yang ditawarkan organisasi sebagai bentuk pemberian penghargaan atas
prestasi kerja, seperti a) tunjangan, meliputi tunjangan jabatan, tunjangan
struktural, tunjangan kesehatan, tunjangan pendidikan anak, tunjangan keluarga,
Universitas Sumatera Utara
42
dan tunjangan hari tua, b) fasilitas kerja, misalnya kendaraan dinas, supir pribadi
dan rumah dinas, c) kesejahteraan rohani, misalnya rekreasi, liburan, paket ibadah
dan sebagainya, 3) pengembangan karir sangat penting diberikan bagi pegawai
yang memiliki prestasi kerja yang memuaskan agar nilai pegawai itu lebih tinggi
sehingga mampu memberikan kinerja yang lebih baik, 4) Penghargaan psikologis
dan sosial seperti memberikan pujian, memberikan kepercayaan, penempatan
lokasi kerja yang lebih baik lagi dan pengakuan (Badeni, 2013; Mahmudi, 2013;
Munandar, 2008).
2.3 Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah lulus dari pendidikan perawat, baik
dalam maupun luar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –
undangan yang berlaku dimana secara langsung berhubungan dengan masyarakat
(Asmadi, 2008 & Kepmenkes RI No. 1239, 2001).
Perawat adalah seorang penyedia layanan kesehatan dalam membantu
setiap individu untuk mencapai tingkat kesejahteraan secara maksimum, dalam
memberikan pelayanan keperawatan maka perawat bekerja secara kooperatif
dengan professional untuk memberikan asuhan yang sebaik – baiknya (Rasdahl
dan Kawalski 2014).
Dapat diambil kesimpulan bahwa perawat adalah seseorang yang telah
menamatkan pendidikan minimal Diploma III dan memberikan pelayanan
keperawatan secara kooperatif dengan professional untuk mencapai tingkat
kesejahteraan secara maksimum.
Universitas Sumatera Utara
43
Hak perawat dalam menjalankan tugas di rumah sakit maupun ditempat
pelayanan yang lainnya adalah 1) setiap orang berhak untuk memperoleh
kesehatan yang optimal, 2) mendapatkan perlindugan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya, 3) mengembangkan diri melalui kemampuan
sesuai dengan latar belakang pendidikannya, 4) menolak keinginan klien yang
bertentangan dengan peraturan perundang – undangan serta standard dan kode
etik profesi, 5) mendapatkan informasi lengkap dari klien atau keluarganya
tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasan terhadap pelayanan ynag diberikan,
6) mendapatkan ilmu pengetahuan berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus, 7)
diperlakukan sesara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun oleh
klien, 8) mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat
menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun stress emosional, 9) diikutsertakan
dalam penyususnan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan
kesehatan, 10) privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan
oleh klien dan/atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainnya, 11) menolak
perpindahan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran maupun pengumuman
tertulis karena diperlukan atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan
standar profesi atau kode etik keperawatan, 12) mendapatkan penghargaan dan
imbalan yang layak, 13) memperoleh kesempatan untuk pengembangan karir (UU
RI No.23, 1992 & Suhaemi, 2004, Kathleen, Janice, Barbara, & Glenora 2007).
Kewajiban yang harus dilakukan oleh perawat adalah 1) memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat, 2)
Universitas Sumatera Utara
44
mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan, 3) memberikan pelayanan
atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas kegunaannya, 4)
menghormati hak klien, 5) merujuk klien kepada perawat atau tenaga kesehatan
lainnya yang mempunyai keahlian dan kemampuan yang lebih baik bila yang
bersangkutan tidak mampu mengatasinya, 6) memberikan kesempatan kepada
klien untuk berhubungan dengan keluarganya, 7) memberikan kesempatan untuk
menjalankan ibadahnya, 8) berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada klien, 9) memberikan
informasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan keperawatan sesuai batas
kemampuannya, 10) membuat dokumentasi asuhan keperawatan, 11) mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan dan kesehatan. 12)
melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan 13) merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui tentang klien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak
yang berwenang, 14) memenuhi hal – hal yang telah disepakati atau perjanjian
yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat kerja (UU RI No.23, 1992
& Suhaemi, 2004, Kozier, Erb, Berman, & Snyder 2011).
Perawat memiliki empat peran utama dalam menjalankan tugasnya sesuai
dengan hak dan kewenangan yang ada, seperti 1) pelaksana layanan keperawatan
(perawat memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung baik
individu, kaluarga dan masyarakat sesuai dengan kewenagannya), 2) pengelola
(perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola layanan
keperawatan disemua tatanan layanan kesehatan maupun pendidikan keperawatan
yang berada dibawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen
Universitas Sumatera Utara
45
keperawatan), 3) pendidik dalam keperawatan (sebagai pendidik, perawat
berperan mendidik individu, keluargan dan masyarakat, serta tenaga keperawatan
dan kesehatan lainnya yang berada dibawah tanggung jawabnya), 4) peneliti
(perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan
prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitiannya untuk
meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan kesehatan (Asmadi,
2008; Blais, 2007; Gaffar, 1999; & Kozier, 2011).
2.4 Kepuasan pasien
Kepuasan pasien adalah keluaran (outcomes) layanan kesehatan, dan
merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan
(Pohan,2007)
Pohan (2007) menjelaskan ada 3 indikator kepuasan pasien yaitu,
kepuasan terhadap akses layanan kesehatan, kepuasan terhadap mutu layanan
kesehatan yang dinatakan dengan sikap kompetensi yang berhubungan dengan
pasien bagaimana perubahan yang dirasakan oleh pasien sebagai hasil dari
layanan kesehatan, kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan yang dapat dilihat
dari fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan, sikap mau menolong atau
kepedulian personel, keuntungan dana layanan kesehatan yang ditawarkan
Kepuasan pasien merupakan keluaran (outcomes) hasil suatu pelayanan
kesehatan publik, kepuasan pelanggan dapat dikategorikan sebagai tujuan dari
peningkatan mutu layanan kesehatan dalam suatu sistem pengukuran kinerja. Oleh
karena itu, indikator kepuasan pasien biasanya diproksikan dengan banyaknya
Universitas Sumatera Utara
46
aduan atau komplain dan harapan pasien. Rasa ini adalah perasaan senang
seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenagan aktivitas dan suatu
produk dengan harapannya. Kepuasan pasien sangat bersifat kualitatif, oleh
karena itu untuk mengetahui seberapa besar kepuasan pelanggan perlu dilakukan
survey pelanggan ( Mahmudi, 2013; Muninjaya,2012; Nursalam, 2011).
Penilaian kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan
berfokus pada aspek fungsi dari proses pelayanan (Supranto, 2001), yaitu (a)
tangibles (wujud nyata) yang meliputi fasilitas fisik yang mencakup kemutahiran
peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM perusahaan dan
keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan, (b) reliability
(keandalan) pelayanan yang disajikan dengan segera dan memuaskan dan
merupakan askpek keandalan sistem pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa
meliputi ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang diberikan
keakuratan penanganan, (c) responsiveness (tanggung jawab) untuk membantu
dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen, (d) assurance (jaminan)
bahwa jasa yang ditawarkan memberikan jaminan kemanan yang meliputi rasa
aman selama berurusan dengan karyawan, kemampuan SDM, (d) empaty (empati)
dengan memberikan perhatian penuh kepada konsumen, pemahaman akan
kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan konsumen, kesesuaian
waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen.
Risser (1975 dalam Charalambus & Adamakidou, 2012) menyampaikan
bahwa ada tiga perilaku perawat yang mempengaruhi kepuasan pasien yaitu,
Universitas Sumatera Utara
47
tehnical-professional (praktik professional, trusting relationship (hubungan saling
percaya), educational relationship ( hubungan pendidikan).
1. Pengukuran Kepuasan Pasien
Mengukur kepuasan atau ketidakpuasan pasien adalah melihat tampilan
dari rumah sakit, bukan untuk membuat perencanaan, mempelajari kebutuhan dan
mengukur mutu pelayanan. Puas atau tidak puas tergantung pada (1) sikap (rasa
senang atau tidak senang), (2) tingkatan dari evaluasi, melebihi atau dibawah
standar. Standar dapat berupa a) penampilan, b) norma atau pengalaman, c)
kewajaran, d) nilai – nilai, e) ideal, f) toleransi minimum, g) kepantasan, h)
keinginan atau janji pemberi pelayanan kesehatan, Pengumpulan data survey
kepuasan pasien dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi umumnya dilakukan
melalui kuesioner ataupun wawancara (Pohan, 2007; Wijono, 1999).
2. Aspek –Aspek Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Pasien dirumah sakit umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori, pasien
rawat inap dan pasien rawat jalan, yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat
jalan, yaitu 1) penampilan gedung, 2) lingkungan bersih, nyaman dan teratur, 3)
pertamanan indah dan dipelihara dengan baik, 4) perparkiran teratur dan aman, 5)
petunjuk arah/nama ruangan yang jelas, 6) Penampilan dokter/ perawat/ petugas
kesehatan lain rapi dan bersih, bersikap mau menolong, 7) kantor rekam medis
buka tepat waktu, 8) Petugas rekam medis melayani dengan sopan, ramah dan
tanggap, 9) pencarian/pengambilan rekam medik cepat dan tepat, 10) jumlah kursi
untuk pasien yang menunggu rekam medik memadai, 11) poliklinik buka tepat
waktu. Hal tersebut sangatlah penting karena setiap pasien yang berkunjung ke
Universitas Sumatera Utara
48
poliklinik sangat membutuhkan kenyamanan seperti yang dijelaskan di atas
sebelumnya. Sementara itu, yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap yaitu
1) pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya, 2)
empati, 3) biaya, 4) penampilan fisik, kebersihan dan kenyamanan ruangan,
jaminan keamanan yang ditujukan oleh petugas kesehatan, ketepatan jadwal
pemeriksaan dan kunjungan dokter, peraturan, waktu, jenis makanan, waktu tidur
peyimpanan barang berharga, dan bertamu, 5) ketrampilan dalam memberikan
perawatan, dan 6) kecepatan dalam memberikan tanggapan terhadap keluhan
pasien dan 7) Perawat memperhatikan kebutuhan, dan menjaga privasi pasien
selama rawat inap. Hal tersebut diatas sangatlah penting karena pasien yang
dirawat di rumah sakit sangat memperhatikan sejauh mana pasien mendapatkan
pelayanan sesuai dengan jaminan yang dimilikinya dan yang pasti adalah
kenyamanan yang sangat penting dalam mendapatkan pelayanan, dan ketika
pasien membutuhkan informasi tentang kondisi pasien maka pasien sangat
membutuhkan kehadiran akan tenaga kesehatan seperti perawat, dokter
(Muninjaya, 2004 & 2012; Pohan, 2007).
2.5 Manajemen
Manajemen merupakan ilmu atau seni yang berkaitan dengan kehidupan
organisasi yang mencerminkan kemahiran dan ketrampilan operasional seorang
manajer secara efisien dan efektik dalam proses pemecahan masalah untuk
mencapai tujuan organisasi, hal ini menjelaskan tentang gejala – gejala
Universitas Sumatera Utara
49
manajemen dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk
prinsip yang diwujudkan dalam bentuk teori (Muninjaya, 2004).
Manajemen merupakan koordinasi sumber daya melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Unsur – unsur
manajemen terdiri dari:
1. Man (orang / manusia)
Manusia atau yang sering disebut dengan sumber daya manusia, termasuk
di dalamnya termasuk sumber daya otak (brain). Di dalam manajemen manusia
merupakan yang paling utama dan yang paling menentukan, dimana manusia
menggerakan dan melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan organisasi,
Manusia merupakan mahluk kerja dan sama –sama bekerja untuk mencapai
tujuannya organisasi. Manusia di dalam manajemen mencakup beberapa unsur
yang harus diperhatikan meliputi: a) jumlah harus sesuai dengan kebutuhan, b)
kemampuan, pendidikan, ketrampilan, pengalaman, c) komposisi (Saleha &
Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012; Muninjaya 2004; Simamora, 2013).
2. Money (uang)
Uang adalah faktor yang amat penting dan tidak dapat diabaikan dalam
manajeman karena uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai, bahkan
menentukan didalam setiap proses pencapaian tujuan. Hal ini akan berhubungan
dengan berapa uang yang harus disediakan untuk program pelaksanaan kegiatan,
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta
berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi secara rasional dan efisiensi
Universitas Sumatera Utara
50
(Saleha & Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012; Muninjaya 2004; Simamora,
2013).
3. Methods (Tata Kerja)
Suatu tata kerja yang baik akan memiliki prosedur kerja, ketrampilan,
peraturan, kebijakan, yang akan memperlancar pekerjaan. Sebuah metode dapat
dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja dengan memberikan
pertimbangan kepada orang yang melaksanakan pekerjaan, sasaran, fasilitas,
penggunaan waktu, uang dan kegiatan usaha. Metode yang baik apabila , orang
yang melaksanakannya mengerti atau mempunyai pengalaman maka hasilnya
akan memuaskan. Dengan demikian, yang berperan penting didalam manajemen
adalah manusia itu sendiri (Saleha & Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012;
Muninjaya 2004; Simamora, 2013).
4. Materials (Materi)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi
seperti: logistik, obat, alat-alat kesehatan yang di butuhkan untuk mencapai hasil
yang lebih baik dalam suatu program. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil
yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi, sebab materi dan manusia tidak dapat
dipisahkan karena tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki
(Saleha & Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012; Muninjaya 2004; Simamora,
2013).
Universitas Sumatera Utara
51
5. Machine (Mesin)
Machine atau mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar, menghemat tenaga dan fikiran
manusia didalam melakukan tugas-tugasnya baik yang bersifat rutin maupun
yang bersifat insedental, baik untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis
industry (engineering) maupun yang bersifat teknis paperwork serta menciptakan
efesiensi kerja (Saleha & Sastrianegara, 2009; Simamora, 2013).
6. Market (Pemasaran)
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang, jasa, pelayanan, ide kepada pasar sasaran agar dapat
mencapai tujuan organisasi. Dalam memasarkan produk sangat penting keadaan
yang baik sehingga proses produksi pemasaran tidak berhenti, artinya bahwa
proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil produksi merupakan faktor penentuan apakah pasar dapat
dikuasai atau tidak berdasarkan kualitas dan harga barang sesuai dengan selera
konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen. Market atau Pasar merupakan
faktor yang selalu berubah-ubah sesuai permintaan pasar dan bukan merupakan
kebijakan dari manajemen (Saleha & Sastrianegara, 2009; Muninjaya 2012;
Muninjaya 2004; Simamora, 2013). (Saleha & Sastrianegara, 2009; Muninjaya
2012; Muninjaya 2004; Simamora, 2013).
Universitas Sumatera Utara
52
2.6 Kerangka Teori
Kerangka teori ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan caring
process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien. Konsep kerja dari
penelitian ini digambarkan sebagai berikut:,
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian Modifikasi teori Swanson (1991), Kvist et al (2012), Risser (1975) & Simamora, 2013.
Kinerja Perawat Meningkat
Unsur Manajemen
1. Man
2. Money
3. Methode
4. Matherial
5. Machine
6. Market
In Put
Caring Process
1. Knowing
2. Being with
3. Doing for
4. Enabling
5. Maintaining belief
Swanson (1991)
Kepuasan pasien
1. Technical professional
2. Trusting relationship
3. Educational relationship
Risser (1975)
Out Put
Proses
Kepuasan kerja perawat
1. Kepemimpinan
2. Unit kerja
3. Kepuasan dan Pekerjaan
4. Organisasi kerja
5. Faktor faktor pribadi
Kvist et al (2012)
Kunjunan kembali
Universitas Sumatera Utara
53
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan hubungan
caring process dengan kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien. Konsep
kerja dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:,
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Caring Process
1. Knowing
2. Being with
3. Doing for
4. Enabling
5. Maintaining belief
Kepuasan kerja perawat
1. Kepemimpinan
2. Unit kerja
3. Kepuasan dan Pekerjaan
4. Organisasi kerja
5. Faktor faktor pribadi
Kepuasan pasien
1. Technical professional
2. Trusting relationship
3. Educational relationship
Universitas Sumatera Utara