57
11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 2.1.1 Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu Intregated Management of Chilhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen melalui pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan (Surjono et al,; Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008). Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan kembali untuk tindak lanjut. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan (bayi muda) dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2008). 2.1.2 Tujuan MTBS Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang berkaitan dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberi kontribusi terhadap pertumbuhan perkembangan kesehatan anak.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

2.1.1 Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris

yaitu Intregated Management of Chilhood Illness (IMCI) adalah

suatu manajemen melalui pendekatan yang terintegrasi/terpadu

dalam tatalaksana balita sakit, status gizi, status imunisasi maupun

penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan

(Surjono et al,; Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008).

Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit,

identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah

dan kapan kembali untuk tindak lanjut. MTBS bukan merupakan

suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana

balita sakit. Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi

menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2

bulan (bayi muda) dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun

(Depkes RI, 2008).

2.1.2 Tujuan MTBS

Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk

menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global

yang berkaitan dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan fasilitas

kesehatan dasar dan memberi kontribusi terhadap pertumbuhan

perkembangan kesehatan anak.

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

12

2.1.3 Alur Pendekatan MTBS

Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit,

identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah

dan kapan kembali. Bagan penilaian anak sakit terdiri dari petunjuk

langkah untuk mencari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.

Klasifikasi dalam MTBS merupkan suatu keputusan penilaian untuk

penggolongan derajat keparahan penyakit. Klasifikasi bukan

merupakan diagnosis penyakit yang spesifik. Setiap klasifikasi

penyakit mempunyai nilai suatu tindakan sesuai klasifikasi tersebut.

Tiap klsifikasi mempunyai warna dasar, yaitu merah (penanganan

segera atau perlu dirujuk), kuning (pengobatan spesifik di pelayanan

kesehatan), dan hijau (perawatan di rumah) sesuai dengan urutan

keparahan penyakit (Depkes RI, 2008; Surjono, et al, 1998). Tiap

klasifikasi menentukan karakteristik pengelolaan balita sakit.

Bagan pengobatan terdiri dari petunjuk cara komunikasi yang baik

dan efektif dengan ibu untuk memberikan obat dan dosis pemberian

obat yang harus diteruskan di rumah. Alur konseling merupakan

nasihat perawatan termasuk pemberian makan dan cairan di rumah

dan nasihat kapan harus kembali segera maupun kapan untuk tindak

lanjut (Surjono et al, 1998). Oleh karena itu, pesan mengenai kapan

ibu perlu mencari pertolongan bila anak sakit merupakan bagian

penting dalam MTBS.

Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan,

yaitu:

2.1.3.1 Komponen I: Meningkatkan keterampilan petugas

kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain

dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula

memerikasa dan menangani pasien apabila sudah dilatih);

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

13

2.1.3.2 Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan

terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1 kali

pemerikasaan MTBS);

2.1.3.3 Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan

masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya

pemberian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan

kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis

Masyarakat.”

(Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008)

2.1.4 Proses Manajemen Kasus

Proses Manjemen kasus disajikan dalam suatu bagan yang

memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara

pelaksanaannya. Seorang balita sakit dapat ditangani dengan

pendekatan MTBS oleh petugas kesehatan yang telah dilatih

memekai tool yang disebut Algoritma MTBS.

Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah berikut ini :

2.1.4.1 Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan –

5 tahun

“Menilai anak” berarti melakukan penilaian dengan cara

anamnesis dan pemeriksaan fisik.

“Membuat kalsifikasi” berarti membuat sebuah keputusan

mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat

keparahannya. Sudara akan memiliki suatu katagori atau

klasifikasi untuk setiap gejala utama yang berhubungan

dengan berat ringan penyakit. Klasifikasi merupakan suatu

katagori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai

diagnosis spesifik penyakit.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

14

Bagan MTBS merekomendasikan tindakan yang tepat untuk

setiap klasifikasi.

2.1.4.2 Menentukan tindakan dan memberi pengobatan

“Menentukan tindakan dan memberi pengobatan” berarti

menentukam tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas

kesehatan sesuai dengan setiap klsifikasi, memberi obat

untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang

cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus

dilakukan di rumah.

2.1.4.3 Memberi konseling bagi ibu

“Memberi konseling bagi ibu” juga termsuk menilai cara

memberi makan anak, memberi anjuran pemberian makan

yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya

kembali ke fasilitas kesehatan.

2.1.4.4 Manajeman terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan

“Manajemen terpadu bayi muda” meliputi: menilai dan

membuat klasifikasi, menentuan tindakan dan memberikan

pengobatan, konseling dan tindak lanjut pada bayi umur

kurang dari 2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada

prinsifnya, proses manajemen kasus pada bayi muda umur

kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2

bulan sampai 5 tahun.

2.1.4.5 Memberi pelayanan tindak lanjut

“Memberi pelayanan tindak lanjut” berarti memberikan

tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk

kunjungan ulang (Depkes RI, 2008. Modul-1).

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

15

2.1.5 Konseling Dalam MTBS

2.1.5.1 Menggunakan Keterampilan Komunikasi Yang Baik

Berhasil tidaknya pengobatan di rumah tergantung

keterampilan komunikasi petugas kesehatan yang

disampaikan kepada ibu balita. Penting bagi ibu untuk tahu:

cara memberi obat dan mengerti tentang pentingnya

pengobatan bagi anaknya.

Komunikasi yang baik tersebut adalah:

a. Tanya dan dengar; mengajukan pertanyaan dan

dengarkan jawaban ibu dengan seksama untuk

mengetahui tindakan yang telah dilakukan dengan

benar dan apa yang perlu ditambah.

b. Puji; berikan pujian atas tindakan yang benar yang

telah dilakukan ibu

c. Nasehati; menggunakan bahasa yang dapat dimengerti

oleh ibu untuk memberikan nasehat

d. Cek pemahaman; Mengajukan pertanyaan untuk

mengetahui apa yang telah dipahami dan apa yang

perlu dijelaskan lebih lanjut.

1) Menasehati ibu cara pengobatan di rumah

Menggunakan 3 (tiga) langkah dasar mengajar:

a) Memberi penjelasan

b) Memberi contoh

c) Memberi kesempatan praktek

2) Mengecek pemahaman ibu

Bagian terpenting adalah pertanyaan untuk

mengecek pemahaman ibu. Pertanyaan yang baik

harus dapat mencakup: apa, mengapa, bagaimana

kapan dan berapa banyak ibu memberi obat. Dari

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

16

jawaban ibu, dapat disimpulkan ibu paham tentang

pengobatan. Jika ibu tidak dapat menjawab dengan

benar, terangkan sekali lagi dengan lebih jelas.

2.1.5.2 Mengajari Ibu Cara Memberikan Obat Oral di Rumah

a. Menentukan jenis dan dosis obat yang sesuai untuk

umur atau berat badan anak

Menggunakan panduan pada buku bagan Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS) (Depkes RI, 2008)

b. Menjelaskan alasan pemberian obat kepada anak

Mengapa diberikan obat oral dan masalah apa yang

diobati

c. Memperagakan cara mengukur satu dosis obat

Periksa kadaluwarsa obat, jumlah obat, dan jangan lupa

menutup kembali tempat obat.

Bila diberi tablet; tunjukkan jumlah obat kepada ibu,

dan cara membelah/membagi obat tablet

Bila diberi kapsul (kapsul lunak Vitamin A); Tunjukkan

isi kapsul dalam satu dosis. Bila anak tidak dapat

menelan kapsul, peragakan dengan cara memotong

ujung runcing kapsul menggunakan gunting, kemudian

meneteskan isi kapsul kemulut anak dengan cara

memencet kapsul menggunakan ibu jari dan telunjuk.

Bila diberi sirup; peragakan cara mengukur dosis obat

secara benar menggunakan sendok takar obat (1

sendok = 5 ml).

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

17

Tabel 2.1 Ukuran Dosis Obat Sirup Menggunakan

Sendok Takar

Mili liter Sendok takar

1.25 ml

2.5 ml

5.0 ml

7.5 ml

10.0 ml

15 ml

¼

½

1

1 ½

2

3

Sumber: Depkes RI, MTBS Modul-4, 2016

d. Mengamati cara ibu menyiapkan obat satu dosis

e. Minta ibu untuk memberikan dosis pertama kepada

anak

f. Menjelaskan cara memberi obat, kemudian beri tanda

dan pembungkus

g. Bila obat lebih dari satu: pilih, hitung dan kemas tiap

jenis obat secara terpisah

h. Menjelaskan tentang obat yang diberikan (tablet/sirup)

harus diminum sampai habis sesuai pengobatan,

walaupun keadaan anak sudah membaik

i. Mengecek pemahaman ibu sebelum pulang

2.1.5.3 Mengajari Ibu Cara Mengobati Infeksi Lokal di Rumah

a. Menjelaskan tentang pengobatan yang diberikan dan

alasannya

b. Menguraikan langkah-langkah pengobatan

sebagaimana tercantum dalam kotak yang sesuai

c. Mengamati cara ibu melakukan pengobatan

d. Menjelaskan berapa kali ibu harus mengerjakannya di

rumah

e. Memberikan obat yang telah dipergunakan dalam

peragaan untuk dilanjutkan dirumah

f. Mengecek pemahaman ibu

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

18

2.1.5.4 Mengajari Ibu Cara Pemberian Cairan di Rumah

Jelaskan kepada ibu 4 (empat) aturan perawatan di rumah:

a. Memberi cairan tambahan (sebanyak anak mau); ASI

lebih sering dan lama, air matang, cairan rumah tangga

(larutan gula-garam, cairan makanan seperti kuah

sayur, air tajin dan oralit)

Langkah-langkah membuat oralit: cuci tangan

dengan sabun, ukur air matang 200 ml (gunakan gelas

ukur atau gelas belimbing), tuang bubuk oralit (satu

bungkus) ke dalam gelas berisi air matang 200 ml,

aduk sampai bubuk oralit larut, cicpi rasa oralit agar

tau rasa oralit.

Oralit harus dibuat dan digunakan pada hari yang sama,

buang sisa hari sebelumnya.

Menjelaskan kepada ibu untuk memberikan larutan

oralit sedikit-sedikit menggunakan gelas/mangkuk atau

sendok untuk anak yang lebih kecil. Bila anak muntah,

tunggu pemberian kembali dalam 10 menit, kemudian

berikan kembali secara perlahan. Melanjutkan

pemberian oralit sampai diare berhenti.

b. Beri tablet zinc selama 10 hari

c. Lanjutkan pemberian makan

d. Kapan harus kembali

2.1.5.5 Melakukan Penilaian Pemberian ASI dan Makanan Anak

Tanyakan:

a. Apakah ibu menyususi anak ini?

1) Jika ya, berapa kali dalam 24 jam

2) Apakah ibu juga menyusui dimalam hari?

b. Apakah anak mendapatkan makanan dan minuman

lain?

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

19

1) Jika ya, makanan dan minuman apa?

2) Berapa kali sehari?

3) Alat apa yang ibu gunakan untuk memberi

makanan/minuman anak? Berapa kali sehari?

c. Pada anak kurus:

1) Berapa banyak makanan/minuman yang diberikan?

2) Apakah anak mendapatkan makanan tersendiri?

3) Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana

caranya

d. Selama sakit ini, apakah ada perubahan pemberian

makan anak? Bila Ya, bagaimana?

2.1.5.6 Menentukan Masalah Pemberian ASI dan Makanan Anak

Berdasarkan jawaban ibu, tentukan perbedaan antara yang

sebenarnya dilakukan dengan yang dianjurkan.

Masalah lain yang mungkin timbul antara lain: kesulitan

menyususi, menggunakan botol susu, tidak memberikan

makan secara aktif, tidak diberi makan yang baik selama

sakit, terlalu dini memberikan makanan tambahan. Berikut

contoh masalah pemberian makanan anak:

Tabel 2.2 Contoh Masalah Pemberian Makanan

Praktek pemberian

makanan yang dilakukan

ibu

Anjuran pemberian makanan

Bayi umur 3 bulan

diberikan larutan gula dan

ASI

Bayi umur 3 bulan hanya diberi

ASI tanpa tambahan makanan

atau cairan lain

Anak umur 2 tahun diberi

makan hanya 3 kali sehari

Anak umur 2 tahun harus

mendapt 3 kali makanan keluarga

dan 2 kali makanan selingan

Sumber: Depkes RI, MTBS Modul-4, 2016

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

20

2.1.5.7 Konseling Bagi Ibu Tentang Masalah Pemberian ASI dan

Makanan

a. Memberi nasehat yang sesuai

1) Jika pemberian makan anak tidak sesuai “Anjuran

makan untuk anak sehat maupun sakit”

2) Jika ibu mengeluh kesulitan dalam pemberian ASI,

lakukan penilaian cara ibu menyusui, jika perlu

tunjukkan kepada ibu posisi menyususi dan cara

melekat yang benar

3) Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat

susu formula atau makanan lain, anjurkan ibu untuk

relaktasi

4) Jika bayi umur 6 bulan atau lebih dan ibu

menggunakan botol untuk memberikan susu pada

anaknya, minta ibu untuk mengganti botol dengan

cangkir/gelas/mangkuk, peragakan cara memberi

susu dengan gelas/cangkir/ mangkuk, memberikan

makanan pendamping ASI sesuai umur

5) Jika anak tidak diberikan makan secara aktif,

nasehati ibu untuk duduk di dekat anak, membujuk

agar mau makan, jika perlu menyuapi anak,

memberi anak porsi makan yang cukup dengan

piring/mangkuk tersendiri sesuai dengan kelompok

umur, memberi makanan kaya gizi yang disukai

anak

6) Jika ibu merubah pemberian makan selama anak

sakit, beritahu ibu untuk tidak merubah pemberian

makan selama anak sakit, dan nasehati ibu untuk

memberi makanan sesuai kelompok umur dan

kondisi anak

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

21

b. Mengunakan Kartu Nasehat Ibu (KNI) / buku KIA

KNI atau buku KIA diberikan kepada ibu, untuk

membantu ibu mengingat keterangan penting, termasuk

jenis cairan dan makanan yang harus diberikan pada

anak.

Jika menggunakan KNI, tunjukkan jenis cairan yang

dapat diberikan. Beri tanda √ dengan pensil pada kotak

“pemberian cairan” sebagai berikut:

1) Beri tanda √ pada kotak oralit bila saudara memberi

oralit

2) Beri tanda √ pada kotak makanan cair bila saudara

menasehati ibu untuk memberi makanan cair di

rumah tangga seperti kuah sop/bakso, kuah sayur, air

tajin dan lain-lain.

3) Beri tanda √ pada kotak air matang bila saudara

menasehati ibu untuk memberikan air matang.

Bayi yang mendapat ASI eksklusif, harus disusui

sesering mungkin dan diberi air matang atau oralit,

jangan beri cairan rumah tangga seperti diatas.

Jika menggunakan buku KIA, tunjukkan bagian D.

Bagaimana mengatasi penyakit yang sering diderita

anak di rumah tangga tentang diare dan beri tanda √

dan tanggal penyuluhan.

2.1.5.8 Menasehati Ibu Tentang Pemberian Cairan Selama Sakit

Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian selama

anak sakit

a. Untuk setiap anak sakit:

1) Beri ASI lebih sering dan lama setiap kali menyusui.

2) Tingkatkan pemberian cairan. Contoh: beri kuah

sayur, air tajin, atau air matang.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

22

b. Untuk anak diare:

Pemberian cairan tambahan dapat menyelamatkan

nyawa anak. Beri cairan sesuai rencana terapi A atau B

pada Bagan Pengobatan.

c. Untuk anak dengan mungkin DBD:

1) Pemberian cairan tambahan sangat penting

2) Beri cairan tambahan (cairan apa saja atau oralit,

asal tidak berwarna merah atau coklat)

2.1.5.9 Menasehati Ibu Tentang Penggunaan Kelambu Untuk

Pencegahan Malaria

a. Ibu dan anak tidur menggunakan kelambu.

b. Kelambu yang tersedia,mengandung obat anti nyamuk

yang dapat membunuh nyamuk tapi aman bagi manusia.

c. Gunakan kelambu pada malam hari, walaupun diduga

tak ada nyamuk.

d. Gunakan paku dan tali untuk menggantung kelembu.

e. Ujung kelambu harus ditempatkan dibawah kasur atau

tikar.

f. Cuci kelambu bila kotor, tetapi jangan dilakukan di

saluran air atau di sungai, karena obat anti nyamuk tidak

baik untuk ikan.

g. Perhatikan juga hal berikut ini:

1) Jangan menggantung pakaian di dalam rumah.

2) Jika berada di luar rumah, gunakan pakaian lengan

panjang dan celana/rok panjang.

3) Bila memungkinkan, semprot kamar tidur dengan

obat anti nyamuk dan oleskan obat anti nyamuk saat

bepergian.

4) Segera berobat bila anak demam.

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

23

2.1.5.10 Menasehati Ibu Kapan Harus Kembali ke Petugas

Kesehatan

Tabel 2.3 Waktu Kunjungan Ulang

Anak dengan : Kunjungan

ulang :

Mungkin DBD, jika tetap demam 1 hari

Pnemonia

Disentri

Demam: mukin bukan malaria, jika tetap

demam

Demam: bukan malaria, jika tetap demam

Campak dengan komplikasi pada mata

dan/atau mulut

Demam: mungkin bukan DBD, jika tetap

demam

Infeksi telinga akut

2 hari

Diare persisten

Infeksi telinga kronis

Masalah pemberian makan

Penyakit lain, jika tidak ada perbaikan

5 hari

Kurus 14 hari

Anemia 4 minggu

Malaria, jika tetap demam

Setelah

minum anti

malaria 3

hari berturut-

turut

Sumber: Depkes RI, MTBS Modul-4, 2016

Tabel 2.4 Tanda Penentu Kapan Kembali Segera

Setiap anak sakit

1) Tidak bisa minum atau

menyusu

2) Bertambah parah

3) Timbul demam

Anak dengan batuk: bukan

pnemonia,

juga kembali jika:

1) Nafas cepat

2) Sukar bernafas

Jika anak diare,

Juga kembali jika:

1) Berak campur darah

2) Malas minum

Jika anak: Mungkin DBD atau

Demam: mungkin bukan DBD

Juga kembali jika:

1) Ada tanda-tanda

perdarahan

2) Ujung ekstremitas

dingin

3) Nyeri ulu hati atau

gelisah

4) Sering muntah

5) Pada hari ke 3 – 5 suhu

turun dan anak lemas

Sumber: Depkes RI: MTBS Modul-4, 2016

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

24

a. Kunjungan anak sehat berikutnya

Misalnya untuk pemberian imunisasi dan suplemen

vitamin A kecuali jika telah terlalu banyak hal yang

harus diingat ibu dan ibu memang akan segera kembali

b. Menasehati ibu tentang kesehatan sendiri

1. Jika ibu sakit, beri perawatan untuk ibu, atau

dirujuk.

2. Jika ibu mempunyai masalah dengan payudaranya

(misal pembengkakan, nyeri pada puting susu,

infeksi payudara) berikan perawatan, atau rujuk

untuk pertolongan lebih lanjut.

3. Nasehati ibu agar makan makanan kaya gizi untuk

menjaga kesehatan

4. Periksa status imunisasi ibu, jika dibutuhkan beri

imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

5. Pastikan bahwa ibu memperoleh informasi dan

pelayanan terhadap: Program Keluarga Berencana

(KB), Konseling perihal penyakit menular seksual

(PMS) dan pencegahan AIDS

2.2 Konsep Penyakit Diare

2.2.1 Pengertian Penyakit Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan

konsistensi tinja (menjadi encer, dengan/tanpa darah dan/atau lendir)

(Suraatmadja, 2010).

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

25

frekuensinya lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam

satu hari (WHO; Kemenkes RI, 2011).

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih

lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali

dalam 24 jam. Dalam referensi lain disebutkan bahwa definisi diare

untuk bayi dan anak-anak adalah pengeluaran tinja > 10 gr/kg/24

jam, sedangkan pengeluaran tinja normal pada bayi sebesar 5-10

gr/kg/24 jam (Buku ajar Gastroenterologi-Hepatologi, 2011).

Berdasarkan lamanya maka diare dibagi menjadi 2 yaitu:

2.2.1.1 Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada

bayi dan pada anak yang sebelumnya sehat yang berlangsung

kurang dari 14 hari,

2.2.1.2 Diare kronik adalah diare yang berlanjut sampai 14 hari (2

minggu) atau lebih dengan kehilangan berat badan atau

berat badan tidak bertambah (failure to therive) selama

masa diare tersebut.

2.2.2 Penyebab Penyakit Diare

2.2.2.1 Golongan Bakteri; yaitu Aeromonas, Bacilus cereus,

Complycobacter jejuni, Clostridium perfrengen,

Clostridium defficile, Escherium coli, Plesiomonas

shigeolides, Samonella, Shigella, Staphylococus aureus,

Vobrio cholera, Vobrio parahaemolytius, Yersinia

enterocolitica. Biasanya terjadi pada diare dengan darah

dan lendir.

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

26

2.2.2.2 Golongan Virus; yaitu Astrovirus, Calcivirus (Notovirus,

Sapovirus), Enteric adenovirus, Entamoeba histolytica,

Rotavirus, Norwalk virus, Herves simplex virus,*

Cytomegalovirus.*

2.2.2.3 Golongan Parasit; yaitu Balantidium coli, Blastocystis

homonis, Crytosporidium parvum, Entamoeba histolytica,

Giardia lambia, Isospora belli, Stongyoides stercoralis,

Trichuris trichiura.

(Sumber = Nelson Texbook of Pediatric; * umumnya

berhubungan dengan diare yang hanya pada penderita

imunocompromised)

Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting

diare akut pada anak-anak yaitu: rotavirus, Escherichia coli

enterotoksigenik, Shigella, Compylobacter jejuni dan

Cryptosporidium.

2.2.3 Cara Penularan Penyakit Diare

2.2.3.1 Infeksi/Kuman Penyakit

Kuman–kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui

makanan/minuman yang tercemar atau kontak langsung

dengan tinja penderita (fecel-oral).

Siklus penyebaran penyakit diare bisa digambarkan sebagai

berikut melalui:

Feces atau tinja, Flies atau lalat, Food atau makanan,

Fomites atau peralatan makan, dan Finger atau tangan (jari

tangan).

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

27

Dibawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya penyebaran

kuman yang menyebabkan penyakit diare:

a. Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara ekslusif

sampai 6 bulan kepada bayi atau memberikan MP-ASI

terlalu dini. Memberikan MP-ASI terlalu dini

mempercepat bayi kontak terhadap kuman.

b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan resiko

terkena penyakit diare karena sangat sulit membersihkan

botol dan juga kualitas air dibeberapa wilayah Indonesia

juga sudah terkontaminasi kuman-kuman penyakit seperti

bakteri E. Coli.

c. Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup

dengan baik.

d. Minum air/menggunakan air yang tercemar.

e. Tidak mencuci tangan setelah BAB, membersihkan BAB

anak.

f. Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan.

2.2.3.2 Penurunan Daya Tahan Tubuh

a. Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun

(atau lebih). Di dalam ASI terdapat antibodi yang dapat

melindungi dari kuman penyakit.

b. Kurang gizi, malnutrisi terutama anak yang kurang gizi

buruk akan mudah terkena diare.

c. Imunodefisiensi/imunosupresi, terinfeksi oleh virus

(seperti campak, AIDS).

d. Secara proporsonal, balita lebih sering terkena diare

(55%).

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

28

2.2.3.3 Faktor Lingkungan dan Perilaku

Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan dan

faktor utama dari kontaminasi air atau tinja berakumulasi

dengan perilaku manusia yang tidak sehat. Usaha-usaha

untuk memelihara dan mempertingggi derajat kesehatan

antara lain:

a. Memelihara kebersihan badan, pakaian, rumah, dan

lingkungan;

b. Memelihara makanan sehat, bersih bebas dari penyakit,

cukup kualitas dan kuantitasnya;

c. Cara hidup yang teratur, meliputi makan, tidur, bekerja

dan beristirahat secara teratur, rekreasi dan menikmati

liburan pada waktunya;

d. Menghindari terjadnya penyakit, menghindari kontak

dengan sumber penularan penyakit, menghindari

pergaulan tidak baik, membiasakan diri untuk mematuhi

aturan-aturan kesehatan;

e. Melengkapi rumah dengan fasilitas yang menjamin hidup

sehat, adanya sumber air yang baik, WC yang sehat,

tempat buang sampah dan air limbah baik;

f. Pemeriksaan kesehatan secara periodik pada waktu

tertentu walaupun tidak merasa sakit, segera

memeriksakan diri bila sakit.

2.2.4 Faktor resiko Penyakit Diare

2.2.4.1 Faktor Umur

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama

kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-

11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola

ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar

antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

29

makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja manusia

atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.

2.2.4.2 Infeksi Asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi

asimtomatik meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan

pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang

mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja

penderita mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa

yang infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berperan

penting dalam penyebaran banyak enteropatogen terutama

bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga

kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat

yang lain.

2.2.4.3 Faktor Musim

Faktor musim diare dapat terjadi menurut letak geografis.

Didaerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi

pada musim panas, sedangkan diare karena virus terutama

rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Didaerah

tropik (terutama Indonesia), diare yang disebabkan oleh

rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan

sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri

cendrung meningkat pada musim hujan.

2.2.4.4 Epidemi dan Pendemi

Vibrio cholera O.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat

menyebabkan endemi dan pandemi yang mengakbatkan

tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua

golongan usia.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

30

2.2.5 Gejala dan Tanda Penyakit Diare

2.2.5.1 Gejala umum: berak dengan tinja cair, lembek dan sering,

mual dan muntah, gejala dehidrasi berupa mata cekung,

ketegangan kulit menurun, gelisah, lemas, dan lain-lain.

2.2.5.2 Gejala Khusus Diare:

a. Gejala pada diare karena kuman Vibrio cholerae,

biasanya tinja akan cair dan berwarna seperti kulit beras

dan berbau amis.

b. Gejala pada diare karena disentrifrom, biasanya tinja

akan berlendir dan berdarah.

c. Dehidrasi (kekurangan cairan), tergantung dari cairan

yang diminum, dehidrasi ini bisa berupa ringan, sedang

atau berat. Hal ini akan membedakan dalam pengobatan

dehidrasi.

d. Gangguan asam-basa (Asidosis), Gangguan diare ini

disebabkan karena kehilangan cairan elektrolit yang

banyak dari tubuh. Sebagai kompensasinya biasanya

tubuh akan bernafas cepat untuk menyeimbangkan PH

arteri.

e. Gangguan gizi, hal ini karena asupan makanan yang

kurang disebabkan dengan adanya mual dan nafsu

makan menurun, ditambah dengan output (pengeluaran)

makanan yang berlebihan.

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

31

Tabel 2.5 Gejala Khas Diare Akut Oleh Berbagai Penyebab

Gejala Klinis Rotavirus Shigella Salmonela ETEC EIEC Kolera

Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

Panas + ++ ++ - ++ -

Mual Muntah Sering Jarang

Tenesmus

Sering + - Sering

Nyeri perut Tenesmus Tenesmus

Kramp

Tenesmus Tenesmus

Kramp

Kramp

Nyeri kepala + Kolik - - -

Lamanya sakit - + - - -

Sifat Tinja

Volume 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari

Frekuensi Sedang

5-10x/hr

Sedikit

>10x/hr

Sedikit Banyak sedikit Banyak

Terus

menerus

Konsistensi Cair Sering

lembek

Sering

lembek

Sering

cair

Sering

lembek

Cair

Darah - - + -

Bau Langu ± Kadang

Busuk

+ Tidak Amis Khas

Warna Kuning

hijau

Merah

hijau

Kehijauan Tidak

berwarna

Merah

hijau

Seperti air

cucian

beras

Laukosit - + + - - -

Lain-lain Anorexsia Kejang ± Sepsis ± Meteoris

mus

Infeksi

sistemik

±

Sumber: Sunarto, 1999

2.2.6 Derajat Dehidrasi

2.2.6.1 Berdasarkan Kehilangan Berat Badan

a. Diare ringan; bila terjadi penurunan berat badan 2½ - 5%

b. Diare sedang; bila terjadi penurunan berat badan 5 – 10%

c. Diare berat; bila terjadi penurunan barat badan > 10%

2.2.6.2 Menurut Skor Maurice King (1974)

Tabel 2.6 Skor Maurice King

Bagian tubuh

yang di periksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan umum Sehat Gelisah,cengeng,

apatis, ngantuk

Mengigau, koma,

atau Syok

Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Mulut Normal Kering Kering &

sianosis

Denyut nadi per

menit

Kuat > 120 Sedang (120-140) Lebih dari 140

Sumber: Sunoto, 1991

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

32

Catatan:

1. Kekenyalan kulit: kulit perut “dicubit” selama lebih 30-60 detik,

kemudian dilepas. Jika kembali dalam waktu 2-5 detik turgor agak

kurang (dehidrasi ringan); 5-10 detik turgor kurang (dehidrasi Sedang);

> 10 detik turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

2. Hasil diberi angka 0,1,2; sesuai dengan tabelkemudian dijumlahkan.

Nilai: 0-2 = dehidrasi ringan, 3-6 = dehidrasi sedang, 7-12 = dehidrasi

berat.

2.2.6.3 Menurut WHO (1995)

Tabel 2.7 Penilaian Dehidrasi WHO

Penelian A B C

Lihat:

Keadaan umum

Mata

Air mata

Mulut dan lidah

Rasa haus

Baik, sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa

tidak haus

*Gelisah, rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

*haus ingin

minum banyak

*lesu, lunglai atau

tidak sadar

Sangat cekung

kering

Sangat kering

*Malas minum

atau tidak bisa

minum

Periksa: turgor

kulit

Kembali cepat *kembali lambat *Kembali sangat

lambat

Hasil

pemeriksaan:

Tanpa dehidrasi Dehidrasi

ringan/sedang

bila ada 1 tanda *

atau lebih tanda

lain

Dehidrasi berat

bila ada 1 tanda *

ditambah 1 atau

lebih tanda lain

Terapi: Rencana Terapi

A

Rencana Terapi B Rencana Terapi C

Sumber: adaptasi dari Duggan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan

WHO 1995

2.2.6.4 Berdasarkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Tabel 2.8 Penilaian Dehidrasi MTBS

Tanda dan Gejala Tingkat Dehidrasi

a. Latergis/tidak sadar

b. Mata cekung

c. Tidak bisa minum atau malas minum

d. Cubitan kulit perut kembalinya sangat

lambat

Dehidrasi Berat

a. Gelisah, rewel/marah

b. Mata cekung

c. Haus, minum dengan lahap

d. Cubitan kulit perut kembali lambat

Dehidrasi Ringan / Sedang

Tidak ada cukup tanda-tanda untuk

diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau

dehidrasi ringan/sedang

Tanpa Dehidrasi

Sumber: Depkes RI, 2016

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

33

2.2.6.5 Berdasarkan MMWR (1992)

Tabel 2.9 Penilaian Dehidrasi MMWR

Simptom Minimal atau tanpa

dehidrasi

kehilangan BB <

3%

Dehidrasi Ringan –

sedang, kehilangan

BB 3% - 9%

Dehidrasi Berat

kehilangan BB

> 9%

Kesadaran

Denyut

Jantung

Kualitas

Nadi

Pernafasan

Mata

Air mata

Mulut dan

lidah

Cubitan

kulit

Capillary

kulit

Extremitas

Kencing

Baik

Normal

Normal

Normal

Normal

Ada

Basah

Segera kembali

Normal

Hangat

Normal

Normal, lelah,

gelisah, irritable

Normal –

meningkat

Normal – melemah

Normal – cepat

Sedikit cowong

Berkurang

Kering

Kembali < 2 detik

Memanjang

Dingin

Berkurang

Apathis, latergi,

tidak sadar

Takikardi,

bradikardi pada

kasus berat

Lemah, kecil,

tidak teraba

Dalam

Sangat cowong

Tidak ada

Sangat Kering

Kembali > 2 detik

Memanjang,

minimal

Dingin, mottled,

sianotik

Minimal

Sumber: adaptasi dari Duggan C, Santosham M, Glaso RI, MMWR 1992 dan

WHO 199

2.2.7 Tatalaksana Diare

2.2.7.1 Prinsif Tatalaksana Diare

a. Mencegah Terjadinya Dehidrasi

Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total dapat

berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (Dehidrasi

Hidrotonik) atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah

yang sama (Dehidrasi Isotonik) atau hilangnya natrium

yang lebih daripada air (Dehidrasi Hipotonik).

Cara mencegah terjadinya dehidrasi yaitu dengan

mengembalikan cairan tubuh yang hilang akibat diare,

dan bisa dilakukan sejak awal di rumah.

Tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa dilakukan di

tingkat rumah tangga jika balita mengalami diare adalah:

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

34

1. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari

biasanya

bagi bayi yang masih menyusui (0-24 bulan atau lebih),

dan bagi petugas kesehatan sangat penting untuk

mendukung dan membantu ibu menyusui bayinya jika

ibu berhenti menyususi bayinya yang masih berusia 0-

24 bulan.

2. Pemberian oralit sampai diare berhenti

3. Memberikan cairan rumah tangga

Cairan/minuman yang biasa diberikan oleh

keluarga/masyarakat setempat dalam mengobati diare,

dan memberikan sari makanan yang cocok, contoh:

kuah sayur, air tajin, kuah sup. Jika tidak tersedia cairan

rumah tangga dan oralit di rumah, bisa dengan

memberikan air minum.

4. Segera membawa balita diare ke sarana kesehatan.

b. Mengobati Dehidrasi

Bila terjadi diare, segera bawa ke petugas kesehatan atau

ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang

cepat dan tepat sesuai dengan tatalaksana diare.

ORALIT

Oralit adalah campuran garam oralit seperti natrium

klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat

hidrat, serta glukosa anhidrat.

Manfaat ORALIT

Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit

dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air

sangat penting untuk mencehgah dehidreasi, air minum

tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

35

sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan

garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan

baik oleh usus penderita diare.

Membuat dan memberikan larutan oralit

1) Cara membuat/mencampur larutan oralit

a) Cuci tangan dengan air dan sabun

b) Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak/air

teh (200 cc)

c) Masukkan satu bungkus oralit 200 cc

d) Aduk sampai larut benar

e) Berikan larutan oralit kepada balita

2) Cara membuat larutan oralit

a) Berikan dengan sendok atau gelas

b) Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau sampai

anak tidak kelihatan haus

c) Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit,

kemudian lanjutkan dengan sabar sesendok setiap

2 atau 3 menit

d) Walau diare berlanjut, oralit tetap diteruskan

e) Bila larutan oralit pertama habis, buatkan satu

gelas larutan oralit berikutnya.

3) Dosis oralit sesuai derajat dehidrasi

Diare dehidrasi berat; Penderita diare yang tidak

dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk

di infus.

Diare dehidrasi ringan/sedang; Dosis oralit yang

diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kg BB

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

36

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit

seperti diare tanpa dehidrasi.

Diare tanpa dehidrasi; adalah sesuai tabel.

Tabel 2.10 Dosis Oralit Tanpa Dehidrasi

Umur < 1 tahun 1/4 - 1/2 gelas setiap kali anak

mencret

Umur 1 - 4 tahun 1/2 – 1 gelas setiap kali anak

mencret

Umur diatas 5

tahun

1 – 1 ½ gelas setiap kali anak

mencret

Sumber: Kemenkes RI, 2011

c. Mempercepat Kesembuhan

Berikan obat zinc sekali sehari selama 10 hari

berturut-turut meskipun diare sudah berhenti untuk

efektifitas obat zinc dalam mempercepat kesembuhan,

mengurangi parahnya diare dan mencegah

kambuhnya diare selama 2-3 bulan ke depan.

ZINC

Bukti zinc baik dan aman untuk pengobatan diare

berdasarkan penelitian Departement of child and

Adolesescent Health and Development,World Health

Organization (WHO) yaitu:

1) ZINC sebagai obat pada diare; 20% lebih cepat

sembuh jika anak diare diberi zinc (penelitian di

India), 20% resiko diare lebih dari 7 hari

berkurang, 18% - 59% mengurangi jumlah tinja,

mengurangi resiko diare berikutnya 2-3 bulan

kedepan.

2) ZINC dan pengobatan diare akut; 25%

mengurangi lama diare.

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

37

3) ZINC dan pengobatan diare persisten; 24% diare

persisten berkurang.

4) ZINC sebagai obat pencegah diare akut dan

persisten; jika zinc diberikan 5-7 kali per minggu

dengan dosis setengah yang dianjurkan (RDA)

memberikan 18% penurunan insiden diare dan

25% penurunan diare, Pada penelitian lanjutan

didapatkan 11% penurunan insiden diare persisten

dan 34% penurunan prevalen diare.

5) ZINC pencegahan dan pengobatan diare berdarah;

pemberian zinc baik dalam jangka pendek dan

panjang terbukti menurunkan kejadian diare

berdarah.

6) ZINC dan penggunaan antibiotik irrasional;

sampai saat ini pemakaian antibiotik pada diare

masih 80% sedangkan jumlah diare yang

seharusnya diberi antibiotik tidak lebih dari 20%,

sangat tidak rasional, (data sesuai dari hasil

presentasi dr. M. Juffrie, PhD, SpA(K) dalam

kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia, Padang,

2008). Pemakaian zinc sebagai terapi diare apapun

penyebabnya akan menurunkan pemakaian

antibiotik irasional.

7) ZINC mengurangi biaya pengobatan; mengurangi

jumlah pemakaian antibiotik dan mengurangi

jumlah pemakaian oralit.

8) ZINC aman diberikan kepada anak.

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

38

Cara Pemberian Obat ZINC

a) Pastikan semua anak yang menderita diare

mendapat obat zinc selama 10 (sepuluh) hari

berturut-turut.

b) Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau

ASI (tablet mudah larut kira-kira 30 detik, segera

berikan pada anak).

c) Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah

pemberian obat zinc, ulangi pemberian dengan

cara potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali

hingga 1 dosis penuh.

d) Bila anak menderita dehidrasi berat dan

memerlukan cairan infus, tetap berikan zinc

segera setelah anak bisa minum atau makan.

Tabel 2.11 Dosis pemberian Zinc pada balita

Umur < 6

bulan

½ tablet (10 mg) per hari selama

10 hari

Umur > 6

bulan

1 tablet (20 mg) per hari selama

10 hari

Sumber: Kemenkes RI, 2011

d. Memberi makanan

Oleh karena itu perlu diperhatikan:

1) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar

tetap menyusui bahkan meningkatkan pemberian

ASI selama diare dan selama masa penyembuhan

(bayi 0-24 bulan atau lebih).

2) Dukung ibu untuk memberikan ASI ekslusif

kepada bayi berusia 0-6 bulan, jika bayinya sudah

diberikan makanan lain atau susu formula berikan

konseling pada ibu agar kembali menyusui

eksklusif. Dengan menyusui lebih sering maka

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

39

produksi ASI akan meningkat dan diberikan

kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan

karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk

meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

3) Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan

pemberian makanan: makanan pendamping ASI

(MP-ASI) sesuai umur pada bayi 6-24 bulan dan

sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan

makanan keluarga secara bertahap.

4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra

diteruskan selama 2 minggu untuk membantu

pemulihan berat badan anak.

Pemberian makan sesuai umur sangat penting saat

sakit maupun sehat

a) Bayi berusia 1 – 6 bulan

Saat usia ini, bayi HANYA diberi Air Susu Ibu

(ASI) saja sesuai dengan keinginan anak, paling

sedikit 8 kali sehari; pagi, siang, maupun malam

hari. Jangan berikan makanan atau minuman lain

selain ASI.

Jika ibu memberikan susu formula atau makanan

lain: bangkitkan rasa percaya ibu untuk HANYA

memberikan ASI saja; jelaskan keuntungan ASI

dan dengan memberi ASI saja mencukupi

kebutuhan bayi meskipun sedang diare; susui bayi

lebih sering, lebih lama: pagi, siang, maupun

malam; secara bertahap mengurangi pemberian

susu formula atau makanan lain.

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

40

b) Bayi berusia 6 – 24 bulan

Teruskan pemberian ASI; mulai memberikan

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang

teksturnya sangat lembut seperti

bubur/susu/pisang; secara bertahap sesuai dengan

pertambahan umur berikan bubur tim lumat

ditambah kuning telur/ayam/ikan/tempe; setiap

hari berikan makanan sebagai berikut: usia 6

bulan 2 x 6 sdm peres, usia 7 bulan 2 -3 x 7 sdm

peres, usia 8 bulan 3 x 8 sdm peres.

c) Balita umur 9 sampai 12 bulan

Teruskan Pemberian ASI; berikan MP-ASI lebih

padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi;

tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/sapi/kacang

hijau; setiap hari berikan makanan sebagai

berikut: usia 9 bulan 3 x 9 sdm peres, usia 10

bulan 3 x 10 sdm peres, usia 11 bulan 3 x 11 sdm

peres; berikan selingan 2 kali sehari di antara

waktu pemberian makan sesuai umur sangat

penting saat sakit maupun sehat.

d) Balita umur 12 sampai 24 bulan

Teruskan pemberian ASI; berikan makanan

keluarga secara bertahap sesuai dengan

kemampuan anak; berikan 3 x sehari, sebanyak

1/3 porsi makanan orang dewasa terdiri dari nasi,

lauk pauk, sayur, dan buah; beri makanan selingan

kaya gizi 2 x sehari di antara waktu makan;

perhatikan variasi makanan; sejak umur 12 bulan,

anak sudah bisa makan makanan keluarga.

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

41

e) Balita umur 2 tahun lebih

Berikan makan keluarga 3 x sehari, sebanyak

1/3 – 1/2 porsi makan orang dewasa; berikan

makanan selingan kaya gizi 2x sehari diantara

waktu makan.

f) Anjuran makanan untuk diare persisten

Jika anak masih mendapatkan ASI: berikan lebih

sering dan lebih lama, pagi, siang, dan malam;

jika anak mendapatkan susu selain ASI: kurangi

pemberian susu tersebut dan tingkatkan pemberian

ASI, gantikan setengah bagian susu dengan bubur

nasi ditambah tempe, jangan diberi susu kental

manis, untuk makanan lain, ikuti anjuran

pemberian makan sesuai dengan kelompok umur.

e. Mengobati Masalah Lain

Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan

penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai

indikasi. Diare mungkin saja diikuti dengan penyakit

penyerta seperti: ISPA (broncial pnemonia,

bronchitis, dll), saluran susunan saraf (meningitis,

ensefalingitis, dll), infeksi saluran kemih, infeksi

sistemik lain (sepsis, campak, dll), kurang gizi (KEP,

kurang vitamin A, dll), dan atau penyakit lainnya.

2.2.7.2 Prosedur Tatalaksana Diare

a. Menilai Derajat Dehidrasi

1) Tanyakan riwayat penyakit anak

a) Berapa lama anak sudah mengalami diare?

b) Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

42

c) Apakah tinjanya ada darah?

d) Apakah anak muntah?

e) Apakah ada penyakit lainnya?

2) Lihat dan periksa

a) Bagaimana keadaan umum anak?

b) Sadar atau tidak sadar?

c) Lemas atau terlihat sangat mengantuk?

d) Apakah anak gelisah?

e) Berikan minum, apakah dia mau minum? Jika ya,

apakah ketika minum ia tampak sangat haus atau

malas minum?

f) Apakah matanya cekung atau tidak cekung?

g) Lakukan cubitan kulit perut (turgor), Apakah

kulitnya kembali segera, lambat atau sangat lambat

(lebih dari 2 detik)?

3) Lakukan Penilaian

Tabel 2.12 Penilaian Untuk Menentukan Rencana Terapi

PENILAIAN A B C

BILA TERDAPAT 2 TANDA ATAU LEBIH

1. LIHAT

Keadaan Umum

Mata

Rasa Haus

Baik, Sadar

Normal

Minum

biasa, tidak

haus

Gelisah, rewel

Cekung

Haus, ingin

minum banyak

Lesu, lunglai

atau tidak sadar

Sangat cekung

dan kerimg

Malas

minum/tidak

bisa minum

2. PERIKSA:

Turgor Kulit

Kembali

Normal

Kembali lambat

Kembali sangat

lambat

3. DERAJAT

DEHIDRASI

Tanpa

Dehidrasi

Dehidrasi

Ringan/Sedang

(dehidrasi tidak

berat)

Dehidrasi Berat

4. RENCANA

PENGOBATAN

Rencana

Terapi A

Rencana Terapi

B

Rencana Terapi

C

Sumber: Kemenkes RI Dirjen P2L, 2011

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

43

b. Menentukan rencana pengobatan diare

Rencana pengobatan diare dibagi menjadi 3 (tiga)

berdasarkan derajat dehidrasi yang dialami oleh balita,

yaitu:

1) Rencana terapi A, jika penderita diare tidak

mengalami dehidrasi.

2) Rencana terapi B, jika penderita diare mengalami

dehidrasi ringan/sedang.

3) Rencana terapi C, jika penderita diare mengalami

dehidrasi berat.

2.2.8 Konseling Tatalaksana Diare

Sebagai petugas kesehatan harus memiliki kemampuan konseling.

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

seorang ahli (disebut Konselor) kepada individu yang mengalami

suatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya

masalah yang dihadapi pasien/klien (Kemenkes RI, 2011).

Komunikasi yang baik dari petugas kesehatan membantu ibu

malakukan tatalaksanakan diare di rumah.

Teknik/keterampilan komunikasi yang baik yaitu:

2.2.8.1 Tanya dan dengar

Tanya dan dengarkan hal-hal apa saja yang sudah dilakukan

oleh ibu dalam merawat anaknya ketika diare. Tanya dan

dengarkan: tanda-tanda bahaya yang dialami balita pada

saat sakit; apa saja yang sudah dilakukan ibu

balita/pengasuhnya untuk mengatasi tanda-tanda bahaya

tersebut; apa saja yang sudah dilakukan ibu balita/pengasuh

dengan baik dan apa yang perlu diperbaiki.

Page 34: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

44

2.2.8.2 Beri Pujian

Petugas kesehatan memberikan pujian kepada ibu

balita/pengasuh jika melakukan tindakan yang baik dalam

mengatasi penyakit/tanda-tanda bahaya sakit yang dialami

balita.

2.2.8.3 Beri Saran

Berikan saran kepada ibu balita/pengasuh cara merawat

balita sakit di rumah. Gunakan kalimat yang dimengerti

oleh ibu; gunakan alat bantu yang diperlukan ibu/pengasuh

balita kenali; berikan pujian jika ibu/pengasuh

melakukan/mempraktekkan dengan benar dan bantu

ibu/pengasuh belum mempraktekkan dengan benar; berikan

kesempatan untuk melakukan praktek lebih dari satu kali

jika dibutuhkan; dorong ibu/pengasuh untuk aktif bertanya

jika ada hal-hal yang ingin dia tanyakan dan jawab semua

pertanyaannya; berikan saran yang relevan saat ini.

2.2.8.4 Periksa Pemahaman

Periksa sampai dimana pemahaman ibu tentang cara

merawat balita sakit. Berikan beberapa pertanyaan kepada

ibu/pengasuh untuk mengetahui pemahaman ibu dan

berikan penjelasan ulang jika ibu/pengasuh balita belum

paham. Hindari pertanyaan tertutup (pertanyaan yang

mengarahkan). Sebagai petugas kesehatan, anda

mengharapkan ibu/pengasuh balita mengerti cara balita

sakitnya setelah anda mengajarkannya. Dengan bertanya,

anda akan tingkat pemahaman ibu/pengasuh balita.

Page 35: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

45

a. Ada 3 (tiga) langkah dasar cara mengajari ibu tentang

tatalaksana diare balita di rumah:

1) Berikan informasi yang tepat dan relevan kepada

ibu, contoh bagaimana memberikan zinc kepada

balitanya,

2) Peragakan kepada ibu, contoh cara memberikan zinc

kepada balitanya,

3) Ibu diminta untuk mempraktekkan sendiri cara

memberikan zinc kepada balitanya. Setelah

mengajarkan ibu tentang tatalaksana diare,

selanjutnya petugas kesehatan memeriksa

pemahaman ibu; caranya: gunakan pertanyaan

(seperti mengapa, bagaimana, kapan ibu harus

melaksanakan tatalaksana diare di rumah), hindari

pertanyaan mengarahkan, berikan waktu kepada ibu

untuk berfikir lalu menjawab pertanyaan, berikan

pujian kepada ibu jika ibu menjawab dengan benar,

jika dibutuhkan; jelaskan, beri informasi tambahan,

dan peragakan kembali.

b. Mengajarkan kepada ibu tentang tatalaksana diare di

rumah:

1) Jelaskan apa tatalaksana diare dan mengapa harus

melakukannya.

2) Jelaskan langkah-langkah melakukan tatalaksana

diare di rumah.

3) Jika obat yang diberikan lebih dari satu jenis,

perhatikan ketika ibu malakukannya.

4) Jelaskan kepada ibu berapa lama harus melakukan

tatalaksana diare tersebut di rumah.

Page 36: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

46

5) Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan

sarana kesehatan.

c. Mengajarkan ibu tentang cara pemberian obat oral di

rumah:

1) Berikan obat yang sesuai dan jelaskan dosis yang

herus diberikan sesuai umur atau berat badan.

2) Jelaskan alasan mengapa memberikan obat tersebut

dan penyakit yang diobati.

3) Peragakan cara mengukur dosis yang diberikan.

4) Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama

kepada balita.

d. Mengajarkan ibu tentang cara memberikan obat oral di

rumah:

1) Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama

kepada balita.

2) Jelaskan dengan perlahan bagaimana memberikan

obat, jelaskan label yang ada di obat dan paket obat

yang diberikan.

3) Jika obat yang dibeikan lebih dari satu, hitung

jumlah obat yang diberikan dan pisahkan obat

berdasarkan jenis dan pisahkan pada kantong yang

berbeda.

4) Jelaskan kepada ibu untuk menghabiskan semua

obat yang diberikan meskipun balita sudah membaik

dari sakitnya.

5) Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan

sarana kesehatan.

Page 37: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

47

e. Kunjungan Segera

Nasehati ibu untuk membawa anak kembali ke petugas

kesehatan bila: berak cair lebih sering, muntah berulang,

sangat haus, makan dan minum sangat sedikit, timbul

demam, berak berdarah, dan diare tidak membaik dalam

3 (tiga) hari.

f. Kunjungan Lanjutan

Beritahukan kepada ibu melakukan kunjungan lanjutan

ke sarana kesehatan meski balita kelihatan membaik.

1) Jika balita tidak mempunyai masalah/penyakit baru,

gunakan intruksi MTBS kunjungan untuk masalah

spesifik:

a) Periksa balita sesuai intruksi

b) Gunakan informasi untuk mengenali tanda-tanda

bahaya yang dialami balita untuk memberikan

perawatan yang sesuai.

2) Lihat jika ada kemajuan anak (semakin membaik

atau tidak) atau berikan pengobatan lain jika balita

tidak membaik.

3) Mungkin perlu mencoba obat jenis lain (second line-

drug)

4) Untuk kunjungan lanjutan berikutna sesuai tabel

berikut:

Tabel 2.13 Waktu Kunjungan Sesuai Jenis Diare

Jenis Diare Kunjungan Lanjutan

Disentri 2 hari

Diare persisten 5 hari

Diare dehidrasi

ringan/sedang

3 hari

Diare tanpa dehidraasi 3 hari

Sumber: Kemenkes RI Dirjen P2L, 2011

Page 38: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

48

2.2.9 Pencegahan Penyakit Diare

2.2.9.1 Perilaku Sehat

a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi.

Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang

ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara

optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga

pertumbuhan sampai 6 bulan. Tidak ada makanan yang

lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat

steril, pemberian ASI saja, tanpa cairan dan makanan

lain dan tanpa menggunakan botol, menghindari anak

dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan

menyebabkan diare (memberikan ASI Ekslusif).

ASI mempunyai kasiat preventif secara imunologik

dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang

dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan

terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian

ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih

besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang

disertai susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui

mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare

sedangkan pada botol untuk susu formula, berisiko

tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan

terjadinya gizi buruk. Bayi harus disusui secara penuh

sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari

kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil

ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).

b. Makanan pendamping ASI

Pemberian makan pendamping ASI adalah saat bayi

secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan

Page 39: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

49

orang dewasa. Perilaku pemberian makanan

pendamping ASI yang baik meliputi perhatian kapan,

apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI

diberikan.

Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian

makanan pendamping ASI , yaitu:

1) Perkenalkan makan lunak, ketika anak berumur 6

bulan dan dapat diteruskan pemberian ASI.

Tambahkan macam makanan setelah anak berumur

9 bulan atau lebih. Berikan makan lebih sering (4x

sehari) . Setelah anak berumur 1 tahun, berikan

semua makan yang dimasak dengan baik, 4 - 6 x

sehari, serta teruskan pemberian ASI bila mungkin.

2) Tambahkan minyak, lemak, dan gula kedalam

nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan

hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-

kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna

hijau ke dalam makanannya.

3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan

menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang

bersih.

4) Masak makan dengan benar, simpan sisanya pada

tempat yang dingin dan panaskan dengan benar

sebelum diberikan kepada anak.

c. Menggunakan air bersih yang cukup

Yang harus diperhatikan oleh keluarga:

1) Ambil air dari sumber yang bersih.

2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup

serta gunakan gayung khusus mengambil air.

Page 40: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

50

3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan

untuk mandi anak-anak.

4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai

mendidih)

5) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan

dengan air yang bersih dan cukup.

d. Mencuci Tangan

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang

air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak dan

sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian

diare (Menurunkan kejadian diare sebesar 47%).

e. Menggunakan Jamban

1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi

baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

2) Bersihkan jamban secara teratur.

3) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar/kecil

f. Membuang tinja bayi yang benar

1) Kumpulkan segera tinja bayi dan segera buang ke

jamban.

2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan

mudah dijangkau olehnya.

3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang

tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian

ditimbun.

4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan

cuci tangan dengan sabun.

Page 41: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

51

g. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting

untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak.

Anak yang sakit campak sering diserta diare, sehingga

pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare.

Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah

bayi berumur 9 bulan.

2.2.9.2 Penyehatan Lingkungan

a. Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat

ditularkan melalui air antara lain adalah diare, kolera,

disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata, dan

berbagai penyakit lainnya. Maka, penyediaan air bersih

baik secara kualitas dan kuantitas mutlak diperlukan

dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk

untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk

mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air

bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia.

Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap

dilaksanakan.

b. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat

berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat,

nyamuk, tikus, kecoa dan sebagainya. Selain itu sampah

dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan

kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap

dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena

itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah

penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus

Page 42: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

52

disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan di

buang ketempat penampungan sampah sementara. Bila

tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke

tempat pembuangan akhir cepat dilakukan pemusnahan

sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.

c. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik pabrik atau limbah rumah tangga harus

dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber

penularan penyakit.

Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi

syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan

dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan

bersarangnya tikus. Kondisi ini dapat berpotensi

menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis

untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada saluran

pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus

dibersihkan, agar air limbah dapat mengalir, sehingga

tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak

menjadi tempat perindukan nyamuk.

2.3 Konsep Konseling

2.3.1 Pengertian Konseling

Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian

terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan

timbal balik antara dua individu, di mana yang seorang, yaitu

konselor berusaha membantu orang lain dalam hal ini, klien untuk

mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan

masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang

(Natawijaya et Sukardi, 2000).

Page 43: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

53

Konseling merupakan upaya memberikan bantuan dari seorang

konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai

upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh kearah yang

dinilainya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya

dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam

kehidupannya (Yusuf & Juntika, 2005:9).

Gustad mendefinisikan konseling secara sederhana sebagai proses

berorentasi pembelajaran dalam hubungan perorangan. Pada

hubungan ini, konselor, yang memiliki kompetensi keterampilan

(skill) dalam pengetahuan, membantu klien memenuhi kebutuhannya

dengan menggunakan metode yang tepat melalui program personal

yang menyeluruh. Klien juga dibantu mengenali dirinya lebih dalam,

menerima dirinya, dan belajar mengolah pemehamannya untuk

membentuk persepsi yang jelas. Dengan demikian, klien dapat

menentukan tujuan yang lebih realistis dan akhirnya menjadi lebih

bahagia dan lebih produktif dalam kehidupan bermasyarakat

(Tamsuri, 2008).

American Counseling Association (ACA), konseling merupakan

aplikasi dari pripsip-prinsip kesehatan mental, psikologi, atau

perkembangan manusia melalui intervensi kognitif, afektif,

behavioral atau sistemik, stategi yang memperhatikan kesejahteraan

(wallness), pertumbuhan pribadi, atau perkembangan karir, tetapi

juga patologi (Komalasari dkk, 2011).

2.3.2 Tujuan Konseling

McLeod 2006, mengatakan bahwa beberapa tujuan konseling yang

didukung secara eksplisit dan implisit oleh para konselor adalah:

2.3.2.1 Pemahaman; adanya pemahamanterdapat akar dan

perkembangan kesulitan emosional, mengarah

Page 44: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

54

peningkatan kapasitas untuk lebih memilih kontrol

rasional ketimbang perasaan dan tindakan.

2.3.2.2 Berhubungan dengan orang lain; menjadi lebih mampu

membentuk dan mempertahankan hubungan yang

bermakna dan memuaskan dengan orang lain, misalnya

dalam keluarga atau di dunia pendidikan.

2.3.2.3 Kesadaran diri; menjadi lebih peka terhadap pemikiran

dan perasaan yang selama ini ditahan dan ditolak, atau

mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan

dengan penerimaan orang lain terhadap diri.

2.3.2.4 Penerimaan diri; pengembangan sikap positif terhadap

diri, yang ditandai oleh kemampuan menjelaskan

pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik dan

penolakan.

2.3.2.5 Aktualisasi diri atau individuasi; pergerakan ke arah

pemenohan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri

yang sebelumnya saling bertentangan.

2.3.2.6 Pencerahan; membantu konseli mencapai kondisi

kesadaran spiritual yang lebih tinggi.

2.3.2.7 Pemecahan masalah; menemukan pemecahan problem

tertentu yang tidak bisa dipecahkan oleh konseli seorang

diri. Dengan kata lain, menuntut kompetensi umum dalam

pemecahan masalah.

2.3.2.8 Pendidikan psikologi; membuat konseli mampu

menangkap ide dan teknik untuk memahami dan

mengontrol tingkah laku.

2.3.2.9 Memiliki keterampilan sosial; mempelajari dan menguasi

keterampilan sosial dan inter-personal seperti

mempertahankan kontak mata, tidak menyela

pembicaraan, asertif, atau pengendalian kemarahan.

Page 45: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

55

2.3.2.10 Perubahan kognitif; memodifikasi atau mengganti

kepercayaan yang tidak rasional atau pola pemikiran yang

tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah

laku yang merusak diri sendiri.

2.3.2.11 Perubahan tingkah laku; memodifikasi atau mengganti

pola tingkah laku yang maladaftif atau merusak ke arah

yang lebih adaftif dan diterima secara sosial.

2.3.2.12 Perubahan sistem; memperkenalkan perubahan dengan

cara beroperasinya sistem sosial seperti keluarga dan

masyarakat sekitar.

2.3.2.13 Penguatan; berkenaan dengan keterampilan, kesadaran

dan pengetahuan yang membuat konseli mampu

mengontrol kehidupannya.

2.3.2.14 Restitusi; membantu konseli membuat perubahan kecil

terhadap perilaku yang merusak.

2.3.2.15 Reproduksi (generativity) dan aksi sosial; menginspirasi

dalam diri seseorang dan kapasitas untuk peduli terhadap

orang lain, membagi pengetahuan dan memberikan

kotribusi untuk kebaikan bersama (cellective good)

melalui kesepakatan politik dan kerja komunitas.

Dalam kegiatan konseling, tidak selalu mencakup seluruh tujuan

konseling tersebut, tetapi tujuan konseling ditetapkan berdasarkan

permasalahan yang dialami oleh konseli serta pendekatan konseling

yang digunakan oleh konselor.

Tujuan utama konseling adalah membuat kesadaran (conscious) hal-

hal yang tidak disadari (unconscious) konseli. Hal-hal yang terdapat

di level ketidaksadaran (unconscious) dibawa ke level kesadaran

(conscious). Ketika hal-hal yang telah ditekan di alam

ketidaksadaran dimunculkan kembali, maka masalah tersebut dapat

Page 46: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

56

diatasi secara lebih rasional dengan menggunakan berbagai metode

(Thompson, et.al., 2004).

2.3.3 Domain Konseling

Berdasarkan domain pengajaran, konseling dapat dibedakan menjadi

3 (tiga) domain yaitu:

2.3.3.1 Domain Kognitif

Untuk domain kognitif, proses konseling meliputi kegiatan

pendidikan untuk proses penyampaian, penyimpanan, dan

pemanggilan kembali memori dan informasi baru dari

konselor kepada konseli.

2.3.3.2 Domain Afektif

Untuk domain afektif, pengertian, pemahaman, dan

wawasan yang diperoleh dan dikmbangkan selama periode

konseling diharapkan dapat menimbulkan sikap yang dapat

mendukung kesehatan, meningkatkan koping konstruktif,

dan mempertahankan nilai-nilai serta harga diri positif.

2.3.3.3 Domain Psikomotor

Untuk domain psikomotor, konselor bertugas mendidik

konseli untuk mengembangkan keterampilan (skill) tertentu

sehingga sanggup melakukan perubahan fisik atau perilaku

bagi dirinya.

Page 47: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

57

2.3.4 Strategi dan Alat Bantu Konseling

Tabel 2.14 Strategi/Metode Koseling Yang Dapat Digunakan Strategi ciri

Penjelasan atau

deskripsi

Perawat mengajar dan mengontrol isi dan waktu

pembicaraan

Klien bersifat pasif

Umpan balik ditentukan oleh perawat

Peribahan kognitif

Dapat diberikan kepada individu atau kelompok

Diskusi perorangan Memungkinkan partisifasi aktif klien

Memungkinkan penguatan dan repetisi

Perubahan kognitif dan afektif

Dapat dilakukan pada individu

Menjawab pertanyaan Perawat mengontrol isi dan situasi pembelajaran

Perawat harus memahami pertanyaan dan manfaat

pertanyaan bagi klien

Perubahan kognitif

Dapat dilakukan pada individu atau kelompok

Demontrasi Sering digunakan untuk menerangkan

Tidak memungkinkan tindakan belajar dari klien

Perubahan psikomotor

Dapat dilakukan pada individu atau kelompok

Penemuan Perawat menciptakan situasi pemecahan masalah

Klien menjadi partisipan aktif, yang memungkinkan

retensi informasi menjadi kuat

Perubahan kognitif atau afektif

Dapat dilakukan pada individu atau kelompok

Diskusi kelompok Memungkinkan partisifasi aktif klien

Memungkinkan penguatan dan repetisi

Perubahan kognitig atau afektif

Dapat dlakukan pada individu atau kelompok

Praktik Sering digunakan untuk menerangkan

Memungkinkan tindakan belajar dari klien

Perubahan psikomotor

Dapat dilakukan pada individu atau kelompok

Bermain peran Memungkinkan ekspresi sikap, nilai dan emosi

Dapat membantu meningkatkan kemampuan

berkomunikasi

Melibatkan partisifasi aktif klien

Perawat harus mencptakan suasana aman, kretif, dan

suportif untuk mengurangi kecemasan

Perubahan afektif, kognitif

Dilakukan pada kelompok

Modeling Perawat memberikan sejumlah contoh sikap dan

keterampilan psikomotor

Perubahan afektif dan psikomotor

Dilakukan pada individu atau kelompok

Media audio visual Berbentuk buku, pamflet, film, dan program terinstruksi

Perawat tidak harus berada disisi klien saat proses belajar

Perubahan kognitif

Dilakukan pada individu

Sumber: Tamsuri, A (2008) Konseling Dalam Perawatan

Page 48: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

58

Strategi pada kegiatan konseling dapat salah satu atau kombinasi

berbagai strategi di atas. Semakin beragam metode dan media yang

digunakan, penerimaan terhadap informasi dan proses belajar

menjadi lebih efektif. Mungkin memerlukan keterlibatan

keluarga/tenaga kesehatan lain untuk mendukung keefektifan

konseling dan pencapaian tujuan. Keluarga dapat membantu dalam

proses pembelajaran selama konseling, memberi dukungan dalam

pengambilan keputusan dan tenaga bantuan untuk konseli dalam

mencapai tujuan.Keluarga juga berfungsi pendukung psikologis

klien, mengurangi kecemasan dan kesendirian.

Didalam proses konseling mungkin saja diperlukan alat bantu

pengajaran. Alat bantu yang digunakan, antara lain; kata-kata, tulisan

(leaflet, buklet, poster, lembar balik), rekaman radio, film, televisi,

pameran, kunjungan lapangan, demonstrasi, sandiwara, benda tiruan

maupun benda asli. Jenis alat bantu yang akan digunakan

disesuaikan dengan kemampuan (fasilitas), metode konseling,

ketersediaan waktu serta tenaga dan tujuan konseling. Manfaat alat

bantu dalam konseling adalah: meningkatkan minat dalam proses

konseling, meningkatkan efektivitas konseling, mengurangi

hambatan bahasa, dan membantu retensi bahasa.

2.3.5 Proses Konseling

2.3.5.1 Mendefinisikan Masalah Melalui Mendengar Aktif

Pada tahap ini konselor mendengarkan dengan aktif dalam

rangka membangun rapport dengan konseli. Postur tubuh

yang terbuka dan santa mengundang konseli untuk terbuka.

Pada tahap ini juga disepakati lamanya waktu konseling.

Ketika konseli telah terbuka untuk mendiskusikan

masalahnya dengan konselor, konselor perlu

memperhatikan tiga poin penting, yaitu:

Page 49: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

59

a. Masalah yang belum terpecahkan

b. Perasaan terhap masalah tersebut

c. Harapan-harapan terhadap apa yang harus konselor

lakukan untuk mengatasi masalah.

2.3.5.2 Mengklarifikasi Ekspektasi Konseli

Mendiskusikan kemungkinan pencapaian ekspektasi konseli

dalam konseling yang harus realistis dengan kondisi dirinya

dan lingkungan.

2.3.5.3 Mengeksplorasi hal-hal yang sudah dilakukan untuk

mengatasi masalah

Konselor mendiskusikan usaha-usaha yang telah dilakukan

konseli dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Dalam

hal ini konselor sebaiknya menggunakan pernyataan

(statement) daripada pertanyaan (quetions)untuk

menghindari suasana seperti mengintrogasi.

2.3.5.4 Mengeksplorasi hal-hal baru yang dapat dilakukan untuk

mengatasi masalah

Selanjutnya adalah sesi brainstorming dimana konselor

mendorong konseli untuk mengembangkan alternatif

penyelesaian masalah sebanyak-banyaknya, kemudian

menilai semua alternatif tersebut. Dalam buku teori dan

teknik konseling, Thampson dan poppen (1992)

merekomendasikan untuk menggunakan kertas untuk

membuat daftar alternatif penyelesaian masalah. Proses ini

sangat penting bagi konseli karena ia belajar untuk mencari

penyelesaian masalah secara mandiri.

Page 50: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

60

2.3.5.5 Membuat komitmen untuk mencoba alternatif kegiatan

yang dipilih untuk mengatasi masalah

Setelah konseli mempertimbangkan alternatif terbaik dan

yang paling sesuai dengan dirinya dan lingkungan, konselor

membangun komitmen konseli untuk melaksanakan

alternatif tersebut. Pada tahap ini mungkin akan terjadi

peneolakan dari konsseli untuk melakukan alternatif

pemecahan masalahnya. Untuk itu konselor mendiskusikan

alternatif penyelesaian masalah yang paling mudah

dilakukan terlebih dahulu.

2.3.5.6 Menutup Wawancara Konseling

Setelah konseli telah melaksanakan alternatif penyelesaian

masalah, konselor mendiskusikan dan mereview pencapaian

penyelesaian masalah. Kemudian bersama-sama membiuat

kesimpulan dan membuat rencana tindak lanjut konseling.

2.3.6 Assessment Dalam Konseling

Dalam proses konseling assessment sama dengan menilai.

Melakukan assessment terhadap masalah yang dialami klien

merupakan suatu hal yang penting. Diperlukan ketelitian konselor

dalam melakukan assessment karena kesalahan yang dilakukan dapat

memberikan dampak negatif pada klien. Waktu assessment bersifat

fleksibel, artinya tidak ada batas waktu yang kaku bagi konseor

dalam melakukannya.

Beberapa kendala seorang konselor yang menghambat proses

assessmant adalah: eksplorasi masalah belum mendalam,

alloanamnesis (informasi dari pihak lain) yang diperoleh tidak

mencukupi sehingga konselor harus mencari pihak lain lagi, konseli

Page 51: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

61

tidak menjalani proses konseling secara rutin, permasalahan konseli

adalah hal yang baru bagi konselor.

2.3.6.1 Tujuan Assessment

Assessment dapat berarti suatu upaya yang dilakukan

konselor untuk merumuskan data-data klien secara tepat,

juga sebagai upaya konselor menelaah secara mendalam apa

yang menyebabkan masalah muncul. Tujuan assessment

yaitu:

a. Memperlancar proses pengumpulan informasi,

b. Memungkinkan konselor membuat diagnosis yang tepat,

c. Mengembangkan rencana tindakan yang efektif,

d. Menentukan tepat atau tidaknya konseli menjalani

rencana tertentu,

e. Menyederhanakan pencapaian sasaran dan pengukuran

kemajuan,

f. Meningkatkan wawasan insight mengenai diri konseli,

g. Mampu menilai lingkungan,

h. Meningkatkan proses konseling dan diskusi yang lebih

terfokus dan relevan,

i. Mengindikasikan kemungkinan peristiwa tertentu akan

terjadi, misalnya: sukses dalam usaha okupasional atau

akademik,

j. Meningkatkan minat, kemampuan, dan dimensi

kepribadian,

k. Menghasilkan pilihan-pilihan,

l. Memfasilitasi perencanaan dan pembuatan keputusan.

2.3.6.2 Aspek-aspek Assessment

Aspek-aspek assessment dalam konseling menurut Hackney

dan Cormier (dikutip dari Lesmana, 2005) adalah:

Page 52: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

62

a. Intake interview riwayat hidup

Adalah wawancara yang dilakukan konselor terhadap

konseli atau orang terdekat yang dilakukan sebelum

proses konseling dimulai, yaitu:

1) Data identifikasi

Data formal konseli meliputi nama konseli, alamat

rumah, nomor telepon, umur, jenis kelamin, dan

status pernikahan. Dari identifikasi ini akan

diketahui bagaimana latar belakang kehidupan

ekonomi dan status sosialnya di masyarakat.

2) Riwayat pribadi

Informasi keseluruhan konseli dari masa lalu

sampai masa sekarang, meliputi:

a) Riwayat medis; penyakit tertentu yang

mengganggu aspek psikisnya atau memiliki

cacat fisik

b) Riwayat pendidikan; mulai dari konseli

mengikuti pendidikan sampai selesai

c) Riwayat pekerjaan; hubungan dengan rekan

kerja, kondisi tempat kerja secara umum, dan

berapa kali pindah kerja

d) Riwayat seksual dan pernikahan; Apakah

sudah berkeluarga? Bagaimana hubungan

dengan pasangan? Alasan menikah?

3) Tatanan kehidupan klien saat ini

Pertanyaan yang sering muncul dalam wawancara

adalah: bagaimana konseli menjalani hari-harinya?

Bagaimana kehidupan beragama konseli? Apa

Page 53: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

63

yang dilakukan konseli dihari santainya? Dimana

konseli sering menghabiskan waktunya?

4) Riwayat keluarga

Keluarga adalah orang-orang yang memiliki

hubungan dekat dengan konseli. Beberapa konseli

mempunyai permasalahan hubungannya dengan

keluarga. Yang perlu diketahui adalah: usia orang

tua, kepribadian orang tua, hubungan ayah dan ibu,

peran orang tua dalam keluarga, hubungan konseli

dengan saudara-saudaranya, dan deskripsi

kehidupan keluarga.

5) Penyampaian masalah oleh konseli

Merupakan hal terakhir sekaligus hal pokok yang

diungkap dalam intake interview oleh konseli

dalam penyampaian masalah. Walau kurang jelas,

seringkali konselor dapat menangkap inti masalah

konseli. Yang diperoleh disini adalah: bagaimana

konseli menyikapi masalah, sejauh mana masalah

mengganggu aktifitas, intensitas kemunculan

masalah, sejak kapan dan berapa lama masalah

dirasakan, proses berkembangnya masalah, dan apa

yang membuat konseli bersedia menjalani

konseling.

6) Observasi oleh konselor

Adalah pengamatan terhadap diri konseli

berdasarkan fisik yang terlihat dari luar. Lesmana

(2005) menyebutkan bahwa hal-hal yang perlu

diobservasi dari konseli adalah: penampiln fisik,

Page 54: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

64

pakaian, sikap tubuh, ekspresi wajah, kualitas

suara, cara menjawab, jarak duduk, dan pasivitas.

Melalui observasi konselor memperoleh tentang

kualitas diri konseli seperti: bagaimana

perbendaharaan kata konseli? Bagaimana

kemempuan abstraksi konseli? Bagaimana alur

pikirnya? Apakah konseli berpikir secara realistis?

Bagaimana dengan keseimbangan pembicaraan?

b. Definisi masalah

Definisi masalah bukanlah apa yang disampaikan

konseli pada saat inteke interview, tetapi masalah-

masalah yang diungkapkan konseli setelah konselor

melakukan eksplorasi. Konselor harus benar-benar jeli

menangkap pesan masalah sebenarnya dari konseli,

bukan apa yang konseli nyatakan ketika diwawancara.

Apabila gagal memaknai keluhan konseli dari sudut

pandang konseli sendiri, maka konselor akan menemui

hambatan dalam mencari alternatif dan startegi yang

digunakan dalam proses konseling.

Beberapa hal yang harus diperhatikan konselor jika

mengeksplorasi masalah konseli yaitu:

1) Unsur masalah konselor

Unsur masalah konseli dapat berasal dari pikiran,

perasaan, tingkah laku, keluhan fisik, dan

hubungan interpersonal

2) Pola peristiwa; misalnya:

a) Kapan masalah terjadi? Dimana dan dengan

siapa?

Page 55: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

65

b) Apa yang terjadi sebelum masalah muncul?

c) Apa yang terjadi saat masalah muncul?

d) Apa yang terjadi setelah masalah muncul?

e) Apa yang membuat masalah membaik dan

menghilang?

f) Apa yang membuat masalah menjadi semakin

memburuk?

3) Lamanya masalah; adalah:

a) Sudah berapa lama masalah ini terjadi?

b) Seberapa sering masalah ini terjadi?

c) Berapa lama jangka waktu penyelesaiannya

jika masalah ini terjadi?

4) Keterampilan konseli menangani masalahnya

Yang perlu dieksplorasi adalah:

a) Bagaimana cara klien menanggulangi

masalahnya selama ini?

b) Apakah konseli pernah berhasil mengatasi

masalahnya?

c) Kekuatan dan dukungan apa saja yang

membantu konseli menghadapi masalahnya?

d) Bagaimana pandangan konseli terhadap

lingkungan sekitarnya?

e) Apakah konseli menggunakan nilai-nilai agama

untuk menyelesaikan masalahnya?

2.3.6.3 Efek Assessment

a. Efek positif assessment adalah:

1) Konseli merasa konselor memahami masalahnya

2) Menimbulkan perasaan lega pada diri konseli

Page 56: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

66

3) Konseli merasa memiliki pengharapan

4) Konseli termotivasi melakukan perubahan yang

diperlukan

b. Efek negatif assessment adalah:

1) Timbulnya kecemasan dalam diri konseli

2) Konseli merasa terintrogasi

3) Konseli merasa dievaluasi dan bertanya-tanya

bagaimana sebenarnya keadaan dirinya. Aspakah dia

bodoh, gila, atau adakah hal yang salah pada dirinya

Apapun konsekuensinya, baik positif maupun negatif,

assessment wajib dilakukan. Jangan karena konselor takut

konseli akan bertambah tertekan karena assessment yang

dilakukan, konselor meniadakan assessment. Hal ini akan

mengganggu keefektifan sebuah proses konseling.

Page 57: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen .... BAB II.pdfpemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan), yang dikenal sebagai “MTBS berbasis Masyarakat.” (Wijaya,

67

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini disusun berdasarkan landasan teori dan

dihubungkan dengan fenomena yang menjadi fokus penelitian. Kerangka

konsep memuat tentang variabel yang diteliti. Variabel adalah karakteristik

yang diamati mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari

suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya

(Setiadi, 2007). Kerangka konsep menjelaskan tentang variabel-variabel

yang dapat diukur dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

= variabel yang di ukur

= variabel yang tidak diukur

2.5 Hipotesis Penelitian

Menurut Nursalam (2013) hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan

masalah atau pertanyaan penelitian. Adapun hipotesis yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Ada pengaruh Konseling MTBS diare terhadap tatalakasana perawatan

oleh ibu pada balita di Puskesmas Tampang Tumbang Anjir Kabupaten

Gunung Mas.

Pengertian MTBS

Tujuan MTBS

Alur pendekatan MTBS

Proses Manajemen Kasus

Variabel Indivendent

Konseling MTBS

Variabel Dependent

Terlaksana perawatan balita diare

oleh ibu di rumah tangga

Prosedur terlaksana diare 1. Menilai derajat dehidrasi 2. Menentukan rencana

pengobatan diare

Prisif tatalaksana diare : 1. Mencegah terjadinya dehidrasi 2. Mengobati dehidrasi 3. Mempercepat kesembuhan 4. Memberi makan 5. Mengobati masalah lain

Konseling dalam MTBS