Upload
phamphuc
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Standard Pengukuran Software Engineering
2.1.1. Pengukuran
Ada pepatah mengatakan: “Man is the measure of all things” (Protagoras 489
BC). Segala aktivitas yang bertujuan untuk pencapaian kualitas terbaik memiliki
bagian yang disebut dengan pengukuran. (Khelifi, Abran, & Buglione, A System
of References for Software Measurement with ISO 19761 (COSMIC), 2004)
Dalam dunia Software Engineering, salah satu aktivitas yang paling menarik
dan menantang dalam proses pengembangan software (software development)
adalah perihal estimasi project software yang efektif (Afsharian, Giacomobono, &
Inverardi, 2008). Hal tersebut meliputi besaran nilai efektifitas, presisi, dan
akurasi dari estimasi kualitas suatu project software.
Pengukuran bernilai efektif, akurat, dan bernilai presisi yang tinggi menjadi
penting. Salah satu penyebabnya adalah adanya hubungan dengan proses produksi
software dimana kontrol dan manajemen kualitas produk sangat bergantung pada
pengukurannya. Selain itu, untuk setiap pengembangan software dibutuhkan suatu
pengukuran yang sedemikian rupa supaya adanya kepastian dalam kontrol kualitas
software (Ormandjieva, 2002).
Akurasi yang ada dapat menjelaskan perihal ketelitian nilai terhadap nilai
aslinya. Sedangkan, presisi berbicara mengenai nilai ketepatan suatu pengukuran.
Keduanya ini merupakan atribut penting dalam pengukuran (Marín, Condori-
Fernández, & Pastor, Towards a Method for Evaluating the Precision of Software
Measures, 2007).
5
Jadi, untuk mendapatkan nilai efektifitas, akurasi, dan presisi dari estimasi
yang tinggi. Maka, langkah penyelesaian masalah yang mungkin dilakukan adalah
menggunakan suatu standard pengukuran yaitu pengukuran berstandard
internasional. Standard internasional yang umum digunakan pada pengukuran
yaitu basis ISO.
2.1.2. Line of Code
Pada awal pengukuran software, mayoritas software engineer
mengasosiasikan ukuran dari software dengan line of code. Hal ini menjadi
permasalahan jika digunakan sebagai standard estimasi suatu kualitas software
yang efektif, akurat, dan berpresisi tinggi.
Masalah ini dapat timbul karena ukuran baris dari suatu kode sangat
bergantung pada bahasa yang digunakan. Suatu kode C++ mungkin hanya
membutuhkan 4 baris untuk mencetak suatu data. Namun, untuk penggunaan
COBOL dapat mencapai 17 baris.
Gambar 2.1 Source Line of Code
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Source_lines_of_code
6
Hal tersebut dapat mengakibatkan tidak konsistennya penentuan kualitas pada
software. Sehingga, Line of Cache bisa dikatakan tetap berguna untuk menentukan
seberapa besar memori yang dibutuhkan agar suatu kode dapat disimpan. Namun,
karena tidak adanya konsistensi, maka estimasi kualitas menggunakan Line of
Code menjadi kurang reliable.
2.1.3. Function Point
Pendekatan Function Point sudah dipakai secara meluas terutama dalam
bidang Manajemen Sistem Informasi. Dikatakan bahwa pendekatan ini lebih baik
jika dibandingkan dengan pendekatan berbasis jumlah baris (Line of Code) (Abran
& Robillard, 1994).
Function point mempunyai keterbatasan-keterbatasan seperti subjectivitas dari
faktor teknologi. Salah satunya dari faktor penyesuaian yang tidak dapat
meningkatkan akurasi (Abran & Robillard, 1994).
2.1.4. Function Size
Functional size sekarang menjadi bagian dari kerangka project definition.
Proyek yang ada saat ini mengandung functional size dalam setiap
perencanaannya. Fungsinya adalah untuk menjadi perbandingan antara proyek
saat ini dan estimasi proyek kedepannya demi kebutuhan laporan (report). (Trudel
& Tardif, 2006)
Function size measurement (FSM), memiliki peranan penting dalam
management proyek software (Nagano, Mase, Watanabe, Watahiki, & Nishiyama,
2001). Fungsinya adalah untuk memonitor progress dan performa, menentukan
nilai produktifitas secara keseluruhan, perencanaan yang lebih baik dan kepastian
7
untuk mendapatkan pengukuran yang berkualitas tinggi (Abrahao, Poels, &
Pastor, 2005).
2.1.5. CFP (COSMIC Function Point) – ISO 19761
Metodologi FSM generasi kedua yang dikembangkan oleh Common Software
Measurement International Consorstium (COSMIC) yang masuk dalam standard
ISO (10761) EIC-2009 dirancang untuk mengukur functional size dari sistem
informasi manajemen, software realtime and sistem multi-layer (Abran &
Robillard, 1994).
Penggukuran CFP tersebut menggunakan model metrik Standard Etalon
merupakan metode yang diperlukan untuk mengetahui ukuran dari suatu software
berdasarkan pada Functional User Requirement (FUR). Penggukuran
menggunakan COSMIC function point menjadi penting dan lebih baik jika
dibandingkan dengan menggunakan line of code ataupun function point biasa
karena terdapat standard internasional yang dipakai secara luas. Standard
internasional tersebut juga menjadi kuat karena dibentuk berdasarkan consorsium
yaitu Common Software Measurement International Consortium (COSMIC)
pada tahun 2003.
Cosmic-FFP fokus pada pandangan user (user view) pada setiap kebutuhan
fungsional dan daur hidup pengembangannya (development life cycle). Sehingga,
pengukuran COSMIC-FFP mempunyai metode yang berbeda dalam tujuan dan
ruang lingkup jika sudut pandang pengukuran yang berbeda. Jadi, ukurannya juga
dapat berbeda bergantung sudut pandang pengukurannya (Abran & Robillard,
1994).
8
Keterangan: Cfsu: Cosmic Functional Size Unit
Gambar 2.2 General Procedure for Measuring Software Size with the COSMIC-FFP Method
Sumber: ISO 19761 (Abran & Robillard, 1994)
2.2. Kualitas Software
2.2.1. Definisi Kualitas Software
Berdasarkan Kualitas software adalah: ”Totalitas fitur dan karakteristik dari
produk atau servis untuk pencapaian kepuasan dan kebutuhan yang langsung”.
Kualitas software dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori:
1. Internal Quality (proses, proyek, produk, ataupun sumber daya ).
2. External Quality (bagaimana relasi proses, project, produk dan resources
terhadap lingkungannya). (Fenton & Pfleeger, Software Metrics: A Rigorous
and Practical Apporach, 2008)
9
2.2.2. Pengukuran dan Kualitas Software
Kualitas software adalah: ”Totalitas fitur dan karakteristik dari produk atau
servis untuk pencapaian kepuasan dan kebutuhan yang langsung”. Hal ini berarti,
kualitas menjadi penting karena berpengaruh.
Kualitas dalam software engineering dapat dihubungkan dengan fungsional,
maintainability dan usability dari suatu proyek software.
Untuk menentukan suatu kualitas dibutuhkan pengukuran. Pengukuran inilah
yang bertanggung jawab terhadap formula perhitungan dan estimasi kualitas
software.
2.2.3. Software Reliability
Software reliability adalah peluang untuk sebuah operasi software untuk
mendapatkan kondisi failure-free untuk periode waktu yang untuk kondisi
lingkungan yang spesifik. Reliability diukur dengan skala 0 sampai 1. Sebuah
sistem dikatakan reliable jika mendekati 1 dan tidak reliable jika mendekati 0.
(Engineer, 1991).
2.3. Validasi dan Verifikasi Model
2.3.1. Validasi Model
Untuk menguji apakah model yang dibuat telah reliable untuk dapat
digunakan di lapangan maka dibutuhkan validasi model. Validasi penting untuk
memastikan apakah model akurat untuk menjadi representasi yang berarti dari
sistem nyata (Hoover, Stewart, Perry, & Ronald, 1989). Dengan adanya validasi
model maka model dapat dipastikan kebenarannya.
10
Prosedur validasi setiap model berbeda-beda dan sangat bergantung pada
sistem dan Lingkungannya. Jika data sedikit tersedia dan sistem nyata sedang
dipertimbangkan maka metode Delphi yang digunakan. Sedangkan, jika ukuran
kinerja sistem nyata cukup tersedia maka uji statistik umum yang digunakan.
Metode Delphi adalah metode dimana sekelompok ahli terpilih untuk secara
konsensus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Dapat berupa
pengisian kuesioner, interview ataupun keterlibatan langsung oleh para pakar.
Delphi atau (Expert Judgment Consensus) biasanya terdiri dari user dan manajer
proyek (khususnya dalam lingkungan sistem).
Validasi yang digunakan pada penelitian ini adalah validasi pada teori
Theoretical Validity atau dapat juga disebut dengan Internal Validation (Fenton &
Pfleeger, Software Metrics: A Rigorous and, 1997) atau validasi yang dirancang
untuk mengukur metode yang digunakan (Jacquet & Abran, 1998).
Validasi teori digunakan untuk mengukur apakah teori tersebut layak untuk
digunakan dalam studi empirical.
Selain itu, validasi teori juga digunakan untuk memperkuat kepastian yang
digunakan untuk membantu proses evaluasi validitas internal yang digunakan
pada studi empirical.
2.3.2. Verifikasi Model
Verifikasi model adalah proses pemeriksaan untuk memastikan apakah logika
operasional model sesuai dengan logika flow chart (diagram alur). Bisa dikatakan
pencarian bug atau kesalahan pada program yang ada (debugging process)
(Hoover, Stewart, Perry, & Ronald, 1989).
Proses verifikasi dilakukan pada setiap model yang dipilih dan dianggap
penting dan tidak terbatas pula sampai dengan keseluruhan program. Proses ini
11
untuk memastikan apakah kualitas program yang ada telah sesuai dengan yang
diinginkan (software berjalan dengan baik dan benar).
Verifikasi dilakukan dengan menjalankan skenario jalannya program pada
setiap modul. Jika ditemukan kesalahan, maka akan terjadilah verification cycle.
Ataupun siklus verifikasi.
Hasil verifikasi itu akan terus diperiksa sampai pada suatu saat dilakukan
penyatuan atau integrasi untuk membentuk suatu sistem. Dimana, pada akhirnya
sistem tersebut juga akan diversifikasi apakah program tersebut telah menjadi
sistem yang tepat dan akurat.
Dengan proses ter-standardisasi tersebut, dimana verifikasi adalah salah satu
tahapan pentingnya, maka tujuan penelitian ini dapat tercapai dan manfaatnya
dapat dirasakan oleh peneliti, manajer proyek, dan pengguna software yang
bersangkutan.
2.4. Perbandingan antara pengukuran biasa dan Standard Etalon
Pengukuran adalah salah satu konsep kontribusi penting dalam berbagai ilmu.
Setiap dokumen yang ada dari masa ke masa selalu memiliki pengukuran. Untuk
menjadikannya sesuai untuk semua negara dan setiap waktu maka dibutuhkan
suatu standard. Misalnya standard untuk berat adalah kilogram (secara
international) (Khelifi, Abran, & Buglione, A System of References for Software
Measurement with ISO 19761 (COSMIC), 2004).
12
Tabel 2.1 Conservative dan Standar Etalon Sumber: Software Metrics and Software Metrology
Di antara semua standard yang ada, dan sejenis dibawah ini:
1. ISO 19761: COSMIC
2. ISO 20926: Unadjusted Function Points
3. ISO 20968: Mk II
4. ISO 24570: NESMA
5. ISO 29881: FISMA
Dari kelima standard internasional yang telah disebutkan, hanya COSMIC yang
secara spesifik menentukan dan mendokumentasikan konsep dari unit pengukuran untuk
ukuran besaran (size) (Abran A. , 2010).
2.5. E-Learning Encourage
2.5.1. Definisi E-Learning
E-Learning adalah teknologi yang dibentuk atau diciptakan menggunakan
komponen-komponen pengajaran dan dapat berbentuk audio, videotapes,
teleconferencing, sattelite information dengan ataupun tanpa melalui jaringan.
(Tavangarian, 2004)
Disisi lain, E-learning merupakan perangkat pembelajaran berbentuk aplikasi
atau web yang berguna untuk membangun digital learning dimana isi dari
Source: Conservative Measurement Target Result: Standard Etalon Traceability International (Measurement) Standard Calibration National StandardReference Material (RM) Primary Standard Certified Reference Material (CRM) Secondary Standard Reference Standard Working Standard Transfer Standard Travelling Standard
13
pembelajaran dapat dikirmkan via internet dalam bentuk media seperti: text,
image, animation, streaming video, dan streaming audio (pengertian umum).
2.5.2. Ulasan Masalah
Perkembangan E-Learning ternyata tidak sebaik yang diharapkan pada
awalnya. Sistem E-Learning yang ada ternyata tidak memberikan hasil yang
menggembirakan.
Dari sebuah studi tahun 2000 yang dilakukan oleh Forrester Group kepada 40
perusahaan besar ditemukan bahwa lebih dari 68% pekerja menolak untuk
mengikuti pelatihan atau kursus yang menggunakan konsep E-Learning. Ketika E-
Learning itu diwajibkan kepada mereka, 30% menolak untuk mengikutinya.
Sedangkan, studi lain mengindikasikan bahwa dari orang-orang yang mendaftar
untuk mengikuti E-Learning, 50%-80% tidak pernah menyelesaikannya sampai
akhir. (Renaldy Suteja, Guritno, Wardoyo, & Ashari, 2010)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa E-Learning dalam penerapannya selama ini
adalah sesuatu yang secara teori sangat menarik, tetapi dalam praktiknya sulit
dilakukan.
2.6. Related Study Pengukuran metrik menggunakan standard etalon sudah diproposalkan sejak
awal tahun 90 an. Perkembangan demi perkembangan telah dilakukan demi
pencapaian tujuan peningkatan kualitas dari suatu software.
Jika diberikan set dari metric objek oriented, maka ada tiga reuse perspective
yang dapat digunakan pada: ISO 19761: Cosmic, ISO 20926: Unadjusted
Function Point, ISO 20968: Mk II, ISO 24570: NESMA, ISO 29881: FISMA.
(Abran A. , 2010)
14
:
Gambar 2.3 A Methodology to Design a Software Measurement Standard Etalon
15
Selain fakta related study di atas, Standard Etalon for Cosmic juga telah digunakan oleh berbagai negara dalam berbagai sektor industry
diantaranya:
Tabel 2.2 Country List
Country/Organization Industry Sector Belgium
European Commission, the Taxation and Customs Union Directorate Government Siemens IT Solutions & Services Software House Canada National Bank of Canada Banking CGI Software House Desjardins Sécurité Financière Insurance National Defence Department Defence CRIM Montreal Research Center Pyxis Technologies Software House China FOXCONN Group MIS Software supplier MITAC (Shanghai) Research and Development Center. Software R&D Zhong Chuang Software Outsourcing Denmark Systematic A/S Software house Finland
16
Country/Organization Industry Sector Nokia‐Siemens Telecommunications France ATOS‐Origin Software House Renault France Embedded Software Germany Eurocopter (part of EADS) Avionics Greece Intrasoft International Software House India AmitySoft Software House Cap Gemini India Software House Cognizant Technologies Software House Computer Sciences Corp India Software House Logica India Software House Nomura India Banking Philips Bangalore Embedded Software Italy CSI Piemonte Government InfoCamere Government Tecnologie nelle Reti e nei Sistemi Software House Japan Fujitsu Electronics
17
Country/Organization Industry Sector
OGIS‐RI System development & operations
NTT East (Nippon Telegraph & Telephone East) Telecommunications Mexico Avantare Software House Springere Software House United Kingdom ATOS Origin (UK) Software House HM Revenue & Customs SD&D Government United States of America
Several trials underway Financial services
(Last updated January 2010)
18
2.7. Related Research Questionaire
[Kuisioner ini untuk memperkuat landasan teori penggunaan
standard etalon yang mendunia]. Untuk memperoleh data bagi
penelitian digunakan kuisioner yang telah disebarkan pada bulan May
2010 (Spin Italy Workshop) oleh Luigi Buglione, Ph.D dan bulan April
2012 melalui sarana kuisioner online (Buglione, 2012). Kuisioner
disebarkan kepada para pengguna ahli Standard Etalon for COSMIC dan
Non-Cosmic. Dikarenakan oleh sifat ISO yang bersifat internasional maka
kuisinoner yang digunakan juga disebarkan secara internasional
menggunakan Google Doc untuk data pengukuran kualitatif, dan
menggunakan www.eng.it (expert dalam dunia software engineering Italia)
untuk data pengukuran kuantitatif.
Hasil kuisioner ini juga sudah melebihi standard sample yaitu
minimum 300 kuisioner. Dimana berarti telah sesuai dengan metode
Slovin. Data kuisioner ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. 1000 klien IT
2. 6300 IT Specialist
3. Penghasilan 730M/ Euro Revenues
19
Gambar 2.4 Grafik Profil Responden Kuisioner berdasarkan Bidang Ilmu
Sumber: Data Kuisioner www.eng.it
Dari seluruh kuisioner yang telah disebar yaitu sebanyak 1000
clients ICT Players didapatkan data yang dimasukan dalam tabel berikut
ini:
Tabel 2.3 Perbandingan Profil Responden Berdasarkan Bidang Ilmu
Pekerjaan Jumlah
Public Administration 366 (36.6 %)
Finance 285 (28.5 %)
Industry 223 (22.3 %)
20
Pekerjaan Jumlah
TIC 126 (12.6 %)
Total: 1000 clients (100 %)
Dari 1000 clients IT yang ada, diteliti berdasarkan pada bidang
ilmu ditemukan sebanyak 366 ahli IT menggunakan standard ISO di
Public Administration, 285 pada Finance, 223 ahli pada bidang Industri,
dan 126 ahli IT pada TIc.
Pada data kuantitatif di atas dapat diambil hipotesis yaitu
penggunaan standard COSMIC pada dunia IT masih dapat digolongkan
kecil hanya 12.6%. Saat ini, standardisasi tertinggi masih digunakan pada
bagian Public Administration.
Rendahnya penggunaan standard ISO pada dunia IT murni 12.6 %
merupakan hal yang menjadi sebuah pertanda bahwa standardisasi pada
Software Engineering berbasis IT masih kurang. Hal ini sangat
mengagetkan mengingat semua produk Finance, Industri, bahkan
pendidikan sudah mulai diarahkan berbasis Software IT. Akankah ini
dapat menurunkan standard kualitas dari produk Finance, Industri, dan
pendidikan?
21
Untuk lebih mendapatkan data yang lebih akurat, dilakukan
spesifikasi yang lebih dalam terhadap kuisioner yang ada. Spesifikasi pada
standard ISO berbasis IT Software:
Gambar 2.5 Grafik Responden IT berdasarkan Divisi
Sumber: Data Kuisioner www.eng.it
Jika data yang ada ditabelkan maka akan terbentuk table berikut ini yang
menjelaskan perbandingan responden IT berdasarkan pada divisinya (bagaimana
bidang ilmu yang dikerjakannya sekarang).
Tabel 2.4 Perbandingan Responden IT berdasarkan Divisinnya
Software Solution
11.1% (14
clients)
Outsourcing 29.8% (38
22
clients)
System Integration
and Consultation
59.1% (74
clients)
Total 126 clients
Dari data kuantitatif tersebut dapat ditemukan bahwa, penyedia software
solution yang menggunakan standard ISO masih sangat rendah yaitu 11.1%
hanya 14 client. Artinya, IT yang ada yang terstandardisasi masih terbatas pada IT
Outsource dan IT System Integration and Consultation. Hipotesis sementara
menunjukan bahwa kualitas pembuatan software (software solution) masih dapat
dikatakan kurang.
Untuk melihatnya secara lebih kompherensif, maka disajikan data hasil
analisis. Data tersebut kemudian dibentuk dalam cross-table sehingga
memudahkan untuk melakukan analisis statistik dan penarikan data untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif.
Berikut ini gambaran responden dalam bentuk cross-table yang berisi data
gabungan dari kuisioner yang ada:
23
Gambar 2.6 Grafik Lengkap Demografi Responden Kuisioner
Sumber: Data Kuisioner www.eng.it
Dari segi penelitian data kualitatif, berdasarkan pertanyaan yang diajukan
oleh www.eng.it. Berikut ini adalah gambaran rangkuman kuisioner secara
kualitatif bagaimana kualitas software saat ini yang tanpa standardisasi yang jelas
dipandang di mata customer dan di mata pembuat software (engineer), project
leader/manager, sales executive, documentation, dan helpdesk.
24
Gambar 2.7 Grafik Gambaran Responden terhadap Kualitas Software
Harapan hasil kuisioner adalah:
Gambar 2.8 Grafik Harapan Respon terhadap Kualitas
25
Pada gambaran kuisioner ini didapatkan kesimpulan bahwa tidak
adanya standardisasi mampu mengakibatkan kekacauan yang fatal
dalam kualitas software yang diharapkan customer.
Terlihat pada gambar, bahwa pada kualitas software terdapat
perbedaan antara estimasi yang diharapkan customer dan apa yang
diberikan oleh IT Solution. Hipotesis sementara yang dapat ditarik
adalah, dibutuhkan suatu pengukuran standardisasi estimasi kualitas
software yang jelas.