Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Definisi
Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar glukosadalam darah
meningkat). Penyakit ini sendiri sering disebut sebagaithe great imitator ,
karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuhdan menimbulkan
berbagai macam keluhan (Sherwood, 2011)
Diabetes Mellitus adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang
mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut
Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015)
Ketidakmampuan untuk memproduksi insulin atau menggunakannya
secara efektif menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat
(hiperglikemia). Kondisi ini dalam jangka panjang bisa merusakkan tubuh dan
menyebabkan kegagalan organ dan jaringan (IDF, 2013)
Penyakit ini bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di
seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi, usia, prevalensi
obesitas dan penurunan aktivitas fisik. Akibatnya, jumlah penderita akan
menjadi dua kali lipat pada dekade berikutnya sehingga akan menambah beban
harga pelayanan di bidang kesehatan terutama di negara berkembang.(Olokoba
AB,dkk. 2012)
2.1.2 Klasifikasi Penyakit Diabetes Melitus
American Diabetes Assocition (ADA, 2012) memberikan klasifikasi
Diabetes Melitus yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus tipe 1 merupakan kondisi autoimun sel-sel beta
pulau Langerhans sehingga timbul defisiensi insulin. Individu yang
memiliki kecenderungan penyakit ini tampaknya menerima faktor pemicu
dari lingkungan. Sebagai contoh faktor pencetus antara lain infeksi virus
seperti gondongan (mumps), rubella, dan sitomegalovirus (CMV) kronis.
Pajanan terhadap obat atau toksin tertentu juga diduga dapat memicu
serangan autoimun ini. Karena proses penyakit DM tipe 1 terjadi dalam
beberapa tahun, seringkali tidak ada faktor pencetus yang pasti. Pada saat
diagnosis DM tipe 1 ditegakkan, ditemukan antibodi terhadap sel pulau
Langerhans pada sebagian pasien.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan bentuk Diabetes Melitus yang
lebih ringan, terutama terjadi pada orang dewasa. Sirkulasi insulin
endogen sering dalam keadaan tidak normal atau secara relatif tidak
mencukupi. Obesitas pada umumnya penyebab gangguan kerja insulin,
merupakan faktor resiko yang biasa terjadi pada DM tipe 2 bertubuh
gemuk. Selain terjadi penurunan kepekaan jaringan terhadap insulin, juga
terjadi defisiensi respons sel β-pankreas terhadap glukosa.
Gejala DM tipe 2 mirip dengan DM tipe 1, hanya dengan gejala yang
samar. Gejala bisa diketahui setelah beberapa tahun, kadang-kadang
komplikasi dapat terjadi. Tipe DM ini umumnya terjadi pada anak anak
yang obesitas.
c. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
DM ini terjadi karena kenaikan kadar gula darah saat kehamilan.
Wanita hamil yang belum pernah mengalami DM sebelumnya namun
memiliki kadar gula darah yang tinggi ketika hamil dikatakan menderita
DM Gestasional (DMG). DMG biasanya terdeteksi pertama kali pada
kehamilan trimester II atau III (setelah usia kehamilan 3 atau 6 bulan) dan
umumnya akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. DMG terjadi
pada 3,5% wanita hamil. Mekanisme DMG belum diketahui secara pasti.
Namun besar kemungkinan terjadi akibat hambatan kerja insulin oleh
hormon plasenta sehingga terjadi resistensi insulin.
Resistensi insulin ini membuat tubuh bekerja keras untuk
mengahasilkan insulin sebanyak 3 kali dari normal. DMG terjadi ketika
tubuh tidak dapat membuat dan menghasilkan seluruh insulin yang
digunakan selama kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak dihantarkan ke
jaringan untuk diubah menjadi energi, sehingga glukosa meningkat dalam
darah yang disebut dengan hiperglikemi.
d. Pra-Diabetes
Pra-Diabetes merupakan DM yang terjadi sebelum berkembang
menjadi DM tipe 2. Penyakit ini ditandai dengan naiknya KGD melebihi
normal tetapi belum cukup tinggi untuk dikatakan DM.
2.1.3 Faktor Pemicu Diabetes Melitus
Menurut Hasdianah (2012) diabetes melitus atau lebih dikenal dengan
istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa faktor pemicu penyakit
tersebut, antara lain :
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus.
Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam
darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sembilan dari
sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes melitus.
3. Faktor genetis
Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita diabetes melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan
radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi
pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk
proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi
pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
dislipedemia dapat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus.
6. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes
melitus. Jika orang malas berolahraga memiliki resiko lebih tinggi untuk
terkena penyakit diabetes melitus karena olahraga berfungsi untuk
membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun
di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes melitus selain
disfungsi pankreas
7. Kadar kortikosteroid yang tinggi
8. Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan.
9. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
2.1.4 Faktor Resiko Diabetes Melitus
Menurut Yuniati,dkk (2015) terdapat beberapa faktor risiko untuk diabetes
melitus, terutama untuk DM Tipe 2, Faktor risiko DM dibagi dua yaitu:
a. Faktor tidak dapat dimodifikasi:
1. Umur
Manusia mengalami penururnan fisiologis setelah umur 40 tahun,
dimana usia ini rawan terkena DM. Semakin bertambahnya umur, maka
resiko menderita DM tipe 2 akan meningkat.
2. Jenis Kelamin
Sebenarnya belum ada kejelasan mengenai mekanisme yang
menghubungkan jenis kelamin dengan DM tipe 2.
3. Bangsa dan etnik
Berdasarkan penelitian terdapat hubungan yang nyata antara etnik
di suatu negara dan bangsa dengan kejadian DM tipe 2.
4. Faktor keturunan
Diabetes Mellitus cenderung diturunkan, bukan ditularkan.
5. Riwayat menderita Diabetes Gestasional
Biasanya ibu hamil yang menderita diabetes gestasional akan lebih
berpotensi menderita diabetes mellitus nantinya.
6. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gr.
b. Faktor yang dapat dimodifikasi :
1. Obesitas
Semakin banyak jaringan lemak tubuh, maka tubuh semakin
resisten terhadap kerja insulin.Lemak dapat memblokir kerjainsulin
sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk
dalam pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa
darah. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya DM tipe 2 dimana
sekitar 80-90% penderita mengalami obesitas.
2. Aktivitas fisik yang kurang
Prevalensi Diabetes Melitus mencapai 2 - 4 kali lipat terjadipada
individu yang kurang aktif.
3. Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan resistensi insulin dan merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya Diabetes Melitus.
4. Stress
Kondisi stress cenderung karena paparan radikal bebas dalam
tubuh. Radikal bebas sendiri menyerang sel tubuh dan dapat memicu
kegagalan fungsi sel.
5. Pola makan
Asupan karbohidrat, protein, lemak dan energi yang berlebihan
merupakan faktor risiko pertama yang diketahui menyebabkan DM tipe
2. (Yustini, 2013)
6. Penyakit pada pankreas
Penyakit yang menyerang pankreas seperti: pankreatitis,
neoplasma, fibrosis kistik.
7. Alkohol
Alkohol dapat menyebabkan pankreatitis. Penyakit tersebut dapat
menimbulkan gangguan produksi insulin yang akhirnya dapat
menyebabkan Diabetes Mellitus
2.1.5 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Berikut adalah tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus Tipe 2:
a. Tanda Diabetes Melitus
Menurut PERKENI (2011), tanda penyakit DM dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel : 2.1 tanda penyakit diabetes mellitus
Parameter Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar gula darah acak
(mg/dL)
< 100 100-200 ≥ 200
Kadar gula darah puasa
(mg/dL)
< 100 100-125 ≥ 126
Kadar gula darah 2 jam
pasca beban glukosa 75 g
< 140 140-200 ≥ 200
Menurut Prasetyo (2013), ada beberapa tanda yang umumnya
tampak pada penderita DM tipe 2 yaitu:
1. Peningkatan kadar gula dalam tubuh. Sehingga urin penderita
mengandung gula
2. Poliuria, atau yang sering disebut keadaan dimana jumlah urin yang
dikeluarkan lebih banyak
3. Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
4. Proses penyembuhan yang relatif lama jika terdapat luka
5. Kondisi kadar gula darah yang menurun drastis menyebabkan
seseorang tidak sadarkan diri bahkan memungkinkan terjadinya
koma.
b. Gejala Diabetes Melitus
Menurut Restyana (2015) Gejala DM dibedakan menjadi akut dan
kronik.
Gejala akut DM yaitu :
- Poliphagia (banyak makan)
- Polidipsia (banyak minum)
- Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari)
- Nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-
10 kg dalam waktu 2-4 minggu)
- Serta mudah lelah.
Gejala kronik DM yaitu :
- Kesemutan
- Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
- Rasa kebas di kulit
- Kram
- Kelelahan
- Mudah mengantuk
- Pandangan mulai kabur
- Gigi mudah goyah dan mudah lepas
- Kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi
impotensi
- Pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
2.2 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Menurut Konsensus PRKENI (2011) berikut adalah 4 pilar
penatalaksanaan Diabetes Melitus:
2.2.1 Edukasi
DM umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang DM memerlukan
partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi
pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan
perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah
mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus
diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan
secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
2.2.2 Diet
Pola makan memegang peranan penting bagi penderita DM seseorang
yang tidak bisa mengatur pola makan dengan pengaturan 3J (jadwal, jenis dan
jumlah) maka hal ini akan menyebabkan penderita mengalami peningkatan
kadar gula darah (Suiraoka, 2012).
Menurut PERKENI (2011) Standar yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-
25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan status gizi, dihitung dengan
BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks
(BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita
diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamindan
mineral)
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya
denganmengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal
melaluicara-cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar glukosa darah meningkat
Terapi diet untuk penderita Diabetes Melitus adalah sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus adalah :
• Jangka pendek: hilangnya keluhan dan tanda Diabetes Mellitus,
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian
glukosa darah.
• Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas Diabetes Mellitus. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan
profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan
perawatan mandiri dan perubahan perilaku. (Buraerah, 2010)
b. Prinsip Diet
Prinsip diet Diabetes Mellitus adalah tepat jadwal, tepat jumlah, dan
tepat jenis (Tjokroprawiro, 2012) :
1. Tepat Jadwal
Menurut Tjokroprawiro (2012) jadwal diet harus sesuai dengan
intervalnya yang dibagi menjadi enam waktu makan, yaitu tiga kali
makanan utama dan tiga kali makanan selingan. Penderita Diabetes
Mellitushendaknya mengonsumsi makanan dengan jadwal waktu yang tetap
sehingga reaksi insulin selalu selaras dengan datangnya makanandalam
tubuh. Makanan selingan berupa snack penting untuk mencegah terjadinya
hipoglikemia (menurunnya kadar Glukosa darah).
2. Tepat Jumlah
Menurut Susanto (2013), aturan diet untuk Diabetes Mellitusadalah
memperhatikan jumlah makan yang dikonsumsi. Jumlah makan (kalori)
yang dianjurkan bagi penderita Diabetes Mellitusadalah makan lebih sering
dengan porsi kecil, sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan dalam
porsi banyak/besar sekaligus. Tujuan cara makan seperti ini adalah agar
jumlah kalori terus merata sepanjang hari, sehingga beban kerja organ-organ
tubuh tidak berat, terutama organ pankreas. Cara makan yang berlebihan
tidak menguntungkan bagi fungsi pankreas. Asupan makanan yang
berlebihan merangsang pankreas bekerja lebih keras.
Penderita Diabetes Mellitus, diusahakan mengonsumsi asupan
energi yaitu kalori basal 25-30 kkal/kgBB normal yang ditambah kebutuhan
untuk aktivitas dan keadaan khusus, protein 10-20% dari kebutuhan energi
total, lemak 20-25% dari kebutuhan energi total dan karbohidrat sisa dari
kebutuhan energi total yaitu 45-65% dan serat 25 g/hari (PERKENI, 2011).
Tepat jumlah asupan energi dan zat gizi lain dari makanan sesuai dengan
jumlah energi dan kebutuhan tubuh. Sebagai pedoman berdasarkan
penuntut diet dari rumah sakit RS, Cipto mangunkusumo, dipakai 8 macam
diet diabetes mellitus sebagai berikut:
Tabel : 2.2 Macam Diet Diabetes Mellitusdan Komposisi Zat-Zat Gizi
Macam Diet Kalori Protein Lemak Karbohidrat
I 1100 50 30 160
II 1300 55 35 260
III 1500 60 40 300
IV 1700 65 45 325
V 1900 70 50 300
VI 2100 75 55 325
VII 2300 80 60 350
VIII 2500 85 65 390
(Sumber: Tjokroprawiro, 2006)
Diet I-III : diberikan kepada penderita yang status gizinya gemuk
atau obesitas
Diet IV-V :diberikan kepada penderita yang memiliki status gizi
normal.
Diet VI-VIII : diberikan kepada penderita yang memiliki status gizi
kurang, diabetes pada remaja (juvenile diabetes) atau
diabetes mellitus dengan komplikasi.
3. Tepat Jenis
Setiap jenis makanan mempunyai karakteristik kimia yang beragam,
dan sangat menentukan tinggi rendahnya kadar glukosa dalam darah ketika
mengonsumsinya atau mengombinasikannya dalam pembuatan menu
sehari-hari (Susanto, 2013).
c. Syarat Diet
Menurut Konsensus PERKENI (2011) syarat diet Diabetes Melitus
adalah sebagai berikut:
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
1. Karbohidrat
- Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
- Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
- Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat
tinggi.
- Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes
dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain
- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
- Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal
tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily
Intake)
- Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat
dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan
buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori
sehari.
2. Lemak
- Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
- Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
- Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
- Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu penuh (whole milk).
- Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.
3. Protein
- Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
- Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dll),
daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
- kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
- Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein
menjadi 0,8 g/Kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan
65% hendaknya bernilai biologik tinggi.
4. Natrium
- Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan
anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg
atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.
- Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg
garam dapur.
- Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan
bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
5. Serat
- Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan
mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan
sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena
mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik
untuk kesehatan.
- Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.
6. Pemanis alternatif
- Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis
- tak berkalori. Termasuk pemanis berkalori adalah gula alkohol dan
- fruktosa.
- Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,
sorbitol dan xylitol.
- Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan
kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
- Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes
karena efek samping pada lemak darah.
- Pemanis tak berkalori yang masih dapat digunakan antara lain
aspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose, dan neotame.
- Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
(Accepted Daily Intake / ADI)
2.2.3 Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke
pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,
dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan
status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan
jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM
dapat dikurangi.
2.2.4 Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat
oral dan bentuk suntikan.
2.3 Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di
dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang,
gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005).
Untuk menentukan status gizi dapat memakai perhitungan indeks massa
tubuh (IMT). Dengan perhitungan rumus sebagai berikut:
Tabel 2.3 Klasifikasi Penentu Status Gizi
No. Klasifikasi IMT (Kg/m²)
1. Underweight / kurus <18,5
2. Normal / ideal 18,5-22,9
3. Overweight 23,0-24,0
4. Obesitas I 25,0-29,9
5. Obesitas II 30.0
(sumber : Sugondo, 2006)
2.4 Menghitung Kebutuhan Energi
Menurut PERKENI (2011) ada beberapa cara menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkan penderita diabetes mellitus.diantaranya adalah dengan
memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/ kg BB
ideal,ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti : jenis
kelamin, umur, aktivitas, berat badan dll.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan ruimus bocca yang
dimodifikasi adalah sebagai berikut:
• Berat badan ideal = 90% x (TB (cm) -100 ) x1 kg
• Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita di bawah 150
cm, menggunakan rumus : berat badan ideal = (TB (cm) – 100 )x 1 kg
• Berat badan normal : BBI ± 10%
• Kurus : < BBI -10 %
• Gemuk : >BBI + 10%
Perhitungan berat badan ideal dapat dihiting dengan indeks massa tubuh (IMT).
Penentuan jumlah kalori diet Diabetes mellitus dengan status gizi penderita
Diabetes Mellitus. Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985)
adalah konsumsi enegi berasal dari makanan yang diperlukan untuk mencukupi
pengeluaran energi seseorang.
Kebutuhan energi dihitung dengan menentukan basal metabolic rate dan
aktifitas fisik.Basal metabolc rate merupakan kebutuhan energi yang diperlukan
oleh tubuh untuk mempertahankan fungsi alat pernafasan ,sirkulasi darah,
temperatur tubuh, kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain. cara untuk
menghitung BMR berdasarkan rumus harris benedict sebagai berikut:
• BMR laki-laki : 66 + (13,75 x BB)+(5 x BB)-(6,78 x U)
• BMR perempuan: 655 +(9.65XBB) + (1,85 x TB) –(4,69 x U)
Keterangan :
BMR : basal metabolic rate
BB : berat badan
TB : Tinggi badan
U : usia (dalam tahun)
Perhitungan aktivitas fisik penting dalam menentukan besaran kebutuhan
kalori sebagai penentu perhitungan kebutuhan zat gizi makro dengan rumus
sebagai berikut.
• Total kalori : Faktor aktivitas fisik x BMR
Keterangan:
Faktor aktivitas : Ringan/sedang/berat (Arisman,2004)
Kategori aktivitas kegiatan
Istirahat Tidur, berbaring, bersandar
Sangat Ringan Duduk dan berbaring, melukis menyetir mobil, pekerjaan
laboratorium, mengetik, menyapu, menyeterika,
memasak, bermain kartu, bermain alat musik
Ringan Berjalan dengan kecepatan 2,5-3 mph, bekerja dibengkel;
pekerjaan yang berhubungan dengan listrik, tukang kayu,
pekerjaan yang berhubungan dengan restoran,
membersihkan rumah, mengasuh anak, golf, memancing,
tenis meja.
Sedang Berjalan dengan kecepatan 3,5-4 mph, mencabut rumput,
menangis dengan keras, bersepeda, ski, tenis, menari
Berat Berjalan mendaki, menebang pohon, menggali tanah,
basket,panjat tebing,sepak bola.
(Tjokroprawiro, A. 2012)
Tabel : 2.4 Klasifikasi Aktivitas Fisik Dengan Kebutuhan Energi BMR
Kegiatan Kebutuhan energi
(kelipatan BMR)
laki-laki
Kebutuhan energi
(kelipatan BMR)
perempuan Tidur 1,0 1,0
Kegiatan ringan 1,7 1,7
Kegiatan sedang 2,7 2,2
Kegiatan berat 3,8 2,7
Olahraga 6,0 6,0
Santai 1,4 1,4
(Tjokroprawiro, A. 2012)
2.5 Konsumsi
Pola konsumsi makanan adalah susunan makanan yang merupakan suatu
kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan
rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam
jangka waktu tertentu (Harahap, VY. 2012).
Survey konsumsi makanan merupakan metode yang dapat digunakan untuk
menentukan status gizi perorangan atau kelompok. Tujuan survey konsumsi
makanan adalah untuk pengukuran jumlah makanan yang dikonsumsi pada tingkat
kelompok, rumah tangga dan perorangan, sehingga diketahui kebiasaan makan dan
dapat dinilai kecukupan makanan yang dikonsumsi seseorang. Menurut Kemenkes
(2018) berbagai metode survey konsumsi pangan yaitu sebgai berikut:
a. Metode survey konsumsi individu
1. Metode ingatan makanan (Food Recall 24 Hours)
2. Metode penimbangan makanan (Food weighing)
3. Metode pencatatan makanan (Food Record)
4. Metode Riwayat Makanan
b. Metode survey konsumsi kelompok
1. Metode frekuensi makan (Food frequency Questionnaire)
2. Semi frekuensi makan (Semi-food frequency questionnaire)
3. Metode jumlah makanan (food account)
4. Neraca bahan makanan (food balance sheet)
Tingkat konsumsi energi di peroleh dengan cara rata-rata konsumsi energi
per orang per hari dibandingkan dengan AKG
Adapun rumus untuk menghitung tingkat konsumsi energi, protein, lemak
dan serat sebagai berikut:
Keterangan:
AKGE : Angka kecukupan gizi energi
AKGKH : Angka kecukupan gizi karbohidrat
AKGP : Angka kecukupan gizi Proten
AKGL : Angka kecukupan gizi lemak
AKGS : Angka kecukupan gizi serat
Hasil perhitungan di buat kategori tingkat konsumsi energi, protein, lemak dan
serat sebagai berikut:
Tabel 2.5. Kategori Tingkat Konsumsi
Kategori Tingkat konsumsi
(%AKG) Baik 80-110
Kurang <80
Lebih >110
(WKNPG, 2004)
2.6 Metode 24 Hours Food Recall
Dari berbagai metode survei konsumsi, metode recall 24 jam merupakan
metode yang paling banyak digunakan karena metode ini cukup akurat,
pelaksanannya cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal.
Prinsip dari metode food recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.
Metode ini menggambarkan kemampuan akses rumah tangga terhadap
berbagai jenis pangan. Pengumpulan data konsumsi pangan rumah tangga
dengan dilakukan melalui kuesioner recall 24 jam. Pertimbangan menggunakan
recall 1 x 24 jam untuk menilai kualitas konsumsi pangan rumah tangga adalah
untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran, lebih praktis, dan penggunaan
waktu 1 x 24 jam ini umum digunakan dalam penelitian kualitas konsumsi
pangan (Sembiring, 2015)
Menurut Survei Konsumsi Pangan Kemenkes (2018) panduan metode 24
hours food recall adalah sebagai berikut.
a. Prinsip
Metode 24 hours food recall adalah metode mengingat tentang pangan yang
dikonsumsi pada periode 24 jam terakhir (dari waktu tengah malam sampai waktu
tengah malam lagi, atau dari bangun tidur sampai bangun tidur lagi) yang dicatat
dalam ukuran rumah tangga (URT). Data survei konsumsi pangan diperoleh melalui
wawancara antara petugas survei (disebut enumerator) dengan subyek (sasaran
survei) atau yang mewakili subyek (disebut responden). Pangan yang dicatat
meliputi: nama masakan atau makanan, porsi masakan dalam ukuran rumah tangga
(URT), bahan makanan dalam URT, serta informasi harga per porsi. Infomasi
tentangresep dan cara persiapan serta pemasakan perlu dicatat agar estimasi berat
pangan lebih tepat
b. Tahapan kegiatan dan langkah dalam melakukan 24 hours food recall
Terdapat 4 (empat) langkah dalam metode food recall 24 jam yaitu:
1. Pewawancara/enumerator menanyakan pangan yang dikomsumsi
pada periode 24 jam yang lalu (sejak bangun tidur sampai bangun
tidur lagi) dan mencatat dalam ukuran rumah tangga (URT)
mencakup nama masakan/makanan, cara persiapan dan pemasakan,
serta bahan makanannya.
2. Pewawancara/enumerator memperkirakan atau melakukan estimasi
dari URT ke dalam satuan berat (gram) untuk pangan yang
dikonsumsi.
3. Petugas menganalisis energi dan zat gizi berdasarkan data hasil
recall konsumsi pangan sehari (24 jam) secara manual atau
komputerisasi. 4. Petugas menganalisis tingkat kecukupan energy
dan zat gizi subyek dengan membandingkan angka kecukupan
energy dan zat gizi (AKG) subyek.
Agar pelaksanaan wawancara berjalan lancar dan efektif serta hasil
konsumsi pangan sehari yang dicatat lengkap, maka sebaiknya mengikuti
5 tahap wawancara dalam food recall 24 jam sebagai berikut:
1. Quick list (membuat daftar ringkas pangan yang dikonsumsi sehari
kemarin) sesuai waktu makan.
2. Mereview kembali kelengkapan quick list bersama responden.
3. Gali pangan/hidangan yang dikonsumsi dikaitkan dengan waktu
makan dan aktifitas termasuk porsi dalam URT, cara memasak dan
harga per porsi bila membeli.
Adapun langkah –langkah melakukan 24 hours food recall adalah sebagai
berikut:
1. Petugas menanyakan konsumai pangan periode 24 jam yang lalu
dan mencatat dalam URT
2. Petugas mengestimasi URT ke dalam berat gram
3. Petugas menganalisis energi dan zat gizi sehari
5. Membandingkan asupan energi dan zat gizi sehari dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG)
6. Tanyakan rincian pangan/hidangan (sesuai quict list) menurut jenis
bahan makanan, jumlah, berat dan sumber perolehannya yang
dikonsumsi sehari kemarin.
7. Mereview kembali semua jawaban untuk menghindari
kemungkinan masih ada makanan dikonsumsi tapi terlupakan.
c. Kelebihan dan kekurangan metode 24 hours food recall
Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Adapun kelebihan menggunakan metode food recall 24 jam adalah:
1. Dapat digunakan pada subyek yang buta huruf
2. Relatif murah dan cepat.
3. Dapat menjangkau sampel yang besar.
4. Dapat dihitung asupan energy dan zat gizi sehari.
Sedangkan keterbatasan atau kelemahan metode food recall 24 jam adalah:
1. Sangat tergantung pada daya ingat subyek.
2. Perlu tenaga yang trampil.
3. Adanya The flat slope syndrome
4. Tidak dapat diketahui distribusi konsumsi individu bila digunakan
untuk keluarga.
d. Instrumen dan alat
Instrumen dan alat yang dibutuhkan dalam metode 24 hours food
recall adalah sebagai berikut:
1. Berbagai alat ukuran rumah tangga (URT) seperti sendok makan, sendok
sayur, centong nasi, piring, magkuk, dsb.
2. Food Picture atau buku foto makanan beserta ukuran rumah tangga
(URT)
3. Food Model atau replika tiruan bahan makanan sesuai ukuran asli
4. Formulir 24 hours Food Recall
5. Bolpoin
6. Kalkulator
7. Daftar Keterangan Bahan Makanan (DKBM), Tabel Komposisi Pangan
Indonesia (TKPI), atau aplikasi Nutrisurvey.