Upload
nguyennguyet
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
27
BAB 3
ANALISIS DATA
Analisis akan dilakukan untuk melihat pandangan para tokoh-tokoh dalam novel
Sembazuru terhadap gundik/selir. Analisis pandangan tokoh-tokoh berupa analisis verbal
yaitu meneliti melalui ucapan dari tokoh tersebut dan secara non verbal, yaitu melalui hal
lain yang tidak diucapkan secara langsung dari pandangan para tokoh mengenai
gundik/selir, yaitu pandangan tokoh Kikuji, Ibu Kikuji, Tuan Mitani, Nyonya Ota,
Chikako dan Fumiko .
3.1. Analisis Pandangan Para Tokoh Terhadap Keberadaan Gundik/Selir
Berikut ini adalah analisis pandangan dari para tokoh dalam novel Sembazuru
mengenai keberadaan gundik/selir.
3.1.1 Analisis Pandangan Tokoh Protagonis Kikuji Terhadap Keberadaan
Gundik/Selir
Kikuji adalah tokoh utama yang selalu muncul dalam tiap bab dalam novel Sembazuru,
hal ini dapat dilihat dari seringnya tokoh Kikuji muncul dan hampir seluruh bagian dalam
novel ini selalu berhubungan dengan Kikuji. Novel ini sebagian besar menceritakan
hubungan Kikuji dengan anggota keluarganya, yaitu dengan ibu, ayah, kedua gundik
ayahnya dan dengan anak salah satu gundik/selir ayahnya.
Dalam novel ini Kikuji digambarkan sebagai tokoh yang baik (protagonis)
berdasarkan kutipan berikut:
Menunjukan Kikuji sebagai tokoh yang selalu menerima dan tidak suka memprotes.
28
菊治は素直に誘い寄せられるのだった。
Terjemahan :
Namun Kikuji tidak dapat membuat sesuatu protes apapun; ia menerimanya. (Sembazuru:52)
Kikuji adalah seorang seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang cukup
akrab dengan masalah gundik/selir. Semenjak kecil, ia sudah mendengar dari ayah dan
ibunya mengenai gundik/selir ayahnya. Ia bahkan pernah diajak ayahnya untuk datang
mengunjungi salah satu gundik/selir ayahnya yang memiliki andeng-andeng besar di
salah satu buah dadanya, yaitu Chikako. Ia tidak mempersalahkan ayahnya karena
memiliki beberapa gundik/selir, ia bahkan pernah merasa berang dan dendam ketika
ayahnya menganggap sepi (menyepelekan) Chikako karena memiliki andeng-andeng
menjijikan tersebut. Kikuji mulai memperlakukan Chikako dengan halus dan ramah
dengan berlalunya waktu. Gundik/selir lain yang hadir dalam kehidupan ayah Kikuji
adalah Nyonya Ota, seorang janda dari teman ayah Kikuji. Kikuji juga memiliki affair
dengan Nyonya Ota. Menurut Kikuji, wanita (dalam hal ini menunjuk kepada Nyonya
Ota) adalah makhluk yang begitu pasrah dan menerima, sikap menerima sekaligus
memikat dan sikap itu yang membuatnya jatuh cinta pada Nyonya Ota. Kikuji yang
sebenarnya tidak memiliki hobi pada hal chanoyu, memimpin perusahaan teh ayahnya
pada usia muda, sekitar 20 tahun dan hal ini mengharuskannya sering menghadiri pesta
minum teh. Kikuji tidak menyukai sikap Chikako yang selalu menjelekkan orang lain.
Ketika Nyonya Ota meninggal bunuh diri dengan meninggalkan seorang anak gadis yang
bernama Fumiko, Kikuji secara tidak langsung menjadi sering bertemu dengan Fumiko
berhubungan dengan barang-barang keperluan untuk chanoyu. Lambat laun Kikuji
29
merasakan sesuatu kemesraan dan kelembutan saat melihat Fumiko, yang memiliki wajah
yang sangat mirip dengan ibunya yang membuatnya tertarik pada Fumiko.
Terdapat beberapa pandangan Kikuji mengenai gundik/selir yang dimiliki ayahnya,
seperti tertulis di bawah ini.
3.1.1.1 Analisis Non Verbal
Kutipan di bawah ini berlangsung ketika Kikuji masik kecil dan ia mendengar ayah
dan ibunya sedang membicarakan Chikako, yaitu salah satu gundik/selir ayahnya yang
memiliki andeng-andeng.
菊治は白っぱくれている父に義憤を感した。菊治もちか子のあざを見たの
に、その菊治を無視する父にも憎悪を感した。 Terjemahan :
Percakapan yang berlangsung dengan jujur dan terus terang itu telah dapat membangkitkan perasaan berang pada Kikuji dan perasaan dendam dan kesal terhadap ayahnya. Dendam dan kesal karena ayahnya telah menyepelekan Chikako walaupun sekiranya ia telah melihat andeng-andeng itu. (Sembazuru:9)
Kutipan di bawah ini menunjukan ketika Kikuji berada bersama Nyonya Ota. Ia tidak
merasa kesal dengan Nyonya Ota walaupun wanita itu adalah gundik ayahnya.
菊治にとっても、もし後悔をすれば、醜悪な気がするに違いなかった。見
合いのことは別としても、父の女である。しかし、菊治はこの時まで、
後悔こうかい
もしていなければ、醜悪しゅうあく
とも思わなかったのだ。 Terjemahan :
Di samping itu perlu diingat juga, bahwa wanita itu adalah wanita simpanan ayahnya. Tapi sampai saat itu ia tidak merasa menyesal ataupun jijik. (Sembazuru:24)
Kutipan di bawah ini menujukan perasaan simpati Kikuji terhadap Chikako yang
adalah gundik/selir ayahnya.
30
しかし、菊治がちか子を栗木と呼び捨てにするのを、令嬢は
どう聞いているのだろうか。短いあいだのことにしろ、菊治の
父の女だったと、はたして知っているのだろうか。 Terjemahan :
Kikuji merasakan suatu perasaan simpati yang samar-samar tapi pasti terhadap Chikako – setelah ayahnya meninggal dunia – ketika suatu bayangan datang bahwa ayahnya telah membuat wanita itu menderita dalam suatu affair yang singkat dan cepat. (Sembazuru:36)
Analisis Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa sebagai anak, Kikuji tidak keberatan dengan
tindakan ayahnya dalam kepemilikan gundik/selir, ia bahkan merasa kesal terhadap
ayahnya yang menyepelekan salah satu gumdiknya. Menurut penulis, tindakan Kikuji ini
sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi yang berkata bahwa di Jepang adalah dapat
diterima keadaan satu suami dengan banyak istri (termasuk gundik). Penerimaan keadaan
satu suami banyak istri ini juga sama dengan teori keluarga menurut Yasutaka Teruoka
yang menulis bahwa sejak sebelum abad ke-tujuh pun orang sudah melakukan tindakan
kepemilikan wanita lebih dari satu. Hal ini menandakan bahwa di dalam novel
Sembazuru, baik jaman dahulu maupun jaman dimana novel ini diterbitkan yaitu pada
tahun 1949, tindakan kepemilikan gundik/selir atau disebut konsep satu suami banyak
istri tetap dilakukan oleh orang Jepang.
Kutipan di bawah ini menunjukan sikap Kikuji yang menganggap tindakan Nyonya
Ota (yang menjadi gundik/selir dan berselingkuh dengan Kikuji) tetap merupakan suatu
dosa.
と、夫人は北鎌倉の宿に菊治と泊った時も、菊治の家へ来て茶室へははい
った時もいったがそれがかえって夫人の心よい戦慄獻欷とを誘ったように、
今菊治は骨の前に坐って、夫人を死なせたことを思っても、それが罪だと
すると、やはり罪と言った夫人の声がよみがえって来るのだった。
31
Terjemahan : Kikuji menganggap apa yang dilakukan oleh Nyonya Ota (menjadi wanita simpanan ayahnya dan menjalin hubungan dengan Kikuji) adalah suatu dosa. (Sembazuru:47)
Analisis
Dari kutipan diatas penulis menganalisis bahwa walaupun Kikuji tidak keberatan dan
dapat menerima tindakan ayahnya dalam kepemilikan lebih dari satu wanita pendamping
hidup, tetapi Kikuji tetap berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh Nyonya Ota
merupakan suatu dosa kerena telah menjadi gundik, yaitu seorang wanita idaman lain
ayahnya dan menjalin perselingkuhan dengannya. Menurut penulis, Kikuji sebenarnya
memiliki pandangan bahwa ia menginginkan sebuah keluarga yang murni, seperti teori
dari Kazuo Aoi, bahwa lebih baik dalam sebuah keluarga tetap mempertahankan bentuk
satu istri dan satu suami, bukan keluarga majemuk yang ia jalani seperti dalam
kepemimpinan ayahnya.
3.1.2 Analisis Pandangan Tokoh Protagonis Ibu Kikuji Terhadap Keberadaan
Gundik/Selir
Ibu Kikuji adalah tokoh tambahan karena kemunculannya sangat sedikit dalam novel ini.
Pada saat cerita berlangsung, Ibu Kikuji sudah meninggal dan kemunculannya hanya
sabagai flash back dari ingatan para tokoh-tokoh yang lain.
Ibu Kikuji digambarkan sebagai tokoh protagonis berdasarkan kutipan di bawah ini.
Ibu Kikuji adalah seorang yang tenang dan selalu introspeksi diri.
内気な母はちか子の煙立てるようなおせっかいに、むしろ気を呑まれた形
で外聞を悪がった。
32
Terjemahan :
Ibu Kikuji yang mempunyai pembawaan tenang dan introspeksi diri. (Sembazuru:12)
Ibu Kikuji mempunyai pembawaan tenang dan introspeksi diri yang besar. Pada
awalnya, Ibu Kikuji tidak merasa keberatan dengan kehadiran gundik/selir suaminya. Ibu
Kikuji bahkan pernah membicarakan mengenai Chikako, salah satu gundik suaminya, Ia
bahkan merasa kawatir apakah suatu hari nanti Chikako dapat menikah dan menyusui
anak dengan buah dada yang berandeng-andeng itu. Sebaik-baiknya wanita, ada saatnya
juga Ibu Kikuji mulai merasa cemburu pada Chikako yang tidak memiliki daya tarik itu.
Ibu Kikuji bersekutu dengan Chikako yang memang iri hati dengan gundik/selir lain yang
dimiliki oleh Tuan Mitani, yaitu Nyonya Ota yang memang lebih cantik dan menjadi
wanita favorit Tuan Mitani, suami Ibu Kikuji. Beberapa bulan sebelum kematiannya, ia
sering datang ke pondok keluarga, sendirian dalam ketenangan dan kesunyian.
Sebagai wanita dan sebagai seorang istri, Ibu Kikuji memiliki pandangannya sendiri
mengenai wanita simpanan suaminya, seperti tertulis di bawah ini :
3.1.2.1 Analisis Non Verbal
Kutipan berikut ini adalah sebuah peristiwa yang terjadi ketika Ibu Kikuji dan
suaminya membicarakan mengenai Chikako dan andeng-andengnya.
それから十日ばかり後に菊治は、母がさも驚いた秘密を明かすように、ち
か子は胸にあざがあるために結婚しないのだと、父に話しているのを聞い
た。母は父が知らないと思っている。母はちか子に同情したらしくいたま
しいいう顔をしている。
33
Terjemahan :
Sepuluh hari kemudian, Kikuji mendengar percakapan antara ibu dan ayahnya. Apa yang didengar itu seakan-akan sebuah rahasia yang luar biasa yang belum pernah didengar. BahwaChikako belum dan tidak kawin karena andeng-andeng yang ada di dadanya. Tergambar belas kasihan di mata ibunya. (Sembazuru:8)
Pada kutipan berikut menggambarkan keadaan Ibu Kikuji yang berteman/menjadi
sekutu dengan Chikako.
__むろんちか子こ
は母はは
の身方み か た
になって働はたら
いた。
Terjemahan :
Chikako dengan sendirinya menjadi sekutu ibunya . (Sembazuru:12)
Analisis
Dari kutipan diatas, penulis berpendapat bahwa rasa belas kasihan dari Ibu Kikuji
terhadap Chikako menunjukan bahwa ia adalah seorang istri yang tidak keberatan dan
bahkan mendukung apabila suami mereka mengambil wanita lain sebagai gundik seperti
yang ditulis oleh Fukuzawa Yukichi. Menurut penulis pada umumnya tidak ada wanita
yang rela membagi suaminya dengan wanita lain, tetapi di sinilah terletak keunikan
wanita Jepang. Mereka hanya bisa menerima dan istri yang dapat hidup secara harmonis
dengan gundik suaminya, menurut Fukuzawa Yukichi adalah istri yang baik di mata para
tetangga. Menurut penulis, sikap menerima Ibu Kikuji ini termasuk dalam salah satu
sikap dasar wanita menurut Kaibara dalam Fukuzawa, yaitu sikap Silliness (bodoh, bebal),
karena ia mau saja menerima keadaan menjadi wanita yang dikhianati suami dengan
memiliki gundik/selir.
Dari kutipan di atas mengacu pada teori Kazuo Aoi, penulis juga berpendapat bahwa
keluarga Kikuji adalah keluarga yang menganut sistem kebijakan patrilokal, karena
34
semua kebijakan ada di tangan ayah dan menganut sistem hubungan keluarga otoriter
yang berpusat pada ayah, karena apapun yang dilakukan ayah, tidak ada yang dapat
melawannya, bahkan ketika membicarakan mengenai gundik/selir di depan istri dan
mengajak anak untuk pergi ke rumah gundik/selir.
Kutipan berikut menunjukan sikap cemburu dari Ibu Kikuji.
男性化してしまって、母がいまさら嫉妬するなど、苦笑すべき滑稽なこと
のようだった。
Terjemahan :
Adalah hal yang lucu bila ibu Kikuji mulai merasa cemburu pada Chikako yang tidak mempunyai daya tarik itu.” (Sembazuru:12)
Analisis
Dari kutipan di atas penulis menganalisis ibu Kikuji sebagai wanita, yang walaupun
terlihat tidak keberatan dalam menghadapi tindakan poligami suaminya, Ibu Kikuji tetap
hanyalah seorang wanita yang sebenarnya cemburu ketika melihat suaminya memiliki
wanita lain. Sikap Ibu Kikuji yang cemburu kepada Chikako ini sesuai dengan teori
Kaibara dalam Fukuzawa yang mengatakan bahwa wanita memiliki lima sifat dasar,
salah satunya adalah jealousy (cemburu). Sikap cemburu Ibu Kikuji ini tidak sesuai
dengan teori Yasutaka Teruoka bahwa Poligami dapat dilakukan dengan syarat para
wanita yang dipoligami tidak boleh saling cemburu dan iri hati. Menurut analisis penulis,
dengan keadaan yang masih memiliki rasa cemburu, sebenarnya Ibu Kikuji keberatan
terhadap sikap suaminya yang memiliki gundik/selir.
Kutipan berikut menunjukan sikap Ibu Kikuji yang secara tidak langsung
memperlihatkan keadaannya yang sebenarnya dalam menghadapi kehidupan dengan
suami yang memiliki gundik/selir.
35
母が茶室にはいることを好まなかった。そこでひっそりし
て、母が何を考えているのだろうかと気にかかった。
茶室で一人でいる母を、菊治のぞいてみたいようにも思いながら、見
たことはなかった。
Terjemahan :
Kadang-kadang ia merasa tidak enak hati bila membayangkan apa gerangan yang sedang dipikirkan oleh ibunya di sana, sendirian dalam ketenangan dan kesunyian. (Sembazuru:29)
Analisis
Dari kutipan diatas, penulis menganalisis bahwa dibalik sikapnya yang seolah-olah
menerima perilaku kepemilikan gundik/selir oleh suaminya, kehidupan Ibu Kikuji
sebenarnya tidak bahagia karena cinta dari suaminya terbagi dengan wanita lain. Menurut
Fukuzawa Yukichi, ketidakbahagiaan ini adalah sebagai efek samping dari tindak
poligami suaminya karena sebagai istri, Ibu Kikuji hanya menerima sedikit dari perhatian
sang pria. Wanita Jepang hanya bisa diam dan melindungi suaminya dan berpikir bahwa
tingkah laku mereka tersebut adalah baik, saleh dan berbudi (virtuous).
Dari kutipan di atas, penulis berpendapat bahwa Ibu Kikuji adalah seorang wanita
yang melewati hari-hari yang tidak membahagiakan, setengah mati, setengah hidup,
dengan selalu menyendiri setelah kematian suaminya. Menurut analisis penulis, ibu
Kikuji merasakan kesedihan yang amat sangat karena sebelum meninggal suaminya
hidup bersama gundik ke-duanya, yaitu Nyonya Ota sehingga Ibu Kikuji merasa saat
untuk membahagiakan dan dibahagiakan oleh suaminya kurang. Menurut Fukuzawa
penyebab hal tersebut adalah karena kurangnya pemenuhan kebutuhan hidup seks wanita,
sampai akhirnya mereka tunduk dan menyerah (succumb). Menurut analisis penulis,
berdasarkan dari beberapa hal yang sudah dikemukakan di atas, Ibu Kikuji sangat
36
menderita dalam menjalani hidupnya dengan cinta dan perhatian suami yang terbagi
dengan wanita lain. Ibu Kikuji merasa kasihan dengan Chikako bukan karena ia
menyukai Chikako, menurut penulis, Ibu Kikuji merasa kasihan karena merasa diri
mereka sama-sama sebagai seorang wanita dan dengan keadaan Chikako yang memiliki
andeng-andeng di salah satu buah dadanya.
3.1.3 Analisis Pandangan Tokoh Antagonis Tuan Mitani Terhadap Keberadaan
Gundik/Selir
Tuan Mitani adalah seorang tokoh tambahan, seperti Ibu Kikuji, karena
kemunculannya sangat sedikit dalam novel ini. Kemunculannya pun hanya dalam flash
back dari kenangan para tokoh lain karena pada saat cerita novel ini berlangsung, Tuan
Mitani sudah meninggal.
Dalam novel ini di gambarkan sikap Tuan Mitani terhadap gundiknya yang
membuatnya menjadi tokoh antagonis. Kutipan berikut menggambarkan sikap Tuan
Mitani yang telah membuat salah seorang gundik/selirnya menderita.
ちか子はただ一つ菊治の父とのはかない交わりだけで、自分の
女をおさえこめてしまったのだろうと、父の死後菊治は思うと、
淡い同情さえ湧いた。
Terjemahan :
Bahwa ayahnya telah membuat wanita itu menderita dalam suatu affair yang singkat. (Sembazuru:12)
Tuan Mitani adalah ayah dari Kikuji yang memiliki dua orang gundik/selir, yaitu
Chikako dan janda Tuan Ota , yang merupakan seorang rekan sekerja Tuan Mitani dalam
perusahaan teh, yaitu Nyonya Ota (tidak disebutkan nama aslinya). Tuan Mitani sangat
37
menyukai acara minum teh (chanoyu) dan ia mengoleksi barang-barang keperluan pada
chanoyu tersebut, seperti jambangan bunga dan cawan teh. Hubungan Tuan Mitani
tidaklah lama bersama dengan Chikako, berbeda dengan hubungannya dengan Nyonya
Ota, bahkan ia tinggal bersama-sama dengan Nyonya Ota sampai ia meninggal dunia.
Dalam novel ini tidak tertulis secara nyata bagaimana tanggapan Tuan Mitani yang
memiliki beberapa gundik/selir, tetapi pandangan Tuan Mitani dapat dianalisis dari
beberapa penggal kalimat dibawah ini.
3.1.3.1 Analisis Non Verbal
Kutipan berikut ini menggambarkan peristiwa ketika Tuan Mitani mengajak anaknya
untuk datang ke rumah salah seorang gundik/selirnya.
父につれられてちか子の家に行くと、ちか子はお茶の間で胸をはだけて、
あざの手を小さい鋏で切っていた。 Terjemahannya :
Ia diajak ayahnya mengunjungi Chikako yang waktu itu sedang duduk-duduk di ruang sarapan. (Sembazuru:7)
Analisis Dari kutipan diatas, penulis menganalisis bahwa Tuan Kikuji adalah seorang pria yang
memiliki beberapa gundik/selir dengan sepengetahuan istri dan anaknya, hal ini
membuktikan bahwa teori Fukuzawa Yukichi mengenai masalah kepemilikan wanita
simpanan pada jaman sekarang lebih terbuka. Terbukti dengan tindakannya mengajak
anaknya untuk bertemu salah satu wanita simpanannya, Chikako.
Kutipan berikut menunjukkan bahwa Tuan Mitani bahagia bersama dengan
Nyonya Ota, salah seorang gundiknya.
父が幸福であったようにも、菊治は感じ
38
Terjemahan : Ia perkirakan bahwa dulu ayahnya tentulah berbahagia. (Sembazuru:24)
Analisis
Dari kutipan di atas, penulis berpendapat bahwa ketika seorang pria memiliki wanita
simpanan lain, berarti ia mengingini sesuatu yang lebih yang istrinya tidak dapat
memberikan, kemudian ketika ia mendapatkan hal tersebut dalam diri wanita lain yang
mau dijadikan gundik/selir, ia tentu merasa berbahagia, karena ia telah mendapatkan
wanita yang baru dengan tambahan sesuatu hal yang ia ingini yang tidak ada dalam diri
istrinya. Sama seperti Tuan Mitani, ia berbahagia ketika ia bersama Nyonya Ota,
walaupun Nyonya Ota seorang janda. Hal ini sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi yang
berkata bahwa sebenarnya para pria memuaskan keinginan daging mereka dengan
memiliki gundik ataupun dengan menyewa wanita panggilan.Tuan Mitani merasa lebih
bahagia bersama dengan Nyonya Ota (Kawabata,1949:24) karena secara fisik Nyonya
Ota lebih cantik dibandingkan dengan Chikako.
Dari beberapa kutipan di bawah ini, penulis berpendapat bahwa Tuan Mitani
melakukan Poligami dengan memiliki dua orang gundik/selir.
1. Menunjukan peristiwa ketika kedua gundik ayahnya saling berkunjung
setelah kematian Tuan Mitani.
ちか子と太田夫人とは父の死後交際していたのかと、菊治は
思いがけなかった。
Terjemahan :
Hal itu tetap mengherankan, kedua wanita itu telah saling berkunjung sejak kematian ayahnya. (Sembazuru:13)
39
2. Menunjukan bahwa Chikako Kurimoto adalah gundik dari Tuan Mitani.
“仲人をするという栗木だって、父の女ですよ。あいつが、父も幸福だっ
たと、僕は思いますよ。”
Terjemahan :
“Kurimoto adalah juga gundik ayahku dan ia telah menjadi perantaranya.” (Sembazuru:44) 3. Menunjukan bahwa Tuan Mitani tertarik kepada janda Tuan Ota, dan pada
cerita berikutnya, janda itu dijadikan gundik.selir Tuan Mitani.
茶の仲間だった太田が死んでから、菊治の父は茶道具の処分を引き受けて、
夫亡人と近づいた。
Terjemahan :
Setelah Tuan Ota meninggal dunia – yang selama ini menjadi temansekerja ayahnya dalam perusahaan teh – ayah Kikuji menanggung semua peralatan minum teh Tuan Ota dan ia terjerat oleh jandanya. (Sembazuru:12 )
Analisis
Dari beberapa kutipan di atas, penulis berpendapat bahwa Tuan Mitani dapat
menerima keberadaan gundik/selir dengan tindakannya memiliki dua orang gundik/selir.
Dari hal ini penulis menghubungkannya dengan teori Kazuo Aoi, yaitu bahwa keluarga
Tuan Mitani adalah keluarga majemuk poligami satu suami banyak istri, yang membagi
pusat pasangannya secara horizontal. Kutipan di atas juga membuktikan bahwa para pria
Jepang yang kaya pada saat itu (ketika novel ini diterbitkan pada tahun 1949) dapat
mengambil gundik sebanyak yang mereka inginkan sesuai dengan teori Fukuzawa
Yukichi.
40
3.1.3.2 Analisis Verbal
Kutipan di bawah ini menceritakan peristiwa ketika Tuan Mitani dan istrinya
membicarakan mengenai salah seorang gundik/selirnya.
それから十日ばかり後に菊治は、母がさも驚いた秘密を明かすように、ち
か子は胸にあざがあるために結婚しないのだと、父に話しているのを聞い
た。母は父が知らないと思っている。母はちか子に同情したらしくいたま
しいいう顔をしている。
Terjemahan :
Sepuluh hari kemudian, Kikuji mendengar percakapan antara ibu dan ayahnya. Apa yang didengar itu seakan-akan sebuah rahasia yang luar biasa yang belum pernah didengar. Bahwa Chikako belum dan tidak kawin karena andeng-andeng yang ada di dadanya. (Sembazuru:8)
Analisis
Dari kutipan di atas, menurut penulis Tuan Mitani sangat terbuka dengan istrinya
mengenai tindak kepemilikan gundik/selir yang lain. Ia bahkan membahas hal yang
sangat rahasia yang menyangkut bagian tubuh gundik/selir yang lain dengan istrinya. Hal
ini membuktikan bahwa di dalam novel Sembazuru, di Jepang pada saat itu adalah dapat
diterima suatu keadaan dimana satu suami beristrikan satu istri sah dan beberapa gundik.
3.1.4 Analisis Pandangan Tokoh Antagonis Nyonya Ota Terhadap Keberadaan
Gundik/Selir
Nyonya Ota adalah seorang Tokoh tambahan karena kemunculan dalam cerita ini
tidak terlalu banyak, dan di tengah-tengah cerita Nyonya Ota meninggal bunuh diri.
Dalam novel ini tokoh Nyonya Ota digambarkan sebagai tokoh antagonis yang
tampak pada kutipan berikut.
41
1. Kutipan berikut menggambarkan Nyonya Ota sebagai seorang yang serakah.
Menurut analisis penulis, Nyonya Ota serakah karena telah mengambil sebagian
cinta dari suami orang, juga serakah karena Nyonya Ota mencintai Tuan Mitani
dan juga Kikuji.
太田夫人もずいぶん悪神経だと思えぬことはない。
Terjemahan :
Tidak dapat menyangkal bahwa Nyonya Ota juga memperlihatkan sifat-sifat serakahnya. (Sembazuru:15)
Nyonya Ota adalah gundik/selir Tuan Mitani yang kedua, yaitu setelah Tuan Mitani
memiliki affair singkat dengan Chikako. Nyonya Ota adalah seorang wanita yang betul-
betul hangat, lemah-lembut, keibuan, memiliki cinta yang menggairahkan, pemaaf,
seorang yang berbudi menurut Kikuji, tidak berbudi menurut Fumiko. .Nyonya Ota
memiliki leher putih agak panjang, mulut dan hidungnya kecil tapi berpadanan dengan
matanya, hidungnya kecil bersih dan sangat menarik hati.Ia terlihat muda pada usianya
yang sudah berkepala empat. Ia juga memiliki sifat serakah, kesepian, penggoda, dan
tidak berbahagia. Nyonya Ota yang cepat berputus asa sangat tergantung dan sangat
mencintai Tuan Mitani. Nyonya Ota juga terlibat affair dengan Kikuji (tidak ditulis affair
itu terjadi dari sebelum atau setelah kematian Tuan Mitani). Ia sangat menderita karena
mencintai Tuan Mitani dan juga Kikuji. Ia tidak dapat membedakan cintanya terhadap
Tuan Mitani dan terhadap Kikuji. Ia merasa sangat berdosa dengan tingkah lakunya ini,
mencintai ke dua orang tersebut. Nyonya Ota akhirnya meninggal dengan cara bunuh diri,
42
ia meminum terlalu banyak obat tidur karena perasaan bersalahnya dan perasaan dikejar-
kejar oleh cintanya.
Walaupun dalam novel ini tidak tertulis secara nyata bagaimana tanggapan Nyonya
Ota terhadak dirinya sebagai wanita simpanan, tetapi pandangan Nyonya Ota dapat
dianalisis dari beberapa penggal kalimat dibawah ini.
3.1.4.1 Analisis Verbal
Kutipan-kutipan berikut menunjukan ketidakbahagiaan Nyonya Ota.
“そういわれても仕方がないけれど。私は悲しい女ね。“
Terjemahan :
“Aku orang yang sangat tidak berbahagia .” (Sembazuru:25)
“三十前でしょう?悪いわねえ。悲しい女だわ。私には分かりません
わ。” Terjemahan :
“Kira-kira masih dua puluhan? Keliru. Aku sangat tidak bahagia. Aku tidak mengerti terhadap diriku.” (Sembazuru:45)
Analisis
Dari kutipan di atas, menurut penulis Nyonya Ota adalah seorang wanita yang bodoh
(Silliness) menurut Kaibara dalam Fukuzawa, karena ia mau dijadikan sebagai
gundik/selir dari seorang pria yang sudah beristri setelah kematian suaminya. Nyonya Ota
bodoh karena ia membuat dirinya sendiri tidak berbahagia dengan keputusan yang
diambilnya. Seperti teori yang dikemukakan oleh Fukuzawa Yukichi, Nyonya Ota, sama
seperti wanita Jepang lain yang melewati hari-hari yang tidak membahagiakan, setengah
mati, setengah hidup, sampai akhirnya mereka tunduk dan menyerah (succumb) dan
43
dalam kasus Nyonya Ota, ia menyerah dengan cara bunuh diri. Dokter menemukan
bahwa penyebab hal tersebut adalah karena kurangnya pemenuhan kebutuhan hidup seks
wanita. Sebagai seorang gundik/selir ia harus membagi cinta dan tubuh pasangannya
dengan beberapa wanita lain dan menderita karena ia hanya menerima sedikit dari
perhatian sang pria. Nyonya Ota mengalami kurangnya pemenuhan kebutuhan hidup
seks, yang pastinya membuat ia tidak bahagia sebagai seorang wanita normal. Hal ini
yang membuatnya berselingkuh dengan Kikuji. Fukuzawa juga menambahkan bahwa
sebagai gundik/wanita simpanan, ia tidak bisa santai atau menemukan alasan untuk
bergembira walaupun hidup mereka dipenuhi dengan emas, perhiasan, dan pakaian
mewah yang sebenarnya hanyalah suatu keindahan untuk menutupi suatu perbuatan yang
kejam yang membuatnya tidak berbahagia sebagai gundik.
Kutipan berikut ini menggambarkan perasaan Nyonya Ota sebagai gundik.
ゆるした。ああっ、恐ろしい。なんて罪深い女なんでしょうねえ。
Terjemahan :
“Maafkan. Maafkan terhadap hal-hal yang telah aku lakukan. Hal-hal yang menyebabkan aku berdosa.” (Sembazuru:43)
Analisis
Dari kutipan diatas, tertulis bahwa Nyonya Ota merasa berdosa dengan apa yang
sudah dilakukannya. Menurut analisis penulis, sebagai wanita Nyonya Ota yang telah
secara tidak langsung menjual dirinya demi uang juga merasa sangat berdosa tidak
bahagia dengan statusnya sebagai gundik/selir yang membuat wanita lain merasa
menderita juga, dan secara tidak langsung menunjukan bahwa sebenarnya ia tidak dapat
menerima keberadaan dirinya sebagi seorang gundik.selir. Rasa berdosanya membuat
44
Nyonya Ota sangat menyesal dengan apa yang sudah ia lakukan, baik tindakannya
menjadi gundik/selir, maupun tindakannya menggoda Kikuji. Menurut Fukuzawa
Yukichi, Para wanita yang melupakan hak alamiah mereka sebagi wanita dan menjual
diri mereka sendiri demi uang dengan menjadi gundik dari seseorang ataupun tindakan
prostitusi merupakan tindakan terendah yang memungkinkan, bahkan dibawah tingkat
kemanusian. Sesuai dengan teori tersebut menurut penulis, Nyonya Ota menyadari bahwa
semua tindakannya adalah tindakan rendah yang sangat memalukan.
3.1.4.2 Analisis Non Verbal
Kutipan di bawah ini menggambarkan sikap Nyonya Ota terhadap kesanggupan Tuan
Mitani dalam hal keuangan.
茶の仲間だった太田が死んでから、菊治の父は茶道具の処分を引き受けて、
夫亡人と近づいた。
Terjemahan :
Setelah Tuan Ota meninggal dunia – yang selama ini menjadi teman sekerja ayahnya dalam perusahaan teh – ayah Kikuji menanggung semua peralatan minum teh Tuan Ota dan ia terjerat oleh janda itu. (Sembazuru:12)
Analisis
Dari kutipan di atas, penulis berpendapat bahwa Nyonya Ota tertarik untuk menjadi
gundik/selir ketika melihat Tuan Mitani cukup sukses dan mempunyai cukup uang
terbukti dari kesanggupannya untuk menanggung semua peralatan teh Tuan Ota. Hal ini
sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi bahwa siapapun yang memiliki uang dapat
memiliki berapapun wanita yang ia inginkan. Uang sangat menentukan kedudukan dan
harga diri seseorang. Uang juga yang dapat membeli harga diri seorang wanita.
45
3.1.5 Analisis Pandangan Tokoh Antagonis Chikako Terhadap Keberadaan
Gundik/Selir
Chikako adalah seorang tokoh utama selain Kikuji, karena kemunculannya sangat
sering dalam novel ini. Chikako selalu terlibat dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita yang
membuatnya hampir selalu muncul dalam setiap bab dalam novel ini.
Chikako adalah seorang tokoh yang antagonis dengan sifat-sifat yang tampak pada
kutipan-kutipan di bawah ini :
1. Sifat pencemburu
ちか子は父の後をつけ廻したり、未亡人の家へたびたび強意見に出向いた
り、彼女自身の他底の嫉妬が噴火したかのようであった。
Terjemahan :
Ia keluar mencari mangsanya dan sering mengancam Nyonya Ota. Semua rasa cemburunya yang selama ini dipendam tampaknya akan meledak. (Sembazuru :12)
2.Sifat penghasut
そんな気働きのある人なら、お父さまもお母さまもご苦労はなかったんで
すよ。.(Sembazuru:13)
Terjemahan :
Jika ia seorang wanita yang berpikir seperti itu, maka ia tidak akan membawa begitu banyak kesusahan pada ibu dan ayahmu. (Sembazuru:13)
3. Sifat serakah.
ちか子の悪神経に驚いた。
Terjemahan :
Sifat-sifat serakah Chikako. (Sembazuru:15)
46
4.Sifat kesombongan
電話の押しつけがましい調子は、ちか子の厚かましさばかりでもないよう
に疑えた。
Terjemahan :
Kini Kikuji makin sadar bahwa ada sesuatu lagi dalam kesombongan Chikako yang tergambar dalam kekerasan hatinya. (Sembazuru:31)
5.Menunjukan sikap Chikako yang suka berbicara tidak baik.
毒を吐くような形に 見えた。
Terjemahan :
Tampaknya ia akan menyebar racun lagi. (Sembazuru:55)
Dari kutipan-kutipan di atas penulis berpendapat bahwa Chikako adalah seorang tokoh
antagonis.
Chikako adalah seorang gundik/selir pertama dari ayah Kikuji yang memiliki sebuah
andeng-andeng besar di salah satu buah dadanya. Chikako tidak memiliki anak dari hasil
hubungannya dengan ayah Kikuji yaitu Tuan Mitani, karena Tuan Mitani tidak
menginginkan seorang anak yang menyusu pada buah dada yang berandeng-andeng itu.
Keintiman Chikako dengan Tuan Mitani terjadi pada waktu yang singkat, tetapi di
penghujung hidupnya, Chikako telah berbuat baik terhadap Tuan Mitani. Chikako
berteman akrab dengan istri Tuan Mitani dan menjadi sekutu dari Ibu Kikuji, yaitu
Nyonya Mitani dalam permusuhan mereka terhadap gundik/selir Tuan Mitani yang lain,
yaitu Nyonya Ota. Chikako sangat membenci Nyonya Ota kerena ia beranggapan bahwa
Tuan Mitani meninggalkannya karena kehadiran Nyonya Ota. Chikako adalah seorang
47
yang serakah yang memiliki dendam dengan Nyonya Ota. Chikako terlihat sangat iri,
cemburu dan membenci Nyonya Ota. Chikako adalah seorang yang suka menyebar racun
berupa hasutan-hasutan, baik kepada Ibunya Kikuji, Kikuji sendiri dan kepada tokoh-
tokoh lain dalam novel ini. Ia mengira Tuan Mitani meninggalkannya karena Tuan
Mitani meremehkan ia karena andeng-andengnya. Chikako adalah seorang instruktur
chanoyu yang memiliki senyuman yang mampu menimbulkan belas kasih, yang dapat
menghancurkan sebuah pertahanan yang kuat, memiliki martabat sebagai seorang nyonya
rumah dalam upacara minum teh dan ia memiliki seni untuk siap melayani. Ia pintar
mencium kelemahan orang, suka memutuskan sesuatu seenaknya, memiliki
kesombongan yang tergambar dari kekerasan hatinya, biang keladi sesuatu, seorang yang
jahat, iri hati, licin dan cekatan dalam membuat dugaan, dan juga menjengkelkan. Ia
memiliki tangan yang begitu putih dan penuh, otot-otot sikunya menonjol seperti tali,
dagingnya tampak alot dan berat.
3.1.5.1 Analisis Verbal
Kutipan berikut menunjukan perasaan Chikako sebagai gundik/selir yang tanpa
penyesalan.
“それはそうでしたもの。私は太田さんとちがいます。軽かる
いもんです。こ
んなことも、何もかくさないで、一度お話したほうがよろしいんですが、
残念ながら、お父様の浮気の数にもはいりゃしません。あれっと言ってお
しまい。。 でも、恨んでなんかいませんわ。それからずうっと、何か私の便利なとき
には、気楽に利用していただけましたから。。男の方って、何かあった女
のほうが、使いいいんですの。私はまたお父様のおかげで、世のなかの健
全な常識が発達いたしましたね。“ Terjemahan :
“__Tapi aku tidak menyesal. Ia cukup baik memelihara aku, karena ia yakin. Seperti layaknya semua lelaki, mudah saja menggaet seorang wanita yang
48
mempunyai affair dengan dia. Demikianlah, terima kasihku padanya, aku mengembangkan suatu penilaian yang baik dan sehat.” (Sembazuru:63)
Analisis
Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa Chikako tidak meyesal dengan apa yang
telah ia lakukan, yaitu tindakannya menjadi gundik/selir sehingga secara tidak langsung
ia dapat menerima keberadaan dirinya sebagai seorang gundik/selir. Menurut penulis
sebenarnya Chikako menyadari bahwa kehidupannya sebagai gundik/selir tidaklah
bahagia, bahkan ia hanya dijadikan seorang gundik/selir dalam waktu yang singkat, tetapi
Chikako tetap merasa bahagia dan tidak menyesal menjadi seorang gundik/selir karena ia
merasa telah terpelihara dengan baik oleh sang pria. Penulis berpendapat bahwa sikap
Chikako yang jelas menyadari ketidakbahagiaannya tetapi tetap tidak merasa menyesal
menjadi gundik/selir ini sangatlah rendah, sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi yang
mengatakan bahwa wanita yang melupakan hak alamiah mereka sebagai wanita dan
menjual diri mereka sendiri demi uang dengan menjadi gundik dari seseorang ataupun
tindakan prostitusi merupakan tindakan terendah yang memungkinkan, bahkan dibawah
tingkat kemanusian.
3.1.5.2 Analisis Non Verbal
Kutipan di bawah ini adalah pendapat Kikuji tentang penderitaan Chikako sebagai
gundik/selir.
苦しんだのは、ちか子だったろうと、菊治は思った。ちか子の場合は、父
もほんの短いたわむれて。 Terjemahan :
Adalah Chikako yang sebenarnya menderita.Chikako adalah wanita piaraan ayahnya untuk waktu yang singkat. (Sembazuru:56)
49
Analisis
Dari kutipan diatas, menuliskan mengenai keadaan Chikako yang sebenarnya
menderita dalam kehidupannya sebagai gundik. Dalam cerita sebelumnya, diceritakan
bahwa Chikako menganggap Tuan Mitani yang tidak bahagia, yang sebenarnya dirinya
sendiri yang tidak bahagia. Menurut penulis, kehidupan Chikako, walaupun ia tidak
menyesal menjadi gundik/selir, tetapi sebenarnya Chikako hidup menderita, karena ia
hanya menjadi gundik/selir dalam waktu yang sebentar. Ia selalu merasa iri dengan
gundik Tuan Mitani yang baru, yang lebih baik daripada dirinya dan yang menjadi
kesayangan Tuan Mitani. Iri hatinya itulah yang membuatnya tidak bahagia dan
ketidakbahagiannya itu ia tularkan ke orang lain dengan cara menyebar fitnah. Menurut
penulis, ketidakbahagiaan Chikako sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi yang
mengatakan bahwa para gundik menderita karena mereka hanya menerima sedikit dari
perhatian sang pria. Beberapa wanita melewatkan hari-hari yang tidak membahagiakan,
setengah mati, setengah hidup, dan Dokter menemukan bahwa penyebab hal tersebut
adalah karena kurangnya pemenuhan kebutuhan hidup seks wanita. Hal ini wajar,
mengingat status Chikako sebagai gundik/selir dalam waktu yang singkat dan posisinya
sebagai wanita lain di hati Tuan Mitani segera tergantikan dengan wanita yang lebih baik,
Chikako tidak mendapat kepuasan dalam berbagai hal karena perubahan statusnya, salah
satunya dalam hal pemenuhan kebutuhan biologis. Menurut penulis, perubahan posisi
Chikako yang tidak lagi menjadi gundik/selir yang disukai oleh Tuan Mitani
membuktikan bahwa keadaan wanita yang menjadi seorang gundik seperti Chikako,
menunjukkan ketidakpastian mengenai keinginan tuannya ataupun mengenai nasib
mereka besok .
50
Beberapa kutipan berikut ini menunjukan bahwa Chikako adalah seorang wanita yang
pencemburu, khususnya pada Nyonya Ota.
ちか子は根深い嫉妬や憎悪も吐き出しているのかと、菊治には聞こえたが。
Terjemahan :
Kikuji tahu masa lalu itu dipakai sebagai jalan keluar saja, berdasarkan iri hati yang terlalu dalam. (Sembazuru:64)
Kutipan berikut ini juga menujukan hal yang sama, yaitu Chikako sebagai wanita yang
pencemburu.
“お父様も、あの奥さんは分らん女だとおっしゃってましたね。女見る目
はまた違いますけれど、まあいつまでもあどけなさそうに見える人でした
ね。私たちの肌には合いません。ねばねばして。。。。“
Terjemahan : “__Ayahmu sering berkata bahwa ia tidak akan pernah mengerti tentang dia. Kepada wanita lain tentulah masalah itu agak berbeda. Tetapi ia selau tampak kekanak-kanakan, tidak peduli sudah berapa umurnya. Jelas ia bukan seperti aku. Kadang-kadang keras hati dan patuh melengket __.” (Sembazuru:56)
Analisis
Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Chikako adalah seorang wanita yang sangat
pencemburu, khususnya kepada Nyonya Ota yang telah menarik perhatian Tuan Mitani
yang tadinya memperhatikan dia, tetapi setelah muncul Nyonya Ota yang lebih baik
darinya, ia ditinggalkan dan tidak lagi menjadi gundik kesukaan Tuan Mitani. Menurut
pendapat penulis, sebagai seorang gundik, sifat Chikako ini tidak sesuai dengan teori
Teruoka Yasutaka bahwa seorang wanita yang dipoligami adalah lebih baik seorang
wanita tidak iri hati dan pencemburu. Iri hati dan cemburu Chikako pada Nyonya Ota
secara nyata sering berupa fitnah yang ia sebarkan kepada orang lain. Menurut penulis,
51
sikap Chikako yang pencemburu dan pemfitnah sesuai dengan teori Kaibara dalam
Fukuzawa mengenai lima sifat dasar wanita, yaitu cemburu (Jealousy) dan umpat / fitnah
(Slander), yang sama sekali tidak baik. Sedangkan berdasarkan teori Yasutaka Teruko,
menurut penulis sikap cemburu dari Chikako tidaklah sesuai dengan konsepnya mengenai
satu suami banyak istri. Dalam teorinya, Yasutaka menulis bahwa seorang wanita yang
menjadi wanita kesekian dari satu pria sebaiknya bukanlah seorang yang iri hati /
pencemburu.
3.1.6 Analisis Pandangan Tokoh Protagonis Fumiko Terhadap Keberadaan
Gundik/Selir
Fumiko adalah tokoh tambahan, karena kemunculannya tidak terlalu banyak dalam
novel ini. Kemunculannya baru nyata pada akhir novel yaitu pada saat ibunya, Nyonya
Ota meninggal .
Sebagai seorang anak dari seorang gundik/selir, Fumiko memeiliki perasaan yang
memiliki perasaan sebagai berikut .
1. Menunjukan penyesalannya atas perilaku ibunyasebagai gundik dari ayah
Kikuji dan sebagai selingkuhan Kikuji.
“__母のことで、お願いにまいりましたの。“
Terjemahan :
“Aku minta agar kau memaafkan ibuku.” (Sembazuru:26)
2. Kutipan berikut juga menunjukan penyesalan Fumiko atas perilaku ibunya juga
sehingga ia terus memohon maaf atas kesalahan ibunya.
52
“_三谷さん、母をゆるしてやってください。”
Terjemahan :
“Tuan Mitani, kau harus memaafkan ibuku.” (Sembazuru:49)
Analisis
Dari kutipan-kutipan di atas, Penulis berpendapat bahwa tokoh Fumiko adalah seorang
tokoh protagonis. Ia sangat malu dan tidak menyetujui tindakan ibunya.
Fumiko adalah anak dari Nyonya Ota dari suaminya, Tuan Ota yang memiliki wajah
yang sangat mirip dengan ibunya. Fumiko adalah sesosok anak perempuan yang memiliki
kesedihan mendalam. Fumiko tadinya tidak terlalu bersahabat dengan Tuan Mitani, tetapi
lambat laun, sikapnya berubah menjadi baik terhadap Tuan Mitani. Fumiko merasa
bahwa ibunyalah (Nyonya Ota) yang menyebabkan Tuan Mitani terlalu cepat meninggal
dunia. Ia juga mengetahui affair yang terjadi antara ibunya dengan Kikuji dan jelas
baginya betapa ibunya telah dilukai hatinya dan dihina. Ia menganggap bahwa ibunya
jahat, seorang wanita yang tidak baik. Walaupun begitu, Fumiko sangat memperhatikan
ibunya dan sangat tidak menyetujui hubungan ibunya dengan Kikuji. Fumiko adalah
seorang wanita yang sederhana, selalu memakai pakaian ala barat, lemah gemulai,
tangkas dan cekatan. Ia memiliki wajah dengan mulut kecil yang acuh tak acuh, bibir
bawah yang agak menonjol ke depan. Ia tidak mengenal cara bagaimana mengenal
ibunya sebagai seorang wanita, jadi ia tidak benar-benar mengenal ibunya. Mempunyai
seorang ibu yang menjadi gundik/selir membuat Fumiko memiliki beberapa pandangan
mengenai gundik/selir seperti tertulis dalam beberapa pengal kalimat di bawah ini.
3.1.6.1 Analisis Verbal
Kutipan di bawah ini menunjukan penyesalan Fumiko atas perilaku ibunya sebagai
gundik dan kekasih Kikuji.
53
1.“母のことで、お願いにまいりましたの_。“
Terjemahan :
“Aku minta agar kau memaafkan ibuku.” (Sembazuru:26)
Sedangkan beberapa kutipan berikut ini menunjukan pendapat Fumiko atas perilaku
ibunya baik sebagai gundik maupun megenai hubungan ibunya dengan Kikuji..
2.“母が悪いんですわ。母はだめな人ですから、はっといていただきたい
んですの。もうおかまいにならないで”。
Terjemahan :
“Ia jahat !” seru gadis itu. “Ia tidak baik dan kau jangan melakukan apa-apa lagi.” (Sembazuru:27)
3.“母が悪いんですわ。母はだめな人なんですもの。お父様とのことだっ
て、三谷さんのことだって、私には母の性格とは思えないんですけれ
ど。”
Terjemahan :
“Ibu yang salah. Ibu yang salah. Ayahmu, lalu kau – tapi kukira sifat-sifat ibu yang sebenarnya berbeda.” (Sembazuru:52)
4,“そんなにやさしくもなかったんですのよ”。 Terjemahan :
“Ibuku sama sekali bukan orang yang baik budinya.” (Sembazuru:66)
Analisis
Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Fumiko sangat malu atas perbuatan ibunya,
sehingga ia harus meminta maaf kepada Kikuji. Menurut analisis penulis, Fumiko adalah
seorang wanita yang berpikiran modern, yang sangat tidak setuju dan tidak dapat
menerima tindakan yang dilakukan oleh ibunya, Nyonya Ota, baik tindakan ibunya
54
sebagai gundik/selir ataupun karena tindakan perselingkuhannya dengan Kikuji. Fumiko
yang selalu berpakaian ala barat dan berpikiran maju seperti ala barat juga sehingga
penulis menarik kesimpulan bahwa Fumiko lebih setuju dengan pernikahan satu suami
dan satu istri tanpa adanya wanita lain sebagai gundik, seperti teori yang dikemukakan
oleh Kazuo Aoi.
Hal lain yang membuat Fumiko malu dan meminta maaf kepada Kikuji adalah karena
di Masyarakat Jepang menganggap seorang janda yang menikah lagi adalah suatu
perbuatan ketidaksetiaan terhadap mendiang suaminya, mereka dianggap tidak setia
karena memiliki suami lagi, sesuai dengan teori Fukuzawa Yukichi.