Upload
lammien
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
18
Bab 3
Analisis Data
Cerpen Kappa menceritakan tentang kisah Pasien 23 pada sebuah rumah sakit jiwa.
Usianya kira-kira 30 tahun, tetapi ia kelihatan masih sangat muda. Pasien 23
menceritakan kisah ini pada dokter S. sambil mendekap kedua lututnya erat-erat dan
terkadang melemparkan pandangan keluar. Kadang kala ia menggerakkan anggota
tubuhnya untuk memperkuat ceritanya. Misalnya saja, pada saat kaget tiba-tiba ia
menghentakkan kepalanya kebelakang.
Akutagawa di duga menderita schizophrenia, hingga ia sering berilusi dan
mengalami halusinasi berulang-ulang, menarik diri dari hubungan sosial, dan tenggelam
dalam dunia sendiri. Dalam karya ini sosok penderita schizophrenia tampil dalam sosok
tokoh Aku. Tokoh aku sebagai narator, diceritakan juga sulit beradaptasi dengan dunia
manusia setelah kembali dari negeri Kappa ( Wibawarta, 2003: 210 ).
Saya akan menganalisis unsur psikologis pada diri Pasien 23 berdasarkan teori
Sigmund Freud (2003), melalui tahapan-tahapan kejadian yang dialami oleh tokoh
utama, agar lebih terfokus. Tahapan ini saya bagi menjadi tujuh tahapan, berdasarkan
perubahan sikap psikologis atau pandangan hidup dari tokoh utama.
Tahapan itu adalah sebagai berikut :
1. Tahapan Pertama : Pasien 23 bertemu dengan Kappa.
2. Tahapan Kedua : Masuknya Pasien 23 kedunia Kappa, dan untuk pertama kalinya
mengenal sesosok kappa bernama Bag.
3. Tahapan Ketiga : Hutang budi Pasien 23 terhadap kedua kappa dan jijiknya Pasien 23
melihat kappa tersenyum.
19
4. Tahapan Keempat : Perasaan kaget dan muak Pasien 23 karena menerima tawaran
memakan daging buruh Kappa.
5. Tahapan Kelima : Kagetnya Pasien 23 akan kebakaran yang menimpa kontrakan
rumah Gael.
6. Tahapan Keenam : Kekhawatiran Pasien 23 terhadap Lap dan Tock.
7. Tahapan Ketujuh : Kembalinya Pasien 23 kedunia manusia dan merasakan hal aneh
dalam dunia manusia.
3.1. Analisis Psikologis Tahapan Pertama Ketika Pasien 23 Pertama Kalinya
Bertemu Dengan Kappa
Pada awalnya digambarkan seorang Pasien 23 yang sedang mendaki gunung
Hodaka. Pada saat itu, hanya ia seorang diri yang mendaki gunung Hodaka. Cuaca
berkabut membuatnya merasa kelelahan, karena itu ia memutuskan untuk beristirahat
sejenak. Ketika ia sedang melihat ke arah jam tangan untuk memastikan waktu, ia
melihat sesuatu melintas di depannya. Id nya mendorong Pasien 23 untuk mengetahui
mahluk apa yang tadi melintas di depannya. Setelah tampak jelas, baru ia tahu bahwa
makhluk yang tadi dilihat olehnya adalah seekor Kappa. Id Pasien 23 mendorong
egonya melakukan pencaharian akan keberadaan mahluk tersebut, sehingga ia berlari
menyusul makhluk itu ke dalam sebuah lubang.
20
.僕はパンをかじりながら、ちょっと腕時計をのぞいて見ま した。時刻はもう一時二十分過ぎですが、それよりも驚いたのは何か氣味の惡い顏が一つ、円い腕時計の硝子(ガラス)の上へちらりと影を落としたことです。僕は驚いて ふり返りました。すると、――僕が河童というものを見たのは僕にこの時が始めてだったのです( Kappa, 2005 : 33 ).
Terjemahan : Sambil menggigit sepotong roti, sekilas aku melihat arloji. Hari sudah pukul satu lewat dua puluh menit. Tiba-tiba ada yang seketika itu mengagetkanku; sesosok bayangan berwajah seram tercermin sepintas pada kaca bulat arloji. Aku segera menoleh kebelakang; dan untuk pertama kali aku melihat makhluk kappa (Kappa, 2005 : 85 ).
Analisis : Kalimat “tiba-tiba ada yang seketika mengagetkanku”, diucapkan oleh Pasien 23
karena dia merasa kaget, ada makhluk aneh yang terlihat melintas melalui arlojinya.
Dengan spontan Pasien 23 menoleh ke arah tersebut, reaksi ini muncul karena adanya
dorongan dari Id, yang mereduksi “ kekagetan “ dalam diri tokoh cerita. Dalam hal ini Id
pada Pasien 23 bekerja sedemikian rupa untuk segera menghentikan tegangan, yang
timbul karena kemunculan Kappa secara tiba-tiba. Sesuai dengan teori Frued yang
menyatakan bahwa ego itu timbul karena adanya dorongan dari Id (Freud, 2006:64).
そのうちに僕は飛び立つが早いか、岩 の上の河童へおどりかかりました。同時にまた河童も逃げ出しました。いや、おそらくは逃げ出したのでしょう。僕はひらりと身をかわしたと思うと、たちまちどこかへ消えてしまったのです (Kappa, 2005 : 33 ).
Sekonyong-konyong aku melompat berdiri hendak menangkapnya. Tetapi berbarengan dengan gerakanku, kappa itu kabur. Aku sudah membalikkan badan secepat kilat, namun dalam sekejap pula ia menghilang entah kemana (Kappa, 2005 : 85 ).
21
Pada kutipan sebelumnya unsur Id memberikan suatu respon secara spontan.
Seperti kita ketahui dimana proses itu bekerja guna mereduksi suatu masalah untuk
mengambil suatu keputusan yang tepat. Akan tetapi, pada kutipan di atas ini, nilai Id
sebagai penghantar dimana Ego bekerja secara maksimal dan menjadikan nilai
kepuasan sendiri. Dengan melompatnya tokoh utama dan hendak menangkapnya, Ego
yang terdapat pada tokoh utama menjadikan suatu titik berat untuk mencapai suatu
tujuan demi kepentingan pribadi, yang menyebabkan hilangnya nilai kesadaran diri
pasien 23. Ego pada pasien 23 menjadikan titik puncak akan keinginannya untuk
menangkap seekor kappa. Dapat disimpulkan bahwa nilai normal pada diri tokoh utama
tidak terkendali. Pada dasarnya tokoh utama mengikuti prinsip kenyataan, dan
beroperasi menurut Proses sekunder ( berfikir realistik ). Dengan berfikir realistik,
sehingga Pasien 23 berusaha menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan
mengujinya dengan tindakan.
僕は、―― 僕も「しめた」と思ひましたから、いきなりそのあとへ追ひすがりました。するとそこには僕の知らない穴でもあいてゐたのでせう。僕は滑かな河童の背中にや つと指先がさはつたと思ふと、忽ち深い闇の中へまつ逆さまに轉げ落ちました ( Kappa, 2005 : 34).
Terjemahan :
Karena saat itu kupikir aku akan dapat menangkapnya, maka aku ikut melompat ke dalam rumpunan bambu itu. Tetapi ternyata disitu ada lubang yang tak tampak olehku. Aku terjatuh dengan kepala lebih dahulu ke dalam lubang gelap pekat sebelum akhirnya menyentuh kulit kappa yang licin itu (Kappa, 2005 : 86).
Nilai Ego yang besar pada Pasien 23 menjadikan suatu bumerang buat dirinya,
dimana ketidakpuasaan demi mendapatkan seekor kappa sangat kuat. Seperti kita
ketahui pada kutipan di atas bahwa Pasien 23 berusaha menangkap seekor kappa demi
22
untuk memuaskan dirinya. Dalam hal ini, dengan mengandalkan Ego dan hawa nafsu
yang begitu tinggi, membuat Pasien 23 hilang konsentrasi yang menyebabkan ia
terjatuh tanpa mengetahui akan adanya lubang. Sehingga Pasien 23 ikut melompat tanpa
berfikir panjang. Hal ini dapat dilihat bahwa, Ego pada Pasien 23 memegang peranan
dalam dirinya Dengan mengikuti Egonya dapat disimpulkan terjatuhnya Pasien 23
kedalam lubang, menjadikan suatu hukuman yang diakibatkan tidak terkendalinya suatu
pikiran atau insting yang terdapat pada diri Pasien 23.
23
Tabel 3.1
Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23
Id
Dalam hal ini Id pada Pasien 23 bekerja sedemikian rupa untuk
segera menghentikan tegangan, yang mengakibatkan
menolehnya Pasien 23 untuk menanggulangi rasa penasaran akan
bayangan yang terdapat pada kaca arlojinya, sehingga
menimbulkan keingintahuan Pasien 23 akan bayangan tersebut.
↓
Pembentukan reaksi
Pada saat bayangan seram yang tercermin pada arlojinya,
Dengan spontan menolehnya Pasien 23 menimbulkan reaksi,
dimana reaksi itu bekerja didasari oleh unsur Id.
↓
Ego
Dengan melompatnya tokoh utama dan hendak menangkapnya,
Ego yang terdapat pada tokoh utama menjadikan suatu titik berat
untuk mencapai suatu tujuan demi kepentingan pribadi, yang
menyebabkan hilangnya nilai kesadaran diri.
3.2. Analisis Psikologis Tahapan Kedua Masuknya Pasien 23 Kedunia Kappa
24
Tepatnya sore hari tokoh utama (Pasien 23) dan Bag (kappa) sedang mengobrol
berhadapan, hanya sebuah meja saja yang memisahkan jarak mereka berdua. Dalam
perbincangan, Bag yang duduk berhadapan dengannya tiba-tiba berubah sikap menjadi
aneh, yang menimbulkan rasa takut pada Pasien 23. Saat itu juga kecurigaan dan rasa
takut menjadikan Pasien 23 ingin segera lari dari tempat duduk, untungnya dengan
waktu yang bertepatan dokter Chack datang. Dengan melihat sikap Bag yang aneh,
dengan serentak dokter Chack menanyakan apa yang terjadi pada Bag, dengan merasa
malu Bag mengangkat kedua tangannya sambil meminta maaf pada Pasien 23, lalu Bag
berkata bahwa ia senang melihat Pasien 23 merasa takut.
或生暖あるなまあたた
かい日の暮く
れです。僕はこの部屋へ や
のテエブルを中に漁夫ぎ ょ ふ
のバツグ
と向む
かい合っていました。するとバツグはどう思ったか、急きゅう
に默ってし
まった上、大きい目を 一層いっそう
大きくしてじっと僕を見つめました。僕は
勿論妙もちろんみょう
に思いましたから、「Quax, Bag, quo quel quan? 」と言いました。
これは日本語に翻訳ほんやく
すれば、「おい、バツグ、どうしたんだ」というこ
とです。が、バックは返事へ ん じ
をしません。のみならずいきなり立ち上る と、
べろりと舌を出したなり、丁度蛙ちょうどかえる
の跳はねるやうに飛と
びかかる氣色け し き
さへ
示しました。僕はいよいよ無氣味む き あ じ
になり、そっと椅子から立た
ち上がると、
一足飛びに戸口へ飛び 出そうとしました。丁度ちょうど
そこへ顏を出したのは幸
いにも愛車あいしゃ
のチヤツクです。「こら、バツグ、何をしてゐるのだ?」(Kappa, 2005: 36).
25
Terjemahan : Pada suatu sore yang agak hangat, aku dan Bag mengobrol berhadapan
dipisahkan meja, tiba-tiba saja ia terdiam dan kedua matanya yang lebar membelalak lebih lebar menatapku. Entah apa yang ada dalam benaknya. Karena merasa aneh aku bertanya dalam bahasa kappa.
“Quax, Bag, quo, quel quan?” Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa manusia artinya kira-kira, “Hei,
Bag, ada apa?” tetapi Bag tetap diam. Tiba-tiba ia melompat berdiri, menjulurkan lidah dan melompat seperti katak.
Aku menjadi ketakutan dan bangkit dari tempat duduk dengan perlahan, bermaksud hendak kabur dari ruangan itu. Tepat pada saat itu, untung saja , dokter Chack muncul (Kappa, 2005: 88).
Setelah masuk kedunia Kappa Pasien 23 mengenal sosok kappa yang bernama Bag.
Sosok Kappa ini mempunyai sifat yang aneh. Banyak keanehan-keanehan yang
ditunjukkan pada Pasien 23. Terlihat sekali keanehan yang ditunjukkan dalam
或生暖あるなまあたた
かい日の暮く
れです。僕はこの部屋へ や
のテエブルを中に漁夫ぎ ょ ふ
のバツグ
と向む
かい合っていました。するとバツグはどう思ったか、急きゅう
に默ってし
まった上大きい目を一層いっそう
大きくしてじっと僕を見つめました (Kappa, 2005: 36).
Terjemahan :
Pada suatu sore yang agak hangat, aku (pasien 23) dan Bag mengobrol berhadapan dipisahkan meja, tiba-tiba saja ia terdiam dan kedua matanya yang lebar membelalak lebih lebar menatapku (Kappa, 2005: 88).
Analisis : Dalam kutipan di atas tampak Pasien 23 merasa cemas dengan melihat tingkah laku
Bag. Id menjadi faktor utama yang menimbulkan kecemasan yang terdapat pada Pasien
23. Seperti yang dikatakan Hall & Lindzey dalam Freud ( 1993: 81), fungsi kecemasan
26
adalah memperingatkan sang pribadi akan adanya bahaya; kecemasan merupakan isyarat
bagi Ego bahwa kalau tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat, maka bahaya itu akan
meningkat sampai Ego dikalahkan (1993:81). Dengan membelalaknya mata seekor
Kappa, kecemasan timbul pada diri Pasien 23, yang mengakibatkan terdoronganya
perasaan dasar yaitu Id. Seperti yang dilampirkan pada bab 2 Id adalah segi kepribadian
tertua, sistem kepribadian pertama (naluri), dan sejak lahir, diturunkan secara genetik.
Dengan Id pada Pasien 23 memotivasinya untuk melakukan sesuatu, yaitu ia
bangkit dari tempat duduknya karena merasa terancam. Tindakkan ini menemukan
adanya tindakkan defensif dari si pelaku utama, yang mengakibatkan berkembangnya
pembentukkan reaksi. Tindakkan itu berperan untuk menjaga suatu hal buruk dari
kecemasan yang terjadi.
Pernyataan tersebut dapat dipahami kembali dalam kutipan :
僕はいよいよ無氣味む き あ じ
になり,そっと椅子から立た
ち上がると、一足飛びに戸口へ飛び出そうとしました (Kappa, 2005: 36).
Aku menjadi ketakutan dan bangkit dari tempat duduk dengan perlahan,
bermaksud hendak kabur dari ruangan itu (Kappa, 2005: 88).
Selain itu Pasien 23 juga terlihat mengalami kecemasan realistis akan kebimbangan
dalam mengambil keputusan untuk lari atau tetap diam di tempat. Kecemasan realistis
adalah rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar. Hal itu menyebabkan tidak
tahunya harus berbuat apa. Hal ini membuktikan bahwa Pasien 23 berada dalam tekanan
psikis, sehingga ia tidak dapat berfikir logis. Pasien 23 menjadi terombang ambing tanpa
tahu harus berbuat apa.
27
Pada saat yang tepat dokter Chack datang ke arahnya. Dengan melihat tingkah laku
Bag, dokter Chack langsung menegurnya. Pasien 23 merasa lebih tenang dimana
perasaan was-was sebelumnya dapat diredam dengan baik. Hal ini menyebabkan
berkembangnya Superego yang berfungsi untuk meredam kecemasan yang sedang
terjadi.
Dan perasaan lega itu digambarkan pada kutipan di bawah ini :
丁度ちょうど
そこへ顏を出したのは幸いにも愛車あいしゃ
のチヤツクです。こら、バツグ、何をしてゐるのだ?」(Kappa, 2005: 36).
Tepat pada saat itu, untung saja , dokter Chack muncul. “ Hei, Bag, apa yang kau lakukan?” (Kappa, 2005: 88).
Tabel 3.2
Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23
Id
Dengan membelalaknya mata seekor kappa, kecemasan timbul pada
diri Pasien 23, yang mengakibatkan terdoronganya perasaan dasar
yaitu id
↓ Cemas
Segi cemas yang ditunjukan adalah pada saat membelalaknya mata
seekor kappa, dan kemudian kecemasan timbul pada diri pasien 23, yang
mengakibatkan terdoronganya perasaan dasar yaitu id.
↓
28
Pembentukan
reaksi
Bangkit dari tempat duduk karena merasa terancam. Tindakkan ini
menemukan adanya tindakkan defensif dari si pelaku utama, yang
mengakibatkan berkembangnya pembentukkan reaksi. Tindakkan itu
berperan untuk menjaga suatu hal buruk dari kecemasan yang terjadi.
3.3. Analisis Psikologis Tahapan Ketiga Jijiknya Pasien 23 Melihat Kappa
Tersenyum Hutang budi Pasien 23 terhadap kedua kappa dan jijiknya Pasien 23 melihat kappa
tersenyum.
Dengan masuknya ke dunia kappa, Pasien 23 merasakan banyaknya keanehan-
keanehan yang terjadi. Hal itu sudah dirasakannya saat pertama kali ia masuk kedunia
kappa. Akan tetapi, Pasien 23 merasa terbantu akan adanya dua sosok kappa yang
bernama Lap dan Bag.
Dengan kejenuhannya berada di dunia kappa, sesekali Pasien 23 berkunjung
kerumah seekor kappa yang bernama Tock. Disaat pasien 23 berkunjung, ia melihat
sesosok kappa betina berada di salah satu pojok kamar, dan tersenyum padanya.
Sebenarnya Pasien 23 tidak suka melihat seekor kappa tersenyum, sehingga rasa jijik
menyelimuti perasaan Pasien 23, namun karena kebaikan Tock, Pasien 23 berusaha
meredam perasaan tersebut.
僕はこのラツプという河童にバツグにも劣らぬ世話になりました。が、その中でも忘れられないのはトツクという河童に紹介されたことです。トツクは河童仲間 の詩人です。詩人が髪を長くしていることは我々人間と變りません。僕は時々トツクの家へ退屈しのぎに遊びにゆきました。
29
トツクはいつも狹い部屋に高山植物の 鉢植えを並べ、詩を書いたり煙草をのんだり、いかにも氣樂さうに暮らしていました。そのまた部屋の隅には雌の河童が一匹、(トツクは自由戀愛家ですから、細 君というものは持たないのです。)編み物か何かしていました。トツクは僕の顏を見ると、いつも微笑してこう言うのです。(もっとも河童の微笑するのはあまりいものではありません。少なくとも僕は最初のうちはむしろ無氣味に感じたものです。)「やあ、よく来たね。まあ、その椅子にかけたまえ。」(Kappa, 2005 : 40).
Terjemahan :
Aku sangat berhutang budi pada Lap maupun Bag. Mereka banyak menolongku dalam berbagai hal. Khususnya dengan Lap, aku tak dapat melupakan jasa baiknya karena telah memperkenalkanku dengan kappa lain bernama Tock. Tock adalah kappa penyair, berambut gondrong seperti halnya penyair kita. Terkadang aku bertandang ke rumahnya sekedar untuk membunuh rasa bosan. Tock selalu berada di dalam kamarnya yang sempit dengan berbagai pot tanaman dari pegunungan. Ia menulis sajak dan merokok, sepertinya hidup sangat santai. Ia menganut cinta bebas, dan tidak beristri. Meskipun begitu aku sering melihat kappa betina di salah satu pojok kamarnya, entah sedang merenda atau melakukan pekerjaan lain. Sebenarnya aku tidak suka melihat kappa tersenyum, atau setidak-tidaknya aku merasa jijik pada awalnya, tetapi tock selalu tersenyum menyambutku, dan berkata. “Terima kasih mau berkunjung. Silahkan duduk!” (Kappa, 2005 : 93).
Analisis : Tock adalah seekor kappa yang ramah, ia selalu tersenyum pada Pasien 23. Karena
Tock inilah, Pasien 23 bisa mereduksi rasa jijik terhadap Kappa. Dari hal tersebut
tampak bahwa Pasien 23 dapat mengendalikan Id nya, dengan bekerjanya Superego. Hal
ini sesuai dengan teori Freud yang menyatakan bahwa Superego adalah perwujudan
internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat, sebagaimana diterangkan
orang tua kepada anak dan dilaksanakan dengan cara memberinya hadiah atau hukuman
(Freud, 2006: 66).
30
Rasa jijik akan senyuman Kappa pada awalnya merupakan gambaran Ego yang
muncul dari Id Pasien 23. Dalam hal ini sesuai teori yang dikemukakan Freud dalam
Hall dan Lindsey (1993 : 66), dimana Ego Pasien 23 mulai berkembang sedikit demi
sedikit, dan mulai mengikuti prinsip kenyataan, dan beroperasi menurut proses sekunder.
Dimana prinsip kenyataan Pasien 23 mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan
suatu objek yang cocok untuk pemuas kebutuhan. Untuk sementara waktu, prinsip
kenyataan pada Pasien 23 menunda prinsip kenikmatan, dimana perasaan jijik terhadap
Kappa juga dirasakan.
Seperti yang terdapat pada kutipan diatas, kata ” aku merasa jijik pada awalnya,
tetapi tock selalu tersenyum menyambutku”. Disini dapat kita lihat Pasien 23 mengalami
konflik batin antara perasaan jijik dan keramahan yang selalu Tock berikan kepadanya.
Hal ini disebabkan Id pada Pasien 23 sebagai pemuas dalam perasaan, kemudian Ego
tokoh utama bekerja berdasarkan realitas yang ada. Dalam hal ini dengan perasaan jijik,
tidak menjadikan suatu tindakan perasaan yang membuat tokoh utama terfokus pada
suatu masalah. Dengan keramahan Tock membuat terjadinya pembentukan reaksi,
dimana pembentukan reaksi merupakan tindakan defensif yang berguna untuk
mereduksi suatu masalah, yang menyebabkan keterbalikan suatu perasaan awal ketahap
yang lebih baik yang didasari oleh Superego Tokoh Utama.
31
Tabel 3.3.
Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23
Id
Rasa jijik pada kappa yang tersenyum
↓
Ego Ingin pegi / ingin berlalu dari tempat itu
↓
Superego
Dengan keramahan Tock pasien 23 merasa berhutang budi,
karena ituah super egonya bekerja, yang membuat dia teta
berada di tempat itu, dengan menghilangkan rasa jijiknya.
3.4. Analisis Psokologis Tahapan Keempat Perasaan Kaget Dan Muak Pasien 23
Karena Menerima Tawaran Memakan Daging Buruh Kappa.
Pada tahapan ini ego Pasien 23 sudah mulai bekerja, yang artinya sudah berfikir
rasional. Akan tetapi Pasien 23 dihadapkan pada dua pilihan antara makan daging buruh
yang ditawarkan atau pergi dari tempat itu. Pasien 23 yang merasa kaget dan muak
melihat daging para buruh yang ditawarkannya, membuat ia hendak pergi pulang
kerumah dengan perasaan muak sambil terus menerus meludah. Berikut ini adalah
kutipan yang menunjukkan kecemasan dan kemuakan yang ada pada pasien 23:
32
こういう問答を聞いていたゲエルは手近いテエブルの上にあったサンドウイツチの皿を勸めながら、恬然と僕にこう言いました。
「どうです?一つとりませんか?これも職工の肉ですがね。」
僕はもちろん辟易しました。いや、そればかりではありません。ペップやチャックの笑い声を後ろにゲエル家の客間を飛び出しました。それはちょうど家々の空に星明りも 見えない荒れ模樣の夜です。僕はその闇の中を僕の住居へ歸りながら、のべつ幕なしに嘔吐を吐きました。夜目にも白じらと流れる嘔吐を (Kappa, 2005 :49-50).
Terjemahan :
Gael yang dari tadi mendengar debat kami mengambil piring sandwich dari meja didekatnya lalu dengan tenang menawarkannya padaku. “ Bagaimana? Kau mau ambil satu? Ini juga daging para buruh itu.” Sudah barang tentu aku kaget dan muak. Lebih dari itu, aku segera buru-buru kabur dari ruang tamu rumah Gel menembus gelap malam diiringi gelak tawa Pep dan Chack di belakangku. Malam itu sangat mengerikan, sama sekali tak tampak cahaya bintang di atas rumah-rumah. Dalam gelap malam itu, di sepanjang jalan menuju rumah aku terus menerus meludah, sampai-sampai terlihat memutih dalam gelapnya malam (Kappa, 2005: 102)
Analisis : Pasien 23 yang merasa kaget dan muak menerima tawaran Gael, menunjukkan Ego
Pasien 23 yang mendorongnya untuk melakukan mekanisme pertahanan. Dalam hal ini
sesuai dengan teori Freud mengenai mekanisme pertahanan, yang menjelaskan bahwa
karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang berlebih-lebihan, maka Ego kadang-
kadang terpaksa mengambil cara singkat untuk menghilangkan atau mereduksi tegangan,
cara-cara yang demikian itu disebut mekanisme pertahanan. Dalam hal ini Pasien 23
mengalami Represi yang merupakan salah satu bentuk pokok mekanisme pertahanan.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua, represi adalah proses psikis yang tak sadar
33
dimana pikiran atau keinginan yang dianggap tidak pantas disingkirkan dari kesadaran,
yang kemudian dipindahkan ke taraf lain, yaitu taraf tak sadar, dimana Pasien 23 yang
merasa begitu kaget dan muak akan tawaran sandwich tanpa sadar menyingkirkan
perasaan tersebut dari kesadaran, yang kemudian taraf tak sadarnya membuat ia tanpa
sadar hendak pergi tanpa meminta ijin.
Pasien 23 yang tadinya memperlihatkan rasa ingin tahu yang lebih kuat dibanding
perasaan takut yang dimilikinya, kemudian perasaan tersebut berubah menjadi perasaan
takut yang lebih kuat dibandingkan perasaan ingin tahunya. Reaksi yang ditunjukan
Pasien 23 muncul dari Kecemasan realistis Pasien 23 yang begitu kuat sehingga
memaksa Ego Pasien 23 melakukan mekanisme pertahanan untuk menghilangkan atau
mereduksi tegangan tersebut.
Tabel 3.4.
Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23
Ego Pasien 23 yang merasa kaget dan muak menerima tawaran
Gael.
↓
Mekanisme pertahanan
Aku segera buru-buru kabur dari ruang tamu rumah Gael
menembus gelap malam diiringi gelak tawa Pep dan Chack
di belakangku.
↓
34
Represi
Pasien 23 yang merasa begitu kaget dan muak akan tawaran
sandwich tanpa sadar menyingkirkan perasaan tersebut dari
kesadaran, yang kemudian taraf tak sadarnya membuat ia
tanpa sadar hendak pergi tanpa meminta ijin.
3.5. Analisis Psokologis Tahapan Kelima Kagetnya Pasien 23 Akan Kebakaran
Yang Menimpa Kontrakan Rumah Gael.
Pada tahapan ini kebencian Pasien 23 terhadap Gael mulai mereda sedikit demi
sedikit mulai terlihat lebih perubahan dalam diri Pasien 23 ketika mendengarkan cerita
Gael. Dimana yang tadinya dianggap Gael sebagai kappa kapitalis, dengan melihat
wajah Gael pada saat mendengar kabar kebakaran tepat dikontrakan rumahnya,
membuat terbentuknya suatu reaksi terhadap Pasien 23. Dengan memberikan setangkai
bunga mawar kepada Gael, menunjukkan kepedulian Pasien 23 menjadi pendorong
terbentuknya sifat mulia yang didasari oleh Id. Dimana perubahan sikap Pasien 23 itu
tidak lain diakibatkan suatu perubahan keadaan yang menimpa Gael, yang mendorong
Superego Pasien 23 untuk bekerja sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan.
ちょうどそこへはいってきたのはこの倶樂部の給仕です。給仕はゲエルにお時宜をした後、朗読でもするようにこう言いました。
「お宅のお隣に火事がございます。」
35
「火――火事!」
ゲエルは驚いて立ち上がりました。僕も立ち上がったのはもちろんです。が、給仕は落ち着き払って次の言葉をつけ加えました。
「しかしもう消し止めました。」
ゲエルは給仕を見送りながら、泣き笑いに近い表情をしました。僕はこういう顏を見ると、いつかこの硝子会社の社長を憎んでいたことに気づきました。が、ゲ エルはもう今では大資本家でも何でもないただの河童になって立っているのです。僕は花瓶の中の冬薔薇の花を拔き、ゲエルの手へ渡しました (Kappa, 2005: 53 ).
terjemahan :
Tepat pada saat itu kappa pelayan klub itu memberi hormat pada Gael lalu berkata seperti membaca sajak.
“ada kebakaran di sebelah rumah tuan!”
“Ke… ke… kebakaran?” Gael kaget dan melompat dari tempat duduknya. Begitu pula aku. Tetapi pelayan dengan tenang menambahkan, “tetapi api sudah dapat dipadamkan.” Pelayan itu lalu keluar. Gael memandanginya dengan muka antara tertawa dan menangis. Melihat wajahnya seperti itu, entah kapan, aku juga pernah merasa benci pada direktur pabrik kaca itu. Ia yang kini berdiri di hadapanku, bukan lagi sebagai kappa kapitalis melainkan kappa biasa. Kucabut sekuntum bunga mawar, musim dingin dari jambangan dan kuberikan padanya (Kappa, 2005 : 106 ).
Analisis :
Dengan mendengar kabar atas kebakarannya kontrakan Gael, meyakinkan Pasien 23
untuk hengkang dari tempat duduknya, yang menimbulkan terdorongnya Id hingga titik
puncak kecemasan yang terdapat pada Pasien 23 ikut terpacu, sehingga dengan spontan
memberikan symbol akan terjadinya reaksi untuk mengambil suatu tindakan. Dimana
36
perasaan cemas Pasien 23 itu yang membantu sebagai penggerak akan kepedulian Pasien
23 terhadap Gael yang dianggap sebagai kappa kapitalis.
Melihat mimik muka Gael antara tertawa dan sedih, membuat pasien 23 teringat
akan kebencian terhadap direktur pabrik kaca (Gael) dalam beberapa waktu lalu.
Dimana perasaan benci itu terjadi karena berkembangnya ego yang begitu besar pada
Pasien 23, yang di sebabkan oleh kesombongan Gael pada awalnya, sehingga Id pada
Pasien 23 berkembang sampai titik Ego ditemukan. Akan tetapi, perasaan benci itu dapat
diredam, dengan melihat keadaan Gael sekarang ini, sehingga menimbulkan terjadinya
proyeksi pada Pasien 23, dimana dapat kita ketahui proyeksi adalah mereduksi
kecemasan dengan cara menggantikan suatu masalah besar dengan masalah yang lebih
ringan, yang mengakibatkan superego pada diri Pasien 23 berkembang dalam tahap yang
lebih tinggi. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan “kucabut sekuntum bunga mawar
musim dingin dari jambangan dan kuberikan padanya”. Dengan berkembangnya
Superego pada Pasien 23, sehingga Pasien 23 menunjukkan kepeduliannya terhadap
Gael, dengan cara mengambil sekuntum bunga mawar dan memberikannya. Sifat Pasien
23 ini menjadikan simbol kepedulian untuk menunjukkan toleransinya terhadap Gael.
Dimana semua perasaan negatif yang ia miliki dapat direduksi dengan baik, hingga
terbentuknya suatu tujuan mulia yang dapat terjadi pada siapa saja, dimana saja dan
kapan saja.
37
Tabel 3.5.
Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23
Id
Dengan melihat Gael berdiri dengan serentak, meyakinkan
pasien 23 untuk hengkang dari tempat duduknya dan ikut
melihat keadaan sebelah rumah Gael.
↓
Cemas Dengan spontan memberikan simbol akan terjadinya reaksi
untuk mengambil suatu tindakan. Dimana perasaan itu timbul
karena melihat keadaan yang menimpa Gael.
↓
Superego
Tokoh utama menunjukkan kepeduliannya terhadap Gael,
dengan cara mengambil sekuntum bunga mawar dan
memberikannya. Hal itu menjadikan simbol kepedulian pasien
23 untuk menunjukkan toleransinya terhadap Gael, guna untuk
meredam suatu keadaan yang menimpa Gael.
3.6. Analisis Psokologis Tahapan Keenam Kekhawatiran Pasien 23 Terhadap
Lap dan Tock
Pada tahapan ini Id Pasien 23 mulai bekerja, perasaan khawatir Pasien 23 akan Lap
dan Tock begitu terlihat. Kekhawatiran itu membuat terbentuknya suatu proses
38
manusiawi yang mengakibatkan ingin membantunya Pasien 23 terhadap kedua kappa
yang mengalami masalah yang berbeda. Pandangan hidup Pasien 23 telah sepenuhnya
berubah. Dimana Pasien 23 yang tadinya merasa aneh akan kehidupan kappa, berubah
ingin membantunya. Hal ini terlihat karena Superego yang ia miliki sudah mulai bekerja
sesuai kebutuhan yang diinginkan. Sehingga tidak ada kesenjangan antara kappa dan
manusia.
Hal ini dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini:
トツクはこう叫ぶが早いか、しっかり僕の腕をつかみました。しかもいつか体中に冷汗を流しているのです。
「どうしたのだ?」「どうしたのです?」
「何あの自動車の窓の中から緑いろの猿が一匹首を出したように見えたのだよ。」
僕は多少心配になり、とにかくあの医者のチャックに診察してもらうように勧めました。しかしトックは何と言っても、承知する気色さえ見せません。のみならず何か疑わしそうに僕らの顔を見比べながら、こんなことさえ言い出すのです。
「僕は決して無政府主義者ではないよ。それだけはきっと忘れずにいてくれたまえ。――ではさようなら。チャックなどはまっぴらごめんだ。」(Kappa, 2005: 58 ).
Terjemahan :
Tock tiba-tiba berteriak dan mencengkeram tanganku. Keringat membasahi seluruh tubuhnya. “Tock, ada apa?”
“Kenapa?”
39
“Aku merasa seperti melihat monyet hijau yang menjulurkan kepala dari jendela mobil itu.”
Aku merasa sedikit khawatir akan Tock, dan menganjurkannya agar segera datang ke dokter Chack untuk diperiksa. Tetapi ternyata ia tak mau mendengarkan kata-kataku. Ia memandangi kami bergantian seperti membanding-bandingkan, lalu berkata. “pastikan kalau aku bukan anarkis. Ingat itu! Itu saja…! Selamat tinggal! Ampun, aku tak mau bertemu dokter itu.” (Kappa, 2005: 111 ).
Analisis :
Pasien 23 tidak mengetahui alasan kenapa Tock berteriak dan mencengkeram
tangannya, dan keringat membasahi tubuhnya. Sehingga Pasien 23 mengkhawatirkan
keadaan Tock, dan menganjurkan Tock untuk segera pergi ke dokter. Dorongan
superego yang Pasien 23 miliki mulai menundukkan hasrat dari Ego nya, karena
superego memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri. Kesadaran moral pada
diri Pasien 23 telah mendorongnya untuk membuang jauh-jauh perasaan aneh terhadap
kappa, dimana pada awalnya sempat terlintas dalam benaknya. Sesuai dengan teori
Freud yang telah dijelaskan pada bab 2 sebelumnya bahwa Superego yang
memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri, selalu menuntut kesempurnaan
manusia dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Hal ini menunjukkan kesadaran moral
rupanya masih lebih kuat tertanam dalam diri Pasien 23.
Perasaan aneh Pasien 23 ketika pertama kali melihat kappa telah sepenuhnya hilang.
Oleh keramahan dan kebaikan kappa yang begitu besar, keanehan itu berubah menjadi
suatu kebaikkan yang dapat ia berikan.
40
Tabel 3.6.
Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23
Id
Pasien 23 tidak mengetahui alasan kenapa Tock berteriak dan
mencengkeram tangannya, dan keringat membasahi tubuhnya.
Sehingga Pasien 23 mengkhawatirkan keadaan Tock. Dan
menganjurkan Tock untuk segera pergi ke dokter.
↓
Superego
Kesadaran moral pada diri pasien 23 telah mendorongnya
untuk membuang jauh-jauh perasaan aneh terhadap kappa,
dimana pada awalnya sempat terlintas dalam benaknya.
学生ラツプはいつの間にか往来のまん中に脚を ひろげ、しっきりない自動車や人通りを股目金にのぞいているのです。僕はこの河童も発狂したかと思い、驚いてラップを引き起こしました。
「常談じゃない。何をしている?」
しかしラツプは目をこすりながら、意外にも落ち着いて返事をしました。
「いえ、あまり憂鬱ですから、さかさまに世の中をながめて見たのです。けれどもやはり同じことですね。」(Kappa, 2005: 58 ).
41
Terjemahan :
Entah kapan tiba-tiba Lap sudah berada di tengah jalan. Ia membentangkan kedua kakinya, dan memandangi mobil dan para kappa yang lalu lalang tak ada hentinya melalui selangkangannya. Aku terkejut dan khawatir jangan-jangan ia sudah gila, maka kutarik ia bangun. “Hei! Apa yang kau lakukan? Jangan bergurau,” Rupanya tidak terjadi apa-apa dengan Lap. Sambil mengucek mata ia menjawab tenang. “ aku lagi murung, dan hanya ingin melihat dunia ini dari sudut lain, dengan terbalik. Tetapi ternyata sama saja.” (Kappa, 2005: 111).
Analisis :
Kecemasan Pasien 23 memberikan perhatiannya terhadap Lap, ia merasa Lap
banyak membantu selama ia berada di dunia kappa. Dengan melihat perubahan tingkah
laku Lap, menimbulkan Id pada Pasien 23 bekerja sesuai kebutuhan yang diinginkan. Id
pada Pasien 23 sebagai penggerak rasa khawatir akan Lap. Sehingga menimbulkan
kecemasan realistis pada Pasien 23. Dimana kita ketahui kecemasan realistis adalah
kecemasan atau ketakutan yang realistis. Dengan melihat perubahan Lap, sehingga
Pasien 23 takut akan terjadi gangguan kejiawaan terhadap Lap. Hal ini dapat kita lihat
pada saat ia menarik bangun dan menanyakan apa yang terjadi pada Lap.
Tabel 3.6.1.
Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23
Id
Dengan melihat perubahan tingkah laku Lap, menimbulkan Id
pada pasien 23 bekerja sesuai kebutuhan yang diinginkan.
↓
Kecemasan
Dengan melihat perubahan Lap, sehingga Pasien 23 takut akan
terjadi gangguan kejiawaan terhadap Lap.
42
↓
Defensif Menarik bangun dan menanyakan apa yang terjadi pada Lap.
3.7. Analisis Psokologis Tahapan Ketujuh Kembalinya Pasien 23 kedunia Manusia
Dan Merasakan Hal Aneh Dalam Dunia Manusia.
Pada akhir cerita, Pasien 23 digambarkan telah menentukan pilihannya untuk
kembali kedunia manusia. Dengan kembalinya ke dunia manusia, Pasien 23 yang sudah
merasa terbiasa di dunia Kappa, merasa terganggu oleh bau manusia. Akan tetapi,
perasaan itu lama kelamaan bisa diatasinya. Setelah berada di dunia manusia, Pasien 23
sering tanpa sadar mengucapkan kata-kata dalam bahasa kappa ketika sedang bercakap-
cakap.
僕は河童の國から帰ってきた後、しばらくは我々人間の皮膚の匂いに閉口しました。我々人間に比べれば、河童は実に清潔なものです。のみならず我々人間の頭は河童 ばかり見ていた僕にはいかにも気味の惡いものに見えました。これはあるいはあなたにはおわかりにならないかもしれません。しかし目や口はともかくも、この鼻というものは妙に恐しい気を起させるものです。僕は勿論できるだけ、だれにも会わない算段をしました (Kappa, 2005: 79).
Terjemahan :
Setelah kembali dari negeri kappa, untuk beberapa lama aku merasa terganggu oleh bau manusia. Dibandingkan manusia, kappa sejujurnya lebih bersih. Bahkan aku merasa aneh melihat kepala manusia karena selama ini hanya melihat kepala kappa. Mungkin saja kau tidak dapat memahaminya. Selain itu mata dan mulut,
43
juga hidung manusia, membangkitkan rasa takut. Tentu saja sedapat mungkin aku berusaha agar tak bertemu manusia (Kappa, 2005: 132-133).
Analisis : Ketika Pasien 23 pergi dari dunia kappa, dorongan Ego Pasien 23 mulai
menundukan hasrat Id nya, dimana Ego bekerja pada prinsip realitas, yaitu agar dapat
bebas Pasien 23 memutuskan untuk kembali kedunia manusia. Hal ini sesuai dengan
teori Freud ( 2006: 65 ) yang menjelaskan bahwa Ego merupakan perkembangan dari Id
dan harus mencari realitas yang dibutuhkan Id. Dan Ego lah yang menyebabkan manusia
mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud rasional.
Setelah masuk kedunia manusia Pasien 23 mengalami keanehan yang terdapat pada
organ tubuh manusia. Rasa terganggu dan takut terhadap manusia menunjukan Ego
Pasien 23 mendorongnya untuk melakukan mekanisme pertahanan, hal ini sesuai dengan
teori Freud ( 2006: 96 ) mengenai mekanisme pertahanan, yang menjelaskan bahwa
karena tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang berlebihan-lebihan, maka Ego
kadang-kadang terpaksa mengambil cara yang ekstrem untuk menghilangkan atau
mereduksi tegangan, cara-cara yang demikian itu disebut mekanisme pertahanan. Pasien
23 mengalami represi yang merupakan salah satu bentuk pokok mekanisme pertahanan.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab dua, represi adalah proses psikis yang tak sadar
dimana suatu pikiran atau keinginan yang dianggap tidak pantas disingkirkan dari
kesadaran, yang kemudian dipindahkan ke taraf lain, yaitu tak sadar, dimana Pasien 23
yang merasa terganggu dan takut ketika melihat sosok manusia tanpa sadar
menyingkirkan perasaan tersebut dari kesadaran, yang kemudian taraf tak sadarnya
membuat ia tanpa sadar kalau Pasien 23 adalah manusia juga.
44
Reaksi yang ditunjukan Pasien 23 muncul dari kecemasan realistis Pasien 23 yang
begitu kuat sehingga memaksa Ego Pasien 23 melakukan mekanisme pertahanan untuk
menghilangkan atau mereduksi tegangan tersebut.
Tabel 3.7.
Tahapan Kecemasan yang Timbul dari Id Pasien 23
Ego
Pasien 23 yang pada awalnya terjebak didunia kappa, pada
akhirnya kembali ke dunia manusia demi memenuhi hasrat dari
id nya, akan tetapi ego pasien 23 lah yang paling berperan besar
dalam mengambil keputusan untuk kembali.
↓
Mekanisme pertahanan
Setelah masuk kedunia manusia pasien 23 mengalami keanehan
yang terdapat pada organ tubuh manusia. Pasien 23 yang merasa
terganggu dan takut terhadap manusia menunjukan ego pasien 23
mendorongnya untuk melakukan mekanisme pertahanan.
↓
Represi
Pasien 23 yang merasa terganggu dan takut ketika melihat sosok
manusia,tanpa sadar menyingkirkan perasaan tersebut dari
kesadaran, yang kemudian taraf tak sadarnya membuat ia tanpa
sadar kalau pasien 23 adalah manusia juga.