82
Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi Pekerjaan “PERENCANAAN DED. Embung Cibiana - JP.IR3" BAB III METODOLOGI DAN PENDEKATAN PENYELESAIAN PEKERJAAN Rencana pendekatan dan metodologi pelaksanaan pekerjaan sangat diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, agar dapat dicapai suatu hasil analisis yang cermat, teliti dan optimal. Rencana pendekatan dan metode pelaksanaan ini disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan oleh Pemberi Kerja yang dalam hal ini adalah Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi Pekerjaan Perencanaan DED Embung DI.Cibiana, Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung. Semua pekerjaan pengumpulan data pengukuran, investigasi dan desain termasuk penyelesaian peta, laporan, penggambaran dan lain-lain harus mengikuti Kriteria Standar Perencanaan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum atau Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Setiap penyimpangan dari Kriteria tersebut supaya diuraikan secara jelas dalam suatu laporan, untuk disampaikan dan didiskusikan dengan Pengguna Jasa. 3.1 PENDEKATAN UMUM Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik, sebelumnya perlu dibuat pendekatan secara umum agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan praktis sehingga efisiensi kerja, tenaga dan waktu dapat dicapai. Salah satu maksud pendekatan ini diantaranya Laporan Pendahuluan Hal III - 1

BAB 3 EDIT

Embed Size (px)

Citation preview

WASTEK - 2

Perencanaan Pembangunan Jaringan IrigasiPekerjaan PERENCANAAN DED. Embung Cibiana - JP.IR3"BAB IIIMETODOLOGI DAN PENDEKATAN PENYELESAIAN PEKERJAAN

Rencana pendekatan dan metodologi pelaksanaan pekerjaan sangat diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, agar dapat dicapai suatu hasil analisis yang cermat, teliti dan optimal. Rencana pendekatan dan metode pelaksanaan ini disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan oleh Pemberi Kerja yang dalam hal ini adalah Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi Pekerjaan Perencanaan DED Embung DI.Cibiana, Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung.Semua pekerjaan pengumpulan data pengukuran, investigasi dan desain termasuk penyelesaian peta, laporan, penggambaran dan lainlain harus mengikuti Kriteria Standar Perencanaan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum atau Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Setiap penyimpangan dari Kriteria tersebut supaya diuraikan secara jelas dalam suatu laporan, untuk disampaikan dan didiskusikan dengan Pengguna Jasa.

3.1 PENDEKATAN UMUMUntuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik, sebelumnya perlu dibuat pendekatan secara umum agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan praktis sehingga efisiensi kerja, tenaga dan waktu dapat dicapai. Salah satu maksud pendekatan ini diantaranya adalah membuat pendekatan rencana operasi pelaksanaan secara umum.Setelah rencana operasi/pelaksanaan ini tersusun, selanjutnya dibuat suatu pendekatan teknis yang memuat rencana operasi pelaksanaan pekerjaan, analisa kebutuhan personil, analisa kebutuhan peralatan, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Kemudian disusun program kerja yang meliputi rencana pengerahan tenaga ahli dan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan serta metodologi dan pendekatan yang akan digunakan.Program kerja ini sebaiknya didiskusikan pada saat Pre Award Meeting bersama Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persepsi yang sama dalam pelaksanaannya. Untuk menjelaskan program kerja tersebut akan dilengkapi dengan Bar Chart Penugasan Personil, Schedule Pelaksanaan, Network Planning, Flow Chart Kegiatan dan hal-hal lain yang diperlukan. Program kerja yang dimaksud akan memberikan gambaran tentang kemampuan Konsultan dalam melaksanakan pekerjaan DED Embung Cibiana Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

3.2PENDEKATAN TEKNIS3.2.1Standar dan Peraturan TeknisStandard dan peraturan teknis yang dipergunakan tim Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan studi ini pada dasarnya adalah menggunakan standard yang berlaku di Indonesia.

3.2.2Sistematika Pelaksanaan PekerjaanDengan mengacu kepada syarat-syarat administrasi dan teknis sesuai yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, Ruang Lingkup dan metodologi pelaksanaan yang disusun terdiri dari rangkaian tahapan kegiatan berikut ini .

3.2.2.1 Ruang Lingkup PekerjaanPekerjaan Survai, Investigasi dan Disain DED Embung ini dibagi dalam 4 (empat) kegiatan pokok sebagai berikut :Kegiatan (A):Pengumpulan data, pembuatan dan penyempurnaan peta dasar daerah irigasi dan peta ikhtisar.Kegiatan (B):Survey/inventarisasi kerusakan jaringan irigasi dan usulan perbaikannya, pembuatan skema jaringan irigasi termasuk skema bangunan (existing), pengukuran dan penggambaran saluran pembawa, saluran pembuang dan bangunan yang ada maupun site survay untuk yang direncanakan, serta pengumpulan data pendukung O&P, hidrometri dan hidrologiKegiatan (C)Pembuatan Laporan Sistem Planning (termasuk daftar usulan pekerjaan Konstruksi untuk Rehabiltasi yang melibatkan P3A yang dilengkapi dengan Berita Acara Pemanduan Disain dan Pernyataan kesanggupan P3A dan Gabungan P3A untuk mengelola janingan Inigasi serta di dilakukannya penyelidikan geoteknik apabila diperlukanKegiatan (D)Pembuatan Disain rinci didahulul draft disairi, Rencana Anggaran Biaya (RAB), dilengkapi data untuk analisa ekonomi, data harga satuan upah bahan dan sews aat bantu dilokasi proyek serta menyiapkan dokumen lelang untuk konstruksi Rehabibtasi, serta pembuatan Petunjuk O&P dan Buku Data DI.

3.2.2.2 Tahapan PekerjaanMetodologi dari pekerjaan ini di uraikan dalam beberapa tahap yaitu : 1. Pekerjaan Persiapan Melakukan Mobilisasi Personil, Bahan dan Alat Pengumpulan data hidrologi hingga tahun terakhir yang ada. Pengumpulan data survei topografi dan investigasi/geoteknik yang sudah ada. Pengadaan peta tata guna lahan Pengumpulan laporan studi terdahulu. Pengadaan peta topografi skala 1 : 25.000

2. Pekerjaan Pendahuluan. Dengan menggunakan peta topografi skala 1 : 25.000 atau peta garis dengan skala yang lebih besar serta peta geologi regional yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Bandung, maka dibuat rencana tata letak bangunan beserta sarana bangunan penunjangnya sesuai dengan peruntukannya. Program rencana pelaksanaan survei investigasi serta langkah-langkah detail pelaksanaan studi yang akan dilaksanakan sesuai dengan lokasi rencana bangunan yang telah ditentukan. Penyusunan desain kriteria. Segala hal tersebut diatas harus diasistensikan kepada Direksi serta mendapat persetujuan dari Direksi dan dituangkan di dalam Laporan Pendahuluan (Inception Report), sebagai dasar untuk pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

3. Pekerjaan Survey Lapangan Pekerjaan Pengukuran (Survey Topografi), meliputi :1).Pelaksanaan pembuatan peta topografi dengan skala 1 : 5000, interval kontur 1 meter untuk daerah terjal dan 0,5 meter untuk daerah yang relatif landai, pada lokasi kolam/embung poligon tertutup dan daerah peruntukan poligon terbuka.2).Pembuatan peta garis detail skala 1 : 200 untuk lokasi tubuh embung.3).Pengukuran cross section (1 : 50) dan long section (1 : 100) pada bangunan utama.4).Evaluasi tata letak embung beserta sarana bangunan penunjangnya dengan jalan mengadakan pengecekan lapangan bersama ahli-ahli dan berbagai disiplin ilmu untuk mengkonfirmasikan tata letak yang dihasilkan dalam pekerjaan perencanaan pendahuluan dengan tata letak hasil pemetaan detail dikaitkan dengan optimasi peruntukan embung.5).Membuat usulan untuk tata letak akhir bangunan utama seperti yang diuraikan di atas.6).Menetapkan lokasi akhir, dimensi dan volume lokasi bahan bangunan untuk pekerjaan bangunan utama beserta fasilitasnya.7).Pemasangan Patok BM dan Control Point masing-masing sebanyak 2 dan 6 buah. Survey Hidrologi, meliputi :1).Pengumpulan data curah hujan (terbaru) minimum selama 10 tahun dari stasiun terdekat.2).Pengumpulan data klimatologi lainnya (terbaru) minimum selama 5 tahun dari stasiun terdekat.3).Pengumpulan data/informasi mengenai keadaan sungai (tinggi, perkirakan luas daerah genangan dan dampaknya). Pekerjaan Penyelidikan Geologi (Survey Geologi Teknik dan Mekanika Tanah), meliputi :1).Pemetaan geologi permukaan untuk lokasi tubuh embung dan kolam.2).Pengujian kelulusan air tanah permukaan sebanyak 3 lokasi.3).Handbor .4).Laboratorium test sebanyak 3 unit yang terdiri dari :a).Specific gravityb).Moisture contentc).Atteberg limitd).Particle size analisyise).Pemadatan standardf).Triaxial testg).Permeabilitas (Compacted soil)h).Pengujian contoh air permukaan 2 (dua) sample.5). Test Pit sebanyak 2 lokasi. Survey / Inventarisasi Jaringan Irigasi Pengukuran Situasi Khusus Pengukuran dan Penggambaran Saluran dan Bangunan4. Pekerjaaan Analisa Data Analisa Topografi Analisa Hidrologi Analisa Geologi Teknik dan Mekanika Tanah5. Pembuatan System Planning dan Peta Petak

6. Pekerjaan Detail DesainMerencanakan detail desain saluran dan bangunan irigasi selanjutnya melakukan analisa stabilitas bangunan yang sudah direncanakan7. Kegiatan Pelaporan

Kegiatan ini yaitu membuat laporan atau dokumen berdasarkan hasil survey investigasi, dan kompilasi data yang dikumpulkan selama pekerjaan ini, baik data primer maupun data sekunder hasil survey lapangan. Setiap laporan harus disusun dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, jumlah dan distribusi laporan sesuai yang ditetapkan dan dalam pembuatan laporan, konsultan harus konsultasi lebih dulu dengan Direksi Pekerjaan. Kegiatan ini meliputi :1. Laporan Pendahuluan (Inception Report)a) Rencana kerja secara menyeluruh;b) Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;c) Jadwal kegiatan penyedia jasa;d) Metode Pelaksnaan untuk penanganan pekerjaan yang bersangkutan.Laporan pendahuluan harus dibuat terlebih dahulu draf laporan pendahuluan dan harus diserahkan selambat-lambatnya I (satu) bulan sejak SPMK diterbitkan, dan buku laporan yang sudah diperbaiki berdasarkan hasil diskusi.2. Laporan Bulanana) Kemajuan pekerjaan periode sebelumnya;b) Permasalahan, hambatan dan temuan/fact and finding di lapangan;c) Rencana kegiatan bulan berikutnya;d) Lampiran-lampiran lain yang dibutuhkan.Laporan ini harus diserahkan selambat-lambatnya tanggal 25 setiap bulan.3. Laporan Nota PenjelasanBerisi dasar kajian serta analisis dari pengolahan data primer dan sekunder untuk aspek : hidrologi dan geoteknik dan penyelidikan tanah.4. Laporan Akhir Sementara (Draft Final Report)Berisi hasil penyusunan konsep dan perencanaan detail desain dalam bentuk draft yang kemudian didiskusikan/seminar.5. Laporan Akhir (Final Report)Merupakan hasil perbaikan, koreksi-koreksi dan saran-saran pada waktu diskusi draft final report setelah didiskusikan dan disetujui dimasukan dalam laporan akhir, meliputi laporan :a) Nota Penjelasan;b) Laporan Ringkasan;c) Laporan Analisa RAB dan BOQ;d) Laporan Program Pelaksanaan Fisik Kontruksi;e) Gambar Kalkir Ukuran A1;f) Gambar Kertas Ukuran A3;Gambar Gambar Rencana terdiri dari : Peta Situasi Embung Skala 1 : 2000 atau 1 : 5000 Peta Topograpi Skala 1 : 5000 atau 1 : 2000 Peta Telematik (Peta Penyebaran Penduduk, Tata guna lahan, Peta Wil. Sub DAS Gambar Potongan Memanjang/ Melintang Rencana lokasi Embung.6. Laporan Pendukunga) Data Ukur;b) Deskripsi BM;c) Album Foto Dokumentasi;d) Flash Disk 8 GB yang berisi seluruh laporan dan gambar perencanaan.

3.3Metodologi PelaksanaanPenjabaran tahap kegiatan dalam penyusunan DED Embung DI Cijengkol Kecamatan Soreang adalah sebagai berikut :

3.3.1Pekerjaan Persiapan / Inventarisasi DataPekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan peralatan, persiapan pekerjaan lapangan, dan pengumpulan data sekunder. Persiapan pekerjaan lapangan ini meliputi penyiapan kantor di lokasi proyek dan pekerjaan persiapan untuk Survey-Survey. Sedangkan pekerjaan persiapan untuk Survey meliputi pembuatan program kerja (jadwal kerja lebih rinci) dan penugasan personil, pembuatan peta kerja, penyiapan peralatan Survey dan personil, penyiapan surat-surat ijin/surat keterangan, dan pemeriksaan alat-alat Survey. Dengan demikian, laporan usulan teknis yang dibuat oleh Konsultan akan menjadi acuan Konsultan dan pemilik pekerjaan (pengguna jasa) dalam pelaksanaan pekerjaan ini.Bagan alir pekerjaan persiapan disajikan pada Gambar 3.1 di bawah ini.

KajianPustakaPenyusunan Rencana KerjaDan Draft Laporan PendahuluanPersiapanSurvey LapanganLaporan Pendahuluan(Final)RevisiYaTidakKegiatan PersiapanPengumpulan DataPrimer dan SekunderMulaiSelesaiDiskusi

Gambar 3.1. Bagan Alir Pekerjaan Persiapan

3.3.2Pekerjaan Survey LapanganPekerjaan survey lapangan meliputi : survey topografi, survey hidrologi, survey geologi teknik dan mekanika tanah, survey sosial ekonomi serta survey lingkungan. Bagan alir pekerjaan survey lapangan disajikan pada Gambar 3.2 berikut.

Mulai

Kegiatan Survey Lapangan

SurveyHidrologi

SurveyTopografi

Pemasangan BM/CPPenentuan referensiPemetaan SituasiPenampang MemanjangPenampang MelintangPengumpulan Data Hujan Pengumpulan Data KlimatologiData Debit Pada Sungai /Sumber Air

Perhitungandan PenggambaranAnalisis Hidrologi dan Hidrometri

Analisis dan Evaluasi Data Lapangan

Penyusunan Laporan Hasil Perencanaan

Diskusi

RevisiTidak

YaLaporan Hasil Perencanaan(Final)

Selesai

Gambar 3.2. Bagan Alir Pekerjaan Survey Lapangan

3.3.2.1Pengukuran Topografi TujuanPengukuran topografi ini bertujuan untuk memperoleh data lapangan sebagai gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada.Kegiatan yang dilakukan dalam pengukuran topografi ini, antara lain : Pelaksanaan pembuatan peta topografi dengan skala 1 : 5000, interval kontur 1 meter untuk daerah terjal dan 0,5 meter untuk daerah yang relatif landai, pada lokasi kolam/embung poligon tertutup dan daerah peruntukan poligon terbuka. Pembuatan peta garis detail skala 1 : 200 untuk lokasi tubuh embung. Pengukuran cross section (1 : 50) dan long section (1 : 100) pada bangunan utama. Pemasangan Patok BM dan Control Point masing-masing sebanyak 2 dan 6 buah.Ruang Lingkup Pengukuran Topografi1. Pemasangan Bench Mark (BM) dan patok kayu 2. Pengukuran poligon (Kontrol Horizontal).3. Pengukuran sipat datar (Kontrol Vertikal).4. Pengukuran situasi detail.5. Perhitungan hasil pengukuran.Metodologi Pengukuran TopografiSecara garis besar, Survey topografi yang dilakukan terdiri dari kegiatan sebagai berikut :1. Pekerjaan PengukuranPengukuran ini maksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek terhadap koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran untuk pelaksanaan (stake out) mudah dilakukan. Data koordinat dan ketinggian titik triangulasi diperoleh dari jawatan Topografi angkatan darat (JANTOP-AD) atau dari BAKOSURTANAL. Referensi ketinggian titik triangulasi adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan data koordinat triangulasi berupa koordinat geografis lintang dan bujur dalam sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) yang kemudian ditransformasi ke dalam sistem koordinat Cartesian (x,y). Secara garis besar, pengukuran dan pemetaan situasi meliputi pemasangan patok beton BM & CP, control horizontal dan vertical dan pengukuran detail situasi. Semua data penting yang digunakan untuk menentukan koordinat Bench Mark diperoleh dengan cara pengukuran langsung di lapangan Semua alat ukur (Theodolit, Waterpass, dll) yang digunakan dalam keadaan baik dan memenuhi syarat ketelitian yang diminta (dikalibrasi) Sebelum pekerjaan dimulai, Konsultan menyerahkan program kerja yang berisi jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan, daftar personil, daftar peralatan dan rencana keberangkatan untuk dibahas bersama dengan Direksi (berlaku juga untuk survey lapangan lainnya seperti penelitian geologi / mekanika tanah, survey hidrologi dan lain-lain) Pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan jangka waktu yang tersedia.Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik pada kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan berada dalam satu sistem referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak ada/berada jauh sekali dari lokasi proyek, maka dapat digunakan titik referensi lokal.

Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek, selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol horizontal maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah pekerjaan pengukuran untuk pemasangan patok-patok yang kelak akan digunakan sebagai titik-titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh hubungan posisi di antara titik-titik dasar disebut pengukuran titik-titik kontrol dan hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran detail.2. Orientasi MedanSebagai langkah awal setelah tim tiba di lapangan adalah melakukan orientasi medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang sebelumnya) dan pilar beton lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai titik-titik kontrol pengukuran. Meninjau dan mengamati kondisi sungai beserta keadaan daerah sekitarnya. Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi. Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar lokasi. Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan, perlengkapan, material, serta logistik. Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara bersama-sama dengan Pengawas Lapangan.3. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal (Kontrol Horizontal)Koordinat awal untuk kontrol horizontal diambil/diinterpolasi dari peta topografi 1:50.000 dengan system grid, sedangkan azimuth awal diperoleh dengan pengukuran azimuth matahari. Pengukuran control horizontal dilakukan dengan cara polygon, polygon tertutup atau polygon terbuka tetapi diketahui koordinat titik awal dan akhir pengukuran, polygon melingkupi daerah yang dipetakan, jika daerahnya cukup luas polygon utama dibagi dalam beberapa kring tertutup (untuk pengukuran situasi). Usahakan sisi poligon sama panjangnya, polygon cabang terikat kepada polygon utama dan titik referensi yang digunakan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Usahakan jalur polygon baik cabang atau utama melalui batas alam yang ada seperti jalan, sungai, batas kampung dan lain-lain. Titik poligon lainnya selain Bench Mark adalah patok kayu berukuran 5 cm x 5 cm x 60 cm. Patok ini dicat warna merah untuk memudahkan identifikasi. Azimuth untuk kontrol maupun untuk sudut jurusan awal dicari dengan pengamatan azimuth matahari. Sudut diukur double seri dan digunakan Theodolit T-1, perbedaan B dan LB lebih kecil dari 2 dan ketelitian sudut lebih kecil dari 10 n dimana n adalah jumlah titik poligon. Jarak titik-titik poligon utama dan poligon cabang didapat dari jarak datar Theodolit dan atau dengan memakai pita ukur baja / linon dengan ketelitian linier poligon utama lebih kecil atau sama dengan 1 : 7.500 sedangkan poligon cabang lebih kecil atau sama dengan 1 : 5.000.Pada dasarnya ada beberapa macam cara untuk melakukan pengukuran titik kerangka dasar horizontal, diantaranya yaitu melakukan pengukuran teristris dengan pengukuran poligon. Pengukuran titik kontrol horizontal yang dilakukan dalam bentuk poligon, harus terikat pada ujung-ujungnya. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan.Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan dengan cara mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran poligon ini, titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran. Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar sudut yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan terhadap azimut magnetis.4. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (Kontrol Vertikal)Semua titik poligon diukur ketinggiannya (elevasinya), titik referensi awal untuk kontrol vertikal diambil dari patok BM TTG (Titik Tinggi Geodesi dan Bakosurtanal) terdekat dan atau titik lain yang telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal dilakukan pergi pulang atau double stand denga selisih beda tinggi antara stand I dengan stand II tidak boleh lebih dari 2 mm, alat yang digunakan adalah alat ukur waterpass otomatis (N12, NAK, atau sejenisnya) sebelum dan sesudah pengukuran alat ukur diperiksa ketelitian garis bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah jarak muka dan jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih besar dari 60 m sedangkan jarak terdekat dari alat ke rambu tidak boleh kurang dari 5 m. Ketelitian pengukuran waterpass utama tidak boleh lebih dari 10 D dan waterpass cabang tidak lebih 5 D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan kilometer.Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM) seperti digambarkan pada Gambar dibawah ini.

Gambar 3.3. Pengukuran Waterpass.

Pengukuran waterpas mengikuti ketentuan sebagai berikut:a. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.b. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.c. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka.d. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap.e. Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sanpai longgar. Sambungan rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.f. Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.g. Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.h. Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m.i. Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah.j. Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB), yaitu : 2 BT = BA + BB.k. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.l. Jarak rambu ke alat maksimum 50 mm. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.n. Toleransi salah penutup beda tinggi (T).o. T = 10 D mm dimana:p. D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu kilo meter.5. Deskripsi BM (Bench Mark) dan Patok KayuBench Mark dipasang ditempat yang aman dari gangguan manusia atau binatang. Setiap BM dibuat deskripsinya dan diberi nomor unit yang teratur. Ukuran BM & CP, ukuran marmer tertentu dan dicat warna biru, diatasnya dipasang baut dengan diameter 1,50 cm (untuk BM) dan 1,00 cm (untuk CP). Jumlah BM adalah 2 buah, sedangkan CP yang terpasang adalah sebanyak 6 buah. Seluruh Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) dibuat diskripsinya dengan dilengkapi : koordinat (X,Y), elevasi (Z), foto BM dan CP, lokasi BM dan CP dan keterangan penempatannya. Semua Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) serta patok poligon ditunjukkan pada peta situasi yang berskala. Nama Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) serta elevasinya dicantumkan dengan jelas, elevasi tanah ditunjukkan sebagai pusat ketinggian. Untuk hal patok poligon, hanya nama nomor dan elevasi tanah asli yang dicantumkan.Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark besar berukuran (20x20x100) cm dengan jumlah BM sebanyak 2 buah. Bench Mark besar dipasang seperti berikut: Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 50 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 20 cm) ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah dicari. Pembuatan tulangan dan cetakan BM dilakukan di Base Camp. Pengecoran BM dilakukan dilokasi pemasangan. Pembuatan skets lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan BM dalam posisi "Close Up", untuk lembar deskripsi BM. Baik patok beton maupun patok-patok polygon diberi tanda benchmark (BM) dan nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah pencariannya. Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu. Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3 x 5 x 50) cm3 ditanam sedalam 30 cm, dicat merah dan dipasang paku di atasnya serta diberi kode dan nomor yang teratur.

Gambar 3.4 Patok BM dan Patok Kayu

6. Pengukuran JarakPengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah. Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti di bawah ini

Jarak AB = d1 + d2 + d3

Gambar 3.5 Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring.Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.7. Pengukuran Sudut JurusanSudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon. Penjelasan pengukuran sudut jurusan adalah sebagai berikut :=sudut mendatar=bacaan skala horisontal ke target kiri=bacaan skala horisontal ke target kananPembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut :a. Jarak antara titik-titik poligon adalah 50 m.b. Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.c. Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.d. Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).e. Selisih sudut antara dua pembacaan 5 (lima detik).f. Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut. g. Bentuk geometris` poligon adalah loop.

Gambar 3.6 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.

8. Pengamatan Azimuth AstronomisPengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu: a. Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.b. Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya.c. Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal.Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:a. Alat ukur yang digunakan Total Stationb. Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)c. Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada gambar dibawah ini. Azimuth Target (T) adalah:T = M + atau T = M + ( T - M )di mana :T =azimuth ke targetM =azimuth pusat matahari(T)=bacaan jurusan mendatar ke target(M)=bacaan jurusan mendatar ke matahari=sudut mendatar antara jurusan ke mataharidengan jurusan ke target

Gambar 3.7 Pengamatan Azimuth Astronomis.

9. Pengukuran SituasiSituasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang telah dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran didalam daerah survey. Bila perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dan kerangka utama dan cabang untuk mengisi detail planimetris berikut spot height yang cukup, sehingga diperoleh penggambaran kontur yang lebih menghasilkan informasi ketinggian yang memadai.Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetry menggunakan Theodolit (Wild 1.0) atau yang sejenis. Jarak dan alat ke rambu tidak boleh lebih dari 60 meter. Untuk penggambaran kontur dibuat apa adanya tetapi teliti, dan bagian luar daerah sungai kontur diplot hanya berdasarkan titik-titik spot height, efek antistik tidak diperlukan. Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 0.50 m dan setiap kontur 1.00 m atau 5.00 m digambarkan lebih tebal.Semua legenda lapangan ditampilkan, terutama:a. Seluruh alur, drainase, sungai (dasar terendah dan lebar jelas terlihat).b. Jalan-jalan desa dan jalan setapak.c. Petak-petak tambak, petak-petak sawah, jaringan irigasi dan drainase, batas kampung, rumah-rumah, jembatan dan saluran. Diameter atau dimensi berikut ketinggian lantai semua gorong-gorong, jembatan, sekolah, mesjid dan kantor pemerintah dan lain-lain.d. Tiang telepon, tiang listrik dan lain-lain.e. Daerah rawa.f. Batas tata guna lahan (misalnya pohon bakau, belukar berupa rerumputan dan alang alang, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).g. Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil dan lain-lain).h. Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain-lain). Nama kampung, kecamatan nama jalan dan lain-lain yang dianggap diperlukan.Pengukuran situasi di atas dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi pengukuran. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu:a. Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.b. Ketelitian alat yang dipakai adalah 20.c. Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan Vorstraal.d. Ketelitian poligon raai untuk sudut 20 n, dimana n = banyaknya titik sudut.e. Ketelitian linier poligoon raai yaitu 1 : 1000.f. Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk topografi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan keadaan lapangan.g. Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.h. Sudut poligon raai dibaca satu seri.i. Ketelitian tinggi poligon raai 10 cmD (D dalam km).

10. Perhitungan Hasil PengukuranSemua pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan sehingga kalau ada kesalahan dapat segera diulang untuk dapat diperbaiki saat itu pula. Stasiun pengamatan matahari harus tercantum pada sketsa. Hitungan poligon dan sipat datar digunakan hitungan perataan dengan metode yang ditentukan oleh Direksi. Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan hasil hitungan : Salah penutup sudut poligon dan jumlah titiknya, salah linier poligon beserta harga toleransinya, jumlah jarak, salah penutup sipat datar beserta harga toleransinya, serta jumlah jaraknya. Perhitungan dilakukan dalam proyeksi UTM.3.3.2.2Survey HidrologiSurvey Hidrologi dimaksudkan untuk mendapatkan data-data hidrologi dan klimatologi sebagai masukkan di dalam menentukan besaran perencanaan seperti curah hujan maksimum dengan periode ulang tertentu, hidrograf banjir dan drainase modul serta penentuan parameter-parameter lainnya yang dapat menunjang desain hidrolik.Pekerjaan pengumpulan data hidrologi meliputi :1. Pengumpulan data curah hujan (terbaru) minimum selama 10 tahun dari stasiun terdekat.2. Pengumpulan data klimatologi lainnya (terbaru) minimum selama 5 tahun dari stasiun terdekat.3. Pengumpulan data/informasi tentang kondisi sungai tempat lokasi bangunan (tinggi, luas daerah genangan dan dampaknya).4. Pengukuran tinggi/fluktuasi muka air, kecepatan arus dan (bergerak dan setempat) dan dilakukan selama 16 piantan dengan interval 1 jam5. Pengambilan contoh air untuk dianalisa di laboratorium.6. Pengolahan dan analisa data lapangan dan laboratorium sebagai masukan dalam perhitungan desain bangunan.3.3.2.3Survey / Inventarisasi Jaringan IrigasiPekerjaan yang harus dilakukan dalam kegiatan survey ini adalah :1.Tim Desain Konsultan, Team Teknis dan Team UPTD bersama-sama melakukan penelusuran setiap ruas saluran suplesi dan saluran pembuang dan setiap bangunan disepanjang saluran dan menginventarisasi kondisi saluran dan bangunannya. Sketsa detail semua bangunan yang direngkapi dengan dimensi , ukuran pintu, elevasi mercu dsb., rincian perbaikan yang djbutuhkan untuk memenuhi kebutuhan OP, harus dituliskan daam sketsa tersebut. Data mi harus dimasukkan kedalam blanko yang disediakan. Foto diambil pada semua bangunan penting untuk menggambarkan pekerjaan yang dibutuhkan.2.Gambar-gambar yang tersedia tentang bangunan harus dibawa ke lapangan s&ama inspeksI, dan dirnensi penting diukur kembali dan dicatat di atas gambar kalau gambar bangunan tidak tersedia, harus dibuat sketsa yang bersih di lapangan dengan dimensi terinci untuk selanjutnya dibuat gambar-gambar berdimensi. Sketsa-sketsa ni harus dijilid rapi dan diserahkan pada akhir pekerjaan. 3.Menyusun inventarisasi saluran irigasi dan drainase, bangunan pada saluran, bangunan pengukur debit, jalan inspeksi dan rumah instansi dalam blanko yang disediakan. 4. Peta skema yang tersedia harus dipelajari sebelum melakukan survai lapangan. Petak tersier yang ada dengan luas melebihi 150 ha atau yang mempunyai masalah ketidakterjangkauan air harus dicatat untuk mencari alternatif lain agar luas dibatasi sampai tidak menimbulkan masalah air. Altenatif yang mungkin adalah meningkatkan saluran tersier menjadi saluran sekunder atau saluran muka atau pemindah sebagian areal ke bangunan sadap lain. Sebaliknya jika saluran kecil yang melayani kurang dan 100 ha harus dicatat untuk direklasifikasikan sebagai saluran tersier/ saluran muka kalau sekarang dianggap sebagai saluran sekurider. Setelah dibahas dengan team teknis ASDPE dan UPTD, perubahan-perubahan tersebut harus dimasukkan ke dalarn skema irigasi baru. 5.Melakukan survai dan membuat daftar yang memuat daftar yang memuat lokasi , ukuran dan type serta prakiraan luas layanan dan bangunan sadap liar, dan memplotnya pada konsep peta dasar skala 1: 5000 atau 1 : 2000 sesuai dengan pembahasan bersama team teknis.6.Terhadap bangunan sadap liar perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:Diadakan survai lebih detail mengeriai bangunan liar ini, identifikasi sebab-sebabnya sadap liar dibuat oleh petani. Kemudian didiskusikan dengan P3A den gabungan P3A, untuk menetapkan usulan apakah bangunan sadap liar tersebut ditutup sama sekali ataukah dilegalisir dengan dibuatkan bangunan sadap tersier baru. Usulan tersebut kemudian akan ditegaskan dan diputuskan dalam rapat System Planning. Dalam hal bangunan sadap liar dilegaflsir , Konsultan diharuskan melakukan pengukuran untuk rencana bangunan sadap baru. Tempat sadap yang teleh disahkan harus diberi nama dan dimasukkan bersama - sama dengan sadap lainnya dalam gambar dengan catatan bangunan baru. Kalau belum diambil keputusan , sadap liar harus digambar dengan garis putus-putus diatas gambar peta dasar, skema potongan memanjang saluran. 3.3.2.4Pekerjaan Analisa DataPekerjaan analisa dan perencanaan meliputi elaborasi data pengukuran topografi, hidrologi, geologi teknik dan mekanika tanah, dan survey/inventarisasi jaringan irigasi. Bagan alir pekerjaan analisa dan perencanaan disajikan pada gambar 3.8 dibawah ini.a. Analisis Topografi TujuanPengolahan dan perhitungan terhadap data lapangan hasil pengukuran topografi akan menghasilkan peta lengkap yang dapat memberikan gambaran mengenai bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada.

Ruang Lingkup Hitungan kerangka horizontal. Hitungan kerangka vertikal. Hitungan situasi detail. Penggambaran topografi.

Analisa Data dan PerencanaanElaborasi DataKonsep Perencanaan Bangunan Utama PenyusunanDesain KriteriaPemilihan Alternatif :Layak Secara TeknisLayak Secara EkonomiLayak Secara LingkunganKonsultansi / AsistensiDesain AlternatifTerpilihRevisiYaTidakMulaiDisetujuiSelesai

Gambar 3.8 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Analisa dan Perencanaan

Metodologi AnalisisHitungan Kerangka HorizontalDalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka Dasar Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam perhitungan poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan berikut ini:a.Perhitungan Koordinat Titik PoligonPrinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik poligon A yang telah diketahui sebagai berikut:

Dalam hal ini:XA, YA=koordinat titik yang akan ditentukandAP SinAP=selisih absis ( XAP) definitif (telah diberi koreksi)dAP CosAP=selisih ordinat (YAP) definitif (telah diberi koreksi)dAP=jarak datar AP definitifAP=azimuth AP definitifUntuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus sebagai berikut: Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith. Rumus-rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai berikut:a.Syarat geometriks absis

di mana:Di=jarak vektor antara dua titik yang berurutandi=jumlah jarakX=absisX=elemen vektor pada sumbu absism=banyak titik ukurb.Koreksi ordinat di mana:di=jarak vektor antara dua titik yang berurutandi=jumlah jarakY=ordinatY=elemen vektor pada sumbu ordinatm=banyak titik ukur

Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan besarnya kesalahan linier jarak (KL)

Pengamatan Azimuth AstronomisUntuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai berikut:

di mana :M=azimuth matahari=deklinasi matahari dari almanak mataharim=sudut miring ke matahari=lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)

Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut: di mana :zd=sudut zenith definitifmd=sudut miring definitifzu=sudut zenith hasil ukuranmu=sudut zenith hasil ukuranr=koreksi refraksi1/2d=koreksi semidiameterp=koreksi paralaxi=salah indeks alat ukur

Hitungan Kerangka Vertikal Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM). a.Syarat geometris

b.Hitungan beda tinggi

c.Hitungan tinggi titik

di mana:H=tinggi titikH=beda tinggiBtb=benang tengah belakangBtm=benang tengah mukaFH=salah penutup beda tinggiKH=koreksi beda tinggi T=toleransi kesalahan penutup sudutD=jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)

Perhitungan Situasi DetailData-data hasil pengukuran situasi detail sebagai berikut:a.Azimuth magnetisb.Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)c.Sudut zenith atau sudut miringd.Tinggi alat ukurUntuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y, Z) digunakan rumus sebagai berikut :

Dd= DOCos2mDd= 100(Ba - Bb)Cos2mdi mana :TA=titik tinggi A yang telah diketahuiTB=titik tinggi B yang akan ditentukanH=beda tinggi antara titik A dan BBa=bacaan benang diafragma atasBb=bacaan benang diafragma bawahBt=bacaan benang diafragma tengahTA=Tinggi alatDo=jarak optis (100(Ba-Bb))m=sudut miringMengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis.Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah :C = g - mDimana :g=azimuth geografism=azimuth Magnetis

b.Analisis HidrologiUntuk menetapkan/mengetahui seberapa jauh besarnya (luasnya) daerah irigasi yang dapat dikembangkan, perlu adanya perhitungan kemampuan air yang tersedia untuk daerah bersangkutan. Kebutuhan air untuk tanaman yang diperhitungkan disini adalah kebutuhan air untuk tanaman padi.Dalam poin ini perhitungan harus meliputi :- Perhitungan water requiretment- Water Avalability- Water BalanceAnalisis hidrologi diperlukan juga untuk menentukan evapotranspirasi, curah hujan efektif, drain module, water requirement, water avaibility, dan water balance.Curah Hujan EfektifPerhitungan curah hujan efektif dilakukan dengan 2 (dua) kondisi yang berbeda, yaitu : Untuk padiRe = 70% x (R80/15) untuk setengah bulanan Untuk palawijaRe = 70% x (R50/15) untuk setengah bulananAdapun penetapan harga curah hujan R80 dan R50 dilakukan dengan menggunakan metoda Harza dan rata-rata, sebagai berikut : Penetapan R80Dengan metoda Harza yang menetapkan curah hujan efektif (R80) berdasarkan ranking pada urutan ke-n dari harga terkecil, dengan menggunakan rumus dasar :n= (N/5)+1

dimana :n= nomor urut yang terpilih (bilangan bulat)N= jumlah data. Penetapan R50R50 merupakan data urutan ke-n pada Tabel,dengan harga n = (N/2) + 1 Digunakan metoda rata-rata dari rangkaian data curah hujan yang ada, atau berdasarkan ranking data pada urutan ke-n = N/2.EvapotranspirasiEvapotranspirasi adalah gabungan dari evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah penguapan air tanah dari permukaan tanah, sedang transpirasi adalah penguapan air tanah melalui proses pertumbuhan tanaman.Jadi Evapotranspirasi disini adalah jumlah air yang terpakai pada saat penguapan dari permukaan air, permukaan tanah dan tumbuhan tanaman. Analisa mengenai evaporasi diperlukan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi tanaman yang kelak akan dipakai untuk menghitung kebutuhan air irigasi dan kalau perlu, untuk studi neraca air di daerah aliran sungai.Perhitungan ET0 dibuat secara bulanan dengan menggunakan metode Penman modifikasi. Harga-harga ET0 dari rumus Penman mengacu kepada tanaman acuan jika dipakai albedo sebesar 0,25 (untuk rerumputan pendek). Harga-harga koefisien tanaman yang dipakai untuk ET0 ini hendaknya didasarkan pada ET0 dengan albedo 0,25.Maka untuk mendapatkan hasil yang baik bagi nilai evaporasi dalam kebutuhan air tercukupi (evaporasi potensial), akan digunakan perhitungan dengan metode Penman Modifikasi.Metode ini lebih dapat dipercaya karena dalam perhitungannya selain membutuhkan data-data iklim yang benar-benar terjadi disuatu tempat (disebut sebagai data terukur), juga memasukkan faktor-faktor energi. Berikut data-data terukur untuk perhitungan evaporasi potensial metode Penman modifikasi, yaitu :1) t, temperatur/suhu bulanan rerata (C)2) RH, kelembaban relatif bulanan rerata (%)3) n/N, kecerahan matahari bulanan rerata (%)4) U, kecepatan angin bulanan rerata (m/det)5) LL, letak lintangdaerah yang ditinjau6) C, angka koreksi PenmanAda beberapa metoda perhitungan evapotranspirasi yang ada terdiri dari : Metoda Thornth Waite Metoda Blaney Criddle Metoda Penmann ModifikasiUntuk menghitung laju dari evapotranspirasi (ETo) digunakan metode Penmann Modifikasi dengan persamaan sebagai berikut:ETo = C[w . Rn + (1-w) . F(v) . (ea - ed)]dimana :Eto=Evapotranspirasi (mm/hari)W=Weighting faktor, yang tergantung dari temperatur dan efek radiasai matahariRn=Radiasi netto/tahun ekivalen avaporasi(1-w)=Weighting faktor yang tergantung dari temperatur, elevasi, efek kecepatan angin dan kelembaban.(ea - ed)=Selisih dari tekanan uap jenuh pada temperatur rata-rata udara dengan takanan uap rata-rata aktualC=Faktor koreksi, tergantung dari kondisi cuaca pada siang dan malam hari efisien Bulanan (C), untuk rumus Penman

Tabel 3.1 Efisiensi Bulanan (C)BulanC

JanuariPebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNopemberDesember1,11,11,00,90,90,90,91,01,11,11,11,1

Sumber : Suharjono, 1989 : 49Suhu(t)Ceambarwelvs0welvs250(1 w)elvs0(1 w)elvs250f(t)

24,024,224,424,624,8

25,025,225,425,625,8

26,026,226,426,626,8

27,027,227,427,627,8

28,028,228,428,628,829,029,8530,2130,5730,9431,31

31,6932,0632,4532,8333,22

33,6234,0234,4234,8335,25

35,6636,0936,5036,9437,37

37,8138,2538,7039,1439,6140,060,7300,7320,7340,7360,738

0,7400,7420,7440,7460,748

0,7500,7520,7540,7560,758

0,7600,7620,7640,7660,768

0,7700,7710,7720,7730,7740,7750,7350,7370,7390,7410,743

0,7450,7470,7490,7510,753

0,7550,7570,7590,7610,763

0,7650,7670,7690,7710,773

0,7750,7770,7790,7810,7830,7850,2700,2680,2660,2640,262

0,2600,2580,2560,2540,252

0,2500,2480,2460,2440,242

0,2400,2380,2360,2340,232

0,2300,2290,2280,2270,2260,2250,2650,2630,2610,2590,270

0,2550,2530,2510,2490,247

0,2450,2430,2410,2390,237

0,2350,2330,2310,2290,227

0,2250,2230,2210,2190,2170,21515,4015,4515,5015,5515,60

15,6515,7015,7515,8015,85

15,9015,9415,9816,0216,06

16,1016,1416,1816,2216,26

16,3016,3416,3816,4216,4616,50

Sumber : Suhardjono, 1989: 43 dan J. Pruitt, 1984: 13BulanLintang Utara (LU)Lintang Selatan (LS)

5420246810

JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesember

13,014,015,015,115,315,015,115,315,115,714,314,6

14,315,015,515,514,914,414,615,115,315,114,514,1

14,715,315,615,314,614,214,314,915,315,314,814,4

15,015,515,715,314,413,914,114,815,315,415,114,8

15,315,715,715,114,113,513,714,515,215,515,315,1

15,515,815,614,913,813,213,414,315,115,615,515,4

15,816,015,614,713,412,813,114,015,015,715,815,7

16,116,115,514,413,112,412,713,714,915,816,016,016,116,015,314,012,612,611,812,213,314,615,616,0

MinimumMaksimumRerata

13,015,714,814,115,514,9

14,215,614,9

13,915,714,9

13,515,714,9

13,215,814,8

12,816,014,8

12,416,114,7

11,816,114,2

Sumber : Suhardjono, 1989: 44

Rn=Jumlah radiasi netto (mm/hari)=0,75 . Rs Rn1Rs=Jumlah radiasi gelombang pendek yang sampai kepermukaan bumi (mm/hari)

=Ra=Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir bumi (angka angot), dalam (mm/hari). (Tabel 4.7)n=Rata-rata lamanya matahari sebenarnya (mm/hari)N=lamanya cahaya matahari yang dimungkinkan secara maksimum (mm/hari)Rn1=Radiasi gelombang panjang netto (mm/hari)=f(t) . f(ed) . f(n/N)f(t)=fungsi suhu dari tabel hubungan antara suhu (t) dengan nilai f(t). f(ed)=fungsi tekanan uap

=f(n/N)=fungsi kecerahan matahari

=f(u) =fungsi kecepatan angin rata-rata siang hari di ketinggian 2 meter (m/detik)=0,27 . (1+0,864 . U)U =kecepatan angin rerata (m/detik)eaed =defisit tekanan uap jenuh dengan tekanan uap sebenarnya pada suhu udara rata-rata (mbar)ed=ea RHea=tekanan uap sebenarnya. (Tabel 4.7)RH=Kelembaban relatif (%)

c.Evaluasi Kebutuhan Air c.1Kebutuhan Air IrigasiKebutuhan air irigasi adalah sejumlah air irigasi yang diperlukan untuk mencukupi keperluan bercocok tanam pada petak sawah ditambah dengan kehilangan air pada jaringan irigasi. Untuk menghitung kebutuhan air irigasi menurut rencana pola tata tanam ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu : Pola tanam yang direncanakan Luas areal yang akan ditanami Kebutuhan air pada petak sawah Efisiensi irigasiKriteriaKebutuhan air irigasi akan diperuntukkan bagi tanaman padi yang merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Ditanam dua kali setahun di daerah lahan beririgasi. Tanaman lainnya selain padi yang memerlukan irigasi yaitu jagung, kedelai, kacang-kacangan, cabe, bawang, tebu, tembakau dan sebagainya. Hasil produksi padi tergantung dari berbagai faktor antara lain: Banyaknya tanaman per hektar (jarak tanaman) Banyaknya anakan per tanaman Banyaknya butir padi per malai Berat rata-rata dari butir padi.Tanaman padi dalam pertumbuhannnya sangat memerlukan air. Kerena itu perlu ditunjang oleh sistem irigasi untuk mencukupi kekurangan air alam, termasuk sistem pembuangan yang baik.Perkiraan kebutuhan air irigasi dibuat sebagai berikut :A. Kebutuhan bersih air di sawah untuk padi (NFR)B. Kebutuhan air irigasi untuk padi, WRDC. Kebutuhan penyiapan lahan untuk padi D. Kebutuhan air irigasi untuk palawija, WRP

Gambar 3.9. Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan Air Di SawahKebutuhan air di sawah (crop water requirement) ialah kebutuhan air yang diperlukan pada petakan sawah yang terdiri dari : Kebutuhan air untuk pengolahan lahan dan penyiapan lahan Kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman (consumptive use) Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air pada petakan-petakan sawah Penggunaan konsumtif Perkolasi, rembesan dan Curah hujan efektif

Kebutuhan bersih air di sawah untuk padi (NFR)NFR=ETc + P Re +WLRKebutuhan air irigasi untuk padi (DR)IR =NFR/eKebutuhan air irigasi untuk palawija (RP)IR =(ETc Re)/aDimana :NFR= Kebutuhan Air Di Sawah (mm/hari)ETc= Kebutuhan Air Tanaman (Consumptive Use), mm/hariWLR= Penggantian Lapisan Air (mm/hari)P= Perkolasi (mm/hari)Re= Curah Hujan Efektif (mm)e=Efisiensi Irigasi Secara Keseluruhan

Kebutuhan Air Irigasi untuk Tanaman Padi Apabila alternatif pola tanam telah dibuat berdasarkan data yang ada, kebutuhan air irigasi pada tanam padi dapat ditentukan. Kebutuhan tersebut dapat ditunjang dengan perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan (LP) dan penggantian lapisan air (WLR)(1) Penggantian Lapisan Air (WLR)Setelah 1 s/d 2 bulan dari transplantasi, dilakukan penggan gantian air sebanyak 50 mm setiap kalinya (KP-Penunjang) Lapisan air setinggi 50 mm diberikan dengan jangka waktu 1/2 bulan, jadi kebutuhan air tambahan adalah 3,3 mm/hr.(2) Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan (LP) Kebutuhan air selama jangka penyiapan lahan untuk padi, selama jangka waktu untuk penyiapan lahan dihitung denga persamaan Van de Goor dan Zijlsta adalah sebagai berikut :IR = (m . ek)/(ek - 1)dimana :IR=Kebutuhan air irigasi tingkat persawahan, mm/harim=Kebutuhan air untuk penggantian/mengkonpensasi air yang hilang akibat evaporasi, perkolasi, disawah yang telah dijenuhkan, dengan :m = Eo + Pdimana :Eo=Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x ETo selama penyiapan lahan, mm/hari.K=M . T/ST=Jangka waktu penyiapan lahan (hari)S=Air yang diperlukan untuk menjenuhkan ditambahkan lagi dengan 50 mm, jadi 250 + 50 mm = 300 mm.(3) Jangka Waktu Untuk Penyiapan Lahan (LP) Jangka waktu untuk penyiapan lahan (LP) yang diterapkan pada lokasi proyek DI Waru adalah 45 hari. Kebutuhan air selama waktu penyiapan lahan meliputi penjenuhan dan penggunaan sawah serta persemaian, pada transplantasi ditambah lapisan air 50 mm (KP-01, 1986, hal 107)(4) Kebutuhan Air untuk Menjenuhkan Air Kebutuhan air pada saat penjenuhan tanaman (S) untuk setiap jenis tanaman dibedakan untuk keadaan kering (setelah panen padi). Dalam hal ini S = 250 mm untuk keadaan kering.(5) Hubungan (Eo + P) dengan LP

(6) Pola TanamPola tanam menyangkut jenis dan saat tanam suatu jenis tanaman pada lokasi proyek. Jenis tanaman yang ditanam adalah padi dan palawija (jagung, kacang-kacangan, dll). Padi disini diambil varietas unggul (umur 3 - 4 bulan) demikian juga palawija.

Kebutuhan Air Irigasi untuk Tanaman PalawijaJenis tanaman palawija (jagung, kacang-kacangan, dll) membutuhkan air relatif lebih sedikit dari pada tanaman padi. Dan biasanya ditanam pada musim kemarau.Kebutuhan air untuk tanaman palawija dihitung dengan rumus pendekatan, yaitu IR = (ETc - Re)/edimana :Etc=Penggunaan komulatif (mm)P=Kahilangan akibat perkolasi (mm/hari)Re =Curah hujan efektif (mm/hari)e=Efisiensi irigasi secara keseluruhan.Perhitungan kebutuhan air untuk tanaman palawija mengambil asumsi sebagai berikut : Tanaman palawija yang dimaksud disini adalah tanaman jagung. Dasar pengambilan asumsi adalah tanaman jagung lebih besar kebutuhan airnya dari tanaman palawija jenis lainnya. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil 100 mm selama sebulan atau 3,33 mm/hari. Kehilangan air akibat perkolasi dianggap telah diperhitungkan pada efisiensi irigasi. Kebutuhan air dan curah hujan efektif adalah sebagaimana telah dihitung sebelumnya. Perhitungan curah hujan efektif diperhitungkan 50% terpenuhi, sedangkan besar curah hujan efektif harian dilakukan dengan pendekatan rumus sebagai berikut : Re(50) = 1/30 . R50dimana :Re(50)= Curah hujan efektif 50% terpenuhi, mm/hrR50 = Didapat dari pengurutan data rumus harza, yaitu: m = n/2 + 1 dimana :m=Rangking dari urutan curah hujan terkecil merupakan data curah hujan rata-rata bulanann= Jumlah tahun pengamatan

Kebutuhan Air Untuk Penyiapan LahanAir yang dibutuhkan selama masa penyiapan lahan untuk menggenangi sawah hingga mengalami kejenuhan sebelum transplantasi dan pembibitan. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk pembibitan adalah 250 mm, 200 mm digunakan untuk penjenuhan 200 mm dan pada awal transplantasi akan ditambah 50 mm untuk padi, untuk tanaman ladang disarankan 50-100 mm (KP-01). Waktu yang diperlukan pada masa penyiapan lahan dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, hewan penghela dan peralatan yang digunakan serta faktor sosial setempat.

Kebutuhan air selama jangka waktu penyiapan lahan dihitung berdasarkan rumus V.D Goor-Ziljstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada air konstan dalam lt/det selama periode penyiapan lahan yang dihitung dengan rumus sbb:

IR = Dimana :IR=kebutuhan air irigasi di sawah (mm/hari)M=kebutuhan air untuk mengganti kehilangan akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan.=Eo + PEo=Evaporasi air terbuka diambil 1,1 ETo selama masa penyiapan lahan (mm/hari)P=perkolasi (mm/hari)

k=T=lamanya penyiapan lahan.S= air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 50 mm.

Tabel III.4Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan (LP) Eo + PfEo + Pmm/hariT = 30 Hari

S= 250 mmS= 300 mm

5,011,112,7

5,511,413,0

6,011,713,3

6,512,013,6

7,012,313,9

7,512,614,2

8,013,014,5

8,513,314,8

9,013,615,2

9,514,015,5

10,014,315,8

10,514,716,2

11,015,016,5

Sumber : Standard Perencanaan Irigasi 1986 (KP-01, hal 161)

c.2Kebutuhan Air Tanaman (ETc)Kebutuhan air tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Besarnya kebutuhan air tanaman (consumptive use) dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :ETc = Kc x EToDimana :ETc= evapotranspirasi tanaman, mm/hariETo=evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hariKc= koefisien tanaman (tabel)

Tabel III.5Koefisien Tanaman Padi & PalawijaPeriodeSetengahBulananNedeco/ProsidaF A OF A O

PadiPadi

V. BiasaV. UnggulV. BiasaV. UnggulPalawija

11,201,201,101,100,50

21,201,271,101,100,59

31,321,331,101,050,96

41,401,301,101,051,05

51,351,301,100,9510,2

61,240,001,050,000,95

71,120,95

80,000,00

Sumber :Buku Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi

c.3Pergantian Lapisan AirPergantian lapisan air dilakukan sebanyak dua kali masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.

c.4PerkolasiPerkolasi adalah gerakan air ke bawah dari daerah tidak jenuh (antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah) ke dalam daerah jenu (daerah di bawah permukaan air tanah). Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkolasi : Tekstur tanah (halus, kasar) Permeabilitas tanah (besar, kecil) Tebal lapisan tanah bagian atas (top soil) Letak permukaan air tanah.Pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan laju perkolasi normalnya berkisar antara 1 sampai 3 mm.hari-1. Di daerah-daerah dengan kemiringan di atas 5 persen (%), paling tidak akan terjadi kehilangan 5 mm.hari-1 akibat perkolasi dan rembesan. Berikut besarnya perkolasi berdasarkan penelitian (perkolasi vertikal) :a. Sandy loam / Geluh berpasirP=3 6 mm/harib. Loam / GeluhP=2 3 mm/haric. Clay loam / Geluh BerliatP=1 2 mm/hariLaju perkolasi normal sesudah dilakukan penggenangan berkisar antara 1-3 mm/hari. Untuk perhitungan kebutuhan air laju perkolasi diambil harga standard 2 mm/hari.

DisetujuiLap. Unsaturated / Tidak JenuhLap. Saturated / JenuhINFILTRASIPERKOLASI Gambar 3.10 Perkolasi

c.5Efisiensi IrigasiEfisiensi adalah perbandingan debit air irigasi yang sampai dilahan pertanian dengan debit air irigasi yang keluar dari pintu pengambilan yang dinyatakan dalam persen.Kehilangan ini disebabkan karena adanya penguapan, kegiatan eksploitasi, kebocoran dan rembesan. Untuk perencanaan dianggap sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai di sawah.Untuk mengetahui besarnya kebutuhan air manapun di pintu pengambilan (intake), harus diperhitungkan terhadap terhadap faktor efisiensi atau besarnya kehilangan air di saluran tersier, sekunder maupun primer. Kehilangan air ini akibat kegiatan eksploitasi, evaporasi dan perembesan, namun akibat kehilangan dari evaporasi dan perembesan jumlahnya sangat kecil dibandingkan akibat kegiatan eksploitasi.Menurut Standar Perencanaan Irigasi (KP-03) besarnya kehilangan adalah sebagai berikut : 15 22.5 % di petak tersier, antara bangunan sadap tersier dan sawah 7.5 12.5 % di saluran sekunder 7.5 12.5 % di saluran primeratau besarnya efisiensi (e) : Efisiensi di jaringan tersier, antara 77.5 85 % Efisiensi di jaringan sekunder, antara 87.5 92.5 % Efisiensi di jaringan primer, antara 87.5 92.5 %Sehingga besarnya efisiensi total berkisar antara 0.59 0.73. Total efisiensi irigasi untuk padi diambil sebesar 65% (Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi,10), dengan asumsi 90 % efisiensi pada saluran primer, 90 % efisiensi pada saluran sekunder dan 80 % efisiensi pada jaringan tersier.Pada tanaman padi efiensi pada lahan pertanian tidak diperhitungkan tapi analisa keseimbangan air diperhitungkan sebagai kebutuhan untuk lahan. Efisiensi irigasi keseluruhan untuk palawija diambil sebesar 50 % (KP-01,176)

Tabel III.6Efisiensi IrigasiSaluranEfisiensiEfisiensi total

Saluran tersierSaluran sekunderSaluran Primer0,800,900,900,800,80 x 0,900,80 x 0,90 x 9,00,800,720,65

Sumber : Buku Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi

3.4Neraca AirPerhitungan debit andalan dilakukan untuk mengetahui ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan terhadap air sungai. Dalam hal ini debit andalan untuk satu bulan adalah debit dengan kemungkinan terpenuhi 80% atau tidak terpenuhi 20% dari waktu bulan itu. Perhitungan debit aliran rendah/andalan akan didasarkan pada metode FJ MOCK Data yang diperlukan dalam menentukan debit andalan pada perhitungan ini adalah: Hujan bulanan rata-rata ( P ), mm Evapotranspirasi Potensial Bulanan ( ET0 ), mm Hari hujan bulanan rata-rata ( n ), hariSedangkan parameter fisik daerah aliran disesuaikan dengan angka yang konstan dan tidak berubah selama penggunaan metoda ini, yaitu:1) Neraca Kelengasan Tanah Kapasitas Kelengasan Tanah (mm)Kapasitas kelengasan tanah adalah suatu ukuran tentang kesanggupan tanah itu untuk menahan air. Kalau kelengasan tanah kurang dari kapasitas, tanah itu akan menyerap air dari curah hujan. Begitu tanah itu mencapai kapasitasnya, dia tidak dapat lagi menyerap air hujan itu melimpas. Kapasitas lengas tanah tergantung dari jenis tanah. Berikut variasi tipikal lengas tanah tersebut : Tanah tekstur kasar (seperti kerikil dan pasir kasar) = 60 mm/m Tanah tekstur sedang (pasir halus, geluh pasiran) = 140 mm/m Tanah tekstur berat (pasir lempungan dan beberapa jenis lempung) = 200 mm/m. Faktor Infiltrasi ( 0,0 1,0 tanpa satuan )Faktor infiltrasi adalah ukuran air lebih yang akan menambah simpanan air tanah setelah tanah itu menjadi jenuh (defisit lengas tanah adalah nol). Infiltrasi tergantung dari jenis tanah daerah aliran, dengan angka yang tinggi untuk tanah pasiran yang sangat permeabel dan angka rendah untuk tanah-tanah lempungan.2) Neraca Air Tanah Simpanan Air Tanah (mm)Simpanan air tanah (ground water storage) awal ialah suatu perkiraan tentang berapa banyak air tanah tersimpan pada permulaan metoda dijalankan. Koefisien Resesi Air Tanah ( 0,0 1,0 tanpa satuan)Timbunan air (aquifer) diasumsikan menurun hingga angka yang konstan dimana terjadi defisit lengas tanah. Kalau kelengasan tanah mencapai kapasitas lapangan, sebagian air lebih tertapis (infiltrasi) untuk menambah timbunan air (yang ditentukan oleh faktor infiltrasi yang, diuraikan di atas). Dari seluruh infiltrasi, sebagian masuk ke aquifer (1+K)/2, dimana K = koefisien resesi air tanah, sementara sisanya langsung menjadi aliran dasar.

Pengaruh gabungan dari K dan faktor infiltrasi mengendalikan aliran dasar baik selama musim hujan maupun musim kemarau. Jika K tinggi memberikan suatu resesi air tanah yang lambat seperti yang terdapat dalam lapisan tanah yang sangat permeable. Nilai K yang tinggi juga berakibat infiltrasi yang lebih kecil ke aquifer dan menjadi bagian yang lebih besar untuk aliran dasar. Penyesuaian yang hati-hati untuk faktor K dan faktor infiltrasi diperlukan dalam kalibrasi.Adapun debit andalan metoda FJ MOCK dirumuskan sebagai berikut:Q=( BF + DR ) . ADimana :Q=debit andalan, m3/detBF=base flow / aliran dasarDR=direct run off / aliran langsungA=catchment area / daerah tangkapan hujan, km2Adapun :

E = ET0 . . ( 18 n ) = Evapotranspirasi pada bidang terbuka, mmEL = ET0 E = Limit Evapotranspirasi,mmEP=P EL=Hujan Efektif, mmSMS=Soil Mois Storage / Kapasitas Kelengasan Tanah=200 mm/m, untuk tanah tekstur berat ( pasir lempungan dan beberapa jenis lempung ), sebagai nilai tampungan awal.

Contoh :SMSJAN= jika 200 + EPJAN 200, tulis 200=jika 200 + EPJAN 0; irisan (3), (4), (5) < 0; irisan s (6), (7)We=K. sat. Ac = K (W + w. Ac)Ne=We. Sin Te=We. Cos Ac=Luasan dari material timbunan di bawah muka air=Berat jenis tenggelam submerged dari material timbunan (= sat - w) (t/m3)sat=Berat Jenis Jenuh dari material timbunan (t/m3)w=Berat Jenis Air (t/m3)

A. Tinggi jagaan dan Lebar tanggul minimumBatasan tinggi jagaan (w) minimum dan lebar tanggul minimum untuk saluran tanah dan pasangan dalam kaitannya dengan debit rencana ditetapkan sebagaimana yang tercantum pada Tabel berikut.

Tabel III.9 Tinggi Jagaan dan lebar tanggul MinimumNoDebit Rencana (m3/det)Tinggi Jagaan MinimumLebar tanggul Minimum

Saluran TanahSaluran PasanganTanpa jalan InsppeksiDengan jalan Insppeksi

123456< 0.500.50 1.501.50 5.005.00 10.0010.00 15.00 > 15.000.400.500.600.750.851.000.200.200.250.300.400.501,001,501,502,003,503,503,003,005,005,005,00 5,00

B. Kemiringan TaludPerencanaan kemiringan lereng saluran dipertimbangkan terhadap stabilitas lereng dan ditinjau dari aspek ekonomis. Dimana kemiringan lereng yang landai adalah yang paling menguntungkan bila ditinjau dari stabilitasnya akan tetapi tidak menguntungkan menurut tinjauan aspek ekonomis. Karena itu, kemiringan talud minimum untuk saluran tanah diambil seperti pada Tabel dibawah ini.Tabel III.10 Kemiringan Talud Minimum Untuk Saluran TanahNoDebit Rencana (m3/det)KemiringanTalud (1 : m)

123< 1,501,50 10,00> 101,001,502,00

Saluran Pembuang/DrainaseSaluran pembuang didefinisikan sebagai saluran yang berfungsi menampung dan sekaligus membuang kelebihan air yang sudah tidak dipakai pada suatu sistim irigasi rencana. Berdasarkan letak daerah tangkapannya, saluran pembuang dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :1. Saluran Pembuang EksternalSaluran pembuang yang menampung dan mengalirkan air buangan dari luar areal irigasi rencana.

2. Saluran Pembuang InternalSaluran pembuang yang direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan yang berasal dari areal irigasi.Berdasarkan fungsi saluran pembuang tersebut dalam jaringan irigasi, dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu :

3. Saluran Pembuang PrimerSaluran pembuang yang berfungsi menampung dan mengalirkan air buangan dari beberapa petak sekunder.4. Saluran Pembuang SekunderSaluran pembuang yang direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan yang berasal dari beberapa petak tersier.5. Saluran Pembuang TersierSaluran pembuang yang direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan yang berasal dari beberapa petak kuarter.6. Saluran Pembuang KuarterSaluran pembuang yang direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan yang berasal dari petak kuarter.

A. Trase Saluran PembuangTrase saluran pembuang terutama untuk pembuang primer dan sekunder, sedapat mungkin memanfaatkan saluran alam atau sungai yang ada dengan tetap memperhatikan kondisi topografinya. Untuk trase saluran pembuang tersier dan kuarter dipilih pada daerah lembah (elevasi terendah), agar dapat menampung kelebihan air buangan dari daerah irigasi tersebut secara efektif tanpa menimbulkan genangan yang dapat mengganggu jaringan.

B. Kapasitas SaluranDesain kapasitas saluran pembuang didasarkan pada luas daerah tangkapan, modulus drainase serta fungsi dari saluran pembuang tersebut, yaitu sebagai saluran pembuang eksternal atau saluran pembuang internal. Kapasitas rencana saluran ekternal direncanakan berdasarkan debit rencana buangan.

C. Hidrolis Saluran PembuangHidrolis saluran pembuang direncanakan dengan menggunakan persamaan Strickler dengan bentuk persamaan seperti berikut :

v =k x R2/3 x I1/2

Q = v x A

R =A / P

dimana,Q= Debit rencana (m3/det)v= Kecepatan aliran (m/det) A= Luas penampang basah (m2)R= Jari-jari hidrolis (m)P= Keliling basah (m)I= Kemiringan rencana dasar salurank= Koefisien kekasaran bahan

Harga dari koefisien kekasaran Strickler sangat tergantung pada beberapa faktor seperti berikut : Kekasaran dasar dan talud saluran Lebatnya vegetasi yang ada Panjang batang dari vegetasi yang ada Ketidak teraturan dan trase saluran Jari-jari hidrolis dan kedalaman saluran

Akan tetapi dalam perencanaan hidrolis saluran pembuang dipakai harga koefisien kekasaran Strickler seperti pada Tabel berikut, dimana harga tersebut di dasarkan pada asumsi bahwa vegetasi di saluran dipotong secara teratur.

Tabel III.11 Koefisien Kekasaran Strickler Untuk Saluran PembuangNoKedalaman air (H) Kekasaran (m1/3/det)

12H > 1,50H 1,503025

Penetapan kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran pembuang ditinjau dengan menggunakan persamaan :vmaks= vb x A x B x C x D

dimana, vmaks=Kecepatan maksimum yang diijinkan (m/det) v b=Kecepatan dasar (m/det)A=Faktor koreksi angka poriB=Faktor koreksi kedalaman air C=Faktor koreksi pada belokanD=Faktor koreksi bila digunakan banjir rencana dengan kala ulang tinggiD. Kemiringan TaludPerbandingan talud pada saluran pembuang didasarkan terhadap stabilitas saluran rencana dan pertimbangan ekonomis, dimana harga perbandingan yang digunakan adalah seperti Tabel berikut.Tabel III.12 Kemiringan Talud Untuk Saluran PembuangNoKedalaman GalianD (m)KemiringanTalud (1 : m)

123 D < 1,001,00 D 2,00D > 2,001,01,52,0

E. Tinggi JagaanTinggi jagaan (w) pada saluran pembuang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan secara penuh terhadap areal rencana dari bahaya banjir, dimana harga tinggi jagaan minimum yang diperlukan dalam kaitannya dengan debit rencana buangan diperoleh dari grafik (KP-03). Laporan PendahuluanHal III - 61