Upload
phamdang
View
214
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 3
GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI
DAN LAYANAN JASA PERBANKAN DI KOTA BANDUNG
Jasa perbankan saat ini, telah banyak mengintegrasikan teknologi
informasi dan komunikasi ke dalam layanannya. Pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi ini diasumsikan akan memberikan perubahan dalam bentuk
layanan jasa yang diberikan dan juga memberikan pengaruh dalam penentuan
lokasi. Perubahan bentuk layanan jasa dan penentuan lokasi ini dalam jangka
panjang akan berimplikasi terhadap bentuk kota. Salah satu faktor penting yang
menentukan layanan jasa yang disediakan dan pertimbangan dalam pemilihan
lokasi adalah ketersediaan infrastruktur yang memadai. Bab ini membahas
mengenai gambaran umum Kota Bandung dan perkembangan teknologi
telekomunikasi di wilayah studi dan gambaran umum jasa perbankan di
Indonesia, perkembangan jasa perbankan di Kota Bandung, perkembangan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di perbankan serta
perkembangan produk dan delivery chanels.
3.1 Kondisi Umum Kota Bandung
Kondisi kota Bandung yang akan diuraikan di sini meliputi profil kota
Bandung yang juga meliputi penentuan kota Bandung sebagai pusat
pemerintahan, kota pendidikan dan jasa perdagangan yang menunjang
berkembangnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu akan
diuraikan ketersediaan telepon rumah serta perkembangan telepon seluler dan
internet di kota Bandung.
3.1.1 Profil Kota Bandung
Dalam memasuki proses globalisasi dan liberalisasi perdagangan
internasional visi Indonesia di bidang informasi dan telematika dicanangkan
dengan konsep Nusantara 21. Konsep ini dimaksud agar bangsa Indonesia
memiliki daya saing dan ketahanan yang tangguh dengan penguasaan dan
32
33
penggunaan teknologi informasi dan telematika, dalam rangka memperkokoh dan
mendukung proses pembangunan masyarakat Indonesia untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur.
Sejalan dengan visi Indonesia di bidang informasi dan telematika, arah
kebijakan kota Bandung di dalam bidang informasi dan telematika juga
memperlihatkan arah yang sama. Kebijakan dalam bidang informasi dan
telematika tersebut mulai ditunjukkan pada tahun 1971, setelah disepakatinya
Master Plan Kota Bandung yang berisi pengembangan kota dengan fungsi sebagai
pusat pemerintahan, pusat pendidikan tinggi, pusat perdagangan, pusat industri
dan pusat kebudayaan serta pariwisata (Rencana Tata Ruang Tingkat II Bandung
Tahun 1992, Revisi RIK Bandung 2005). Sudah ada kesesuaian antara rencana
pengembangan sistem informasi nasional dengan fungsi kota Bandung.
Kesesuaian tersebut membuat pengembangan sistem informasi dan telematika
yang digunakan sebagai pengembangan sistem pemerintahan, pendidikan dan
perdagangan dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.
Visi Kota Bandung berkaitan dengan penataan ruang yang merupakan
penjabaran lebih lanjut dari visi Kota Bandung adalah: Kota Bandung sebagai
Kota Pendidikan, Pemerintahan, Jasa Keuangan, dan Jasa Pelayanan yang
BERMARTABAT (Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2003-2013).
Pemerintah Kota Bandung memiliki misi untuk mengembangkan potensi-potensi
untuk mendukung pengembangan sektor ekonomi bernilai tambah tinggi sebagai
sebuah kota jasa, seperti bisnis teknologi tinggi, industri seni dan disain, industri
riset dan lain-lain. Jaringan kerjasama antara bisnis dan penyedia jasa harus
diciptakan untuk mendukung sektor-sektor pertanian, industri, jasa dan pariwisata.
Kota Bandung dikenal sebagai kota pionir dalam bidang industri, di mana
berbagai industri lahir dengan didukung oleh fasilitas pendidikan dan penelitian
terbaik di Indonesia. Lokasi Bandung yang strategis di Propinsi Jawa Barat
membuatnya mudah untuk berkomunikasi antarkota dan transportasi barang
produksi. Sampai hari ini, Bandung kaya dengan aktivitas industri, dari industri
kerajinan sampai industri berteknologi tinggi seperti pesawat terbang dan
34
peralatan elektronik. Pabrik-pabrik ini dilengkapi dengan infrastruktur untuk
menjaga keseimbangan lingkungan.
PT. Telkom dengan pusat riset dan teknologi informasinya (Risti)
berlokasi di Bandung. PT. Telkom adalah perusahaan yang mendominasi sistem
telekomunikasi di Indonesia. Dengan trend teknologi jaringan di seluruh dunia
sekarang ini, Risti juga memfokuskan sistem teknologinya pada jaringan dan
teknologi komputer lainnya. Selama beberapa tahun Risti telah membangun kerja
sama dengan Lucen, Perusahaan teknologi dan Informasi mancanegara, untuk
bekerja sama dalam bidang ini.
Salah satu aspek penting dalam bisnis Bandung adalah pelayanan umum
yang meliputi jasa perbankan, konsultan, rumah sakit, dan lain-lain. Bidang usaha
jenis ini juga menjadi aset dalam pertumbuhan ekonomi kota. Kota Bandung
terus-menerus meningkatkan sistem infrastruktur dan fasilitasnya agar
perkembangan ekonomi tetap dapat dipacu dan produknya semakin kompetitif di
pasar global.
Teknologi informasi merupakan suatu jalinan yang berimplikasi terhadap
pembentukan kota. Teknologi baru dapat mendorong dan mengarahkan
pembentukan kota itu sendiri. Kota Bandung sebagai salah satu penentu
kecenderungan teknologi dan tempat dimana bermunculannya teknologi dan
inovasi baru merupakan tempat yang tepat untuk menunjukkan pembentukan kota
meskipun proses tersebut terjadi dalam jangka waktu yang lama.
3.1.2 Media Telekomunikasi Kota Bandung
Media telekomunikasi yang umumnya digunakan di Kota Bandung adalah
telepon, telex, dan faksimili, segala pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
telekomunikasi tersebut baik dari segi kualitas maupun jumlah sambungannya,
harus disediakan oleh PT Telkom yang merupakan salah satu badan usaha milik
Negara yang bergerak dalam pelayanan jasa telekomunikasi. Selain itu, PT
Telkom memberikan berbagai pelayanan berupa pelayanan pengaduan gangguan,
pengaduan tagihan, pemasangan baru, dan jasa telekomunikasi lainnya seperti
mutasi telepon, balik nama, fax, SLI dan hunting dengan memberikan pelayanan
35
Service Point. Pelayanan telekomunikasi di Kota Bandung sudah cukup merata
hingga ke seluruh kota, khususnya telekomunikasi telepon, telegram dan fax.
Selain itu pelayanan telekomunikasi ini pun didukung dengan telah meratanya
fasilitas kios-kios telekomunikasi serta box-box telepon umum di seluruh penjuru
kota dan keterhubungannya dengan jaringan telepon selular dan internasional.
Distribusi pelayanan yang diberikan PT Telkom di Bandung dalam Sistem
Sambungan Telepon (SST) pada tahun 2003 berkapasitas 498.044 SST, dimana
15.000 SST disediakan oleh badan lain yang bekerjasama dengan PT Telkom.
Dari kapasitas yang tersedia, terdapat 407.959 SST yang telah berfungsi, dan dari
jumlah tersebut 392.838 SST telah digunakan (tersambung). Dari jumlah yang
tersambung tersebut 389.900 SST digunakan untuk pelayanan umum, yang
meliputi 16.456 SST untuk telepon umum, dan 373.444 SST untuk pemesanan,
yang terdiri dari bisnis, perumahan, dan sosial (Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Bandung 2003-2013).
3.1.3 Perkembangan Telepon Selular (mobilephone)
Perkembangan teknologi komunikasi semakin dinamis seiring
berkembangnya kebutuhan masyarakat perkotan yang sering berpindah-pindah
(mobile). Perkembangan alat komunikasi pun mengikuti kebutuhan, dari
munculnya penyeranta (pager) dan pada akhirnya adalah telepon selular yang
makin banyak digunakan.
Telepon selular digunakan pertama kali pada tahun 1977. Pada awal
perkembangannya jumlah pengguna telepon selular sangat sedikit dan
pertumbuhannya relatif lambat. Pada tahun 1993 jumlah pengguna telepon selular
hanya sekitar 32.792 orang. (Lim,1999: 9).
Tahun 1994, operator telepon selular pertama yang mengoperasikan
jaringannya adalah PT Telkomsel, kemudian diikuti oleh PT Satelindo pada tahun
1995 dan PT Excelcomindo Pratama pada tahun yang sama. Jaringan yang
pertama kali digunakan sangat terbatas wilayah pelayanannya (coverage area).
Perkembangan teknologi telah menarik para pelanggan baru dari sekitar 193.000
36
pelanggan pada tahun 1995 langsung melonjak tajam menjadi 593.000 pada tahun
1996 dan terus tumbuh sampai dengan 300-400% pada tahun 2000. (Lim, 1999: 9)
Penggunaan telepon selular, terutama didukung oleh semakin luasnya
‘wilayah pelayanan’ serta berbagai fasilitas yang ditawarkan, seperti ‘sms’ (short
messaging service), semakin memudahkan individu untuk melakukan komunikasi
tanpa dihambat oleh batasan geografis. Perluasan fungsi sms seperti sms banking,
telah membuat masyarakat tidak terpaku pada satu konsentrasi tempat saja untuk
melakukan berbagai aktivitas. Fasilitas tersebut membuat masyarakat dapat
melakukan aktivitas di tempat lain cukup hanya dengan memanfaatkan fitur yang
ada. Fasilitas lain dari telepon selular seperti GPRS (General Pocket Radio
Sistem) membuat telepon selular menjadi salah teknologi yang multifungsi sebab
fungsinya sebagai pengganti modem agar dapat melakukan koneksi melalui
internet. Saat ini dengan adanya teknologi 3 G, telepon seluler bisa digunakan
untuk mengakses internet.
Masuknya operator baru berbasis teknologi Code Division Multiple
Access (CDMA) membuat persaingan di jasa telepon selular semakin menarik
yang ditandai penawaran program yang lebih memperhatikan loyalitas pelanggan.
Strategi operator seluler akan bergeser dari customer oriented menjadi customer
loyalities management. Dalam kondisi seperti itu, penetrasi pasar selular menjadi
lebih cepat. Pada tahun 2003 tercatat terdapat 23 juta pelanggan telepon seluler.
Sedangkan jumlah pengguna telepon seluler pada akhir tahun 2007 diperkirakan
mencapai 80 juta pelanggan.
3.1.4 Perkembangan Internet
Pada tahun 1986 Lembaga Riset Nasional mengembangkan embrio
internet pertama di Indonesia dan menciptakan jaringan informasi yang disebut
IPTEKnet. Penciptaan IPTEKNet ini diprakarsai oleh kalangan akademisi dari
ITB (Institut Teknologi Bandung), UGM (Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta),
ITS (Institut Teknologi Surabaya) dan UI (Universitas Indonesia, Jakarta).
Pada waktu itu jaringan yang dibuat hanyalah jaringan antar universitas
yang disebut dengan UniNet. Akhir tahun 1990 proyek pembuatan jaringan
37
terpaksa harus dihentikan akibat mahalnya perangkat keras yang dibutuhkan
untuk menopang operasional jaringan. April 1993, Komite Perencanaan IPTEKnet
berhasil membuat jaringan Micro-IPTEKnet yang melibatkan pemerintahan dari
enam negara berbeda. Beberapa universitas dan perguruan tinggi bergabung
dengan IPTEKnet untuk mempopulerkan penggunaan internet. Juni 1994, akses
internet yang diluncurkan menjadi penyedia jasa layanan internet non komersial
yang dipakai untuk penelitian dan dunia pendidikan.
ITB berusaha untuk mengembangkan teknologi pembuatan jaringan
internet. Pertama, koneksi ke internet dilakukan dengan menggunakan modem
sederhana kemudian beralih ke Internet Radio (Radio Package Network) sampai
kemudian berubah menjadi Internet Service Provider (ISP) yang didukung oleh
Japan Satellite Corporation. Teknologi yang digunakan adalah teknologi packet
radio 1200bps. Tahun 1995, ITB memperoleh sambungan leased line 14.4Kbps
ke RISTI Telkom sebagai bagian dari IPTEKnet, sehingga akses internet dapat
diberikan secara cuma-cuma. September 1996 merupakan tahun peralihan bagi
ITB, karena keterkaitan ITB dengan jaringan penelitian Asia Internet
Interconnection Initiatives (AI3) sehingga memperoleh bandwidth 1.5Mbps dari
Jepang yang terus ditambah dengan sambungan ke TelkomNet & IIX sebesar
2Mbps.
ITB kemudian menjadi pusat internet yang menyediakan akses internet
bagi berbagai universitas dan pusat-pusat pendidikan. ITB juga berperan dalam
penyediaan internet bagi masyarakat karena sebagian besar alumninya mendirikan
ISP komersial dan mendorong penggunaan internet bagi perusahaan.
3.1.5 Perkembangan Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi di
Kota Bandung
Teknologi informasi dan komunikasi (infokom) berkembang semakin
pesat dipicu adanya internet protocol (IP) dan munculnya aplikasi-aplikasi baru
yang kian inovatif. Indikasi perkembangan ini bisa dilihat dari semakin meluasnya
penggunaan e-mail, chatting, messaging, dan web sebagai sarana berkomunikasi
serta berbagi informasi. Masyarakat di kota Bandung mulai marak memanfaatkan
38
internet untuk mendukung kegiatan produktifnya, terutama di perkantoran dan
warung internet (warnet). Keberadaan infrastruktur infokom di kota Bandung
masih terbatas, maka perlu segera dilakukan langkah-langkah pembangunan
infrastruktur jaringan infokom pita lebar (bandwidth) berkecepatan tinggi atau
biasa disebut dengan broadband. Sebagian besar jaringan akses di kota Bandung
masih didominasi kabel telepon yang terbuat dari tembaga. Kegunaannya terbatas
untuk komunikasi suara atau dial up internet berkecepatan rendah. Untuk
melewatkan suara dan informasi berkapasitas besar melalui kabel tembaga,
operator telekomunikasi harus meningkatkan teknologinya dengan menggunakan
Digital Subscriber Access (DSL).
Melalui teknologi ini dilakukan penambahan perangkat di sisi sentral
telepon otomatis (STO) yang dinamakan dengan Digital Subscriber Line Access
Multiplexer (DSLAM). Sedangkan di sisi pelanggan dipasangi modem Digital
Subscriber Access (DSL). Kecepatan data yang diraih bisa mencapai 2
megabit/second (Mbps), tergantung kualitas kabel tembaga, jarak pelanggan dari
STO serta besarnya bandwidth yang disediakan oleh ISP atau penyedia layanan
internet.
Kondisi jaringan transportasi infokom eksisting di kota Bandung masih
belum memadai untuk kebutuhan broadband, mengingat kanalnya masih sempit
dan lebih banyak digunakan untuk komunikasi suara. Langkah PT Telkom Divre
III untuk membangun Regional Metro Junction (RMJ) di kota-kota besar di Jawa
Barat dan Banten, termasuk Bandung, akan memperlebar jaringan transportasi
yang sudah ada, dan bisa dijadikan embrio untuk membuat 'jalan raya' informasi
(information highway) di kota Bandung. RMJ ini juga sejalan dengan konsep
Next Generation Network (NGN) atau disebut juga dengan jaringan
telekomunikasi masa depan yang menyatukan seluruh layanan broadband, baik
suara, data, maupun gambar bergerak diatas platform jaringan berbasis paket
(packet switch). Pada NGN, kendali jaringan dilaksanakan oleh Softswitch,
menggantikan sentral telekomunikasi eksisting yang masih berbasis
penyambungan sirkuit (circuit switch). Saat ini bisa kita lihat di sekitar Bandung
39
sudah mulai dilakukan pemasangan kabel optik.
3.2 Gambaran Umum Jasa Perbankan
Dalam subbab ini akan dijelaskan pengertian dan tujuan bank, sejarah
perbankan, dan jenis-jenis bank.
3.2.1 Pengertian dan Tujuan Bank
Bank adalah sebuah tempat di mana uang disimpan dan dipinjamkan.
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima
simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank dikenal sebagai tempat
untuk meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu
bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau
menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran
listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya (Kasmir,
2002:23). Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart mendefinisikan: Bank adalah suatu
badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat
pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain
maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.
Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut
penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari awal tulisan,
dan berlanjut sampai sekarang di mana bank sebagai institusi keuangan yang
menyediakan jasa keuangan. Sekarang ini bank adalah institusi yang memegang
lisensi bank. Lisensi bank diberikan oleh otoriter supervisi keuangan dan
40
memberikan hak untuk melakukan jasa perbankan dasar, seperti menerima
tabungan dan memberikan pinjaman. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca
atau uang. Biasanya bank menghasilkan untung dari biaya transaksi atas jasa yang
diberikan dan bunga dari pinjaman.
Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur dan
pelayan jasa dalam lalu-lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat
yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Secara ringkas fungsi bank dapat dibagi
menjadi sebagai berikut:
a) Penghimpun dana
Untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana maka bank memiliki
beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber, yaitu:
1. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu
pendirian.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha
perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.
3. Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari
pinjaman dana yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana yang
sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam)
b) Penyalur/pemberi Kredit
Bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan dana yang diperoleh, akan
tetapi untuk pemanfaatannya bank menyalurkan kembali dalam bentuk kredit
kepada masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha. Tentunya dalam
pelaksanaan fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan sumber pendapatan
berupa bagi hasil atau dalam bentuk pengenaan bunga kredit. Pemberian kredit
akan menimbulkan resiko, oleh sebab itu pemberiannya harus benar-benar teliti
dan memenuhi persyaratan.
41
c) Penyalur dana
Dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan,
pemilikan harta tetap.
d) Pelayan Jasa
Bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-lintas pembayaran uang”
melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek
wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.
Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa
perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia
mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank
menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang
paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat
pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan
cara barter yang memakan waktu.
Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya
kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana
untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan
dengan baik, ekonomi suatu negara akan menngkat. Tanpa adanya arus dana ini,
uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman
dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.
Dalam menjalankan fungsi dan peranannya, bank sangat sensitif terhadap
perkembangan teknologi. Jika dibandingkan dengan kegiatan pelayanan jasa
lainnya, bank selalu lebih dahulu memanfaatkan kemajuan teknologi dalam
melakukan kegiatannya (Setyono, 1992). Dalam menjalankan kegiatannya, bank
selalu berhubungan dengan pihak lain, kondisi ini memaksa bank untuk memiliki
fasilitas telekomunikasi modern sebagai alat bantu untuk mempermudah
pekerjaannya. Dengan berkembangnya kegiatan perbankan yang ada sekarang,
tuntutan akan teknologi informasi dan komunikasi ini semakin besar. Fasilitas
teknologi bukan hanya alat bantu untuk mempermudah pekerjaan namun juga
sebagai salah satu cara untuk memperoleh nasabah.
42
3.2.2 Sejarah Perbankan
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada
zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini
berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia,
Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan
ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Bila ditelusuri,
sejarah dikenalnya perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam
sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang. Dalam
perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan
antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran ini
sekarang dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing (Money Changer).
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan
berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini
kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan
peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan
dipinjamkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya. Jasa-jasa bank
lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat
yang semakin beragam.
3.2.3 Jenis-jenis Bank dan Layanan yang Diberikan
Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini, jenis perbankan yang
diatur dalam undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 terbagi menjadi 2,
yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat.
3.2.3.1 Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah
umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu
43
juga dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum
sering disebut bank komersil (commercial bank).
Usaha Bank Umum meliputi :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu ;
b. Memberikan kredit ;
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang ;
d. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya :
1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa
berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan
surat-surat dimaksud ;
2. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-
surat dimaksud ;
3. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah ;
4. Sertifikat bank indonesia (sbi) ;
5. Obligasi ;
6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun ;
7. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1
(satu) tahun ;
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah ;
f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya ;
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan antar pihak ketiga ;
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga ;
44
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu kontrak ;
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek ;
k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat ;
l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank
indonesia ;
m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana disebutkan diatas, bank
umum dapat pula :
a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh bank indonesia ;
b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan di
bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan
efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan,
dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh bank indonesia ;
c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh bank indonesia ; dan
Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun
yang berlaku.
Bank umum di Indonesia dilihat dari kepemilikannya terdiri atas:
a. Bank pemerintah, bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Republik Indonesia, seperti BRI, BNI, BTN.
45
b. Bank Pembangunan Daerah (BPD), yang sebagian atau seluruh sahamnya
dimiliki oleh Pemerintah Daerah Provinsi, seperti BPD DKI Jakarta.
c. Bank Swasta Nasional Devisa, seperti BCA, NISP, Bank Danamon.
d. Bank Swasta Nasional Bukan Devisa.
e. Bank Campuran, Bank Umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih
Bank Umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh WNI
(dan/atau badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh WNI),
dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri, contoh
Sumitomo Niaga Bank.
f. Bank Asing, seperti Bank of America, Bank of Tokyo.
Bank umum ada yang disebut Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Bank
Umum Devisa artinya yang ruang lingkup gerak operasionalnya sampai ke luar
negeri. Bank Umum Non Devisa artinya ruang lingkup gerak operasionalnya di
dalam negeri saja.
3.2.3.2 Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan BPR
jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.
Usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu ;
b. Memberikan kredit ;
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip
syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank indonesia ;
Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.
46
3.3 Perkembangan Jasa Perbankan
Dalam subbab ini akan diuraikan perkembangan jasa perbankan dalam
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, perkembangan produk dan
layanan perbankan, delivery chanels perbankan serta perkembangan bank di Kota
Bandung.
3.3.1 Perkembangan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
oleh Perbankan
Pada awal tahun 1990an, pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi pada kantor bank masih terbatas sebagai pengganti dari alat-alat
kantor konvensional. Kantor bank yang melakukan otomatisasi dalam kegiatannya
pada periode tersebut umumnya menggunakan teknologi untuk urusan
administrasi dan kesekretariatan, manajemen data serta pelayanan nasabah. Belum
banyak bank yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pemanfaatan yang lebih maju. Sebagian besar kantor pusat bank belum memiliki
jaringan komunikasi data dengan kantor cabangnya. Teknologi informasi dan
komunikasi belum sepenuhnya mempengaruhi kantor bank.
Di era globalisasi saat ini, mobilitas, teknologi jaringan mutakhir, dan
integrasi aplikasi teknologi informasi (TI) di seluruh unit kerja, telah menjadi
kebutuhan utama industri perbankan. Dalam hal teknologi jaringan, pemilik bank
menerapkan sistem jaringan nirkabel. Penerapan ini merupakan salah satu
tindakan untuk meningkatkan efisiensi kerja internal dan pelayanan kepada
nasabah. TI menjadi bagian terpenting dari transformasi bisnis perbankan.
Karena sistem TI bukan kompetensi inti bidang perbankan, pemilik
perbankan mengalihdayakan proyek besar ini pada perusahaan spesialis yang
bergerak di bidang TI. Pengertian alih daya TI di sini adalah penyerahan
pekerjaan yang menyangkut manajemen ataupun teknis sistem TI kepada
perusahaan lain yang memiliki kapabilitas di bidangnya. Untuk melakukan
transformasi alih daya TI, umumnya bank membentuk anak
perusahaan/departemen TI. Pekerjaan yang dilakukan tim dari departemen
tersebut umumnya mencakup empat tugas utama. Pertama, mempelajari alur kerja
47
seluruh bagian/divisi. Kedua, bersama vendor yang ditunjuk membangun platform
TI yang baru. Ketiga, melakukan desain ulang di seluruh proses bisnis. Dan
keempat, menerapkan program.
Keempat tugas tersebut biasanya dialihdayakan ke perusahaan-perusahaan
yang dinilai punya kompetensi. Bank Indonesia (BI) misalnya, menggandeng
IBM–yang memang punya spesialisasi di bidang transformasi bisnis–, sebagai
mitra utama pengembangan sistem TI. Untuk menunjangnya, BI juga melibatkan
vendor besar lain seperti Microsoft, Hewlett-Packard, dan lainnya termasuk
vendor-vendor menengah dan kecil. Dengan mengalihdayakan sistem TI-nya,
sebuah bank bisa lebih fokus pada agenda kerja penting lainnya. Agenda itu
antara lain: program peningkatan kualitas keahlian dan kompetensi SDM;
penambahan ATM; pembangunan cabang-cabang baru; dan sebagainya.
3.3.2 Perkembangan Produk dan Layanan Perbankan
Pada awal perkembangannya perbankan hanya merupakan jasa
menyimpan uang dan menyalurkan kredit. Pada saat ini jasa perbankan telah
berkembang dengan sangat luas. Perbankan mulai menyediakan jasa lain yang
menyangkut layanan keuangan seperti asuransi, investasi, dan lain-lain. Jika dulu
nasabah memilih bank karena tingkat bunganya yang berbeda, saat ini bank
memperebutkan nasabah dengan menawarkan berbagai fitur yang memudahkan
nasabah dalam melakukan transaksi.
Dalam penelitian ini bank yang menjadi studi kasus adalah Bank Mandiri,
produk dan layanan perbankan Bank Mandiri sangat bervariasi, mulai dari
korporat, konsumer, internasional, retail dan lain sebagainya. Layanan yang
identik dengan e-banking adalah retail banking yang melayani nasabah
perseorangan. Sehingga untuk penelitian ini, dibatasi pada pemanfaatan e-banking
oleh nasabah perorangan.
48
Gambar 3.1 Produk dan Jasa Retail Bank Mandiri
49
Produk yang ditawarkan untuk nasabah perorangan adalah Tabungan, Giro
Rupiah, Giro Valas, Mandiri Dolar, Deposito Rupiah, Deposito Valas, Deposit on
Call, Tabungan Haji, Tabungan Rencana Mandiri, Tabungan Bisnis, Tabungan
TKI, Tabungan Micro dan Tabungan Kapel. Dengan adanya perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi, Bank Mandiri mengembangkan layanannya
sehingga nasabah bisa melakukan transaksi selain di kantor bank dan ATM, yaitu
dengan menyediakan layanan internet banking, sms banking dan call mandiri.
3.3.3 Delivery Chanels Perbankan
Istilah delivery chanels dalam perbankan adalah suatu fasilitas pelayanan
yang dapat diberikan kepada nasabah, dalam rangka memberikan kemudahan dan
kenyamanan didalam bertransaksi. Delivery chanels ini menjadi sangat penting
akibat adanya persaingan yang sangat ketat diantara perbankan nasional untuk
dapat meraih sumber dana dari nasabah. Ada beberapa jenis delivery chanels
mulai dari yang konvensional sampai yang berteknologi canggih yang dapat
diberikan oleh bank kepada nasabah antara lain:
1. Branch Delivery chanel
Untuk dapat melayani dan menjangkau nasabah sebanyak-banyaknya
maka pengembangan jaringan berupa Kantor Cabang baik cabang utama maupun
cabang pembantu merupakan hal yang sangat menentukan, karena banyaknya
kantor cabang dan luasnya jaringan merupakan nilai tambah bagi suatu bank.
Namun demikian peranan teknologi juga sangat menentukan dalam mendukung
luasnya jaringan tersebut diatas. Di Indonesia bank dengan jaringan terluas,
menjangkau sampai tingkat kecamatan bahkan ada beberapa sampai kedesa-desa
tertentu akan tetapi karena belum semua jaringan didukung dengan teknologi
sehingga tidak bisa bertransaksi secara online.
Saat ini bank-bank besar di Indonesia menerapkan teknologi dalam
meningkatkan pelayanannya. Dengan adanya teknologi yang dapat dimanfaatkan
oleh perbankan maka pola pelayanan juga mulai berubah, pada saat masih manual
maka pelayanan dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan produk yang ada
50
di bank, apabila mau melakukan transaksi penyetoran tabungan maka harus
mengantri di teller tabungan, apabila mau transaksi deposito harus mengantri di
teller deposito demikian juga jika mau melakukan transaksi giro maka harus
mengantri dibagian teller giro, hal tersebut dikenal dengan istilah pelayanan single
teller, pelayanan demikian akan sangat menyulitkan nasabah yang akan
melakukan dua transaksi sekaligus pada saat datang ke bank.
Dengan memanfaatkan teknologi dimana telah dibuat aplikasi sedemikian
rupa dan terintegrasi maka pelayanan nasabah bisa dilakukan dalam single entry
didalam pelayanan disebut pelayanan multi teller dimana seorang teller dapat
melayani transaksi tabungan, giro, deposito dan lainnya, dengan demikian
nasabah tidak perlu repot untuk berpindah teller.
2. ATM Delivery chanel
Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah tidak asing lagi dengan istilah
ATM (Automatic Teller Machine). Dengan perkembangan teknologi yang pesat
hampir seluruh transaksi dapat dilakukan melalui ATM, mulai dari penarikan
tunai, transfer, pemindah bukuan, pembayaran tagihan, bahkan setoran tunai
maupun cetak buku dapat dilakukan di ATM. Komponen ATM itu terdiri dari
kotak ATM, tombol angka, layar monitor dan kamera (optional) ini yang biasa
nampak dari luar, sementara didalamnya bisa terdiri dari satu unit computer CPU,
key board, modem, kotak uang, printer kecil dan card reader. Setiap transaksi
yang terjadi informasinya akan diterima oleh computer kemudian dikirimkan ke
pusat data melalui sarana telekomunikasi baik line telpon, Vsat maupun radio,
ATM ini dapat dimonitor statusnya dari pusat data sehingga dapat diketahui
apakah ATM ini sedang mati atau uangnya sudah habis.
Saat ini jaringan ATM bisa dilakukan untuk transaksi lintas Negara,
contohnya bisa dilakukan transaksi penarikan uang tunai di negara manapun
apabila memegang kartu Master yang bergambar Cirrus Maestro dilakukan
pengambilan uang tunai di ATM yang berlogo Cirrus Maestro, demikian juga
dengan kartu Visa.
51
3. Mobile Banking Delivery chanel
Fasilitas layanan ini merupakan inovasi atau pengembangan dari fasilitas
sebelumnya yaitu phone banking. Transaksi phone banking adalah transaksi
menggunakan fixed phone kemudian dilayani oleh operator atau oleh mesin
penjawab sehingga nasabah dapat melakukan transaksi seperti yang diinginkan,
kelemahan dari fasilitas ini hanya bisa dilakukan di rumah atau dikantor,
sementara transaksi mobile banking menggunakan telepon seluler dan
transaksinya bisa berupa SMS, atau menu-menu yang ada dilayar ponsel
kemudian nasabah mendapat notifikasi atas transaksi melalui SMS, kemudahan
dari fasilitas mobile banking adalah dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Bank memberikan pelayanan mobile banking, karena jumlah pengguna
alat komunikasi ini sangat banyak dan alat komunikasi ini sudah digunakan oleh
seluruh kalangan masyarakat. Kendala yang dihadapi perbankan di Indonesia
adalah jumlah operator telepon yang banyak dan sering ganti-ganti penyedia SIM
card. Di negara-negara lain jumlah operator telepon hanya satu atau dua saja,
sehingga kolaborasi antara bank dan operator telepon bisa dilakukan dengan lebih
mudah.
4. Internet Banking Delivery chanel
Jika kita berbicara tentang teknologi secara tidak langsung berhubungan
dengan suatu alat sebagai pengolah data yang mempunyai kemampuan
menyimpan, kecepatan dan ketepatan menghitung yang tinggi sering disebut
komputer, tetapi kalau kita bicara internet sudah pasti didalam pikiran kita
terbayang komputer. Dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian
pesat terutama teknologi internet membuat semua bisnis berusaha untuk
memanfaatkan kehebatan teknologi internet tersebut. Bisnis perbankan juga tidak
mau ketinggalan sehingga mereka memberikan pelayanan yang disebut internet
banking.
Sebagai bank pelopor pada teknologi ini di Indonesia adalah Bank Bali
yang sekarang berubah menjadi Bank Permata, kemudian diikuti oleh BII
kemudian disusul oleh BCA dan sekarang hampir semua bank besar memberikan
52
fasilitas internet banking tersebut. Fasilitas internet banking ini penggunaannya
lebih luas lagi karena bukan sekedar nasabah perorangan tetapi juga nasabah
perusahaan, karena ada bank yang memberikan layanan cash manajemen system.
3.3.4 Perkembangan Bank di Kota Bandung
Jasa layanan perbankan berdasarkan lingkup usahanya, memiliki
konsumen yang luas. Perbankan merupakan jasa yang tergantung pada pasar,
dengan meningkatnya pasar maka akan semakin banyak dibuka kantor bank baru,
untuk melayani tuntutan pasar tersebut. Bandung mengalami pertumbuhan jumlah
penduduk dalam jangka waktu 1980 hingga 2000 yang diiringi dengan kenaikan
kepadatan penduduk, yaitu tahun 1980 adalah 10.808 jiwa/Km2, tahun 1990
adalah 12.802 jiwa/Km2, dan tahun 2000 adalah 16.035 jiwa/Km2.
Perkembangan bank di Kota Bandung mengikuti pertumbuhan penduduk ini,
selama hampir 30 tahun terakhir, jumlah kantor bank yang ada di Kota Bandung
mengalami peningkatan pesat, pada tahun 1980 jumlah kantor bank di Kota
Bandung berjumlah 40 buah, pada akhir tahun 1990 jumlahnya meningkat
menjadi 142 buah sedangkan sampai dengan tahun 2007 jumlah bank di Kota
Bandung telah mencapai 509 buah. Jumlah tersebut belum termasuk kantor bank
umum syariah yang saat ini mulai bermunculan di Kota Bandung. Bank umum
mulai menawarkan produk syariahnya di Kota Bandung, sehingga perkembangan
perbankan di Kota Bandung saat ini adalah menjamurnya bank umum syariah
(hasil wawancara dengan Bank Indonesia). Pada tahun 2007 saja, telah dibuka 31
kantor bank umum syariah. Untuk ketersediaan teknologi di bank-bank tersebut,
secara umum mengikuti teknologi dari pusat, jika bank tersebut merupakan
cabang dari bank besar dengan teknologi yang canggih, maka ketersediaan
teknologi bank tersebut di Bandung juga canggih.
Perkembangan jumlah kantor bank ini akan berimplikasi pada konfigurasi
ruang yang akan dibahas lebih lanjut pada bab 4. Selain menjamurnya kantor
cabang, perkembangan bank di Kota Bandung juga ditandai dengan banyaknya
jumlah ATM yang dioperasikan, sampai dengan juni 2007, tercatat ada 858 ATM
yang tersebar di daerah perdagangan, pendidikan dan juga perumahan.