52
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian peramalan, kegunaan metode peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan metode peramalan, pola data deret berkala, metode Rata-rata Bergerak Tunggal, metode Box Jenkins, implementasi strategi pembentukan model, dan ukuran ketepatan ramalan. 3.1.1 Pengertian Peramalan Perkembangan yang pesat sekali akhir-akhir ini dalam teknik dan metode analisa, baik analisa ekonomi maupun analisa kegiatan usaha perusahaan, terutama di bidang pemasaran, produksi dan keuangan sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknik dan metode peramalan. Dalam melakukan analisa ekonomi atau analisa kegiatan usaha perusahaan, haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau dalam dunia usaha pada masa yang akan datang. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, dikenal dengan apa yang disebut dengan peramalan (forescating). Peramalan adalah tingkat perkiraan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang. Dan dapat diartikan bahwa peramalan adalah suatu taksiran yang ilmiah, meskipun akan terdapat sedikit kesalahan (Biegel, 1992, p19).

BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1 Peramalan

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian peramalan, kegunaan metode

peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan

metode peramalan, pola data deret berkala, metode Rata-rata Bergerak Tunggal, metode

Box Jenkins, implementasi strategi pembentukan model, dan ukuran ketepatan ramalan.

3.1.1 Pengertian Peramalan

Perkembangan yang pesat sekali akhir-akhir ini dalam teknik dan metode analisa,

baik analisa ekonomi maupun analisa kegiatan usaha perusahaan, terutama di bidang

pemasaran, produksi dan keuangan sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknik

dan metode peramalan.

Dalam melakukan analisa ekonomi atau analisa kegiatan usaha perusahaan,

haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau dalam dunia

usaha pada masa yang akan datang. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi

pada masa yang akan datang, dikenal dengan apa yang disebut dengan peramalan

(forescating).

Peramalan adalah tingkat perkiraan yang diharapkan untuk suatu produk atau

beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang. Dan dapat

diartikan bahwa peramalan adalah suatu taksiran yang ilmiah, meskipun akan terdapat

sedikit kesalahan (Biegel, 1992, p19).

Page 2: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

17

Peramalan (forecasting) merupakan prediksi nilai-nilai sebuah peubah

berdasarkan kepada nilai yang diketahui dari peubah tersebut atau peubah yang

berhubungan. Meramal juga dapat didasarkan pada keahlian keputusan (judgement), yang

pada gilirannya didasarkan pada data historis dan pengalaman (Makridakis, 1991, p519).

Peramalan adalah alat/teknik untuk memprediksi dan memperkirakan suatu nilai

pada masa yang akan dating dengan memperhatikan data atau informasi yang relevan,

baik data/informasi masa lalu maupun data/informasi saat ini.

Peramalan adalah perpaduan antara seni dan ilmu dalam memperkirakan keadaan

di masa yang akan datang, dengan cara memproyeksikan data masa lampau ke masa yang

akan datang dengan menggunakan model matematika maupun perkiraan yang subjektif

(Heizer, 1996, p147).

3.1.2 Kegunaan Metode Peramalan

Menurut Assauri (1984, pp8-9), metode yang dipergunakan sangat besar

manfaatnya, apabila dikaitkan dengan keadaan informasi atau data yang dipunyai.

Apabila dari data yang lalu diketahui adanya pola musiman, maka untuk peramalan satu

tahun ke depan sebaiknya digunakan metode variasi musim. Sedangkan apabila dari data

yang lalu diketahui adanya pola hubungan antara variabel-variabel yang saling

mempengaruhi, maka sebaiknya dipergunakan metode sebab akibat atau korelasi.

Sebagaimana diketahui bahwa metode merupakan cara berpikir yang sistematis

dan pragmatis atas pemecahan suatu masalah. Dengan dasar ini, maka metode peramalan

merupakan cara memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa depan secara sistematis

dan pragmatis, sehingga metode peramalan sangat berguna untuk dapat memperkirakan

Page 3: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

18

secara sistematis dan pragmatis atas dasar data yang relevan pada masa yang lalu, dengan

demikian metode peramalan diharapkan dapat memberikan objektifitas yang lebih besar.

Di samping itu, metode peramalan juga memberikan urutan pengerjaan dan

pemecahan atas pendekatan suatu masalah dalam peramalan, sehingga bila digunakan

pendekatan yang sama atas permasalahan dalam suatu kegiatan peramalan, maka akan

didapat dasar pemikiran dan pemecahan yang sama, karena argumentasinya sama. Selain

itu, metode peramalan memberikan cara pengerjaan yang teratur dan terarah, sehingga

dengan demikian dapat dimungkinkannya penggunaan teknik-teknik penganalisaan yang

lebih maju. Dengan penggunaan teknik-teknik tersebut, maka diharapkan dapat

memberikan tingkat kepercayaan atau keyakinan yang lebih besar, karena dapat diuji dan

dibuktikan penyimpangan atau deviasi yang terjadi secara ilmiah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode peramalan sangat berguna,

karena akan membantu dalam mengadakan pendekatan analisa terhadap tingkah laku atau

pola dari data yang lalu, sehingga dapat memberikan cara pemikiran, pengerjaan dan

pemecahan yang sistematis dan pragmatis, serta memberikan tingkat keyakinan yang

lebih besar atas ketepatan hasil ramalan yang dibuat atau yang disusun.

3.1.3 Jenis-jenis Peramalan

Menurut Assauri (1984, pp3-5), pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari

beberapa segi tergantung dari cara melihatnya. Apabila dilihat dari sifat penyusunannya,

maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

Page 4: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

19

1. Peramalan yang subjektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan atau intuisi

dari orang yang menyusunnya. Pandangan atau “judgement” dari orang yang

menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya hasil ramalan tersebut.

2. Peramalan yang objektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan

pada masa lalu, dengan menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam

penganalisaan data tersebut.

Di samping itu, jika dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun, maka

peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

1. Peramalan jangka pendek, peramalan untuk jangka waktu kurang dari tiga bulan.

Peramalan seperti ini diperlukan dalam penyusunan rencana tahunan, rencana kerja

operasional, dan anggaran, contohnya penyusunan rencana produksi, rencana

penjualan, rencana persediaan, anggaran produksi, anggaran pemasaran, dan anggaran

perusahaan.

2. Peramalan jangka menengah, peramalan untuk jangka waktu antara tiga bulan sampai

tiga tahun.

3. Peramalan jangka panjang, peramalan untuk jangka waktu lebih dari tiga tahun.

Berdasarkan sifat ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat dibedakan

atas dua macam, yaitu:

1. Peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa

lalu, hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada orang yang menyusunnya.

Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran

yang bersifat intuisi, judgement atau pendapat, dan pengetahuan serta pengalaman

dari penyusunnya. Biasanya peramalan secara kualitatif ini didasarkan atas hasil

Page 5: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

20

penyelidikan atau didasarkan atas ciri-ciri normative seperti decision matrices atau

decision trees.

2. Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada

masa lalu, hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada metode yang

dipergunakan dalam peramalan tersebut. Peramalan kuantitatif hanya dapat

digunakan apabila terdapat tiga kondisi sebagai berikut :

a. Adanya informasi tentang keadaan yang lain.

b. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data.

c. Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa yang

akan datang.

3.1.4 Langkah-langkah Peramalan

Menurut Assauri (1984, p5), kualitas atau mutu dari hasil peramalan yang

disusun, sangat ditentukan oleh pelaksanaan penyusunnya. Peramalan yang baik adalah

peramalan yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan yang baik.

Pada dasarnya ada tiga langkah peramalan yang penting, yaitu:

1. Menganalisa data yang lalu, berguna untuk pola yang terjadi pada masa yang lalu.

Analisa ini dilakukan dengan cara membuat tabulasi dari data yang lalu. Dengan

tabulasi data, maka dapat diketahui pola dari data tersebut.

2. Menentukan metode yang dipergunakan, bahwa metode peramalan yang baik adalah

metode yang memberikan hasil ramalan yang tidak jauh berbeda dengan kenyataan

yang terjadi.

Page 6: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

21

3. Memproyeksi data yang lalu dengan menggunakan metode yang dipergunakan, dan

mempertimbangkan adanya beberapa faktor perubahannya.

3.1.5 Pemilihan Teknik dan Metode Peramalan

Menurut Assauri (1984, pp11-14), faktor utama yang mempengaruhi pemilihan

teknis peramalan adalah identifikasi dan pemahaman akan pola data historis. Seringkali,

pola data tersebut merupakan karakteristik inheren dari kegiatan yang sedang diteliti.

Hubungan antar data dengan jangka waktu semakin jelas jika teramati bahwa pola trend

adalah merupakan kecenderungan jangka panjang. Sedangkan variasi musiman

menunjukkan pola data yang berulang dalam satu tahun. Teknik regresi cocok untuk

hampir semua pola yang dapat diidentifikasi, sedangkan teknik otoregresif lebih tepat

diterapkan untuk data runtut waktu yang mempunyai titik balik (turning points).

Dalam mengevaluasi teknik-teknik yang dikaitkan dengan pola data, bisa saja

diterapkan lebih dari satu teknik untuk data yang sama. Misalnya, teknik-teknik tertentu

mungkin lebih akurat dalam memprediksi titik balik, sedangkan lainnya terbukti lebih

handal dalam peramalan pola perubahan yang stabil. Bisa juga terjadi beberapa model

meramalkan terlalu tinggi (overestimate) atau terlalu rendah (underestimate) dalam

situasi tertentu. Selain itu, mungkin juga terjadi bahwa prediksi jangka pendek dari suatu

model lebih baik dari model lain yang memiliki prediksi jangka panjang yang lebih

akurat.

Pemilihan teknik peramalan juga berhubungan dengan tingkat akurasi yang

diinginkan, walaupun sulit untuk menyakinkan tingkat akurasi tersebut sebelum

mengevaluasi hasil kerja secara seksama. Misalnya, dalam banyak situasi suatu perkiraan

Page 7: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

22

kasar tentang pola trend masa datang mampu memberikan proyeksi-proyeksi yang

akurat.

Untuk memilih teknik peramalan yang tepat secara benar, seorang peramal harus mampu

untuk:

1. Mendefinisikan sifat dari masalah yang akan diramalkan.

2. Menjelaskan sifat data/pola data yang akan digunakan.

3. Menjelaskan kelebihan dan keterbatasan teknik peramalan yang akan digunakan.

4. Menentukan beberapa kriteria di mana pemilihan keputusan dapat dibuat.

Faktor utama yang mempengaruhi pemilihan teknik peramalan adalah identifikasi

dan pemahaman akan pola data historis. Jika pola-pola tersebut diketahui, maka teknik-

teknik yang mampu digunakan secara efektif dipilih. Teknik pemilihan metode dapat

dilihat pada Tabel 3.1. Jenis-jenis pola data beserta teknik peramalan yang sesuai:

1. Teknik peramalan untuk data yang stasioner

Suatu data runtut waktu yang bersifat stasioner, merupakan suatu data berkala

yang nilai rata-ratanya tidak berubah sepanjang waktu. Situasi seperti itu muncul

ketika pola permintaan yang mempengaruhi data tersebut relatif stabil. Dalam bentuk

yang paling sederhana, peramalan suatu data runtut waktu yang stationer memerlukan

data historis dari runtut waktu tersebut untuk menduga nilai rata-ratanya, yang

kemudian menjadi peramalan untuk nilai-nilai masa datang. Teknik-teknik yang lebih

canggih memberikan hasil dugaan yang diperbaharui (updating) jika suatu informasi

baru tersedia. Teknik-teknik ini sangat berguna jika dugaan awal tidak dapat

dipercaya atau jika stabilitas dari nilai rata-rata diragukan. Selain itu, teknik-teknik

Page 8: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

23

updating memberikan derajat kepekaan terhadap perubahan dalam struktur yang

mendasari data runtut waktu tersebut.

Teknik-teknik peramalan stasioner digunakan dalam keadaan-keadaan berikut

ini:

a. Jika kekuatan-kekuatan yang menghasilkan suatu data runtut waktu telah

menstabilkan dan lingkungan di mana data tersebut berada relatif tidak berubah.

Misalnya jumlah penjualan suatu produk atau jasa dalam tahap kejenuhan dari

siklus hidupnya atau jumlah penjualan yang disebabkan oleh suatu usaha yang

relatif tetap.

b. Jika suatu model yang sangat sederhana yang diperlukan karena keterbatasan data

atau untuk memudahkan penjelasan atau implementasi. Misalnya ketika suatu

perusahaan atau organisasi baru berkembang dan memiliki data historis yang

sangat sedikit.

c. Jika stabilitas dapat diperoleh dengan membuat koreksi sederhana terhadap

faktor-faktor seperti pertumbuhan penduduk atau inflasi. Misalnya perubahan

pendapatan menjadi pendapatan perkapita.

d. Jika suatu data runtut waktu dapat ditransformasikan menjadi suatu runtut waktu

yang stabil. Misalnya pentransformasian suatu serial data dengan

melogaritmakannya, akar, atau selisih.

e. Jika data runtut waktu tersebut merupakan sehimpunan kesalahan dari suatu

teknik peramalan yang dianggap memadai.

Page 9: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

24

Beberapa teknik yang sebaiknya dipertimbangkan ketika meramalkan data

runtut waktu yang stasioner adalah model sederhana, metode rata-rata sederhana,

rata-rata bergerak, pemulusan eksponensial sederhana, dan metode Box-Jenkins.

2. Teknik peramalan untuk data trend

Suatu data runtut waktu yang bersifat trend didefinisikan sebagai suatu

deretan yang mengandung komponen jangka panjang yang menunjukan pertumbuhan

atau penurunan dalam data tersebut sepanjang suatu periode waktu jangka panjang.

Dengan kata lain, suatu data runtut waktu dikatakan mempunyai trend jika nilai

harapannya berubah sepanjang waktu sehingga data tersebut diharapkan untuk

menaik atau menurun selama periode di mana peramalan diinginkan. Biasanya data

runtut waktu ekonomis mengandung suatu trend.

Teknik-teknik peramalan untuk data yang mengandung trend digunakan

dalam keadaan berikut ini:

a. Jika kenaikan produktiviktas dan teknologi baru cenderung mengubah gaya hidup.

Misalnya permintaan akan komponen-komponen elektronik akan meningkat

dengan semakin berkembanganya industri komputer, atau permintaan terhadap

jasa kereta api menurun dengan semakin berkembangnya teknologi jasa angkutan

udara.

b. Jika pertumbuhan penduduk meningkat permintaan akan barang dan jasa.

Misalnya penerimaan dari barang-barang konsumsi, permintaan akan konsumsi

energi, dan penggunaan bahan baku.

c. Jika daya beli rupiah mempengaruhi variabel-variabel ekonomi karena terjadi

inflasi. Misalnya gaji, biaya produksi, dan penggunaan bahan baku.

Page 10: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

25

d. Jika penerimaan pasar meningkat. Misalnya periode pertumbuhan satu siklus

hidup dari suatu produk.

Teknik-teknik peramalan yang digunakan untuk peramalan data runtut waktu

yang mengandung trend ini adalah rata-rata bergerak linear, pemulusan eksponensial

linear dari Brown, pemulusan ekponensial dari Holt, pemulusan ekponensial kuadrat

dari Brown, regresi sederhana, model Gomperzt, kurva pertumbuhan, model-model

eksponensial.

3. Teknik peramalan untuk data musiman

Suatu data runtut waktu yang bersifat musiman didefinisikan sebagai suatu

data runtut waktu yang mempunyai pola perubahan yang berulang secara tahunan.

Mengembangkan suatu teknik peramalan musiman biasanya memerlukan pemilihan

metode perkalian dan pertambahan dan kemudian menduga indeks musiman dari data

tersebut. Indeks ini kemudian digunakan untuk memasukkan sifat musiman dari

peramalan atau untuk menghilangkan pengaruh seperti itu dari nilai-nilai yang

diamati.

Teknik-teknik peramalan untuk data musiman digunakan dalam keadaan

berikut ini:

a. Jika cuaca mempengaruhi variabel yang diteliti, misalnya: konsumsi listrik,

kegiatan musim kemarau dan musim hujan, pakaian, dan musim tanam pertanian.

b. Jika kalender tahunan mempengaruhi varibel yang diteliti. Misalnya penjualan

eceran dipengaruhi oleh musim liburan, kalender sekolah, dan hari-hari besar

lainnya.

Page 11: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

26

Teknik-teknik yang sebaiknya diperhatikan ketika meramalkan data runtun

waktu yang bersifat musiman adalah metode Dekomposisi klasik, Cencus II,

pemulusan eksponensial dari Winter, regresi berganda runtut waktu, dan metode Box-

Jenkins.

4. Teknik peramalan untuk data yang bersifat siklis

Pengaruh siklis didefinisikan sebagai fluktuasi seperti gelombang di sekitar

garis trend. Pola siklis cenderung untuk berulang setiap dua, tiga tahun atau lebih.

Pola siklis sulit untuk dibuat modelnya karena polanya tidak stabil. Turun naiknya

fluktuasi di sekitar trend jarang sekali berulang pada interval waktu yang tetap, dan

besarnya fluktuasi juga selalu berubah. Metode dekomposisi bisa diperluas untuk

menganalisis data siklis, maka penganalisaan komponen siklis dari suatu data runtut

waktu seringkali memerlukan temuan tak sengaja atau indikator-indikator ekonomi.

Teknik-teknik peramalan untuk data siklis digunakan dalam keadaan berikut

ini:

a. Jika siklus dunia usaha mempengaruhi variabel yang diteliti. Misalnya faktor

perekonomian, pasar, dan persaingan.

b. Jika terjadi pergesaran selera. Misalnya fashions, musik, dan makanan.

c. Jika terjadi perubahan jumlah penduduk. Misalnya perang, kelaparan,

epidemi,dan bencana alam.

d. Jika terjadi perubahan siklus hidup suatu produk. Misalnya pengenalan,

pertumbuhan, kematangan, kejenuhan pasar, dan kemudian penurunan.

Page 12: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

27

Teknik-teknik yang sebaiknya diperhatian ketika meramalkan data runtut

waktu yang bersifat siklis adalah metode Dekomposisi klasik, indikator-indikator

ekonomi, model-model ekonometrik, regresi berganda, dan metode Box-Jenkins.

Tabel 3.1 Pemilihan Teknik Peramalan

Metode Pola Data Jangka Waktu

Model Jumlah Data Minimum

Sederhana Stationer Musiman

Trend

Pendek Time Series 1

Rata-rata sederhana Stasioner Pendek Time Series 30 Rata-rata bergerak Stationer Pendek Time Series 4-20

Pemulusan eksponensial

Stationer Pendek Time Series 2

Regresi sederhana Trend Menengah Kausal 10 Regresi berganda (Regresi Ridge)

Musiman Siklis

Menengah Kausal 10 * variabel

Dekomposisi klasik Musiman Pendek Time Series 5*panjang musiman

Model Trend Eksponensial

Trend Menengah Panjang

Time Series 10

Box-Jenkins Stationer Trend Siklis

Musiman

Pendek Time Series 24

Model Ekonometri Siklis Pendek Kausal 30 Regresi Berganda

Runtut Waktu Trend

Musiman Menengah Panjang

Kausal 6*panjang musiman

3.1.6 Pola Data Deret Berkala

Menurut Assauri (1984, pp45-47), langkah penting dalam memilih suatu metode

deret berkala yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga

dapat ditentukan metode yang paling tepat dengan pola tersebut untuk diuji. Menurut

Page 13: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

28

Makridakis (1999, pp21-22), ada empat pola data yang dapat diramalkan untuk

peramalan data yang akan datang, yaitu:

1. Pola Horizontal (H) atau Stationary

Pola ini terjadi jika nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang

konstan. Dengan demikian dapat dikatakan pola ini sebagai stationary pada rata-rata

hitungnya (means). Contoh pola jenis adalah bila suatu produk mempunyai jumlah

penjualan yang tidak menaik dan tidak menurun selama beberapa periode. Contoh

pola ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Pola Horizontal / Stasionary

(Assauri, 1984, p46)

2. Pola Musiman(S) atau Seasonal

Pola ini terjadi bila suatu deret waktu dipengaruhi oleh faktor musiman

(misalnya kuartalan, bulanan, mingguan dan harian). Contohnya penjualan buku tulis

Waktu/ periode

Y

Page 14: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

29

lebih tinggi pada waktu awal sekolah dibandingkan pada hari-hari biasanya. Contoh

pola ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Pola Musiman / Seasonal

(Assauri, 1984, p46)

3. Pola Siklus (C) atau Cyclical

Pola ini terjadi bila datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka

panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Contoh: ada beberapa produk

yang penjualannya menunjukkan pola siklus, seperti mobil sedan, besi baja, dan

peralatan bengkel. Contoh pola ini dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Waktu/ periode

Y

Page 15: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

30

Gambar 3.3 Pola Siklis / Cyclical

(Assauri, 1984, p47)

4. Pola Trend (T)

Pola ini terjadi bila terdapat kenaikan atau penurunan dari data pengamatan

untuk jangka panjang. Pola ini terlihat pada penjualan produk dari banyak

perusahaan. Contoh pola ini dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Waktu/ periode

Y

Page 16: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

31

Gambar 3.4 Pola Trend

(Assauri, 1984, p47)

3.1.7 Metode Rata-rata Bergerak Tunggal

Menurut Makridakis (1999, p101), metode ini banyak digunakan untuk

menentukan trend dari suatu deret waktu. Dengan menggunakan metode ini, deret

berkala dari data asli diubah menjadi deret rata-rata bergerak yang lebih mulus dan tidak

tergantung pada osilasi sehingga lebih memungkinkan untuk menunjukkan trend dasar

atau siklus dalam pola data sepanjang waktu.

Teknik Rata-rata Bergerak Tunggal dalam deret waktu terdiri dari pengambilan

suatu kumpulan nilai-nilai yang diamatii, mendapatkan rata-rata dari nilai ini, dan

kemudian menggunakan nilai rata-rata tersebut sebagai ramalan untuk periode yang akan

datang. Angka realisasi dari pengamatan yang lalu termasuk dalam nilai rata-rata yang

harus dispesifikasikan pada saat permulaan peramalan dilakukan.

Waktu/ periode

Y

Page 17: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

32

Nilai rata-rata bergerak yang baru dengan memasukkan nilai data pengamatan

yang baru dan mengeluarkan nilai data pengamatan yang paling terdahulu, kemudian

dipergunakan sebagai ramalan untuk periode yang berikut. Dua hal yang ekstrim dari

perhitungan rata-rata bergerak, yaitu bila banyaknya data yang dimasukkan dalam

perhitungan tersebut atau N =1, maka dalam hal ini data pengamatan yang paling akhir

akan dipergunakan sebagai nilai ramalan untuk periode yang berikutnya. Sedangkan bila

banyaknya data yang dimasukkan dalam perhitungan tersebut adalah N=n atau seluruh

data pengamatan yang ada, maka dalam hal seperti ini rata-ratalah yang akan

dipergunakan sebagai nilai ramalan. Rata-rata merupakan angka perkiraan yang paling

baik, bila data bersifat acakan dengan jumlah N yang cukup besar. Pengaruh dari jumlah

N yang besar terdapat pada penggunaan garis lurus sebagai angka perkiraan, dimana

fluktuasi yang disebabkan variasi acakan akan dilicinkan (smoothing). Jumlah N yang

kecil dapat dipergunakan bila pola dengan fluktuasi acakan yang kecil dalam datanya.

Sedangkan penggunaan rata-rata bergerak untuk suatu jumlah data atau n yang kecil,

akan memungkinkan hasil ramalan yang diperoleh mengikuti pola dari data yang

terdapat.

Secara aljabar, teknik peramalan dengan metode Rata-rata Bergerak Tunggal

dapat dinyatakan dengan formula yang sederhana sebagai berikut :

( ) NXXXF Ntttt /..... 111 +−−+ +++= (3.1)

Atau

∑+−=

+ =t

Ntitt X

NF

11

1 (3.2)

Dimana t adalah nilai yang paling akhir dan t+1 adalah periode berikutnya, untuk

periode mana suatu ramalan dibuat.

Page 18: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

33

1+tF = ramalan untuk periode yang berikut, t+1.

,....2,1, −− tttX = nilai amatan/ sebenarnya dari variabel itu pada periode t, t-1, t-2, ...

N = Jumlah amatan yang dipergunakan dalam menghitung Rata-rata Bergerak.

Ada beberapa pedoman yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan

penggunaan metode Rata-rata Bergerak yang tepat, yaitu :

1. Dari opini peramal terhadap trend dari variabel yang diramalkan, jika variabel

tersebut agak statis atau tetap, dengan nilai-nilai yang acakan, maka dengan rata-rata

bergerak dari sejumlah besar pengamatan mungkin akan menghasilkan nilai ramalan

yang lebih baik atau tepat, karena penyimpangan atau kesalahan ramalannya adalah

kecil. Jika terdapat fluktuasi data yang cukup besar, maka jumlah pengamatan yang

digunakan akan menghasilkan reaksi atau pengaruh yang lebih besar terhadap

perubahan data. Rata-rata bergerak dengan jumlah pengamatan yang sedikit akan

memberikan ramalan terbaik, bila perubahan data yang terdapat adalah karena faktor-

faktor yang fundamental atau mendasar, bukan karena unsur-unsuryang acakan

(random elements).

2. Ketepatan (accuracy) dari ramalan yang dibuat dengan bermacam-macam rata-rata

bergerak , ketepatan mana dapat dihitung oleh penyusun ramalan. Metode ramalan

rata-rata bergerak yang menghasilkan ketidaktepatan yang terkecillah yang sebaiknya

dipilih. Kesalahan ramalan yang ditunjukkan adalah nilai absolut dari kesalahan.

Kemudian nilai kesalahan ramalan itu dipangkat-duakan (squared error).

Page 19: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

34

3.1.8 Metode Box Jenkins

Menurut Assauri (1984, p126), metode peramalan yang sangat sering

dipergunakan dalam ekonomi dan dunia usaha (business) adalah deret waktu (time

series), dimana sejumlah amatan diambil selama beberapa periode dan digunakan sebagai

dasar dalam penyusunan suatu ramalan untuk beberapa periode di masa depan yang

diinginkan. Seluruh metode peramalan menekankan kepada usaha untuk mengatasi

keadaan yang terdapat pada data historis yang diamati, dengan menggunakan asumsi

bahwa pola dasar yang ditunjukkan oleh data historis tersebut, adalah dengan pola acakan

atau randomness. Metode peramalan ditekankan untuk mengisolasikan pola dasar sedapat

mungkin dan menggunakan hasil isolasi tersebut sebagai dasar untuk meramalkan

periode mendatang. Tetapi dari sekian banyak metode peramalan jangka pendek, metode

Box Jenkins merupakan metode peramalan yang memiliki kemampuan untuk dapat

mengatasi kerumitan deret waktu dan variasi lainnya.

3.1.8.1 Konsep Dasar Metode Box Jenkins

Menurut Assauri (1984, pp126-128), metode Box Jenkins adalah suatu metode

yang sangat tepat untuk menangani atau mengatasi kerumitan deret waktu dan situasi

peramalan lainnya. Kerumitan itu terjadi karena terdapatnya variasi dari pola data yang

ada. Oleh karena itu diperlukan pendekatan untuk meramalkan data dengan pola yang

rumit tersebut dengan menggunakan beberapa aturan yang relatif baik. Disamping itu

metode ini dapat dipergunakan untuk meramalkan data historis dengan kondisi yang sulit

dimergerti pengaruhnya terhadap data secara teknis. Oleh karena itu perlu diketahui dan

dimengerti beberapa dasar tentang teknik pengaplikasian metode ini.

Page 20: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

35

Dalam metode Box Jenkins tidak dibutuhkan adanya asumsi tentang suatu pola

yang tetap, yang agak berbeda dengan metode-metode lainnya. Pendekatan Box Jenkins

ini mulai dengan mengadakan asumsi adanya pola percobaan yang disesuaikan dengan

data historis, sehingga kesalahan akan dapat diminimalisasikan. Selanjutnya pendekatan

Box Jenkins ini memberikan informasi secara eksplisit untuk memungkinkan dapat

memikirkan atau memutuskan apakah pola yang secara tentatif diasumsikan tersebut

adalah tepat atau benar untuk keadaan atau situasi yang telah terjadi. Jika hal ini telah

dilakukan, maka peramalan dapat langsung disusun dan jika tidak sesuai pola yang

diasumsikan, maka pendekatan Box Jenkins memberikan lebih jauh tanda-tanda untuk

mengidentifikasikan pola yang benar.

Untuk menggambarkan pendekatan metodologi peramalan Box Jenkins, maka

George Box dan Gwilyn Jenkins telah mengembangkan suatu diagram skema yang dapat

dilihat pada Gambar 3.5 . Pendekatan ini membagi masalah peramalan dalam tiga tahap

yang didasarkan pada postulasi atas kelas yang umum dari model-model peramalan. Pada

tahap pertama, suatu model tertentu dapat dimasukkan secara tentative sebagai metode

peramalan yang sangat cocok untuk keadaan yang diidentifikasi. Tahap kedua, menduga

parameter dalam model yang dimasukkan. Tahap ketiga, mencocokan model tersebut

untuk data historis yang tersedia dan melakukan suatu pengecekan untuk menentukan

apakah model tersebut sudah cukup tepat. Jika tidak tepat, maka pendekatan ini kembali

ke tahap pertama dan suatu model alternatif diidentifikasi. Bila suatu model yang sudah

cukup tepat, hendaknya diisolasikan dan tahap ketiga dilakukan, yaitu penyusunan

ramalan untuk beberapa periode yang akan datang. Dalam rangka ini perlu diketahui

unsur-unsur yang penting untuk dapat mengaplikasikan pendekatan Box Jenkins.

Page 21: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

36

Gambar 3.5 Diagram Arus untuk strategi Pembentukan Model Box-Jenkins

3.1.8.2 Autokorelasi

Menurut Assauri (1984, pp129-131), autokorelasi diantara nilai-nilai yang

berturut-turut dari data merupakan suatu alat penentu atau kunci dari identifikasi pola

dasar yang menggambarkan data itu. Seperti telah diketahui bahwa konsep korelasi di

antara dua variabel menyatakan asosiasi atau hubungan diantara dua variabel. Nilai

korelasi menunjukkan apa yang telah terjadi atas salah satu variabel, terdapat perubahan

dalam variabel lainnya.

Postulasi suatu kelas yang umum dari model-model

Identifikasi model yang dapat dimasukkan secara tentatif

Pengestimasian parameter dalam model yang Dimasukkan secara tentatif

Pengecekan diagnostika metode itu cukup tepat

Menggunakan model-model untuk peramalan

tidak

tahap 1

tahap 2

tahap 3

Page 22: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

37

Tingkat korelasi ini diukur dengan koefisien korelasi yang besarnya bervariasi

diantara +1 dan -1. Suatu nilai koefisien yang mendekati +1 menunjukkan kuatnya

hubungan positif diantara dua variabel itu. Ini berarti bahwa bila nilai dari salah variabel

meningkat atau bertambah, maka nilai pada variabel lainnya juga cenderung bertambah.

Demikian pula halnya dengan nilai koefisien korelasi yang mendekati -1, menunjukkan

bertambahnya nilai salah satu variabel akan mengakibatkan turunnya atau kurangnya

nilai dari variabel lainnya. Suatu nilai koefisien korelasi nol menunjukkan bahwa kedua

variabel secara statistik adalah bebas, tidak tergantung satu dengan lainnya, sehingga

tidak ada perubahan dalam satu variabel, bila variabel lainnya berubah.

Suatu koefisien autokorelasi adalah sama dengan suatu koefisien korelasi hanya

bedanya bahwa koefisien ini menggambarkan asosiasi atau hubungan antara nilai-nilai

dari variabel yang sama, tetapi pada periode waktu yang berbeda.

Autokorelasi memberikan informasi yang penting tentang susunan atau struktur

data dan polanya. Dalam suatu kumpulan data acakan atau random yang lengkap,

autokorelasi diantara nilai-nilai yang berturut-turut akan mendekati atau sama dengan

nol, sedangkan nilai-nilai data dari ciri yang musiman dan atau siklus akan mempunyai

autokorelasi yang kuat. Sebagai contoh, informasi yang menunjukkan suatu hubungan

yang positif diantara temperatur setiap dua belas bulan berturut-turut, merupakan

informasi yang diperoleh dengan perhitungan autokorelasi yang dapat dipergunakan

dalam pendekatan Box Jenkins untuk mengidentifikasikan model peramalan yang

optimal. Dengan mengetahui nilai koefisien autokorelasi dapat diketahui ciri, pola dan

jenis data, sehingga dapat memenuhi maksud untuk menidentifikasikan suatu model

tentatif atau percobaan yang dapat disesuaikan dengan data.

Page 23: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

38

Menurut Makridarkis (1999, p 399-402), autokorelasi untuk time lag 1,2,3,4,...k

dapat dicarikan dan dinotasikan kr , sebagai berikut :

( )( )

( )∑

=

=−

−−= n

tt

kn

tktt

k

YY

YYYYr

1

2

1 (3.3)

Dengan koefisien autokorelasi dari data acak mempunyai sebaran penarikan

contoh yang mendekati kurva normal dengan nilai tengah nol dan galat standar 1/√n.

3.1.8.3 Koefisien Autokorelasi Parsial

Didalam analisis regresi, apabila variabel tidak bebas Y diregresikan kepada

variabel-variabel bebas X1 dan X2 maka akan timbul pertanyaan sejauh mana variabel X1

mampu menerangkan keadaan Y apabila mula-mula X2 dipisahkan (partialled out). Ini

berarti meregresikan Y kepada X2 dan menghitung galat nilai sisa (residual errors),

kemudian meregresikan lagi nilai sisa tersebut kepada X1. Didalam analisis deret berkala

berlaku konsep yang sama.

Autokorelasi parsial digunakan untuk mengukur tingkat keeratan (association)

antara Y1 dan Yi-k, apabila pengaruh dari time lag 1, 2, 3, ..., dan seterusnya sampai k-1

dianggap terpisah. Satu-satunya tujuan di dalam analisis deret berkala adalah membantu

menetapkan model Box Jenkins yang tepat untuk peramalan, kenyataannya, mereka

memang dibentuk hanya untuk tujuan ini.

Koefisien autokorelasi parsial berorde m didefinisikan sebagai koefisien

autokorelasi terakhir dari model AR(m). Sebagai contoh, persamaan-persamaan 3.4 -3.8

masing-masing digunakan untuk menetapkan AR(1), AR(2), AR(3), ...AR(m). Koefisien

Page 24: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

39

mφ yang terakhir pada masing-masing persamaan merupakan koefisien autokorelasi

parsial. Ini berarti notasi 1φ , 2φ , 3φ , ... 1−mφ , dan mφ adalah m buah koefisien korelasi

parsial yang pertama untuk deret berkala tersebut.

ttt YY εφ += −11 (3.4)

tttt YYY εφφ ++= −− 2211 (3.5)

ttttt YYYY εφφφ +++= −−− 332211 (3.6)

tmtmttt YYYY εφφφ ++++= +−−−− 112211 ... (3.7)

tmtmmtmttt YYYYY εφφφφ +++++= −+−−−− 112211 ... (3.8)

Dari persamaan-persamaan ini dapat dicari nilai-nilai 1φ , 2φ , 3φ , ... 1−mφ , dan mφ .

Perhitungan yang diperlukan akan memakan banyak waktu. Oleh karena itu lebih

memuaskan untuk memperoleh taksiran 1φ , 2φ , 3φ , ... 1−mφ , dan mφ berdasarkan pada

koefisien autokorelasi. Penaksiran tersebut dapat dilakukan dengan metode di bawah ini.

Apabila ruas kiri dan kanan persamaan 3.4 dikalikan dengan Yt-1, hasilnya adalah

tttttt YYYYY εφ 11111 −−−− += (3.9)

Dengan mengambil nilai harapan pada persamaan 3.9 akan menghasilkan :

)()()( 11111 tttttt YEYYEYYE εφ −−−− += (3.10)

Yang dapat ditulis ulang sebagai :

011 γφγ = (3.11)

karena berdasarkan definisi 11 )( γ=−ttYYE , 011 )( γ=−− tt YYE , dan 0)( 1 =− ttYE ε .

Apabila kedua ruas persamaan 3.11 dibagi 0γ , hasilnya adalah

11 φρ = (3.12)

Page 25: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

40

karena )(0

11 γ

γρ = merupakan cara untuk menetapkan autokorelasi pertama. Jadi

11 ρφ = ini berarti bahwa autokorelasi parsial yang pertama adalah sama dengan

autokorelasi pertama dan kedua-duanya ditaksir di dalam sampel dengan 1r secara

umum, karena )(0γ

γρ kk = , maka operasi yang terlihat pada persamaan 3.9 sampai 3.12

dapat diperluas sebagai berikut. Kalikan kedua ruas persamaan 3.10 dengan Yt-k, hitung

nilai harapan dan bagilah dengan 0γ , sehingga menghasilkan sekumpulan persamaan

simultan (disebut persamaan Yule-Walker), yang dapat dipakai untuk mencari nilai-nilai

1φ , 2φ , 3φ , ... 1−mφ , dan mφ . Nilai-nilai ini dapat digunakan sebagi penduga nilai-nilai

autokorelasi parsial sampai m time lag. Untuk mendapatkan jawaban persamaan-

persamaan tersebut terdapat prosedur penaksiran rekursif.

Dari persamaan 3.5, dapat dihitung 1φ , untuk 2φ dengan menggunakan persamaan

3.6, dan seterusnya. Jika 1φ adalah nyata berbeda dari nol secara statistik, sedangkan 2φ

tidak, maka prosesnya adalah AR(1). Perhitungan nilai-nilai 1φ , 2φ , 3φ , ... 1−mφ , dan mφ

dari persamaan-persamaan 3.4, 3.5, 3.6 …, 3.8 membutuhkan banyak waktu. Terdapat

kemungkinan lain untuk memperoleh nilai dugaan dengan menggunakan persamaan

berikut :

ktkttt −−− +++= ρφρφρφρ ...2211 (3.13)

Dimana:

tρ = autokorelasi time lag ke t

kφφφ ,..., 21 = parameter AR / Autokorelasi parsial

Page 26: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

41

Sesudah mengerti apakah autokorelasi parsial itu dan bagaimana cara

memperolehnya, maka selanjutnya akan dibahas mengenai cara pemakaiannya untuk

menetapkan model Box Jenkins yang tepat. Apabila proses yang mendasari diperolehnya

rangkaian (series) adalah model AR(1), maka harus dimengerti bahwa 1φ secara nyata

akan berbeda dari nol, sedangkan 2φ , 3φ , ... 1−mφ , dan mφ tidak akan berbeda nyata

secara statistika. Apabila proses pembangkit yang sebenarnya adalah AR(2), maka hanya

1φ dan 2φ , yang akan berbeda nyata, sedangkan nilai-nilai taksiran lainnya tidak akan

signifikan. Hal ini berlaku untuk proses-proses AR yang berorde lebih tinggi.

Dengan kata lain, karena cara pembentukan 1φ , 2φ , 3φ , ... 1−mφ , dan mφ , maka

koefisien yang akan berbeda nyata dari nol hanya sampai pada orde proses AR yang

digunakan untuk membangkitkan data. Di dalam identifikasi model, kemudian

diasumsikan bahwa apabila hanya terdapat dua autokorelasi parsial yang berbeda nyata

dari nol, maka generating prosesnya berorde dua dan orde dari model peramalannya

adalah AR(2). Apabila pada p autokorelasi parsial yang signifikan, maka orde yang

diambil haruslah AR(p)

Apabila proses pembentukan datanya adalah MA bukannya AR, maka

autokorelasi parsial tidak akan menunjukkan orde proses MA tersebut, karena nilai

tersebut dibentuk untuk mencocokkan proses AR. Kenyataannya, nilai tersebut

menunjukkan suatu ketergantungan dari satu lag ke lag berikutnya yang membuatnya

menyerupai cara autokorelasi untuk proses AR. Autokorelasi parsial akan menurun

mendekati nol secara eksponensial. Untuk tujuan identifikasi, apabila autokorelasi

parsial tidak memperlihatkan penurunan nilai secara acak sesudah p time lag, melainkan

Page 27: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

42

menurun sampai nol secara eksponensial, hal ini diasumsikan habwa generating prosess

yang sebenarnya adalah MA.

Sebagai ringkasan, apabila hanya terdapat p autokorelasi parsial yang

signifikansinya berbeda dari nol, maka diasumsikan bahwa proses tersebut adalah AR(p).

Jika autokorelasi parsial menurun mendekati nol secara eksponensial, proses tersebut

diasumsikan sebagai proses MA.

Tabel 3.2 Pola Autokorelasi dan Autokorelasi Parsial

Autokorelasi Autokorelasi parsial MA(q) AR(p) ARMA(p,q)

Dipotong setelah proses orde ke q Menghilang Menghilang

Menghilang Dipotong setelah proses orde ke p Menghilang

Angka dari autoregresi dan rata-rata bergerak (orde p dan q) pada model ARMA

ditentukan dari pola sampel autokorelasi dan autokorelasi parsial dan nilai dari kriteria

seleksi model. Pola autokorelasi dan autokorelasi parsial dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Pada prakteknya, nilai p dan q masing-masing jarang melebihi dua.

3.1.8.4 Jenis-jenis Model Box Jenkins

Menurut Assauri (1984, p132), pada umumnya ada dua model dari metode Box

Jenkins, yaitu model linear untuk deret yang statis (ARMA) dan model linear untuk deret

yang tidak statis (ARIMA).

Page 28: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

43

3.1.8.5 Model ARMA (Autoregressive-Moving Average)

Menurut Assauri (1984, pp132-142), bagi deret data yang tetap statis (stasionary),

metode Box Jenkins mempostulasikan tiga kelas yang umum dari model-model yang

dapat dipergunakan, terutama untuk menggambarkan jenis atau pola dari data waktu.

Ketiga model tersebut adalah :

1. Model Autoregressive (AR)

Model Autoregressive (AR) adalah suatu persamaan dengan bentuk umum :

tptptttt YYYYY εφφφφ +++++= −−−− ...332211 (3.14)

Dimana :

tY = variabel respon (terikat) pada waktu t

1−tY , 2−tY , 3−tY , …, ptY − = variabel respon pada masing-masing selang waktu t-1,

t-2, ..., t-p. Nilai Y berperan sebagai variabel bebas.

tε = Galat pada saat t yang mewakili dampak variabel-

variabel yang tidak dijelaskan oleh model.Asumsi mengenai galat adalah sama

dengan asumsi model regresi standar.

Dalam metode ini, variabel bebasnya adalah variabel yang sama (auto

variable), tetapi pada periode-periode sebelumnya(t-1, t-2, t-3, ... , t-p). Sedangkan tε

adalah unsur kesalahan atau residual yang menunjukkan persitiwa acakan atau

random events yang tidak dapat diuraikan atau dijelaskan oleh model.

Model Autoregressive (AR) pada persamaan 3.14 adalah sama dengan

persamaan regresi. Perbedaannya adalah bahwa pada model Autoregressive, variabel

bebas adalah nilai yang lalu dari variabel yang diramalkan (dependent variable).

Perbedaan lainnya adalah parameter regresi, diestimasikan dengan menggunakan

Page 29: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

44

metode least squares yang linear, sedangkan parameter Autoregressive diperoleh

dengan menggunakan metode least Squares yang nonlinear.

Model Autoregressive (AR) terdapat dalam beberapa bentuk, tergantung pada

derajat susunan (order) dari p. Bila p = 1, bentuknya menjadi model Autoregressive

dengan susunan pertama atau AR(1). Dalam bentuk umum, model ini dituliskan

sebagai AR(p), sehingga sebelum model AR dapat dipergunakan maka susunan

(order) p tersebut harus dispesifikasikan. Nilai yang berlaku untuk p dapat diperoleh

dengan menyelidiki nilai koefisien autokorelasi parsial. Model AR akan lebih mudah

dimergerti dengan menyelidiki bentuk matematisnya.

Dalam praktiknya, dua kasus yang akan paling sering dihadapi adalah apabila

p=1 dan p=2, yaitu berturut-turut untuk model AR(1) dan AR(2).

a. Model AR(1)

Berdasarkan model AR umum :

ttt YY εφ += −11 (3.15)

121 −−− += ttt YY εφ , bila disubtitusikan kedalam persamaan 3.15 akan diperoleh:

tttt YY εεφφ ++= −− )( 121 (3.16)

bila subtitusi ini dilanjutkan dari tY untuk amatan pertama, maka akan

menghasilkan persamaan bentuk umum, yaitu :

11

1 ... +−

−++ +++= th

htth

ht YY εφφεφ (3.17)

dimana :

htY + = variabel yang diramalkan (dependent variabel)

tY = variabel bebas

Page 30: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

45

h = lag waktu (1,2,3...,p periode)

perama lan yt+1 linear yang terbaik, yt+2,..., yt+h dihitung menggunakan

kaidah-rantai peramalan (law of iterated projections)

)()(

)())(()(

)(

|1|

|12

|1|1|2

|1

μφμμφ

μφμμφφμμφ

μφ

−+=−=

•••

−+=−+=−=

−=

−++

++++

+

th

thttht

tttttttt

ttt

YYY

YYYY

YY

Perhitungan kesalahan peramalan dapat diperoleh dengan

1111

11

1||

11212|22|2

1|11|1

......

+−−++

+−

−+++++

+++++++

++++

+++=

+++=−=

•••

+=+=−=

=−=

thhtht

th

hthtththttht

ttttttttt

tttttt

YY

YYYY

εφεφε

εφφεεε

εφεφεεε

εε

Perhitungan ragam (variance) kesalahan peramalan diperoleh dengan

21 )( σε =+ ttVar (3.18)

2

22)1(222

|

21

222|2

11)...1()var(

)1()1()var(

φφσφφσε

φσφσε

−−

=+++=

•••

+=+=

−+

+

hh

tht

tt

b. Model AR(p)

ttYL εμφ =− ))(( (3.19)

Page 31: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

46

pp LLL φφφ ...1)( 1 −−= (3.20)

untuk p = 2 tttt YYY εφφ ++= −− 2211 (3.21)

untuk p =3 ttttt YYYY εφφφ +++= −−− 332211 (3.22)

AR(p) dalam bentuk state space :

⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜

+

⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜

⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜

=

⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜

+−

0...0

.

.

.

010......0...01

...

.

.

.2

121

1

1

t

pt

t

tp

pt

t

t

Y

YY

Y

YY εφφφ

2. Model Moving Average (MA)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, model Autoregressive merupakan model

yang hampir sama dengan bentuk mutliple regression. Model Autoregressive pada

awalnya tidak dapat menangani seluruh deretan data. Oleh sebab itu, pendekatan Box

Jenkins mempertimbangkan dua kelas yang lain untuk menangani masalah tersebut.

Salah satunya adalah model Moving Average. Model Moving Average (MA)

memberikan hasil ramalan tY berdasarkan atas kombinasi linear dari kesalahan-

kesalahan yang lalu. Hal ini berbeda dengan model Autoregressive (AR) yang

menyatakan bahwa tY sebagai fungsi linear dari p nilai-nilai sebenarnya dari tY pada

masa-masa sebelumnya.

Bentuk umum dari model Moving Average (MA) adalah

qtqttttY −−− −−−−= εθεθεθε ...2211 (3.23)

dimana :

tε = kesalahan (error) atau residual

Page 32: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

47

1−tε , 2−tε , 3−tε , …, qt−ε = nilai-nilai terdahulu dari kesalahan (error)

Nilai parameter 1θ , 2θ , 3θ ,…, pθ dari MA harus diduga. Dugaan ini

dilakukan dengan sistem coba-coba atau “trial and error”, seperti pada model AR.

Dalam hal ini nilai-nilai θ yang berbeda-beda dicoba, sehingga diperoleh θ yang

menghasilkan kuadrat rata-rata kesalahan (MSE) yang minimal. θ harus jatuh di

dalam jarak nilai (|θ | < 1).

Perbedaan model ini dengan model Autoregressive adalah model Moving

Average menyertakan variabel tidak bebas yang diramalkan Y tergantung pada nilai-

nilai sebelumnya dari unsur kesalahan (error term), yaitu 1−tε , 2−tε , 3−tε , …, qt−ε , dan

bukan dipengaruhi oleh variabel itu sendiri.Dengan kata lain, dalam model ini harus

diperhatikan autokorelasi diantara nilai berturut-turut dari residual atau kesalahan

(error).

Nilai-nilai 1θ , 2θ , 3θ ,…, pθ tidak perlu dijumlahkan menjadi satu, dan juga

nilai 1θ tidak bergerak (moving) dengan adanya pengamatan baru seperti pada

perhitungan rata-rata bergerak (Moving Average).

a. MA(1) atau Moving Average dengan susunan pertama

Model MA(1) merupakan model yang hampir sama dengan metode

exponensial smoothing. Bentuk umum model MA(1) adalah

11 −−= tttY εθεσ (3.24)

Dengan cara lain dapatlah dinyatakan :

bila 2211 −− −−= ttttY εθεθε

maka 2111 −−− += ttt Y εθε (3.25)

Page 33: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

48

Persamaan 3.25 disubtitusikan kedalam persamaan 3.24 maka diperoleh

)( 2111 −− +−= tttt YY εθθεσ (3.26)

Bila pensubtitusian dilanjutkan maka akhirnya persamaan 3.26 akan

menjadi

ntn

ntn

tttt YY −−−−

−− −−−−−= εθεθεθθεσ 111

122

111 ... (3.27)

b. MA(2) atau Moving Average dengan susunan kedua

Bentuk umum model MA(2) adalah berbentuk :

2211 −− −−= ttttY εθεθεσ (3.28)

c. MA(3) atau Moving Average dengan susunan ketiga

Bentuk umum model MA(2) adalah berbentuk :

332211 −−− −−−= tttttY εθεθεθεσ (3.29)

3. Model Autoregressive-Moving Average (ARMA)

Metode Box Jenkins menggunakan prosedur yang praktis dan sederhana bagi

penerapan model atau skema Autoregressive dan Moving Average dalam penyusunan

ramalan. Sehingga dengan penggunaan gabungan kedua model itu, maka dapat

dipertimbangkan autokorelasi baik diantara nilai yang berturut-turut pada masa-masa

sebelumnya dari variabel yang diramalkan, maupun diantara nilai yang berturut-turut

dari residual atau kesalahan (errors) atas masing-masing periode yang lalu.

Model Autorefressive-Moving Average (ARMA) adalah kelas khusus yang

sangat kuat dan baik dari teknik penyaringan linear, dengan mana suatu data masukan

yang acak (random) disaring, sehingga hasilnya menunjukkan deret waktu yang

diamati dan yang ditransformasi.

Page 34: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

49

Kedua model tersebut, yakni model Autoregressive , AR(p) dan model

Moving Average , MA(q), dapat digabungkan kedalam persamaan yang sama.

Gabungan kedua kelas yang umum dari model Autoregressive Moving Average

(ARMA). Misalnya model AR(1) dinyatakan sebagai ARMA(1,0), dan suatu model

MA(2) dinyatakan sebagai model ARMA(0,2). Model ARMA yang umum dalam

susunan p dan q, atau ARMA(p,q) adalah

qtqtttptpttt YYYY −−−−−− −−−−++++= εθεθεθεφφφ ...... 22112211 (3.30)

Persamaan 3.30 ini merupakan kombinasi dari persamaan-persamaan 3.14 dan

3.23.

Model ARMA menggunakan kombinasi kedua parameter AR dan MA,

sehingga menghasilkan model yang lebih lengkap dan komprehensip dalam

memperoleh ramalan yang baik. Jadi keuntungan dari suatu model ARMA mencakup

perbedaan model AR dan menggunakan kesalahan apa saja yang tidak tercakup

dalam suatu persamaan MA, yang dicoba untuk disempurnakan untuk penyusunan

ramalan. Dengan metode ini diharapkan tidak ada lagi perbaikan yang mungkin

dilakukan dengan penyesuaian model yang lebih tepat, sehingga acakan (randomnes)

ikut dipertimbangkan dalam penyusunan ramalan.

a. Model Autoregressive-Moving Average susuan pertama atau ARMA(1,1)

Model Autoregressive-Moving Average susunan pertama atau ARMA(1,1)

merupakan kombinasi persamaan 3.15 dan 3.24. Bentuk umum model

ARMA(1,1) adalah

1111 −− −+= tttt YY εθεφ (3.31)

Page 35: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

50

b. Model Autoregressive-Moving Average ARMA(2,1)

Model Autoregressive-Moving Average ARMA(1,1) merupakan

kombinasi model-model AR(2) dan MA(1), adalah

112211 −−− −++= ttttt YYY εθεφφ (3.32)

c. Model Autoregressive-Moving Average ARMA(2,2)

Model Autoregressive-Moving Average ARMA(1,1) merupakan

kombinasi model-model AR(2) dan MA(2), adalah

22112211 −−−− −−++= tttttt YYY εθεθεφφ (3.33)

3.1.9 Maximun Likelihood Estimators

Menurut Mood (1974, p), metode Maximun Likelihood merupakan teknik

penurunan penduga(estimator) yang paling terkenal. Menurut Mood (1974, p279), Fungsi

likelihood untuk variabel acak nXXX ...,,, 21 adalah sebagai berikut:

),...,;()( 1 nxxLL θθ = (3.34)

Jika θ̂ [dimana )...,,,(ˆˆ21 nxxxϑθ = adalah sebuah fungsi pengamatan

nxxx ...,,, 21 ] adalah nilai dari θ dalam Φ yang memaksimalkan )(θL , kemudian

),...,(ˆˆ1 nxxϑ=Θ adalah maximun likelihood estimator dari θ . )...,,,(ˆˆ

21 nxxxϑθ = adalah

maximun likelihood estimate dari θ untuk sampel nxxx ...,,, 21 .

Jika nxxx ...,,, 21 merupakan sampel acak dari beberapa kepekatan );( θxf ,

sehingga fungsi likelihood sebagai berikut :

Page 36: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

51

);()...;();()( 21 θθθθ nxfxfxfL = (3.35)

Banyak fungsi likelihood memenuhi kondisi standar. sehingga maximun

likelihood estimator adalah solusi dari persamaan :

0)(=

θθ

ddL (3.36)

Jika fungsi likelihood mengandung parameter k, maka

)...,,,;()...,,,( 211

21 ki

n

ik xfL θθθθθθ Π

=

= (3.37)

Kemudian maximun likelihood estimators dai parameter kθθθ ...,,, 21 adalah

variabel acak ),...,(ˆˆ111 nxxϑ=Θ , ),...,(ˆˆ

122 nxxϑ=Θ , …, ),...,(ˆˆ1 nKK xxϑ=Θ dimana

kθθθ ...,,, 21 adalah nilai dalam Φ yang memaksimalkan )...,,,( 21 kL θθθ .

Jika kondisi standar pasti terpenuhi, inti dimana likelihood adalah sebuah

maksimun adalah sebuah solusi dari persamaan-persamaan k :

0)...,,(

...

0)...,,(

0)...,,(

1

2

1

1

1

=∂

=∂

=∂

k

k

k

k

L

L

L

θθθ

θθθ

θθθ

(3.38)

3.1.10 Implementasi Strategi Pembentukan Model

Seperti yang diperagakan pada gambar 3.5, pendekatan Box Jenkins

menggunakan strategi pembentukan model iteratif yang terdiri dari pemilihan model awal

Page 37: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

52

(identifikasi model), pendugaan koefisien model (pendugaan parameter), dan

penganalisaan residual (pemeriksaan model). Jika diperlukan, model awal dimodifikasi

dan proses diulangi sampai didapat residual yang memberikan indikasi bahwa tidak ada

lagi modifikasi yang diperlukan. Sampai disini, model yang sesuai dapat digunakan untuk

meramal.

Kelas yang sangat umum dari suatu model Autoregressive-Moving Average

(ARMA) adalah:

qtqtttptpttt YYYY −−−−−− −−−−++++= εθεθεθεφφφ ...... 22112211

Persamaan diatas dapat tepat atau sesuai untuk hampir semua deret waktu yang

stastis (stasionary).

Menurut Assauri (1984, p143), tahapan strategi pembentukan model terinci

sebagai berikut :

Tahap 1 : Identifikasi Model

Langkah pertama identifikasi model adalah penentuan apakah deretnya stasioner,

yaitu apakah deret waktu muncul beragam disekitar tingkat tertentu. Teknik yang paling

mudah untuk melihat kestasioneran data adalah dengan membuat plot data antara waktu

dan nilai. Bila fluktuasi data berada di sekitar nilai rata-rata dengan besaran yang relative

tidak berbeda, maka data dapat disebut stasioner. Menurut Assauri (1984, p178), langkah

lain yang dapat dilakukan untuk lebih menyakinkan stasioneran data yakni dengan

membuat plot autokorelasi, dimana nilainya menjadi nol setelah time lags kedua dan

ketiga, sedangkan untuk deret waktu yang tidak memiliki kestasioneran, autokorelasinya

berbeda dari nol untuk beberapa periode waktu. Bila ditunjukkan secara grafik, maka

autokorelasi dari deret data tidak statis menggambarkan suatu trend yang bergerak secara

Page 38: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

53

diagonal dari kanan ke kiri jika jumlah time lags bertambah. Besarnya nilai koefisien

autokorelasi untuk time lags berbeda-beda. Menurut Assauri (1984, p177), koefisien

autokorelasi mempunyai distribusi sampling, yang dapat dengan kurva normal dimana

rata-rata adalah nol, dan kesalahan standar (standar error) adalah 1/√n. Untuk

mengetahui nilai koefisien autokorelasi tidak berbeda nyata dari nol yakni dengan

memberikan batas-batas keyakinan atas dan bawah, dimana akan tidak berbeda dari nol

bila terletak di dalam batas-batas

)()( SdZSdZ k αα ρ +≤≤−

Dimana :

Z adalah nilai tabel Z dari kurva normal

α adalah tingkat kepercayaan yang diperlukan dalam menentukan nilai Z

kρ adalah koefisien korelasi ke k

Jika terlihat bahwa data tidak stasioner maka deret waktu dapat dikonversikan

menjadi deret stasioner melalui differencing. Maka model ARIMA pun digunakan dalam

pemodelan peramalan ini.

Apabila data menunjukkan kestasioneran, maka langsung menggunakan model

ARMA dalam pemodelan peramalan ini. Dalam hal ini, selanjutnya menentukan tingkat p

dan q dari model ARMA yang akan dipergunakan dengan cara menyelidiki dan

menggambarkan perilaku koefisien autokorelasi teoritis dan partial autokorelasi.

Pengidentifikasian susunan dari suatu proses AR dapat dilakukan dengan

menyelidiki partial autokorelasinya. Secara singkat susunannya akan sama dengan

jumlah autokorelasi secara statistik nyata berbeda dari nol. Partial autokorelasi sampai

Page 39: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

54

dengan p time lag, akan nyata berbeda dari nol, sedangkan yang lainnya akan mendekati

nol. Jadi batasnya adalah p akan menjadi susunan dari proses AR.

Dalam proses Moving Average (MA) nilai tX yang berbeda-beda merupakan

faktor yang dipengaruhi atau tergantung dari faktor-faktor lainnya, karena itu suatu

jumlah yang tidak terbatas dari unsur 1φ akan dibutuhkan untuk menyesuaikan model AR

dalam data MA. Untuk data MA, nilai-nilai parameter partial autokorelasi akan mulai

dengan nilai-nilai yang lebih besar dan kemudian besarnya akan mengecil atau menurun

dengan bertambahnya time lag. Jadi partial autokorelasi dari suatu proses MA tidak

mempunyai suatu pembatas setelah p time lag, seperti pada proses AR, akan tetapi terus

berkelanjutan dan lambat laun menurun menjadi nol. Karena itu ada suatu penurunan

eksponensial dalam partial autokorelasi dari nilai yang besar menjadi nilai yang lebih

kecil, bila time lag dari autokorelasi menjadi lebih panjang.

Ingat, apabila autokorelasi sampel menghilang ke arah nol secara eksponensial

dan autokorelasi parsial sampel terpotong, modelnya akan memerlukan bentuk

Autoregresi. Jika autokorelasi sampel terpotong dan autokorelasi parsial menghilang,

modelnya akan membutuhkan bentuk rata-rata bergerak (Moving Average). Jika

autokorelasi sampel dan autokorelasi parsial sampel menghilang, bentuk Autoregresi

dan rata-rata bergerak terindikasi. Dengan menghitung jumlah autokorelasi sampel dan

autokorelasi parsial, orde dari bagian MA dan AR dapat ditentukan. Menilai

signifikansinya, kedua autokorelasi sampel dan autokorelasi parsial sampel biasanya

dibandingkan dengan n

2± , dimana n adalah jumlah pengamatan deret waktu. Batas

ini akan bekerja baik apabila n besar.

Page 40: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

55

Jadi di dalam susunan (order) untuk peramalan deret waktu, pertama-tama harus

dihitung autokorelasi dan autokorelasi parsial. Grafik dari kedua unsur harus diperiksa

atau diselidiki secara hati-hati. Kadang-kadang pola dari autokorelasi dan autokorelasi

parsial yang dihitung dapat dengan mudah diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk

teoritis. Identifikasi model lebih mudah dilakukan. Hal ini memerlukan beberapa asosiasi

untuk mampu mendapatkan pola dari autokorelasi atau lebih dari satu pola yang berlaku.

Dengan beberapa kali penyeleksian akan memberikan pengalaman, sehingga tidak lagi

menjadi kesulitan dalam mempertimbangkannya.

Tahap 2 : Estimasi Model

Setelah berhasil menetapkan identifikasi model sementara, selanjutnya

parameter-parameter AR dan Ma harus ditetapkan dengan cara yang terbaik. Misalnya

penggasumsian model tentaif adalah model ARMA(1,1), maka bentuk matematisnya

adalah:

1111 −− −+= tttt eeXX θφ

Untuk dapat menggunakan persamaan diatas, maka harus menduga nilai 1φ dan

1θ . Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yang mendasar yakni :

1. Dengan cara mencoba-coba.Menguji beberapa nilai yang berbeda dan memilih

satu nilai tersebut (atau sekumpulan nilai, apabila terdapat lebih dari satu

parameter yang akan ditaksir) yang meminimkan jumlah kuadrat nilai sisa (sum of

squared residuals).

2. Perbaikan iterative. Memilih taksiran awal dan kemudian membiarkan program

komputer memperhalus penaksiran tersebut secara iterative.

Page 41: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

56

Metode terakhir lebih disukai dan telah tersedia algoritma yang sangat kuat yang

tersedia di bagian pusat komputer untuk melakukan hal tersebut. Salah satu metode

tersebut yakni menggunakan Maximun Likelihood Estimators.

Pendekatan yang umum biasanya dimulai dengan nilai-nilai awal untuk 1φ dan 1θ

dan kemudian dimodifikasikan dengan langkah-langkah untuk menyelidiki kesalahan

kuadrat rata-rata (MSE). Dengan demikian dimungkinkan arah dari perubahan dalam 1φ

dan 1θ , akan menghasilkan kesalahan kuadrat rata-rata (MSE) yang terkecil.

Kemungkinan terjadi bahwa 1φ dan 1θ yang menghasilkan kesalahan kuadrat rata-rata

yang terkecil, akan diperoleh dan dipergunakan sebagai dugaan terakhir dari model.

Prosedur pendugaan yang lain adalah dengan mencari kesalah kuadrat rata-rata untuk

seluruh kombinasi 1φ dan 1θ dan menspesifikasikan nilai-nilai parameter yang

menghasilkan kesalahan kuadrat rata-rata yang terkecil.

Tahap 3 : Pemeriksaan Model

Sebelum menggunakan model untuk peramalan, model hendaknya diperiksa

kecukupannya. Jika model yang diperoleh adalah suatu model yang cukup tepat, maka

perbedaan residual atau kesalahan antara nilai-nilai deret waktu dan nilai-nilai dugaan

dari model haruslah sangat kecil atau tidak berarti. Masing-masing autokorelasi residual

)(εkr sebaiknya kecil dan umumnya berkisar antara n

2± dari nol.

Selanjutnya dapat diperoleh koefisien autokorelasi dari residual atau kesalahan.

Adanya pola dalam residual dapat ditentukan dari hasil koefisien autokorelasi. Jika tidak

terdapat pola yang secara nyata berbeda dari nol, maka kesalahan diasumsikan menjadi

acakan atau tidak perlu diperhatikan dan model tersebut dianggap cukup tepat. Hal ini

Page 42: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

57

agak sederhana dan mudah, karena pengetesan ketepatan dari suatu model dilakukan

hanya dengan perhitungan autokorelasi dari residual. Jika kesalahan tersebut tidak

acakan, maka harus kembali ke langkah kedua, dengan memilih model yang lain dan

mengulangi langkah ketiga dan keempat.

3.1.11 Ukuran Ketepatan Ramalan

Dalam semua situasi peramalan mengandung derajat ketidakpastian, Pengenalan

fakta ini dengan memasukkan unsur kesalahan (error) dalam perumusan sebuah

peramalan deret waktu. Sumber penyimpangan dalam peramalan bukan hanya

disebabkan oleh unsur error, tetapi ketidakmampuan suatu model peramalan mengenali

unsur yang lain dalam deret data yang mempengaruhi besarnya penyimpangan dalam

peramalan.

Jadi, besarnya penyimpangan hasil ramalan bisa disebabkan oleh besarnya faktor

yang tidak diduga (outliers) dimana tidak ada metode peramalan mampu menghasilkan

peramalan yang akurat, atau bisa juga disebabkan metode peramalan yang digunakan

tidak dapat memprediksi dengan tepat komponen trend, komponen musiman dan

komponen siklus yang mungkin terdapat dalam deret data yang berarti metode yang

digunakan tidak tepat (Bowerman, 1987, p12).

Ukuran ketepatan yang sering digunakan untuk mengetahui ketepatan suatu

model peramalan dalam memodelkan data deret waktu yaitu nilai MAPE (Mean Absolut

Percentage Error), MSE (Mean Squared Error) dan MAE (Mean Absolute Error).

MAPE merupakan ukuran ketepatan relatif yang digunakan untuk mengetahui

persentase error hasil ramalan.

Page 43: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

58

Persamaannya adalah sebagai berikut:

%100*|/|

1 nX

MAPE ttn

t

ε=∑= (3.34)

MAE menyatakan kesalahan ramalan dalam unit yang sama pada data, dengan

merata-ratakan nilai absolut error (kesalahan) seluruh hasil ramalan. Nilai absolut

berguna untuk menghindari nilai error positif dan negatif saling meniadakan.

Persamaannya adalah sebagai berikut:

nMAE t

n

t

||1

ε=∑= (3.35)

Cara lain untuk menghindari nilai error positif dan error negatif saling

meniadakan adalah dengan mengkuadratkan nilai kesalahan tersebut. MSE merupakan

kesalahan ramalan dengan merata-ratakan kuadrat error (kesalahan semua ramalan).

Persamaannya adalah sebagai berikut:

nMSE t

n

t

2

1

)(ε=∑= (3.36)

Dimana :

tX = nilai aktual periode t

tε = nilai error/kesalahan periode t

n = jumlah periode ramalan

3.2 Konsep Penjualan

Menurut Kotler (2003, p18), konsep penjualan fokus pada pembeli dan penjual,

jika salah satu dari mereka tidak ada maka tidak akan terjadi proses penjualan. Maka

perusahaan harus melakukan penjualan secara agresif dan berusaha melakukan promosi.

Page 44: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

59

Konsep ini dibuat berdasarkan tipe pembeli dalam melakukan pembelian membujuk

untuk melakukan pembelian.

3.2.1 Definisi Pemasaran

Definisi pemasaran merupakan proses/aktivitas yang terdiri dari individu dan

organisasi yang memudahkan mereka memperoleh kepuasaan dalam melakukan

pertukaran barang di lingkungan yang dinamis melalui penciptaan, distribusi, promosi,

penawaran harga dan pelayanan (McLeod, 2001, p343).

3.2.2 Riset Pemasaran

Menurut Supranto (2001, p7), riset pemasaran ialah suatu kegiatan pengumpulan

(collecting), pengolahan(processing) dan analisis(Analysis) seluruh fakta atau data yang

menyangkut persoalan yang berhubungan dengan pemindahan dan penjualan (transfer

and sale) barang-barang dan jasa-jasa(goods and services) dari produsen ke para

konsumen (producer to consumers) .

Menurut Supranto (2001, p3), tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk bisa

meningkatkan sales/penjualan dalam rangka untuk memperoleh keuntungan yang

sebanyak-banyaknya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan perencanaan personel,

produksi, keuangan, peralatan, dan pemasaran. Ramalan penjualan (sales forescasting) di

dalam hal ini memegang peranan penting, sebab merupakan light star yang perlu untuk

diperhatikan di dalam perencanaan-perencanaan tersebut. Hasil ramalan penjualan bisa

dipergunakan untuk menentukan/merencanakan berapa produksi yang harus diprodusksi,

berapa biaya penjualan yang harus disediakan, berapa gudang yang harus disediakan,

Page 45: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

60

berapa salesman yang diperlukan, dan lain sebagainya. Data yang diperlukan tersebut

bisa diperoleh dari riset pemasaran (marketing research) atau kegiatan-kegiatan rutin

lainnya seperti pencatatan penjualan kalau diolah memberikan data tentang actual sales

atau penjualan sebenarnya. Data ramalan penjualan dapat dipergunakan untuk dasar

perencanaan produksi. Jumlah produksi di waktu yang akan datang seharusnya

disesuaikan dengan kemampuan menjual, sehingga tidak terjadi ”over production” atau

”under production” yang berakibat barang banyak yang tidak laku atau kehilangan

kesempatan menjual, banyak permintaan tidak terlayani.

Pada dasarnya riset pemasaran dalam arti yang lebih luas bisa dikategorikan

menjadi dua, yaitu :

1. Riset untuk mencari kesempatan menjual (opportunity to sale) yang kemudian bisa

dimanfaatkan sepenuhnya.

2. Riset untuk mencari cara yang paling efesien untuk memanfaatkan kesempatan yang

telah diperoleh, jangan sampai kehilangan kesempatan menjual (loss of opportunity to

sale).

3.2.3 Definisi Penjualan

Menurut Kotler (2003, p21), penjualan adalah mempertahankan konsumen, jka

tinggal satu, tidak akan dapat cukup untuk membeli produk-produk organisasi. Organisasi

oleh karena itu harus melakukan penjualan yang agresif dan melakukan usaha promosi.

Menurut Supranto (2001, p129), untuk mengawasi penjualan diperlukan suatu

riset (sales Control Research). Untuk membuat keputusan-keputusan, maka pimpinan

perlu memperoleh data dari bagian yang mengurus riset pemasaran. Suatu teknik yang

Page 46: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

61

dipergunakan untuk memperoleh data (informasi) yang tepat tersebut dinamakan ”sales

control research”. Di dalam arti yang lebih luas sales control research meliputi

identifikasi dan pengukuran (identification and measurement) dari semua faktor yang

mempunyai pengaruh langsung dan sangat penting terhadap penjualan yaitu hubungan

sebab dan akibat terhadap sales.

Sales control research pada dasarnya mencakup tiga kegiatan pokok sebagai

berikut :

1. Meramalkan penjualan (forescasting sales).

2. Menentukan potensi penjualan bagi bagian-bagian pasar (sales potentials for

segments of market).

3. Menentukan jenis produksi yang paling menguntungkan.

3.2.4 Kegiatan Penjualan

kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang dan jasa, baik secara

kredit maupun secara tunai. Dalam transaksi penjualan kredit, jika permintaan dari

pelanggan telah terpenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk jangka

waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada pelanggannya. Sedangkan daam

transaksi penjualan tunai, barang atau jasa baru diserahkan oleh perusahaan kepada

pembeli jika perusahaan telah menerima kas dari pembeli. (Mulyadi, 2001, p202).

3.3 Model Rekayasa Piranti Lunak

Menurut Pressman (2002, p10), perangkat lunak mempunyai definisi sebagai

berikut:

Page 47: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

62

1. Perintah (program komputer) yang bila dieksekusi memberikan fungsi dan unjuk

kerja seperti yang diinginkan.

2. Struktur data yang memungkinkan program memanipulasi informasi secara

proporsional.

3. Dokumen yang menggambarkan operasi dan kegunaan program.

Model rekayasa piranti lunak yang dipakai adalah model sekuensial linear. Model

ini biasa disebut juga model “air terjun” (waterfall). Model ini merupakan sebuah

pendekatan kepada perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang

mulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian

dan pemeliharaan. Penjelasan tahapan dalam Waterfall Model adalah sebagai berikut :

a. Analisis kebutuhan

Proses pengumpulan kebutuhan difokuskan khususnya pada perangkat lunak.

Tujuan tahap ini adalah untuk mengetahui kebutuhan piranti lunak, fungsi-fungsi

yang dibutuhkan, kemampuan piranti lunak dan antarmuka piranti lunak tersebut.

b. Perancangan

Proses perancangan merupakan representasi kebutuhan ke bentuk perangkat

lunak yang dapat dinilai kualitasnya sebelum dilakukan pengkodean. Tahap ini

meliputi perancangan struktur data, perancangan arsitektur piranti lnak, perancangan

rincian prosedur dan perancangan user interface.

c. Pengkodean

Tahapan mengkodekan hasil perancangan ke bahasa pemograman.

Page 48: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

63

d. Implementasi dan Pengujian

Setelah program aplikasi selesai dikode, program akan diujicobakan dan juga

dilakukan pengujian. Pengujian dilakukan secara menyeluruh hingga semua perintah

dan fungsi telah diuji sampai output yang dihasilkan oleh program sesuai dengan

yang diharapkan.

e. Pemeliharaan

Pemeliharaan perangkat lunak dilakukan karena sering terjadinya perubahan

atau peningkatan fungsi piranti lunak. Hal ini sesuai dengan permintaan pemakai,

maka piranti lunak yang telah selesai dibuat perlu dipelihara agar dapat

mengantisipasi permintaan pemakai terhadap fungsi-fungsi baru. Bila terjadi

perubahan berarti membalikkan tahapan ke tahapan yang lebih awal.

Untuk lebih jelasnya, tahapan model Waterfall dapat dilihat pada gambar 3.6

Gambar 3.6 Model Waterfall

(Pressman, 2002, p25)

Analisis

Desain

Coding dan development

Implementasi/ Testing

Maintenance

Page 49: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

64

3.4 STD ( State Transition Diagram )

Menurut Yourdon (1998, p259), STD merupakan suatu alat bantu perancangan

yang menggambarkan sifat ketergantungan pada sistem.

STD adalah sebuah sarana atau alat untuk mengetahui perilaku dari sistem dari

waktu ke waktu. State diagram menunjukkan apa yang terjadi pada obyek-obyek dalam

sistem. Setiap obyek-obyek dalam sistem akan melalui beberapa keadaan yaitu keadaan

”aplikasi diterima”, keadaan ”checking” dan keadaan ”aplikasi disetujui” .

Komponen – komponen utama yang digunakan dalam STD adalah:

1. Keadaan sistem (System State)

Keadaan sistem adalah kumpulan yang terjadi didalam suatu sistem pada

waktu tertentu. Keadaan sistem ini dilambangkan dengan segi empat.

Gambar 3.7 State

2. Perubahan keadaan (Change of State)

Perubahan atau state digambarkan dengan garis panah yang menghubungkan

state 1 dengan state 2.

Gambar 3.8 Change of State

Page 50: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

65

3.5 Interaksi Manusia dan Komputer (IMK)

Secara garis besar, IMK adalah ilmu yang berhubungan dengan perancangan,

evaluasi dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia,

serta studi fenomena – fenomena besar yang berhubungan dengannya

Saat ini sistem atau program yang interaktif lebih populer, karena itu penggunaan

komputer telah berkembang pesat sebagai suatu program yang interaktif yang membuat

orang tertarik untuk menggunakannya. Program yang interaktif perlu dirancang dengan

baik sehingga pengguna dapat merasa senang dan juga dapat ikut berinteraksi dengan

baik dalam menggunakannya.

Suatu program yang interaktif dan baik harus bersifat user friendly. Shneiderman

(1998, p15) menjelaskan lima kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu program yang user

friendly yaitu:

1. Waktu belajar yang tidak lama.

2. Kecepatan penyajian informasi yang tepat.

3. Tingkat kesalahan pemakaian rendah.

4. Penghafalan sesudah melampaui jangka waktu.

5. Kepuasan pribadi.

Suatu program yang interaktif dapat denga mudah dibuat dan dirancang dengan

suatu perangkat bantu pengembang sistem antarmuka, seperti Visual Basic, Borland

Delphi, C# dan sebagainya. Menurut Sheneiderman (1998, p74-75) untuk merancang

sistem interaksi manusia dan komputer yang baik, harus memperhatikan delapan aturan

utama dibawah ini, yaitu .

Page 51: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

66

1. Strive for consistency (Bertahan untuk konsistensi).

2. Enable frequent user to use shortcuts (Memperbolehkan pengguna sering

menggunakan shorcut).

3. Offer informative feed back (Memberikan umpan balik yang informatif).

4. Design dialogs to yield closure (Pengorganisasian yang baik sehingga pengguna

mengetahui kapan awal dan akhir dari suatu aksi).

5. Offer simple error handling (Penanganan kesalah yang sederhanan).

6. Permit easy reversal of actions (Mengizinkan pembalikan aksi (undo) dengan

mudah).

7. Support internal locus of control (Pemakai menguasai siatem atau inisiator, bukan

responden).

8. Reduce short term memory load (Mengurangi beban ingatan jangka pendek, dimana

manusia hanya dapat mengingat 7 ± 2 satuan informasi sehingga perancangannya

harus sederhana).

3.6 Basis Data (Database)

Menurut Zukhri (2003, p113), basis data (database) adalah kumpulan data pada

suatu file yang dapat disimpan dan dibuka kembali, dengan jumlah data yang dapat

ditambah atau dikurangi, serta dapat juga dilakukan proses pengeditan. Kumpulan data

dapat berupa sebuah kelompok data sederhana, dapat juga berupa beberapa kelompok

data yang saling berhubungan.

Page 52: BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00542 BAB 3.pdf · haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau

67

Ketika menganalisa informasi yang diperlukan, perlu mencoba

mengidentifikasikan entity, attributes dan relationship. Entity adalah obyek nyata dalam

organisasi yang ingin direpresentasikan dalam database. Attribut adalah property yang

mendeskripsikan beberapa aspek dari obyek yang ingin disimpan, sedangkan relationship

atau relasi adalah hubungan antar entity. Jadi database menggambarkan atau

menrepresentasiakn entity, atribut dan hubunan logical antar entity (Connolly, 2002,

p.14).