16
18 Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB 3 METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, dilakukan beberapa tahapan untuk memenuhi dan mencapai tujuan dari penelitian. Tahapan- tahapan penelitian ini digambarkan pada gambar 3.1. Data hasil dari akuisisi seismik kemudian diolah (processing) dengan menggunakan program ProMAX 2D sehingga diperoleh sebuah gambaran penampang seismik hasil dari migrasi dengan menggunakan metode dekonvolusi prediktif dan dekonvolusi spiking yang berguna untuk meningkatkan rasio S/N. 3.1 Lokasi Akusisi Data Seismik Akuisisi seismik dilakukan di Kepulauan Nusa Tenggara. Berdasarkan Teori Tektonik Lempeng, Kepulauan Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi empat satuan tektono-struktural dari utara ke selatan : Satuan Busur Belakang yang ditempati oleh Laut Flores, Satuan Busur Dalam yang dibentuk oleh serangkaian pulau vulkanik yang terdiri dari Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca, Flores, Adonora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar, Satuan Busur Luar yang dibentuk oleh pulau bukan vulkanik yaitu Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor dan Satuan Busur Depan yang terletak di antara Satuan Busur Dalam dan Busur Luar yang merupakan Cekungan Dalam yaitu Cekungan Lombok dan Cekungan Savu. Kepulauan Nusa Tenggara terbentuk akibat dari subduksi Lempeng Indo- Australia di bawah Arc Sunda-Banda selama Tersier Atas dimana, subduksi ini membentuk busur vulkanik dalam di Kepulauan Nusa Tenggara. Namun ada perbedaan dalam hubungannya dengan analisis kimia batuan vulkanik di Kepulauan Nusa Tenggara Busur vulkanik di wilayah Sunda Timur, yang terletak langsung pada kerak samudera dan dibatasi kerak samudera di kedua sisinya, memiliki lava dengan karakteristik kimia yang berbeda dari lava di bagian barat busur (Barber et al 1981). Menurut Hamilton (1979), punggungan-dalam terbentuk oleh batuan bersifat kalk-alkali berumur Kenozoikum Atas

BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

18

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, dilakukan beberapa tahapan untuk memenuhi dan

mencapai tujuan dari penelitian. Tahapan- tahapan penelitian ini digambarkan

pada gambar 3.1. Data hasil dari akuisisi seismik kemudian diolah (processing)

dengan menggunakan program ProMAX 2D sehingga diperoleh sebuah gambaran

penampang seismik hasil dari migrasi dengan menggunakan metode dekonvolusi

prediktif dan dekonvolusi spiking yang berguna untuk meningkatkan rasio S/N.

3.1 Lokasi Akusisi Data Seismik

Akuisisi seismik dilakukan di Kepulauan Nusa Tenggara. Berdasarkan

Teori Tektonik Lempeng, Kepulauan Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi empat

satuan tektono-struktural dari utara ke selatan : Satuan Busur Belakang yang

ditempati oleh Laut Flores, Satuan Busur Dalam yang dibentuk oleh serangkaian

pulau vulkanik yang terdiri dari Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca,

Flores, Adonora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar, Satuan

Busur Luar yang dibentuk oleh pulau bukan vulkanik yaitu Dana, Raijua, Sawu,

Roti, Semau dan Timor dan Satuan Busur Depan yang terletak di antara Satuan

Busur Dalam dan Busur Luar yang merupakan Cekungan Dalam yaitu Cekungan

Lombok dan Cekungan Savu.

Kepulauan Nusa Tenggara terbentuk akibat dari subduksi Lempeng Indo-

Australia di bawah Arc Sunda-Banda selama Tersier Atas dimana, subduksi ini

membentuk busur vulkanik dalam di Kepulauan Nusa Tenggara. Namun ada

perbedaan dalam hubungannya dengan analisis kimia batuan vulkanik di

Kepulauan Nusa Tenggara Busur vulkanik di wilayah Sunda Timur, yang terletak

langsung pada kerak samudera dan dibatasi kerak samudera di kedua sisinya,

memiliki lava dengan karakteristik kimia yang berbeda dari lava di bagian barat

busur (Barber et al 1981). Menurut Hamilton (1979), punggungan-dalam

terbentuk oleh batuan bersifat kalk-alkali berumur Kenozoikum Atas

Page 2: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

19

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1: Diagram alur penelitian

Ukuran pulau-pulau dari jajaran gunung berapi ini secara bertahap

semakin kecil ke arah timur dari Jawa terus ke Bali, Lombok, Sumbawa, Flores,

Pre processing

Demultiplexingg

Geometri

Editing

(top mute)

Velocity

analysis

Predictive

deconvolution

Processing

Data lapangan

DMO Corecction

PSTM

Stacking

Spiking

deconvolution

penampang

Seismik

Editing

(top mute, autocorrelation)

Velocity

analysis

DMO Corecction

PSTM

Stacking

penampang

Seismik

Page 3: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

20

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Wetar ke Banda. Penurunan ini paling nyata terlihat di sebelah timur Pulau Wetar,

mungkin mencerminkan jumlah kerak samudera yang masuk ke dalam zona

subduksi, menyiratkan baik yang gerakan dip-slip ke arah barat Pulau Wetar lebih

penting dan gerakan strike-slip ke arah timur semakin penting.

Gambar 3.2: Lokasi Pemetaan

(Sumber: Arsip Laporan Akhir Penelitian Laut Flores, Nusa Tenggara Timur)

Akuisisi data seismik dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi Kelautan (PPPGL) pada bulan Mei 2012 dengan menggunakan kapal

Geomarin III. Akusisi data seismik dilakukan sebanyak 20 lintasan, sedangkan

yang peneliti gunakan untuk pengolahan data seismik adalah lintasan 17. Berikut

adalah gambar lintasan seismik:

Page 4: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

21

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.3 : Peta Lintasan Akuisisi Seismik (Sumber: Arsip PPPGL)

3.2 Data Lapangan

Data lapangan yang digunakan pada penelitian ini adalah data FLRS-17

dengan panjang lintasan 45,8 km yang diperoleh dari akuisisi seismik yang

dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)

menggunakan kapal Geomarin III yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2012 di

Kepulauan Nusa Tenggara, dengan format SEG-D.

Page 5: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

22

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Parameter Akuisisi Lintasan FLRS-17

NO Parameter Akuisisi

1 Azimut 900

2 Active Channel 1-48

3 Shot Interval 37.5m

4 Near Offset 75m

5 Far Offset 662.5m

6 Fold maksimum 8

7 SP Awal 139

8 Sp Akhir 3808

9 FFID Awal 139

10 FFID Akhir 3789

11 SR 2ms

13 RL 8s

14 Panjang Lintasan 45,8 Km

Tabel 3.1: Parameter Akuisisi Seismik FLRS-17

3.3 Pre-Processing

Pada tahapan preprocessing yang bertujuan untuk memperbaiki parameter

fisik dari input (data seismik) melalui penyusunan geometri dan penguatan sinyal-

sinyal refleksi. Tahapan preprocessing pada tahapan ini adalah demultiplex,

geometry, editing dan deconvolution.

3.3.1 Demultiplex

Demultiplex adalah suatu proses pengubahan dari format urutan waktu

(time sequential) ke urutan trace (trace sequential). Data lapangan yang sudah

dimultiplexing disebut raw data. Proses demultiplex (demultiplexing) dengan

menggunakan program Pro MAX 2D dapat dilihat sebagai berikut ini.

Page 6: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

23

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.4: Flow Demultiplex

Berikut adalah gambar hasil raw data:

Gambar 3.5: hasil raw data

3.3.2 Geometry

Data yang direkam dari lapangan belum mempunyai informasi geometri.

Untuk memberikan informasi geometri pada setiap data hasil rekaman lapangan

maka diperlukan suatu proses yaitu Geometry Assigment sehingga semua data

yang direkam mempunyai informasi lapangan sesuai dengan informasi obsever

report.

Proses awal dari geometry adalah memasuki informasi dan data-data geometri

melalui perintah 2D Marine Geometry Spreadsheet.

Page 7: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

24

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.6: Flow Geometri

Setelah 2D Marine Geometry Spreadsheet* di execute, maka muncul

jendela perintah untuk mengisi parameter-parameter geometri, diantaranya adalah:

set up, auto 2Ddan binning trace QC. Berikut adalah Parameter trace QC.

(a)

Page 8: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

25

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(b)

(c)

Page 9: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

26

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet*

(a) Setup (b) Auto Marine 2D (c) SIN Ordered Parameter File (d) Trace QC

Hasil keluaran dari field geometri berupa stacking chart atau stacking

diagram yang sesuai dengan geometri penembakan yang dilakukan pada saat

akuisisi data. Setiap trace yang sudah didefinisikan identitasnya akan digunakan

untuk pengolahan data selanjutnya.

Gambar 3.8: Gambar Stacking Chart

3.3.3 Editing

Pada proses akuisisi dilakukan sering kali hasil rekaman terganggu oleh

beberapa sebab, seperti trace mati, berbagai jenis noise (Ground roll, koheren dan

random noise). Jika tidak dihilangkan maka akan sangat mengganggu dalam

Page 10: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

27

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

proses pengolahan data. Proses editing yang dilakukan adalah top-mute dan

Autocorrelation.

Gambar 3.9: Flow Editing

Setelah display hasil dari maka langkah editing selanjutnya adalah sebagai

berikut:

a Top mute dilakukan untuk menghilangkan noise-noise yang terjadi sebelum

refleksi atau noise yang ada sebelum first break.

Berikut adalah cara untuk melakukan top mute:

Display hasil geometry Picking > Pick Top Mute Buat nama file

‘top_mute’ > OK lakukan picking seluruh FFID (139-3789) File > Save

> File > Exit/Continue Flow.

b Autocorrelation dilakukan untuk mengkorelasi multiple atau noise pada trace

itu sendiri.

Gambar 3.10: Flow Autocorrealtion

Berikut adalah cara untuk melakukan autocorrelation:

Display hasil geometry Piking > Pick Miscellaneous Time Gates Buat

nama file “autocorrelation” > OK lakukan piking seluruh FFID File >

Save > File > Exit/Continue Flow.

Page 11: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

28

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.11: Hasil Autocorrelation dalam bentuk raw data

3.3.4 Dekonvolusi

Dekonvolusi adalah sebuah proses yang berguna untuk memperbaiki resolusi

temporal dari data seismik. Untuk memahami dekonvolusi, pertama perlu ditinjau

suatu lapisan litologi di bawah permukaan. Bumi tersusun oleh lapisan batuan

dengan litologi dan sifat fisik yang berbeda. Perbedaan impedansi lapisan batuan

yang berdekatan menyebabkan adanya refleksi dan terekam sepanjang permukaan.

Kebalikan dari sebuah proses konvolusi untuk memperoleh respon reflektivitas

disebut dengan dekonvolusi.

Page 12: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

29

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.12: Skema Proses Konvolusi dan Dekonvolusi

(sumber: http://totalcorner.blogspot.com)

Pada penelitian ini memakai dua metode dekonvolusi yaitu: dekonvolusi

spiking dan dekonvolusi prediktif.

a Dekonvolusi Spiking.

mengubah sinyal asli menjadi sinyal ideal yang bentuknya spike,

Gambar 3.13: flow Dekonvolusi Spiking

b Dekonovolusi Prediktif

Dekonvolusi Prediktif merupakan suatu metode dekonvolusi dimana pada

metode tersebut. mendesain suatu filter yang cocok dengan data untuk

Page 13: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

30

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mendapatkan resolusi seismik yang sebenarnya. Quality Check dapat dilihat

melalui gambar stack, auto korelasi, dan spektrum frekuensi.

Prosedur predictive deconvolution menghilangkan bagian-bagian yang

terprediksi pada trace, terutama yang disebabkan oleh gaung yang berulang dan

akan meninggalkan signal yang merupakan deretan koefisien refleksi yang

diinginkan. Dekonvolusi prediktif dapat menekan gangguan-gangguan yang

diramalkan setelah terjadi peristiwa refleksi yang belum dapat dipastikan, seperti

multipel yang terjadi dengan perioda pendek maupun perioda panjang. Berikut

flow proses predictive deconvolution dalam ProMAX 2D

3.3.5 Brute Stack

Brute Stack adalah proses penjumlahan semua trace dari CDP yang sama

yang bertujuan untuk meningkatkan rasio S/N dan melihat kualitas penampang

seismik yang telah diproses sebelum proses analisa kecepatan.

Gambar 3.14: Flow Brute Stack

3.3.6 Velocity Analysis

Kecepatan didefinisikan sebagai penjalaran gelombang seismik pada

medium dimana gelombang tersebut bergerak. Untuk mengetahui nilai kecepatan

sangat penting karena bisa juga menentukan kedalaman, kemiringan, horizon dan

lain-lain.

Analisa kecepatan adalah proses penentuan atau pemilihan kecepatan pada

gelombang seismik yang sesuai. Kecepatan yang digunakn dalam penelitian ini

adalah kecepatan root mean square (Vrms), yaitu kecepatan total dari sistem

lapisan horizontal dalam bentuk akar kuadrat.

Page 14: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

31

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian analisis kecepatan dilakukan satu kali, analisis kecepatan

untuk dekonvolusi spiking juga bisa di gunakan pada dekonvlusi prediktif.

Berikut adalah flow untuk analisis kecepatan :

Gam

bar 3.15: Flow Analisis Kecepatan

Gambar 3.16: Picking Analisis Kecepatan

Setelah melakukan picking sampai CDP 22055, dapat di lihat hasil dari

pincking memalui perintah Velocity Viewer/Point Editor*, yang berfungsi

untuk melihat sudah baik kecepatan yang kita picking untuk setiap CDP.

Page 15: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

32

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.17: Display Hasil Picking Analisis Kecepatan

3.3.7 Koreksi Dip Move Out (DMO)

Dip Move Out dimaksud adalah untuk memindahkan data non zero Offse

menjadi data zero offset pada lapisan miring. Pada lapisan miring common mid

point (CMP) tidak sama dengan common depth point (CDP) sehingga ada jarak

antara titik CMP dan CDP.

Gambar 3.18: Flow Koreksi DMO (Dip Move Out)

3.3.8 Pre-Stack Time Migration (PSTM)

PSTM merupakan teknik migrasi data seismik yang diterapkan sebelum

proses stacking. Dibandingkan dengan Post Stack Time Migration, Pre Stack

Time Migration memberikan hasil yang lebih baik terutama untuk didalam

pencitraan struktur. Metodelogi yang biasa diterapkan untuk melakukan pre-

Page 16: BAB 3 METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/2383/6/S_FIS_0608592_Chapter3.pdf · Gambar 3.7: Jendela 2D Marine Geometry Spreadsheet* (a) Setup (b) Auto Marine 2D

33

Rengga Deviandra, 2013 Analisis Perbandingan Metode Dekonvolusispiking Dan Dekonvolusi Prediktif Untuk Meningkatkan Rasio S/N Data Seismik 2d Multichannel Di Laut Flores Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

stack time migration adalah: pertama, melakukan konvolusi dengan elliptical

impulse response, kedua melakukan penjumlahan disepanjang diffraction

response curve (Kirchhoff Migration). Dalam penelitian ini proses pre-stack time

migration dilakukan untuk dekonvolusi spiking dan dekonvolusi prediktif.

Gam

bar 3.19: Flow Pre-Stack Time Migration

3.3.9 Stacking

Stacking adalah penjumlahan trace-trace dalam satu CDP yang

mempunyai signal yang koheren sehingga dapat meningkatkan rasio signal to

noise.

Gambar 3.20: Flow Stacking