Upload
trankien
View
221
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
17
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Umum
Pada Bab sebelumnya juga telah diuraikan beberapa tinjuaun literatur
mengenai hubungan faktor-faktor seperti Fixed Tangible Assets, Profitabilitas,
pertumhuhan (Growth) dan Ukuran (Size) perusahaan terhadap jumlah hutang
perusahaan yang diproxykan dengan Debt to Total Equity Ratio. Dari tinjauan
pustaka tersebut, faktor-faktor Fixed Tangible Assets dan tingkat profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap hutang sedangkan pertumbuhan (growth) dan
ukuran (Size) perusahaan berpengaruh positif terhadap hutang perusahaan.
Penelitian ini bertujuan menguji bagaimana pengaruh faktor-faktor Fixed
Tangible Assets, Profitabilitas, pertumbuhan (Growth) dan Ukuran (Size)
perusahaan secara bersama-sama terhadap jumlah hutang perusahaan.
3.2. Objek Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap 151 perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur ini diambil dari kategori
manufacturing menurut Indonesian Capital Market Directory 2008. Industri
manufacturing ini terbagi lagi ke dalam beberapa sub bidang industri, yang
meliputi:
1. Makanan dan Minuman (Food and Beverages)
2. Perusahaan tembakau (Tobacco Manufacturers)
3. Produk tekstil (Textile Mill Products)
4. Produk tekstil lainnya (Apparel and Other Textile Products)
5. Produk kayu (Lumber and Wood Products)
6. Produk kertas (Paper and Allied Products)
7. Produk kimia dan sejenisnya (Chemical and Allied Products)
8. Produk bahan perekat (Adhesive)
9. Produk plastik dan gelas (Plastics and Glass Products)
10. Semen (Cement)
11. Produk logam dan sejenisnya (Metal and Allied Products)
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.
18
Universitas Indonesia
12. Produk logam difabrikasi (Fabricated Metal Products)
13. Produk kompor, tanah liat, gelas dan beton (Stone, Clay, Glass, and
Concrete Products)
14. Produk kabel (Cable)
15. Peralatan listrik dan kantor (Electronic and Office Equipment)
16. Produk Otomotif dan sejenisnya (Automotive and Allied Products)
17. Produk Peralatan Fotografi (Photographic Equipment)
18. Farmasi (Pharmaceuticals)
19. Barang-barang Konsumer (Consumer Goods)
Perincian nama-nama perusahaan (emiten) yang menjadi sampel penelitian dapat
dilihat di lampiran 1.
Penelitian ini tidak menggunakan sampel perusahaan di sektor keuangan
seperti perbankan dan asuransi karena struktur laporan keuangannya berbeda
dengan laporan keuangan perusahaan non keuangan. Perusahaan manufaktur pada
umumnya mempunyai tingkat aktiva tetap (Tangible Assets) yang tinggi sehingga
sangat sesuai untuk pengujian salah satu faktor penentu hutang yaitu Aktiva
Tetap. Alasan lain adalah masalah struktur modal yang dianalisis dalam teori
capital structure tidak relevan untuk perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan. Penggunaan sampel perusahaan manufaktur ini juga sama dengan
metodologi di penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Rajan
dan Zingales (1995) dan Padron, et al. (2005).
3.3. Pengumpulan sampel
Yang dijadikan populasi data dari penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) menurut
kategori manufaktur yang ada di Indonesian Capital Market Directory 2008.
Penentuan sampel perusahaan dilakukan dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan harus sudah tercatat di BEI dari tahun 2003.
2. Perusahaan yang dipilih harus memiliki semua data yang digunakan
sebagai variabel bebas dalam penelitian ini yaitu mempunyai harga saham
individual, mempunyai laba bersih, dan mempunyai fixed tangible assets,
dan penjualan.
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.
19
Universitas Indonesia
3. Perusahaan yang memiliki Price to Book Value (PBV) (sebagai salah satu
proxy pengukuran variabel bebas) negatif akan dikeluarkan dari sampel.
4. Ketersediaan data keuangan pada program OSIRIS, website www.bei.co.id
ataupun di www.yahoofinance.com.
Data keuangan yang digunakan dalam penelitian ini seperti Total Long
Term Liabilities, Total Liabilities, Fixed Tangible Assets, Total Assets, Total
Equity, Sales, Net Income, jumlah saham beredar, dan nilai saham individual
diambil dari data sekunder yang tedapat di program OSIRIS serta website
www.bei.co.id.
3.4. Hipotesis
Berdasarkan literatur di bab bahwa yang ingin diteliti adalah pengaruh
variabel-variabel bebas terhadap Long Term Debt dan terhadap Total Debt maka
diperlukan dua persamaan atau model penelitian. Menurut Titman dan Wessel
(1988) beberapa teori struktur modal mempunyai implikasi yang berbeda untuk
jenis-jenis hutang yang berbeda. Selain itu, menurut Chung (1993) faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur hutang mempunyai pengaruh yang berbeda-beda
terhadap hutang jangka panjang dan jangka pendek. Chung dalam penelitiannya
tersebut juga menggunakan Long-term debt ratio dan Total debt ratio. Hipotesis
yang dilakukan bersifat uji satu sisi (one sided) karena hipotesis dinyatakan dalam
hubungan yang positif (upper test) atau negatif (lower test) sehingga nantinya
dalam penentuan signifikansi, nilai p-value akan dibagi dua. Hipotesis untuk
kedua model atau persamaan tersebut disajikan sebagai berikut:
3.4.1. Pengaruh Fixed Tangbile Assets terhadap Hutang
Perusahaan dengan tingkat Tangible Assets yang tinggi cenderung tidak
mempunyai masalah asymmetric information, sehingga dapat menerbitkan saham
pada harga wajar dan mereka tidak perlu meminjam untuk pendanaan investasi
baru (Harris dan Raviv, 1991). Keadaaan sebaliknya berlaku untuk perusahaan
dengan tingkat tangible assets yang rendah.
Hipotesis 1 : Fixed Tangbile Assets berpengaruh negatif terhadap hutang
perusahaan
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.
20
Universitas Indonesia
3.4.2. Pengaruh Profitabilitas terhadap hutang
Laba ditahan adalah pilihan pendanaan terbaik bagi perusahaan. Jenis
sumber pendanaan ini tidak menimbulkan asymmetric information dan dapat
digunakan segera untuk proyek baru sedangkan perusahaan yang berlaba rendah
menggunakan lebih banyak hutang pada saat dana internal mereka tidak
mencukupi (Myers, 1984).
Hipotesis 2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap hutang perusahaan
3.4.3. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap hutang
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi memerlukan dana
besar untuk investasi yang tinggi. Perusahaan tidak dapat hanya mengandalkan
dana internal yang biasanya masih rendah karena perusahaan masih dalam fase
pertumbuhan (Fama dan French, 2002). Perusahaan biasanya menerbitkan hutang
atau meminjam untuk menutupi keterbatasan dana internal tersebut.
Hipotesis 3 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap hutang
perusahaan
3.4.4. Pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap hutang
Perusahaan besar mempunyai arus kas yang lebih stabil atau kurang
bergejolak dan dapat mengeksploitasi economies of scale dalam operasi
perusahaannya (Graham et al., 1998; Gaud et al, 2005). Perusahaan besar
mempunyai kelebihan dibandingkan perusahaan yang lebih kecil dalam memasuki
pasar uang dan dapat meminjam dalam kondisi yang lebih baik karena reputasinya
yang baik (Ferri dan Jones, 1979; Wiwattanakantang, 1999). Perusahaan kecil
membayar lebih mahal daripada perusahaan besar dalam mengeluarkan ekuitas
baru dan dalam menerbitkan hutang jangka panjangnya. Ini berarti juga bahwa
perusahaan kecil tidak menyukai hutang jangka panjang karena tingginya biaya
yang berkaitan dengan penerbitan hutang. Perusahaan yang lebih kecil juga
menghadapi biaya untuk memperoleh dana eksternal yang lebih tinggi karena
masalah asymmetric information.
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.
21
Universitas Indonesia
Hipotesis 4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap hutang
perusahaan
3.5. Definisi dan pengukuran sampel
3.5.1. Variabel Terikat - Tingkat Hutang Perusahaan
Dalam penelitian ini, ada dua variabel terikat yang digunakan untuk
mewakili tingkat hutang perusahaan yaitu Total hutang (Total pinjaman jangka
pendek dan panjang) dibagi dengan total ekuitas atau Total Liabilities to Total
Equity (TD) dan Hutang Jangka panjang dibagi dengan total ekuitas atau Long
Term Liabilities to Total Equity (LTD). Proxy ini juga dipakai oleh Titman dan
Wessel (1988) dalam salah satu penelitiannya mengenai “The Determinant of
Capital Structure Choice”. Proxy ini dipakai dengan rumusan sebagai berikut:
1. Total Debt to Equity Ratio = Total Debt
Total Equity
2. Long Term Debt to Equity Ratio = Long Term Debt
Total Equity
3.5.2. Variabel Bebas
3.5.2.1. Aktiva Tetap (Fixed Tangible Assets)
Sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16, yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), aktiva tetap adalah:
“Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”
Menurut Smith et al, 1995, 12e:
“Tangible noncurrent operating assets include land, buildings, and
equipment used in revenue-producing activities.”
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.
22
Universitas Indonesia
Sesuai dengan Rajan dan Zingales (1995), penulis menggunakan Fixed
Asset to Total Assets Ratio sebagai indikator untuk mengukur Fixed Tangible
Assets (TA) yang dihitung dengan rumusan sebagai berikut:
Data Fixed Assets (setelah dikurangi akumulasi penyusutan) dan Total
Assets diperoleh dari Neraca perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel
penelitian.
3.5.2.2. Profitabilitas (Profitability)
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dan merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen
dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan. (White, Sondhi, Fied, 2003).
Banyak sekali indikator profitabilitas (PRF) yang digunakan dalam bidang
akuntansi dan investasi antara lain Return on Sales, Return on Investment (ROI),
dan Return on Assets (ROA). Return on Investment (ROI) mengukur hubungan
antara laba dan investasi yang diperlukan untuk menghasilkan laba tersebut.
Banyak diversifikasi pengukuran atas investasi yang menghasilkan beberapa
bentuk ROI, yaitu Return on Assets (ROA), Return on Total Capital (ROTC), dan
Return on Equity (ROE).
Dalam literatur, banyak proxy yang digunakan sebagai indikator untuk
mengukur tingkat profitabilitas yaitu Operating Income over Sales Ratio dan
Operating Income over Total Assets Ratio (Titman dan Wesels, 1988), Return on
Assets (ROA) (Wiwattanakantang, 1999), Return on Total Assets yang dihitung
sebagai rasio Eanings Before Interest and Tax (EBIT) terhadap Total Assets
(Rajan and Zingales, 1995; Ooi, 1999; Ozkan, 2001; Gaud et al., 2005).
Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan Return on Equity (ROE)
sebagai ukuran dari tingkat profitabilitas. ROE merupakan nilai perbandingan laba
bersih setelah pajak dan bunga terhadap nilai buku ekuitas perusahaan
(Damodaran, 2002). Jumlah ekuitas dalam struktur modal, yang adalah fungsi dari
tingkat di mana perusahaan dibiayai oleh hutang dan Laba Bersih telah dikurangi
AssetsTotalAssetsFixed
=
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.
23
Universitas Indonesia
dengan jumlah beban bunga yang perusahaan harus bayar atas hutangnya (Wild,
Subramanyam, dan Halsey, 2007, ed. 9). Untuk mendapatkan ROE yang harus
diketahui adalah nilai laba bersih dan nilai ekuitas perusahaan karena nilai rasio
tersebut didapat dari membagi antara laba bersih dengan nilai ekuitas perusahaan
(Bodie, et al., 2008). ROE ini dirumuskan sebagai berikut:
3.5.2.3. Pertumbuhan (Growth)
Banyak indikator yang dipakai oleh para peneliti sebelumnya untuk
menggambarkan tingkat pertumbuhan ini. Ada yang menggunakan Capital
Expenditure over Total Assets (CE/TA) atau persentase perubahan dalam total
aktiva (Titman dan Wessel, 1988; Almazan dan Molina, 2005), rasio market value
dari common stocks terhadap total liabilities (Padron et al. 2005), rasio biaya iklan
terhadap penjualan (Graham, 2000), biaya research and development terhadap
penjualan (Graham, 2000), rasio assets market value terhadap assets book value
(Myers, 1977; Rajan and Zingales, 1995;Wiwattanakantang, 1999; Ozkan, 2001,
Gaud et al., 2005) atau Market to Book Value atau Price to Book Value (Medeiros
dan Daher, 2004). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Price to Book
Value sebagai proxy untuk menggambarkan tingkat pertumbuhan (GROWTH).
Nilai Price to Book ratio dihitung dengan cara membagi harga pasar per
lembar saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan (Damodaran, 2002). Nilai
buku ekuitas diperoleh dari membagi nilai ekuitas perusahaan dengan jumlah
saham beredar. Nilai PVB perusahaan ini penulis peroleh dengan cara menghitung
secara manual tiap perusahaan yang dijadikan sampel dengan rumusan:
PBV = Year End Market Price
Nilai buku Ekuitas
3.5.2.4. Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan merupakan representasi dari nilai aktiva perusahaan,
jumlah penjualan atau nilai kapitalisasi pasar perusahaan. Sebagai indikator dari
ukuran perusahaan, banyak dipakai natural logarithm of Sales (LnS) (Titman dan
Weseel, 1988; Rajan dan Zingales, 1995; Wiwattanakantang, 1999; Graham,
EquityTotalIncomeNet
= ROE
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.
24
Universitas Indonesia
2000; Ozkan, 2001; Medeiros dan Daher, 2004; Gaud et al., 2005), quit rates
(QR) (Titman dan Wessel, 1988); natural logarithm of total assets (Padron et al.,
2005), average value of total assets (Chung,1993), total assets at book value
(Scott and Martin, 1975), the market value of the firm (Graham, 2000). Penulis
menggunakan natural logarithm of Sales (LnS) sebagai proxy dari ukuran
perusahaan (SIZE).
3.6. Model penelitian
Penelitian bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh faktor-faktor
yaitu tingkat fixed tangible assets, tingkat profitabilitas, tingkat pertumbuhan
perusahaan (growth), dan ukuran perusahaan (size) terhadap struktur hutang, baik
hutang jangka panjang ataupun total hutang pada perusahaan di dalam industri
manufaktur yang telah terdaftar di BEI tahun 2003 sampai 2007.
Pendekatan untuk menguji faktor-faktor tersebut di atas terhadap hutang
dilakukan dengan pengujian empiris pada pengaruh fixed tangible assets,
probabilitas, pertumbuhan perusahaan (growth) dan ukuran perusahaan (size)
terhadap hutang jangka panjang dan total hutang perusahaan. Persamaan regresi
berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Model1
LTDit = α + β1TAit + β2PRFit + β3GROWTHit + β4SIZEit + εit
Model 2
TDit = α + β1TAit + β2PRFit + β3GROWTHit + β4SIZEit + εit
Keterangan:
α dan β = Konstanta dan koefisien regresi
LTDit = Long Term Debt to Total Equity Ratio untuk individu
tertentu (i) pada tahun tertentu (t)
TDit = Total Debt to Total Equity Ratio untuk individu tertentu (i)
pada tahun tertentu (t)
i = 1, 2, 3, 4, ...,151
t = Tahun 2003, 2004, 2005, 2006, 2007
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.
25
Universitas Indonesia
TA = Fixed Tangible Assets
PRF = Tingkat Profitabilitas (Profitability)
GROWTH = Tingkat Pertumbuhan
SIZE = Ukuran atau skala Perusahaan
ε = random error
3.7. Teknik estimasi parameter dengan data panel
Data keuangan yang dikumpulkan dari 151 perusahaan manufaktur yang
menjadi sampel penelitian ini dikumpulkan secara cross section dan diikuti pada
periode 5 tahun yaitu dari tahun 2003 sampai tahun 2007 ini dikenal dengan nama
data panel. Masalah yang timbul ketika menggunakan data ini dalam
mengestimasi sebuah hubungan, adalah menjelaskan secara spesifik suatu model
yang akan mengakomodir perbedaan prilaku antar individu (cross sectional units)
dan menjelaskan juga perbedaan antar prilaku sepanjang waktu pengamatan untuk
sautu individu tertentu (Judge et al., 2nd ed., 1984).
Dengan menggunakan data panel, dapat dilihat bagaimana pertumbuhan
variabel bebas dari waktu ke waktu selama 5 tahun pengamatan tersebut. Kondisi
antara suatu tahun dengan tahun lainnya sangat mungkin berbeda. Dengan
menggunakan data panel, maka peneliti dapat melihat fluktuasi TA, PRF,
GROWTH, dan SIZE 151 perusahaan manufaktur tersebut dari tahun 2003
sampai 2007.
Karena data panel merupakan gabungan dari data cross section dan data
time series, jumlah pengamatan menjadi sangat banyak (Nachrowi dan Usman,
2006). Hal ini bisa merupakan keuntungan karena data yang banyak tetapi model
yang menggunakan data ini menjadi lebih kompleks karena parameternya banyak.
Menurut Nachrowi dan Usman, 2006, untuk mengestimasi parameter
model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang ditawarkan, yaitu:
1. Ordinary Least Square
Teknik ini sama dengan membuat regresi dengan data cross section atau
time series. Akan tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi, data
cross-section digabungkan dengan data time-series (pool data). Kemudian
data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.
26
Universitas Indonesia
akan digunakan untuk mengestimasi model dengan metode Ordinary Least
Square.
2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan
model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan. Atau dengan
kata lain, intercept ini mungkin berubah untuk setiap individu dan waktu.
Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model
tersebut.
3. Model Efek Random (Random Effect)
Pada Model Efek Random, perbedaan antar individu atau waktu
diakomodasi lewat error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error
mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section.
Judge et al. (1984) melakukan observasi mengenai bagaimana cara
memilih antara Metode Efek Tetap (Fixed Effect Model) atau MET dan Metode
Efek Random (Random Effect Model) atau MER. Kriteria penentuan antara dua
model tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jika T (jumlah data time series) besar dan N (jumlah unit cross section
atau individu) kecil, maka ada sedikit perbedaan pada nilai parameter yang
diduga dengan MET dan MER sehingga pemilihan model di sini lebih
berdasarkan kenyamanan penghitungan saja. Pada keadaan ini, MET lebih
disukai.
2. Jika N besar dan T kecil, pendugaan (estimate) yang diperoleh dari kedua
model tersebut akan berbeda secara signifikan. Pada MER β1i = β1 + εi, di
mana εi adalah komponen random cross section, sedangkan dalam MET β1i
adalah tetap dan tidak acak. Pada kasus yang terakhir, kesimpulan statistik
mempunyai syarat pada unit cross section yang diobservasi. Hal ini tepat
jika ada keyakinan bahwa individu atau unit cross section tidak merupakan
pengambilan acak dari sampel yang lebih besar. Dalam hal tersebut, MET
lebih tepat. Jika unit cross section dianggap merupakan penarikan acak,
maka MER yang lebih tepat karena dalam hal ini kesimpulan statistik
tidak bersyarat.
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.
27
Universitas Indonesia
3. Jika komponen error individu εi dan satu regressor atau lebih saling
berkorelasi, maka estimator MER akan bias, sedangkan MET tidak.
4. Jika N besar dan T kecil, dan jika asumsi-asumsi MER berlaku, estimator
MER lebih efisien daripada estimator MET.
Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, Metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalalah regresi Ordinary Least Square dan Model Efek Tetap
dengan pertimbangan bahwa sampel yang digunakan tidak diambil secara acak
dan penulis mengakui adanya variasi perbedaan individu dan waktu sehingga
intercept tiap individu berbeda-beda. Kemudian akan dilakukan pengujian formal
dari kedua model tersebut dengan menggunakan restricted F test untuk
memutuskan model mana yang paling sesuai untuk menjelaskan dengan baik
tujuan penelitian ini dari hasil (output) nya masing-masing.
Kelebihan Model Efek Tetap selain dapat membedakan efek individual
dan efek waktu adalah MET juga tidak perlu mengasumsikan bahwa komponen
error tidak berkorelasi dengan variabel bebas yang mungkin sulit dipenuhi
(Nachrowi dan Usman, 2006). Mengingat bahwa MET tidak membutuhkan
asumsi terbebasnya model dari serial korelasi, maka uji tentang otokorelasi dapat
diabaikan.
Mengingat data kita juga merupakan data cross section, maka dicurigai
memang terdapat heteroskedastisitas. Pada program Eviews ini tersedia fasilitas
pendeteksian dan cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ini yaitu dengan
pilihan “White Heteros-cedasticity Consistence Variance”. Jika pada output
setelah menggunakan pilihan tadi, terdapat perubahan di mana variabel bebas
telah signifikan secara statistik dibandingkan hasil sebelum menggunakan “White
Heteros-cedasticity Consistence Variance” maka dapat dikatakan bahwa model
awal memang terdapat heteroskedastisitas. Perubahan output yang terjadi
diakibatkan telah dikonsistensikannya varian error.
3.8. Prosedur pengolahan data
Prosedur pengolahan data bertujuan untuk melakukan pengujian empiris
pada persamaan regresi dan hipotesis. Langkah utama yang dilakukan dalam
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.
28
Universitas Indonesia
pengujian hipotesis ini adalah menguji hubungan atau korelasi antara variabel
bebas dan variabel-variabel terikat.
Prosedur pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengkonversi data-data sekunder berupa data-data laporan keuangan
sebagai variabel bebas dan terikat dengan program Microsoft Excel.
2. Pengujian ada atau tidaknya Multikolinearitas terhadap sampel dilakukan
dengan program SPSS 17.0.
3. Pengolahan data dengan persamaan regresi berganda yang dilakukan
menggunakan program Eviews versi 5.0
4. Dalam pengolahan data, semua variabel dimasukkan secara bersamaan
dengan tujuan untuk melihat bagaimana kontribusi masing-masing
variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat.
5. Mencari hasil regresi terbaik dari kedua model (Ordinary Least Square
dan Model Efek Tetap) di atas yang dapat menjelaskan hubungan antara
seluruh regresi dengan variabel terikatnya.
6. Melakukan analisa hasil output program Eviews.
Pengaruh aktiva..., Susan Veronica Lim, FE UI, 2010.