24
53 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 3.1.1 Sejarah Perusahaan Sejarah Audi berawal sejak seorang wirausahawan sekaligus teknisi, August Horch bersama dengan tiga orang produsen mobil. Wanderer , Audi & DKW mendirikan Audi pada tahun 1932. Penggabungan ini ditandai dengan peluncuran lambing “empat cincin” yang kemudian menjadi ‘trademark’ di tahun 1996 hingga kemudian Audi terkenal sebagai pemimpin di bidang tekhnologi. Komitmen Audi pada teknologi telah terlihat sebelum penggabungan, ketika salah satu pendiri Audi, August Horch berusaha untuk menciptakan teknologi baru untuk perusahaan mobilnya sendiri. Pada masa awal berdirinya, August Horch, didorong oleh standar dan hasrat yang tinggi, berkomitmen untuk menciptakan “kendaraan yang kuat dan terbaik untuk cita rasa yang tinggi.” Penggabungan empat produsen mobil tersebut telah menciptakan sejarah . industri otomotif hari ini. Audi telah menjadi pelopor bidang ateknologi dalam industri otomotif dengan memproduksi teknologi yang sempurna. Dalam menanggapi permintaan pasar yang tumbuh dengan pesat dan akan berkembang secara terus menerus, Audi menempatkan lokasi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2008-2-00365-KA Bab 3.pdfuntuk menciptakan teknologi baru untuk perusahaan mobilnya sendiri. Pada masa awal

  • Upload
    doxuyen

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

53

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

3.1.1 Sejarah Perusahaan

Sejarah Audi berawal sejak seorang wirausahawan sekaligus

teknisi, August Horch bersama dengan tiga orang produsen mobil.

Wanderer , Audi & DKW mendirikan Audi pada tahun 1932.

Penggabungan ini ditandai dengan peluncuran lambing “empat cincin”

yang kemudian menjadi ‘trademark’ di tahun 1996 hingga kemudian

Audi terkenal sebagai pemimpin di bidang tekhnologi.

Komitmen Audi pada teknologi telah terlihat sebelum

penggabungan, ketika salah satu pendiri Audi, August Horch berusaha

untuk menciptakan teknologi baru untuk perusahaan mobilnya sendiri.

Pada masa awal berdirinya, August Horch, didorong oleh standar dan

hasrat yang tinggi, berkomitmen untuk menciptakan “kendaraan yang

kuat dan terbaik untuk cita rasa yang tinggi.”

Penggabungan empat produsen mobil tersebut telah menciptakan

sejarah . industri otomotif hari ini. Audi telah menjadi pelopor bidang

ateknologi dalam industri otomotif dengan memproduksi teknologi yang

sempurna.

Dalam menanggapi permintaan pasar yang tumbuh dengan pesat

dan akan berkembang secara terus menerus, Audi menempatkan lokasi

54

untuk memastikan bahwa Audi dapat memenuhi permintaan konsumen di

seluruh dunia. Audi telah mendirikan delapan lokasi produksi di tiga

kawasan: Eropa, Amerika dan Asia, yang semuanya berkiblat pada

standar kualitas internasional dan mengacu pada teknologi lingkungan.

Kantor pusat Audi berpusat di Ingolstadt, Jerman dan

mempekerjakan sekitar 30,000 karyawan pada tahun 2000. Lokasi

produksi Audi di Eropa termasuk Inggris, Hungaria dan Italia, sedangkan

di Amerika, Audi telah mendirikan unit produksi di Brazil.

Dalam memenuhi permintaan di pasar Asia, Audi telah

mendirikan unit produksi di tiga lokasi, termasuk Cina pada tahun 1989,

dimana Audi juga menjadi pemimpin di sektor pasar mobil premium,

Malaysia pada tahun 1985 dan Thailand pada tahun 2000.

Mencermati peningkatan akan pasar mobil premium, Audi

mengembangkan sayapnya dan memasuki pasar Indonesia pada tahun

1997 dengan menjalin kemitraan dengan distributor tunggalnya, PT

Garuda Mataram Motor.

PT Garuda Mataram Motor sebagai agen tunggal untuk Audi di

Indonesia pada tahun 1997. PT Garuda Mataram Motor didirikan di

Jakarta, September 1997, dibawah payung produsen mobil terbesar Grup

Indomobil. Susilo Darmawan, Chief Executive Officer, mengepalai PT

Garuda Mataram Motor dengan kegiatan berpusat di Audi Center MT

Haryono. Kini PT Garuda Mataram Motor memperkerjakan 200 orang

karyawan. PT Garuda Mataram Motor berperan sebagai agen tunggal

55

Audi dan bertanggung jawab untuk seluruh transaksi impor dan ritel di

Indonesia. Pada Juni 2000, Audi meluncurkan Audi A4 1.6 dan 1.8, Audi

TT 1.8 T. Bulan Februari 2001 selanjutnya Audi meluncurkan A3 1.8

yang sporty. Menjelang akhir tahun, Audi merilis Audi A4 2.0

multitronic yang canggih.

Tahun 2002 PT Garuda Mataram Motor kembali memasarkan

Audi terbaru untuk pasar Indonesia dengan diluncurkannya Audi A3 1.8

Turbo dan A6 2.4 pada awal tahun ini; allroad quattro dan A6 3L yang

juga menyandang teknologi quattro diluncurkan pada akhir Mei 2002

melalui kegiatan pameran di mal-mal papan atas di Jakarta, Bandung dan

Surabaya.

Tahun 2003, PT Garuda Mataram Motor memancangkan tonggak

sejarah bagi perkembangan Audi di Indonesia. Pada 18 Desember 2003,

PT Garuda Mataram Motor meresmikan showroom Audi – Audi Center

MT Haryono – sebagai Audi Hangar pertama dan terbesar di Asia

Tenggara pada saat itu. Dibangun di atas tanah seluas 3.128 m2.

Selanjutnya perkembangan Audi terlihat dari upaya memasarkan

mobil terkini dan tercanggih dari jajaran produk Audi yang diluncurkan

di pasar internasional. PT Garuda Mataram Motor selalu berupaya untuk

mendatangkan model terkini Audi tidak jauh dari waktu peluncuran di

negara asalnya. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan

konsumen terhadap produk dan pelayanan Audi dan pada akhirnya

56

mampu mengukuhkan eksistensi Audi pada pasar mobil premium di

Indonesia.

3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi PT. Garuda Mataram Motor adalah mampu mengukuhkan

eksistensi Audi pada pasar mobil premium di Indonesia.

Misi PT. Garuda Mataram Motor adalah :

1. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk AUDI dan

VW group.

2. Memberikan pelayanan terbaik untuk para konsumen produk

AUDI dan VW group.

3. Menghasilkan kendaraan dengan standar yang lebih tinggi dan

juga ramah lingkungan.

4. Mempertahankan standar kualitas internasional dan mengacu pada

teknologi lingkungan.

57

3.1.3 Struktur Organisasi Tempat Penelitian

Gambar : 3.1 Struktur PT Garuda Mataram Motor

Sumber : PT Garuda Matarm Motor

58

3.1.4 Sub. Organisasi Tempat Penelitian

Gambar : 3.2 Struktur Sub. Organisasi Bagian After Sales

Sumber : PT Garuda Mataram Motor

3.1.5 Job Description

3.1.5.1 Service Manager

Tugasnya :

1. Merencanakan, mengorganisasikan, mengontrol dan

melakukan evaluasi atas semua pekerjaan operasional

bengkel.

2. Melakukan pengawasan terhadap kemampuan bawahan,

meningkatkan tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan

tuntutan organisasi.

59

3. Mengumpulkan informasi secara akurat, mengolah dan

melakukan verifikasi informasi yang diperoleh, serta membuat

analisis dan kesimpulan agar dapat membuat perencanaan

dalam menghadapi kondisi pasar.

4. Memepertahankan hasil perbaikan sesuai dengan standart

international bengkel.

5. Mengawasi dan mengevaluasi laporan-laporan yang terkait

dengan penjualan.

3.1.5.2 Service Advisor

Tugasnya:

1. Mencatat identitas customer.

2. Mencatat semua keluhan dari customer.

3. Membuat laporan jenis kerusakan mobil customer.

4. Memberikan akumulasi biaya sementara dari jenis kerusakan

mobil customer.

3.1.5.3 Chief Mechanic

Tugasnya :

1. Mengkoordinir pembagian tugas bawahannya sesuai dengan

fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing.

2. Melakukan pengawasan terhadap kemampuan dan kinerja

bawahan.

60

3. Membantu mengatasi kendala yang dihadapi bawahnnya yang

berhubungan dengan perbaikan.

4. Melakukan pengecekan dan evaluasi laporan perbaikan.

3.1.5.4 Part Foreman

Tugasnya :

1. Mencatat pemesanan spare part.

2. Melakukan pengecekan stock spare part.

3. Melakukan pemesanan spare part baru.

4. Membuat laporan harian pemesanan.

3.1.5.5 Technical Staff

Tugasnya :

1. Membantu menyelesaikan Trouble Shooting saat terjadi

masalah yang tidak dapat diselesaikan.

2. Melakukan Quality Control atas semua pekerjaan yang telah

diselesaikan.

3.1.5.6 Workshop Administration

Tugasnya :

1. Mencatat biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikan.

2. Membuat struk pembayaran.

3. Membuat laporan harian pembayaran.

61

3.1.6 Tampilan Electronic Service Information System

3.1.6.1 Tampilan Login

Gambar : 3.3 Tampilan Awal Login

Pada bagian ini user harus memasukkan id dan password, agar

dapat menggunakan Sistem Informasi Electronic Service Information

System. Login ini dilakukan agar mencegah adanya pihak yang tidak

berwenang untuk menggunakan sistem ini, sekaligus menentukan akses

ke menu utama aplikasi.

62

3.1.6.2 Tampilan Menu Electronic Service Information System

Gambar : 3.4 Tampilan Menu Electronic Service Information System

Pada bagian ini user dapat memilih menu – menu yang dibutuhkan dalam

melakukan pekerjaannya.

63

3.1.6.3 Tampilan identifikasi type kendaraan

Gambar : 3.5 Tampilan identifikasi type kendaraan

Pada bagian ini user harus memasukkan kode chasis, no. mesin,

jenis mobil, tahun pembuatan,dll. Sebelum menggunakan menu – menu

yang terdapat pada Sistem Informasi Electronic Service Information

System.

3.1.6.4 Tampilan Repair Operation

Gambar : 3.6 Tampilan Repair Operation

64

Pada bagian ini user dapat mengetahui standar jangka waktu

untuk penggantian oli, power transmission, running gear, dll.

3.1.6.5 Tampilan workshop manual

Gambar : 3.7 Tampilan workshop manual

Gambar : 3.8 Tampilan workshop manual

65

Pada bagian ini user dapat mengetahui langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam memperbaiki mobil AUDI dan VW.

3.1.6.6 Tampilan Dealer Portal

Gambar : 3.9 Tampilan Dealer Portal

Pada bagian ini user memasukan id dealer, id user dan password

untuk mendapatkan informasi tentang dealer – dealer AUDI dan VW

group di seluruh dunia.

66

3.1.6.7 Tampilan Direct Information System Service

Gambar : 3.10 Tampilan Direct Information System Service

Pada bagian ini user dapat mengirim klaim atas kerusakan yang

terjadi pada mobil AUDI dan VW group yang tidak dapat diselesaikan

oleh user dan dapat juga digunakan untuk melakukan pemesanan spare

part secara on-line.

3.2 Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu

didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Penelitian ini menggunakan teknik korelasional dan bersifat non

eksperimen. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kuesioner yang digunakan memiliki dua jenis instrumen yaitu instrumen Sistem

67

Informasi Electronic Service Information System dan instrumen Kinerja User,

yaitu Kinerja dari karyawan PT. Garuda Mataram Motor yang menggunakan

Sistem Informasi Electronic Service Information System.

3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Survey penelitian dilakukan pada PT. Garuda Mataram

Motor yang terletak pada Jl. MT. Haryono Kav.11 yang

dilaksanakan pada bulan februari 2008 sampai dengan selesai.

3.2.2 Konstelasi Variabel Penelitian

Sumber : Sugiyono, Statistika Penelitian, (Alfabeta, Bandung: 2007, p5)

Gambar : 3.11 Konstelasi Variabel Penelitian

Keterangan gambar

X = Electronic Service System Information (Variabel Independent).

Y = Kinerja User (Variabel Dependent )

X Y

Dari keterangan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa variabel

yang ada dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu Variabel

Independent (bebas) dan Variabel Dependent (terikat). Variabel

Independent yang dimaksudkan adalah Electronic Service System

Information dan Variabel Dependentnya adalah Kinerja User, dimana

kedua variabel ini mempunyai hubungan kausal atau hubungan sebab

68

akibat yaitu Electronic Service System Information yang efektif akan

mempengaruhi kinerja usernya.

3.2.3 Definisi Operasional

3.2.3.1 Variabel Electronic Service System Information (X)

Definisi operasional Electronic Service System

Information adalah skor dari penilaian user yang

didapatkan dari hasil pengisian instrumen Electronic

Service System Information. Pengukuran ini meliputi

indikator : (1) lengkap (2) teknologi perbaikan (3) jaringan

(4)penyediaan jasa (5) input (6) proses (7) output (8)

berarti (9) berguna (10) bebas (11) akurat dan (12) tepat

waktu.

Instrumen pada indikator memiliki bobot yang

berbeda yaitu : Sangat Setuju (SS) berbobot 5, Setuju (ST)

berbobot 4, Ragu-ragu (RR) berbobot 3, Tidak Setuju (TS)

berbobot 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) berbobot

3.2.3.2 Variabel Kinerja User (Y)

Definisi operasional Kinerja User adalah total nilai

yang diperoleh dari pengisian instrumen Kinerja User oleh

para user yang menggunakan Electronic Service System

Information.

69

Pengukuran ini meliputi indikator : (1)

keterampilan (2) sikap (3) kualitas (4) kuantitas (5)

pengetahuan (6) bekerja sama dan (7) tanggung jawab.

Instrumen pada indikator disusun dengan kategori

yang memiliki bobot berbeda yaitu: Sangat Setuju (SS)

berbobot 5, Setuju (ST) berbobot 4, Ragu-ragu (RR)

berbobot 3, Tidak Setuju (TS) berbobot 2, dan Sangat

Tidak Setuju (STS) berbobot 1.

3.2.4 Populasi dan Sampel

3.2.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah para

pengguna Electronic Service System Information pada PT.

Garuda Mataram Motor. Berdasarkan data yang diperoleh

populasi secara keseluruhan berjumlah 55 orang.

3.2.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang

diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat

mewakili populasinya. Sampel penelitian ini adalah user

yang menggunakan Electronic Service Information System

pada PT. Garuda Mataram Motor. Sampel penelitian ini

diambil dari populasi dengan menggunakan teknik

pengambilan sampel yaitu sejumlah 48 responden

berdasarkan rumus Issac-Michael :

70

λ². N. P. Q

s =

d² (N - 1) + λ². P. Q

3.481 x 55 x 0.5 x 0.5

s =

0.05² (55 - 1) + 3.481 x 0.5 x 0.5

47,86375

s =

0.0025 (54) + 0.87025

47,86375

s =

0.135+ 0.87025

47,86375

s =

1.0025

s = 47,744 dilakukan pembulatan menjadi 48

3.2.5 Pengujian Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan disebarkan kepada

responden digunakan untuk mengukur variable penelitian,

langkah awal yang harus dilakukan adalah mengadakan pengujian

validitas dan reliabilitas terhadap instrumen, dengan

menggunakan 5 responden yang dipilih secara acak. Instrumen

dikalibrasi dengan memakai uji validitas butir dan koesifien

reliabilitas. Validitas butir dihitung dengan memakai koefisien

71

Product – Moment sedangkan koefisien reliabilitas instrumen

dihitung dengan rumus Alpha Cronbach.

3.2.5.1 Uji Validitas Butir Penelitian

Instrumen yang diuji coba dianalisis dengan tujuan

untuk menyeleksi butir-butir yang valid untuk semua

responden, serta menginformasikan butir-butir mana saja

yang komunikatif dapat mewakili dari variabel yang

diukur.

Validitas instrumen diuji dengan menggunakan

Product-Moment (koefisien korelasi) antara skor butir soal

dengan skor total (r hitung). Hasil pengujian validitas

kemudian akan dibandingkan dengan r tabel, dimana

tingkat signifikasi 0.05 diperoleh angka 0.878 .

Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini adalah:

1. Jika r dihitung positif, serta r hitung > r tabel, maka

butir atau variabel tersebut valid

2. Jika r dihitung tidak positif, serta r hitung < r tabel,

maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

Dari analisis instrumen penelitian tersebut

diperoleh 21 butir yang valid untuk variabel Electronic

Service System Information dan 13 butir yang valid untuk

variabel Kinerja User.

72

Pemilihan butir dilakukan dengan cara

membandingkan rhitung. Berdasarkan hasil perhitungan

dengan rtabel, jika rhit lebih besar dibandingkan rtabel,

maka butir instrumen dianggap valid, sebaliknya jika rhit

lebih kecil dari rtabel, maka butir instrumen dianggap tidak

valid dan dibuang serta tidak digunakan dalam penelitian.

3.2.5.2 Uji Realibilitas Instrumen

Koefisien reliabilitas instrumen dimaksud untuk

melihat konsistensi keakuratan jawaban yang diberikan

oleh responden dan dianalisi dengan menggunakan ”Alpha

Cronbach” Koefisien reliabilitas variabel Electronic

Service System Information dengan n sebanyak 21,

besaran koefisien alpha 0.991 (perhitungan pada lampiran

L31) menunjukan bahwa hubungan reliabilitas yang

sangat erat (sangat reliabel) sedangkan untuk variabel

kinerja user dengan n sebanyak 13, besaran koefisien

alpha 0.979 (perhitungan pada lampiran L44) menunjukan

bahwa hubungan reliabilitas yang sangat erat (sangat

reliabel). Perhitungan koefisien reliabilitas instrumen

dilakukan setelah melakukan pengujian validitas dengan

membuang butir-butir instrumen yang tidak valid.

73

3.2.6 Tabel Kisi-kisi Sebaran Butir Instrumen

Tabel : 3.1

Tabel Kisi-kisi Sebaran Butir Instrumen

Jumlah Butir No Variabel Penelitian

Sebelum Uji Coba

Sesudah Uji Coba Sebelum

Uji Coba Sesudah Uji Coba

1 Electronic Service

Information System

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21, 22,23,24

1,2,3,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,19,20,22,23,24

24 21

2 Kinerja User

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14

1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14

14 13

Jumlah 38 34

3.2.7 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

mengenai Electronic Service Information System, kinerja User

serta latar belakang responden mencakup jenis kelamin, usia,

pendidikan, pengalaman kerja, lama bekerja, dan banyaknya

training.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

survey dengan menggunakan Teknik Korelasional. Dalam

mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan, penulis

menggunakan Teknik Korelasional yang dilakukan dengan cara

pembagian kuesioner yang telah melalui pengujian instrumen

penelitian kepada pengguna Electronic Service Information

74

System pada PT. Garuda Mataram Motor. Sedangkan latar

belakang responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik

responden dalam kaitannya dengan pengisian instrumen. Seluruh

data ini diperoleh dengan cara menyebarkan instrumen kepada

responden yaitu pengguna Electronic Service Information System

pada PT. Garuda Mataram Motor sebagai sampel dalam penelitian

ini.

Setiap variabel pada penelitian ini dikembangkan aspek

indikatornya sebagai dasar dalam menyusun kisi-kisi. Sebelumnya

instrumen diuji coba dahulu sebelum digunakan dalam penelitian.

Pengujian instrumen tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat

validitas dan reliabilitasnya. Butir-butir yang tidak valid dibuang

dan tidak digunakan sebagai alat pengukuran dalam penelitian ini.

3.2.8 Metode Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul kemudian akan diolah dengan

menggunakan perhitungan manual, Microsoft Excel dan SPSS

15.00 for Windows.

3.2.9 Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan di

analisa dengan menggunakan teknik statistika, baik Statistika

Deskriptif maupun Inferensial. Statistika Deskriptif digunakan

untuk mendeskripsikan dan tidak membuat kesimpulan.

75

Sedangkan Statistika Inferensial digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian.

Statistika Deskriptif yang digunakan adalah ukuran gejala

pusat yang terdiri dari rata-rata, median, modus, dan ukuran

penyebaran atau variabelitas dengan menggunakan standar deviasi

dan rentang skor selain ukuran gejala pusat dan ukuran

penyebaran untuk keperluan penyajian data, digunakan juga table

frekuensi dan grafik yaitu histogram. Penyajian data masing-

masing variable penelitian dilakukan dengan menyajikan rata-rata

dan standart deviasi, median, modus, skor minimum, dan skor

maksimum, rentang skor, tabel frekuensi dan histogram.

Statistika Inferensial yang digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian adalah analisis regresi dan korelasi sederhana.

Sebelum menguji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi

dan korelasi sederhana, terlebih dahulu dilakukan pengujian

persyaratan analisis, yaitu normalitas populasi (Uji Liliefors) Uji

Homogenitas (Uji Barlett), dan Uji Linieritas (Tabel Anova).

Penelitian ini menggunakan Statistik Parametris, karena

sample diambil dari populasi. Statistik Parametris digunakan

untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji

ukuran populasi melalui data sampel. Dalam statistik, pengujian

parameter melalui statistic (data sampel) tersebut dinamakan Uji

Hipotesis Statistik. Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis

76

statistik adalah penelitian yang menggunakan sample. Statistik

Parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data

interval dan rasio, dan Statitik Parametris memerlukan terpenuhi

banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan

dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam

penggunaan salah satu test mengharuskan data homogen, dalam

regresi harus terpenuhi asumsi linieritas dan signifikan.

Pada penelitian ini kami menggunakan Statistik Inferensial

yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data

sampel dan hasilnnya diberlakukan untuk populasi.