69
BAB 3 PERENCANAAN 3.1 Fungsi Perencanaan 3.1.1 Visi dan Misi Ruangan Adapun visi dan misi yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan MAKP di ruang kelolaan adalah sebagai berikut : Visi : Menjadi ruangan yang terbaik dan terdepan dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu, berkualitas dan profesional di ruangan bedah. Misi : 1. Menyediakan asuhan keperawatan yang profesional, ramah dan sepenuh hati dengan pendekatan proses keperawatan dalam memulihkan kesehatan pasien yang optimal setelah dari rumah sakit 2. Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi pasien dan staff keperawatan atau non keperawatan di Ruangan G2 kamar 5 3. Meningkatkan hubungan yang baik dengan pasien, keluarga, pengunjung pasien, dan semua tim kesehatan di Ruangan G2 kamar 5 4. Mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial dan kejadian cedera pasien pre dan post operasi 5. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan melibatkan staf dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut tentang asuhan keperawatan di Ruang G2 kamar 5 6. Konsisten untuk memberikan pelayanan yang terbaik dalam memberikan asuhan keperawatan 47

Bab 3 - Pelaksanaan Dan Pembahasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bab 3 - Pelaksanaan Dan Pembahasan

Citation preview

63

BAB 3

PERENCANAAN

3.1 Fungsi Perencanaan

3.1.1 Visi dan Misi RuanganAdapun visi dan misi yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan MAKP di ruang kelolaan adalah sebagai berikut :

Visi: Menjadi ruangan yang terbaik dan terdepan dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu, berkualitas dan profesional di ruangan bedah.

Misi:

1. Menyediakan asuhan keperawatan yang profesional, ramah dan sepenuh hati dengan pendekatan proses keperawatan dalam memulihkan kesehatan pasien yang optimal setelah dari rumah sakit

2. Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi pasien dan staff keperawatan atau non keperawatan di Ruangan G2 kamar 5

3. Meningkatkan hubungan yang baik dengan pasien, keluarga, pengunjung pasien, dan semua tim kesehatan di Ruangan G2 kamar 5

4. Mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial dan kejadian cedera pasien pre dan post operasi

5. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan melibatkan staf dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut tentang asuhan keperawatan di Ruang G2 kamar 5

6. Konsisten untuk memberikan pelayanan yang terbaik dalam memberikan asuhan keperawatan

7. Mampu menjadi ruang percontohan (Role Model) bagi ruangan lain dalam menerapkan model praktek keperawatan profesional (MPKP) Di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

Kedepannya diharapkan visi dan misi yang diterapkan di ruang kelolaan dapat diterapkan di ruanga perawatan G2 untuk menerapkan strategi dalam meningkatkan kualitas dan pelayanan yang efisien kepada semua komponen.3.1.2 Standar Operasional Prosedur

Standar operasional prosedur (SOP) keperawatan merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu dandipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan tim pelayanan kesehatan untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan.Tujuan SOP antara lain :

1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.

2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi

3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai terkait.

4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi

Dalam penerapan MAKP di ruang kelolaan, mahasiswa telah menyusun standar operasional prosedur berdasarkan kasus yang dikelola di ruang G2 (hasil terlampir).

3.1.3 Standar Asuhan Keperawatan

Tujuan standar keperawatan menurut Gillies (dalam Nursalam, 2011) adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.Dalam penerapan MAKP di ruang kelolaan, mahasiswa telah menyusun standar asuhan keperawatan berdasarkan kasus yang dikelola di ruang G2 (hasil terlampir).3.1.4 Standar Pelayanan Keperawatan

Standar pelayanan keperawatan disusun sebagai acuan pelaksanaan kegiatan yang bersifat administratis bagi tim keperawatan. Dalam penerapan MAKP di ruang kelolaan, mahasiswa telah menyusun standar pelayanan keperawatan di ruang G2 (hasil terlampir).

3.2 Fungsi Pengorganisasian

3.2.1 Struktur Organisasi

Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang sifatnya umum, kelompok menyusun struktur organisasi sebagai berikut :

Ketua: Fajar Santoso

Sekretaris: Anisa

Dewi Wulansari

Bendahara: Darma Sriati

PJ Discharge Planning: Anisa

Ari Rahmawati

PJ Ronde Keperawatan: Angela Nursis I. N.

Dewi Wulansari

PJ Timbang Terima: Husnul Chotimah

Trisula Wahyu A.

PJ Supervisi: Christine A.Y.C.

Artyani P.B.

PJ dokumentasi keperawatan: Debora D.M.

Fajar Santoso

PJ penerimaan pasien baru:Darma Sriati

Ghora Meirza P.

PJ PKMRS: Binti Kholifatul M.

Dendi Sandra K.

Dewi Fadilatul M

PJ pre dan post conference: Husnul Chotimah

Trisula Wahyu A.

PJ pendelegasian: Husnul Chotimah

Trisula Wahyu A.

Setelah dilakukan analisis dengan metode SWOT maka kelompok praktik klinik manajemen keperawatan di Paviliun G II menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional metode tim.3.2.2 Uraian Tugas

Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan pengorganisasian dalam pembagian peran pemberian asuhan keperawatan MAKP model tim sebagai berikut:

1. Tugas Kepala Ruangan a. Perencanaan

1) Menunjuk kepala tim dan mendeskripsikan tugasnya masing-masing

2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya

3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien yang dibantu kepala tim

4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh kepala tim

5) Merencanakan strategi pelaksanaan perawat

6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap klien

7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan

b) Membimbing penerapan proses keperawatan

c) Menilai asuhan keperawatan

d) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah

e) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk

8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri

9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan

10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan rumah sakit

b. Pengorganisasian

1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

2) Merumuskan tujuan metode penugasan3) Membuat rincian tugas kepala tim dan perawat pelaksana secara jelas4) Membuat rencana kendali kepala ruangan yang membawahi tiga ketua tim dan kepala tim yang membawahi perawat pelaksana

5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain

6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan

7) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik

8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak ada di tempat kepada kepala tim

9) Mengetahui kondisi klien dan menialai tingkat kebutuhan pasien

10) Mengembangkan kemampuan anggota

11) Menyelenggarakan konferensi

c. Pengarahan

1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada kepala tim

2) Memberikan pujian kepada perawat yang mengerjakan tugas dengan baik

3) Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan askep klien

5) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya

6) Meningkatkan kolaborasi

d. Pengawasan

1) Melalui komunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan kepala tim mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien

2) Melalui supervisi

a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat ini

b) Pengawasan secara langsung yaitu mengecek daftar hadir, membaca dan memeriksa rencana keperawatan, serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan dari kepala tim

e. Evaluasi

1) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama

2) Audit keperawatan

2. Tugas Kepala Tim

a. Menerima klien dan mengkaji kebutuhan klien secara komprehensif

b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan

c. Membuat rencana yang telah dibuat selama praktik

d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

f. Menerima dan menyesuaikan rencana

g. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial dan kontak dengan lembaga sosial di masyarakat

h. Membuat jadwal perjanjian klinik

i. Mengadakan kunjungan rumah

3. Tugas Perawat Pelaksana (PP)

a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dan kasih sayang

a. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien

b. Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana

c. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan

d. Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respon klien pada catatan perawatan

b. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab

a. Pemberian obat

b. Pemeriksaan laboratorium

c. Persiapan klien yang akan dioperasi

c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual

1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan

2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan ketenangan

3) Pendekatan dan komunikasi terapiutik

d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau diagnosis

e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya

f. Memberikan pertolongan segera kepada klien gawat atau sakaratul maut

g. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara administratif

1) Menyiapkan data klien baru, pulang atau meninggal

2) Sensus harian atau formulir

3) Rujukan harian atau formulir

h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada di ruangan menurut fungsinya supaya siap pakai

i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan, dan keindahan ruangan

j. Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara bergantian sesuai jadwal tugas

k. Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya (PKMRS)

l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan maupun tulisan

m. Membuat laporan harian klien

Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift yang dilakukan oleh perawat pelaksana, kepala tim dan kepala ruangan. Pembuatan rencana harian merupakan salah satu kegiatan dalam tahap perencanaan. Perencanaan yang disusun oleh perawat yang terlihat di ruang MAKP disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing. Perencanaan yang diterapkan adalah rencana harian, mingguan dan bulanan. Isi dari perencanaan berupa kegiatan tentang apa, bagaimana dan dimana kegiatan akan dilaksanakan (Keliat, dkk, 2000).

1. Rencana Harian Kepala Ruangan

Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi:

a. Asuhan keperawatan

b. Supervisi Katim dan Perawat pelaksana

c. Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang terkait

Kegiatan tersebut meliputi antara lain:

a. Operan

b. Pre conference dan Post conference

c. Mengecek SDM dan sarana prasarana

d. Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus

e. Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana

f. Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil

g. Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi.

h. Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.

2. Rencana Harian Ketua Tim

Isi rencana harian Ketua Tim adalah:

a. Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Melakukan supervisi perawat pelaksana.

c. Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.

d. Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.

Kegiatan tersebut meliputi antara lain:

a. Operan

b. Pre conference dan Post conference

c. Merencanakan asuhan keperawatan

d. Melakukan supervisi perawat pelaksana.

e. Menulis dokumentasi

f. Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep

g. Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas

3. Rencana Harian Perawat Pelaksana

Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference. Kegiatan tersebut meliputi antara lain:

a. Operan

b. Pre conference dan Post conference

c. Mendokumentasikan askep

Di ruang G2 kamar 5 RSAL Dr. Ramelan pembuatan rencana harian dirasakan menyita waktu dan isinya masih sangat umum. Kendala yang dirasakan adalah budaya membaca dan menulis serta membuat perencanaan sebelum melakukan kegiatan belum terbiasa. Kadang-kadang perencanaan harian dibuat pada saat tugas sudah berjalan, sehingga belum menggambarkan rencana kegiatan secara keseluruhan. Pembuatan rencana kegiatan harian belum optimal ini disebabkan kurangnya pengetahuan para mahasiswa mengenai fungsi dari catatan itu sendiri sebagai pedoman kegiatan selama bekerja.Menurut Schein (dalam Kreitner, 2000), merencanakan sebuah budaya kerja melibatkan proses belajar. Oleh karena itu, setiap anggota organisasi akan mengajarkan satu sama lain mengenai nilai-nilai, keyakinan, pengharapan dan perilaku yang dipilih organisasi.

Rencana tindak lanjut pembuatan perencanaan kegiatan harian adalah dibuat kesepakatan/komitmen bersama dan dilakukan pengawasan oleh kepala tim dan kepala ruangan, menerapkan budaya sadar membaca dan menulis, kepala ruangan dan kepala tim menjadi role model dalam memberikan contoh dan bimbingan kepada perawat pelaksana dan kepada para mahasiswa yang lain untuk pergantian peran selanjutnya.3.2.3 Pengaturan Jadual Dinas

Penyusunan jadwal dinas merupakan tanggung jawab kepala ruangan atau pengawas, teatapi lebih diutamakan kepala ruangan karena lebih mengetahui tingkat kesibukan ruangan dan karakteristik sifatnya. hal ini akan memudahkan dalam menerapkan orang yang tepat untuk setiap periode jaga atau shift.

Prinsip penyusunan jadwal hendaknya memenuhi beberapa prinsip, diantaranya harus ada kesinambungan antara kebutuhan unit kerja dan kebutuhan staf. Prinsip berikutnya, setiap staf harus terlibat dalam siklus atau rotasi pagi-sore-malam: metode yang dipakai harus sesuai dengan kuantitas staf dalam suatu unit kerja.siklus yang digunakan mengikuti metode penugasan yang dipakai. Dan setiap staf harus dapat mencatat hasil dinas, libur dan shift.

Menurut Swansburg (2000), pendekatan modifikasi kerja mingguan dilihat dari karakteristik tugas dan karakteristik staf yang ada dalam tim. Modifikasi tugas mingguan meliputi :1. Total jam kerja per minggu adalah 40 jam dengan 10 jam per hari dan 4 hari kerja per 24 jam, dimana jam-jam dapat dipergunakan untuk ronde keperawatan, penyelesaian rencana keperawatan atau kegiatan lainnya. Kelemahan cara ini adalah memerlukan staf yang banyak.

2. Perincian 12 jam dalam satu shift, yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur, dan 4 hari kerja. System ini sama dengan sistem pertama yang membutuhkan tenaga yang banyak.

3. Perician 70 jam dalam 2 minggu, adalah 10 jam per hari (7 hari kerja dan 7 hari libur).

4. Sistem 8 jam per hari dengan 5 hari kerja per minggu. Sistem ini lebih banyak disukai karena mengurangi kelelahan staf dan produktivitas staf tetap dapat dipertahankan.

Namun dalam pelaksanaannya, penyusunan daftar dinas perawat di ruang kelolaan disesuaikan dengan ganchart kegiatan roleplay MAKP. Di ruang G2 jadwal dinas telah sesuai dengan pendekatan modifikasi kerja mingguan, namun dalam pelaksanaannya terkadang perawat bertukar jaga bila terdapat urusan pribadi yang tidak bisa ditinggal.3.2.4 Pengaturan Daftar Pasien

Di ruang perawatan G2 setiap tim akan mengelola masing-masing 1 kamar yang berisi pasien kelas II dan III. Untuk pasien luka bakar yang baru MRS akan dikelola oleh tim keperawatan dengan jumlah pasien kelolaan pasling sedikit.Pengaturan daftar pasien di ruang kelolaan disesuaikan dengan letak tempat tidur pasien, pasien disayap kiri akan dikelola oleh tim 1 sedangkan disayap kanan akan dikelola oleh tim 2.

3.2.5 Pengorganisasian Perawatan Klien

Dalam pelaksanaan manajemen ruang kelolaan, mahasiswa menggunakan model perawatan metode tim yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (Registered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok / ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien. Berikut sistem pemberian asuhan keperawatan metode tim.

Gambar 3.1 Sistem pemberian Asuhan Keperawatan Metode Tim

Keterangan:

: Garis Komando

Dalam penerapan MAKP model metode tim terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan :1. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif2. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan3. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar4. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal5. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara efektif6. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan , memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yan diberikan7. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan8. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas Kelemahan :

1. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik

2. Keperawatan tim menimbulkan fragmentsi keperawatan bila konsepnya tidak diimplementasikan dengan total

3. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar anggota tim terganggu

4. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.

Pelaksanaan kegiatan MAKP di kamar 5 kelas 3 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya menggunakan model tim.

Pelaksanaan uji coba peran menggunakan model tim dilaksanan dari tanggal 24-25 Juli 2012 dengan bimbingan pembimbing institusi dan pembimbing lahan. Adapun aplikasi peran model tim dilaksanakan dari tanggal 26 Juli-14 Agustus 2012. Selama pelaksanaan peran dalam metode tim, asuhan keperawatan yang dilakukan kelompok paling banyak pada kasus fraktur ekstremitas bagian bawah, FAM dan struma nodusa.

Dalam kegiatan model praktek tim ini setiap mahasiswa dapat berperan sebagai Kepala ruangan, kepala tim dan perawat pelaksana.

3.2.6 Sistem Penghitungan Tenaga Perawat

Untuk klien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standart waktu pelayanan klien rawat inap sebagai berikut :

1. Perawatan minimal memerlukan waktu

: 1-2 jam/24 jam

2. Perawatan Intermediate memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam

3. Perawatan Maksimal/total memerlukan waktu: 5-6 jam/24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi klien dengan tiga kategori tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Kategori I : self care / perawatan mandiri

Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, klien memrlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan simple.

2. Kategori II : Intermediate care / perawatan sedang

Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur popsisi waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk kekamar mandi. Penampilan klien sakit sedang. Tindakan perawatan pada klien ini memonitor TTV, periksa urine reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainage atau infus. Klien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20-30 menit/shift atau 30-60 menit/shift dengan mengobservasi side effect obat atau reaksi alergi.

3. Kategori III : Intensive care / perawatan total

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, sesmua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Klien memerlukan observasi terus menerus.

Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien, pada penghitungan jumlah pasien selama 20 hari pelaksanaan dari tanggal 26 Juli-14 Agustus 2012, sebagai berikut :

Tabel 3.1Kebutuhan Tenaga Keperawatan Ruang Kelolaan di Ruang G2 24 Juli-10 Agustus 2012.

TanggalJumlah PasienJumlah kebutuhan perawat

MinimalParsialTotal

PSMPSMPSMPSM

24-26 Juli0,230,140,070,630,40,1000111

27-29 Juli0,170,140,070,540,30,07000111

30-1 Agustus0,40,420,190,450,250,27000111

TanggalJumlah PasienJumlah kebutuhan perawat

MinimalParsialTotal

PSMPSMPSMPSM

2-5 Agustus0,40,420,191,260,70,3000111

6-8 Agustus0,30,230,051,260,70,5000111

9-10 Agustus0,430,350,180,680,380,25000111

Rata-rata kebutuhan tenaga perawat111

Total tenaga perawat :

Pagi: 1 orang

Sore: 1 orang

Malam: 1 orang +

Total : 3 orang

Loss day

Non Keperawatan

Total tenaga perawat + loss day x 25% = 12 + 3,27 x 25 % = 3,8 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas setiap hari di Pavilliun G2 kamar 5 adalah :

3,8 + 1 (kepala ruangan) + 2 (Katim) = 6,8 orang (dibulatkan menjadi 7 orang)

Jadi, tenaga keperawatan yang dibutuhkan di ruang kelolaan adalah 7 orang.

3.3 Fungsi Pengarahan

3.3.1 Timbang Terima

Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Timbang terima dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan timbang terima dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam.

Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan laporan yang berkenaan dengan keadaan pasien.

1. Metode Pelaporan

a. Perawat yang bertanggung jawab terhadap klien melaporkan langsung kepada perawat penanggung jawab berikutnya dengan membawa laporan timbang terima

b. Pelaksanaan timbang terima dapat dilakukan di ruang perawat, kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi klien satu-persatu terutama pada klien-klien yang memiliki masalah khusus serta memerlukan observasi lebih lanjut.

2. Mekanisme timbang terima

Gambar 3.2Alur Timbang Terima

3. Prosedur Pelaksanaan

a. Kedua kelompok siap.

b. Prinsip timbang terima : tidak semua pasien dilakukan timbang terima, khusus pada klien yang memiliki permasalahan yang belum teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.

c. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah, kebutuhan dan tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan.

d. Hal-hal yang sifatnya khusus diserahterimakan kepada perawat berikutnya.

e. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

1) Identitas klien dan diagnosis medis

2) Data (keluhan obyektif dan subyektif)

3) Masalah keperawatan yang masih muncul

4) Intervensi keperawatan yang sudah dilakukan

5) Intervensi keperawatan yang belum/akan dilakukan

6) Intervensi kolaboratif

7) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, Tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbangterimakan atau terhadap hal-hal yang kurang jelas

8) Mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat, dan padat

9) Lama timbang terima untuk tiap klien tidak lebih dari 3 menit, kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit

4. Penerapan Timbang Terima

a. Penanggung jawab: Husnul C. dan Trisula W.A.b. Tujuan:Setelah dilaksanakan praktik manajemen keperawatan, diharapkan Paviliun G II mampu melaksanakan timbang terima dengan baik.

c. Waktu: 27 Juli 2012 pukul 07.00 WIB

d. Rencana Strategi

1) Merevisi teknik timbang terima bersama-sama dengan staf perawatan di ruang Paviliun G II Rumkital Dr.Ramelan Surabaya.

2) Timbang terima dapat dilakukan secara lisan atau tertulis.

3) Merevisi materi timbang terima dengan berfokus pada masalah keperawatan.

4) Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan staf keperawatan.

5) Dilaksanakan pada setiap pergantian shift.

6) Dipimpin oleh kepala ruangan / kepala tim sebagai penanggung jawab shift.

7) Diikuti perawat, mahasiswa yang berdinas atau akan berdinas.

8) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat sistematis atau menggambarkan kondisi saat ini dengan tetap menjaga kerahasiaan klien.

9) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan keperawatan, rencana keperawatan, tindakan dan perkembangan kesehatan klien.

10) Mendokumentasikan hasil timbang terima klien.

e. Kriteria Evaluasi :

1) Struktur :

a) Menentukan penanggungjawab timbang terima.

b) Menyusun teknik timbang terima bersama-sama dengan staf keperawatan.

c) Menentukan materi timbang terima.

d) Status pasien disiapkan.

e) Persiapan buku laporan dan buku pesanan khusus.

2) Proses :

a) Melaksanakan timbang terima bersama dengan Karu dan staf keperawatan pada pergantian shift.

b) Timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan / kepala tim sebagai penanggungjawab shift.

c) Timbang terima diikuti oleh perawat, mahasiswa yang berdinas atau akan berdinas.

3) Hasil

a) Perawat mampu meloparkan timbang terima yang berisi (identitas, diagnosis medis, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dan belum dilaksanakan, intervensi kolaboratif, rencana umum pasien).

b) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.

c) Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

d) Menjalin hubungan kerja sama yang bertanggungjawab antar perawat.

e) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan berkesinambungan.

Tujuan timbang terima pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu menentukan prioritas diagnosa dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam timbang terima diterangkan tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas. Timbang terima ini harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan klien saat itu. Kegiatan timbang terima di ruang G2 kamar 5 sudah dilakukan mahasiswa sudah sesuai dengan prinsip timbang terima.Pelaksanaan timbang terima pasien dilakukan tiap pergantian shift jaga, pelaksanaan role play timbang terima dilaksanan pada 27 Juli 2012 dalam bimbingan pembimbing institusi dan pembimbing lahan. Dalam kegiatan timbang terima, kepala tim melakukan timbang terima kepada perawat pelaksana yang bertugas pada shift berikutnya. Materi yang ditimbangterimakan adalah masalah medis/kolaboratif, masalah keperawatan, tindakan keperawatan yang sudah ataupun belum dilaksanakan serta perkembangan klien. Timbang terima diawali dengan penyampaian informasi perkembangan pasien di Nurse Station, lalu dilanjutkan dengan mengklarifikasi kondisi pasien di bed pasien masing-masing.

3.3.2 Pre dan Post Conference

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :1. Pre ConferencePre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006).Waktu : setelah operanTempat : Meja masing-masing timPenanggung jawab : Ketua tim atau PJ timKegiatan :a. Ketua tim atau PJ tim membuka acarab. Ketua tim atau PJ tim menanjakan rencana harian masing-masing perawat pelaksanac. Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.d. Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement.e. Ketua tim atau PJ tim menutup acara2. Post ConferencePost conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim (Modul MPKP, 2006).

Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.Tempat : Meja masing-masing tim.Penanggung jawab : ketua tim atau PJ timKegiatan :a. Ketua tim atau PJ tim membuka acara.b. Ketua tim atau PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.c. Ketua tim atau PJ tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.d. Ketua tim atau PJ menutup acara.

Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).1. Tujuan pre conference adalah:a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasilb. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapanganc. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

2. Tujuan post conference adalah:Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

Syarat Pre dan Post Conference antara lain :1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim

Menurut Sitorus (2006), panduan bagi katim dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut:1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.2. Konferensi dihadiri oleh katim dan PP dalam timnya masing-masing.3. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal hal yang disampaikan oleh katim meliputi :a. Utama klienb. Keluhan klienc. TTV dan kesadarand. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.e. Masalah keperawatanf. Rencana keperawatan hari ini.g. Perubahan keadaan terapi medis.h. Rencana medis.Katim mendikusikan dan mengarahkan PP tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :1. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.2. Ketepatan pemberian infuse.3. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.4. Ketepatan pemberian obat / injeksi.5. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,6. Ketepatan dokumentasi.7. Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.8. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan masingmasing perawatan asosiet.9. Membantu PP menyelesaikan masalaah yang tidak dapat diselesaikan.Tahap-tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat-perawat ruangan ketika melakukan pre conference.Di ruang kelolaan kegiatan pre conference dilakukan setelah timbang terima pada shift pagi antara katim dengan perawat pelaksana, sedangkan kegiatan post conference dilakukan pada setelah timbang terima pada pergantian shift malam ke pagi oleh perawat pelaksana dinas malam ke katim. Materi yang disampaikan dalam pre conference yaitu rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada klien selama 24 jam. Sedangkan materi post conference yaitu tindakan yang telah dilaksanakan serta evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan sesuai rencana tindakan yang telah diberikan katim kepada PP.3.3.3 Motivasi kepada Perawat

Seorang kepala ruangan bertanggung jawab untuk memotivasi perawat dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dengan menggunakan teori-teori motivasi untuk mencapai tujuan ini, pertama-tama pemimpin perlu mengkaji kekuatan motif tertinggi dari karyawan, dan kemudian menentukan tujuan yang akan secara langsung memuaskan kebutuhan pribadi karyawan. Di ruang G2 pemberian motivasi kepada perawat diberikan ketika perawat akan melakukan suatu pekerjaan dan setelah menyelesaikan pekerjaan.3.3.4 Pendelegasian

Menurut Nursalam (2007), pendelegasian adalah penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan melalui orang lain untuk menyelesaikan tujuan organisasi. Unsur-unsur dalam proses delegasi meliputi :1. Tanggung jawab (responsibility) adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang pada jabatan tertentu.2. Kekuasaan (autorithy) adalah wewenang atau hak untuk memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan fungsinya.

3. Pertanggungjawaban (accountability) adalah memberikan pertanggungjawaban dengan memberikan laporan bagaimana seseorang melaksanakan tugasnya dan bagaimana memakai wewenang yang diberikan kepadanya.Tugas yang dapat didelegasikan dari atasan ke bawahan menurut Manulang (2001) dapat dibedakan menjadi 2 yang ditinjau berdasarkan aspek :1. Ditinjau dari tugas proses

Gambar 3.3Alur Pendelegasian

2. Ditinjau dari aspek bidang (spesialisasi)

Pendelegasian dari aspek ini sesuai dengan struktur organisasi karena masing-masing bidang mempunyai uraian tugas sesuai masing-masing bidang.Pendelegasian yang efektif memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:

a. Unsur pendelegasian harus lengkap dan jelas.b. Harus mendelegasikan pada orang yang tepat.

c. Pemberi delegasi harus memberikan peralatan yang cukup dan mengusahakan keadaan lingkungan yang efisien.d. Pemberi delegasi harus memberikan insentif atau rangsangan material maupun nonmaterial.Pendelegasian yang dilakukan di ruang G2 belum menggunakan format baku, selama ini pendelegasian hanya dilakukan secara lisan maupun via telepon. Di ruang kelolaan mahasiswa pendelegasian dilakukan bersamaan dengan timbang terima dari katim ke perawat pelaksana.3.3.5 Supervisi

Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana, 2004).

Kron & Gray (1987) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi secara berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota.

Supervisi dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber (resources) yang dibutuhkan perawat dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mc Farland, Leonard & Morris,1984).

Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi (Bittel, 1997).

Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok manager berupa proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya untuk pencapaian tujuan, meliputi: 1) Langkah-langkah supervisi, 2) Prinsip supervisi, 3) Peran dan fungsi supervisi, 4) Tugas supervisi, dan 5) Teknik supervisi.

1. Langkah-langkah Supervisi :

a. Pra supervisi1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.

2) Supervisor menetapkan tujuan supervisi.b. Supervisi1) Supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan pelayanan bersama-sama kepala tim2) Supervisor meneliti dokumentasi status pasien.3) Supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan pembinaan.4) Supervisor memanggil kepala tim yang perlu dilakukan pembinaan.5) Supervisor mengklasifikasi permasalahan yang ada.6) Supervisor memberikan masukan kepada kepala tim.c. Evaluasi

1) Supervisor mengevaluasi hasil bimbingan.

2) supervisor memberikan reward atau umpan balik kepada kepala tim dan perawat pelaksana.

2. Prinsip Supervisi

a. Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi

b. Supervisi memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dasar manajemen, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan

c. Fungsi Supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan sesuai standart

d. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokrasi antara supervisor dan perawat pelaksana

e. Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik

f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreativitas dan motivasi

g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan berdaya guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.

3. Fungsi dan peran supervisor

Fungsi dan peran supervisor khususnya dalam supervisi keperawatan mempertahankan keseimbangan manajemen pelayanan keperawatan, manajemen sumber daya, dan manajemen anggaran yang tersedia.

Manajemen pelayanan keperawatan meliputi : mendukung pelayanan keperawatan, rencana program keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.4. Tugas Supervisor.

a. Mempertahankan standart praktek keperawatan.

b. Menilai kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.

c. Mengembangkan peraturan dan prosedur pelayanan keperawatan, bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.

d. Memantapkan kemampuan perawat.

e. Memastikan asuhan keperawatan profesional dilaksanakan.

5. Teknik Supervisi

a. Secara Langsung

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berjalan. Supervisor terlibat dalam kegiatan, memberikan reward dan perbaikan. Prosesnya:

1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi supervisor

2) Selama proses, supervisor memberi dukungan, reinforcement dan petunjuk

3) Supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi setelah kegiatan selesai, yang bertujuan untuk menguatkan cara yang telah sesuai dan memperbaiki kekurangan dan reinforcement positif dari supervisor.

b. Secara Tidak Langsung

Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis maupun maupun lisan. Supervisor tidak terlibat atau melihat langsung apa yang terjadi di lapangan, seingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.6. Alur Supervisi

Gambar 3.4Alur Suprevisi

Keterangan :

Kegiatan supervisi

Delegasi dan Supervisi

7. Penerapan Supervisia. Penanggung jawab: Artyani Putri B. Dan Christine A. Y. C.b. Tujuan : Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan, diharapkan Paviliun G II mampu menerapkan supervisi keperawatan dengan baik.

c. Waktu: 9 Agustus 2012, 10.00 WIB

d. Rencana Kegiatan :

1) Merevisi konsep supervisi keperawatan

2) Menentukan materi supervisi keperawatan

3) Merevisi format supervisi

4) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama perawat ruangan.

5) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.

e. Kriteria Evaluasi :

1) Struktur :

a) Menentukan penanggungjawab supervisi keperawatan.

b) Menyusun konsep supervisi keperawatan.

c) Menentukan materi supervisi.

2) Proses :

a) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama perawat ruangan dan supervisor.

b) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.

3) Hasil :

a) Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal.

b) Supervisor mengevaluasi hasil supervisi.

c) Supervisor memberikan reward/feed back pada kepala timDalam penerapan MAKP di ruang G2 kamar 5 dan 6 kegiatan supervisi sudah dapat dilakukan oleh mahasiswa yang berperan sebagai kepala ruangan maupun kepala tim, antara lain kegiatan supervisi dokumentasi.

Pelaksanaan supervisi dilakukan pada hari 2 Agustus 2012 dengan obyek supervisi rawat luka dan injeksi intravena. Pada saat supervisi kepala ruangan memeriksa cara perawatan luka teknik aseptik oleh kepala tim. Sedangkan kepala tim memeriksa cara injeksi intravena oleh perawat pelaksana. Kepala ruangan dan kepala tim menggunakan instrumen supervisi seperti terlampir. Hasil supervisi didapati pelaksanaan rawat luka dan injeksi intravena sudah sesuai dengan instrumen yang ada. Setelah pelaksanaan supervisi kepala ruangan maupun kepala tim selaku supervisor melakukan pembinaan dan pengarahan pada point rawat luka dan injeksi intravena yang dianggap sulit dilakukan oleh perawat pelaksana.

Kendala dalam pelaksanaan supervisi yang ditemukan adalah belum terbiasa dengan perencanaan pengarahan dan merasa canggung untuk melakukan supervisi, serta tenggelam dengan kegiatan rutin, keterbatasan ilmu pengetahuan masih kurang. Hal ini akan berdampak terhadap kualitas pemberian asuhan keperawatan yang tidak optimal.

Rencana tindak lanjut pelaksanaan supervisi yang harus dilakukan adalah : direncanakan siapa, kapan waktunya, kegiatan apa yang akan disupervisi, bagaimana supervisi dilaksanakan dan penentuan standar serta alat supervisi. Agar supervisi dapat dilakukan dengan lebih baik, kepala ruangan / kepala tim perlu melatih dan membudayakan kegiatan supervisi secara terus menerus dan mengembangkan ilmu yang dimiliki. Pihak manajer keperawatan turut terlibat dalam pelaksanaan supervisi, merencanakan pengembangan SDM baik secara formal maupun informal, dan juga memberikan pengayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan dan katim terutama yang berkaitan dengan supervisi.

3.3.6 Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2002).

Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh kepala tim, kepala ruangan, perawat pelaksana serta melibatkan seluruh anggota tim.Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan disamping klien, membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh kepala tim, kepala ruangan, perawat pelaksana serta melibatkan seluruh anggota tim.

1. Kriteria klien yang dilakukan ronde :

a. Klien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan

b. Klien dengan kasus baru atau langka

2. Karakteristik :

a. Klien dilibatkan secara langsung.

b. Klien merupakan fokus kegiatan.

c. Kepala tim dan konselor melakukan diskusi bersama.

d. Konselor memfasilitasi kreatifitas.

e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan kepala tim untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.

3. Prosedur pelaksanaan Ronde Keperawatan

a. Persiapan

1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelumnya waktu pelaksanaan ronde.

2) Pemberian informed consent kepada klien / keluarga.

b. Pelaksanaan ronde

1) Penjelasan tentang klien oleh kepala tim dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.

2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.

3) Pemberian justifikasi oleh kepala tim atau konselor / kepala ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan akan yang akan ditetapkan.

c. Pasca ronde

Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.4. Alur Ronde Keperawatan

SHAPE \* MERGEFORMAT

Gambar 3.5Alur Ronde Keperawatan

Penerapan Ronde Keperawatan

1. Penanggung jawab : Angela Nursis dan Dewi Wulansari2. Tujuan : Setelah dilaksanakan praktik manajemen keperawatan, diharapkan Paviliun G II mampu melaksanakan ronde keperawatan dengan baik.

3. Waktu : 8 Agustus 20124. Rencana Strategi :

a. Menentukan klien yang akan dijadikan subyek dalam ronde keperawatan.

b. Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan dilakukan.

c. Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde keperawatan.

d. Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan ronde keperawatan.

e. Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala ruangan dan staf keperawatan.

5. Kriteria Evaluasi :

a. Struktur :

1) Menetukan penanggungjawab ronde keperawatan.

2) Menetapkan kasus yang akan di rondekan.

3) Memberikan informed consent kepada klien dan keluarga.

b. Proses :

1) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama Kepala ruangan dan staf keperawatan.

2) Penjelasan tentang klien oleh kepala tim dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan intervensi yang telah dilaksanakan tetapi belum mampu mengatasi masalah pasien.

3) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.

4) Pemberian masukan solusi tindakan yang lain yang mampu mengatasi masalah klien tersebut.

c. Hasil

1) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan masalah pasien.

2) Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjuti dan dilaksanakan.

Pelaksanaan kegiatan adalah diskusi dengan semua tim medis yang bersangkutan dan disesuaikan dengan masalah kesehatan yang dialami pasien serta mencari solusi pemecahan masalah. Pelaksanaan ronde keperawatan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 Agustus 2012, pukul 12.30 WIB pada pasien Ny. P dengan diagnosa medis Post Op. CF fraktur femur di ruang 5 kelas III ruang bedah wanita G2. Masalah keperawatan yang timbul adalah kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keluhan nyeri, ketidaknyamanan pada gerak, dan rentan gerak terbatas, nyeri akut berhubungan dengan destruksi sendi dan spasme otot, dan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasiDari ronde keperawatan yang telah dilakukan didapatkan hasil nyeri akut pada lengan bagian atas terjadi bukan karena tingginya asam urat melainkan dari spasme otot, dan kurangnya latihan sehingga perlu latihan gerak pada tangan kanan. Pada kerusakan mobilitas fisik telah disepakati bahwa hal yang harus dilakukan adalah terus melatih pasien berjalan dengan wallker, minimalkan penggunaan kursi roda. Sedangkan untuk hal-hal yang harus dihindari diantaranya selamanya tidak boleh jongkok, sholat dilakukan dengan tidur atau duduk, selama di rumah tidak boleh hanya tidur saja, posisi kaki kanan tidak boleh melebihi mideline position, atau terlalu meregang, tidak boleh menekuk lutut melebihi 90(. Untuk diabetes mellitus kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian HE menu makanan dan takaran makan.Kendala dalam pelaksanaan ronde keperawatan yang ditemukan adalah kurang optimal dalam pelaksanaan dikarenakan para mahasiswa belum terbiasa kegiatan ronde keperawatan serta tertumpuk dengan kegiatan rutin, ilmu pengetahuan masih kurang dan padatnya jadwal kegiatan tim medis yang lain. 3.3.7 Penerimaan Pasien Baru

Penerimaan pasien baru merupakan hal yang penting dalam perawatan pasien di ruang perawatan. Oleh karena hal ini dapat memberikan kesan pertama, yang memberi arti mendalam bagi pasien dan keluarga.

Pasien baru diterima oleh perawat yang bertugas di ruang G2 (bedah wanita), prosedur penerimaan pasien baru diawali dengan penerimaan informasi (pemberitahuan) dari UGD ataupun poliklinik. Kemudian perawat ruangan akan mempersiapkan ruangan dan tempat tidur untuk pasien baru. Penentuan ruangan berdasarkan jenis pembayaran. Pasien dengan jenis pembayaran Askes ditempatkan pada Kelas II, pasien dengan pembayaran Jamkesmas ditempatkan di kelas III. Sedangkan pasien umum ditempatkan berdasarkan keinginan pasien dan keluarga. Pasien anggota TNI akan ditempatkan sesuai dengan pangkat keanggotaan.

Protap Penerimaan Pasien Baru

1. Tahap pra penerimaan pasien baru

a. Menyiapkan fungsi administrasi

b. Menyiapkan fungsi kamar sesuai pesanan

c. Menyiapkan peralatan khusus

d. Menyiapkan format penerimaan pasien baru

2. Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru

a. Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/ Kepala tim/ perawat yang diberi delegasi.

b. Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya.

c. Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan mengantar ke tempat yang telah ditetapkan.

d. Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila pasien datang dengan branchard/kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman.

e. Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.

f. Kaji keadaan umum klien.

g. Perawat melakukan pengkajian data awal sesuai format.

h. Barang-barang untuk pasien diinventaris, yang diletakkan dialmari pasien yang tidak diperlukan pasien dibawa pulang oleh keluarganya.

i. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang :

1) Letak kamar perawat, dokter, kamar mandi/WC dan dapur.

2) Jam berkunjung : Senin s/d Sabtu pukul 10.30-11.00 WIB. Minggu dan Hari libur pukul 09.30-11.30 WIB3) Persaratan menunggu apabila diperlukan : penunggu adalah keluarga yang terdekat dan masing-masing pasien hanya boleh satu penunggu.

4) Administrasi ruangan yang perlu diketahui :

a) Sentralisasi obat

b) Tata cara pembayaran jasa RS

5) Dokter, nama kepala ruangan, perawat penangggung jawab pasien dan tenaga non keperawatan yang akan berhubungan dengan pasien.

6) Tunjukkan alat-alat yang dapat digunakan klien (tempat tidur, lampu, kipas angin, AC).

j. Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah disampaikan.

k. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menandatangani informed concent.l. Perawat mempersilahkan anggota keluarga yang lain untuk keluar.

Penerapan Penerimaan pasien baru

a. Penanggung jawab : Darma Sriatib. Tujuan : Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan, diharapkan semua perawat di Paviliun G II dan mahasiswa praktek manajemen mampu melaksanakan discharge planning dengan benar.

c. Waktu: 6 Agustus 2012

d. Rencana Strategi:1) Menentukan penanggung jawab penerimaan pasien baru.

2) Menentukan klien yang akan dijadikan subjek penerimaan pasien baru.

3) Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan pasien baru

4) Melaksanakan penerimaan pasien baru.e. Kriteria Evaluasi1) Evaluasi struktur

a) Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan pasien baru, informed consent sentralisasi obat, format pengkajian, nursing kit, status, lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien dan lembar tata tertib pasien dan pengunjung

b) Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh KARU, KEPALA TIM. Sedangkan Pada shift sore dilakukan oleh kepala tim.

2) Evaluasi proses

a) Pasien baru disambut oleh karu, kepala tim.

b) Kepala tim melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

c) Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk sentralisasi obat), medis, serta tata tertib ruangan.

d) Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga

3) Evaluasi hasil

a) Hasil penerimaan pasien baru didokumentasikan dengan benar.

b) Pasien mengetahui tentang fasilitas ruangan, perawatan, medis, serta tata tertib ruangan

Saat pasien masuk ke ruangan, perawat akan mendapatkan file identitas pasien rawat inap ringkasan pada waktu pasien masuk dan keluar rumah sakit, pengkajian pasien diinstalasi gawat darurat, serta kartu nama pasien. Setiap pasien baru memiliki hak dan kewajiban yang berlaku di ruang G2 (bedah wanita). Namun penjelasan hak dan kewajiban serta orientasi ruangan rawat inap jarang dilakukan karena keterbatasan tenaga perawat dan padatnya kegiatan perawat.

Pada penerapan MAKP penerimaan pasien baru selama praktek manajemen keperawatan, mahasiswa menerapkan prinsip-prinsip penerimaan pasien baru seperti :

1. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru2. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru3. Melakukan pengkajian pada pasien baru4. Mengorientasikan pasien pada ruangan

5. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab

6. Memberi penjelasan tentang hak pasien dan tata tertib ruangan

7. Memberi penjelasan alur administrasi

8. Mendokumentasikan penerimaan pasien baruPelaksanaan penerimaan pasien baru dilaksanakan pada 1 Agustus 2012 dalam bimbingan pembimbing institusi dan pembimbing lahan. Dalam kegiatan penerimaan pasien baru, katim dan PP bersama-sama menyiapkan format-format penerimaan pasien baru dan kelengkapan ruangan yang diperlukan. Karu, katim dan PP menyambut pasien baru kemudian Karu menginstruksikan pasien/keluarga pasien untuk terlebih dahulu menandatangani informed consent.

Katim melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dengan dibantu oleh PP. Pasien baru diberi penjelasan tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk Sentralisasi obat), medis, tata tertib ruangan, hak-hak pasien serta alur administrasi.

Dengan adanya orientasi pasien baru diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat beradaptasi dengan kondisi ruangan sehingga mampu meningkatkan kepuasan pelayanan pasien.

3.3.8 Pendidikan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit

PKMRS adalah penyuluhan kesehatan yang khusus dikembangkan untuk membantu pasien dan keluarganya untuk bisa menangani kesehatannya, hal ini merupakan tanggung jawab bersama yang berkesinambungan antara dokter dan pasien atau petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Selain itu efektivitas suatu pengobatan dipengaruhi juga oleh pola pelayanan masyarakat yang ada, sikap dan keterampilan para pelaksananya serta lingkungan, sikap dan pola hidup pasien serta keluarganya (Djuhaeni, 2010).

Pelaksanaan PKMRS dilaksanakan tiap minggu, materi yang disampaikan disesuaikan dengan kasus terbanyak yang dialami pasien di paviliun G2. Pelaksanaan role play PKMRS dilaksanakan sebanyak 3 kali dengan materi cancer mammae, appendisitis dan urolithiasis. Selama proses persiapan PKMRS mahasiswa mendapat bimbingan dari pembimbing institusi dan pembimbing lahan.

Dalam kegiatan PKMRS, penanggung jawab acara berperan sebagai penyaji materi penyuluhan. Materi disampaikan dalam bentuk paparan lembar balik dan leaflet. Metode yang digunakan dalam PKMRS yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab dan bila memungkinkan dilakukan demonstrasi.

PKMRS di ruang kelolaan dilaksanakan setiap minggunya dengan materi yang ditentukan berdasarkan 5 penyakit terbanyak di ruang G2 dalam sebulan. Materi penyuluhan diberikan secara merata pada seluruh pasien kelolaan.

PKMRS dimulai sejak pasien masuk Rumah Sakit atau sejak ia berinteraksi dengan tenaga kesehatan, pengalaman pertama pasien tersebut sangat mempengaruhi kesuksesan Program Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (Departemen Kesehatan, 2010).

Di kamar 5 ruang G2 pengenalan fasilitas ruangan serta hak dan kewajiban pasien dilaksanakan pada saat penerimaan pasien baru.

Penyuluhan kesehatan di Rumah Sakit berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien serta keluarganya untuk berperan serta secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Karena itu penyuluhan kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program pelayanan Rumah Sakit. PKMRS di beberapa Rumah Sakit memang sudah dilaksanakan sejak lama, namun dalam pelaksanaannya tidak sistematik dan tidak terorganisir secara terarah melainkan hanya berdasarkan minat dan kesempatan yarg dimiliki oleh beberapa petugas tertentu saja (Djuhaeni, 2010).

Berbagai reaksi baik pro maupun kontra muncul terhadap penyuluhan kesehatan Rumah Sakit antara lain karena kegiatan pelayanan demikian padat sehingga tidak ada waktu, tidak ada biaya. Namun pendapat positif menyatakan bahwa upaya PKMRS dapat berkembang di Rumah Sakit asal ada pengertian dan kemauan pengelola dan penyelenggaranya (Djuhaeni, 2010).

Di ruang G2 pelaksanaan PKMRS tidak dilakukan karena kegiatan pelayanan perawat terhadap klien padat, sehingga PKMRS dirasakan akan menyita waktu dan tenaga perawat. PKMRS di ruang G2 hanya dilaksanakan jika terdapat mahasiswa praktek klinik.

3.3.9 Discharge Planning

Discharge planning merupakan komponen yang terkait dengan rentang perawatan yang merupakan bagian penting dari program keperawatan klien yang dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga dan orang yang penting bagi klien.

Perencanaan pelaksanaan discharge planning adalah suatu dokumentasi untuk menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi pasien yang akan pulang dan asuhan keperawatan saat pasien di rumah.

1. Langkah-langkah dalam perencanaan pulang

Pra Discharge Planning :a. Kepala tim mengidentifikasikan pasien yang direncanakan untuk pulang.

b. Kepala tim melakukan identifikasi kebutuhan pasien yang akan pulang.

c. Kepala tim membuat perencanaan pasien pulang.

d. Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga.

2. Tahap pelaksanaan Discharge Planning :a. Menyiapkan pasien dan keluarga, peralatan, status, kartu dan lingkungan.

b. Kepala tim dibantu perawat pelaksana melakukan pemeriksaan fisik sesuai kondisi pasien.

c. Kepala tim memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan pasien dan keluarga untuk perawatan di rumah tentang : aturan diet, obat yang harus diminum di rumah, aktivitas, yang harus di bawa pulang, rencana kontrol, yang perlu di bawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan khusus.

d. Kepala tim memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk mencoba mendemonstrasikan pendidikan kesehatan yang telah diajarkan.

e. Kepala tim memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya bila belum mengerti.

3. Tahap post pelaksanaan Discharge Planning :a. Karu melakukan evaluasi terhadap perencanaan pulang

b. Karu memberikan reinforcement atau reward kepada pasien dan keluarga jika dapat melakukan dengan benar apa yang sudah dilaksanakan.

c. Follow up.

Gambar 3.6Alur Discharge PlanningPenerapan Discharge Planning1. Penanggung jawab : Anisa dan Ari Rahmawati

2. Tujuan:Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan, diharapkan semua perawat di Paviliun G II dan mahasiswa profesi STIKES Hang Tuah Surabaya mampu melaksanakan discharge planning dengan benar.

3. Waktu

: 30 Juli 2012

4. Rencana Strategi:

a. Menentukan penanggung jawab discharge planning.

b. Menentukan materi discharge planning.

c. Menentukan klien yang akan dijadikan subjek discharge planning.

d. Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planninge. Melaksanakan discharge planning.5. Kriteria evaluasi

a. Evaluasi struktur

1) Persiapan pasien, peralatan, status, kartu dan lingkungan.

2) Penyusunan struktur pelaksanaan Discharge Planningb. Evaluasi proses

1) Discharge Planning dilaksanakan pada semua pasien pulang.

2) Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan klien.

c. Evaluasi hasil

1) Terdokumentasinya pelaksanaan pasien pulang

2) Pasien dan keluarga dapat mengetahui perawatan di rumah tentang : aturan diet, obat yang harus diminum di rumah, aktivitas, yang harus di bawa pulang, rencana kontrol, yang perlu di bawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan khusus.

Pelaksanaan perencanaan pasien pulang (discharge planning) dilakukan setiap pasien akan pulang, pelaksanaan role play discharge planning dilaksanan pada 3 Agustus 2012 dalam bimbingan pembimbing institusi dan pembimbing lahan.

Dalam kegiatan discharge planning, Karu dan katim bersama-sama menyiapkan administrasi yang harus diselesaikan pasien/keluarga pasien, surat kontrol, resep, sisa obat dan foto rontgen. Kepala tim dibantu perawat pelaksana melakukan pemeriksaan fisik sesuai kondisi pasien. Kepala tim memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan pasien dan keluarga untuk perawatan dirumah tentang : aturan diet, obat yang harus diminum dirumah, aktivitas, yang harus dibawa pulang, rencana kontrol, yang perlu dibawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan khusus.

Kendala dalam pelaksanaan discharge planing yang ditemukan di ruang kelolaan adalah para mahasiswa belum terbiasa dengan perencanaan dan pengorganisasian yang baik, belum adanya kartu discharge planning yang baku dan format yang baku belum ada.Rencana tindak lanjut pelaksanaan discharge planing yang harus dilakukan adalah mengembangkan ilmu pengetahuan yang masih kurang secara formal maupun informal.3.4 Fungsi Pengendalian

3.4.1 Indikator Mutu

Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu, kualitas atau standar. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, Audit dokumentasi keperawatan.

Hasil pengamatan di ruangan sudah ada penghitungan BOR, LOS dan TOI, sehingga keberadaan mahasiswa hanya diskusi dengan kepala ruangan tentang cara penghitungannya yang sudah baik.

1. BOR selama praktik manajemen sebagai berikut :

Tabel 3.2BOR Ruang Kelolaan di Ruang G2 24 Juli-10 Agustus 2012.

TanggalShiftBOR

PSM

24-26 Juli72,272,272,272,2

27-28 Juli58,3566,766,763,9

30-1 Agustus7288,794,385

2-4 Agustus88,977,683,283,2

6-8 Agustus10088,910096,3

9-11 Agustus83,483,483,483,4

Rata-rata BOR

2. Rata-rata perawatan pasien (ALOS)

ALOS (Averange Length Of Stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum ALOS yang ideal adalah 6-9 hari.

Tabel 3.3ALOS Ruang Kelolaan di Ruang G2 24 Juli-10 Agustus 2012.No.ALOSJumlah Pasien

1.0-3 hari5

2.4-7 hari10

3.8-15 hari1

4.>15 hari1

Jumlah pasien17

Rata- rata lama perawatan pasien adalah 5 hari

3. Perhitungan lama tempat tidur tidak terpakai (TOI)

TOI (turn over interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur kosong 1-3 hari

Rata-rata lama tempat tidur tidak terpakai 2 hari.3.4.2 Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis dari kegiatan yang telah dilakukan oleh perawat (Priharjo dalam Hariyati, 2007).

Dokumentasi keperawatan menggambarkan keadaan perkembangan pasien, mencatat asuhan keperawatan yang telah diberikan, dan mencatat riwayat kesehatan untuk masa yang akan datang. Tujuan dokumentasi asuhan keperawatan adalah sebagai sarana koordinasi dan mencegah pemberian informasi kepada pasien secara berulang, aspek legal, sumber penelitian, sarana pendidikan, sarana monitoring mutu, akreditasi, sarana pendukung pada pembayaran (Kozier, 2004).

Pencatatan asuhan keperawatan bukan sekedar menuliskan sesuatu dalam lembar pencatatan tetapi sebelum pencatatan tersebut, harus dianalisa apa yang harus dicatat, bagaimana penyusunan kalimat, dan dimana tiap tulisan tersebut diletakkan (Rubenfels & Scheffer dalam Hariyati, 2007).

Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi mencakup aspek komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan.1. Tujuan Utama Pendokumentasian

a. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan.

b. Dokumentasi untuk penelitian, hukum dan etika.

2. Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan

a. Hukum

Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum, oleh karena itu data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan atau perawat. Dalam hal ini perlu dicantumkan waktu dan sebaiknya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah.

b. Jaminan Mutu (kualitas pelayanan)

Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan perawat untuk menyelesaikan masalah klien serta untuk mengetahui sejauh mana masalah dapat teratasi. Hal ini juga memungkinkan perawat untuk mengetahui adanya masalah baru secara dini.

c. Komunikasi

Dokumentasi merupakan alat perekam masalah yang berkaitan dengan klien sehingga dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antar tenaga kesehatand. Keuangan

Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan dicatat dengan lengkap sebagai acuan dalam menentukan biaya perawatan klien.

e. Pendidikan

Dokumentasi berisi kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat digunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.

f. Penelitian

Data yang terdapat dalam dokumentasi keperawatan mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai bahan riset untuk pengembangan ilmu keperawatan.

g. Akreditasi

Dokumentasi keperawatan dapat digunakan untuk melihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian (Potter dan Perry, 1984)

a. Jangan menghapus dengan tipe x atau menghapus tulisan yang salah. Cara yang benar adalah dengan mencoret tulisan yang salah dengan 2 garis kemudian dituliskan kata salah dan diberi paraf, setelah itu dituliskan catatan yang benar.

b. Jangan mengkritik klien atau tenaga kesehatan yang lain yang dapat digunakan sebagai bukti terhadap asuhan keperawatan yang tidak professional.

c. Jangan tergesa-gesa melengkapi catatan, pastikan dulu bahwa datanya akurat.

d. Catat hanya fakta, akurat, reliable.

e. Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong. Coret bagian sisa yang kosong dan bubuhkan tanda tangan.

f. Semua catatan ditulis dengan tinta dan bahasa yang lugas.

g. Jika mempertanyakan suatu instruksi catat bahwa anda sedang mengklarifikasi.

h. Tulis hanya untuk diri sendiri.

i. Hindari penulisan yang kurang spesifik.

j. Catatlah dokumentasi dengan waktu dan diakhiri dengan tanada tangan. Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditanda tangani.

Kelompok mencoba membuat suatu model pendokumentasian yang mengacu pada model PIE. Teknik pengisian lembar dokumentasi keperawatan:

a. Pengkajian pada waktu klien masuk diikuti pengkajian persistem.

b. Pengkajian dilakukan secara komprehensif.

c. Lembar dokumentasi asuhan keperawatan:

1) Pengisian nama, umur, jenis kelamin, tanggal, dan nomor register klien.

2) Tiap lembar data diisi problem, intervensi dan evaluasi.

d. Pada kolom problem ditambahkan data subjektif dan objektif.

e. Pada kolom intervensi, intervensi langsung terhadap penyelesaian masalah ditandai dengan I (intervensi), nomor masalah dicatat dan dibuat oleh kepala tim.

f. Pada kolom evaluasi dicatat keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi diidentifikasi dengan tanda E (evaluasi) dan nomor masalah, berisi tentang jam dan paraf perawat.

g. Setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal tiap 8 jam (setiap pergantian jaga).

4. Keuntungan:

a. Memungkinkan pengguanaan proses keperawatan.

b. Rencana tindakan dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.

c. Memungkinkan pemberian asuhan keperwatan secara kontinyu.

d. Perkembangan klien dapat dengan mudah digambarkan.

5. Kerugian:

a. Tidak dapat digunakan untuk pencatatan semua disiplin ilmu.

b. Pembatasan rencana tindakan keperawatan yang tidak aplikatif uuntuk beberapa situasi keperawatan.

6. Bagian dari dokumentasi keperawatan:

Format pengkajian dengan menggunakan format pengkajian persistem. Lembar dokumentasi keperawatan dengan sistem PIE berisi tentang:

a. Nama klien

b. Umur

c. No register

d. Diagnosis medis

e. Diagnosis keperawatan

f. Kolom tanggal dan jam

g. Kolom problem

h. Kolom intervensi

i. Evaluasi

j. Kolom tanda tangan

Penerapan Dokumentasi keperawatan

1. Penanggung jawab : Debora D.M. dan Fajar Santoso

2. Tujuan :Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan, diharapkan semua perawat di Paviliun G II dan mahasiswa STIKES Hang Tuah mampu menerapkan pendokumentasian keperawatan secara baik dan benar.

3. Waktu : 2 Agustus 2012

4. Rencana strategi :

a. Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian sesuai dengan kasus di Paviliun G II kamar 1 dan 2

b. Merevisi format pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

c. Menyiapkan format / pendokumentasian keperawatan.d. Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan.

5. Kriteria Evaluasi :

a. Struktur :

1) Menentukan penanggungjawab kegiatan.

2) Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian sesuai dengan kasus di ruang interna wanita.

3) Menyiapkan format pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4) Menyiapkan format/pendokumnetasian keperawatan.

b. Proses :

1) Penggunaan standar terminologi (pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi).

2) Data yang relevan dan bermanfaat dikumpulkan kemudian di catat sesuai dengan prosedur dalam catatan yang permanen.

3) Diagnosis keperawatan disusun berdasarkan klasifikasi dan analisa data yang akurat.

4) Rencana tindakan keperawatan ditulis dan dicatat sebagai bagian dari catatan yang permanen.

5) Observasi dicatat secara akurat, lengkap dan sesuai urutan waktu.

6) Evaluasi dicatat sesuai dengan urutan waktu meliputi selama dirawat, dirujuk, pulang ataupun perubahan status klien, respon klien terhadap tindakan.

7) Rencana tindakan yang direvisi, berdasarkan hasil yang diharapkan klien.

c. Hasil :

Mahasiswa mampu menerapkan pendokumentasian secara baik dan benar.

Sesuai perencanaan penyusunan dokumentasi keperawatan khususnya untuk perawatan pasien post operasi yang efektif, maka kelompok melakukan uji coba pendokumentasian asuhan keperawatan dengan SOAP. Pengisian pendokumentasian dilakukan oleh kepala tim dan perawat pelaksana sesuai dengan prosedur atau teknik penulisan. Selain itu juga pendokumentasian dilakukan oleh mahasiswa dengan mengisi dokumentasi keperawatan di status pasien dan membuat laporan dinas di setiap shift.

Pelaksanaan supervisi dokumentasi keperawatan dilaksanakan pada 6 Agustus 2012, pukul 13.30 wib. Pada saat supervisi kepala tim memeriksa kelengkapan pengkajian data umum dan pemeriksaan fisik, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi keperawatan yang akan dan sudah dilakukan.

Format supervisi dokumentasi asuhan keperawatan menggunakan standar akreditasi rumah sakit. Hasil supervisi didapati proses pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang kelolaan sudah tersusun dengan baik, namun ada beberapa poin seperti tujuan dan kriteria hasil keperawatan masih belum tercantum.

Dari hasil uji coba format dan pemilihan 10 diagnosa yang sering dipakai di ruangan setelah diaudit di ruang kelolaan (kamar 5), terjadi peningkatan pada semua aspek dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan format pengkajian yang efektif disesuaikan dengan kebutuhan, adanya perencanaan yang tinggal memilih, adanya petunjuk pengisian format. Dari persepsi mahasiswa terhadap pengisian kolom perencanaan dan implementasi dalam uji coba berbeda-beda tetapi sebagian besar setuju karena dirasakan efektif dan secara kualitas, dokumentasi proses keperawatan baik.

Rencana tindak lanjut dari supervisi dokumentasi keperawatan yang telah dilakukan adalah menyusun format asuhan keperawatan yang efektif dan efisien namun mencakup semua aspek bio-psiko-sosio-kultural serta intervensi, tujuan dan implementasi keperawatan. Supervisi terhadap penerapan proses keperawatan perlu ditingkatkan agar dokumentasi asuhan dapat dilakukan secara berkesinambungan, audit dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap pasien pulang menggunakan format hasil uji coba.

3.4.3 Survey Kepuasan

Survei kepuasan pasien dilakukan setiap pasien pulang menggunakan kuesioner 5 karakteristik kepuasan pasien (kuesioner terlampir). Secara simbolis kelompok menggunakan koin kepuasan. Dari analisa tingkat kepuasan klien ruang kelolaan tanggal 25 Juli-10 Agustus 2012 didapatkan tingkat kepuasan klien sebagai berikut :

Gambar 3.7Tingkat Kepuasan Pasien Ruang Kelolaan

3.4.4 Survei Masalah Pasien

Survei masalah pasien dilakukan setiap pasien datang, dari analisa masalah pasien yang terkumpul tanggal 25 Juli-10 Agustus 2012 didapatkan masalah klien sebagai berikut:

Tabel 3.4Masalah klien kelolaan tanggal 25 Juli-10 Agustus 2012.

No.Diagnosa MedisJumlah

1

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.9.

10.Fraktur ekstremitas atas

Fraktur ekstremitas bawah

Bedah estetik

Ca tiroid

FAM

Struma

Haemoroid

Ca buliDebridement

Kista34

1

1

4

4

1

1

1

1

Kepala Ruangan

Ketua tim

Ketua tim

Perawat pelaksana

Perawat pelaksana

Pasien

Pasien

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

Rencana Tindakan

Perencanaan teratasi seluruhnya, sebagian, belum teratasi dan terdapat masalah baru

Klien

Diagnosis medis Masalah kolaboratif

Diagnosis keperawatan

Yang telah dilakukan

Yang akan dilakukan

Perkembangan keadaan klien

Pengawasan

Manajer bertugas

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Perencana pengorganisasian

Perencana

Sebagian didelegasikan ke bawahan

Ka Dep Perawatan

Ka Sub Dep Wat Inap

Kasi Bedah

Menetapkan kegiatan dan tujuan serta instrument / alat ukur

Ka Ru

Menilai kinerja Perawat

KA TIM

KA TIM

Feed back

Koreksi atau pemecahan masalah

Reward / Reinforcement

Kualitas Pelayanan Meningkat

KATIM

validasi data

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

Inform Concernt

Hasil Pengkajian/ Validasi data

Kesimpulan dan rekomendasi solusi masalah

Penyajian

Masalah

Lanjutan-diskusi di Nurse Station

Diskusi kepala tim, Konselor, KARU

TAHAP RONDE PADA BED KLIEN

TAHAP PRA RONDE

TAHAP PELAKSANAAN DI NURSE STATION

Apa diagnosis keperawatan?

Apa data yang mendukung?

Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?

Apa hambatan yang ditemukan?

TAHAP PASCA RONDE

Menyambut kedatangan pasien.

Orientasi ruangan, jenis pasien, peraturan & denah ruangan.

Memperkenalkan pasien pada teman sekamar, perawat, dokter & tenaga kesehatan yang lain.

Melakukan pengkajian keperawatan.

Pasien masuk RS

Pemeriksaan klinis & pemeriksaan penunjang yang lain.

Melakukan asuhan keperawatan.

Penyuluhan kesehatan : penyakit, perawatan, pengobatan, diet, aktivitas, kontrol.

Pasien selama MRS

Perawat

Dokter

Tim kesehatan lain

Pasien KRS

Perencanaan pulang

Penyelesaian administrasi

Lain - lain

Program HE :

Pengobatan / kontrol.

Kebutuhan nutrisi

Aktivitas & istirahat

Perawatan di rumah

Monitoring oleh petugas kesehatan & keluarga

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

47

_1405230821.unknown

_1405837049.unknown

_1406110443.unknown

_1404314819.unknown