BAB 3 Prak Biokim

Embed Size (px)

Citation preview

ACARA V PENENTUAN KANDUNGAN GLUKOSA DALAM DARAH MENGGUNAKAN METODE O-TOLUIDINE

I.

TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kandungan glukosa dalam

darah menggunakan metode O-Toluidine II. Dasar Teori Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat dimana-mana dalam biologi. Hal itu terjadi karena glukosa dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersediabagi sistem biokimia primitie. Hal yang lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim (Lehninger 1982). Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh, dikenal juga sebagai gula fisiologis. Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah (Anoymous, 2008). Sedangkan dalam tumbuhan Glukosa 6-fosfat yang dihasilkan selama fotosintesis adalah precursor dari tiga jenis karbohidrat tumbuhan , yaitu sukrosa, pati dan selulosa (Lehninger, 1982). Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis (Murray 1993). Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan akan glukosa pada saat karbohidrat tidaktersedia dalam jumlah yang cukup dalam makanan. Pasokan glukosa yangterus menerus diperlukan sebagai sumber energi, khususnya bagi sistem saraf dan eritrosit. Glukosa juga diperlukan di dalam jaringan adiposa sebagai sumber gliserida-gliserol dan mungkin glukosa juga mempunyai peran di dalam mempertahankan kadarintermediet pada siklus asam sitrat di seluruh

jaringantubuh. Selainitu, glukosa merupakan satu-satunya bahan bakar yang memasok energi bagi otot rangka pada keadaan anaerob (Murray 2003) Kadar glukosa dalam tubuh makhluk hidup dapat digunakan untuk memprediksi metabolismeme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan glukosa dalamtubuh sangat berlebih maka glukosatersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum,maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan memenuhi kadar normal glukosa dalam darah (Poedjiadji 1994). Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah (Anoymous, 2008) Meskipun disebut gula darah, selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin (Anoymous, 2005) Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf (Anoymous, 2008) Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-

sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah,hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut gliokogenesis, yang mengurangi level gula darah. Adapun prinsip dari pengukuran kadar gula dalam darah dengan metote o-toluidine ini adalah protein dalam darah dipresipitasi dengan menggunakan larutan asam trikloro asetat. Ini dilakukan untuk menghindari gangguan dalam pengukuran glukosa. Darah yang dipresipitasi proteinnya disentrifugasi untuk memisahkan proteinnya, supernatannya mengandung glukosa.

III. ALAT DAN BAHAN a. Alat yang digunakan : - Tabung reaksi - Sentrifugasi - Spektrofotometri b. Bahan yang digunakan : - Darah normal - Darah yang terkena diabetes - TCA 10% - Larutan o-toluidine

IV. CARA KERJA a. Pembuatan filtrate bebas protein

Sampel

Tabung 1 0,5 ml darah + 3 ml Aquades

Tabung II 0,5 ml darah + 3 ml 0,05% glukosa

+ 1,5 ml 10% TCA ke msg2 tabung ,diamkan 10 menit dlm suhu ruang

Masukkan masing-masing tabung tadi ke dalam sentrifuse untuk memisahkan endapan.

Ambil 1 ml filtrate + 5 ml reagent O-toluidine,vortex b. Pembuatan standar glukosa dan sampel 1. Sediakan 6 buah tabung reaksi, lalu kerjakan seperti table dibawah ini : No. Larutan Larutan TCA 3% Filtrat bebas Larutan Tabung Glukosa standar (ml) protein o-toluidine (ml) 1 0 1.0 5 2 0.2 0.8 5 3 0.4 0.6 5 4 0.6 0.4 5 5 0.8 0.2 5 6 1.0 0 5 7 1 5 2. Campur dengan baik, tabung direbus pada air medidih selama 10 menit. 3. Dinginkan tabung, kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm.

4. Buat persamaan regresi untuk standar glukosa, hitung kandungan glukosa pada sampel dengan menggunakan persamaan regresi yang didapat.

V.

HASIL PERCOBAAN

Absorbansi Standart Kadar Glukosa (2ug/L) 0,2 0,4 0.6 0.8 1,0 Absorbansi 0,082 0.152 0,217 0,278 0,362

y = a+bx a = 0,0124 b = 0,343 r = 0,9986 y = 0,0124 + 0,343x

Absorbansi I(kontrol

= 0,194

Absorbansi II(sampel) = 0,731

x1 = 529

mg glukosa/dL

x2 = 209,5 mg glukosa/dL x rata-rata = 369,25 mg glukosa/dL

Lembar Perhitungan Kontrol y=a+bx 0,914= 0,343x + 0,0124 x = 0,529 mg glukosa/mL = 529 mg glukosa/dL

Sampel y=a+bx 0,731= 0,343x + 0,0124 x = 2,095 mg glukosa/mL = 209,5 mg glukosa/dL

y y rata-rata

529 mg glukosa/dL + 209,5 mg glukosa/dL = 2

= 369,25 mg glukosa/dL

x1 = 529

mg glukosa/dL

x2 = 209,5 mg glukosa/dL x rata-rata = 369,25 mg glukosa/dL

VI.

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan penetapan kandungan glukosa dalam darah dengan menggunakan metode o-toluidine. Metode ini merupakan metode yang mudah dilakukan. Metode ini merupakan metode non enzimatis yaitu tidak menggunakan enzim melainkan dengan hanya menambahkan larutan o-toluidine pada sampel darah yang telah dipreparasi sebelumnya dengan menambahkan larutan TCA (Tri Kloro Asetic Acid) 10% dan didiamkan kurang lebih 10 menit, yang bertujuan untuk mengendapkan dan mendenaturasi protein yang terkandung di dalam darah secara sempurna. Sebelumnya juga ditambahkan air destilasi sebanyak 3 mL yang bertujuan untuk mengencerkan konsentrasi dari darah sehingga volumenya menjadi meningkat. Pencampuran dilakukan dengan cara membolak-balikkan tabung atau supaya lebih merata dapat digunakan vortex. Pertama sampel darah diambil sebanyak 0.5 mL dan air destilata 3 mL kemudian di vortek. Kemudian tambahkan 1,5 ml 10 % TCA, vortex, lalu diamkan selama 10 menit pada suhu ruang ( 37 C ) dilanjutkan sentrifugasi dan darah ambil filtrat / supernatant dipindah ke 2 tabung ependorf masing-masing 1,5 ml untuk diukur konsentrasi glukosanya. Tambahkan 5 ml reagent O-Toluidin, divortex, lalu direbus selama 10 menit dan didinginkan, kemudian diukur konsentrasinya menggunakan spektrofotometer pada 620 nm. Hasil absorbansi dari pengukuran menggunakan spektro didapat tabung I 0,194 dan tabung II 0,731 . Dari tabel hasil pengamatan dan dengan persamaan y = bx + a tersebut didapat regresi sebesar 0.9986, a sebesar 0,0124, dan b sebesar 0,343. Kemudiaan dimasukkan ke persamaan tadi maka di dapat nilai x1 = 529 mg glukosa/dL dan x2 = 209,5 mg glukosa/dL serta rata-rata ynya adalah 369,25 mg glukosa/dL. Yang mana nilai x menunjukkan kadar gula darah dalam darah per 1 mL darah Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya. Jadi dari hasil percobaan ada perbedaan yang signifikan dengan literatur. Hasil pemeriksaan kadar gula darah dalam darah praktikan sebesar 209,5 mg glukosa/dL ini melebihi kadar gula darah normal. Pada dasarnya, DM (Diabetes Melitus) disebabkan oleh hormon insulin

penderita yang tak mencukupi atau tidak efektif sehingga tak dapat bekerja normal. Padahal, pada orang normal, insulin mempunyai peran utama mengatur kadar gula dalam darah, maka dari itu praktikan terkena Diabetes melitus.

VII. Kesimpulan Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Kadar gula darah seseorang akan naik sesaat sesudah makan dan akan turun sebelum waktu makan berikutnya dimana akan terdapat aliran masuk nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh dan digunakan sebagai energi. 2. Kadar gula darah normal seseorang adalah 140 mg glukosa/dL. Apabila melebihi kadar tersebut seseorang akan menderita diabetes melitus. 3. Apabila penggunaan glukosa oleh jaringan adipose meningkat maka aliran keluar dari asam lemak bebas akan berkurang namun, pelepasan gliserol berlangsung terus-menerus. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa efek glukosa tidak diperantarai oleh lipolisis.

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong. 1995. Buku Ajar Biokimia edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lehningger. 1992. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Murray, Graner, dkk. 1993. Biokimia Harper edisi 24. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia

y rata-rata