Upload
ahmad-aki-muhaimin
View
21
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perencanaan Struktur Ruang
Citation preview
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
BAB IIIRENCANA STRUKTUR RUANG
3.1 U m u m
Rencana tata ruang merupakan suatu sistem keruangan yang dibentuk
oleh berbagai elemen, yaitu sistem pusat pengembangan, sistem hirarki kota,
dan sistem pusat pelayanan dengan masing-masing skala pelayanannya yang
menggambarkan susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam,
lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang berurutan secara hirarkis dan
berhubungan satu sama lain dalam membentuk struktur ruang. Sedangkan
struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Kemudian rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata
ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan
yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Dalam hal ini,
pusat kegiatan di kawasan pendidikan ntuk kepentingan sosial dan budaya
merupakan simpul pelayanan sosial dan budaya, disamping pelayanan ekonomi,
dan/atau administrasi masyarakat di kawasan tersebut.
Agar interkoneksitas antar pusat kegiatan, serta pelayanan prasarana
wilayah efisien dan efektif maka perlu diwujudkan sistem interkoneksitas antar
kawasan perkotaan dan perdesaan yang berdaya guna besar. Sistem perkotaan
di Kawasan Pendidikan di Kabupaten Majene khususnya pada wilayah
Kecamatan Banggae dan Kecamatan Banggae Timur, dibangun dengan
beberapa pusat kegiatan seperti Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Rencana struktur ruang wilayah Kawasan Pendidikan Majene harus
menggambarkan rencana struktur ruang wilayah nasional dan wilayah provinsi
Sulawesi Barat serta di wilayah kabupaten Majene dan harus berhirarki dan
tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait menjadi satu
kesatuan sistem wilayah propinsi dan kabupaten.
Hal III - 1
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
3.2 DASAR PERTIMBANGAN PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT
KEGIATAN
Prinsip dasar pertimbangan dalam pengembangan sistem kota-kota atau
pusat permukiman meliputi :
a. Pembatasan limpahan perkembangan perkotaan dari daerah hinterland;
b. Pengembangan sistem transportasi yang mendukung struktur ruang pada
sistem perkotaan;
c. Menjaga keberadaan kawasan lindung;
d. Pengintegrasian fungsi dan sistem kota-kota atau pusat permukiman;
e. Antisipasi terhadap perkembangan kegiatan di masa mendatang.
3.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PUSAT-PUSAT KEGIATAN
Rencana pengembangan sistem perkotaan di wilayah kabupaten adalah
rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah
kabupaten yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang
membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu
dalam wilayah kabupaten.
Rencana pengembangan sistem kota-kota secara umum diarahkan untuk
mencapai keseimbangan perkembangan ruang antara pusat-pusat pemukiman
dan/atau pusat pertumbuhan. Adanya peningkatan hirarki serta pengembangan
fungsi memberikan implikasi terhadap kebutuhan penyediaan sarana dan
prasarana perkotaan yang mendukungnya.
Mengingat dalam konsep wilayah ini tidak terikat batas-batas administrasi
pemerintahan, maka keserasian antar wilayah kecamatan menjadi sangat
penting manakala kepentingan pembangunan wilayah bersentuhan. Untuk ini,
proses kerjasama (joint efforts), koordinasi antar wilayah kecamatan, dan temu
konsultatif perencanaan, dan sebagainya merupakan bentuk-bentuk interaksi
yang perlu dilakukan di bawah koordinasi Pemerintah Kabupaten Majene dan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat.
Rencana pengembangan sistem Kawasan Pendidikan dari sudut
kepentingan sosial dan budaya di Ibukota Kabupaten Majene diarahkan untuk
mencapai keseimbangan perkembangan ruang antara pusat-pusat pemukiman
dan/atau pusat pertumbuhan terhadap pusat kegiatan pendidikan. Adanya
Hal III - 2
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
peningkatan hierarki serta pengembangan fungsi memberikan implikasi
terhadap kebutuhan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan yang
mendukungnya.
3.1.1 Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) mempunyai skala pelayanan seluruh
Kabupaten Majene diarahkan pada:
Pemantapan keterkaitan antar wilayah dengan kota-kota utama di Propinsi
Sulbar terutama kota-kota dengan hirarki yang sama dan yang ada
diatasnya, dengan meningkatkan sarana dan prasarana perhubungannya.
Penyediaan sarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dengan
pendekatan Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT), yang
mencakup penyediaan bagi kecukupan air bersih, jalan kota, sistem jaringan
drainase, sistem jaringan air limbah buangan, persampahan, serta perbaikan
kawasan pemukiman.
Peningkatan peran serta investasi swasta dalam pengadaan dan
pembangunan sarana dan prasarana kota.
Pengembangan kegiatan ekonomi kota (jasa dan perdagangan) dalam
rangka memacu pertumbuhan dan perkembangan daerah serta memperluas
kesempatan kerja.
Penataan ruang kota melalui perencanaan detail tata ruang kota (RDTRK
dan RTRK), pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang kota
secara terpadu.
Adapun wilayah yang menjadi PKW di Kawasan Pendidikan Ibukota
Kabupaten Majene adalah meliputi wilayah Kecamatan Banggae dan
Kecamatan Banggae Timur.
3.1.2 Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) mempunyai skala pelayanan
sebagian wilayah Kabupaten Majene dalam klaster ruang di sekitarnya dan
diarahkan pada:
Hal III - 3
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Penyediaan sarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota, serta
peningkataan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan
pendidikan, pertambangan, pertanian, perkebunan, dan industri.
Peningkatan sarana komunikasi antar wilayah pengembangan yang ada di
Kabupaten Majene dan Provinsi Sulawesi Barat.
Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui
pengembangan sistem transportasi yang memadai.
Peningkatan fungsi kota sebagai penyangga fungsi ibukota kabupaten.
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) di Kawasan Pendidikan Ibukota
Majene diarahkan pada Kecamatan Banggae.
3.1.3 Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) mempunyai skala pelayanan di wilayah
sekitarnya, dan diarahkan pada:
Peningkatan aksesibilitas ke wilayah PKLp dan Ibukota Kabupaten (PKW).
Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui
pengembangan jaringan jalan.
Peningkataan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan dan produksi
bagi kawasan pertambangan, pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) diarahkan di Kecamatan Banggae dan
Kecamatan Banggae Timur.
3.1.4 Pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. PPL
tersebut, adalah wilalayah Kelurahan Baruga di Kecamatan Banggae Timur.
Hal III - 4
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
PETA STRUKTUR RUANG
Hal III - 5
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
3.2 RENCANA SISTEM PRASARANA UTAMA
3.2.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana utama di Kawasan
Pendidikan di Ibukota Kabupaten Majene meliputi rencana pengembangan
sistem transportasi darat berupa rencana jaringan lalu-lintas angkutan jalan dan
rencana sistem jaringan Kereta Api (KA) yang melintasi wilayah Kecamatan
Banggae dan Kecamatan Banggae Timur. Selain itu, juga terdapat rencana
sistem transportasi laut atau sistem kepelabuhanan di Kecamatan Banggae.
3.2.1.1 Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat
Secara internal di Kawasan Pendidikan, pengembangan jalur transportasi
bertumpu pada pemanfaatan jalur Jalan Trans Sulawesi dari Majene menuju
Mamuju dan Majene Polman sebagai jalur penghubung antar ibukota, juga
diupayakan mendukung sirkulasi antara permukiman, perkantoran, dan
pendidikan dengan kawasan pusat kegiatan.
Selain bertumpu pada fungsi jalan di atas, pengembangan struktur ruang
juga diupayakan dengan pengembangan jalan-jalan baru yang dapat
menghubungkan dan memperlancar arus pergerakan antar pemanfaatan ruang
di dalam Kawasan Pendidikan Ibukota Majene.
Selanjutnya, sistem pergerakan yang menghubungkan tiap wilayah
kelurahan di dalam Kecematan Banggae dan Banggae Timur menuju ke pusat
kota Kabupaten Majene (termasuk pergerakan eksternal) perlu mendapat
penanganan, karena sebagian besar masih harus ditingkatkan kualitas dan
kuantitasnya.
Hubungan antar wilayah kelurahan di Kecamatan Banggae dan
Kecammatan Banggae Timur Kabupaten Majene masih sangat dominan
dilakukan dengan menggunakan sistem transportasi darat, yang ditunjang
ketersediaan jaringan jalan dan moda angkutan untuk memobilisasi dan
mendistribusikan pergerakan. Pengembangan jaringan jalan untuk masa yang
akan datang di kedua wilayah kecamatan dikembangkan berdasarkan hirarki
jalan menurut sistem jaringan jalan primer dan sekunder sesuai fungsinya (arteri,
kolektor dan lokal). Prospek pengembangannya diarahkan untuk memacu
Hal III - 6
Bab III Rencana Struktur Ruang
Kota Jenjang I
Kota Jenjang II
Kota Jenjang III
Kota Dibawah Jenjang III
Persil
Kota Jenjang II
Kota Jenjang I
Kota Jenjang III
Jalan Kolektor Primer
Jalan Lokal Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Arteri PrimerJalan Arteri Primer
Jalan Arteri Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Lokal Primer
Jalan Kolektor Primer
Gambar 3.1 Pola Pengembangan Jaringan Jalan Berdasarkan Fungsi Kota
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
percepatan pembangunan dalam wilayah Kecamatan Banggae dan Kecamatan
Banggae Timur, khususnya sebagai kawasan pendidikan.
A. Rencana Jaringan Lalu Lintas Angkutan Jalan
Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting
dalam memperlancar kegiatan sosial dan perekenomian, baik antara propinsi
dengan propinsi lainnya, antara satu kota dengan kota lainnya, maupun
antara kota dengan desa dan antara satu desa dengan desa lainnya.
Dengan jaringan jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk
dalam mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya.
Jaringan jalan, seperti jaringan pelayanan lainnya, tidak menganut sistem
spasial per wilayah administrasi, meskipun dalam pengelolaannya tetap
dilakukan dengan pendekatan kewilayahan, sebagaimana pada gambar
berikut:
Dalam rangka mewujudkan sistem transportasi jalan di Ibukota
Majene, perlu diamati adanya kebutuhan aksesibilitas wilayah sebagai
konsekwensi dari pengembangan tata ruang di masa mendatang.
Perencanaan dan tatanan sistem jaringan jalan tersebut juga tidak dapat
Hal III - 7
Bab III Rencana Struktur Ruang
Kota Jenjang I
Kota Jenjang II
Kota Jenjang III
Kota Dibawah Jenjang III
Persil
Kota Jenjang II
Kota Jenjang I
Kota Jenjang III
Jalan Kolektor Primer
Jalan Lokal Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Arteri PrimerJalan Arteri Primer
Jalan Arteri Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Kolektor Primer
Jalan Lokal Primer
Jalan Kolektor Primer
Gambar 3.2 Pola Pengembangan Jaringan Jalan Berdasarkan Fungsi Kota
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
dipisahkan dengan perencanaan sistem transportasi regional, terutama
dalam tatanan sistem jaringan jalan Trans Sulawesi.
Hal III - 8
F1 Kawasan Primer
Kota Jenjang IJenjang II
Jalan Lokal Sekunder
Jalan Kolektor Sekunder
Jalan arteri Sekunder
Jalan Arteri SekunderJalan Arteri Sekunder
Jalan Arteri Sekunder
Jalan Arteri Sekunder
Jalan Kolektor Sekunder
Gambar 3.3 Sistem Jaringan Jalan Primer
F12 Kawasan Sekunder
F22 Kawasan Sekunder II
F22 Kawasan Sekunder III
Jalan Lokal Sekunder
F12 Kawasan Sekunder
F22 Kawasan Sekunder II
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Rencana pengembangan jaringan lalu lintas angkutan jalan di Ibukota
Majene, terdiri atas :
1) Jaringan jalan di wilayah Kabupaten Majene, meliputi;
a) Jaringan jalan arteri primer, terdiri atas :
Kec. Tammero’do Sendana – Batas Kota Majene;
b) Jaringan jalan arteri sekunder, terdiri atas :
Jalan Jenderal Ahmad Yani;
Jalan Jenderal Gatot Subroto;
Jalan Jenderal Sudirman; dan
Jalan Sultan Hasanuddin.
c) Jaringan jalan kolektor primer (K1), terdiri atas :
Ruas jalan Tande – Limboro;
Ruas jalan Simullu – Pallaranga;
Ruas jalan Tanete – Tande;
Ruas jalan Lutang – Tande;
Ruas jalan Tanete – Galung;
Ruas jalan Majene – Galung;
Ruas jalan Galung – Simullu;
Ruas jalan Camba – Teppo;
Ruas jalan Teppo – Pallarangan;
d) Jaringan jalan lokal primer, terdiri atas :
Ruas jalan Simullu – Puawang;
Ruas jalanTande Galung Lombok;
Ruas jalan Tanete – Puawang;
Ruas jalan Tunda – Lembang;
Ruas jalan Komp.Perumahan Lutang – Kolam Renang;
Ruas jalan Lembang – Barane Tamo;
Ruas jalan Tanete – Purrau;
Ruas jalan Salama – Rusung/Salama;
Ruas jalan Kaloli – Galung Lombok;
Ruas jalan Simullu – Purrau;
Ruas jalan Pappota – Leppe/Tamo;
Ruas jalan Lutang – Salabulo;
Hal III - 9
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Ruas jalan Lembang – Salabulo;
Ruas jalan Lembang – Pangale;
Ruas jalan Segeri – Sibunuang;
Ruas jalan Kompleks Perumahan Leppe – Kompleks Perumahan
Leppe;
Ruas jalan Tande – Purrau;
Ruas jalan BTN. Leppe – Tamo;
Ruas jalan Dalam Kota Majene;
Ruas jalan Galung – Salabulo;
Ruas jalan Majene – Pasangrahan;
Ruas jalan Saleppa – Simullu;
Ruas jalan Timbo-Timbo – Rusung/Salama;
Ruas jalan Deteng-Deteng – Mangge;
Ruas jalan Rangas Timur – Rangas Barat;
Ruas jalan Soreang Timur – Soreang Barat;
Ruas jalan Pertengahan Deteng-Deteng – Rangas;
Ruas jalan Pangali-Ali – Tanangan;
Ruas jalan Timbo-Timbo – Bukku;
Ruas jalan Rusung – Galung Paara;
Ruas jalan Mangge – Puare;
Ruas jalan Luaor – Mangge;
Ruas jalan Lingkungan Rangas Timur - Lingkungan Rangas Barat;
Ruas jalan Teppo – Pertigaan;
e) Jaringan jalan khusus dan jembatan yang terdapat di Kecamatan
Banggae dan Kecamatan Banggae Timur, terdiri atas:
Ruas jalan dan jembatan Puawang;
Ruas jalan dan jembatan Simullu-Pallarangan;
Ruas jalan dan jembatan Simullu-Pallarangan;
Ruas jalan dan jembatan Simullu-Pallarangan;
Ruas jalan dan jembatan Simullu-Pallarangan;
Ruas jalan dan jembatan Simullu – Puawang;
Ruas jalan dan jembatan Simullu – Puawang;
Ruas jalan dan jembatan Simullu – Puawang;
Hal III - 10
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Ruas jalan dan jembatan Simullu – Puawang;
Ruas jalan dan jembatan Lembang – Barane;
Ruas jalan dan jembatan Lembang – Barane;
Ruas jalan dan jembatan Lutang – Salabulo;
Ruas jalan dan jembatan Galung – Simullu;
Ruas jalan dan jembatan Majene – Pasanggarahan;
Ruas jalan dan jembatan Camba – Teppo;
Ruas jalan dan jembatan Saleppa – Simullu;
Ruas jalan dan jembatan Jalan Muh. Saleh;
Ruas jalan dan jembatan Jalan Muh. Yusuf;
Ruas jalan dan jembatan Jalan Mayjen Asis Bustan;
B. Rencana Jaringan Prasarana Lalulintas
Terminal merupakan titik simpul dari berbagai sarana (moda)
angkutan yang berfungsi sebagai titik perpindahan penumpang dari satu
sarana angkutan ke sarana angkutan lainnya dan sebagai tempat
pengaturan, pergerakan kendaraan maupun penumpang, dan merupakan
titik awal maupun titik akhir perjalanan orang untuk melakukan perjalanan. Di
samping itu, terminal merupakan prasarana angkutan jalan dan sebagai
sumber pembangkit dan penarik angkutan (bangkitan lalu lintas).
Rencana pengembangan jaringan prasarana terminal di Kawasan
Pendidikan Ibukota Majene, terdiri atas :
1) Terminal penumpang tipe B terdapat di Kecamatan Banggae Timur Kota
Majene;
C. Rencana Jaringan Pelayanan Lalulintas
Pengembangan jaringan pelayanan lalulintas dimaksudkan untuk
meningkatkan keterkaitan antar wilayah serta peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dalam mendukung perkembangan ekonomi Kabupaten Majene.
Pengembangan yang dimaksudkan adalah pelayanan rute kendaraan
angkutan barang maupun penumpang yang direncanakan baik rute dalam
kota, rute angkutan perdesaan, dan angkutan antar kota (AKDP dan AKAP).
Hal III - 11
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Rencana pengembangan jaringan pelayanan lalulintas di Kawasan
Pendidikan di Ibukota Kabupaten Majene, terdiri atas :
1) Trayek angkutan barang, terdiri atas :
a) Kendaraan Pick Up dari kota Majene – Rangas, Kota Majene – Tande,
Kota Majene – Baruga dan dari Kota Majene – Pamboang, Majene –
Somba dan Majene – Malunda serta dari Kota Majene – Kabupaten
Polman, Majene – Mamuju;
b) Truck dari kota Majene – Pamboang, Majene – Somba dan Majene –
Malunda dan dari Kota Majene – Kabupaten Polman, Majene –
Mamuju, Majene – Mamuju Utara serta ke luar wilayah Kabupaten
Majene terdiri dari Majene – Pare Pare, Majene – Tana Toraja dan
Majene – Palopo serta Majene Makassar.
2) Trayek angkutan penumpang, terdiri atas :
a) Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), terdiri atas :
Majene – Pare Pare, Majene – Tana Toraja dan Majene – Palopo;
Majene – Palu – Poso Provinsi Sulawesi Tengah; dan
Majene – Makassar
b) Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), terdiri atas Majene – Mamuju,
Majene – Mamasa, Majene – Mamuju Utara, dan Majene – Polewali
Mandar
c) Angkutan Perkotaan (Angkot), terdiri atas :
Angkutan penumpang umum dalam Wilayah Kabupaten Majene
jalur pendek dari perkotaan Majene – Rangas, perkotaan Majene –
Tande, perkotaan Majene – Baruga;
Angkutan penumpang umum dalam Wilayah Kabupaten Majene
antar Kecamatan terdiri dari perkotaan Majene – Pamboang,
Majene – Somba dan Majene – Malunda.
3.2.1.2 Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian
Jaringan transportasi jalan rel merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari keseluruhan jaringan transportasi nasional dalam kaitan dengan
perwujudan Sistem Transportasi Nasional. Untuk itu diperlukan penyusunan
hirarki jaringan transportasi jalan rel agar penyelenggaraan dapat terpadu
Hal III - 12
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
terutama berkaitan dengan kewenangan dan pendanaan. Jaringan transportasi
jalan rel diklasifikasikan menjadi transportasi Jalan Rel Nasional dan Jaringan
Transportasi Jalan Rel Regional. Jalur kereta api yang termasuk di dalam
Jaringan Jalan Rel Nasional adalah jalur kereta api antar kota yang terdiri dari
Lintas Utama dan Lintas Cabang.
Untuk menghubungkan potensi-potensi unggulan pada wilayah Pulau
Sulawesi dengan outlet-outlet utama yang selanjutnya menuju ke lokasi pasar
potensial yang ada adalah dengan pembangunan prasarana dan sarana
transportasi jalan rel. Jalan rel memiliki keandalan dibanding dengan prasarana
dan sarana transportasi lainya ditinjau dari segi kemampuan jarak tempuh
(long-distance transportation mode) dengan kemampuan kecepatan 450
km/jam, kapasitas pengangkutan yang besar, ramah lingkungan, tingkat
keamanan dan keselamatan relatif tinggi, serta dari segi ekonomisnya untuk
pengangkutan besar. Dengan karakteristik produk-produk unggulan wilayah
umumnya besar dari segi volume serta dukungan prasarana jalan belum
memenuhi kebutuhan pergerakan orang dan barang di Sulawesi (baik secara
kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas), maka keberadaan jaringan jalan rel
menjadi sangat relevan untuk dikembangkan.
Dalam rangka pengembangan jaringan prasarana dan pelayanan
transportasi kereta api di Pulau Sulawesi, pada tanggal 26 Mei 2002 di Kota
Gorontalo telah disepakati Rencana Aksi Program Pengembangan Ekonomi se-
Sulawesi yang salah satu butirnya menegaskan urgensi pembangunan
prasarana dan sarana transportasi jalan rel kereta api. rencana aksi tersebut
dituangkan dalam Kesepakatan Pemerintah Propinsi se-Sulawesi yang pada
dasarnya merupakan bentuk kerjasama pembangunan lintas-propinsi se-
Sulawesi dalam rangka mewujudkan visi masyarakat Sulawesi hingga tahun
2020 yang sejahtera dan beradab, bertumpu pada kemandirian lokal dan
semangat solidaritas kawasan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Secara khusus rencana pembangunan TSRN ditujukan untuk
meningkatkan volume perdagangan dan arus investasi melalui peningkatan
mobilitas orang dan barang dalam wilayah Pulau Sulawesi, yang pada
gilirannya diharapkan dapat meningkatkan ekonomi wilayah dan kesejahteraan
masyarakat.
Hal III - 13
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Dari hasil Studi Kelayakan Jalan Kereta Api Tahun 2005 diperoleh hasil
rencana pengembangan sebanyak 9 lintasan dengan panjang rel lintasan
diperkirakan 1.274 km. Pembangunan lintasan rel kereta api tersebut akan
dibangun secara bertahap menurut skala prioritasnya. Jumlah biaya investasi
dibutuhkan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana rel kereta api di
Pulau Sulawesi diperkirakan USD 2.684 juta.
Adapun orientasi rencana pembangunan lintasan rel kereta api seperti
Tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Rencana Pembangunan Lintas Kereta Api di Sulawesi
Lintasan Jarak (km) Prioritas Biaya (juta US $)
Manado – Bitung 48 Tinggi 104
Gorontalo – Bitung 300 Sedang 606
Palu – Poso 132 Sedang 272
Makassar – Parepare 128 Tinggi 258
Parepare – Mamuju 213 Rendah 428
Makassar-Takalar-
Bulukumba
128 Sedang 358
Bulukumba – Bajoe 110 Rendah 222
Parepare – Bajoe 100 Rendah 202
Kendari – Kolaka 115 Sedang 234
Jumlah 1.274 2.684
Sumber : Studi Kelayakan Jalan KA Sulawesi, Tahun 2005
Sistem transportasi rel kereta api yang akan dikembangkan di Pulau
Sulawesi masih berorientasi pada pelayanan angkutan barang. Meskipun
demikian, orientasi pengembangan jaringan rel kereta api tersebut dalam
kaitannya dengan keberadaan wilayah Ibukota Kabupaten Majene, maka
perencanaan jaringan rel kereta api Pulau Sulawesi akan melayani sebagian
wilayah Ibukota Kabupaten Majene untuk trayek Kabupaten Polewali Mandar
yakni Kecamatan Banggae Timur – Majene – dan perbatasan Mamuju yakni
Hal III - 14
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Kecamatan Malunda. Rencana pengembangan Stasiun Kereta Api di
Kabupaten Majene diarahkan di Kecamatan Banggae Timur, Perkotaan
Majene.
3.2.1.3 Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut
Sistem jaringan transportasi laut di Kawasan Pendidikan Ibukota
Kabupaten Majene mengacu pada sistem jaringan transportasi nasional dan
memperhatikan perkembangan jaringan transportasi kedepan. Adapun sistem
jaringan transportasi laut di Ibukota Kabupaten Majene, terdiri atas:
a. Sistem tatanan kepelabuhanan berupa pelabuhan pengumpan, yang terdiri
atas :
Pelabuhan Majene di Kelurahan Banggae, Kecamatan Banggae yang
diusulkan menjadi Pelabuhan Pengumpul;
Pelabuhan Deteng-Deteng di Kecamatan Banggae;
b. Alur pelayaran
Alur pelayaran di wilayah Ibukota Kabupaten Majene terdiri atas :
1) Alur pelayaran regional, meliputi :
Majene (Sulawesi Barat) – Batu Licin (Kalimantan Selatan); dan
Majene (Sulawesi Barat) – Balikpapan (Kalimantan Timur)
2) Alur pelayaran lokal, meliputi :
Majene – Pamboang;
Majene – Sendana; dan
Majene – Malunda.
3.2.1.4 Multi Moda
Pengembangan sistem transportasi di Ibukota Kabupaten Majene
ditekankan pada fungsi dan peranan transportasi sebagai pendukung urat nadi
perekonomian daerah. Untuk itu, diperlukan suatu jaringan transportasi terpadu-
intermoda yang mampu menjamin lancarnya mobilitas penumpang dan barang
dari lokasi asal ketitik akhir tujuan dengan cepat, aman dan efisien dan berbiaya
terjangkau oleh berbagai kalangan masyarakat.
Pengembangan sistem terpadu-intermoda, dilakukan dengan
mengintegrasikan rute-rute angkutan dari berbagai moda, melalui simpul-simpul
Hal III - 15
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
peralihan, ditata secara sistematis, agar saling mengisi dan menunjang, satu
dengan yang lain. Titik simpul peralihan pada sistem transportasi terpadu-
intemoda adalah berupa lokasi-lokasi sub terminal pada subsistem angkutan
darat, stasiun kereta api, transportasi sungai.
Layanan pergerakan dari lokasi asal bangkitan ke lokasi simpul pertama,
serta pergerakan antar simpul dan pergerakan dari simpul terakhir ke tujuan
akhir pergerakan/perjalanan, dilakukan melalui rute-rute dan sarana angkutan
yang ada maupun yang direncanakan. Jaringan transportasi yang sudah ada
pada masing-masing sub sistem transportasi, beserta sarana dan rute-rute
layanan angkutan yang sudah ada, merupakan komponen dasar dalam
membentuk sistem transportasi-intermoda. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai pola sistem transportasi dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Sistem Transportasi Makro
Keterkaitan satu sama lain sistem transportasi memberikan indikasi agar
pelaksanaan pelayanan transportasi lebih diarahkan pada perwujudan sistem
transportasi terpadu-intemoda karena hal tersebut memperlihatkan keterkaitan
yang sangat erat antara unsur-unsur transportasi yang utama, sepeti
Kendaraan, rute/trayek/jalan raya dan terminal.
Dalam upaya memperbaiki transportasi, harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
- Bagaimana menentukan kendaraan yang tepat dalam pelayanan jasa
transportasi. Tepat jumlahnya, tepat tipenya dan tepat ukurannya.
Hal III - 16
Sistem Kegiatan
Sistem Jaringan
Sistem Pergerakan
Sistem Kelembagaan
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
- Bagaimana menyusun rute yang tepat. Tepat jalurnya, tepat frekuensinya,
tepat keteraturannya, tepat jam waktu keberangkatannya dan kedatangannya.
- Bagaimana membangun dan mengelola terminal yang tepat dan
dilengkapi dengan fasilitas yang tepat.
3.3 RENCANA SISTEM PRASARANA LAINNYA
3.3.1 Rencana Sistem Prasarana Energi
Penyediaan prasarana energi mempunyai tujuan penting dalam rangka
meningkatkan pelayanan pada masyarakat terhadap kebutuhan energi untuk
peningkatan kesejahteraan dan peningkatan perekonomian wilayah dan
mendukung sistem sarana dan prasarana pendidikan di wilayah Ibukota
Kabupaten Majene. Strategi pengembangan sistem prasarana energi sebagai
berikut :
Memanfaatkan berbagai bentuk sumber daya untuk memasok kebutuhan
energi untuk industri, komsumsi rumah tangga dan kebutuhan lainnya
(diversivikasi sumber-sumber energi).
Mengembangkan jaringan distribusi energi listrik secara terpadu agar mampu
memasok energi listrik yang cukup untuk merangsang berkembangnya sektor
perindustrian.
Memanfaatkan sumber daya lokal untuk membangkitkan energi.
Meningkatkan proyek listrik masuk desa, sesuai dengan skala prioritas.
Memberikan peluang investasi swasta bagi pengembangan dan pengadaaan
pembangkit listrik.
Rencana pengembangan sistem prasarana energi di Ibukota Kabupaten
Majene terdiri atas :
1) Pengembangan pembangkit tenaga listrik berupa Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) di wilayah Pantai Wisata Barane Kelurahan
Baurung Kecamatan Banggae Timur dengan kapasitas 300 Watt.
a. Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik, yang terdiri atas:
a. Gardu induk, terdapat di Kel Baruga Dhua Kecamatan Banggae Timur;
b. Jaringan transmisi tenaga listrik meliputi Garduk Induk (GI) Majene
dengan Kapasitas 20 MVA;
Hal III - 17
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
c. Jaringan Saluran Udara Tegangan Ultra Tinggi (SUTUT) yaitu
menghubungkan Gardu Induk (GI) Majene Kabupaten Majene dengan
Gardu Induk (GI) Mamuju Kabupaten Mamuju sepanjang ± 145 Km.; dan
d. Jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), sepanjang ±
232,64 Km.
3.3.2 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Untuk meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan telekomunikasi bagi
masyarakat, maka rencana pengembangannya diarahkan pada :
a. Peningkatan jangkauan pelayanan sampai pada wilayah pelosok;
b. Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa jaringan
telepon fixed line;
c. Rencana Pengembangan Sistem kabel yang merata hingga wilayah kota
skala lingkungan.
d. Penetapan radius lokasi dan pemanfaatan menara telekomunikasi atau tower
bersama;
e. Pembatasan terhadap pembangunan menara telekomunikasi atau tower
baru;
f. Pemanfaatan bangunan menara telekomunikasi atau tower yang telah ada
untuk digunakan sebagai tower bersama.
g. Pemanfaatan titik akses internet di kawasan umum antara lain di kawasan
terminal, dan pelabuhan;
h. Penambahan titik-titik akses internet pada kawasan-kawasan pendidikan,
perdagangan, kesehatan, perkantoran, dan pariwisata.
Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi di wilayah Kabupaten
Majene dibedakan atas jaringan terestrial dan jaringan satelit. Arahan rencana
pengembangan jaringan terestrial pada wilayah Kabupaten Majene diharapkan
mampu memberikan pelayanan sistem telekomunikasi pada masyarakat
berbasis seluler sebagai bentuk/dampak meningkatnya kebutuhan terhadap arus
informasi dan komunikasi antar wilayah, baik lokal, wilayah, nasional maupun
internasional. Sistem terestrial telekomunikasi ini sediakan oleh beberapa
provider/ operator penyedia layanan jasa telekomunikasi berbasiss seluler.
Namun pengawasan dan pengaturan regulasi terhadap sistem telekomunikasi
Hal III - 18
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
tersebut masih dilakukan oleh pihak pemerintah (PT. Telekomunikasi Indonesia
TBK.).
Sementara untuk jaringan satelit saat ini lebih dominan digunakan pada
kawasan perkotaan, seperti penggunaan internet. Namun demikian sebagai
dampak perkembangan global diseluruh wilayah Tanah Air, pemanfaatan
jaringan satelit juga sudah merambah pada kawasan perdesaan.
3.3.3 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Sistem jaringan sumberdaya air, terdiri atas :
Wilayah sungai;
Jaringan irigasi;
Jaringan air baku untuk air minum;
Sistem pengendali banjir, erosi dan longsor; dan
Sistem pengamanan pantai.
a. Pengembangan wilayah sungai
Rencana pengembangan wilayah sungai yang berada pada Kabupaten
Majene yaitu WS Kalukku-Karama yang merupakan wilayah sungai lintas
provinsi dengan Daerah Aliran Sungai yang meliputi:
~ Baruga
~ Simullu
~ Galung Utara
~ Galung Selatan
~ Pakkola
~ Saleppa
~ Labuang
~ Mangge;
~ Pamboborang
~ Teppo
~ Camba Utara
~ Camba;
b. Pengembangan wilayah sungai
Hal III - 19
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Pemenuhan kebutuhan irigasi diarahkan pada upaya membantu percepatan
peningkatan produksi dan produktivitas lahan pertanian khususnya pertanian
lahan basah dan lahan kering potensial untuk dikembangkan dalam skala
yang relatif besar.
Selanjutnya kisaran alternatif dapat berupa ukuran dari sistem irigasi yang
akan dibangun apakah yang diutamakan adalah jaringan-jaringan irigasi
berukuran kecil seperti sistim irigasi sederhana atau sistem irigasi berukuran
sedang dan ukuran besar.
Rehabilitasi sistem irigasi tidak hanya berarti mengembalikan pengembalian
fungsi irigasi seperti yang direncanakan semula tetapi lebih ditujukan untuk
meningkatkan kemampuannya dalam rangka peningkatan produksi dan
pendapatan masyarakat tani. Rehabilitasi mempunyai implikasi terhadap
pemanfaatan sumberdaya setempat terutama tenaga kerja. Adapun rencana
pengembangan Jaringan irigasi di Kabupaten Majene, meliputi :
1) Daerah irigasil;
2) Rehabilitasi, pemeliharaan, dan peningkatan jaringan irigasi yang ada;
3) Pengembangan Daerah Irigasi (DI) pada seluruh daerah potensial yang
memiliki lahan pertanian yang ditujukan untuk mendukung ketahanan
pangan dan pengelolaan lahan pertanian berkelanjutan; dan
4) Membatasi konversi alih fungsi sawah irigasi teknis dan setengah teknis
menjadi kegiatan budidaya lainnya.
c. Pengembangan air baku untuk air minum
Potensi air baku yang ada berupa air sumur, sungai, dan air pegunungan
yang merupakan air bersih utama bagi masyarakat perdesaan, sedangkan
pada kawasan perkotaan sebagian besar memanfaatkan air yang bersumber
dari PDAM. Dalam upaya peningkatan pelayanan akan air bersih maka
direncanakan:
Perlunya identifikasi potensi air baku dan peningkatan proses pengolahan
menjadi air bersih yang memiliki sanitasi tinggi yang sesuai dengan
standar kesehatan.
Hal III - 20
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Kebutuhan air bersih di Ibukota Kabupaten Majene yang diklasifikasikan
dalam 2 (dua) jenis pemakaian yaitu domestik (rumah tangga) dan non-
domestik seperti industri, perkantoran pemerintahan, hotel dan restoran,
perdagangan, dan lain-lain.
Pengembangan air minum di Ibukota Kabupaten Majene diarahkan pada :
- Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk minimal 10.000
jiwa, dilayani melalui sistem penyediaan air bersih perpipaan dengan
Instalasi Pengolahan Air Lengkap oleh PDAM.
- Sistem pelayanan air bersih pedesaan dilayani melalui Sistem Instalasi
Pengolahan Air Sederhana (IPAS). Sambungan langsung dari PDAM di
pedesaan, dengan sumber air baku dari mata air di pegunungan atau air
tanah. Kemudian, masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhannya
melalui sumber air lainnya atau membuat sistem penampungan air hujan
(PAH) yang memadai untuk setiap rumah tangga.
Potensi sumber-sumber air baku di wilayah Kabupaten Majene yang dapat
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat pada
dasarnya cukup besar. Adapun rencana pengembangan air bersih di wilayah
Ibukota Kabupaten Majene, terdiri atas :
Rencana pengembaan sumber air baku, berupa Embung/waduk di
Asiasing, Kelurahan Baruga, Kecamatan Banggae Timur.
Rencana pengembangan jaringan sumber air baku mengutamakan air
permukaan dengan prinsip keterpaduan air tanah;
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Abaga kapasitas terpasang 40 liter/detik di
Kecamatan Banggae;
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mangge kapasitas terpasang 10 liter/detik
di Kecamatan Banggae;
d. Pengembangan Sistem Pengendalian Banjir
Sistem pengendalian banjir yang dibuat dikembangkan di Ibukota Kabupaten
Majene, terdiri atas :
Upaya non fisik, terdiri atas :
- Pembangunan daerah tangkapan air (catchement area);
Hal III - 21
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
- Penyediaan ruang terbuka hijau berupa lapangan terbuka berfungsi
sebagai daerah resapan air.
Upaya fisik, terdiri atas :
- Pengoptimalan sistem drainase;
- Pembangunan sistem drainase yang sesuai dengan hierarki jaringan
jalan;
- Pembuatan tanggul di sepanjang sungai besar yang mengalir di
kawasan permukiman; dan
- Pembuatan waduk untuk menampung kelebihan air Sungai Abaga di
Kecamatan Banggae Timur.
e. Pengembangan Sistem Pengendalian Banjir
Sistem pengamanan pantai di Ibukota Kabupaten Majene dapat dilakukan
dengan:
Upaya non fisik, yaitu pemeliharaan dan penanaman kembali hutan bakau
pada kawasan pantai berhutan bakau di kecamatan Banggae Timur dan
Kecamatan Banggae.
Upaya fisik, yaitu pembangunan talud/tembok beton pada kawasan
permukiman yang berada di kawasan rawan gelombang pasang dan
tsunami.
3.3.4 Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
A. Sistem Jaringan Pengelolaan Persampahan
Volume sampah yang dihasilkan di Ibukota Kabupaten Majene berasal dari
kegiatan rumah tangga (domestik) dan berasal dari kegiatan fasilitas sosial,
perkantoran, pasar, pertokoan dan kegiatan lainnya (non domestik). Tujuan
sistem pengelolaan sampah di Ibukota Kabupaten Majene adalah untuk
meningkatkan pengolahan dan penanganan sampah yang ramah
lingkungan, memperkecil dampak yang ditimbulkan dari cara pengelolaan
sampah yang tidak ramah lingkungan serta meningkatkan daur ulang dan
pengomposan.
Sistem jaringan pengelolaan persampahan, terdiri atas :
Hal III - 22
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Pengaturan pengelolaan sampah yang diatur lebih rinci dalam masterplan
persampahan;
Tempat Pemrosesan Akhir yang dikelola bersama untuk kepentingan
antar wilayah, baik dalam skala regional dan skala wilayah
pengembangan Kabupaten Majene;
Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di wilayah Ibukota Kabupaten
Majene berada pada Kelurahan Tande Kecamatan Banggae Timur;
Penetapan tempat pembuangan sementara (TPS) di wilayah-wilayah
permukiman dan pembuatan zoning untuk persampahan permukiman
penduduk;
Sampah buangan industri yang berbahaya harus diolah terlebih dahulu
oleh industri yang bersangkutan hingga layak dan tidak berbahaya untuk
dibuang ke TPA sampah;
sampah yang berasal dari rumah sakit harus diolah terlebih dahulu
dengan incenerator untuk selanjutnya dibuang ke TPA sampah;
Penambahan lokasi TPS pada wilayah yang tidak memiliki TPS atau
wilayah yang jarak ke TPS terdekat lebih dari 1 (satu) kilometer;
Pengolahan atau TPA sampah menggunakan sistem sanitary landfill;
Penyediaan infrastruktur yang menunjang sistem sanitary landfill;
Penyediaan infrastruktur khusus yang menunjang pengelolaan sampah
yang tergolong Bahan Beracun dan Berbahaya (B3);
Pengembangan penggunaan teknologi pengolahan sampah dengan
teknologi ramah lingkungan dan hemat lahan yang ditempatkan pada
kawasan-kawasan yang memungkinkan;
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, dengan
penerapan konsep 3R (reused, reduced, dan recycling);
Pengendalian pembuangan sampah ke dalam sungai/kali dan kanal serta
situ (tampungan sementara) dengan melibatkan peran serta masyarakat;
dan
Membuka peluang dan mendorong peningkatan peran serta masyarakat
dan dunia usaha dalam pengelolaan sampah.
B. Sistem Jaringan Air Limbah
Hal III - 23
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Berdasarkan sumbernya, air limbah di Ibukota Kabupaten Majene dibedakan
menjadi air limbah industri dan air limbah domestik. Volume buangan air
limbah yang berasal dari kegiatan domestik masih lebih besar dari kegiatan
industri namun demikian air limbah hasil kegiatan industri walaupun
volumenya kecil tetapi pada umumnya mempunyai tingkat pencemaran yang
tinggi. Termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan hotel dan rumah sakit
sehingga membutuhkan penanganan khusus.
Untuk produksi limbah domestik perlu dibedakan perlakuan khusus antara
limbah cair dari kegiatan sehari-hari dengan limbah tinja. Limbah tinja
memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukan sistem
pembuangan tersendiri.
Adapun prasarana dan sarana air limbah yang ada di Ibukota Kabupaten
Majene saat ini masih terbatas pada on side system. Pelayanan air limbah di
Ibukota Kabupaten Majene melalui prasarana dan sarana seperti jamban
keluarga, jamban umum, dan MCK yang berada ditempat-tempat pelayanan
umum seperti pasar, terminal dan tempat-tempat umum lainnya.
Pembuangan limbah cair dari hasil kegiatan sehari-hari seperti mandi dan
cuci dibuang secara langsung pada saluran drainase. Mengingat tidak ada
jaringan khusus untuk pembuangan limbah cair maka pada hari-hari biasa
jaringan drainase berfungsi sebagai saluran pembuangan limbah sedangkan
pada saat hari hujan berfungsi sebagai drainase.
Pada pembuangan limbah cair untuk industri mengingat sifatnya yang lebih
berbahaya diwajibkan membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di
masing-masing industri (On Site). Limbah yang berasal dari proses produksi
dilanjutkan ke IPAL kemudian setelah melalui pengolahan baru dibuang ke
saluran pembuangan biasa. Hasil keluaran limbah cair harus memenuhi
standar baku mutu yang telah ditetapkan.
Sistem pembuangan limbah tinja di Ibukota Kabupaten Majene dilakukan
secara individual pada masing-masing rumah tangga. Sistem yang
digunakan secara on site (di tempat), yaitu buangan tinja dialirkan ke cubluk
atau tangki septik (Septic Tank). Kendala dan permasalahan yang terjadi
adalah masih adanya sebagian kecil masyarakat yang membuang tinja di
Hal III - 24
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
tempat terbuka seperti sungai, dan masih rendahnya kualitas sarana ini pada
masing-masing rumah tangga yaitu masih digunakannya cubluk yang rentan
menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu kesehatan lingkungan.
Peningkatan kondisi pengelolaan limbah manusia perlu diarahkan untuk
menghilangkan atau mengurangi jumlah penduduk yang masih membuang
tinja di tempat-tempat terbuka. Peningkatkan kualitas sarana pembuangan
limbah, harus ditunjang dengan ketersediaan prasarana Jamban Keluarga
(JAGA) dengan sistem tangki septik secara mandiri oleh masyarakat, dan
penyediaan dan peningkatan kualitas fasilitas kakus umum (MCK) pada
lokasi-lokasi dengan intensitas kegiatan tinggi, seperti pusat perdagangan
dan pusat pendidikan.
Dalam pengembangannya ke depan perlu diupayakan unit pengelolaan
limbah manusia untuk mengolah limbah tinja. Instalasi pengolah tinja ini
disediakan dalam satu lokasi untuk melayani skala Kota Majene. Kebutuhan
ruang untuk penyediaan fasilitas pengolah tinja diperkirakan seluas satu
hektar yang didukung penyediaan truk tinja untuk pengurasan.
Rencana pengembangan dan pengelolaan sistem jaringan prasarana air
limbah di Ibukota Kabupaten Majene, terdiri atas :
Pengembangan fasilitas pengelolaan limbah perkotaan;
Pengembangan system pengelolaan limbah domestic secara off site pada
daerah-daerah yang secara tekniks memungkinkan dan ekonomis;
Pada daerah perkotaan yang padat dan atau kumuh menggunakan
system pengelolaan limbah domestic secara off site bila memungkinkan
dan ekonomis;
Pembangunan kawasan permukiman baru wajib memiliki system
penyaluran air limbah off site, apabila belum tersedia maka harus
ditunjang oleh system penyaluran air limbah komunal;
Pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga dapat
dikembangkan fasilitas sanitasi pada setiap Kepala Keluarga serta
fasilitas sanitasi umum;
Hal III - 25
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
Pengelolaan limbah secara On Site System diprioritaskan dalam
penanganan sanitasi pada kawasan permukiman dengan kepadatan
penduduk rendah sampai sedang; dan
Pengelolaan limbah secara Off Site System pada kawasan permukiman
dengan kepadatan penduduk sedang sampai tinggi, terutama pada
kawasan kumuh, supaya limbah tidak langsung dibuang di sungai.
C. Sistem Jaringan Air Minum
Pengembangan sistem jaringan prasarana air minum di Ibukota Kabupaten
Majene, difokuskan kepada upaya pengelolaan sumber air yang ada,
pemanfaatan sumber air baru dan peningkatan jaringan distribusi meliputi :
Sistem Perpipaan terdiri atas :
- Upaya penanganan untuk memenuhi kebutuhan akan air minum yaitu
dengan peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti pipa,
tandon, reservoir, dan prasarana pendukung lainnya.
- Pelayanan sistem distribusi perpipaan di kawasan perkotaan
- Sistem Jaringan Pelayanan lintas wilayah;
- Pembangunan sistem baru untuk melayani daerah yang belum
terlayani;
- Pengembangan wilayah pelayanan diarahkan ke kelurahan/desa
yang sebagian dan/atau seluruhnya belum dilayani oleh sistem
perpipaan dari perusahaan perpipaan air minum daerah;
- Pengembangan jaringan air minum dilakukan pada permukiman baru;
- Sistem pelayanan air minum perkotaan dengan penduduk minimal
10.000 jiwa, dilayani melalui sistem penyediaan air minum perpipaan
dengan Instalasi Pengolahan Air Lengkap oleh perusahaan perpipaan
air minum daerah;
- Peningkatan kapasitas produksi perusahaan perpipaan air minum
daerah dan menurunkan kehilangan air;
- Perbaikan dan rehabilitasi sistem transmisi dan distribusi;
Sistem Non-Perpipaan terdiri atas :
- Pelayanan air minum perdesaan dilayani melalui Sistem Instalasi
Pengolahan Air Sederhana (IPAS);
Hal III - 26
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
- Masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhannya melalui sumber
air lainnya misalnya sumur atau membuat sistem penampungan air
hujan (PAH) yang memadai untuk setiap rumah tangga.
- Pembatasan penyediaan air minum non perusahaan perpipaan air
minum daerah yang memanfaatkan sumur, sumur bor dan pompa;
D. Sistem jaringan drainase
Sistem jaringan drainase direncanakan menggunakan sistem saluran terbuka
yang belum memisahkan antara limpasan air hujan dan limbah rumah
tangga. Rencana pengembangan ini ditujukan guna menghindari genangan
dan untuk mencegah berkembangnya permukiman-permukiman liar yang tak
terkendali di jalur drainase/sungai yang ada terutama di daerah-daerah baru
yang saat ini masih sedikit permukiman.
Pengembangan sistem jaringan prasarana drainase di Ibukota Kabupaten
Majene, terdiri atas :
Rencana pengembangan system drainase diarahkan pada system
drainase makro dan sistem drainase perkotaan;
Normalisasi jaringan drainase yang ada;
Pembangunan dan pengembangan kolam retensi di kawasan perkotaan;
Pembangunan sumur resapan di kawasan perkotaan;
Pembangunan dan pengembangan jaringan drainase di kawasan
perkotaan;
Pembuatan embung penahan aliran yang tersebar pada beberapa anak
sungai bagian atas perbukitan; dan
penanganan saluran-saluran yang berfungsi ganda sebagai saluran
drainase dan saluran irigasi.
Rencana pengembangan diprioritaskan pada kawasan genangan dengan
memperhatikan faktor kuantitatif genangan, seperti luas genangan, tinggi
genangan, lama genangan, dan lain-lain. Demikian pula faktor kerusakan
yang ditimbulkan akibat banjir/genangan, gangguan ekonomi, seperti daerah
pasar dan perdagangan, gangguan sosial, seperti rumah sakit dan fasilitas
umum, gangguan kelancaran arus lalu lintas, seperti terganggunya lalu lintas
Hal III - 27
Bab III Rencana Struktur Ruang
LAPORAN AKHIRRENCANA TATA RUANG (RTR) KAWASAN STRATEGIS PROVINSI (KSP) SUDUT KEPENTINGAN SOSIAL DAN BUDAYAPADA KAWASAN PENDIDIKAN DI IBUKOTA MAJENE 2014-2034
jalan/kemacetan lalu lintas serta gangguan permukiman penduduk dan
kepadatannya.
E. Sistem jaringan irigasi
Sistem jaringan prasarana irigasi, terdiri atas :
a. Pengembangan system jaringan irigasi melalui penambahan prasarana
jaringan;
b. Peningkatan fungsi jaringan dengan cara rehabilitasi yang dilakukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan produksi tanaman pangan; dan
c. Pengembangan pengairan disusun berdasarkan wilayah sungai.
F. Jalur Evakuasi Bencana.
Rencana pengembangan sistem jalur evakuasi bencana di Kabupaten
Majene, terdiri atas :
Jalur evakuasi bencana yang telah ditetapkan dapat diakses dengan
mudah dalam melakukan evakuasi terhadap bencana yang terjadi;
Pencapaian ke lokasi evakuasi bencana dari lokasi Bencana di kawasan
perkotaan dapat melalui jalan yaitu di Lingkungan Leppe, Lingkungan
Pangale, Lingkungan Lembang dan Lingkungan Baurung Kelurahan
Baurung, Lingkungan Kampung Baru, Tunda, Rusung-Rusung, dan
Lingkungan Tulu Kelurahan Labuang, Lingkungan Saleppa dan Galung
Kelurahan Banggae, Lingkungan Timbo-Timbo, Rusung, dan Lingkungan
Pa’leo Kelurahan Pangali Ali serta kawasan Rumah Jabatan Bupati dan
Kantor Bupati, Lingkungan Teppo, Pamboborang, dan Galung Paara
Kelurahan Baru, Lingkungan Mangge dan Palipi di Kelurahan Totoli;
Untuk kawasan luar kota diarahkan system jalur evakuasi yang mengarah
ke kawasan perbukitan.
Hal III - 28