48
Bab 3B Statistika Deskriptif: Parameter Populasi 2

Bab 3B

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bab 3B. Statistika Deskriptif: Parameter Populasi 2. ------------------------------------------------------------------------------ Bab 3B ------------------------------------------------------------------------------. Bab 3B STATISTIKA DESKRIPTIF: PARAMETER POPULASI 2 A. Pendahuluan - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: Bab 3B

Bab 3B

Statistika Deskriptif:

Parameter Populasi 2

Page 2: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Bab 3BSTATISTIKA DESKRIPTIF:PARAMETER POPULASI 2

A. Pendahuluan

1. Data

Di sini kita berbicara tentang dua data, katakan, data X dan data Y

Dua data itu, X dan Y, dalam keadaan berpasangan

Banyaknya atau frekuensi data adalah banyaknya pasangan data

Page 3: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

2. Skala Data

Skala data pada pasangan data itu mencakup

• Interval dan interval

• Dikotomi dan interval

• Dikotomi dan dikotomi

3. Hubungan Data

• Dua data itu dapat saja tidak berhubungan atau berhubungan

• Tidak berhubungan dapat dianggap sebagai hubungan berukuran nol

4. Populasi dan Parameter

• Pada populasi pasangan data itu terdapat beberapa parameter berkenaan dengan hubungan di antara data itu

Page 4: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

B. Parameter Kovariansi

1. Perkalian Simpangan

• Ada pasangan data, misalnya, pasangan data X dan data Y

• Dalam satu pasang, perkalian di antara simpangan pada X dan simpangan pada Y merupakan perkalian simpangan

• Jumlah dari perkalian simpangan pada semua pasang data menghasilkan jumlah perkalian simpangan

• Jumlah perkalian simpangan dapat memiliki nilai negatif, nol, atau positif

• Jumlah perkalian simpangan sering singkat menjadi jumlah perkalian (JP)

Page 5: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Kemungkinan perkalian simpangan

X

Y

X

Y

X

Y

X

Y

X

Y

X

Y

X

Y

X

Y

(+)(+) = (+)

(+)(–) = (–)

(–)(+) = (–)

(–)(–) = (+)

+

+

+

+

Page 6: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

• Jika arah sama (dua-dua positif atau dua-dua negatif) maka perkalian simpangan adalah +

• Jika arah berlawanan (satu positif dan lainnya negatif) maka perkalian simpangan adalah –

• Perkalian simpangan menunjukkan jenis hubungan di antara X dan Y

Searah menunjukkan hubungan positif

Lawan arah menunjukkan hubungan negatif

2. Jumlah Perkalian Simpangan

• Jumlah semua perkalian simpangan dapat menghasilkan

JP > 0 (hubungan positif)

JP = 0 (tidak ada hubungan)

JP < 0 (hubungan negatif)

Page 7: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Rumus JP

Untuk N pasang data X dan Y

Contoh 1

X Y XY

5 6 30 JP = 66 – 66,5

3 6 18 = – 0,5

4 2 8

2 5 10

14 19 66

N

YXXYJP

YXxyJP YX

))((

))((

Page 8: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

3. Parameter Kovariansi

• JP bergantung kepada banyaknya data sehingga dapat berbeda karena banyaknya data berbeda

• Pengaruh banyaknya data ditiadakan melalui pembagian JP dengan banyaknya data N dan pembagian ini dikenal sebagai kovariansi

• Kovariansi di antara X dan Y diberi notasi XY dan menunjukkan hubungan di antara X dan Y

• Rumus kovariansi

NN

YXXY

N

YX

N

xy

N

JP

XY

YXXY

))((

))((

Page 9: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 2

X Y XY

50 53 2650

35 41 1435

35 61 2135 JP = 28200 – (500)(534)/10

40 56 2240 = 28200 – 26700

55 68 3740 = 1500

65 36 2340

35 11 385 XY = 1500 / 10 = 150

60 70 4200

90 79 7110

35 59 2065

500 534 28200

Page 10: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 3

X Y XY

63 87 5481

50 74

55 76 JP =

65 90

55 85

70 87

64 92 XY =

70 98

58 82

68 91

52 77

60 78

Page 11: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

C. Parameter Koefisien Korelasi Linier

1. Hakikat

• Dikenal juga sebagai koefisien korelasi Momen-Produk Pearson (Pearson Product Moment Correlation)

• Seperti halnya perkalian simpangan, jumlah perkalian simpangan, dan kovariansi, koefisien korelasi linier menunjukkan hubungan di antara dua data

• Notasi koefisien korelasi linier adalah XY

2. Koefisien korelasi linier (a) Rumus

YXXYXY

XYYX

XYXY

)( 11

Page 12: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

• Koefisien korelasi linier dapat juga dihitung dafri rumus berikut

atau

dengan nilai yang sama yakni

1 XY + 1

N

YY

N

XX

N

YXXY

XY 22

22 )()(

))((

YXXYXY

XYYX

XYXY

)( 11

Page 13: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 4

X Y XY

50 53 2650

35 41 1435

35 61 2135 JP = 28200 – (500)(534)/10

40 56 2240 = 28200 – 26700

55 68 3740 = 1500

65 36 2340

35 11 385 XY = 1500 / 10 = 150

60 70 4200

90 79 7100

35 59 2065 X = 17,18

500 534 28200

Y = 18,69

XY = 150 / (17,18)(18,69) = 0,47

Page 14: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 5

X Y XY

63 87 5481

50 74

55 76 JP =

65 90

55 85

70 87

64 92 XY =

70 98

58 82

68 91 X =

52 77

60 78 Y =

XY =

Page 15: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

(b). Perhitungan dengan kalkulator elektronik

• Perhitungan koefisien korelasi linier dapat dilakukan dengan bantuan kalkulator elektronik

• Cara pakai tercantum di dalam manual

• Sebagai contoh di sini digunakan kalkulator elektronik Casio fx 350 TL

Mode 3 1 (masuk ke reg lin)

Shift AC = AC (mengosongkan isi memori)

6 3 , 8 7 DT (pasangan data dipisah oleh ,)

5 0 , 7 4 DT

…………………….

…………………….

…………………….

Shift r (tampil nilai koefisien korelasi linier)

Shift xn (tampil nilai simpangan baku X)

Shift yn (tampil nilai simpangan baku Y)

Mode 1 (kembali ke fungsi kalkulator)

Kovariansi dapat dihitung menurut rumus

Page 16: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 6

Gunakan kalkulator, hitung koefisien korelasi linier, dilanjukan dengan simpangan baku, dan kovariansi untuk data berikut

(a) X 77 50 71 72 81 94 96 99 67

Y 82 66 78 34 47 85 99 99 68

(b) X 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0

Y 8,1 7,8 8,5 9,8 9,5 8,9 8,6 10,2 9,3 9,2 10,5

(c) X 40 20 25 20 30 50 40 20 50 40 25 50

Y 385 400 395 365 475 440 490 420 560 525 480 510

(d) X 85 88 91 97 100 106 112 124 130 142

Y 112 121 127 133 130 139 143 145 124 160

(e) X 52 63 45 36 72 65 47 25

Y 62 53 51 25 79 43 60 33

Page 17: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

3. Koefisien Determinasi

• Koefisien diterminasi terdapat di antara dua data, misalkan, di antara data X dan Y

• Koefisien diterminasi menunjukkan berapa besar variansi pada Y ditentukan (diperoleh melalui kontribusi) oleh X dan sebaliknya yakni berapa besar X dapat menjelaskan Y atau sebaliknya

• Koefisien determinasi sama dengan kuadrat dari koefisien korelasi linier

d = 2

d

X Y

Page 18: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 7

Koefisien korelasi linier di antara data X dan Y adalah XY = 0,7

• Koefisien determinasi di antara data X dan Y adalah

d = 2XY = (0,7)2 = 0,49

• Ini berarti bahwa 49% variansi pada Y ditentukan oleh variansi pada X

• Dengan demikian sebagian informasi pada data Y terdapat pada data X

Contoh 8

Jika 50% variansi pada data Y ditentukan oleh data X, maka koefisien korelasi di antara X dan Y adalah

XY = √0,50 = 0,707

Page 19: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

4. Parameter Koefisien Korelasi Biserial Titik

Jika salah satu data adalah dikotomi sedangkan data lainnya adalah politomi, maka hubungan mereka dinyatakan melalui koefisien korelasi biserial titik

Misalkan data X dikotomi dan data Y politomi, maka rumus koefisien biserial titik

dengan

Y1 = rerata Y yang berpasangan dengan nilai 1 pada X,

Y0 = rerata Y yang berpasangan dengan nilai 0 pada X

= proporsi nilai 1 pada X

)(

101

Y

YYbt

Page 20: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 9

X Y Y1 Y0

1 18 18

1 20 20

0 11 11 = 6 / 10 = 0,6

0 14 14

1 32 32 Y1 = 35,00

0 28 28 Y0 = 20,75

1 40 40

1 46 46 Y = 13,40

0 30 30

1 54 54

520

40604013

75200035

101

,

),)(,(,

,,

)(

Y

YYbt

Page 21: Bab 3B

-----------------------------------------------------------------------------Bab 3B

-----------------------------------------------------------------------------

Contoh 10

Koefisien korelasi biserial titik untuk data

X Y Y1 Y0

1 101 15 0 300 20 =0 25 1 15

0 20 Y1 =0 25

0 30 Y0 =1 20

1 5 Y =0 51 10

0 10 bt =0 201 100 300 351 50 10

Page 22: Bab 3B

-----------------------------------------------------------------------------Bab 3B

-----------------------------------------------------------------------------

Contoh 11

Koefisien korelasi biserial titik untuk data

X Y Y1 Y0

1 590 67 1 631 65 =0 55 1 72

0 62 Y1 =0 60

1 64 Y0 =1 66

1 63 Y =0 611 62

0 63 bt =0 60

Page 23: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

5. Koefisien Phi

• Apabila dua data misalnya X dan Y adalah kedua-duanya dikotomi, maka rumus koefisien korelasi liniernya dapat disederhanakan

A B C D

X 1 1 0 0

Y 1 0 1 0

• Koefisien korelasi linier di antara dua data dikotomi dikenal sebagai koefisien phi ()

+ –

+ A B A+B

– C D C+D

A+C B+D

• Rumus koefisien phi (frekuensi)

))()()(( DBCADCBA

BCAD

Page 24: Bab 3B

----------------------------------------------------------------------------Bab 3B

-----------------------------------------------------------------------------

Dalam bentuk proporsi

+ –

+ pA pB pA + pB

– pC pD pC + pD

pA + pC pB + pD

Rumus koefisien phi (proporsi)

Dalam bentuk frekuensi atau proporsi,

A dan D adalah komponen sama

B dan C adalah komponen berbeda

di antara dua data itu

))()()((

))(())((

DBCADCBA

CBDA

pppppppp

pppp

Page 25: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 12

Pada jajak pendapat, hasilnya adalah

Pria 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0

Wanita 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0

wanita

tidak ya

ya 2 4 6

pria

tidak 3 1 4

5 5

Di sini A = 4, D = 3 (sama ya sama tidak)

B = 2 C = 1 (satu ya lainnya tidak)

Koefisien phi

41,0

5,24

10

)5)(5)(4)(6(

)1)(2()3)(4(

Page 26: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 13

Data X

– +

+ 2 4

– 5 1

ρΦ =

Contoh 14

Data X

– +

+ 18 31

– 28 12

ρΦ =

Data Y

Data Y

Page 27: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 15

Data X

– +

+ 48 62

– 52 38

ρΦ =

Contoh 16

Data X

– +

+ 25 25

– 29 21

ρΦ =

Data Y

Data Y

Page 28: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 17

Data X

– +

+ 22 28

– 39 11

ρΦ =

Contoh 18

Data X

– +

+ 82 40

– 23 55

ρΦ =

Data Y

Data Y

Page 29: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 19

X 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1

Y 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1

ρΦ =

Contoh 20

X 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0

Y 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0

ρΦ =

Page 30: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 21

Pendapat terhadap suatu hal

• Pria yang setuju : 20 orang• Pria tidak setuju : 10 orang• Wanita yang setuju : 30 orang• Wanita tidak setuju : 40 orang

ρΦ =

Contoh 22

Pada suatu peristiwa

• Bujangan mengalami : 21 orang

• Bujangan tidak mengalami : 34 orang

• Kawin mengalami : 44 orang

• Kawin tiadak mengalami : 16 orang

ρΦ =

Page 31: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

6. Parameter Koefisien Korelasi Biserial dan Tetrakorik

• Dua data yang berhubungan, katakan data X dan data Y, kedua-duanya politomi

• Salah satu data dipecah menjadi dua bagian (dikotomi buatan) dan lainnya tetap politomi. Korelasi ini dikenal sebagai korelasi biserial

• Kedua-dua data masing-masing dipecah menjadi dua bagian (dikotomi buatan). Korelasi ini dikenal sebagai korelasi tetrakorik

• Koefisien korelasi biserial dan koefisien korelasi tetrakorik kedua-duanya memerlukan fungsi densitas distribusi probabilitas normal sehingga akan dibicarakan di Bab 5B

Page 32: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

D. Parameter Koefisien Regresi Linier

1. Diagram Pencar

• Selain melalui korelasi, hubungan di antara data (misalnya di antara X dan Y) dapat dilukis melalui diagram pencar

• Pada diagram pencar, data X diletakkan di absisa dan data Y diletakkan di ordinat

• Setiap pasangan data ditampilkan sebagai satu titik di diagram pencar

• Ini berarti bahwa data X memiliki sebagian informasi dari data Y, dan sebaliknya, data Y memiliki sebagian informasi dari data X

Page 33: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Pasangan data X dan Y adalah sebagai berikut

X : 5 8 7 9 10 8 6 6 10 9 7 7 9 6 8

Y : 12 15 14 18 19 18 14 17 20 17 15 16 16 13 16

5 6 7 8 9 10

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Y

X

Page 34: Bab 3B

-----------------------------------------------------------------------------Bab 3B

-----------------------------------------------------------------------------

2. Fungsi dan Regresi

Fungsi linier

Fungsi nonlinier

Y

X

Semua titik di garis

Y

X

Semua titik di garis

Page 35: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Garis regresi linier (terdekat pada semua titik)

X : 5 8 7 9 10 8 6 6 10 9 7 7 9 6 8

Y : 12 15 14 18 19 18 14 17 20 17 15 16 16 13 16

5 6 7 8 9 10

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Y

X

Kebanyakan titik tidak di garis

Page 36: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------ Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Garis regresi digunakan untuk prediksi

Jika X diketahui maka Y dapat diprediksi melalui garis regresi

Data X1 memprediksi data Ŷ1, data X2 memprediksi data Ŷ2

X

Y

X1 X2

Ŷ1

Ŷ2

Page 37: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

3. Residu

• Kalau titik tidak terletak di garis, maka ada beda di antara Y dengan prediksi Ŷ

• Selisih Y – Ŷ merupakan kekeliruan yang dikenal sebagai residu (negatif atau positif)

X1 X2

X

Y

Y2

Ŷ2

Ŷ1

Y1

residu

residu

Page 38: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

4. Regresi dan jumlah residu kuadrat terkecil

• Residu bernilai negatif dan positif sehingga jumlah mereka dapat saling meniadakan

• Agar tidak saling meniadakan, residu dikuadratkan dan dijumlahkan

• Garis regresi linier diperoleh dengan mencari garis dengan jumlah residu kuadrat terkecil,

Σ ( Y – Ŷ )2 minimum

sehingga menghasilkan

Ŷ = A + BX

A dan B merupakan koefisien regresi

Page 39: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

5. Perhitungan Koefisien Regresi Linier

(a) Rumus

Koefisien regresi dapat juga dihitung dari rumus berikut

atau dengan rumus

XY BA

N

XX

N

YXXY

B

22 )(

))((

XY

X

YXY

BA

B

Page 40: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 23

Dengan data dari contoh 36,

X Y XY

50 53 2650 XY = 0,47

35 41 1435

35 61 2135 X = 50,00

40 56 2240 Y = 53,40

55 68 3740

65 36 2340 X = 17,18

35 11 385 Y = 18,69

60 70 4200

90 79 7110 B = (0,47) (18,69 / 17,18)

35 59 2065 = 0,51

500 534 28200

A = 53,40 – (0,51)(50,00)

= 27,90

Regresi linier

Ŷ = 27,90 + 0,51 X

Page 41: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 24

Dengan data dari contoh 37,

X Y

63 87 XY =

50 74

55 76 X =

65 90 Y =

55 85

70 87 X =

64 92 Y =

70 98

58 82 B =

68 91 A =

52 77

60 78 Ŷ =

Page 42: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

(b) Perhitungan koefisien regresi dengan kalkulator

• Koefisien regresi B dan A dapat langsung dihitung dengan bantuan kalkulator elektronik

• Cara memasukkan data sama dengan cara memasukkan data pada perhitungan koefisien korelasi linier

• Setelah data dimasukkan, tekan

• Shift B (tampilkan nilai koefisien B)• Shift A (tampilkan nilai koefisien A)

Contoh 25

X 5 8 7 9 10 8 6 6 10 9 7 7 9 6 8

Y 12 15 14 18 19 18 14 17 20 17 15 16 16 13 16

Dengan kalkulator B =

A =

Ŷ =

Page 43: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 26

Gunakan kalkulator, hitung koefisien regresi linier B dan A, dilanjutkan dengan menentukan regresi linier Ŷ untuk data berikut

(a) X 77 50 71 72 81 94 96 99 67

Y 82 66 78 34 47 85 99 99 68

(b) X 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0

Y 8,1 7,8 8,5 9,8 9,5 8,9 8,6 10,2 9,3 9,2 10,5

(c) X 40 20 25 20 30 50 40 20 50 40 25 50

Y 385 400 395 365 475 440 490 420 560 525 480 510

(d) X 85 88 91 97 100 106 112 124 130 142

Y 112 121 127 133 130 139 143 145 124 160

(e) X 52 63 45 36 72 65 47 25

Y 62 53 51 25 79 43 60 33

Page 44: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

6. Ciri Koefisien Regresi Linier

Koefisien regresi linier A

• Dari Ŷ = A + BX, ketika X = 0, maka Ŷ = A yakni perpotongan garis regresi dengan sumbu Y

Koefisien regresi linier B

• Dari Ŷ = A + BX, maka B merupakan koefisien arah yang berkaitan dengan sudut garis regresi

• Makin besar B, makin besar sudut, sehingga makin curam garis regresi

Y

X

Ŷ = A + BXA sudut

Page 45: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

7. Koefisien regresi dan korelasi linier

• Koefisien regresi linier B dan koefisien korelasi linier XY sama-sama menunjukkan hubungan di antara data X dan data Y

• B dan XY menunjukkan hubungan yang sama tetapi dinyatakan dalam skala yang berbeda

• Pada nilai baku ( = 0 dan =1) mereka menjadi sama yakni koefisien regresi linier dan koefisien korelasi linier menjadi

B = XY

zŶ = BzX atau zŶ = XYzX

X

YXYB

Page 46: Bab 3B

-----------------------------------------------------------------------------Bab 3B

-----------------------------------------------------------------------------

Dalam bentuk nilai baku

Karena = 0, maka garis regresi selalu melalui titik asal 0, 0 dan A = 0

Karena X = Y = 1, maka B = XY

Regresi liner pada nilai baku

zŶ = B zX = XY zX sehingga

B = XY

zY

zX

zŶ = B zX = XY zX

Page 47: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 27

Pada suatu regresi linier diketahui

X = 10 Y = 20 XY = 0,80

X = 2 Y = 3

maka dari hubungan

zŶ = XY zX

diperoleh

818120

2

10

3

20

,,ˆ

ˆ

ˆ

XY

XY

XY

X

X

Y

Y

Page 48: Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------Bab 3B

------------------------------------------------------------------------------

Contoh 28

Pada suatu regresi linier diketahui

X = 50 Y = 100 XY = 0,85

X = 10 Y = 16

maka regresi linier itu adalah

Ŷ =

Contoh 29

Suatu regresi linier berbentuk

Ŷ = 25 + 1,5 X

dan X = 2 Y = 4

sehingga XY =