Upload
vuongthien
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
Spirit utama dari bisnis perbankan adalah kepercayaan. Bagi Bank Riau,
hubungan antara institusi perbankan dengan nasabah adalah hubungan saling mengerti
dan saling memahami. Interaksi semacam ini pada akhirnya akan menciptakan hubungan
erat yang tidak hanya menghasilkan kepuasan nasabah, namun lebih dari itu adalah
kesetiaan.
Dengan Surat Keputusan Gubernur KDH. Tk. I Riau No. 51/IV/1966 tanggal 1
April 1966 didirikan Bank Pembangunan Daerah Riau sesuai dengan Undang-Undang
No. 13 Tahun 1962 tentang Bank Pembangunan Daerah. Terhitung tanggal 1 April 1966
secara resmi kegiatan Bank Pembangunan Daerah Riau dimulai dengan status sebagai
Bank Milik Pemerintah Daerah Riau. Adapun kantor pusat Bank Riau terletak di jalan
Jenderal Sudirman No. 377 Pekanbaru, Riau-Indonesia.
Dengan berbagai perubahan dan perkembangan kegiatan bank, sejak tahun 1975
status pendirian Bank Pembangunan Daerah Riau disesuaikan dengan Peraturan Daerah
(Perda) Propinsi Daerah Tingkat I Nomor 10 Tahun 1975, yang kemudian diatur
kembali dengan Perda Tingkat I Riau Nomor 18 Tahun 1986 berdasarkan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1962. Status pendirian BPD Riau selanjutnya diatur dan
disesuaikan dengan Perda No. 14 Tahun 1992 tentang Bank Pembangunan Daerah Riau
berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Selanjutnya
108
Bank Pembangunan Daerah Riau berubah status dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi
Perseroan Terbatas (PT) sesuai hasil Keputusan RUPS tanggal 26 Juni 2002 yang dibuat
oleh notaris Ferry Bakti, SH dengan Akta Nomor 33, yang kemudian ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2002 tanggal 26 Agustus 2002 dan telah
diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2002 Nomor 50.
Perubahan bentuk hukum tersebut telah dibuat dengan Akta Notaris Muhammad
Dahad Umar, SH, Notaris di Pekanbaru Nomor 36 tanggal 18 Januari 2003 yang telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM dengan Surat Keputusan Nomor: C-
09851.HT.01.01.TH.2003 tanggal 5 Mei 2003. Perubahan badan hukum tersebut telah
disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tanggal 13 Juni 2003 yang
dituangkan di dalam Akta Notaris No. 209 tanggal 13 Juni 2003 Notaris Yondri Darto,
SH, Notaris di Batam dan telah pula mendapat persetujuan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia nomor 5/30/KEP.DGS/2003 tanggal 22 Juli 2003.
4.1.2. Visi dan Misi Bank Riau
Harapan Bank Riau menjadi bank terkemuka dan mampu mendorong
pertumbuhan perekonomian daerah serta pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak terlepas
dari visi dan misi Bank Riau yang memiliki slogan Tumbuh Kembangkan Usaha.
VISI
“Sebagai perusahaan perbankan yang mampu berkembang dan terkemuka di daerah,
memiliki manajemen yang profesional dan mendorong pertumbuhan perekonomian
daerah sehingga dapat memberdayakan perekonomian rakyat.”
109
MISI
1. Sebagai Bank sehat, elit dan merakyat.
2. Sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
3. Sebagai pengelola dana pemerintah daerah.
4. Sebagai sumber pendapatan daerah.
5. Sebagai pembina, pengembang dan pendamping usaha kecil menengah.
4.1.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional
untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan
kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas
dan fungsi dibatasi.
Jenis struktur organisasi yang ada di Bank Riau adalah struktur unit bisnis
strategis (strategic business unit/SBU) yang dapat membantu banyak upaya penerapan
strategi. Struktur SBU mengelompokkan divisi-divisi yang sama ke dalam unit bisnis
strategis serta mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab untuk setiap unit kepada
seorang kepala divisi yang secara langsung melapor kepada direktur utama. Perubahan
dalam struktur ini bisa memfasilitasi penerapan strategi dengan cara memperbaiki
koordinasi antara divisi-divisi yang sama dan menyalurkan tanggung jawab ke unit-unit
bisnis yang berbeda. Adapun jenis struktur organisasi ini dipilih oleh pihak manajemen
berdasarkan karakteristik umum tertentu, seperti bersaing di industri yang sama,
berlokasi di wilayah yang sama, atau memiliki konsumen yang sama. Dengan
110
menggunakan struktur SBU, maka tugas perencanaan dan pengendalian yang dilakukan
oleh kantor perusahaan menjadi lebih mudah dan tertata.
Saat ini Bank Riau dipimpin oleh direksi yang berjumlah 5 orang, terdiri dari 1
orang direktur utama dan 4 orang direktur, yaitu Direktur Komersial & Syariah, Direktur
Konsumer & Mikro, Direktur Operasional, dan Direktur Kepatuhan & Manajemen
Resiko. Selain itu Bank Riau juga memiliki 3 pejabat eksekutif yang bertanggungjawab
langsung dengan direktur utama, yaitu Satuan Kerja Audit Internal, Divisi Perencanaan
Strategis, Divisi Informasi Teknologi. Direksi dipimpin oleh Direktur Utama dan sesuai
Undang-Undang Perseroan Terbatas berasal dari pihak yang independen terhadap
pemegang saham pengendali.
Seluruh direksi Bank Riau tidak memiliki rangkap jabatan sebagai Komisaris,
Direksi atau Pejabat Eksekutif pada bank, perusahaan dan atau lembaga lain, tidak
memiliki saham melebihi 25% dari modal disetor pada perusahaan lain, baik secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama, tidak saling memiliki hubungan keluarga sampai
dengan derajat kedua dengan sesama anggota direksi dan/atau dewan komisaris, dan
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Direksi selalu berpedoman pada
anggaran dasar bank dan tidak akan mendelegasikan wewenangnya secara umum kepada
pihak yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi direksi.
111
Sumber : Bank Riau
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Riau
112
4.1.4. Pembagian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab dalam PT. Bank Riau
Kepri
Berikut ini penjelasan mengenai tugas dan tanggung jawab setiap divisi dalam
struktur PT. Bank Riau Kepri :
a. Direksi
Fungsi direksi merupakan organ dari perseroan yang bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan anggaran dasar.
1. Tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, anggaran
dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh aktivitas perseroan telah
sesuai dengan ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
anggaran dasar dan keputusan RUPS.
2. Membuat dan menyampaikan laporan keuangan bank kepada dewan komisaris.
3. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham
melalui rapat umum pemegang saham (RUPS).
4. Menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit internal
(SKAI), hasil pengawasan Bank Indonesia dan atau hasil pengawasan otoritas
lain
5. Direksi dengan persetujuan dewan komisaris dapat mengangkat penasehat
direksi, staf ahli direksi terutama yang berpengalaman di bidang ekonomi,
moneter, keuangan, sumber daya manusia dan perbankan dengan tugas dan
tanggungjawab diatur tersendiri sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
113
b. Direktur Utama
1. Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan pengawasan terhadap seluruh
kegiatan, pengurusan dan pengelolaan bank guna menjamin keterpaduan dan
kelancaran tugas-tugas bank.
2. Merencanakan, mengembangkan dan menetapkan kebijakan umum perseroan
berdasarkan prinsip kehematan, efektif dan efisien, sesuai dengan visi, misi dan
tujuan perseroan.
3. Mengarahkan, mengembangkan dan menetapkan strategi pengelolaan perseroan
secara menyeluruh.
4. Menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan
dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku perseroan ditutup.
5. Wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan
atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan
yang dibuat oleh SKAI.
c. Direktur Komersial & Syariah
1. Menyelenggarakan koordinasi, melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap
kegiatan divisi-divisi di bawah supervisinya.
2. Menyiapkan rencana kerja anggaran tahunan (RKAT) dalam bentuk KPI (Key
Performance Indicator) dan anggaran masing-masing unit kerja dibawah
supervisinya.
3. Menyusun atau bertanggungjawab atas penyusunan rencana perkreditan yang
akan dituangkan dalam rencana kerja bank yang akan disampaikan kepada Bank
Indonesia serta memastikan bahwa pelaksanaannya telah sesuai dengan rencana.
114
4. Meningkatkan kinerja bisnis baik ditingkat divisi maupun diseluruh
KC/KCP/Kedai sesuai target yang telah ditetapkan, dengan mengutamakan
kegiatan pada penghimpunan dana sampai tercapainya keseimbangan antara
pertumbuhan dana dan penyaluran dana.
5. Melaporkan secara berkala dan tertulis kepada dewan komisaris disertai langkah-
langkah perbaikan yang telah, sedang, dan akan dilakukan sekurang-kurangnya
mengenai :
Perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan secara keseluruhan.
Perkembangan kualitas kredit yang diberikan kepada pihak-pihak yang terkait
dengan bank dan debitur-debitur tertentu.
Kredit dalam pengawasan khusus dan kredit bermasalah.
Penyimpangan dalam pelaksanaan KPB (Kebijakan Perkreditan Bank).
Temuan-temuan penting dalam perkreditan yang dilaporkan oleh SKAI.
Pelaksanaan dari rencana perkreditan sebagaimana yang telah tertuang dalam
rencana kerja bank yang disampaikan kepada Bank Indonesia.
Penyimpangan/pelanggaran ketentuan di bidang perkreditan.
c.1. Divisi (SBU) Treasury & International
1. Menyusun anggaran (budget) tahunan dan melakukan monitoring/ pengendalian
atas pelaksanaannya.
2. Memelihara likuiditas bank sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
3. Mengendalikan portofolio dana bank meliputi penempatan dana antar bank,
surat-surat berharga, penyertaan, pasar uang dan pasar modal dalam upaya
optimalisasi laba.
115
4. Mewakili direksi dalam mengadakan hubungan dengan pihak ketiga berkenaan
dengan pelaksanaan tugas- tugas divisi.
5. Menyusun rencana kerja atau strategi bisnis divisi produk dan dana serta unit
kerja dibawah supervisi dalam bentuk KPI.
c.2. Divisi (SBU) Komersial
1. Melakukan analisa semua permohonan kredit di atas wewenang kantor cabang.
2. Mengadakan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka pelaksanaan kerja
bidang komersial.
3. Bertanggung jawab terhadap pemasaran produk komersial yang meliputi
promosi, desain promosi, harga dan tarif.
4. Menyusun rencana kerja atau strategi bisnis divisi perencanaan dan corporate
secretary dan unit kerja dibawah supervisi dalam bentuk KPI.
5. Melakukan pembinaan pada kantor pelayanan (SBU) cabang dan lembaga
keuangan lain yang berhubungan dengan kepentingan strategis bank.
c.3. Divisi (SBU) Syariah
1. Mengendalikan portofolio dana syariah meliputi penempatan dana antar bank,
surat-surat berharga, penyertaan, pasar uang dan pasar modal dalam upaya
optimalisasi laba.
2. Bertanggung jawab dalam rangka pengembangan produk dana dan pembiayaan
syariah.
3. Mencari sumber-sumber penghimpunan dana pihak ketiga dan memelihara
sumber dana yang potensial.
116
4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap semua aktivitas syariah dan
melaporkannya kepada direktur supervisi.
5. Menyusun rencana kerja/ strategi bisnis divisi produk dan dana serta unit kerja
dibawah supervisi dalam bentuk KPI.
d. Direktur Konsumer & Mikro
1. Mengkoordinasikan berbagai kegiatan pemasaran, promosi dan pengembangan
produk serta program insentif yang diperlukan perusahaan.
2. Melaksanakan optimalisasi pemanfaatan fungsi divisi penanganan kredit
bermasalah (PKB) dengan mengkoordinasikan berbagai kegiatan recovery yang
dilakukan oleh KC/KCP/Kedai serta pihak terkait lainnya.
3. Mengkoordinasikan proses penyediaan dana jangka panjang untuk mengimbangi
pembiayaan jangka panjang
4. Mengembangkan berbagai fungsi produk, khususnya tabungan, serta produk/jasa
lainnya agar lebih kompetitif di pasar untuk percepatan peningkatan fee based
income.
5. Mengkoordinasikan proses penerbitan obligasi PT. Bank Riau sebagai
penyeimbang terhadap kebutuhan pembiayaan jangka panjang serta berbagai
sarana untuk penyediaan dana lainnya sesuai dengan kebutuhan bank dan kondisi
pasar seperti DOC (Deposit on Call), dan lain sebagainya.
117
d.1. Divisi (SBU) Konsumer
1. Melakukan pembinaan kantor pelayanan (SBU) mikro kecil dan konsumer yang
berhubungan dengan kepentingan bisnis mikro kecil dan konsumer.
2. Bertanggung jawab dalam pengembangan produk kredit mikro dan konsumer.
3. Bertanggung jawab atas pencapaian kinerja/ target bisnis kredit konsumer dan
mikro pada unit KC/KCP melalui pemimpin KC/KCP.
4. Melakukan analisa pasar (segmentasi pasar, target pasar dan positioning).
5. Mengkoordinasikan, merekomendasikan dan memproses persetujuan
permohonan kartu kredit.
d.2. Divisi Penanganan Kredit Bermasalah
1. Membuat dan mengelola data base nasabah kredit bermasalah dan kredit hapus
buku.
2. Bekerjasama dengan pihak/lembaga eksternal dalam usaha untuk
menyelesaiakan kredit bermasalah.
3. Melakukan penagihan dengan bekerjasama pihak-pihak terkait bila mana perlu
dalam upaya menyelesaiakan atau menyelamatkan asset bank dan kredit hapus
buku.
4. Mengevaluasi kegiatan penanganan kredit bermasalah dan melaporkan secara
periodik proses penyelamatan maupun penyelesaian kredit bermasalah.
5. Menyusun rencana kerja/ strategi bisnis divisi perencanaan, corporate secretary
dan unit kerja dibawah supervisi dalam bentuk KPI.
118
d.3.1 Direktur Operasional
1. Menyelenggarakan koordinasi, melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap
kegiatan divisi-divisi dibawah supervisinya.
2. Melakukan pemenuhan ketentuan mengenai transparansi kondisi keuangan bank,
antara lain dalam penyajian :
Laporan tahunan audit dari akuntan publik.
Laporan keuangan publikasi triwulanan.
Laporan keuangan publikasi bulanan.
Laporan keuangan konsolidasi.
Laporan kepada Bank Indonesia.
Meliputi seluruh aspek yang wajib diungkapkan dan disampaikan kepada pihak-
pihak terkait secara lengkap, akurat dan tepat waktu.
3. Memonitor dan mengevaluasi perkembangan usaha bank atau perusahaan lain
yang sebagian sahamnya dimiliki oleh bank dan melaporkan hasil monitoring
maupun evaluasinya kepada komisaris.
4. Menyusun sistem akuntansi sesuai berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian
internal, terutama pemisahan fungsi pengurusan, pencatatan, penyimpanan, dan
pengawasan.
5. Mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi perseroan untuk
menghasilkan penyelenggaraan pembukuan yang tertib, kecukupan modal kerja
dengan biaya modal yang efisien, struktur neraca yang baik dan kokoh, penyajian
laporan dan analisa keuangan tepat waktu dan akurat serta prinsip-prinsip lain
sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suatu perseroan.
119
e. Direktur Operasional
e.1. Divisi Umum
1. Memelihara dan melakukan pengadaan seluruh gedung kantor, rumah dinas,
kendaraan dinas dan inventaris bank baik milik sendiri maupun sewa.
2. Bertanggungjawab dalam perumusan atau evaluasi sistem dan prosedur di
lingkungan divisi umum.
3. Bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan dalam rangka perayaan dan hari
besar.
4. Memelihara semua barang inventaris kantor pusat dan mengadministrasikan
dokumen-dokumen bank termasuk semua surat masuk dan keluar dalam rangka
pengarsipan.
5. Mendukung dan mengeksekusi semua penyelesaian biaya dan pemilihan vendor
rekanan untuk promosi dalam upaya percepatan kegiatan promosi bank.
e.2. Divisi Human Capital & Pelayanan
1. Menyusun program penghasilan dan kesejahteraan komisaris, direksi dan
pegawai bank.
2. Menyelenggarakan, memonitor dan mengendalikan seluruh pendidikan dan
latihan baik yang diselenggarakan secara internal, bekerjasama dengan pihak
eksternal, maupun mengirim ke lembaga pendidikan dan kerjasama dengan
lembaga-lembaga pendidikan di dalam negeri maupun di luar negeri.
3. Bertanggung jawab dalam program pengembangan dan kaderisasi pegawai.
4. Bertanggung jawab dalam penetapan dan penilaian KPI.
120
5. Melakukan teguran atau peringatan secara lisan maupun tertulis untuk dan atas
nama direksi kepada pegawai yang telah melakukan tindakan tidak disiplin serta
pelanggaran atau penyimpangan atas peraturan bank yang mengakibatkan
kerugian bank sesuai prosedur kepegawaian yang berlaku.
e.3. Divisi Keuangan & Operasional
1. Melakukan review dan pemantauan atas kegiatan operasional bank baik yang
dilakukan oleh internal divisi operasional maupun KC/KCP/KK lainnya dan
memastikan bahwa seluruh kebijakan yang ditetapkan dapat dimplementasikan
dengan baik.
2. Memastikan pelaksanaan penerapan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan
(PSAK) benar-benar terlaksanan dan berjalan dengan baik.
3. Melaksanakan dan mengelola Management Information System (MIS) dengan
baik.
4. Melakukan evaluasi atas kebutuhan pengembangan atau perbaikan sistem operasi
dan melaksanakan pengembangan bersama dengan unit kerja terkait.
5. Menyusun anggaran (budget) tahunan dan melakukan monitoring atau
pengendalian atas pelaksanaannya.
f. Direktur Kepatuhan & Manajemen Risiko
1. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan eksposur
risiko yang diambil oleh Perseroan secara keseluruhan, termasuk mengevaluasi
dan memberikan arahan strategi manajemen risiko berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh satuan kerja manajemen risiko dan penyampaian laporan
pertanggungjawaban kepada komisaris secara triwulan.
121
2. Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah beroperasi secara independen
yang dicerminkan antara lain adanya pemisahan fungsi antara Satuan Kerja
Manajemen Risiko yang melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko dengan satuan kerja yang melakukan dan menyelesaikan
transaksi.
3. Melaksanakan kaji ulang secara berkala untuk memastikan keakuratan
metodologi penilaian risiko, kecukupan implementasi system informasi
manajemen dan ketepatan kebijakan, prosedur dan penetapan limit Risiko.
4. Mengembangkan prosedur untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang dihadapi bank.
5. Memantau dan menjaga kepatuhan Bank terhadap seluruh perjanjian dan
komitmen yang dibuat oleh bank kepada Bank Indonesia.
f.1. Divisi Kepatuhan & Hukum
1. Melaksanakan, memonitor dan mengendalikan kegiatan nasabah melalui laporan
internal, profil transaksi dan rekekning nasabah.
2. Melakukan penyempurnaan sistem untuk mendukung program anti money
laundering.
3. Melakukan pengujian dan penelitian aspek kepatuhan sehubungan dengan
rancangan kebijakan yang akan diputuskan oleh direksi.
4. Melakukan analisa laporan hasil pemeriksaan SKAI atau pemeriksaan eksternal
dalam rangka koordinasi dengan SKAI untuk penyempurnaan prosedur
kepatuhan di setiap unit kerja bank.
122
5. Bertanggungjawab terhadap tuntutan hukum yang dihadapi bank baik di dalam
maupun di luar pengadilan.
f.2. Divisi Manajemen Resiko
1. Melakukan identifikasi dan mengukur risiko kredit, risiko pasar dan risiko
operasional.
2. Menentukan limit eksposure manajemen risiko masing-masing unit kerja.
3. Melakukan analisa terhadap usulan aktivitas atau produk baru dari unit kerja
operasional lainnya.
4. Melakukan validasi dan akurasi data dengan menggunakan internal model.
5. Melakukan review terhadap parameter yang ada pada aplikasi profil risiko dan
me-review secara berkala penilaian risiko kontrol sistem pengawasan aktif dewan
komisaris dan direktur.
g. Divisi SKAI (Satuan Kerja Audit Internal)
1. Menjabarkan secara operasional perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
secara aktif (on-site) dan pemantauan secara pasif (off-site) serta memberikan
saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan yang di-review
kepada semua tingkatan manajemen.
2. Melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian intern dan prosedur yang ada
pada seluruh aspek kegiatan bank untuk memperoleh keyakinan tercapainya
tujuan dan sasaran bank secara optimal.
3. Melaksanakan proses kegiatan audit secara profesional dan independen dan
proaktif serta berkelanjutan sesuai dengan internal audit charter dan buku
pedoman perusahaan (BPP) risk based audit dan ketentuan yang berlaku.
123
4. Melakukan proses audit terhadap hal-hal diluar dari rencana kerja baik itu atas
permintaan internal maupun eksternal yang berwenang sesuai persetujuan
direksi.
5. Melakukan koordinasi tugas dan mendampingi pemeriksanaan ekternal dalam
rangka kelancaran pelaksanaan pemeriksaan.
h. Divisi Perencanaan Strategis
1. Melakukan analisa terhadap perkembangan kondisi makro dan mikro ekonomi
keuangan baik secara regional maupun nasional guna merencanakan strategi
bisnis perusahaan kedepan.
2. Membuat indikator perkembangan bisnis dalam rangka penyusunan anggaran
KC/KCP/K Kedai dalam bentuk kebijakan umum direksi.
3. Menyusun rencana kerja dan anggaran bank jangka panjang (corporate plan) dan
menengah (business plan).
4. Melaksanakan fungsi project management office (PMO) guna membantu Direksi
dalam menjalankan program inisiatif perusahaan dan percepatan pengembangan
usaha bank
5. Membuat analisa kelayakan terhadap perluasan jaringan kantor termasuk ATM
serta analisa BEP terhadap jaringan kantor yang akan dibuka.
i. Divisi Teknologi Informasi
1. Melakukan perencanaan, pengembangan dan kajian strategis fungsi TI meliputi
TI infrastruktur, TI vendor, TI operasional, TI support termasuk TI system
security untuk menghasilkan implementasi TI yang baik dan benar.
124
2. Melaksanakan review terhadap penerapan TI blue print, TI operasional, TI
business proses untuk mengembangkan, menyelaraskan dan menerapkan TI
organisasi dan perencanaan, TI vendor, TI jaringan operasional, TI technical
support dan help desk dan TI infrastruktur termasuk TI security strategy dan TI
blue print.
3. Menetapkan atau mengimplementasikan proses atau sistem pengembangan
aplikasi atau system development life cycle (SDLC) secara end-to-end untuk
memastikan setiap tahapan proses pengembangan telah sesuai dengan
requirement atau request for proposal (RFP), business requirement definition
(BRD) dan kebijakan pengamanan teknologi sistem informasi.
4. Melaporkan kegiatan operasional TI yang terdiri dari data center, help desk dan
disaster recovery center (DRC) sesuai dengan target waktu yang telah
ditetapkan.
5. Menjamin dan mengelola tersedianya dukungan dan layanan TI atau TI service
dan delivery terhadap kebutuhan bisnis Bank Riau.
4.1.5. Produk dan Layanan Bank Riau
Bank Riau terkenal dengan slogan “The Spirit to Grow – Emphaty & Action”
yang bermakna bahwa Bank Riau akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan
kebutuhan ekonomi masyarakat yang diikuti dengan pemberian pelayanan yang empati
dan pemberian solusi yang tepat bagi masyarakat. Bank Riau bergerak dalam industri
perbankan di daerah Riau.
125
Perkembangan terkini, hampir semua bank di Indonesia telah sejajar dari segi
fasilitas dan fitur. Maka seni persaingannya kini terletak pada pelayanan. Tidaklah
mengherankan bila semua bank nasional, dari bank-bank papan atas hingga bank
perkreditan rakyat merapatkan barisan untuk menciptakan sebuah service excellent.
Dalam hal ini peran garis depan (front liners), seperti teller, customer service, operator
telepon, hingga satuan pengamanan (satpam) sangat penting.
Dalam menghadirkan pelayanan prima, peran petugas front office dinilai
memegang peranan vital karena merekalah yang berhubungan langsung dengan nasabah.
Saat ini petugas front liner tidak hanya harus berpenampilan menarik dan ramah,
melainkan harus memiliki keterampilan menangani segala macam kebutuhan nasabah.
Semua hal itu disadari oleh Bank Riau yang menerapkan standar service
excellent dalam setiap gerak langkahnya melayani nasabah. Bank Riau lahir sebagai
bank berkultur pribumi yang sangat mengerti kebutuhan dan perasaan nasabah. Dimana
terdapat beberapa layanan yang disediakan Bank Riau untuk segi konsumer,
diantaranya:
1. Produk kredit kendaraan bermotor (KKB).
2. Produk tabungan sinar belia.
3. Produk tabungan sinar pendidikan.
4. Produk kredit modal kerja (KMK) bagi developer atau pengembang.
5. Produk tabungan sinar.
6. Produk kredit pemilikan rumah (KPR).
126
4.1.6. Proses Bisnis Bank Riau
Proses kerja kunci BR digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4.2 Proses Bisnis Front-Liner Bank Riau
Berdasarkan gambar 4.2 diatas proses bisnis front-liner Bank Riau sebagai berikut:
1. Calon nasabah akan mendapatkan nomor antrian, setelah mendapatkan nomor antrian,
nasabah akan dilayani oleh customer service (CS). CS akan memberikan penjelasan
mengenai produk dan layanan yang dimiliki oleh Bank Riau.
2. CS akan meminta data diri calon nasabah seperti KTP, KK atau identitas diri
pendukung lainnya.
127
3. Setelah informasi lengkap mengenai calon nasabah diperoleh maka CS akan
menginput data ke sistem yang terhubung juga dengan teller.
4. Setelah itu nasabah akan dilayani oleh teller untuk dapat memberikan setoran
pertama senilai Rp.50.000,00.
5. Setelah itu nasabah akan mendapatkan buku tabungan yang berisi nomor rekening dan
identitas kepemilikan tabungan.
6a. Jika nasabah ingin menabung:
6a1. Nasabah mengambil nomor antrian yang selanjutnya akan dilayani oleh teller
Bank Riau.
6a2. Nasabah membawa uang yang akan ditabung, buku tabungan,slip untuk
menabung yang terlebih dulu diisi. Setelah proses pengisian dan nomor antrian
dipanggil maka nasabah akan dilayani teller.
6a3. Teller akan menginput data ke sistem dan mengeprint bukti bahwa uang dari
nasabah telah masuk ke rekening nasabah.
6a4. Teller mengeprint buku tabungan nasabah yang dapat dilihat bahwa debit
rekening nasabah tersebut bertambah dan ada bukti setoran. Minimal setoran
senilai Rp.25.000,00.
128
6b. Jika nasabah ingin menarik uang:
6b1. Nasabah mengambil nomor antrian yang selanjutnya akan dilayani oleh teller
Bank Riau. Nasabah membawa buku tabungan dan slip penarikan uang yang
terlebih dulu diisi nominalnya.
6b2. Setelah proses pengisian dan nomor antrian dipanggil maka nasabah akan
dilayani teller. Teller akan menginput data ke sistem dan mengeprint bukti
bahwa uang dari tabungan nasabah telah diambil atau dikurangi dari rekening
nasabah.
6b3. Kemudian teller mengeprint buku tabungan nasabah yang dapat dilihat bahwa
rekening nasabah bertambah pada sisi kredit dan berkurang pada sisi debit dan
ada bukti pengambilan/penarikan.
4.1.7. Persaingan Industri
Bank Riau menawarkan berbagai produk konsumer yang bervariasi, seperti
produk kredit kendaraan bermotor (KKB), produk tabungan sinar belia, produk tabungan
sinar pendidikan, produk kredit modal kerja (KMK) bagi developer/pengembang,
produk tabungan sinar, produk kredit pemilikan rumah (KPR). Dalam penulisan skripsi
ini, pesaing Bank Riau hanya akan dibatasi dalam beberapa industri perbankan saja yang
ada dan berlokasi di Pekanbaru-Riau, diantaranya :
1. Dari sisi kredit kendaraan bermotor (KKB), pesaing utamanya adalah Bank Nasional
Indonesia (BNI).
2. Dari sisi tabungan sinar belia dan tabungan sinar pendidikan yang ditujukan kepada
pelajar dan mahasiswa yang masih berstatus aktif atau masih dalam usia sekolah
129
maksimal 28 tahun, pesaing utamanya adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank
Nasional Indonesia.
3. Dari sisi kredit modal kerja (KMK) yang bertujuan untuk membantu
developer/pengembang untuk mendapatkan tambahan modal kerja dalam rangka
pelaksanaan pembangunan perumahan baik berupa pembangunan kostruksi rumah,
maupun berkaitan dengan sarana dan prasarana. Pesaing utamanya adalah Bank
Rakyat Indonesia.
4. Dari sisi tabungan Sinar merupakan produk handalan Bank Riau dengan konsep
budaya Riau dan Kepri yang mengandung arti Simpanan Amanah Riau. Pesaing
utamanya adalah Bank Mandiri, Bank Nasional Indonesia.
5. Dari sisi kredit pemilikan rumah (KPR) dengan melalui Bank Riau dapat membeli
tanah, atau kavling untuk perumahan, ruko, rumah susun, apartemen, membangun
rumah tinggal/ruko, renovasi rumah tinggal/ruko, rumah susun atau apartemen.
Pesaing utamanya adalah Bank Rakyat Indonesia.
4.1.8 Portfolio Investasi Sistem dan Teknologi Informasi yang Sedang Berjalan &
Proyek Sistem Informasi pada Bank Riau
Penggunaan Portfolio didasarkan pada aplikasi yang sedang berjalan dan rencana
proyek yang akan datang.
4.1.8.1. Portfolio Aplikasi yang Sedang Berjalan (lights-on)
Lights-On Portfolio adalah aktivitas operasional teknologi informasi yang sedang
berjalan, meliputi portfolio aplikasi, infrastruktur, service, dan manajemen. Nilai-nilai
130
dari portfolio diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh para user yang menggunakan
aplikasi Lights-On.
4.1.8.1.1. Portfolio Aplikasi Lights-On
Menurut Benson et al (2004, p58), aplikasi dioperasikan dan digunakan untuk
mendukung organisasi bisnis. Portfolio aplikasi, yaitu kumpulan aplikasi yang
digunakan oleh user dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan aplikasi tersebut
harus dirawat dan dioperasikan oleh unit SI/TI.
Portfolio aplikasi Lights-On yang ada pada Core Banking di Bank Riau, sebagai berikut:
a) Modul Xcross Application System (XAS)
Tujuan: Sebagai platform utama yang menjadi dasar dari core banking yang
digunakan oleh Bank Vision pada Bank Riau.
Manfaat: Memberikan kemudahan bagi user di Bank Riau dan update
informasi untuk para user.
Fungsi: Letak parameter dari modul-modul yang digunakan oleh user di Bank
Riau.
User: Teller dan customer service.
Jumlah pengguna: 12 orang.
Biaya: Rp. 159.500.000,00
b) Modul Demand Deposit System (DDS)
Tujuan: Sebagai media aplikasi yang me-manage mengenai giro, tabungan,
giro+tabungan dari nasabah Bank Riau.
Manfaat: Untuk mendukung proses transaksi nasabah di Bank Riau.
131
Fungsi: Sebagai penyedia layanan bagi nasabah yang ingin melakukan
transaksi keuangan di Bank Riau.
User: Teller.
Jumlah pengguna: 8 orang.
Biaya: Rp. 100.105.000,00
c) Modul Customer Information System (CIS)
Tujuan: Menangani proses operasional kerja di Bank Riau untuk melayani
nasabah.
Manfaat: Dengan adanya aplikasi ini, Bank Riau dapat menyimpan history
dan data-data nasabah, misalnya: entry, update, delete.
Fungsi: Aplikasi ini digunakan untuk pembukaan rekening.
User: Teller dan customer service.
Jumlah pengguna: 12 orang.
Biaya: Rp. 102.235.000,00
d) Modul Loan System (LNS)
Tujuan: Menangani proses transaksi keuangan nasabah oleh user staff di
Bank Riau.
Manfaat: Dengan adanya aplikasi ini, dapat mempermudah proses pinjaman,
pembukaan kredit untuk nasabah oleh staff Bank Riau.
Fungsi: Aplikasi ini digunakan untuk mendapatkan personal identification
number (PIN).
User: Customer service.
Jumlah pengguna: 4 orang.
132
Biaya: Rp. 100.065.000,00
e) Modul General Ledger System (GLS)
Tujuan: Menangani proses transaksi keuangan nasabah oleh user staff Bank
Riau.
Manfaat: Dengan adanya aplikasi ini, dapat mempermudah kegiatan yang
berhubungan dengan keuangan para nasabah.
Fungsi: Aplikasi ini digunakan untuk pembukuan akuntansi.
User: Customer service.
Jumlah pengguna: 4 orang.
Biaya: Rp. 101.170.000,00
f) Modul Time Deposit System (TDS)
Tujuan: Menangani proses transaksi keuangan nasabah oleh user staff Bank
Riau.
Manfaat: Dengan adanya aplikasi ini, dapat mempermudah kegiatan yang
berhubungan dengan keuangan para nasabah.
Fungsi: Aplikasi ini digunakan untuk menangani hal-hal yang berhubungan
dengan deposito.
User: Teller.
Jumlah pengguna: 8 orang.
Biaya: Rp. 95.000.000,00
133
Tabel 4.1 Rincian Biaya Portfolio Aplikasi Lights-On Keterangan Jumlah (orang) Biaya Total (Rupiah) Modul XAS 12 159.500.000 Modul DDS 8 100.105.000 Modul CIS 12 102.235.000 Modul LNS 4 100.065.000 Modul GLS 4 101.170.000 Modul TDS 8 95.000.000 Total Biaya 658.075.000
Sumber: Bank Riau
4.1.8.1.2. Portfolio Infrastruktur Lights-On
Menurut Benson et al (2004, p58), Infrastruktur merupakan komunikasi,
platforms, dan software yang dibutuhkan untuk mendukung aplikasi dan service.
Portfolio Infrastruktur yang dimaksud pada Bank Riau meliputi platform perangkat
keras dan perangkat lunak yang disediakan untuk user, seperti processor, peralatan dan
sarana komunikasi, operating system, dan fasilitas lainnya.
Portfolio infrastruktur Lights-On yang terdapat pada Bank Riau, sebagai berikut:
a) Hardware
Menurut O’Brien (2006, p36), Hardware meliputi semua peralatan dan
bahan fisik yang digunakan dalam pemprosesan informasi yang
mendukung kegiatan operasional perusahaan, seperti laptop atau desktop
(PC), scanner, printer.
Tujuan: pada Bank Riau, hardware digunakan sebagai alat pendukung
administrasi dan operasional serta mendukung aplikasi dan sistem di Bank
Riau.
Manfaat: membantu perusahaan dalam melaksanakan proses bisnis,
khususnya dalam membantu kegiatan operasional serta menjembatani
interaksi antara user dengan aplikasi.
134
Fungsi :
i. Menginput data dan menggunakan sistem aplikasi yang digunakan oleh
Bank Riau.
ii. Melakukan scan gambar yang dibutuhkan.
iii. Mencetak laporan atau dokumen-dokumen lainnya yang dibutuhkan
untuk dicetak .
iv. Mesin penghitung uang secara cepat dan akurat.
User: Teller dan customer service.
Biaya: Rp. 107.710.000,00
Tabel 4.2 Rinician biaya Hardware Bank Riau Keterangan Jumlah (unit) Biaya total (Rupiah)
PC 8 57.360.000 Scanner 4 5.500.000
Printer 5 4.250.000
Laptop 4 40.600.000 Total Biaya 107.710.000
Sumber: Bank Riau
b) Software License
Menurut O’Brien (2006, p713), Software adalah program dan prosedur
komputer yang berkaitan dengan operasi sistem informasi yang
memungkinkan sebuah hardware dapat berfungsi dengan baik.
Pada Bank Riau sendiri memiliki software license Microsoft untuk jangka
waktu 3 tahun.
Biaya: Rp. 650.530.000,00
135
c) Network/ Jaringan Komunikasi
Bank Riau bekerjasama dengan PT. Icon untuk menangani jaringan
komunikasi pada kantor pusat Bank Riau Kepri di Pekanbaru.
Tujuan: Sebagai jaringan komunikasi.
Fungsi: mendukung operasional.
User: Bank Riau
Biaya: Rp. 33.072.000,00
d) Server (IBM AS/ 400 Model 550)
Server merupakan sistem komputer yang menyediakan jenis layanan
tertentu dalam sebuah jaringan komputer. Server pada Bank Riau adalah
server jenis IBM AS/ 400 Model 550
Tujuan: Sebagai tempat penyimpanan data dari segala aktivitas yang
dilakukan oleh user di Bank Riau. Selain itu juga sebagai pusat lalu lintas
data yang memudahkan pengaksesan oleh user yang berkepentingan.
Manfaat: Sebagai tempat penyimpanan yang dapat menjaga keamanan dan
integritas data serta sebagai alat untuk mengatur lalu lintas atau traffic data
untuk mempermudah dan mempercepat akses data yang dilakukan user.
Fungsi: melakukan back-up data di Bank Riau dan juga melakukan
transfer data antar PC sesuai dengan keperluan serta menyimpan data-data
transaksi nasabah.
Biaya total: Rp. 750.000.000,00
136
Tabel 4.3 Rincian Biaya Portfolio Infrastruktur Lights-On Keterangan Biaya Total (Rupiah) Hardware 107.710.000
Software License 650.530.000 Network 33.072.000 Server 750.000.000
Total Biaya 1.541.312.000 Sumber: Bank Riau
4.1.8.1.3. Portfolio Service Lights-On
Menurut Benson et al (2004, p58), service merupakan perluasan untuk organisasi
bisnis. Portfolio service yaitu meliputi semua layanan dan dukungan yang dapat
disediakan oleh divisi IT kepada user, seperti help desk.
a) Exchange Mail
Digunakan untuk komunikasi antar user (karyawan Bank Riau), seperti
jaringan intranet perusahaan. Exchange Mail pada Bank Riau dikelola oleh
PT. Bangsawan Cyberindo yang berguna untuk memudahkan komunikasi
antar user Bank Riau dalam melakukan pekerjaan-pekerjaannya.
Tujuan: Sebagai sarana komunikasi antara user Bank Riau, baik dari
Direktur sampai kepada semua divisi yang ada di Bank Riau (seluruh unit).
Fungsi: mendukung komunikasi antar user dalam melakukan pekerjaannya
baik melalui email maupun melalui chatting
User: Bank Riau
Biaya: Rp. 125.400.000,00
b) Security
Bank Riau menggunakan security sebagai proteksi dari segala
kemungkinan adanya virus, hacker, hal lainnya yang dapat menganggu dan
137
merusak sistem pada Bank Riau. Security yang digunakan oleh Bank Riau
adalah Symantec Antivirus Cooperation 10.
Biaya: Rp. 80.000.000,00
c) Hardware dan Software Maintenance
Tujuan: Agar fungsi dari aplikasi dan infrastruktur yang digunakan tetap
terjaga sehingga proses bisnis perusahaan dapat berjalan dengan lancar
sesuai fungsinya masing-masing.
Manfaat: menjaga dan meningkatkan performa sistem yang ada di
perusahaan dan juga memberikan kenyamanan bagi user yang
menggunakan sistem sehari-harinya.
Fungsi: memelihara sistem aplikasi dan infrastruktur dengan melakukan
pengecekan dan evaluasi rutin terhadap aplikasi dan infrastruktur yang
digunakan.
Biaya: Rp. 550.000.000,00
Tabel 4.4 Rincian Biaya Portfolio Service Lights-On Keterangan Biaya Total (Rupiah)
Exchange Mail 125.400.000 Security 80.000.000
Hardware & Software Maintanance 550.000.000
Total Biaya 755.400.000 Sumber: Bank Riau
4.1.8.1.4. Portfolio Manajemen Lights-On
Menurut Benson et al (2004, p58), Portfolio manajemen merupakan sekumpulan
aktivitas/kegiatan, manajemen dan layanan yang mendukung divisi TI untuk dapat
melakukan layanan, baik yang bersifat infrastruktur ataupun sistem aplikasi kepada user-
138
nya, seperti perencanaan, penganggaran (budgeting) dan sumber daya manusia untuk
aktivitas SI/TI.
a) Operational Budget Management/Budgeting
Operational Budget Management/Budgeting pada Bank Riau ditangani
oleh bagian finance and accounting.
Tujuan : menyediakan dana/biaya yang dibutuhkan untuk melakukan suatu
kegiatan yang akan diperlukan secara mendadak atau untuk keperluan IT di
masa yang akan datang (tidak ada dalam perencanaan).
Biaya : Rp 250.000.000,00
b) Training program
Training pada Bank Riau pada penulisan skripsi ini ditekankan pada front-
office, yaitu teller dan customer service.
Tujuan: memberikan pelatihan kepada teller dan customer service untuk
memberikan peningkatan kerja sehingga user dapat menggunakan aplikasi
yang ada maupun aplikasi baru yang akan diimplementasikan oleh Bank
Riau.
Biaya: Rp. 100.000.000,00
Tabel 4.5 Rincian Biaya Portfolio Management Lights-On Keterangan Biaya Total (Rupiah)
Operational Budget Management 250.000.000
Training Program 100.000.000 Total Biaya 350.000.000
Sumber: Bank Riau
139
4.1.8.2. Proyek
Untuk meningkatkan loyalitas konsumen serta meningkatkan profit, maka Bank
Riau ingin mengembangkan beberapa proyek ke depannya, diantaranya:
1. Proyek aplikasi Business Intelligent
yaitu sistem informasi mengenai perilaku unit bisnis, vendor, nasabah, teknologi,
pasar, produk dan layanan bank, serta lingkungan bisnis. Sehingga diharapkan dapat
membantu manajemen melakukan pengambilan keputusan strategi teknologi
informasi perbankan sebagai solusi nyata dalam menghadapi persaingan.
Biaya: Rp 550.000.000,00
2. Proyek aplikasi Management Information System (MIS)
yaitu sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi
beberapa pemakai dengan kebutuhan yang sama. Para pemakai biasanya membentuk
suatu entitas organisasi formal, perusahaan atau sub unit dibawahnya. Informasi
menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang terjadi
di masa lalu, apa yang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa yang
akan datang. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan
khusus dan ouput dari model matematika. Output informasi digunakan oleh manajer
maupun non manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi perusahaan.
Biaya: Rp 655.000.000,00
3. Proyek aplikasi Knowledge Management (KM)
yaitu sebuah proyek yang akan menyediakan suatu database knowledge yang akan
digunakan oleh seluruh karyawan untuk meningkatkan pengetahuan dan
140
keterampilan yang mereka miliki serta sebagai tempat penyimpanan berbagai
pengetahuan-pengetahuan/ide-ide yang muncul dari karyawan yang dibuat dalam
bentuk tertulis (terdokumentasi) agar dapat dimanfaatkan untuk kemajuan
perusahaan kedepannya.
Biaya: Rp 350.000.000,00
Tabel 4.6 Rincian Biaya Proyek Keterangan Biaya Total (Rupiah)
Business Intelligent 550.000.000 Management Information
System 655.000.000
Knowledge Management 350.000.000 Total Biaya 1.555.000.000
Sumber: Bank Riau
4.2. Analisis Lingkungan Industri
Analisis lingkungan industri pada Bank Riau dilakukan dengan menggunakan
analisis eksternal untuk mengidentifikasi faktor-faktor dari luar yang dapat dijadikan
sebagai peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Serta analisis internal dengan
mengidentifikasi faktor-faktor dari dalam perusahaan yang dapat dijadikan sebagai
kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness).
4.2.1. Lingkungan eksternal
Menurut David (2006, p 104), analisis lingkungan eksternal menekankan pada
identifikasi dan evaluasi tren dan kejadian yang berada di luar kendali perusahaan yang
dapat mempengaruhi pilihan arah dan tindakan, struktur organisasi, dan proses internal
perusahaan. Seperti meningkatnya persaingan pasar, adanya masyarakat yang masih
belum mengenal bank, peraturan pemerintah, serta faktor eksternal lainnya. Pada analisis
141
eksternal ini akan mengungkapkan peluang (opportunity) dan ancaman (threat) utama
yang dihadapi Bank Riau sehingga manajer (direktur) dapat memformulasi strategi
untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak
dari ancaman.
Terdapat beberapa alat (tools) yang digunakan untuk mendukung/membantu
menemukan point-point dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat), diantaranya:
4.2.1.1.Analisis Remote Environment (PEST Analysis)
Dalam buku karangan Robinson (2008, p112), analisis remote environment
terdiri atas faktor-faktor yang berasal dari luar dan biasanya tidak terkait dengan situasi
operasional suatu perusahaan, terdiri dari:
a. Faktor Politik, Hukum, dan Pemerintah
Untuk meningkatkan persaingan global menekankan kebutuhan akan
peramalan yang akurat dalam bidang politik, pemerintah, dan hukum. Oleh karena
itu, pihak manajemen Bank Riau dituntut untuk memahami sistem politik di Asia,
khususnya di Indonesia. Bank Riau adalah milik pemerintah Propinsi Riau,
pemerintah kabupaten/kota se-Propinsi Riau dan Propinsi Kepulauan Riau yang
didirikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH. Tk. I Riau No. 51/IV/1966
tanggal 1 April 1966 yang disesuaikan dengan Undang-Undang No. 13 Tahun
1962 tentang Bank Pembangunan Daerah.
Terhitung tanggal 1 April 1966 secara resmi kegiatan Bank Pembangunan
Daerah Riau dimulai dengan status sebagai Bank Milik Pemerintah Daerah Riau.
Status pendirian Bank Pembangunan Daerah Riau diatur dan disesuaikan dengan
Peraturan Daerah No. 14 tahun 1992jo. Peraturan Daerah berdasarkan Undang-
142
Undang No.7 tahun 1992jo. Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang
Perbankan.
Kemudian sesuai dengan Keputusan RUPS tanggal 26 Juni 2002 dan dengan
Perda No. 10 Tahun 2002 tanggal 26 Agustus 2002 serta dengan Akta Pendirian
Perseroan Terbatas No. 36 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM
dengan Surat Keputusan No. C-09851.HT.01.TH.2003 tanggal 5 Mei 2003 dan
persetujuan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 5/30/KEP.DGS/2003
tanggal 22 Juli 2003, status badan hukum Bank Pembangunan Daerah Riau
menjadi berbadan hukum Perseroan Terbatas. Dimana Bank Riau memiliki tujuan
untuk menjadi bank yang terkemuka, dikelola secara profesional sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi memiliki pengaruh langsung terhadap potensi menarik
tidaknya berbagai strategi yang dilakukan oleh Bank Riau. Sebagai contoh, ketika
suku bunga meningkat dan nilai tukar mata uang yang tidak stabil sehingga dana
yang dibutuhkan untuk melakukan ekspansi dan investasi menjadi lebih mahal atau
tidak tersedia. Menurut Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,0-5,5%
pada tahun 2010 dan Inflasi ditargetkan mencapai kisaran 5±1% pada tahun 2010
sehingga hal ini menyebabkan Bank Riau harus berpikir apakah sebaiknya
melakukan investasi atau tidak.
Selain itu, berdasarkan data statistik Indonesia pada tahun 2007-2009 terdapat
peningkatan pola konsumsi masyarakat (pengeluaran untuk konsumsi penduduk
Indonesia rata-rata per kapita sebulan terhadap konsumsi barang dan jasa) yang
143
ditunjukkan pada tabel 4.12 dibawah, yaitu dari Rp 60.126 pada tahun 2007
menjadi Rp 75.227 pada tahun 2009. Sehingga hal ini dapat menjadi peluang bagi
Bank Riau untuk mengembangkan bisnisnya. Misalnya, pada saat pola konsumsi
masyarakat terhadap jasa meningkat, maka Bank Riau dapat menjadi salah satu
alternative pilihan masyarakat untuk menabungkan uangnya sehingga
memudahkan konsumern untuk bertransaksi.
Tabel 4.7 Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang dan jasa
(bukan makanan/food) pada tahun 2007-2009.
Sumber: http://www.bps.go.id/aboutus.php?65tahun=1
c. Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan
Trend Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan dapat membentuk cara
seseorang hidup, bekerja, berproduksi, dan mengonsumsi. Bank telah mengubah
banyak hal, baik dari faktor demografi (jumlah penduduk dan letak geografis),
perilaku terhadap bisnis, gaya hidup, perubahan dalam perilaku masyarakat
Indonesia dalam memanfaatkan waktu luang, perubahan dalam hal selera dan
preferensi di suatu daerah, dan lainnya. Dengan adanya bank, maka masyarakat
saat ini lebih mudah dalam menyimpan, menggunakan dan menyalurkan dana
144
lebih baik lagi dibandingkan zaman sebelumnya. Misalnya saja dari aspek sosial,
aspek ini akan dilihat dari manfaat bank (produk dan layanan) bagi lingkungan
masyarakat yang ada di sekitarnya. Sebagai contoh pada sistem pembayaran yang
berlaku saat ini tidak hanya dilakukan secara tunai/cash namun dapat dilakukan
dengan debit maupun kartu kredit yang menjadi gaya hidup saat ini. Sehingga
transaksi lebih cepat, mudah dan aman karena tidak perlu membawa uang yang
banyak hanya dengan satu kartu yang dapat difungsikan sebagai alat pembayaran.
Namun harus diperhatikan dari sisi keamanan bagi pemegang kartu dan bank yang
bersangkutan.
d. Faktor Teknologi
Menurut David (2006, p120), perubahan teknologi yang revolusioner dan
penemuan memiliki pengaruh yang dramatis terhadap organisasi. Kekuatan
teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus
dipertimbangkan dalam formulasi strategi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan
pasar baru, yang menghasilkan penciptaan produk baru dan produk yang lebih
baik, perubahan posisi biaya kompetitif dalam suatu industri serta kemajuan
teknologi dapat menciptakan keunggulan kompetitif baru yang lebih baik dari
keunggulan saat ini. Hal inilah yang menjadi dasar Bank Riau dalam menganalisis
peluang dan ancaman untuk menciptakan suatu strategi perusahaan yang
kompetitif.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, bank menyediakan berbagai
macam layanan dengan tidak harus datang ke bank namun dapat bertransaksi
(menabung, menarik, transfer, melakukan pembayaran) dengan menggunakan
145
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di berbagai daerah. Tidak hanya ATM Bank Riau
tetapi ATM Bersama jaringan Prima pun sudah dapat melakukan transaksi.
Perkembangan Teknologi dapat secara cepat berkembang, namun dapat
secara cepat pula menjadi usang (obsolete). Dengan berkembangnya teknologi,
maka Bank Riau memiliki ancaman tersendiri yaitu apabila ia tidak secara cepat
mengadopsi teknologi yang baru maka Bank Riau dapat ketinggalan dari para
pesaingnya. Selain itu, ancaman yang dihadapi Bank Riau, yaitu dukungan
jaringan infrastruktur yang masih buruk di Indonesia, khususnya di Pekanbaru-
Riau dimana hal ini menyebabkan pihak Bank Riau tidak dapat bereksplorasi
karena keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan transaksi dan informasi nasabah
Bank Riau dan faktor lainnya. Sehingga dengan begitu, bisa saja para nasabah
Bank Riau beralih ke produk substitusinya atau ke produk lain yang lebih unggul.
Namun demikian Bank Riau telah memiliki antisipasi dengan melakukan
pengembangan investasi proyek-proyek di masa mendatang. Sehingga Bank Riau
memiliki peluang dengan memanfaatkan perkembangan teknologi ini untuk
membuat suatu proyek Business Intelligent, Management Information System,
Knowledge Management dalam pengembangan investasi proyek-proyek di masa
mendatang. Sehingga dengan demikian, Bank Riau memiliki peluang dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi agar dapat melayani nasabah dengan lebih
baik.
146
e. Faktor Kompetitif
Menurut David (2006, p123), Bagian yang penting dalam audit eksternal
adalah mengidentifikasi perusahaan pesaing dan menentukan kekuatan,
kelemahan, kemampuan, peluang, ancaman, tujuan, dan strategi.
Pada Bank Riau, terdapat beberapa pesaing yang dapat dilihat dari berbagai
sisi, yaitu berdasarkan fokus pasar, proses cepat, service quality, keamanan dan
kenyamanan, IT yang terintegrasi, hubungan interpersonal. Adapun pesaing Bank
Riau yang berada di Pekanbaru adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri,
Bank Nasional Indonesia.
4.2.1.2.Analisis Kompetitif (Model Lima Kekuatan Porter)
Menurut Michael Porter yang terdapat dalam Buku “Strategic Management”
(David, p130), hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas
Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five-Force Model) yang ditunjukkan seperti pada
gambar 4.3 dibawah ini.
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Gambar 4.3 Model Lima Kekuatan PORTER
Ancaman Pendatang Baru Bank Jabar
Kekuatan Tawar-
Menawar Pemasok
PT. Multipolar (Bank Vision)
Persaingan Antar Perusahaan Sejenis
BNI, Bank Mandiri, BRI
Kekuatan Tawar- Menawar Konsumen
Para nasabah, perusahaan atau
instansi yang bekerjasama
dengan Bank Riau
Ancaman Produk Substitusi
Pegadaian, lembaga keuangan non-bank lainnya.
147
Berikut ini penjelasan lima kekuatan Porter pada Bank Riau:
a. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli/Konsumen (The Bargaining Power of
Customers)
Pada Bank Riau, terdapat beberapa pihak yang dapat disebut sebagai konsumen,
seperti:
a) Para nasabah, dimana para nasabah tersebut berperan sebagai power Bank Riau
untuk menaikkan posisi Bank Riau di dalam industri perbankan. Saat ini nasabah
Bank Riau sudah tersebar di seluruh wilayah Riau dan Kepri.
b) Perusahaan atau instansi yang bekerjasama dengan Bank Riau, merupakan
konsumen utama yang ingin bekerjasama dalam jasa perbankan. Dimana
perusahaan atau instansi ini merupakan salah satu sumber profit bagi Bank Riau.
Dalam hal ini, konsumen Bank Riau memiliki kekuatan yang lebih besar dari bank
pesaing. Hal ini dikarenakan produk dan layanan yang dibeli oleh kelompok dari industri
ini adalah produk/layanan standard dan bukan merupakan produk untuk memenuhi
kebutuhan pokok (primer) sehingga konsumen Bank Riau dapat mencari alternatif lain
yang lebih baik. Selain itu, konsumen (khususnya perusahaan atau instansi yang
bekerjasama dengan Bank Riau) juga memperoleh laba yang tidak begitu besar sehingga
memungkinkan untuk mengurangi kerjasama dengan Bank Riau. Hal ini dikarenakan
produk/layanan Bank Riau tersebut kadang kala dapat dinilai tidak terlalu penting bagi
kualitas produk atau jasa di pembeli (perusahaan atau instansi yang bekerjasama).
148
b. Persaingan antar Perusahaan Sejenis (The Jockeying Among Current Rivalry)
Bank Riau menawarkan suatu produk dari segi konsumer berupa produk kredit
kendaraan bermotor (KKB), produk tabungan sinar belia, produk tabungan sinar
pendidikan, produk kredit modal kerja (KMK) bagi developer atau pengembang, produk
tabungan sinar, produk kredit pemilikan rumah (KPR). Bank Riau saat ini bersaing
dengan bank-bank yang jaringan kantornya sampai ke daerah-daerah terpencil di daerah
Riau dan Kepri, seperti BNI, BRI, Bank Mandiri.
c. Kekuatan Tawar-Menawar Penjual/Pemasok (The Bargaining Power of
Supplier)
Bank Riau bergerak dalam industri perbankan Indonesia, khususnya di daerah Riau
dan Kepri. Dimana untuk menyediakan teknologi informasi yang diperlukannya, Bank
Riau sejak Oktober 2006 bekerjasama dengan pemasok utama yaitu, PT. Multipolar
yang menyediakan pelayanan untuk sistem inti dari perbankan/core banking pada Bank
Riau. Bank Riau menggunakan sistem Bank Vision yang di dalamnya terdapat modul-
modul untuk aplikasi dioperasikan dan digunakan untuk mendukung organisasi bisnis
yang digunakan oleh front-liners yaitu, teller dan customer service untuk melayani para
nasabah. Adapun modul-modul yang terdapat pada bank vision adalah:
• Modul XAS (Xcross Application System)
• Modul DDS (Demand Deposit System)
• Modul CIS (Customer Information System)
• Modul LNS (Loan System)
• Modul GLS (General Ledger System)
• Modul TDS (Time Deposit System)
149
d. Ancaman Pendatang Baru (Threat Entry of New Comers)
Bagi pendatang baru, potensi untuk memasuki industri perbankan di Riau dan
Kepri, khususnya di Pekanbaru cukup sulit. Hal ini dikarenakan dibutuhkannya
pengetahuan khusus mengenai budaya yang terdapat pada masyarakar Riau dan Kepri
untuk dapat mengembangkan industri ini serta kreatifitas dan akses sumber daya yang
substansial.
Untuk daerah Pekanbaru, pendatang baru dalam industri perbankan adalah Bank
Jabar. Namun, Bank Riau memiliki kekuatan dalam mempertahankan posisinya dari
ancaman pendatang baru. Hal ini dikarenakan beberapa faktor dibawah ini:
a) Skala Ekonomi (economies of scale)
Performa ekonomi Indonesia selama kuartal I/2009 mencatat laju produk
domestik bruto (PDB) sebesar 4.4%. Ini bisa menjadi salah satu pertanda bahwa
tahun 2009 perekonomian Indonesia akan stabil dan beranjak naik. Situasi ini
tentunya membuat dunia usaha semakin berkembang dan dunia perbankan akan
semakin tumbuh. Tahun 2009 Bank Riau berhasil mendapatkan laba operasional
(sebelum pajak) sekitar Rp. 330 miliar. Dari jumlah itu sebanyak 60% atau
sekitar Rp. 198 miliar dari keuntungan berhasil diperuntukkan bagi pendapatan
asli daerah (PAD), sedangkan sisanya akan menjadi modal perbankan. Untuk
dapat tetap bertahan dan mampu bersaing dengan para kompetitor, Bank Riau
menyempurnakan fasillitas teknologi, meningkatkan pelayanan dan
memodifikasi produk yang menarik sehingga mempermudah transaksi bagi
nasabah. Selain itu, dibutuhkan juga karyawan yang mengerti teknologi dengan
150
baik dan mampu menggunakan teknologi tersebut serta keahlian analisis yang
mendalam tentang proses bisnis.
b) Diferensiasi Produk/Jasa (product differentiation)
Bank Riau menciptakan hambatan dengan memaksa pendatang baru untuk
menghabiskan biaya yang besar guna memenangkan loyalitas konsumen.
Dimana Bank Riau telah menjadi captive market untuk pegawai Pemda Riau dan
Kepri. Hal ini dapat berjalan dengan baik karena kerjasama yang baik antara
Pemda dan Bank Riau yang saling menguntungkan dibanding dengan para
pesaing. Sehingga dengan begitu, Bank Riau dapat menumbuhkan identifikasi
merek di benak para konsumennya. Hal ini merupakan hambatan masuk bagi
pendatang baru karena pendatang baru harus melakukan usaha yang ekstra agar
lebih unggul dibanding Bank Riau.
c) Persyaratan Modal
Untuk masuk ke dalam industri ini dibutuhkan dukungan/persyaratan modal yang
cukup besar, dapat dilihat dari table kinerja Bank Riau selama tahun 2006 sampai
dengan tahun 2009 di bawah ini:
151
Tabel 4.8 Kinerja Bank Riau
Sumber : Bank Riau
Sehingga dengan begitu dapat dilihat bahwa Bank Riau memiliki sumber modal
yang kuat untuk mendukung investasi-investasi yang akan dilakukannya di masa
yang akan datang.
d) Kerugian Biaya yang Tidak Diperngaruhi oleh Ukuran Perusahaan
Bank Riau memiliki keunggulan biaya yang tidak dimiliki oleh calon
pesaingnya, tanpa melihat ukuran dan skala ekonominya. Keunggulan ini berasal
dari teknologi yang dimilikinya, akses terhadap sumber teknologi terbaik
(khususnya adanya kerjasama yang erat antara Bank Riau dengan supplier
utamanya, yaitu PT. Multipolar, adanya kerjasama dengan para pers dan media
untuk pemasarannya serta faktor-faktor pendukung lainnya. Hal ini
menyebabkan calon pendatang baru yang ingin bersaing dengan Bank Riau harus
melakukan strategi yang lebih baik lagi daripada Bank Riau.
e) Akses terhadap Saluran Distribusi
Dalam hal saluran distribusi, Bank Riau telah memiliki nasabah yang berasal dari
masyarakat dan Pemda Riau dan Kepri. Dimana para nasabah ini boleh dikatakan
152
loyal terhadap Bank Riau. Hal ini dibuktikan dari meningkatnya jumlah nasabah
yang menandakan bahwa aktifitas para nasabah di Bank Riau semakin meningkat
tiap bulannya, baik nasabah yang berasal dari Riau maupun dari Kepri. Oleh
karena itu, Bank Riau memiliki saluran distribusi yang kuat dikarenakan para
nasabah ini banyak yang merekomendasikan Bank Riau kepada teman-temannya.
Sehingga bagi calon pendatang baru, untuk membangun industri ini harus
menciptakan saluran distribusinya sendiri.
f) Kebijakan Pemerintah
Pemerintah dapat memegang peranan utama secara tidak langsung dengan
mempengaruhi hambatan terhadap masuknya pendatang baru melalui
pengendalian atas kondisi otonomi daerah, sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia mengenai Otonomi Daerah Nomor 32 Pasal 24, yang
memiliki inti pemberian hak dan kewajiban bagi pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan otonomi serta berbagai peraturan lainnya. Sehingga dengan
begitu, bagi pendatang baru yang ingin masuk ke industri ini harus benar-benar
berpikir dua kali lipat jika ingin berhasil.
e. Ancaman Produk Substitusi (Threat of Substitution Product)
Menurut Pearce dan Robinson (2008, p132), Produk-produk substitusi yang perlu
diperhatikan secara strategis adalah produk-produk substitusi yang memiliki tren
membaiknya kinerja harga dibandingkan dengan produk industri tersebut, diproduksi
oleh industri yang memperoleh laba tinggi, dan faktor-faktor lainnya.
Pada pembahasan ini akan dibatasi produk subsitusi yang dapat mengancam Bank
Riau hanya pada segi consumer dimana pesaing dapat memanfaatkan peluang dari
153
konsumen untuk membangun suatu bisnis yang menjadi daya tarik bagi konsumen untuk
memperoleh layanan perbankan yang terbaik, seperti produk kredit kendaraan bermotor,
produk tabungan sinar belia, produk tabungan sinar pendidikan, produk kredit modal
bagi developer, produk tabungan sinar, produk kredit pemilikan rumah.
Produk subsitusi yang cukup berperan adalah Pegadaian dan lembaga keuangan non-
bank lainnya. Dengan meningkatnya kebutuhan dana yang cepat, maka semakin marak
pula layanan yang cepat dan mudah dalam proses peminjamanan uang atau dana yang
diperlukan masyarakat. Salah satu contohnya adalah Pegadaian hanya dengan membawa
identitas dan bukti yang valid sebagai jaminan maka masyarakatpun dapat mudah dalam
meminjam dana yang diperlukan tanpa harus menunggu lama.
Meskipun terdapat produk substitusi yang dapat mengancam Bank Riau, namun
Bank Riau masih tetap dapat mempertahankan kekuatannya, yaitu dengan cara
menciptakan kemudahan-kemudahan dan kenyamanan dalam transaksi perbankan yang
tidak berbelit-belit dan lebih inovatif dibandingkan dengan para pesaing yang
menyediakan produk substitusi.
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal dengan menggunakan
pendekatan Analisis Remote Environment (Faktor Politik, Hukum, dan Pemerintah;
Faktor Ekonomi; Faktor Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan; Faktor Teknologi;
dan Faktor Kompetitif) serta Analisis Kompetitif (Model Lima Kekuatan Porter) dan
disertai dengan melakukan wawancara kepada pihak manajemen perusahaan, maka
dapat diidentifikasikan Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) Bank Riau dalam
daftar terbatas yang berasal dari lingkungan luar (eksternal environment) yang dapat
dilihat pada Tabel 4.9
154
Tabel 4.9 Analisis Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Bank Riau Peluang (Opportunity) O1 Kondisi otonomi daerah yang memberikan keuntungan terhadap pemerataan ekonomi sesuai
dengan UU RI Nomor 32 Pasal 24 mengenai pemberian hak dan kewajiban bagi Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan otonomi.
O2 Meningkatnya pengeluaran rata-rata per kapita (per bulan) terhadap konsumsi barang dan jasa dari Rp 66.141 pada tahun 2008 menjadi Rp 75.227 pada tahun 2009. Sehingga memungkinkan untuk dapat lebih banyak berinvestasi ataupun menabungkan uangnya ke bank.
O3 Meningkatnya kebutuhan layanan perbankan untuk pengembangan produk konsumer berdasarkan segmen-segmen, yaitu segmen Lower Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 50 juta per tahun, segmen Middle Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan antara Rp 51 juta sampai dengan Rp 150 juta per tahun, segmen Upper Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 150 juta per tahun.
O4 Memanfaatkan perkembangan teknologi untuk investasi pengembangan produk (efisiensi proses produksi)
O5 Pasar masih cukup terbuka untuk produk konsumer lain (kartu kredit, kredit multiguna dan lain-lain)
Ancaman (Threat) T1 Perkembangan produk-produk consumer banking berbasis teknologi yang sudah dimiliki oleh
bank pesaing, seperti SMS banking, mobile banking, card products, fitur ATM. T2 Persaingan dari bank pesaing dan lembaga keuangan non-bank, yaitu jaringan sampai ke
pelosok daerah terpencil. T3 Konsumen dapat beralih ke produk substitusi ( misalnya dengan adanya Pegadaian). T4 Semakin meningkatnya tuntutan nasabah terhadap layanan yang lebih cepat dan lebih baik
(misalnya dengan adanya call banking, sms banking) T5 Adanya brand image konsumen yang kuat terhadap produk pesaing
Sumber: Hasil Wawancara dan Pengolahan Data
4.2.1.3. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation – EFE Matrix)
memungkinkan manajemen Bank Riau untuk meringkas dan mengevaluasi informasi
ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum,
teknologi, dan kompetitif. Dimana pada tabel 4.10 dibawah ini menunjukkan EFE
Matrix pada perusahaan Bank Riau.
Tabel 4.10 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE Matrix) Bank Riau Faktor-Faktor Eksternal Utama Bobot Peringkat Skor
Bobot Peluang (Opportunity) 1. Kondisi otonomi daerah yang memberikan keuntungan terhadap
pemerataan ekonomi sesuai dengan UU RI Nomor 32 Pasal 24 mengenai pemberian hak dan kewajiban bagi Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan otonomi.
2. Meningkatnya pengeluaran rata-rata per kapita (per bulan)
0.0688 0.0667
3
1
0.2064 0.0667
155
terhadap konsumsi barang dan jasa dari Rp 66.141 pada tahun 2008 menjadi Rp 75.227 pada tahun 2009. Sehingga memungkinkan untuk dapat lebih banyak berinvestasi ataupun menabungkan uangnya ke bank.
3. Meningkatnya kebutuhan layanan perbankan untuk pengembangan produk konsumer berdasarkan segmen-segmen, yaitu segmen Lower Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 50 juta per tahun, segmen Middle Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan antara Rp 51 juta sampai dengan Rp 150 juta per tahun, segmen Upper Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 150 juta per tahun.
4. Memanfaatkan perkembangan teknologi untuk investasi pengembangan produk (efisiensi proses produksi)
5. Pasar masih cukup terbuka untuk produk konsumer lain (kartu kredit, kredit multiguna dan lain-lain) Total Peluang
Ancaman (Threat)
0.0959 0.1081 0.1026
2
4
4
0.1918 0.4324 0.4104 1.3077
1. Perkembangan produk-produk consumer banking berbasis teknologi yang sudah dimiliki oleh bank pesaing, seperti SMS banking, mobile banking, card products, fitur ATM.
2. Persaingan dari bank pesaing dan lembaga keuangan non-bank, yaitu jaringan sampai ke pelosok daerah terpencil.
3. Konsumen dapat beralih ke produk substitusi (misalnya dengan adanya Pegadaian).
4. Semakin meningkatnya tuntutan nasabah terhadap layanan yang lebih cepat dan lebih baik (misalnya dengan adanya call banking, sms banking)
5. Adanya brand image konsumen yang kuat terhadap produk pesaing Total Ancaman
0.1179 0.1078 0.0967 0.1374 0.0982
3
2
4
2
1
0.3537 0.2156 0.3868 0.2748 0.0982 1.3291
1.00 2.6368
Keterangan:
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa total dari evaluasi faktor eksternal berjumlah 2,6368.
Total nilai tertimbang diatas rata-rata 2.5 mengindikasikan bahwa Bank Riau mampu
merespon dengan baik peluang dan ancaman yang ada di industrinya. Peluang terpenting
agar berhasil di bisnis ini adalah “memanfaatkan perkembangan teknologi untuk
investasi pengembangan produk (efisiensi proses produksi)” yang memiliki bobot
0,1081 (peringkat 4) dan ancaman yang paling berarti adalah “semakin meningkatnya
tuntutan nasabah terhadap layanan yang lebih cepat dan lebih baik” yang memiliki bobot
156
0,1374 (peringkat 2). Skor bobot sebesar 2,6368 yang berarti diatas rata-rata (titik tengah
2,5) sehingga bisnis perbankan dari segi konsumer ini dapat dikatakan berhasil karena
mampu menarik keuntungan dari peluang eksternal dan menghindari ancaman yang
menghadang Bank Riau.
Gambar 4.4 dibawah ini menunjukkan data hasil olahan menggunakan software 123ahp
untuk mengolah hasil wawancara dengan Direktur Konsumer & Mikro mengenai
peluang dan ancaman dari faktor eksternal perusahaan.
Sumber: www.123ahp.com
Gambar 4.4 Bobot Peluang dan Ancaman Eksternal Bank Riau
4.2.2. Lingkungan internal
4.2.2.1.Fungsi-fungsi Manajemen
a. Pemasaran
Pada Bank Riau, pemasaran yang dilakukan dalam rangka menjadi bank daerah
yang terbaik dengan menyediakan layanan dan inovasi produk yang tersegmen. Oleh
157
karena itu diperlukan strategi persaingan yang tepat melalui diferensiasi,
penyempurnaan infrastruktur dan budaya kerja yang berkualitas tinggi.
1. Sasaran (Target) Pemasaran
Target pemasaran dari Bank Riau adalah berfokus pada pengembangan potensi
ekonomi kerakyatan, mikro kecil dan menengah sehingga pangsa pasar Bank Riau
menjadi lebih besar dan mengarah serta mengakar ke seluruh lapisan masyarakat.
2. Strategi Pemasaran
Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Bank Riau, yaitu promosi yang
konsisten secara above the line dan below the line. Strategi promosi above the line
dilakukan dengan cara periklanan, seperti Bank Riau memasang iklan di TV,
memasang iklan di majalah, memasang iklan di baliho memasang banner iklan di
website-website lain, serta menyebarkan flyer-flyer. Sedangkan strategi promosi
bellow the line dilakukan dengan mengadakan acara-acara/kegiatan-kegiatan,
salah satunya adalah customer gathering seperti bakti sosial dan lainnya.
b. Keuangan/Akuntansi
i. Pendapatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Riau, sampai dengan Desember
2009, Bank Riau mampu mengumpulkan pendapatan sebesar Rp.1,294 miliar
dari anggaran sebesar Rp.1,469 miliar yang ditargetkan atau sebesar 88,10%
dari pencapaian.
ii. Biaya
Total biaya yang dikeluarkan sampai dengan 31 Desember 2009 tercatat
sebesar Rp.963 miliar atau lebih besar jika dibandingkan dengan periode
158
yang sama tahun 2008 sebesar Rp.784,53 miliar. Jika dibandingkan dengan
pencapaian target tahun 2009 maka biaya telah mencapai 87,37% dari target.
Ini menunjukkan bahwa Bank Riau mampu melakukan efisiensi secara
efektif walaupun terjadi tekanan biaya antara lain disebabkan oleh
meningkatnya beban operasional, seperti biaya umum dan administrasi,
yaitu: promosi usaha, keperluan kantor, premi asuransi dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk biaya tenaga kerja lebih banyak disebabkan oleh
peningkatan gaji dan tunjangan, pendidikan dan pelatihan, jasa produksi, dan
lain-lain.
iii. Laba
Laba yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2009 tercatat sebesar
Rp.330,89 miliar sebelum pajak, atau lebih kecil jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp.401,49 miliar. Jika dibandingkan
dengan pencapaian target tahun 2009 sebesar Rp.330,76 miliar maka laba
telah mencapai 101,00% dari target.
c. Produksi/Operasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, Bank Riau melakukan
pengembangan usaha yang dijadikan stratregi jangka pendek, difokuskan pada
peningkatan profitabilitas dan infrastruktur yang kuat sehingga mendukung ekspansi
bisnis dan meningkatkan efisiensi melalui inisiatif yang diarahkan untuk :
i. Melanjutkan pertumbuhan penyaluran kredit dengan fokus kepada segmen UMKM
dan konsumer, secara selektif ditujukan pada sektor produktif. Target pertumbuhan
kredit sebesar 53,68% dan rasio LDR sebesar 55,85%.
159
ii. Pertumbuhan DPK difokuskan pada dana non pemda dengan target pertumbuhan
sebesar DPK sebesar Rp.2,15 triliun atau naik 19,00%.
iii. Menyelaraskan TI untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan mengimplementasi
MIS.
iv. Memperkuat kemampuan SDM dengan penekanan pada peningkatan
profesionalisme, produktifitas dan integritas SDM.
v. Memperbaiki rasio pendapatan dan biaya.
vi. Penyempurnaan pengawasan resiko kredit dan berkonsentrasi pada penagihan dan
perbaikan struktur (collection and recovery).
vii. Penyempurnaan organisasi dan manual internal perusahaan yang berhubungan
dengan produk dan organisasi.
viii. Pelaksanaan program perubahan yang penting secara bertahap dan
berkesinambungan.
Beberapa faktor penting yang menjadi perhatian dalam pengembangan bisnis
Bank Riau adalah:
i. Potensi stabilnya suku bunga, volatilitas nilai tukar dan gejolak perubahan harga
minyak.
ii. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada perlambatan
pertumbuhan kredit.
iii. Potensi meningkatnya kredit bermasalah.
iv. Persaingan pasar perbankan yang semakin ketat.
160
d. Sistem Informasi Manajemen
Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis dan menyediakan landasan bagi
semua keputusan manajerial. Sistem informasi yang terdapat pada Bank Riau
menghubungkan pihak karyawan dengan pihak manajemen sehingga hal ini
memudahkan mereka dalam berbagi informasi serta pemberian laporan yang cepat
antara satu karyawan dengan karyawan lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari
perusahaan, Bank Riau menggunakan sistem aplikasi Exchange Mail yang berfungsi
sebagai penghubung antara satu karyawan dengan karyawan lain dalam meningkatkan
komunikasi di Bank Riau (melalui email ataupun chating).
4.2.2.2. Resource Based View (RBV)
Dalam menganalisis lingkungan internal Bank Riau, digunakan pendekatan
Resource Based View untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Bank Riau. Pendekatan
RBV ini menekankan pada 3 kategori, yaitu:
a. Sumber Daya Fisik (Aset Berwujud/tangible asset)
Bank Riau memiliki keuntungan letak geografis di tengah kota serta saat ini Bank
Riau sedang membangun Menara Bank Riau dengan biaya Rp 160 miliar sehingga
lebih menunjang dalam industri perbankan. Untuk itu Bank Riau ingin tetap menjadi
bank kebanggaan masyarakat Provinsi Riau dan Kepulauan Riau dengan cara
meningkatkan keunggulan kompetitifnya, seperti beroperasi di daerah yang sangat
strategis. Serta memiliki jaringan distribusi (network) yang luas dan online. Selain
itu, Bank Riau juga memiliki kecukupan modal yang baik dengan mendapat
dukungan dari Pemda Riau dan Kepri sebagai pemegang saham sehingga
menjadikan Bank Riau lebih unggul dibandingkan dengan para pesaingnya.
161
b. Sumber Daya Manusia (Aset tak Berwujud/intangible asset)
Para karyawan yang bekerja di Bank Riau rata-rata memiliki pendidikan yang tinggi
(rata-rata lulusan S1 dari berbagai universitas). Namun terdapat kelemahan di
dalamnya, yaitu pengembangan SDM dan organisasi belum optimal sehingga
kualitas SDM menjadi terbatas. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan Fee-Based
masih rendah, kurangnya kemampuan karyawan dalam mengimplementasikan
teknologi informasi dan komunikasi yang belum optimal sehingga mengakibatkan
tingkat kualitas pelayanan belum maksimal.
c. Sumber Daya Organisasional (Kapabilitas Organisasional / organizational
capabilities)
Memiliki reputasi dan citra (image) yang baik menjadi sesuatu yang berharga untuk
meningkatkan kompetensi di bisnis perbankan. Namun hal ini kurang didukung
oleh strategi pemasaran yang belum terpadu, baik untuk produk dana maupun asset.
Begitu pula dengan fitur produk yang masih terbatas.
Setelah pengidentifikasian sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber
daya organisasional maka RBV menerapkan sekumpulan kriteria untuk menentukan
sumber daya manakah yang merupakan kekuatan dan kelemahan Bank Riau serta
sumber daya manakah yang merupakan sumber dari keunggulan kompetitif yang
berkesinambungan.Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Bank
Riau, maka akan dilakukan analisis sumber daya yang dimiliki perusahaan Bank Riau
dengan menggunakan Resource-Based View yang akan dikemukakan pada table 4.11
dibawah ini.
162
Tabel 4.11 Analisis Resource-Based View (RBV)
No Component (Resource/Capability)
Val
uabl
e
Rar
e
Impe
rfec
tly
imita
ble
Non
-su
btitu
able
Competitive implications
1. Beroperasi di daerah yang sangat strategis di tengah kota dan sedang dibangun Menara Bank Riau senilai Rp 160 miliar
√ √ √ √ Sustained Competitive Advantage
2.
Dukungan pemerintah Provinsi Riau sebagai salah satu pemegang saham yang memiliki komposisi terbesar yaitu sebesar 43.87% dari Rp668.303.000 (akhir tahun 2009)
√ √ √ √ Sustained Competitive Advantage
3. Keahlian dan pengalaman karyawan dalam bidang perbankan dan IT (Tim manajemen yang berkualitas)
√ √ √ √ Sustained Competitive Advantage
4. Melaksanakan Business process improvement untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan (ISO 9000:2001)
√ √ - √ Temporary Competitive Advantage
5 Memiliki jaringan distribusi yang luas dan online √ - - √ Temporary Competitive
Advantage
6. Fitur produk masih terbatas, belum memiliki M-Banking - - - - Competitive Disadvantage
7. Belum maksimalnya strategi marketing atau promosi yang dilakukan - - - - Competitive Disadvantage
8. Masih banyaknya complain dari nasabah - - - - Competitive Disadvantage
9. Teknologi pendukung untuk memudahkan pengambilan keputusan untuk manajerial masih belum ada
- - - - Competitive Disadvantage
10 Informasi yang belum lengkap jika dibandingkan dengan pesaing - - - - Competitive Disadvantage
Sumber: Hasil Pengolahan Data Keterangan:
Indikator-indikator empiris (empirical indicators):
1. Valuable (bernilai/penting), sumber daya harus dapat meningkatkan efisiensi
dan efektifitas perusahaan dan dapat memenuhi suatu kebutuhan pelanggan
secara lebih baik dibandingkan dengan alternatif lain.
163
2. Rare (langka), sumber daya ini termasuk langka dan dikuasi oleh perusahaan
dalam jumlah besar dan hanya sedikit pihak lain yang memiliki sumber data atau
keahlian setingkat dengan yang perusahaan Bank Riau miliki.
3. Imperfectly imitable, susah untuk ditiru
4. Non-Subtituable, tidak ada barang pengganti untuk sumber daya ini
Competitive Impications:
1. Competitive Disadvantage (kompetitif merugikan/kompetitif yang tidak terlalu
membawa keunggulan bersaing bagi perusahaan)
2. Competitive Parity (kompetitif yang seimbang dengan perusahaan pesaing)
3. Temporary Competitive Advantage (keunggulan kompetitif sementara)
4. Sustained Competitive Advantage (keunggulan kompetitif yang berkelanjutan)
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam lingkungan internal perusahaan
dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen dan Resource-Based View,
maka dapat diperoleh Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness) Bank Riau yang
ditunjukkan pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Kekuatan dan Kelemahan Bank Riau (Faktor Internal) Kekuatan (Strength)
S1 Beroperasi di daerah yang sangat strategis di tengah kota dan sedang dibangun Menara Bank Riau senilai Rp 160 miliar
S2 Dukungan pemerintah Provinsi Riau sebagai salah satu pemegang saham yang memiliki komposisi terbesar yaitu sebesar 43.87% dari Rp668.303.000 (akhir tahun 2009)
S3 Keahlian dan pengalaman karyawan dalam bidang perbankan dan IT (Tim manajemen yang berkualitas)
S4 Melaksanakan Business Process Improvement untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan (ISO 9000:2001)
S5 Memiliki jaringan distribusi yang luas dan online
Kelemahan (Weakness) W1 Fitur produk masih terbatas, belum memiliki M-Banking W2 Belum maksimalnya strategi marketing atau promosi yang dilakukan W3 Masih banyaknya complain dari nasabah
W4 Teknologi pendukung untuk memudahkan pengambilan keputusan untuk manajerial masih belum ada
164
W5 Informasi yang belum lengkap jika dibandingkan dengan pesaing Sumber: Hasil Wawancara dan Pengolahan Data 4.2.2.3. Matriks Evaluasi Faktor Internal
Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation – IFE Matrix)
memungkinkan manajemen Bank Riau untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk
mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut yang ditunjukkan
pada Tabel 4.13
Tabel 4.13 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE Matrix) Bank Riau Faktor-Faktor Internal Utama Bobot Peringkat Skor
Bobot
Kekuatan (Strength) 1. Beroperasi di daerah yang sangat strategis di tengah kota dan
sedang dibangun Menara Bank Riau senilai Rp 160 miliar 2. Dukungan pemerintah Provinsi Riau sebagai salah satu
pemegang saham yang memiliki komposisi terbesar yaitu sebesar 43.87% dari Rp668.303.000 (akhir tahun 2009)
3. Keahlian dan pengalaman karyawan dalam bidang perbankan dan IT (Tim manajemen yang berkualitas)
4. Melaksanakan Business Process Improvement untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan (ISO 9000:2001)
5. Memiliki jaringan distribusi yang luas dan online
Total Kekuatan
0.1522 0.2300 0.0896 0.0869 0.2601
4 4 3 3 4
0.6088 0.92 0.2688 0.2607 1.0404 3.0987
Kelemahan (Weakness)
1. Fitur produk masih terbatas, belum memiliki M-Banking 2. Belum maksimalnya strategi marketing/promosi yang dilakukan 3. Masih banyaknya complain dari nasabah 4. Teknologi pendukung untuk memudahkan pengambilan
keputusan untuk manajerial masih belum ada 5. Informasi yang belum lengkap jika dibandingkan dengan
pesaing Total Kelemahan
0.0280 0.0341 0.0458 0.0364 0.0370
1 2 2 2 1
0.0280 0.0682 0.0916 0.0728 0.0370 0.2976
Total 1.00 3.3963 Sumber: Hasil Wawancara dan Pengolahan Data
165
Keterangan:
Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa total dari evaluasi faktor internal berjumlah 3,3963.
Total nilai tertimbang diatas rata-rata 2,5 mengindikasikan bahwa Bank Riau memiliki
posisi internal yang kuat. Faktor terpenting agar berhasil di bisnis ini adalah “memiliki
jaringan distribusi yang luas dan online” yang memiliki bobot 0,2601 (peringkat 4). Dan
Bank Riau sangat bermasalah dalam “masih banyak complain dari nasabah” yang
memiliki bobot 0,0458 (peringkat 2) . Skor bobot sebesar 3,3963 yang berarti diatas
rata-rata (titik tengah 2,5) yang berarti bahwa adanya kesempatan yang baik dalam
melakukan perbaikan dalam hal operasi, strategi, serta tingkat layanan (service) produk
dan jasa Bank Riau.
Gambar 4.5 dibawah ini menunjukkan data hasil olahan menggunakan software 123ahp
untuk mengolah hasil wawancara dengan Direktur Konsumer & Mikro mengenai
kekuatan dan kelemahan Bank Riau dari faktor internal perusahaan.
Sumber: www.123ahp.com
Gambar 4.5 Bobot Peluang dan Ancaman Internal Bank Riau
166
4.2.3. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman(SWOT)
Matriks SWOT merupakan alat pencocokan untuk membantu para manajer
mengembangkan 4 jenis strategi, yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT. Tabel 4.14
dibawah menggambarkan matriks SWOT untuk Bank Riau.
Tabel 4.14 Matrik SWOT/TOWS Bank Riau
Internal Eksternal
Kekuatan (Strength) 1. Beroperasi di daerah yang
sangat strategis di tengah kota dan sedang dibangun Menara Bank Riau senilai Rp 160 miliar
2. Dukungan pemerintah Provinsi Riau sebagai salah satu pemegang saham yang memiliki komposisi terbesar yaitu sebesar 43.87% dari Rp668.303.000 (akhir tahun 2009)
3. Keahlian dan pengalaman karyawan dalam bidang perbankan dan IT (Tim manajemen yang berkualitas)
4. Melaksanakan Business Process Improvement untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan (ISO 9000:2001)
5. Memiliki jaringan distribusi yang luas dan online
Kelemahan (Weakness) 1. Fitur produk masih terbatas,
belum memiliki M-Banking 2. Belum maksimalnya strategi
marketing/promosi yang dilakukan
3. Masih banyaknya complain dari nasabah
4. Teknologi pendukung untuk memudahkan pengambilan keputusan untuk manajerial masih belum ada
5. Informasi yang belum lengkap jika dibandingkan dengan pesaing
Peluang (Opportunity) 1. Kondisi otonomi daerah yang
memberikan keuntungan terhadap pemerataan ekonomi sesuai dengan UU RI Nomor 32 Pasal 24 mengenai pemberian hak dan kewajiban bagi Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan otonomi.
2. Meningkatnya pengeluaran rata-rata per kapita (per
Strategi SO 1. Fokus pada pengembangan
produk yang lebih baik, seperti menambah fitur-fitur untuk dapat lebih maksimal dalam melayani para nasabah (S1, S2, S4, S5, O4,O5)
2. Fokus pada nasabah yang ada saat ini dan calon nasabah yang baru (S1, S5, O2, O3)
Strategi WO 1. Integrasi ke belakang dengan
menggunakan outsourcing teknologi atas pengembangan aplikasi (W1, W4, W5, O4,O5)
2. Mengalokasikan dana untuk memberikan pendidikan atau pelatihan atau training bagi para manajer agar dapat meningkatkan kemampuan relationship unit bisnis
167
bulan) terhadap konsumsi barang dan jasa dari Rp 66.141 pada tahun 2008 menjadi Rp 75.227 pada tahun 2009. Sehingga memungkinkan untuk dapat lebih banyak berinvestasi ataupun menabungkan uangnya ke bank.
3. Meningkatnya kebutuhan layanan perbankan untuk pengembangan produk konsumer berdasarkan segmen-segmen, yaitu segmen Lower Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 50 juta per tahun, segmen Middle Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan antara Rp 51 juta sampai dengan Rp 150 juta per tahun, segmen Upper Consumer dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 150 juta per tahun.
4. Memanfaatkan perkembangan teknologi untuk investasi pengembangan produk (efisiensi proses produksi)
5. Pasar masih cukup terbuka untuk produk konsumer lain (kartu kredit, kredit multiguna dan lain-lain)
3. Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis (S2, S3, S4, O1, O3, O4, O5)
4. Fokus pada peningkatan efisiensi operasional (S2, S3, O1, O2, O5)
(W1,W2, O1, O2, O5) 3. Fokus pada pengembangan
produk yang lebih baik (W1, W3, W5, O1, O4, O5)
4. Fokus pada pengembangan produk (W2, W3, W4, O1, O3, O5)
Ancaman (Threats) 1. Perkembangan produk-
produk consumer banking berbasis teknologi yang sudah dimiliki oleh bank pesaing, seperti SMS banking, mobile banking, card products, fitur ATM.
2. Persaingan dari bank pesaing dan lembaga keuangan non-bank, yaitu jaringan sampai ke pelosok daerah terpencil.
3. Konsumen dapat beralih ke produk substitusi (misalnya dengan adanya Pegadaian).
4. Semakin meningkatnya
Strategi ST 1. Meningkatkan pelayanan
nasabah (S1, S2, S4, T2, T3, T5)
2. Meningkatkan sumber daya manusia dan kapabilitas kompetitif (S2, S4, S5, T3, T4, T5)
3. Membuat perencanaan di awal untuk perubahan-perubahan yang tidak diharapkan (S4, S5, T1, T2)
4. Menjadi sponsor dalam acara-acara yang digelar di Riau dan Kepri, sehingga meningkatkan brand image
Strategi WT 1. Penerapan teknologi yang
dapat meningkatkan keunggulan kompetitif (misalnya sistem MIS untuk dapat meningkatkan kualitas layanan terhadap nasabah karena history dari semua nasabah sudah tertata dengan baik) (W2, W3, W5, T3, T5)
2. Fokus pada perencanaan dana investasi teknologi informasi (W4, W5, T2, T4)
3. Meningkatkan koordinasi antar divisi untuk penyediaan akses informasi yang lebih baik
168
Sumber: Hasil Pengolahan Data 4.2.4. Matriks Internal-Eksternal (IE)
Berdasarkan analisis faktor Internal dan Eksternal pada Bank Riau, maka
diperoleh skor bobot total untuk Internal Faktor Evaluation (IFE) adalah 3,3963 dan skor
bobot total untuk Eksternal Faktor Evaluation (EFE) adalah 2,6368. Sehingga untuk
analisis Matrik Internal-Eksternal, Bank Riau berada pada posisi sel ke II yaitu “Tumbuh
& Membangun”. Berdasarkan data yang diperoleh, Bank Riau dapat melakukan strategi
untuk melakukan pengembangan investasi dalam teknologi informasi/sistem informasi
atau Bank Riau dapat melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan melalui segmentasi
nasabah. Gambar 4.6 dibawah memperlihatkan posisi Internal dan Eksternal Bank Riau
dalam Matriks Internal-Eksternal (IE).
tuntutan nasabah terhadap layanan yang lebih cepat dan lebih baik (misalnya dengan adanya call banking, sms banking)
5. Adanya brand image konsumen yang kuat terhadap produk pesaing
Bank Riau di masyarakat (S1, S2, S4, T3, T4, T5)
(W3, W5, T1, T4) 4. Melakukan promosi dan
strategi marketing (seperti dengan adanya hadiah-hadiah setiap ada event tertentu, misalnya saat peringatan berdirinya Bank Riau, setiap awal tahun, dan lain-lain) (W2, W5, T3, T5)
169
SKOR BOBOT TOTAL IFE
KUAT SEDANG LEMAH 3,0 hingga 4,0 2,0 hingga 2,99 1,0 hingga 1,99 4 3 2 1
SKO
R B
OB
OT
TO
TAL
EFE
4 I II III TINGGI
TUMBUH & MEMBANGUN
TUMBUH & MEMBANGUN
MENJAGA & MEMPERTAHANKAN
3,0 hingga 4,0 3 IV V VI SEDANG
TUMBUH & MEMBANGUN
MENJAGA & MEMPERTAHANKAN
PANEN ATAU DIVESTASI
2,0 hingga 2,99 2 VII VIII IX RENDAH
MENJAGA & MEMPERTAHANKAN
PANEN ATAU DIVESTASI
PANEN ATAU DIVESTASI
1,0 hingga 1,99 1
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.6 Matriks Internal Eksternal (IE Matrix)
Adapun alternatif strategi yang dapat diterapkan Bank Riau yang berupa melakukan
pengembangan investasi dalam teknologi informasi/sistem informasi, terdiri dari:
a. Fokus pada pengembangan produk yang lebih baik
Hal ini merupakan strategi pengembangan produk yang dapat dilakukan oleh Bank
Riau. Salah satunya adalah dengan cara melakukan investasi-investasi teknologi
informasi untuk menyediakan sarana dan akses yang lebih baik untuk user (baik
untuk karyawan Bank Riau maupun untuk para direktur). Misalnya Bank Riau
membangun aplikasi Business Intelligent sebagai sarana untuk mendapatkan
informasi mengenai pengambilan keputusan manajerial untuk pengembangan
produk. Selain itu, Bank Riau dapat menggunakan kekuatannya untuk memperoleh
peluang yang lebih baik. Misalnya dengan adanya kekuatan dalam melaksanakan
170
Business Process Improvement, sehingga Bank Riau dapat memanfaatkan kekuatan
ini untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan produknya.
b. Fokus pada nasabah yang ada saat ini dan calon nasabah yang baru
Hal ini merupakan salah satu bentuk strategi Integrasi ke Depan, dimana Bank Riau
berfokus pada kepuasan nasabah yang ada saat ini maupun calon nasabah untuk
meningkatkan loyalitas mereka dengan cara memberi kepuasan akan produk/jasa dan
service secara langsung. Salah satunya dengan cara mengadakan event “Tabungan
Berhadiah” untuk menarik minat para nasabah dalam melakukan aktivitas/transaksi
perbankan di Bank Riau. Apabila nasabah melakukan banyak aktivitas/transaksi
perbankan (menabung) di Bank Riau, maka nasabah tersebut akan semakin banyak
memperoleh undian dari tabungan berhadiah yang memiliki berbagai macam pilihan
hadiah yang disediakan oleh Bank Riau.
c. Fokus pada pengembangan kemampuan relationship para manajer unit bisnis
Dimana Bank Riau dapat mengembangkan kemampuan relationship para manajer
unit bisnis dengan mengadakan pelatihan, kursus atau training sehingga para manajer
unit bisnis dapat mengetahui kebutuhan para nasabah melalui informasi yang tepat
dan akurat. Hal ini dapat memberikan keuntungan (meningkatkan profit Bank Riau)
karena kepuasan, loyalitas dan transaksi perbankan nasabah merupakan salah satu
sumber profit perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya.
d. Fokus pada peningkatan efisiensi operasional
Bank Riau dapat melakukan pengembangan investasi teknologi informasi
diperusahaannya yang bertujuan untuk menghilangkan redudansi proses-proses yang
tidak perlu dan meningkatkan pengetahuan atau ketrampilan Sumber Daya Manusia
171
(SDM) yang dimiliki oleh Bank Riau. Dengan adanya bantuan teknologi informasi,
diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerja dari Bank Riau serta dapat
menciptakan peningkatan efisiensi operasionalnya.
Sedangkan altrenatif strategi yang berupa melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan
melalui segmentasi nasabah terdiri dari:
a. Melaksanakan diferensiasi pelayanan melalui segmentasi nasabah
Dalam meningkatkan kebutuhan layanan perbankan untuk pengembangan produk
konsumer maka Bank Riau melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan berdasarkan
segmen-segmen, yaitu segmen Lower Consumer dengan nasabah perorangan yang
memiliki pendapatan kurang dari Rp 50 juta per tahun, segmen Middle Consumer
dengan nasabah perorangan yang memiliki pendapatan antara Rp 51 juta sampai
dengan Rp 150 juta per tahun, segmen Upper Consumer dengan nasabah perorangan
yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 150 juta per tahun. Bagi Upper Consumer
yang dapat dikatakan sebagai nasabah priority, disediakan ruangan dan pelayanan
khusus oleh Bank Riau.
b. Menambah/mengadaptasi sumber daya dan kapabilitas kompetitif
Dalam menjalankan bisnisnya Bank Riau bekerjasama dengan instansi dan
perusahaan lain sehingga Bank Riau dapat mengadaptasi sumber daya dan kapabilitas
kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan atau instansi tersebut. Sehingga dengan
demikian, Bank Riau dapat menambah fasilitas serta teknologinya untuk memajukan
kualitas Bank Riau. Adapun sumber daya yang dapat diadaptasi Bank Riau, misalnya
sumber daya teknologi, sumber daya manusia, sumber daya material (keuangan), dan
sumber daya-sumber daya lainnya.
172
c. Fokus pada pengembangan pasar di seluruh wilayah Riau dan Kepri
Dengan melakukan kerjasama dengan instansi atau perusahaan lain, maka diharapkan
Bank Riau dapat memperbaiki kualitas strategi marketingnya/promosi serta dapat
melakukan pengembangan pasar di seluruh Riau dan Kepri. Misalnya Bank Riau
dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan yang sudah terkenal sehingga Bank
Riau pun dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk promosi Bank Riau.
4.2.5. Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) ini digunakan untuk
menunjukkan strategi mana yang terbaik untuk diterapkan oleh Bank Riau. Matriks
QSPM ini menggunakan input analisis dari faktor eksternal dan internal serta dari hasil
pencocokan analisis Matriks SWOT dan Matriks IE untuk secara objektif menentukan
strategi yang hendak dijalankan di antara strategi-strategi alternatif yang telah ditentukan
sebelumnya.
Dalam mengembangkan matriks QSPM terdapat alternatif-alternatif strategi yang
berasal dari matriks SWOT dan matriks IE. Sehingga dalam pembahasan ini, akan
diambil 2 alternatif strategi yang berasal dalam satu rangkaian eksklusif dimana
mewakili dari semua alternatif strategi yang telah dirumuskan sebelumnya yang terdiri
dari:
a. Alternatif 1 (Melakukan pengembangan investasi dalam teknologi informasi/sistem
informasi)
Mencakup: fokus pada peningkatan jumlah nasabah, fokus pada pengembangan
produk yang lebih baik, fokus pada pengembangan kemampuan relationship para
manajer unit bisnis dan fokus pada peningkatan efisiensi operasional.
173
b. Alternatif 2 (Melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan melalui segmentasi
nasabah)
Mencakup: Melaksanakan diferensiasi pelayanan berdasarkan segmen konsumer,
menambah/mengadaptasi sumber daya dan kapabilitas kompetitif, fokus pada
pengembangan pasar di seluruh wilayah Riau dan Kepri.
Pada tabel 4.15 dibawah ini akan dirumuskan kedua strategi inti yang mewakili semua
alternatif pilihan yang berasal dari Matriks SWOT dan Matriks IE.
Alternatif Strategi (QSPM untuk perusahaan Bank Riau)
Tabel 4.15 Matriks QSPM untuk Bank Riau
1 Melakukan pengembangan investasi dalam teknologi
informasi/sistem informasi
2 Melaksanakan
strategi diferensiasi pelayanan melalui
segmentasi nasabah Faktor-Faktor Utama Bobot AS TAS AS TAS
Peluang (Opportunity) 1. Kondisi otonomi daerah yang
memberikan keuntungan terhadap pemerataan ekonomi sesuai dengan UU RI Nomor 32 Pasal 24 mengenai pemberian hak dan kewajiban bagi Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan otonomi.
0.0688 2 0.1376 1 0.0688
2. Meningkatnya pengeluaran rata-rata per kapita (per bulan) terhadap konsumsi barang dan jasa dari Rp 66.141 pada tahun 2008 menjadi Rp 75.227 pada tahun 2009. Sehingga memungkinkan untuk dapat lebih banyak berinvestasi ataupun menabungkan uangnya ke bank.
0.0667 - - - -
3. Meningkatnya kebutuhan layanan perbankan untuk pengembangan produk konsumer berdasarkan segmen, yaitu segmen Lower Consumer, Middle Consumer, Upper Consumer.
0.0959 4 0.3836 3 0.2877
4. Memanfaatkan perkembangan teknologi untuk investasi pengembangan produk (efisiensi proses produksi)
0.1081 4 0.4324 2 0.2162
5. Pasar masih cukup terbuka untuk produk konsumer lain, seperti kartu kredit, kredit multiguna dan lain-lain.
0.1026 4 0.4104 3 0.3078
Ancaman (Threat)
174
1. Perkembangan produk-produk consumer banking berbasis teknologi yang sudah dimiliki oleh bank pesaing, seperti SMS banking, mobile banking, card products, fitur ATM.
0.1179 3 0.3537 2 0.2358
2. Persaingan dari bank pesaing dan lembaga keuangan non-bank, yaitu jaringan sampai ke pelosok daerah terpencil.
0.1078 3 0.3234 4 0.4312
3. Konsumen dapat beralih ke produk substitusi (misalnya dengan adanya Pegadaian)
0.0967 2 0.1934 3 0.2901
4. Semakin meningkatnya tuntutan nasabah terhadap layanan yang lebih cepat dan lebih baik (misalnya dengan adanya call banking, sms banking)
0.1374 4 0.5496 3 0.4122
5. Adanya brand image konsumen yang kuat terhadap produk pesaing 0.0982 - - - -
1,00
Kekuatan (Strength)
1. Beroperasi di daerah yang sangat strategis di tengah kota dan sedang dibangun Menara Bank Riau senilai Rp 160 miliar
0.1522 4 0.6088 1 0.1522
2. Dukungan pemerintah Provinsi Riau sebagai salah satu pemegang saham yang memiliki komposisi terbesar yaitu sebesar 43.87% dari Rp 668.303.000 (akhir tahun 2009)
0.2300 - - - -
3. Keahlian dan pengalaman karyawan dalam bidang perbankan dan IT (Tim manajemen yang berkualitas)
0.0896 3 0.2688 2 0.1792
4. Melaksanakan Business Process Improvement untuk dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan (ISO 9000:2001)
0.0869 4 0.3476 2 0.1738
5. Memiliki jaringan distribusi yang luas dan online
0.2601 - - - -
Kelemahan (Weakness)
1. Fitur produk masih terbatas, belum memiliki M-Banking. 0.0280 - - - -
2. Belum maksimalnya strategi marketing/promosi yang dilakukan 0.0341 2 0.0682 4 0.1364
3. Masih banyaknya complain dari nasabah 0.0458 - - - -
4. Teknologi pendukung untuk memudahkan pengambilan keputusan untuk manajerial masih belum ada
0.0364 4 0.1456 3 0.1092
175
5. Informasi yang belum lengkap jika dibandingkan dengan pesaing 0.0370 3 0.111 4 0.148
Total 1.00 4.3341 3.1486
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan tabel 4.15 terdapat dua strategi alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh
Bank Riau, yaitu melakukan pengembangan investasi dalam teknologi informasi/sistem
informasi serta melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan melalui segmentasi
nasabah. Dari tabel tersebut diperoleh jumlah keseluruhan daya tarik total (TAS) sebesar
4,3341 untuk alternatif strategi pertama dan 3,1486 untuk alternatif strategi kedua yang
mengindikasikan bahwa Bank Riau perlu melakukan pengembangan investasi dalam
teknologi informasi/sistem informasi karena memiliki total daya tarik yang lebih besar
dibandingkan melaksanakan strategi diferensiasi pelayanan melalui segmentasi nasabah.
4.3. Arahan Strategi Bisnis
Berdasarkan matriks QSPM yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh
arahan strategi bisnis untuk melakukan pengembangan investasi dalam teknologi
informasi/sistem informasi yang dapat digunakan oleh Bank Riau sebagai kerangka
kerja dalam mendefinisikan tujuan dan sasaran perusahaan, seperti yang disajikan dalam
Tabel 4.16
176
Tabel 4.16 Arahan Strategi Bank Riau
Arahan Strategi Tujuan Metric Bobot
Meningkatkan jumlah nasabah
a. Memberikan kepuasan kepada nasabah
Jumlah nasabah 20 32%
b. Meningkatkan loyalitas nasabah Jumlah aktivitas perbankan para nasabah 12
Mengembangkan produk yang lebih baik.
a. Meningkatkan kualitas produk dan layanan Bank Riau
Jumlah nasabah yang mengambil produk consumer Bank Riau
13
26%
b. Meningkatkan Brand Image Posisi Bank Riau di industri 13
Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis
a. Meningkatkan profit perusahaan
Tingkat kenaikan profit setiap bulan atau tahun
12 24%
b. Fokus pemberitahuan aktivitas proses bisnis Kinerja satuan bisnis unit 12
Meningkatkan efisiensi operasional
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM)
Indeks Prestasi Kerja 11
18% b. Menghilangkan redudansi proses yang tidak perlu dan penghematan sumber daya listrik (energi)
Waktu proses bisnis (pengolahan data dan informasi)
7
Sumber:Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data
Rencana bisnis yang dimiliki oleh Bank Riau yaitu:
a. Meningkatkan jumlah nasabah (bobot 32%)
Nasabah dan kepercayaan merupakan hal yang paling penting dalam menentukan
kesuksesan sebuah bank. Dengan pemenuhan kebutuhan nasabah yang lebih baik
lagi, diharapkan dapat meningkatkan kepuasan nasabah dan para nasabah dapat
menjadi lebih loyal terhadap Bank Riau. Hal ini dapat diukur dengan melihat
peningkatan jumlah nasabah serta jumlah transaksi keuangan yang dilakukan
nasabah dengan menggunakan produk dan layanan dari Bank Riau. Salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh Bank Riau yaitu dengan mengadakan acara “Gathering”
serta meningkatkan fitur-fitur yang memudahkan transaksi keuangan dari nasabah
Bank Riau. Peningkatan fitur-fitur salah satunya dapat dilakukan dengan
menyediakan/membangun aplikasi yang dapat melayani transaksi nasabah melalui
177
handphone sehingga dengan begitu nasabah dapat melakukan transaksi keuangan
melalui handphone secara langsung (application mobile). Untuk memudahkan Bank
Riau melakukan pemasaran aplikasi yang telah dibangun, maka Bank Riau dapat
melakukan kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi (operator telephone) yang
ada di Indonesia (misalnya salah satunya Telkomsel) dan perusahan-perusahaan
komunikasi lainnya.
b. Mengembangkan produk yang lebih baik (bobot 26%)
Peningkatan jumlah transaksi keuangan oleh nasabah Bank Riau dan posisi Bank
Riau di industri memegang peranan yang sangat penting dalam kesuksesan bisnis
Bank Riau. Salah satu caranya adalah dengan memberikan layanan dan produk yang
berkualitas sehingga dapat meningkatkan brand image Bank Riau di masyarakat.
c. Mengembangkan kemampuan relationship para manjer unit bisnis (bobot 24%)
Kemampuan relationship para manajer unit bisnis merupakan salah satu sumber
pemasukan (profit) bagi Bank Riau. Saat ini, produk konsumer dari satuan bisnis
unit berupa produk dan layanan, yaitu produk kredit kendaraan bermotor (KKB),
produk tabungan sinar belia, produk tabungan sinar pendidikan, produk kredit modal
kerja (KMK) bagi developer atau pengembang, produk tabungan sinar, produk kredit
pemilikan rumah (KPR). Dengan adanya produk-produk konsumer di Bank Riau,
nasabah dapat memilih produk yang mereka butuhkan sehingga dengan begitu
nasabah dapat meningkat setiap bulannya atau setiap tahunnya dan secara tidak
langsung profit Bank Riau akan meningkat juga.
178
d. Meningkatkan efisiensi operasional (bobot 18%)
Peningkatan efisiensi operasional bertujuan untuk menghilangkan redudansi proses
yang tidak perlu serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para
karyawannya. Salah satunya dapat dilakukan dengan cara melakukan investasi SI/TI
yang mengintegrasikan seluruh proses dan memudahkan setiap pekerjaan yang ada
serta melakukan proses-proses yang dapat menghemat sumber daya dan energi. Hal
ini dapat diukur dari penghematan waktu proses bisnis (pengolahan data dan
informasi) serta dari Indeks Prestasi Kerja (IPK) karyawan sehingga Bank Riau
dapat mencapai keunggulan kompetitif dalam bersaing di industrinya.
4.4. Demand/Supply Planning
Untuk menghubungkan rencana bisnis dengan rencana SI/TI maka harus
melakukan Strategic Demand / Supply Planning dan Innovation Planning. Dimana
Strategic Demand / Supply Planning dan Innovation Planning terkait dengan arahan
strategis bisnis, agenda strategi SI/TI dan kebutuhan strategi SI/TI. Ada 2 perencanaan
yang dilakukan untuk mengaitkan arahan strategi bisnis dengan perencanaan SI/TI yaitu:
• Demand menyatakan apa yang bisnis perlukan dari SI/TI . Demand berarti
dibutuhkan dalam IT Plan dan tindakan untuk melaksanakan arahan strategi
bisnis yang dapat digunakan untuk memberi kemampuan dan perubahan bisnis
dalam mencapai hasil yang dibutuhkan.
• Supply menjelaskan bagaimana SI/TI dapat memenuhi kebutuhan demand.
Supply berarti SI/TI dapat berinovasi dan berkontribusi pada arahan strategi
bisnis yang baru.
179
Rencana Strategic Demand / Supply Planning menjamin bahwa pasokan / Supply
konsisten dengan kebutuhan / Demand. Berikut adalah Demand/Supply planning
pada Bank Riau:
Tabel 4.17 Demand / Supply Planning Meningkatkan Jumlah nasabah Demand Supply
Konteks strategi bisnis Perencanaan strategi untuk penggunaan SI/TI
Perencanaan strategi untuk pemasok SI/TI
Arahan Strategi
Meningkatkan jumlah nasabah
Divisi Konsumer dan Komersial memiliki informasi yang lengkap mengenai target konsumen
Mengembangkan tempat penyimpanan data yang mampu menghasilkan data dan informasi yang akurat mengenai kebutuhan konsumen
Tujuan Strategi
a. Memberikan kepuasan kepada nasabah
b. Meningkatkan loyalitas nasabah
Memperoleh informasi yang akurat dan cepat untuk memenuhi kebutuhan nasabah
Membangun sistem aplikasi yang mampu mengindikasikan permintaan produk dari nasabah di masa mendatang
Inisiatif Strategi
Mengembangkan layanan yang mampu mengetahui spesifikasi kebutuhan nasabah
Meningkatkan jumlah nasabah
Application mobile dengan menyediakan atau membangun aplikasi yang dapat melayani transaksi nasabah melalui handphone secara langsung.
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.18 Demand / Supply Planning Mengembangkan Produk yang Lebih Baik Demand Supply
Konteks strategi bisnis Perencanaan strategi untuk penggunaan
SI/TI
Perencanaan strategi untuk pemasok SI/TI
Arahan Strategi
Mengembangkan produk yang lebih baik
Mengetahui produk yang memiliki value yang besar (paling menguntungkan) dan market-nya luas
Membangun sistem yang dapat mengukur intensitas produk yang paling laku (disukai nasabah)
Tujuan Strategi
c. Meningkatkan kualitas produk dan layanan Bank Riau
d. Meningkatkan brand image Bank Riau di masyarakat
Memperkenalkan produk baru yang berkualitas ke nasabah
Mengembangkan aplikasi yang dapat meningkatkan kualitas produk dan penambahan fitur-fitur baru yang menarik
Inisiatif Strategi
Melakukan inovasi-inovasi yang berbeda dengan pesaing dan meningkatkan kualitas produk
Meningkatkan aktivitas perbankan nasabah untuk menaikkan posisi/rating Bank Riau di industri perbankan
Membangun aplikasi Business Intelligent sebagai sarana untuk mendapatkan informasi mengenai pengambilan keputusan manajerial untuk meningkatkan kepuasan nasabah.
180
Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 4.19 Demand / Supply Planning Mengembangkan Kemampuan Relationship para
Manajer Unit Bisnis Demand Supply
Konteks strategi bisnis Perencanaan strategi untuk penggunaan
SI/TI
Perencanaan strategi untuk pemasok SI/TI
Arahan Strategi
Mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis
Menyediakan layanan dan produk yang berkualitas bagi nasabah
Mengembangkan aplikasi yang dapat memudahkan user dalam melayani para nasabah
Tujuan Strategi
a. Meningkatkan profit perusahaan
b. Fokus pemberitahuan aktivitas proses bisnis
Memperoleh informasi kebutuhan para nasabah Menyediakan laporan per periode yang dapat dikirim tepat waktu (secara otomatis) kepada manajer unit bisnis
Mengembangkan sistem yang dapat men-tracking aktivitas user secara efektif dan akurat
Inisiatif Strategi
Menyediakan fitur-fitur produk yang menarik dan berkualitas bagi para nasabah
Meningkatkan keuntungan (profit) setiap bulan dan meningkatkan jumlah nasabah
Membangun aplikasi Management Information System yang digunakan sebagai informasi dari history para nasabah.
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.20 Demand / Supply Planning Meningkatkan Efisiensi Operasional Demand Supply
Konteks strategi bisnis Perencanaan strategi untuk penggunaan SI/TI
Perencanaan strategi untuk pemasok SI/TI
Arahan Strategi
Meningkatkan efisiensi operasional
Mengefisiensikan dan mengefektifkan proses bisnis
Membangun sistem yang dapat mengintegrasikan semua proses kerja para user yang berkaitan
Tujuan Strategi
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki
b. Menghilangkan redudansi proses yang tidak perlu dan penghematan sumber daya listrik (energi)
Menjadikan aplikasi Exchange Mail sebagai sarana komunikasi yang efektif bagi para user secara up to date
Mengembangkan aplikasi Exchange Mail untuk meningkatkan komunikasi antar user serta memperoleh informasi lebih cepat dan akurat
Inisiatif Strategi
Melakukan pengembangan-pengembangan investasi SI/TI yang diperlukan serta mengadakan training user secara berkala
Meningkatkan kerjasama antar user dalam melakukan proses bisnis dan penghematan biaya untuk mencapai keunggulan kompetitif
Mengimplementasi sistem Knowledge Management yang dapat digunakan sebagai sarana untuk berbagi informasi dan pengetahuan (knowledge) antar karyawan agar dapat meningkatkan kinerja mereka
Sumber: Hasil Pengolahan Data
181
4.4.1. Agenda strategi SI/TI untuk penggunaan teknologi (Strategic Agenda for
IS/IT)
Agenda strategi SI/TI merupakan hasil dari demand/supply planning yang
tergolong dalam perencanaan strategi bisnis dalam penggunaan SI/TI, baik itu dari
arahan strategi, tujuannya maupun inisiatif strateginya. Agenda Strategi SI/TI
menyatakan apa yang diinginkan oleh bisnis untuk dilakukan dengan dukungan SI/TI.
Agenda Strategi SI/TI digunakan untuk merencanakan apa saja yang akan dilakukan
atau tahapan-tahapan kegiatan dalam memenuhi arahan strategi perusahaan.
Berikut agenda strategi SI/TI Bank Riau berdasarkan arahan strategi masing-masing:
1. Agenda strategi untuk meningkatkan jumlah nasabah
a. Divisi Konsumer dan Komersial memiliki informasi yang lengkap mengenai
target nasabah
b. Memperoleh informasi yang akurat dan cepat untuk memenuhi kebutuhan
nasabah
c. Meningkatkan jumlah nasabah
2. Agenda strategi untuk mengembangkan produk yang lebih baik
a. Mengetahui produk yang memiliki value yang besar (paling menguntungkan)
dan market-nya luas
b. Memperkenalkan produk baru yang berkualitas ke masyarakat Riau
c. Meningkatkan aktivitas nasabah untuk menaikkan posisi/rating Bank Riau di
industri perbankan
182
3. Agenda strategi untuk mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit
bisnis
a. Memperoleh informasi mengenai nasabah yang akurat
b. Meningkatkan keuntungan (profit) setiap bulan dan meningkatkan jumlah
nasabah
4. Agenda strategi untuk meningkatkan efisiensi operasional
a. Mengefisiensikan dan mengefektifkan proses bisnis
b. Menjadikan Exchange Mail sebagai sarana komunikasi yang efektif bagi para
user secara up to date
c. Meningkatkan kerjasama antar user dalam melakukan proses bisnis
d. Penghematan biaya untuk mencapai keunggulan kompetitif
4.4.2. Perencanaan Strategi SI/TI
Rencana strategi sistem informasi/teknologi informasi (SI/TI) merupakan apa
yang harus SI/TI lakukan untuk memenuhi permintaan dari strategi agenda SI/TI.
Berdasarkan hasil demand/supply planning yang merupakan hasil dari pembahasan
rencana strategi SI/TI dalam pembahasan sebelumnya diperoleh rencana strategi TI
untuk Bank Riau sebagai berikut:
1. Rencana strategi SI/TI untuk meningkatkan jumlah nasabah
Dalam mencapai peningkatan jumlah nasabah yang ada di Bank Riau, maka Bank
Riau dapat meningkatkan pelayanan dengan menggunakan teknologi dengan poses
transaksi yang cepat dan akurat.
2. Rencana strategi SI/TI untuk mengembangkan produk yang lebih baik
183
Hal yang dapat Bank Riau lakukan untuk meningkatkan loyalitas nasabah serta
menaikkan posisi/rating Bank Riau di industri perbankan yaitu dengan menyediakan
layanan dan produk yang menarik, salah satunya dengan cara membangun aplikasi
Business Intelligent sebagai sarana untuk mendapatkan informasi mengenai
pengambilan keputusan manajerial untuk meningkatkan kepuasan nasabah.
3. Rencana Strategi SI/TI Mengembangkan Kemampuan Relationship para Manajer
Unit Bisnis
Untuk meningkatkan keuntungan (profit) Bank Riau setiap bulan atau setiap
tahunnya serta meningkatkan jumlah nasabah maka Bank Riau dapat membangun
Membangun aplikasi Management Information System yang digunakan sebagai
informasi dari history para nasabah. Sehingga dengan adanya MIS maka semua
history nasabah tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus maupun
ouput dari model matematika.Output informasi digunakan oleh manajer dalam
perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Sehingga
nasabah Bank Riau semakin loyal serta meningkatkan profit bagi Bank Riau.
4. Rencana strategi untuk meningkatkan efisiensi operasional
Untuk mengefisiensikan operasional dan penghematan biaya untuk mencapai
keunggulan kompetitif, maka Bank Riau dapat mengimplementasi sistem Knowledge
Management yang dapat digunakan sebagai sarana untuk berbagi informasi dan
pengetahuan (knowledge) antar karyawan sehingga dengan begitu kinerja karyawan
dapat meningkat dan dapat menciptakan proses yang efisien.
184
4.5. Innovation
Proses inovasi dapat menggerakkan manajemen bisnis untuk menangkap
kesempatan bisnis yang didukung oleh teknologi informasi sehingga keunggulan
kompetitif perusahaan dapat diperoleh.
Proses inovasi terdiri dari 4 komponen, antara lain:
1. Business and Technology Monitoring
Mengenai apa saja perubahan yang mempengaruhi perusahaan dan berdampak bagi
perusahaan baik secara teknologi maupun bisnis?
a. Penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi dapat memudahkan direktur
dan seluruh karyawan memonitor aktivitas nasabah dan mendapatkan informasi
yang akurat dan cepat.
b. Mengukur kinerja teknologi informasi secara berkala sehingga terdapat
hubungan yang jelas antara kebutuhan bisnis, perencanaan teknologi, dan arahan
strategi.
c. Memudahkan setiap user (karyawan dan direktur Bank Riau) dalam menjalankan
proses bisnis yaitu menghasilkan pelayanan dan produk yang memuaskan para
nasabah serta meningkatkan profit perusahaan secara significant.
d. Memudahkan Direktur Bank Riau untuk menganalisis kebutuhan masyarakat
(khususnya nasabah) karena data dan proses saling terintegrasi dari setiap divisi
sehingga memudahkan pengambilan data dan informasi yang dibutuhkan.
e. Memungkinkan untuk meningkatkan kinerja melalui investasi teknologi baru
yang ada sehingga perusahaan dapat meningkatkan keunggulan kompetitifnya.
185
2. Innovation Visioning
Mengenai apa yang dapat dilakukan?
a. Mengembangkan proyek online banking sebagai sarana untuk memudahkan
nasabah dalam melaksanakan transaksi perbankan agar nasabah menjadi lebih
loyal sehingga rating Bank Riau dapat meningkat
b. Membangun aplikasi mobile banking untuk para nasabah melalui kerjasama
dengan operator komunikasi ataupun handphone di Indonesia
c. Membangun sistem pengetahuan bagi karyawan seperti sistem knowledge
management (help desk).
3. Business Context and Choices
Mengenai apa yang seharusnya perusahaan lakukan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perusahaan harus menentukan pilihan untuk
investasi teknologi informasi yang mendukung arahan strategi bisnis, diantaranya:
a. Merancang serta mengembangkan sistem aplikasi yang dapat memenuhi
kebutuhan konsumen dan meningkatkan loyalitas nasabah yang menghasilkan
peningkatan profit
b. Merancang sistem yang sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing
departemen atau divisi yang dapat mempercepat proses bisnis
c. Memberikan pelayanan yang optimal dan menyediakan solusi untuk pemecahan
masalah
4. Actionable Innovation
Membahas inovasi yang dilakukan oleh Bank Riau dengan mengajukan pertanyaan
“Apa yang akan perusahaan lakukan?” diantaranya:
186
a. Membangun sebuah application Business Intelligent
Dimana aplikasi ini berguna sebagai sarana untuk mendapatkan informasi mengenai
pengambilan keputusan manajerial untuk meningkatkan kepuasan nasabah.
b. Membuat sebuah aplikasi Management Information System
Dimana aplikasi ini berguna sebagai informasi dari history para nasabah. Sehingga
dengan adanya MIS maka semua history nasabah tersedia dalam bentuk laporan
periodik, laporan khusus maupun ouput dari model matematika.Output informasi
digunakan oleh manajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk
memecahkan masalah. Sehingga nasabah Bank Riau semakin loyal serta
meningkatkan profit bagi Bank Riau.
c. Membangun sistem Knowledge Management
Yang berfungsi sebagai sarana untuk berbagi informasi dan pengetahuan
(knowledge) antar karyawan sehingga dapat meningkatkan kinerja mereka
4.6. Portfolio Lights-On
Portfolio Lights-On merupakan aplikasi yang sudah ada, infrastruktur, service, dan
manajemen. Portfolio Lights-On pada Bank Riau terdiri dari 4 bagian, yaitu:
4.6.1. Portfolio aplikasi
Pada Bank Riau terdapat beberapa aplikasi yang membantu perusahaan untuk
memudahkan menjalankan segala aktivitas proses bisnis. Untuk aplikasi utama yang
digunakan oleh user Bank Riau.
187
a) Aplikasi Modul XAS
Tabel 4.21 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul XAS
Responden Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
An 4 5 5 4 5 4 4 4 4 2 Mt 4 5 4 4 5 5 5 4 5 1 Rs 4 4 5 4 4 5 5 5 4 1 Pt 5 4 4 5 5 5 5 4 5 1 Hb 4 5 4 4 5 5 5 4 4 2 Kh 5 5 4 5 5 5 5 4 5 1 Fb 4 5 5 4 4 4 5 4 4 2 Rn 3 5 4 5 5 5 4 3 5 1 Ad 5 4 5 5 5 5 5 5 5 1 Wj 5 4 4 4 4 5 4 4 5 2 Sm 4 4 3 5 4 5 5 5 4 1 Bb 5 4 4 4 5 5 5 4 5 2
Average / User 4,3 4,5 4,2 4,4 4,7 4,9 4,8 4,1 4,6 1,4
Average / Q 4,4 4,3 4,8 4,5 4,6 1,4
Score 4,4 4,7 3,0 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.22 Business Value Scorecard Modul XAS Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang
lebih baik
Mengembangkan kemampuan
relationship para manajer unit bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
An 5 4 4 5
Mt 5 5 5 5
Rs 4 5 4 4
Pt 4 5 5 5
Hb 5 5 4 5
Kh 5 5 5 5
Fb 5 4 4 4
Rn 5 5 5 5
Ad 4 5 5 5
Wj 4 5 5 4
Sm 4 5 4 4
188
Bb 4 5 5 5
Total 54,0 58,0 55,0 56,0
Average 4,5 4,9 4,6 4,7
Score 144,0 127,4 110,4 84,6 466,4 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Skor portfolio aplikasi Modul XAS:
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.4
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.3
Skor service adalah (4.4+4.3)/2 : 4.4
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 4.8
− Accuracy (Keakuratan) : 4.5
Skor Quality adalah (4.8+4.5)/2 : 4.7
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 4.6
− Application Breadth : 1.4
Skor Usage Intensity adalah (4.6+1.4)/2 : 3
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 466.4/100 = 4.664 = 4.66
b) Aplikasi Modul DDS
Tabel 4.23 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul DDS
Responden Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
An 3 5 4 4 5 5 4 4 4 3 Mt 4 4 5 5 5 5 3 5 5 5
189
Rs 4 4 3 4 5 5 5 5 4 4 Pt 5 4 3 4 4 4 4 3 4 5 Ad 5 4 4 5 4 3 4 5 5 3 Wj 3 5 5 4 4 5 3 4 5 4 Sm 2 5 5 4 5 5 4 4 4 5 Bb 3 3 3 5 4 5 4 3 3 4
Average / User 3.7 4.3 4.0 4.4 4.5 4.7 3.9 4.1 4.3 4.1
Average / Q 4.0 4.2 4.6 4.0 4.3 4.1
Score 4.1 4.3 4.2 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.24 Business Value Scorecard Modul DDS
Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan
jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang
lebih baik
Mengembangkan kemampuan
relationship para manajer unit
bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
An 5 5 5 4
Mt 4 5 5 5
Rs 4 5 5 4
Pt 4 4 4 4
Hb 4 4 3 5
Kh 5 4 5 4
Fb 5 5 5 4
Rn 3 4 5 5
Total 34.0 36.0 37.0 35.0
Average 4.3 4.5 4.7 4.4
Score 137.6 117.0 112.8 79.2 446.6 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Skor portfolio aplikasi Modul DDS:
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.0
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.2
Skor service adalah (4.0+4.2)/2 : 4.1
190
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 4.6
− Accuracy (Keakuratan) : 4.0
Skor Quality adalah (4.6+4.0)/2 : 4.3
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 4.3
− Application Breadth : 4.1
Skor Usage Intensity adalah (4.3+4.1)/2 : 4.2
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 446.6/100 = 4.466 = 4.47
c) Aplikasi Modul CIS
Tabel 4.25 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul CIS
Responden Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
An 5 5 4 5 5 4 4 5 5 2 Mt 5 5 4 4 3 5 5 5 4 2 Rs 4 5 5 5 4 5 5 5 4 1 Pt 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 Hb 3 4 4 5 5 3 4 5 2 1 Kh 5 5 3 5 4 4 5 5 4 3 Fb 5 4 3 5 4 3 5 4 5 2 Rn 4 4 4 4 4 4 5 4 5 1 Ad 5 3 5 4 5 4 4 5 1 5 Wj 5 5 2 4 3 5 5 4 4 4 Sm 4 4 4 3 5 4 5 4 3 3 Bb 5 4 4 3 4 3 2 5 2 4
Average / User 4.5 4.3 3.8 4.2 4.1 4.0 4.4 4.6 3.5 3
Average / Q 4.4 4.0 4.1 4.5 3.5 3.0
Score 4.2 4.3 3.3 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
191
Tabel 4.26 Business Value Scorecard Modul CIS
Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan
jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang
lebih baik
Mengembangkan kemampuan
relationship para manajer unit
bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
An 5 4 5 4
Mt 5 4 5 5
Rs 5 5 4 5
Pt 4 4 4 4
Hb 4 4 3 3
Kh 5 3 5 4
Fb 4 3 5 3
Rn 4 4 4 4
Ad 3 5 5 4
Wj 5 2 5 5
Sm 4 4 4 4
Bb 4 4 5 3
Total 52.0 46.0 54.0 48.0
Average 4.3 3.8 4.5 4.0
Score 137.6 98.8 108.0 72.0 416.4 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio aplikasi Modul CIS:
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.4
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.0
Skor service adalah (4.4+4.0)/2 : 4.2
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 4.1
− Accuracy (Keakuratan) : 4.5
Skor Quality adalah (4.1+4.5)/2 : 4.3
192
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 3.5
− Application Breadth : 3.0
Skor Usage Intensity adalah (3.5+3.0)/2 : 3.3
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 416.4/100 = 4.164 = 4.16
d) Aplikasi Modul LNS
Tabel 4.27 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul LNS
Responden Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
Hb 5 4 5 5 5 4 4 3 4 2 Kh 5 4 5 3 3 3 4 3 5 1 Fb 4 4 5 4 5 3 4 4 5 2 Rn 5 5 5 3 5 3 4 4 4 2
Average / User 4.8 4.3 5 3.8 4.5 3.3 4 3.5 4.5 1.8
Average / Q 4.6 4.4 3.9 3.8 4.5 1.8
Score 4.5 3.9 3.2 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.28 Business Value Scorecard Modul LNS
Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan
jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang
lebih baik
Mengembangkan kemampuan
relationship para manajer unit
bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
Hb 5 5 4 5
Kh 3 3 3 4
Fb 4 5 3 4
Rn 3 5 3 5
Total 15.0 18.0 13.0 18.0
Average 3.8 4.5 3.3 4.5
Score 121.6 117.0 79.2 81.0 398.8 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
193
Skor portfolio aplikasi Modul LNS:
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.6
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.4
Skor service adalah (4.6+4.4)/2 : 4.5
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 3.9
− Accuracy (Keakuratan) : 3.8
Skor Quality adalah (3.9+3.8)/2 : 3.9
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 4.5
− Application Breadth : 1.8
Skor Usage Intensity adalah (4.5+1.8)/2 : 3.2
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 398.8/100 = 3.988 = 3.99
e) Aplikasi Modul GLS
Tabel 4.29 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul GLS
Responden Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
Hb 3 5 5 4 2 4 5 4 5 1 Kh 4 5 4 4 3 2 4 4 5 2 Fb 5 2 4 5 4 4 4 3 4 1 Rn 4 3 5 4 5 3 2 3 5 1
Average / User 4 3.8 4.5 4.3 3.5 3.3 3.8 3.5 4.8 1.3
Average / Q 3.9 4.4 3.4 3.7 4.8 1.3
Score 4.2 3.6 3.1 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
194
Tabel 4.30 Business Value Scorecard Modul GLS
Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan
jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang lebih
baik
Mengembangkan kemampuan
relationship para manajer unit
bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
Hb 3 5 5 4
Kh 4 5 4 4
Fb 5 2 3 5
Rn 4 3 2 4
Total 16.0 15.0 14.0 17.0
Average 4.0 3.8 3.5 4.3
Score 128.0 98.8 84.0 77.4 388.2 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio aplikasi Modul GLS:
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 3.9
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.4
Skor service adalah (3.9+4.4)/2 : 4.2
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 3.4
− Accuracy (Keakuratan) : 3.7
Skor Quality adalah (3.4+3.7)/2 : 3.6
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 4.8
− Application Breadth : 1.3
Skor Usage Intensity adalah (4.8+1.3)/2 : 3.1
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 388.2/100 = 3.882 = 3.88
195
f) Aplikasi Modul TDS
Tabel 4.31 Hasil Kuesioner Aplikasi Modul TDS
Responden Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
An 4 5 4 4 3 4 4 5 4 2 Mt 5 5 3 4 4 4 4 3 3 2 Rs 4 4 5 2 5 3 5 5 4 2 Pt 3 4 4 4 3 4 4 5 3 4 Ad 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 Wj 4 3 2 4 4 4 4 4 2 4 Sm 5 4 3 3 5 5 4 5 1 4 Bb 3 5 3 4 4 3 5 4 2 3
Average / User 4.0 4.3 3.5 3.8 4.1 3.9 4.4 4.5 3 3.3
Average / Q 4.2 3.7 4 4.5 3 3.3
Score 3.9 4.3 3.2 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.32 Business Value Scorecard Modul TDS
Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan
jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang lebih
baik
Mengembangkan kemampuan
relationship para manajer unit
bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
An 2 4 4 5
Mt 3 3 5 5
Rs 3 5 4 4
Pt 5 4 3 4
Ad 3 4 4 4
Wj 5 2 4 3
Sm 5 3 5 4
Bb 5 3 3 5
Total 31.0 28.0 32.0 34.0
Average 3.9 3.5 4.0 4.3
Score 124.8 91.0 96.0 77.4 389.2 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
196
Skor portfolio aplikasi Modul TDS:
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.2
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 3.7
Skor service adalah (4.2+3.7)/2 : 3.9
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 4.0
− Accuracy (Keakuratan) : 4.5
Skor Quality adalah (4.0+4.5)/2 : 4.3
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 3.0
− Application Breadth : 3.3
Skor Usage Intensity adalah (3.0+3.3)/2 : 3.2
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 389.2/100 = 3.892 = 3.89
Tabel 4.33 Weight Portfolio Aplikasi
Wei
gth
32% 26% 24% 18% U
nwei
ght T
ota
Wei
ght T
otal
Meningkatkan
jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang
lebih baik
Mengembangkan kemampuan
relationship para manager unit
bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
Modul XAS 25 4.5 4.9 4.6 4.7 18.7 467.5 Modul DDS 22 4.3 4.5 4.7 4.4 17.9 393.8 Modul CIS 16 4.3 3.8 4.5 4.0 16.6 265.6 Modul LNS 14 3.8 4.5 3.3 4.5 16.1 225.4 Modul GLS 12 4.0 3.8 3.5 4.3 15.6 187.2 Modul TDS 11 3.9 3.5 4.0 4.3 15.7 172.7
Sumber: Hasil kuesioner dan pengelohan data
197
Tabel 4.34 Portfolio Aplikasi
Aplikasi Unit kerja
Bia
ya (d
alam
juta
an R
p)
Nila
i pen
yela
rasa
n
Ting
kat l
ayan
an
Kua
litas
Intensitas penggunaan
Ket
erga
ntun
gan
Peng
guna
(B
read
th)
Modul XAS Teller dan CS 159.5 4.66 4.4 4.7 4.6 1.4 Modul DDS Teller dan CS 100.105 4.47 4.1 4.3 4.3 4.1 Modul CIS Teller dan CS 102.235 4.16 4.2 4.3 3.5 3.0 Modul LNS Teller dan CS 100.065 3.99 4.5 3.9 4.5 1.8 Modul GLS Teller dan CS 101.170 3.88 4.2 3.6 4.8 1.3 Modul TDS Teller dan CS 95 3.89 3.9 4.3 3 3.3
Sumber: Hasil Kuesioner Dan Pengolahan Data
4.6.2. Portfolio infrastruktur
Pada Bank Riau terdapat beberapa infrastruktur yang menunjang perusahaan
dalam menggunakan aplikasi serta menjalankan proses bisnis, diantaranya terdiri dari
hardware, software lisence, network atau jaringan komunikasi, dan server.
a) Hardware
Tabel 4.35 Hasil Kuesioner Infrastruktur Hardware
Responden
Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
An 4 5 3 5 4 4 5 3 5 5
Mt 5 4 4 4 3 5 5 4 5 5
Rs 5 4 5 5 4 4 4 3 4 5
Pt 4 5 4 4 3 3 3 3 5 4
198
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.36 Business Value Scorecard Hardware
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Hb 3 3 4 5 4 4 4 5 5 5
Kh 4 5 5 5 4 3 5 5 4 5
Fb 5 4 5 4 5 3 3 5 5 4
Rn 5 5 5 4 3 4 4 4 5 5
Ad 4 5 4 5 3 3 4 3 4 5
Wj 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4
Sm 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4
Bb 3 5 4 5 3 5 4 5 5 5
Average/User 4.2 4.5 4.3 4.6 3.7 3.8 4.1 4 4.7 5
Average/Q 4.4 4.5 3.8 4.1 4.7 5
Score 4.5 3.9 4.9
Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang lebih baik
Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis
Meningkatkan efisiensi operasional
An 4 5 4 5
Mt 5 5 4 5
Rs 4 4 5 4
Pt 4 5 3 5
Hb 5 5 3 5
Kh 5 5 4 5
Fb 3 5 5 4
Rn 5 4 5 4
Ad 5 5 4 5
Wj 4 5 3 5
Sm 3 4 5 5
Bb 5 4 5 5
Total 52.0 56.0 50.0 57.0
Average 4.3 4.7 4.2 4.8
Score 137.6 122.2 100.8 86.4 447
199
Skor portfolio infrastruktur Hardware:
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.4
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.5
Skor service adalah (4.4 + 4.5)/2 : 4.5
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 3.8
− Accuracy (Keakuratan) : 4.1
Skor Quality adalah (3.8 + 4.1)/2 : 3.9
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 4.7
− Application Breadth : 5.0
Skor Usage Intensity adalah (4.7+ 5.0)/2 : 4.9
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 447/100 = 4.47
b) Software Lisence
Tabel 4.37 Hasil Kuesioner Infrastruktur Software Lisence
Software Responden
Service Quality Usage Intensity Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application
Dependency Application
Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 An 5 4 4 5 5 4 4 3 5 4 Mt 5 4 5 5 5 5 3 3 4 4 Rs 4 4 5 4 4 5 5 4 5 2 Pt 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 Hb 5 4 3 4 4 3 4 5 4 4 Kh 3 5 4 3 3 5 5 4 5 2 Fb 3 4 4 5 5 4 5 5 4 4 Rn 5 4 4 5 4 3 4 4 4 5 Ad 2 4 3 5 5 4 5 5 3 4 Wj 3 3 5 5 4 5 3 4 5 4 Sm 3 4 4 4 4 4 3 4 3 5 Bb 4 2 4 3 4 3 3 5 2 4
Average/User 3,8 3,9 4,1 4,4 4,3 4,1 4 4,2 4 3,8 Average/Q 3,8 4,3 4,2 4,1 4 3,8
Score 4,1 4,2 3,9 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
200
Tabel 4.38 Business Value Scorecard Software Licence Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang lebih
baik
Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
An 4 5 4 5
Mt 5 5 4 5
Rs 4 4 5 4
Pt 4 5 3 5
Hb 5 5 3 5
Kh 5 5 4 5
Fb 3 5 5 4
Rn 5 4 5 4
Ad 5 5 4 5
Wj 4 5 3 5
Sm 3 4 5 5
Bb 5 4 5 5
Total 52,0 56,0 50,0 57,0
Average 4,3 4,7 4,2 4,8
Score 137,6 122,2 100,8 86,4 447 Sumber: hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio infrastruktur Software License:
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 3.8
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.3
Skor service adalah (3.8 + 4.3)/2 : 4.1
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 4.2
− Accuracy (Keakuratan) : 4.1
Skor Quality adalah (4.2 + 4.1)/2 : 4.2
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 4.0
− Application Breadth : 3.8
Skor Usage Intensity adalah (4.0 + 3.8)/2 : 3.9
201
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 392.2/100 = 3.922 = 3.92
c) Network atau Jaringan Komunikasi
Tabel 4.39 Hasil Kuesioner Infrastruktur Network
Responden
Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth
Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 An 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 Mt 4 5 3 5 4 4 5 4 5 5 Rs 5 5 3 5 5 4 5 3 5 5 Pt 5 4 4 4 4 5 3 5 4 4 Hb 3 4 4 4 3 5 4 4 5 5 Kh 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 Fb 5 3 5 3 4 5 5 3 4 5 Rn 2 4 4 5 4 4 5 3 4 4 Ad 4 5 5 5 3 5 4 5 5 5 Wj 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 Sm 3 4 4 5 5 5 4 4 4 5 Bb 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5
Average/User 4 4.3 4.2 4.4 4.1 4.6 4.5 3.9 4.6 4.8
Average/Q 4.2 4.3 4.4 4.2 4.6 4.8 Score 4.3 4.3 4.7
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.40 Business Value Scorecard Network Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang lebih
baik
Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
An 3 5 4 5
Mt 3 5 4 5
Rs 4 5 5 4
Pt 4 5 4 5
Hb 5 4 3 5
Kh 5 4 5 4
Fb 4 5 4 3
Rn 5 4 5 5
Ad 3 5 3 5
Wj 5 5 4 5
202
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Skor portfolio infrastruktur Network :
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.2
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.3
Skor service adalah (4.2 + 4.3)/2 : 4.3
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 4.4
− Accuracy (Keakuratan) : 4.2
Skor Quality adalah (4.4 + 4.2)/2 : 4.3
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 4.6
− Application Breadth : 4.8
Skor Usage Intensity adalah (4.6+ 4.8)/2 : 4.7
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 433.8/100 = 4.338 = 4.34
Sm 4 5 4 4
Bb 3 4 5 5
Total 48.0 56.0 50.0 55.0
Average 4.0 4.7 4.2 4.6
Score 128 122.2 100.8 82.8 433.8
203
d) Server
Tabel 4.41 Hasil Kuesioner Infrastruktur Server
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.42 Business Value Scorecard Server
Responden Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
An 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 Mt 5 5 5 3 4 4 4 5 5 5 Rs 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 Pt 4 4 3 5 4 3 4 4 4 5 Hb 3 4 5 4 5 4 5 5 4 4 Kh 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 Fb 5 5 4 5 5 3 5 4 4 5 Rn 4 4 5 4 4 4 5 3 5 4 Ad 5 3 5 4 4 4 5 5 5 5 Wj 5 5 5 5 3 4 4 4 5 4 Sm 4 4 4 5 5 3 4 5 4 5 Bb 4 4 4 3 5 4 5 5 5 5
Average / User 4.3 4.1 4.4 4.2 4.5 3.8 4.5 4.6 4.7 4.8
Average / Q 4.2 4.3 4.1 4.6 4.7 4.8
Score 4.3 4.4 4.8
Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang lebih baik
Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional An 4 5 3 5
Mt 5 5 3 4
Rs 5 5 4 5
Pt 4 4 5 5
Hb 4 4 2 5
Kh 5 5 4 5
Fb 4 4 5 5
Rn 5 4 3 4
Ad 4 5 5 5
Wj 3 5 4 5
Sm 5 5 4 4
204
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Skor portfolio infrastruktur Server :
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.2
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.3
Skor service adalah (4.2 + 4.3)/2 : 4.3
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 4.1
− Accuracy (Keakuratan) : 4.6
Skor Quality adalah (4.1 + 4.6)/2 : 4.4
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 4.7
− Application Breadth : 4.8
Skor Usage Intensity adalah (4.7 + 4.8)/2 : 4.8
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 437.2/100 = 4.372 = 4.37
Tabel 4.43 Weight Portfolio Infrastruktur
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Bb 4 4 5 5
Total 51.0 55.0 47.0 57.0
Average 4.3 4.6 3.9 4.8
Score 137.6 119.6 93.6 86.4 437.2
Wei
gth
32% 26% 24% 18% U
nwei
ght t
otal
Wei
ght t
otal
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang
lebih baik
Mengembangkan kemampuan
relationship para manager unit
bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
Hardware 31 4.3 4.7 4.2 4.8 18.0 558 Server 30 4.3 4.6 3.9 4.8 17.6 528
Software license 22 3.4 4.3 3.7 4.6 16.0 352 Network/Jaringan
komunikasi 17 4.0 4.7 4.2 4.6 17.5 297.5
205
Tabel 4.44 Portfolio Infrastruktur
Aplikasi Unit kerja
Bia
ya (d
alam
juta
an
Rp)
Nila
i pen
yela
rasa
n
Ting
kat l
ayan
an
Kua
litas
Intensitas penggunaan
Ket
erga
ntun
gan
Peng
guna
(B
read
th)
Hardware Teller dan CS 107.710 4.47 4.5 3.9 4.7 5
Software lisence Semua unit (Bank Riau) 650.530 3.92 4.1 4.2 4 3.8
Network/Jaringan Komunikasi
Semua unit (Bank Riau) 33.072 4.34 4.3 4.3 4.6 4.8
Server Semua unit (Bank Riau) 750 4.37 4.3 4.4 4.7 4.8
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data 4.6.3. Portfolio service
Pada Bank Riau terdapat beberapa service yang digunakan untuk menjalankan
proses bisnis, diantaranya Exchange Mail yang berfungsi sebagai sarana komunikasi
antar karyawan dan Hardware and Software Maintenance yang berfungsi untuk
merawat dan menyediakan fasilitas maintenance bagi hardware dan software yang
digunakan oleh masing-masing staff (user) di Bank Riau. Serta security sebagai
keamanan bagi informasi teknologi dan komunikasi user di Bank Riau.
a) Exchange Mail
Tabel 4.45 Hasil Kuesioner Exchange Mail
Responden Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
An 4 5 4 4 3 5 4 3 4 5 Mt 4 5 4 3 3 3 2 5 3 5 Rs 5 4 3 3 5 4 5 2 4 5 Pt 5 3 5 2 4 3 5 4 3 4 Hb 3 5 3 5 3 2 3 3 4 5 Kh 5 4 3 4 5 2 5 4 4 4 Fb 4 3 4 3 2 4 4 3 5 5 Rn 5 5 5 5 4 3 3 4 4 5
206
Ad 3 4 3 4 3 4 3 3 5 5 Wj 4 4 5 3 5 2 4 4 3 5 Sm 5 5 4 5 3 3 3 2 5 5 Bb 3 5 5 4 4 4 5 3 3 5
Average/User 4.1 4.3 4 3.8 3.7 3.2 3.8 3.3 3.9 4.8 Average/Q 4.2 3.9 3.5 3.6 3.9 4.8
Score 4.1 3.6 4.4 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.46 Business Value Scorecard Exchange Mail Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang lebih
baik
Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis
Meningkatkan efisiensi operasional
An 3 4 5 5
Mt 3 3 3 5
Rs 4 4 5 5
Pt 4 5 4 4
Hb 2 5 2 4
Kh 4 4 1 5
Fb 5 5 5 4
Rn 3 5 3 5
Ad 4 5 5 4
Wj 5 3 4 4
Sm 4 5 4 4
Bb 4 4 3 5
Total 45.0 52.0 44.0 54.0
Average 3.8 4.3 3.7 4.5
Score 121.6 111.8 88.8 81 403.2 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio service Exchange Mail :
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.2
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 3.9
Skor service adalah (4.2 + 3.9)/2 : 4.1
207
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 3.5
− Accuracy (Keakuratan) : 3.6
Skor Quality adalah (3.5 + 3.6)/2 : 3.6
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 3.9
− Application Breadth : 4.8
Skor Usage Intensity adalah (3.9 + 4.8)/2 : 4.4
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 403.2/100 = 4.032 = 4.03
b) Hardware and Software Maintenance
Tabel 4.47 Hasil Kuesioner Hardware and Software Maintenance
Responden
Service Quality Usage Intensity Availabili
ty Responsivene
ss Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth
Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
An 4 4 5 3 5 5 4 4 4 5 Mt 4 5 5 5 5 5 5 5 3 4 Rs 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 Pt 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 Hb 4 3 4 5 4 5 5 5 5 5 Kh 3 4 4 5 5 5 5 3 5 4 Fb 4 5 4 3 4 4 3 3 4 5 Rn 5 5 4 4 5 5 4 4 5 3 Ad 3 3 5 2 4 3 5 5 5 5 Wj 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 Sm 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 Bb 5 5 5 3 5 3 5 4 5 5
Average / User
4.2 4.3 4.5 3.9 4.7 4.4 4.6 4.1 4.5 4.7
Average / Q 4.3 4.2 4.6 4.4 4.5 4.7 Score 4,3 4.5 4.6
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
208
Tabel 4.48 Bussiness Value Scorecard Hardware and Software Maintenance Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang lebih
baik
Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional Mt 4 5 5 5
Rs 5 4 5 4
Pt 4 3 5 5
Hb 5 4 5 5
Kh 3 5 5 4
Fb 5 5 3 3
Rn 4 4 5 5
Ad 5 4 4 4
Wj 5 5 5 5
Sm 4 4 5 5
Bb 5 5 4 5
Total 54.0 50.0 56.0 55.0
Average 4.5 4.2 4.7 4.6
Score 144 109.2 112.8 82.8 448.8 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio service Hardware and Software Maintenance:
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.3
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.2
Skor service adalah (4.3 + 4.2)/2 : 4.3
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 4.6
− Accuracy (Keakuratan) : 4.4
Skor Quality adalah (4.6 + 4.4)/2 : 4.5
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 4.5
209
− Application Breadth : 4.7
Skor Usage Intensity adalah (4.5 + 4.7)/2 : 4.6
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 448.8/100 = 4.488 = 4.49
c) Security
Tabel 4.49 Hasil Kuesioner Security
Responden Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
An 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 Mt 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 Rs 5 5 5 5 4 5 4 5 3 5 Pt 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 Hb 4 4 5 5 5 3 4 4 5 4 Kh 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 Fb 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 Rn 5 4 5 4 5 5 3 5 4 4 Ad 4 5 5 4 5 3 4 5 4 5 Wj 3 3 4 5 5 4 4 4 5 4 Sm 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 Bb 3 4 5 5 5 5 5 4 5 5
Average/User 4.2 4.4 4.5 4.6 4.8 4.1 4.3 4.7 4.4 4.8 Average/Q 4.3 4.6 4.4 4.5 4.4 4.8
Score 4.5 4.5 4.6 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.50 Business Value Scorecard Security
Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang lebih
baik
Mengembangkan kemampuan relationship para
manager unit bisnis
Meningkatkan efisiensi operasional
An 5 4 5 4
Mt 5 4 4 5
Rs 5 5 5 4
Pt 4 4 3 5
Hb 4 5 5 4
Kh 5 4 3 4
Fb 4 5 5 5
Rn 5 5 4 4
210
Ad 5 5 4 3
Wj 5 4 3 4
Sm 4 4 5 4
Bb 5 5 5 4
Total 56.0 54.0 51.0 50.0
Average 4.7 4.5 4.3 4.2
Score 150.4 117 103.2 75.6 446.2 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio Service Security :
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.3
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.6
Skor service adalah (4.3 + 4.6)/2 : 4.5
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 4.4
− Accuracy (Keakuratan) : 4.5
Skor Quality adalah (4.4 + 4.5)/2 : 4.5
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 4.4
− Application Breadth : 4.8
Skor Usage Intensity adalah (4.4 + 4.8)/2 : 4.6
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 446.2/100 = 4.462 = 4.46
211
Tabel 4.51 Weight Portfolio Service
Wei
gth
32% 26% 24% 18%
Unw
eigh
t tot
al
Wei
ght t
otal
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang
lebih baik
Mengembangkan kemampuan
relationship para manager unit
bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
Exchange mail 15 3.8 4.3 3.7 4.5 16.3 244.5
Security 50 4.7 4.5 4.3 4.2 17.7 885 Hardware Sofware
maintanance 35 4.5 4.2 4.7 4.6 18 630
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.52 Portfolio Service
Aplikasi Unit kerja
Bia
ya (d
alam
juta
an
Rp)
Nila
i pen
yela
rasa
n
Ting
kat l
ayan
an
Kua
litas
Intensitas penggunaan
Ket
erga
ntun
gan
Peng
guna
(B
read
th)
Excahnge mail Semua unit (Bank Riau) 125.4 4.03 4.1 3.6 3.9 4.8 Security Semua unit (Bank Riau) 80 4.46 4.5 4.5 4.4 4.8
Hardware dan Software
maintenance Semua unit (Bank Riau) 350 4.49 4.3 4.5 4.5 4.7
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
4.6.4. Portfolio Manajemen
Portfolio Manajemen yang terdapat pada Bank Riau terdiri dari Operational
Budget Management dan Training program.
a) Operational Budget Management
Tabel 4.53 Hasil Kuesioner Operational Budget Management
Responden Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
An 5 4 5 5 4 4 5 4 5 1 Hb 4 5 5 4 5 3 4 4 5 2 Sm 4 4 4 5 5 4 5 5 5 1
212
Average / User 4,3 4,3 4,7 4,7 4,7 3,7 4,7 4,3 5,0 1,3
Average / Q 4,3 4,7 4,2 4,5 5,0 1,3
Score 4,5 4,3 3,2 Sumber : Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.54 Business Value Scorecard Operational Budget Management Weight 32% 26% 24% 18%
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang lebih
baik
Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis
Meningkatkan efisiensi operasional
An 3 5 4 5 Mt 2 5 3 5
Rs 4 4 3 5
Total 9,0 14,0 10,0 15,0
Average 3,0 4,7 3,3 5,0
Score 96,0 122,2 79,2 90 387,4 Sumber : Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Skor portfolio manajemen Operational Budget Management:
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.3
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.7
Skor service adalah (4.3 + 4.7)/2 : 4.5
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 4.2
− Accuracy (Keakuratan) : 4.5
Skor Quality adalah (4.2 + 4.5)/2 : 4.3
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 5.0
− Application Breadth : 1.3
Skor Usage Intensity adalah (5.0 + 1.3)/2 : 3.2
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 387.4/100 = 3.874 = 3.87
213
b) Training program Tabel 4.55 Hasil Kuesioner Training program
Sumber : Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data Tabel 4.56 Business Value Scorecard Training Program
Weight 32% 26% 24% 18% Meningkatkan
jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang lebih
baik
Mengembangkan kemampuan relationship para manager unit bisnis
Meningkatkan efisiensi operasional
Mt 4 3 4 5
Rs 5 4 3 5
Pt 4 5 4 4
Hb 4 3 4 5
Kh 2 4 2 3
Fb 5 4 5 5
Rn 4 5 3 4
Ad 5 4 4 5
Wj 4 5 4 4
Sm 3 4 5 4
Bb 5 4 3 5
Total 49.0 50.0 46.0 54.0
Responden Service Quality Usage Intensity
Availability Responsiveness Functionality Accuracy Application Dependency
Application Breadth Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2
An 4 4 4 5 5 3 5 4 5 5 Mt 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 Rs 3 5 5 3 4 5 5 4 4 4 Pt 4 3 5 4 4 4 5 4 5 4 Hb 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 Kh 5 5 3 5 5 4 5 5 4 4 Fb 4 5 4 4 4 5 5 3 4 5 Rn 5 5 5 4 5 5 3 4 4 3 Ad 5 4 3 3 3 5 5 5 5 4 Wj 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 Sm 4 4 4 4 5 4 5 3 5 4 Bb 3 5 4 5 4 5 5 5 4 5
Average / User 4.2 4.4 4.1 4.3 4.5 4.6 4.7 4.2 4.5 4.3
Average / Q 4.3 4.2 4.6 4.5 4.5 4.3
Score 4.3 4.6 4.4
214
Average 4.1 4.2 3.8 4.5
Score 131.2 109.2 91.2 81 412.6 Sumber : Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Skor portfolio manajemen Training program:
• Service (layanan) terbagi atas :
− Availability (ketersediaan) : 4.3
− Responsiveness (Kecepatan respon) : 4.2
Skor service adalah (4.3 + 4.2)/2 : 4.3
• Quality (kualitas) terbagi atas :
− Functionality (fungsionalitas) : 4.6
− Accuracy (Keakuratan) : 4.5
Skor Quality adalah (4.6 + 4.5)/2 : 4.6
• Usage Intensity (intensitas penggunaan) terbagi atas:
− Application Dependency : 4.5
− Application Breadth : 4.3
Skor Usage Intensity adalah (4.5 + 4.3)/2 : 4.4
• Penyelarasan Bisnis (Alignment): 412.6/100 = 4.126 = 4.13
Tabel 4.57 Weight Portfolio Management
Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Wei
gth
32% 26% 24% 18%
Unw
eigh
t Tot
al
Wei
ght T
otal
Meningkatkan jumlah nasabah
Mengembangkan produk yang
lebih baik
Mengembangkan kemampuan
relationship para manager unit bisnis
Meningkatkan efisiensi
operasional
Operational Budget
Management 60 3.0 4.7 3.3 5.0 16.0 960
Training Program 40 4.1 4.2 3.8 4.5 16.6 664
215
Tabel 4.58 Portfolio Management
Manajemen Unit kerja
Bia
ya (d
alam
juta
an
Rup
iah)
/tahu
n
Nila
i Pen
yela
rasa
n
Ting
kat L
ayan
an
Kua
litas
Intensitas Penggunaan
Ket
erga
ntun
gan
Peng
guna
(Bre
adth
)
Operational Budget
Management
Accounting & Finance 250 3.87 4.5 4.3 5.0 1.3
Training Program
Semua unit (Bank Riau) 100 4.13 4.3 4.6 4.5 4.3
Sumber : Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
4.7 Prioritization
Menurut Benson et al (2004, p142), Prioritization yaitu menganalisa dampak
bisnis pada inisiatif TI dan memprioritaskannya berdasarkan arahan strategi (strategic
intention). Teknik ini dilakukan untuk menilai manfaat dari setiap proyek yang akan
dikembangkan oleh perusahaan. Adapun proyek-proyek yang akan dikembangkan oleh
Bank Riau meliputi proyek aplikasi Business Intelligent, Management Information
System, dan Knowledge Management. Penilaian manfaat ini akan digunakan sebagai
pedoman untuk menentukan proyek yang perlu diutamakan, dikembangkan, dan
dilaksanakan serta proyek yang memberikan bottom-line impact yang terbaik bagi Bank
Riau yang sesuai dengan arahan strategi bisnisnya.
4.7.1 Prioritization Scoring for Investment Project
Untuk melakukan Prioritization IT pada Bank Riau, maka harus didasari oleh
hubungan sebab-akibat dari inisiatif IT dengan arahan strategi Bank Riau. Masing-
masing proyek yang akan dikembangkan oleh Bank Riau akan dilakukan perhitungan
216
dampak dan resiko (impact and risk) yang disesuaikan dengan arahan strategi Bank
Riau. Perhitungan dampak (impact) digunakan untuk mengetahui seberapa besar
dampak yang akan diperoleh Bank Riau dalam mengembangkan proyek yang akan
dilakukannya di masa mendatang terhadap arahan strategi yang telah ditentukan.
Sedangkan resiko digunakan sebagai dasar atas besarnya resiko dari masing-masing
proyek.
Hasil dari dampak dan resiko akan digunakan untuk memperoleh hasil terbaik
mengenai proyek atas masing-masing penilaian dari manajer di Bank Riau sehingga
pihak manajemen Bank Riau dapat memprioritaskan proyek yang memiliki dampak
yang besar dan resiko yang lebih kecil sehingga investasi-investasi proyek yang akan
dilakukan dapat menghasilkan return (tingkat pengembalian) yang lebih besar.
Berikut ini adalah penilaian proyek yang akan dikembangkan dari masing-masing pihak
yang terkait dengan arahan strategi Bank Riau.
Tabel 4.59 Business Value Scorecard Proyek aplikasi Business Intelligent
Responden
32% 26% 24% 18%
Men
ingk
atka
n ju
mla
h
nasa
bah
Men
gem
bang
kan
prod
uk
yang
lebi
h ba
ik
Men
gem
bang
kan
kem
ampu
an re
latio
nshi
p
para
man
ager
uni
t bis
nis
Men
ingk
atka
n ef
isie
nsi
oper
asio
nal
EZ Direktur Utama 5 4 5 4 AZ Direktur Komersial & Syariah 4 5 4 4 SA Direktur Konsumer & Mikro 5 5 5 4
WM Direktur Operasional 5 4 3 4
RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko 5 5 5 5
Total 24 23 22 21
Average 4.8 4.6 4.4 4.2
217
Score 153.6 119.6 105.6 75.6 454.4 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.60 Business Value Scorecard Proyek aplikasi Management Information System
Responden
32% 26% 24% 18%
Men
ingk
atka
n ju
mla
h
nasa
bah
Men
gem
bang
kan
prod
uk
yang
lebi
h ba
ik
Men
gem
bang
kan
kem
ampu
an
rela
tions
hip
pa
ra m
anag
er u
nit b
isni
s
Men
ingk
atka
n ef
isie
nsi o
pera
sion
al
EZ Direktur Utama 4 5 5 3 AZ Direktur Komersial & Syariah 5 4 5 4 SA Direktur Konsumer & Mikro 5 4 3 4
WM Direktur Operasional 4 4 5 4
RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko 4 4 4 4
Total 22 21 22 19 Average 4.4 4.2 4.4 3.8
Score 140.8 109.2 105.6 68.4 424 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
Tabel 4.61 Business Value Scorecard Proyek aplikasi Knowledge Management
Responden
32% 26% 24% 18%
Men
ingk
atka
n ju
mla
h N
asab
ah
Men
gem
bang
kan
prod
uk
yang
lebi
h ba
ik
Men
gem
bang
kan
kem
ampu
an
rela
tions
hip
pa
ra m
anag
er u
nit
bisn
is
Men
ingk
atka
n ef
isie
nsi o
pera
sion
al
EZ Direktur Utama 5 4 5 4 SY Direktur Komersial & Syariah 4 5 4 3 IR Direktur Konsumer & Mikro 4 4 2 4 SB Direktur Operasional 5 4 3 2
RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko 5 4 4 5
Total 23 21 18 18 Average 4.6 4.2 3.6 3.6
218
Score 147.2 109.2 86.4 64.8 407.6 Sumber: Hasil Kuesioner dan Pengolahan Data
4.7.2 Risk assessment
Menurut Benson et al (2004, p147), Penilaian resiko ini menerapkan tujuh
kriteria resiko yaitu resiko proyek atau organisasi, ketidakpastian pendefinisian,
ketidakpastian teknis, resiko infrastruktur sistem informasi, resiko teknis, resiko
investasi, dan resiko manajemen proyek. Dalam penilaian resiko yang dilakukan,
terdapat prinsip “nilai yang tinggi berarti resikonya rendah dan menghasilkan potensi
kesuksesan yang lebih besar” (a higher number means lower risk, greater potential for
success). Prinsip ini berarti bahwa pembobotan resiko yang dilakukan oleh setiap pihak
yang terkait memberi arti bahwa bobot yang diberi nilai lebih tinggi akan menghasilkan
tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi juga, demikian sebaliknya.
4.7.3 Portfolio proyek
Portfolio Proyek merupakan perencanaan proyek-proyek sistem informasi yang
bertujuan untuk mendukung arahan strategi perusahaan dalam mencapai keunggulan
kompetitif dalam industri perbankan.
Berikut ini proyek-proyek yang akan dikembangkan oleh Bank Riau, diantaranya:
219
a) Proyek aplikasi Business Intelligent
Tabel 4.62 Hasil Kuesioner Business Intelligent
Nilai Resiko
Responden
Res
iko
proy
ek
Ket
idak
past
ian
pend
efin
isia
n
Ket
idak
past
ian
tekn
is
Res
iko
Infr
astru
ktur
Res
iko
tekn
is
Res
iko
inve
stas
i
Res
iko
Man
ajem
en P
roye
k
EZ Direktur Utama 9 10 8 9 8 10 10 SY Direktur Komersial & Syariah 8 9 9 7 10 9 9 IR Direktur Konsumer & Mikro 9 10 10 8 10 9 9 SB Direktur Operasional 7 8 10 9 9 10 10
RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko 9 8 10 9 8 10 9
Total 42 45 47 42 45 48 47 Average 8.4 9 9.4 8.4 9 9.6 9.4
Sumber: Hasil Kueosioner dan Pengolahan Data
• Nilai resiko terdiri atas :
- Resiko proyek atau perusahaan = 8.4
- Ketidakpastian pendefinisian = 9
- Ketidakpastian teknis = 9.4
- Resiko infrastruktur SI = 8.4
- Resiko teknis TI = 9
- Resiko investasi = 9.6
- Resiko manajemen proyek = 9.4
Jumlah nilai resiko adalah: 8.4 + 9 + 9.4+ 8.4+ 9 + 9.6 + 9.4 = 63.2
• Dampak pada tujuan strategi berdasarkan Business Value Scorecard = 454.4
• Biaya = Rp 550.000.000
220
b) Proyek aplikasi Management Information System
Tabel 4.63 Hasil Kuesioner Management Information System
Nilai Resiko
Responden
Res
iko
proy
ek
Ket
idak
past
ian
pend
efin
isia
n
Ket
idak
past
ian
tekn
is
Res
iko
Infr
astru
ktur
Res
iko
tekn
is
Res
iko
inve
stas
i
Res
iko
Man
ajem
en P
roye
k
EZ Direktur Utama 9 10 8 9 8 10 8 SY Direktur Komersial & Syariah 8 5 9 8 10 6 8 IR Direktur Konsumer & Mikro 10 7 8 9 9 8 9 SB Direktur Operasional 8 8 9 10 9 6 9
RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko 9 8 8 9 10 9 8
Total 44 38 42 45 46 39 42 Average 8.8 7.6 8.4 9 9.2 7.8 8.4
Sumber: Hasil Kueosioner dan Pengolahan Data
• Nilai resiko terdiri atas :
- Resiko proyek atau perusahaan = 8.8
- Ketidakpastian pendefinisian = 7.6
- Ketidakpastian teknis = 8.4
- Resiko infrastruktur SI = 9
- Resiko teknis TI = 9.2
- Resiko investasi = 7.8
- Resiko manajemen proyek = 8.4
Jumlah nilai resiko adalah: 8.8 + 7.6+ 8.4+ 9+ 9.2 + 7.8+ 8.4 = 59.2
• Dampak pada tujuan strategi berdasarkan Business Value Scorecard = 424
• Biaya = Rp 655.000.000
221
c) Proyek aplikasi Knowledge Management
Tabel 4.64 Hasil Kuesioner Knowledge Management
Nilai Resiko
Responden
Res
iko
proy
ek
Ket
idak
past
ian
pend
efin
isia
n
Ket
idak
past
ian
tekn
is
Res
iko
Infr
astru
ktur
Res
iko
tekn
is
Res
iko
inve
stas
i
Res
iko
Man
ajem
en P
roye
k
EZ Direktur Utama 10 8 8 7 9 8 9 SY Direktur Komersial & Syariah 7 9 8 6 10 7 10 IR Direktur Konsumer & Mikro 8 9 9 9 10 9 10 SB Direktur Operasional 8 9 9 5 9 7 9
RM Direktur Kepatuhan & Manajemen Resiko 10 9 9 8 9 8 8
Total 43 44 43 35 47 39 46 Average 8.6 8.8 8.6 7 9.4 7.8 9.2
Sumber: Hasil Kueosioner dan Pengolahan Data
• Nilai resiko terdiri atas :
- Resiko proyek atau perusahaan = 8.6
- Ketidakpastian pendefinisian = 8.8
- Ketidakpastian teknis = 8.6
- Resiko infrastruktur SI = 7
- Resiko teknis TI = 9.4
- Resiko investasi = 7.8
- Resiko manajemen proyek = 9.2
Jumlah nilai resiko adalah: 8.6 + 8.8+ 8.6+ 7+ 9.4 + 7.8+ 9.2 = 59.4
• Dampak pada tujuan strategi berdasarkan Business Value Scorecard = 407.6
• Biaya = Rp 350.000.000
222
Berdasarkan hasil perhitungan portfolio proyek yang telah dilakukan
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan portfolio proyek yang akan ditampilkan pada
tabel 4.65 dibawah ini.
Nama Proyek Dampak (Impact)
Resiko (Risk)
Biaya (dalam jutaan
Rupiah) Business Intelligent 454.4 63.2 550
Management Information System
424 59.2 655
Knowledge Management
407.6 59.4 350
Sumber Bank Riau dan pengolahan data
4.7.4. Analisis Resiko dan Dampak Terhadap Biaya
Berdasarkan analisis hasil perhitungan terhadap dampak dan resiko pada masing-
masing proyek yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh hasil yang ditunjukkan
oleh bubble charts seperti yang digambarkan pada Gambar 4.7 di bawah ini.
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Gambar 4.7 Analisis Dampak dan Resiko Terhadap Biaya
223
Keterangan:
Bubble size mengindikasikan besarnya biaya yang diperlukan untuk pembangunan
proyek yang terkait.
4.8. Alignment
Menurut Benson et al (2004, p150), Teknik alignment digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh lights-on bagi arahan strategi perusahaan serta
Bank Riau dapat menganalisis dampak bisnis dari aktivitas TI yang dilakukan dalam
portfolio. Berikut pembahasan alignment dari masing-masing portfolio.
4.8.1. Alignment Portfolio Aplikasi
Alignment yang diperhatikan adalah alignment data aplikasi karena untuk
memudahkan para manajer dalam melihat keterkaitan antara aplikasi dengan arahan
strategi perusahaan. Data mengenai portfolio bidang SI/TI terhadap biaya untuk aplikasi
terbesar merupakan salah satu hal yang menjadi dasar dalam analisis alignment data bagi
perusahaan. Gambar 4.8 dibawah menunjukkan persentase aplikasi pada Bank Riau.
Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data
Gambar 4.8 Persentase alignment portfolio aplikasi
224
Tabel 4.66 dibawah ini menunjukkan hasil perhitungan untuk alignment aplikasi.
Tabel 4.66 Alignment Aplikasi
Aplikasi W
eigh
t
32% 26% 24% 18%
Unw
eigh
ted
Tota
l
Wei
ghte
d To
tal
(%)
Nila
i mak
s (%
)
Pers
enta
se
Alig
nmen
t Gap
Nila
i Seb
enar
nya
Men
ingk
atka
n ju
mla
h na
saba
h
Men
gem
bang
kan
prod
uk
yang
lebi
h ba
ik
Men
gem
bang
kan
kem
ampu
an re
latio
nshi
p pa
ra m
anaj
er u
nit b
isni
s M
enin
gkat
kan
efis
iens
i op
eras
iona
l
XAS 25% 4.5 4.9 4.6 4.7 18.7 467.5 500 23.38% 27.31 DDS 22% 4.3 4.5 4.7 4.4 17.9 393.8 440 19.69% 22.99 CIS 16% 4.3 3.8 4.5 4.0 16.6 265.6 320 13.28% 15.51 LNS 14% 3.8 4.5 3.3 4.5 16.1 225.4 280 11.27% 13.16 GLS 12% 4.0 3.8 3.5 4.3 15.6 187.2 240 9.36% 10.93 TDS 11% 3.9 3.5 4.0 4.3 15.7 172.7 220 8.64% 10.10
Unweighted total 24.8 25 24.6 26.2 Weighted Total
(%) 793.6 650 590.4 471.6 2000 85.62% 100%
Nilai Maks (%) 960 780 720 540 3000 Persentase
alignment Gap 26.45% 21.67% 19.68% 15.72% 83.52%
Nilai sebenarnya 31.67 25.95 23.56 18.82 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Berikut ini keterangan tabel 4.66:
Kolom weighted total
Hasil dari kolom weighted total diperoleh dari perkalian antara kolom weight
dengan unweighted total.
Hasil dari Kolom weighted total yang vertikal diperoleh dari :
Untuk modul XAS (25 * 18.7) = 467.5
Untuk modul DDS (22 * 17.9) = 393.8
Untuk modul CIS (16 * 16.6) = 265.6
Untuk modul LNS (14 * 16.1) = 225.4
Untuk modul GLS (12 * 15.6) = 187.2
225
Untuk modul TDS (11 * 15.7) = 172.7
Hasil dari Kolom weighted total yang horizontal diperoleh dari :
Untuk meningkatkan jumlah nasabah (32 * 24.8) = 793.6
Untuk mengembangkan produk yang lebih baik (26 * 25) = 650
Untuk mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis
(24 * 24.6) = 590.4
Untuk meningkatkan efisiensi operasional (18 * 26.2) = 471.6
Kolom Nilai Maks
− Hasil dari Kolom nilai maks yang horizontal diperoleh dari :
Nilai maks yang diperoleh dengan mengalikan nilai total dari 4 arahan
strategi yang ada dengan nilai weight dari masing-masing aplikasi yaitu 20
dikali dengan weight, dengan nilai maks total adalah 2000.
− Hasil dari Kolom nilai maks yang vertikal diperoleh dari :
Nilai maks yang diperoleh dengan mengalikan nilai total dari 6 aplikasi yang
ada dengan nilai weight dari masing-masing arahan strategi yaitu 30 dikali
dengan weight, dengan nilai maks total adalah 3000.
Kolom persentase
− Hasil dari Kolom persentase yang vertikal diperoleh dari :
Untuk modul XAS = ( 467.5/2000 ) * 100% = 23.38%
Untuk modul DDS = ( 393.8/2000 ) * 100% = 19.69%
Untuk modul CIS = ( 265.6/2000 ) * 100% = 13.28%
Untuk modul LNS = ( 225.4/2000 ) * 100% = 11.27%
Untuk modul GLS = ( 187.2/2000 ) * 100% = 9.36%
226
Untuk modul TDS = ( 172.7/2000 ) * 100% = 8.64%
Untuk total persentase yang vertikal sebesar 85.62%
− Hasil dari kolom persentase yang horizontal diperoleh dari :
Untuk meningkatkan jumlah nasabah
= ( 793.6/3000 ) * 100% = 26.45 %
Untuk mengembangkan produk yang lebih baik
= (650/3000 ) * 100% = 21.67%
Untuk mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis
= ( 590.4/3000 ) * 100% = 19.68%
Untuk meningkatkan efisiensi operasional
= ( 471.6/3000 ) * 100% = 15.72%
Untuk total persentase yang horizontal sebesar 83.52%
Kolom Nilai Sebenarnya
− Hasil dari kolom nilai sebenarnya untuk vertikal diperoleh dari :
Untuk modul XAS = ( 100/85.62 ) * 23.38% = 27.31%
Untuk modul DDS = (100/85.62 ) * 19.69% = 22.99%
Untuk modul CIS = (100/85.62 ) * 13.28% = 15.51%
Untuk modul LNS = (100/85.62 ) * 11.27% = 13.16%
Untuk modul GLS = (100/85.62 ) * 9.36% = 10.93%
Untuk modul TDS = (100/85.62 ) * 8.64% = 10.10%
− Hasil dari Kolom persentase yang vertikal diperoleh dari :
Untuk meningkatkan jumlah nasabah
= ( 100/83.52 ) * 26.45% = 31.67 %
227
Untuk mengembangkan produk yang lebih baik
= (100/83.52 ) * 21.67% = 25.95%
Untuk mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis
= (100/83.52 ) * 19.68% = 23.56%
Untuk meningkatkan efisiensi operasional
= (100/83.52 ) * 15.72% = 18.82%
Gap
Berdasarkan tabel 4.66 diperoleh gap horizontal dan gap vertikal sebagai
berikut:
o Gap vertikal yaitu hubungan yang terjadi pada masing-masing modul aplikasi
dalam perusahaan terhadap arahan strategi yang ada. Secara umum persentase
yang telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang sangat baik
dengan persentase 85.62% dari keseluruhan 100%. Berikut penjabaran
keterkaitan aplikasi perusahaan dengan arahan strategi perusahaan:
• Aplikasi modul XAS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan
sebesar 25% ternyata sebenarnya telah mencapai 27.31%% nilai
penyelarasannya.
• Aplikasi modul DDS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan
sebesar 22% ternyata sebenarnya telah mencapai 22.99% nilai penyelarasannya.
• Aplikasi modul CIS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan
sebesar 16% ternyata sebenarnya baru mencapai 15.51% nilai penyelarasannya.
• Aplikasi modul LNS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan
sebesar 14% ternyata sebenarnya baru mencapai 13.16% nilai penyelarasannya.
228
• Aplikasi modul GLS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan
sebesar 12 % ternyata sebenarnya baru mencapai 10.93% nilai penyelarasannya.
• Aplikasi modul TDS, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan
sebesar 11% ternyata sebenarnya baru mencapai 10.10 % nilai penyelarasannya.
Untuk gap vertikal, aplikasi modul CIS, modul LNS, modul GLS, modul
TDS masih kurang optimal, karena nilai sebenarnya belum sesuai dengan yang
diharapkan (belum sesuai dengan target Bank Riau).
o Gap horizontal yaitu melihat hubungan yang terjadi antara seluruh aplikasi pada
Bank Riau terhadap masing-masing arahan strategi yang telah dibuat pada saat
awal penelitian. Secara umum persentase yang telah dicapai oleh perusahaan
memiliki penyelarasan yang baik dengan persentase 83.52% dari keseluruhan
100%. Berikut penjabaran keterkaitan aplikasi terhadap strategi perusahaan:
• Aplikasi perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan jumlah
nasabah. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 32%
ternyata baru mencapai 31.67% nilai penyelarasannya.
• Aplikasi perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan produk yang
lebih baik. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 26%
ternyata baru mencapai 25.95 % nilai penyelarasannya.
• Aplikasi perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan kemampuan
relationship para manajer unit bisnis. Yang awalnya memiliki persentase
perhatian perusahaan sebesar 24% ternyata baru mencapai 23.56% nilai
penyelarasannya.
229
• Aplikasi perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan efisiensi
operasional. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar
18% ternyata sudah mencapai 18.82% nilai penyelarasannya.
Untuk gap horizontal yang terjadi ternyata aplikasi-aplikasi yang ada dalam
perusahaan lebih difokuskan pada arahan strategi meningkatkan efisiensi
operasional.
4.8.2. Alignment Portfolio Infrastruktur
Alignment portfolio infrastruktur memungkinkan perusahaan untuk mengetahui
keterkaitan infrastruktur dengan arahan strategi perusahaan. Gambar 4.9 dibawah
menunjukkan persentase infrastruktur pada Bank Riau.
Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.9 Persentase alignment portfolio infrastruktur
Tabel 4.67 dibawah ini menunjukkan hasil perhitungan untuk alignment infrastuktur.
230
Tabel 4.67 Alignment Portfolio Infrastruktur
Infrastruktur Wei
ght
32% 26% 24 18%
Unw
eigh
ted
Tota
l
Wei
ghte
d To
tal
(%)
Nila
i Mak
s (%
)
Pers
enta
se
alig
nmen
t Gap
Nila
i seb
enar
nya
Men
ingk
atka
n ju
mla
h na
saba
h
Men
gem
bang
kan
prod
uk y
ang
lebi
h ba
ik
Men
gem
bang
kan
kem
ampu
an
rela
tions
hip
para
Men
ingk
atka
n ef
isie
nsi
oper
asio
nal
Hardware 31% 4.3 4.7 4.2 4.8 18 558 620 27.90% 32.15% Server 30% 4.3 4.6 3.9 4.8 17.6 528 600 25.40% 30.42%
Software Licence 22% 3.4 4.3 3.7 4.6 16 352 440 17.60% 20.28%
Network / Jaringan
komunikasi
17% 4.0 4.7 4.2 4.6 17.5 297.5 340 14.88% 17.15%
Unweighted Total
16 18.3 16 18.8
Weighted Total (%)
512 475.8 384 338.4 2000 86.78% 100%
Nilai Maks (%) 640 520 480 360 2000
Persentase alignment Gap
25.60% 23.7% 19.20% 16.92% 85.51%
Nilai sebenarnya
29.94% 27.82% 22.45% 19.79% 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Berikut ini keterangan dari tabel 4.67 :
Gap
Berdasarkan tabel 4.67 diperoleh gap vertikal dan gap horizontal yaitu:
o Gap vertikal yaitu hubungan yang terjadi pada masing-masing infrastruktur
dalam perusahaan terhadap arahan strategi yang ada. Secara umum persentase
yang telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang cukup baik
dengan persentase 86.78 % dari keseluruhan 100 % . Berikut penjabaran
keterkaitan infrastruktur perusahaan dengan arahan strategi perusahaan:
231
• Infrastruktur hardware, yang awalnya memiliki persentase perhatian
perusahaan sebesar 31 % ternyata sebenarnya telah mencapai 32.15 % nilai
penyelarasannya.
• Infrastruktur server), yang awalnya memiliki persentase perhatian
perusahaan sebesar 30 % ternyata sebenarnya telah mencapai 30.42 % nilai
penyelarasannya.
• Infrastruktur software license, yang awalnya memiliki persentase perhatian
perusahaan sebesar 22 % ternyata baru mencapai 20.28 % nilai
penyelarasannya.
• Infrastruktur Network/jaringan komunikasi, yang awalnya memiliki
persentase perhatian perusahaan sebesar 17 % ternyata sebenarnya telah
mencapai 17.15 % nilai penyelarasannya.
Untuk gap vertikal yang terjadi ternyata nilai penyelarasan untuk software license
masih kurang optimal, yaitu baru mencapai 20.28 %. Secara keseluruhan
infrastruktur yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan hasil wawancara telah
berjalan cukup baik dan memiliki nilai penyelarasan yang cukup memuaskan serta
hampir sesuai dengan target perusahaan.
o Gap horizontal yaitu melihat hubungan yang terjadi antara seluruh infrastruktur
pada Bank Riau terhadap masing-masing arahan strategi yang telah dibuat pada
saat awal penelitian. Secara umum persentase yang telah dicapai oleh perusahaan
memiliki penyelarasan yang sangat baik dengan persentase 85.51% dari
keseluruhan 100 %. Berikut penjabaran keterkaitan infrastruktur terhadap strategi
perusahaan:
232
• Infrastruktur perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan
jumlah nasabah. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan
sebesar 32% ternyata baru mencapai 29.94% nilai penyelarasannya.
• Infrastruktur perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan
produk yang lebih baik. Yang awalnya memiliki persentase perhatian
perusahaan sebesar 26 % ternyata sudah mencapai 27.82% nilai
penyelarasannya.
• Infrastruktur perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan
kemampuan relationship para manajer unit bisnis. Yang awalnya
memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 24 % ternyata baru
mencapai 22.45% nilai penyelarasannya.
• Infrastruktur perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan
efisiensi operasional. Yang awalnya memiliki persentase perhatian
perusahaan sebesar 18 % ternyata sudah mencapai 19.79 % nilai
penyelarasannya.
Untuk gap horizontal yang terjadi ternyata infrastruktur yang ada dalam Bank
Riau lebih difokuskan pada arahan strategi mengembangkan produk yang lebih baik
(27.82%) dan meningkatkan efisiensi operasional (19.79 %).
233
4.8.3. Alignment Portfolio Service
Gambar 4.10 dibawah menunjukkan persentase service pada Bank Riau
Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.10 Persentase alignment portfolio service Tabel 4.68 dibawah ini menunjukkan hasil perhitungan untuk alignment service.
Tabel 4.68 Alignment Portfolio Service
Service
Wei
ght
32% 26% 24% 18% U
nwei
ghte
d To
tal
W
eigh
ted
Tota
l (%
)
Nila
i Mak
s (%
)
Pers
enta
se
alig
nmen
t Gap
Nila
i seb
enar
nya
Men
ingk
atka
n ju
mla
h na
saba
h
Men
gem
bang
kan
prod
uk y
ang
lebi
h ba
ik
Men
gem
bang
kan
kem
ampu
an
rela
tions
hip
para
man
ajer
uni
t bi
snis
Men
ingk
atka
n ef
isie
nsi
oper
asio
nal
Exchange Mail
15% 3.8 4.3 3.7 4.5 16.3 244.5 300 12.23% 13.90%
Security 50% 4.7 4.5 4.3 4.2 17.7 885 1000 44.25% 50.30%
Hardware & Software
Maintenance
35% 4.5 4.2 4.7 4.6 18.0 630 700 31.50% 35.80%
Unweighted Total
13.0 13.0 12.7 13.3
Weighted Total (%)
416 338 304.8 239.4 2000 87.98% 100%
Nilai Maks (%)
480 390 360 270 1500
234
Persentase alignment
Gap
27.73% 22.53% 20.32% 15.96% 86.54%
Nilai sebenarnya
32.04% 26.03% 23.49% 18.44% 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data Berikut ini keterangan dari tabel 4.68 :
Gap
Berdasarkan tabel 4.68 diperoleh gap vertikal dan gap horizontal yaitu:
o Gap vertikal yaitu hubungan yang terjadi pada service yang diberikan
perusahaan terhadap arahan strategi yang ada. Secara umum persentase yang
telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang sangat baik dengan
persentase 87.98 % dari keseluruhan 100 %. Berikut penjabaran keterkaitan
service perusahaan dengan arahan strategi perusahaan:
• Exchange mail, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan
sebesar 15 % ternyata baru mencapai 13.90% nilai penyelarasannya.
• Security, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 50
% ternyata sudah mencapai 50.50 % nilai penyelarasannya.
• Hardware & Software Maintenance yang awalnya memiliki persentase
perhatian perusahaan sebesar 35 % ternyata sudah mencapai 35.80% nilai
penyelarasannya
Untuk gap vertikal, Security (50.50%) dan Hardware & Software Maintenance
(35.80%)sudah memenuhi target perusahaan, sedangkan untuk service Exchange
Mail masih belum optimal.
o Gap horizontal yaitu melihat hubungan yang terjadi antara service pada Bank
Riau terhadap masing-masing arahan strategi yang telah dibuat pada saat awal
235
penelitian. Secara umum persentase yang telah dicapai oleh perusahaan memiliki
penyelarasan yang sangat baik dengan persentase 86.54 % dari keseluruhan 100
%. Berikut penjabaran keterkaitan service terhadap strategi perusahaan:
• Service perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan jumlah
nasabah. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar
32 % ternyata sebenarnya sudah mencapai 32.04 % nilai
penyelarasannya.
• Service perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan
produk yang lebih baik. Yang awalnya memiliki persentase perhatian
perusahaan sebesar 26% ternyata sebenarnya sudah mencapai 26.03 %
nilai penyelarasannya.
• Service perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan
kemampuan relationship para manajer unit bisnis. Yang awalnya
memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 24 % ternyata baru
mencapai 23.49 % nilai penyelarasannya.
• Service perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan efisiensi
operasional. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan
sebesar 18 % ternyata sudah mencapai 18,44 % nilai penyelarasannya.
Untuk gap horizontal yang terjadi ternyata service perusahaan terkait dengan
arahan strategi mengembangkan kemampuan relationship para manajer unit bisnis
belum dapat memenuhi target perusahaan, sedangkan yang dapat memenuhi target
perusahaan untuk saat ini adalah arahan strategi meningkatkan jumlah nasabah,
mengembangkan produk yang lebih baik, dan meningkatkan efisiensi operasional.
236
4.8.4 Alignment Portfolio Manajemen
Gambar 4.11 dibawah menunjukkan persentase manajemen pada Bank Riau
Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data
Gambar 4.11 Persentase alignment portfolio manajemen Tabel 4.69 Alignment Portfolio Manajemen
Manajemen
Wei
ght
32% 26% 24% 18%
Unw
eigh
ted
Tota
l
Wei
ghte
d To
tal
(%)
Nila
i Mak
s (%
)
Pers
enta
se
alig
nmen
t Gap
Nila
i seb
enar
nya
Men
ingk
atka
n ju
mla
h ad
ders
Men
gem
bang
kan
prod
uk y
ang
lebi
h ba
ik
Men
gem
bang
kan
kem
ampu
an
rela
tions
hip
para
man
ajer
uni
t bi
snis
Men
ingk
atka
n ef
isie
nsi
oper
asio
nal
Operational Budget
Management
60% 3.0 4.7 3.3 5.0 16.0 960 1200 48.0% 59.11%
Training program
40% 4.1 4.2 3.8 4.5 16.6 664 800 33.2% 40.89%
Unweighted Total
7.1 8.9 7.1 9.5
Weighted Total (%)
227.2 231.4 170.4 171. 2000 81.2% 100%
Nilai Maks (%)
320 260 241 180 1000
Persentase alignment Gap
22.72% 23.14% 17.04% 17.10% 80.00%
Nilai sebenarnya
28.40 28.93% 21.30% 21.37% 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data
237
Berikut ini keterangan dari tabel 4.69 :
Gap
Berdasarkan tabel 4.69 yang diatas diperoleh gap vertikal dan gap horizontal
yaitu:
o Gap vertikal yaitu hubungan yang terjadi pada masing-masing manajemen dalam
perusahaan terhadap arahan strategi yang ada. Secara umum persentase yang
telah dicapai oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang sangat baik dengan
persentase 81.2% % dari keseluruhan 100 %. Berikut penjabaran keterkaitan
komponen portfolio manajemen perusahaan dengan arahan strategi perusahaan:
• Operational Budget Management, yang awalnya memiliki persentase
perhatian perusahaan sebesar 60 % ternyata sebenarnya baru mencapai
59.11% nilai penyelarasannya.
• Training program, yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan
sebesar 40 % ternyata sudah mencapai 40.89 % nilai penyelarasannya.
Untuk gap vertikal yang terjadi ternyata nilai penyelarasan untuk Training
program sudah memenuhi target perusahaan, yaitu sebesar 40.89%, sedangkan untuk
Operational Budget Management masih belum optimal.
o Gap horizontal yaitu melihat hubungan yang terjadi antara komponen portfolio
manajemen pada Bank Riau terhadap masing-masing arahan strategi yang telah
dibuat pada saat awal penelitian. Secara umum persentase yang telah dicapai
oleh perusahaan memiliki penyelarasan yang sangat baik dengan persentase
80.00% dari keseluruhan 100 %. Berikut penjabaran keterkaitan manajemen
terhadap strategi perusahaan:
238
• Manajemen perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan
jumlah nasabah. Yang awalnya memiliki persentase perhatian perusahaan
sebesar 32 % ternyata baru mencapai 28.40% nilai penyelarasannya.
• Manajemen perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan
produk yang lebih baik. Yang awalnya memiliki persentase perhatian
perusahaan sebesar 26 % ternyata sudah mencapai 28.93 % nilai
penyelarasannya.
• Manajemen perusahaan terkait dengan arahan strategi mengembangkan
kemampuan relationship para manajer unit bisnis. Yang awalnya
memiliki persentase perhatian perusahaan sebesar 24 % ternyata baru
mencapai 21,30 % nilai penyelarasannya.
• Manajemen perusahaan terkait dengan arahan strategi meningkatkan
efisiensi operasional. Yang awalnya memiliki persentase perhatian
perusahaan sebesar 18 % ternyata sudah mencapai 21.37 % nilai
penyelarasannya.
Untuk gap horizontal yang terjadi ternyata beberapa komponen dari portfolio
manajemen sudah memenuhi target perusahaan, yaitu mengembangkan produk yang
lebih baik (28.93 %) dan meningkatkan efisiensi operasional (21.37 %) serta terdapat
juga beberapa portfolio manajemen yang masih belum dapat memenuhi target
perusahaan yaitu meningkatkan jumlah nasabah dan mengembangkan kemampuan
relationship para manajer unit bisnis.
239
4.9 Analisis Persentase Biaya
Persentase biaya dari masing-masing aplikasi, infrastruktur, service, manajemen
(Lights-On) dan proyek dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini. Tabel 4.70
dibawah menunjukkan total biaya IT secara keseluruhan pada Bank Riau.
Tabel 4.70 Total IT Cost pada Bank Riau Lights-On Biaya per tahun
(dalam Rupiah)
Aplikasi 658.075.000 Infrastruktur 1.541.312.000
Service 755.400.000 Manajemen 350.000.000
Total biaya Lights-on 3.304.787.000 Proyek
Business Intelligent 550.000.000 Management Information System 655.000.000
Knowledge Management 350.000.000 Total biaya proyek 1.555.000.000
Total biaya IT secara keseluruhan 4.859.787.000 Sumber: Bank Riau Gambar 4.12 dibawah ini menunjukkan persentase biaya IT dalam bentuk diagram pie pada perusahaan Bank Riau
Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data Gambar 4.12 Persentase biaya IT secara keseluruhan pada Bank Riau
240
Berdasarkan gambar 4.12 dapat diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan untuk investasi
teknologi informasi untuk Lights-On lebih besar dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk proyek. Biaya yang dikeluarkan untuk investasi Lights-On mencapai
68% (Rp 3.304.787.000) dan biaya investasi proyek sebesar 32% (Rp 1.555.000.000).
Berikut ini cara perhitungan persentase biaya IT:
• Lights-On : (Rp 3.304.787.000/Rp 5.109.245.125) * 100% = 68 %
• Proyek : ( Rp 1.555.000.000/Rp 5.109.245.125) * 100% = 32%
4.9.1 Persentase Total Biaya Portfolio Lights-On
Analisis terhadap portfolio Lights-On dilakukan dengan dukungan data portfolio
dari semua sumber daya teknologi informasi, yaitu aplikasi, infrastruktur, manajemen,
dan service yang sedang berjalan di Bank Riau. Pada tabel 4.71 dibawah ini
menunjukkan biaya dari masing-masing Lights-On.
Tabel 4.71 Biaya Lights-On Lights-On Biaya/tahun
(dalam Rupiah) Aplikasi Modul XAS 159.500.000
Modul DDS 100.105.000 Modul CIS 102.235.000 Modul LNS 100.065.000 Modul GLS 101.170.000 Modul TDS 95.000.000
Total 658.075.000
Infrastuktur Hardware 107.710.000 Software License 650.530.000
Network/Jaringan Komunikasi 33.072.000 Server 750.000.000 Total 1.541.312.000
Service Exchange Mail 125.400.000
Hardware & Software Maintenance 550.000.000
Security 80.000.000 Total 755.400.000
Manajemen Operational Budget Management 250.000.000
Training program 100.000.000
241
Total 350.000.000 Total biaya Lights - On
keseluruhan 3.304.787.000
Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.13 dibawah ini menunjukkan perbandingan total biaya keseluruhan dari
portfolio Lights-On.
Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data
Gambar 4.13 Perbandingan total biaya Lights-on
Keterangan:
Perhitungan persentase untuk masing-masing aplikasi, infrastruktur, service, dan
manajemen:
− Aplikasi: (Rp 658.075.000/Rp 3.304.787.000) * 100% = 19.9= 20%
− Infrastruktur: (Rp 1.541.312.000/Rp 3.304.787.000) * 100% = 46.6= 47%
− Service: (Rp 755.400.000/Rp 3.304.787.000) * 100% = 22.8 = 23%
− Manajemen: (Rp 350.000.000/Rp 3.304.787.000) * 100% = 10.4 = 10%
242
Berdasarkan gambar 4.13 dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk
infrastruktur merupakan biaya terbesar dari total biaya portfolio lights-on yakni dengan
persentase sebesar 47% dan total biaya sebesar Rp 1.541.312.000. Hal ini dikarenakan
besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli aplikasi yang inovatif agar dapat
menciptakan distinctive competitive (suatu keunggulan bersaing) dari para pesaingnya.
Selain infrastruktur, service juga memiliki biaya terbesar kedua dalam portfolio lights-on
dengan persentase 23% dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 755.400.000.
Setelah itu, terdapat juga aplikasi yang memiliki persentase sebesar 20% dan total biaya
sebesar Rp 658.075.000. Dan untuk biaya yang paling kecil merupakan biaya
manajemen yaitu sebesar 10% dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 350.000.000.
4.9.2 Persentase Biaya Portfolio Aplikasi
Gambar 4.14 dibawah ini menunjukkan persentase biaya portfolio aplikasi pada
Bank Riau.
Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data
Gambar 4.14 Persentase biaya portfolio aplikasi
243
Berikut ini perhitungan persentase biaya untuk masing-masing aplikasi:
− Modul XAS : (Rp 159.500.000/Rp 658.075.000) * 100% = 24.2 = 24%
− Modul DDS : (Rp 100.105.000/Rp 658.075.000) * 100% = 15.2 = 15%
− Modul CIS : (Rp 102.235.000/Rp 658.075.000) * 100% = 15.6 = 16%
− Modul LNS : (Rp100.065.000 /Rp 658.075.000) * 100% = 15.2 = 15%
− Modul GLS : (Rp 101.170.000/Rp 658.075.000) * 100% = 15.5 = 16%
− Modul TDS : (Rp 95.000.000/Rp 658.075.000) * 100% = 14.4 = 14%
Berdasarkan gambar 4.14 diatas, dapat dilihat bahwa aplikasi yang memiliki nilai
terbesar dalam menjalankan bisnis ini, yaitu modul XAS yang memiliki persentase
sebesar 24% dengan total biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 159.500.000. Setelah
itu, terdapat juga aplikasi lainnya yang tidak kalah penting, yaitu modul CIS dan modul
GLS sebesar masing-masing 16% dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp
102.235.000 dan Rp 101.170.000. Kemudian terdapat aplikasi dari modul DDS dan
modul LNS sebesar masing-masing 15% dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp 100.105.000 dan Rp 100.065.000. Kemudian terdapat aplikasi modul TDS sebesar
14% dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 95.000.000.
244
4.9.3 Persentase Biaya Portfolio Infrastruktur
Gambar 4.15 dibawah ini menunjukkan persentase biaya portfolio infrastruktur
pada Bank Riau.
Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data Gambar 4.15 Persentase biaya portfolio infrastruktur
Berikut ini perhitungan persentase biaya untuk masing-masing infrastruktur:
− Hardware : (Rp107.710.000/Rp 1.541.312.000) * 100 = 6,9 = 7%
− Software License : (Rp 650.530.000/ Rp 1.541.312.000) * 100 = 42.2= 42%
− Network : (Rp 33.072.000/ Rp 1.541.312.000) * 100 = 2.1 = 2%
− Server : (Rp 750.000.000/ Rp 1.541.312.000) * 100 = 48.6 = 49%
Berdasarkan gambar 4.15 , dapat dilihat bahwa server menghabiskan biaya yang paling
besar dengan persentase sebesar 49% dan total biaya Rp 750.000.000. Hal ini berarti
bahwa biaya yang diperlukan untuk menyediakan server pada Bank Riau sangat penting
karena server merupakan salah satu infrastruktur utama dalam menjalankan segala
245
aplikasi pada proses bisnis perbankan Bank Riau. Kemudian, biaya terbesar kedua yaitu
software license dengan persentase sebesar 42% dan total biaya Rp 650.530.000.
Selanjutnya biaya yang dikeluarkan untuk hardware sebesar 7% dengan total biaya
Rp 107.710.000. Dan biaya yang paling kecil dalam portfolio infrastruktur adalah
network yaitu sebesar 2% dengan total biaya Rp 33.072.000/tahun.
4.9.4 Persentase Biaya Portfolio Service
Gambar 4.16 dibawah ini menunjukkan persentase biaya portfolio service pada
Bank Riau.
Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data Gambar 4.16 Persentase biaya portfolio Service
Berikut ini perhitungan persentase biaya untuk masing-masing service:
− Exchange Mail
(Rp 125.400.000/Rp 755.400.000) * 100 = 16.6 = 17%
− Hardware & software maintenance
(Rp 550.000.000/Rp 755.400.000) * 100 = 72.8 = 73%
− Security
(Rp 80.000.000/Rp 755.400.000) * 100 = 10.4 = 10%
246
Berdasarkan gambar 4.16, dapat dilihat bahwa hardware & software maintenance
menghabiskan biaya yang paling besar dengan persentase sebesar 73% dan total biaya
Rp 550.000.000. Hal ini dikarenakan dalam menjalankan bisnis ini, sering kali
database/infrastruktur serta aplikasi lainnya selalu di update setiap saat agar informasi
yang terdapat pada website Bank Riau selalu up to date. Sehingga dengan demikian,
diperlukan biaya yang besar untuk me-maintenance hardware & software yang ada agar
dapat mendukung proses bisnis yang berjalan. Sedangkan biaya lainnya yaitu Exchange
Mail sebesar 17% dengan total biaya Rp 125.400.000 yang berfungsi sebagai sarana
komunikasi antar para karyawan dan direktur pada Bank Riau. Biaya yang peling kecil
adalah security sebesar Rp 80.000.000 sebesar 10%.
4.9.5 Persentase Biaya Portfolio Manajemen
Gambar 4.17 dibawah ini menunjukkan persentase biaya portfolio manajemen
pada Bank Riau.
Sumber: Bank Riau dan hasil pengolahan data Gambar 4.17 Persentase biaya portfolio Manajemen
247
Berikut ini perhitungan persentase biaya untuk masing-masing manajemen Bank Riau:
− Operational Budget Management
(Rp 250.000.000/Rp 350.000.000) * 100 = 71.4 = 71%
− Training program
(Rp 100.000.000/Rp 350.000.000) * 100 = 28.6 = 29%
Berdasarkan gambar 4.17, dapat dilihat bahwa operasional budget management
menghabiskan biaya yang paling besar dengan persentase sebesar 71% dan total biaya
Rp 250.000.000. Sedangkan biaya lainnya yaitu Training program sebesar 29% dengan
total biaya Rp 100.000.000 dimana biaya ini digunakan untuk memfasilitasi para
karyawan melalui training-training yang dapat meningkatkan pengetahuan dan skill para
karyawan Bank Riau serta meningkatkan kemampuan dalam menggunakan aplikasi dan
infrastruktur baru yang digunakan pada Bank Riau.
248
4.10 Persentase Nilai Penyelarasan Strategi
Gambar 4.18 Dibawah ini menunjukkan persentase nilai penyelarasan strategi
Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.18 Persentase Nilai Penyelarasan Strategi
249
Berdasarkan gambar 4.18, dapat dilihat bahwa persentase nilai penyelarasan Lights-On
cukup merata, yaitu berkisar antara 6.1% sampai 7.4%. Nilai penyelarasan tertinggi
terdapat pada aplikasi XAS, yaitu sebesar 4.66 (7.4%). Sedangkan nilai penyelarasan
terkecil terdapat pada aplikasi GLS, yaitu sebesar 3.88 (6.1%) dan juga terdapat pada
operation budget management, yaitu sebesar 3.87 (6.15).
Berikut rincian perhitungan nilai penyelarasan dengan persentase portfolio Lights-On:
− XAS = (4.66/63.13) * 100 = 7.4 %
− DDS = (4.47/63.13) * 100 = 7.1 %
− CIS = (4.16/63.13) * 100 = 6.6 %
− LNS = (3.99/63.13) * 100 = 6.3 %
− GLS = (3.88/63.13) * 100 = 6.1 %
− TDS = (3.89/63.13) * 100 = 6.2 %
− Hardware= (4.47/63.13) * 100 = 7.1 %
− Software License = (3.92/63.13) * 100 = 6.2 %
− Network = (4.34/63.13) * 100 = 6.9 %
− Server = (4.37/63.13) * 100 = 6.9 %
− Exchange Mail = (4.03/63.13) * 100 = 6.4 %
− Hardware & Software Maintanance = (4.49/63.13) * 100 = 7.1 %
− Security = (4.46/63.13) * 100 = 7.1 %
− Operation Budget Management = (3.87/63.13) * 100 = 6.1 %
− Training Program = (4.13/63.13) * 100 = 6.5 %
250
4.11. Analisis Hubungan Nilai Penyelarasan Strategis (Alignment) dengan
Kualitas (Quality) Lights-On Portfolio
4.11.1. Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan Strategis dengan Kualitas pada
Aplikasi
Pada gambar 4.19 dibawah ini menggambarkan hubungan nilai penyelarasan
(alignment) dengan kualitas (terhadap biaya) pada aplikasi yang berarti bahwa semakin
tinggi nilai kualitas dan nilai penyelarasan suatu aplikasi, maka kinerja aplikasi tersebut
semakin baik serta semakin sesuai dengan arahan strategi perusahaan.
Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data
Gambar 4.19 Hubungan penyelarasan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada Aplikasi
251
Berdasarkan diagram diatas, kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai
penyelarasan terhadap biaya aplikasi diatas, maka:
• Aplikasi XAS termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.66 dan nilai kualitas
sebesar 4.7
• Aplikasi DDS termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.47 dan nilai kualitas
sebesar 4.3
• Aplikasi CIS termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.16 dan nilai kualitas
sebesar 4.3
• Aplikasi TDS termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 3.89 dan nilai kualitas
sebesar 4.3
• Aplikasi LNS termasuk dalam kategori “Tidak kritis, stabil (noncritical,
stabilize)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 3.99 dan nilai kualitas
sebesar 3.9
• Aplikasi GLS termasuk dalam kategori “Tidak kritis, stabil (noncritical,
stabilize)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 3.88 dan nilai kualitas
sebesar 3.6
252
4.11.2. Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan Strategis dengan Kualitas pada
Infrastruktur
Pada gambar 4.20 dibawah ini menggambarkan hubungan nilai penyelarasan
(alignment) dengan kualitas (terhadap biaya) pada infrastruktur.
Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.20 Hubungan Penyelarasan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada
Infrastruktur
Berdasarkan gambar 4.20, kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai
penyelarasan terhadap biaya infrastuktur diatas, sebagai berikut:
• Infrastruktur Hardware termasuk dalam kategori “Ditingkatkan hanya jika
dibutuhkan (improve only as needed)”, karena memiliki nilai penyelarasan
sebesar 4.47 dan nilai kualitas sebesar 3.9 dengan total biaya sebesar
Rp 107.710.000
253
• Infrastruktur Software License termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali
(excellent, monitor)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 3.92 dan nilai
kualitas sebesar 4.2 dengan total biaya sebesar Rp 650.530.000
• Infrastruktur Network termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali
(excellent, monitor)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.34 dan nilai
kualitas sebesar 4.3 dengan total biaya sebesar Rp 33.072.000
• Infrastruktur Server termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.37 dan nilai kualitas
sebesar 4.4 dengan total biaya sebesar Rp 750.000.000
254
4.11.3. Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan Strategis dengan Kualitas pada
Service
Pada gambar 4.21 dibawah ini menggambarkan hubungan nilai penyelarasan
(alignment) dengan kualitas (terhadap biaya) pada service.
Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.21 Hubungan Penyelarasan dengan kualitas (terhadap biaya) dan service
Berdasarkan gambar 4.21, kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai
penyelarasan terhadap biaya service diatas, sebagai berikut:
• Exchange Mail termasuk dalam kategori “Ditingkatkan hanya jika dibutuhkan
(improve only as needed)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.03 dan
nilai kualitas sebesar 3.6 dengan total biaya sebesar Rp 125.400.000
• Hardware & software maintenance termasuk dalam kategori “Memuaskan,
terkendali (excellent, monitor)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.49
dan nilai kualitas sebesar 4.5 dengan total biaya sebesar Rp 550.000.000
255
• Security termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent, monitor)”,
karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.46 dan nilai kualitas sebesar 4.5
dengan total biaya sebesar Rp 80.000.000
4.11.4. Diagram Hubungan Nilai Penyelarasan Strategis dengan Kualitas pada
Manajemen
Pada gambar 4.22 dibawah ini menggambarkan hubungan nilai penyelarasan
(alignment) dengan kualitas (terhadap biaya) pada manajemen.
Sumber : Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data Gambar 4.22 Hubungan penyelarasan dengan kualitas (terhadap biaya) pada manajemen.
256
Berdasarkan gambar 4.22, kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan nilai
penyelarasan terhadap biaya manajemen diatas, sebagai berikut:
• Operational budgeting management termasuk dalam kategori “Memuaskan,
terkendali (excellent, monitor)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 3.87
dan nilai kualitas sebesar 4.3 dengan total biaya sebesar Rp 250.000.000
• Training program termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai penyelarasan sebesar 4.13 dan nilai kualitas
sebesar 4.6 dengan total biaya sebesar Rp 100.000.000
4.11.5. Strategi Investasi Portfolio Berdasarkan Hubungan Nilai Penyelarasan
Strategis dengan Kualitas
Gambar 4.23 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi total
berdasarkan hubungan nilai penyelarasan strategis dengan kualitas.
Sumber :Hasil Pengolahan Data Gambar 4.23 Strategi investasi total berdasarkan nilai penyelarasan dan kualitas
terhadap biaya
257
Keterangan:
Tabel 4.72 Keterangan Hubungan Penyelarasan dan Kualitas Aplikasi TI Berjalan Kategori Investasi Strategi Investasi Diabaikan (abandon) Penyelarasan rendah
Aplikasi sebaiknya diabaikan
Krisis (crisis) Penyelarasan tinggi (4,5) dan Kualitas hanya 2 atau kurang
Aplikasi adalah kandidat investasi untuk meningkatkan kualitas, terutama aplikasi dengan penyelarasan yang tinggi.
Tidak kritis, Stabil (noncritical, stabilize) Penyelarasan sedang (3)
Mengeluarkan uang sekecil mungkin untuk perawatan dan peningkatan.
Peningkatan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed) Penyelarasan tinggi (4,5) dan kualitas sedang (3)
Walaupun penyelarasan tinggi, kualitasnya biasa saja. Pengeluaran uang hanya jika darurat atau bila sumber daya habis.
Memuaskan, Terkendali (excellent, monitor) Penyelarasan tinggi (4,5) Kualitas tinggi (4,5)
Mengontrol aplikasi untuk menjaga kualitas. Pengeluaran uang untuk mempertahankan tingkat kualitas, namun investasi baru sepertinya tidak dibutuhkan.
Sumber: From Business Strategy to IT Action, 2004, p139
Gambar 4.23 menunjukkan bahwa portfolio Lights-On Bank Riau rata-rata
berada pada kategori “Memuaskan, Terkendali (Excellent, Monitor)” berdasarkan
hubungan penyelarasan dan kualitasnya.
Berikut perincian total biaya berdasarkan nilai penyelarasan dan kualitas:
Untuk kategori “Memuaskan, Terkendali (Excellent, Monitor)”, memiliki total
biaya sebesar Rp 2.870.442.000, yang terdiri dari:
XAS (alignment = 4.66, quality = 4.7, biaya = Rp 159.500.000)
DDS (alignment = 4.47, quality = 4.3, biaya = Rp 100.105.000)
CIS (alignment = 4.16, quality = 4.3, biaya = Rp 102.235.000)
TDS (alignment = 3.89, quality = 4.3, biaya = Rp 95.000.000)
Software License (alignment = 3.92, quality = 4.2, biaya = Rp 650.530.000)
Network (alignment = 4.34, quality = 4.3, biaya = Rp 33.072.000)
Server (alignment = 4.37, quality = 4.4, biaya = Rp 750.000.000)
Security (alignment = 4.46, quality = 4.5, biaya = Rp 80.000.000)
258
Hardware & Software Maintanance (alignment = 4.49, quality = 4.5, biaya =
Rp 550.000.000)
Operational Budget Management (alignment = 3.87, quality = 4.3, biaya =
Rp 250.000.000)
Training Program (alignment = 4.13, quality = 4.6, biaya = Rp 100.000.000)
Untuk kategori “Ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as
needed)”, memiliki total biaya sebesar Rp 233.110.000, yang terdiri dari:
Hardware (alignment = 4.47, quality = 3.9, biaya = Rp 107.710.000)
Exchange Mail (alignment = 4.03, quality = 3.6, biaya = Rp 125.400.000)
Untuk kategori “Tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize)”, memiliki total
biaya sebesar Rp 201.235.000, yang terdiri dari:
LNS (alignment = 3.99, quality = 3.9, biaya = Rp 100.065.000)
GLS (alignment = 3.88, quality = 3.6, biaya = Rp 101.170.000)
Untuk kategori “Krisis (Crisis)” tidak ada
Untuk kategori “Diabaikan (Abdandon)” tidak ada
259
4.11.6. Strategi Investasi Portfolio Kategori “memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)” Berdasarkan Penyelarasan dan Kualitas
Gambar 4.24 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi
“memuaskan, terkendali” berdasarkan penyelarasan dan kualitas.
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Gambar 4.24 Strategi Investasi Portfolio kategori “memuaskan, terkendali (excellent, monitor)” berdasarkan penyelarasan dan kualitas
Pada strategi investasi kategori “Memuaskan, terkendali (excellent, monitor)” terdapat
server yang memiliki biaya terbesar yakni Rp.750.000.000, kemudian terdapat software
license sebesar Rp.650.530.000, hardware & software maintanance sebesar
Rp.550.000.000, operational budget management sebesar Rp.250.000.000, aplikasi XAS
sebesar Rp.159.500.000, aplikasi CIS sebesar Rp.102.235.000, aplikasi DDS sebesar
Rp.100.105.000, training program sebesar Rp.100.000.000, aplikasi TDS sebesar
260
Rp.95.000.000, security sebesar Rp.80.000.000, network sebesar Rp 33.072.000.
Keadaan yang memuaskan dan terkendali menunjukkan bahwa Bank Riau perlu
mengontrol aplikasi untuk menjaga kualitas. Pengeluaran biaya untuk mempertahankan
tingkat kualitas diperlukan, namun investasi baru sepertinya tidak dibutuhkan.
4.11.7. Strategi Investasi Portfolio Kategori “ditingkatkan hanya jika dibutuhkan
(improve only as needed)” Berdasarkan Penyelarasan dan Kualitas
Gambar 4.25 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi
“ditingkatkan hanya jika dibutuhkan” berdasarkan penyelarasan dan kualitas.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.25 Strategi Investasi Portfolio kategori “ditingkatkan hanya jika dibutuhkan
(improve only as needed)” berdasarkan penyelarasan dan kualitas
Pada strategi investasi kategori “Ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as
needed)” terdapat service Exchange Mail yang memiliki biaya terbesar yakni
Rp.125.400.000, dengan biaya yang terkecil yakni infrastruktur Hardware sebesar
Rp.107.710.000. Keadaan yang ditingkatkan hanya jika dibutuhkan berdasarkan nilai
261
penyelarasan dan kualitas menunjukkan bahwa Bank Riau perlu mengontrol portfolio
walau tingkat ketergantungannya tinggi, namun kualitasnya biasa saja. Pengeluaran
biaya untuk portfolio ini diperlukan jika terjadi keadaan yang darurat ataupun sumber
daya yang ada telah habis.
4.11.8. Strategi Investasi Portfolio Kategori “tidak kritis, stabil (noncritical,
stabilize)” Berdasarkan Penyelarasan dan Kualitas
Gambar 4.26 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi “tidak
kritis, stabil” berdasarkan penyelarasan dan kualitas.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.26 Strategi Investasi Portfolio kategori “tidak kritis, stabil (noncritical,
stabilize)” berdasarkan penyelarasan dan kualitas
Pada strategi investasi kategori “tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize)” terdapat
aplikasi GLS yang memiliki biaya terbesar sebesar Rp.101.170.000, dan biaya yang
terkecil yakni aplikasi LNS yang memiliki biaya sebesar Rp.100.065.000. Keadaan yang
262
tidak kritis, stabil berdasarkan nilai penyelarasan dan kualitas menunjukkan Bank Riau
perlu mengeluarkan biaya sekecil mungkin untuk perawatan dan peningkatan portfolio.
4.12. Persentase Tingkat Ketergantungan Strategi (Dependency)
Gambar 4.27 dibawah ini menunjukkan persentase tingkat ketergantungan strategi.
Sumber: Bank Riau dan Hasil Pengolahan Data
Gambar 4.27 Persentase Tingkat Ketergantungan Strategi
263
Berdasarkan gambar 4.27, dapat dilihat bahwa persentase tingkat ketergantungan Lights-
On cukup merata, yaitu berkisar antara 4.7% sampai 7.7%. Tingkat ketergantungan
(dependency) tertinggi terdapat pada operational budget management, yaitu sebesar 5.00
(7.7%). Sedangkan tingkat ketergantungan terkecil terdapat pada aplikasi TDS, yaitu
sebesar 3.0 (4.7%).
Berikut rincian perhitungan tingkat ketergantungan (dependency) dengan persentase
portfolio Lights-On:
− XAS = (4.6/65) * 100 = 7.1%
− DDS = (4.3/65) * 100 = 6.6%
− CIS = (3.5/65) * 100 = 5.4%
− LNS = (4.5/65) * 100 = 6.9%
− GLS = (4.8/65) * 100 = 7.4%
− TDS = (3.0/65) * 100 = 4.7%
− Hardware = (4.7/65) * 100 = 7.2%
− Software License = (4.0/65) * 100 = 6.2%
− Network = (4.6/65) * 100 = 7.1%
− Server = (4.7/65) * 100 = 7.2%
− Hardware & Software Maintenance = (4.5/65) * 100 = 6.9%
− Security = (4.4/65) * 100 = 6.8%
− Operational Budget Management = (5.0/65) * 100 = 7.7%
− Training Program = (4.5/65) * 100 = 6.9%
− Exchange Mail = (3.9/65) * 100 = 6.0%
264
4.13. Analisis Hubungan Ketergantungan (Dependency) dengan Kualitas (Quality)
terhadap Biaya
4.13.1. Diagram Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap biaya)
Pada Aplikasi
Gambar 4.28 dibawah ini menunjukkan hubungan ketergantungan dengan
kualitas (terhadap Biaya) pada Aplikasi.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.28 Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada
Aplikasi
265
Berdasarkan gambar 4.28 diatas kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan
nilai ketergantungan terhadap biaya aplikasi diatas, maka:
• Aplikasi XAS termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.6 dan
nilai kualitas (quality) sebesar 4.7
• Aplikasi DDS termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.3 dan
nilai kualitas (quality) sebesar 4.3
• Aplikasi CIS termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 3.5 dan
nilai kualitas (quality) sebesar 4.3
• Aplikasi TDS termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 3.0 dan
nilai kualitas (quality) sebesar 4.3
• Aplikasi LNS termasuk dalam kategori “Ditingkatkan hanya jika diperlukan
(improve only as needed)”, karena memiliki nilai ketergantungan (dependency)
sebesar 4.5 dan nilai kualitas (quality) sebesar 3.9
• Aplikasi GLS termasuk dalam kategori “Ditingkatkan hanya jika diperlukan
(improve only as needed)”, karena memiliki nilai ketergantungan (dependency)
sebesar 4.8 dan nilai kualitas (quality) sebesar 3.6
266
4.13.2. Diagram Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap biaya)
Pada Infrastruktur
Gambar 4.29 dibawah ini menunjukkan hubungan ketergantungan dengan
kualitas (terhadap Biaya) pada infrastruktur.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.29 Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada
Infrastruktur
Berdasarkan gambar 4.29 diatas kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan
nilai ketergantungan terhadap biaya infrastruktur diatas, maka:
• Infrastruktur Hardware termasuk dalam kategori “Ditingkatkan hanya jika
dibutuhkan (improve only as needed)”, karena memiliki nilai ketergantungan
(dependency) sebesar 4.7 dan nilai kualitas (quality) sebesar 3.9
267
• Infrastruktur Software license termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali
(excellent, monitor)”, karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar
4.0 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.2
• Infrastruktur Network termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali
(excellent, monitor)”, karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar
4.6 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.3
• Infrastruktur Server termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.7 dan
nilai kualitas (quality) sebesar 4.4
4.13.3. Diagram Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap biaya)
Pada Service
Gambar 4.30 dibawah ini menunjukkan hubungan ketergantungan dengan
kualitas (terhadap Biaya) pada service.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.30 Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada Service
268
Berdasarkan gambar 4.30 diatas kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan
nilai ketergantungan terhadap biaya service diatas, maka:
• Hardware & software maintenance termasuk dalam kategori “Memuaskan,
terkendali (excellent, monitor)”, karena memiliki nilai ketergantungan
(dependency) sebesar 4.5 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.5
• Security termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent, monitor)”,
karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.4 dan nilai kualitas
(quality) sebesar 4.5
• Exchange Mail termasuk dalam kategori “Ditingkatkan hanya jika diperlukan
(improve only as needed)”, karena memiliki nilai ketergantungan (dependency)
sebesar 3.9 dan nilai kualitas (quality) sebesar 3.6
269
4.13.4. Diagram Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap biaya)
Pada Manajemen
Gambar 4.31 dibawah ini menunjukkan hubungan ketergantungan dengan
kualitas (terhadap Biaya) pada manajemen.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.31 Hubungan Ketergantungan dengan Kualitas (terhadap Biaya) pada
Manajemen
Berdasarkan gambar 4.31 diatas kita dapat melihat bahwa hubungan kualitas dengan
nilai ketergantungan terhadap biaya manajemen diatas, maka:
• Operational Budget Management termasuk dalam kategori “Memuaskan,
terkendali (excellent, monitor)”, karena memiliki nilai ketergantungan
(dependency) sebesar 5.0 dan nilai kualitas (quality) sebesar 4.3
• Training program termasuk dalam kategori “Memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)”, karena memiliki nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.5 dan
nilai kualitas (quality) sebesar 4.6
270
4.13.5. Strategi Investasi Portfolio Berdasarkan Hubungan Ketergantungan dan
Kualitas
Gambar 4.32 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi total
berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitas.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.32 Strategi investasi total Portfolio Lights-On berdasarkan hubungan
ketergantungan dan kualitas
271
Keterangan:
Tabel 4.73 Keterangan Hubungan Ketergantungan dan Kualitas Aplikasi TI Berjalan
Sumber : From Business Strategy to IT Action, 2005, p66
Gambar 4.32 menunjukkan bahwa portfolio Lights-On Bank Riau rata-rata
berada pada kategori “Memuaskan, Terkendali (Excellent, Monitor)” berdasarkan
hubungan ketergantungan dan kualitasnya.
Berikut perincian total biaya berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitas:
Untuk kategori “Memuaskan, Terkendali (Excellent, Monitor)”, memiliki total
biaya sebesar Rp 2.870.442.000, yang terdiri dari:
XAS(dependency = 4.6, quality = 4.7, biaya = Rp 159.500.000)
DDS (dependency = 4.3, quality = 4.3, biaya = Rp 100.105.000)
CIS (dependency = 3.5, quality = 4.3, biaya = Rp 102.235.000)
TDS (dependency = 3.0, quality = 4.3, biaya = Rp 95.000.000)
Software License (dependency = 4.0, quality = 4.2, biaya = Rp 33.072.000)
Network (dependency = 4.6, quality = 4.3, biaya = Rp 650.530.000)
Server (dependency = 4.7, quality = 4.4, biaya = Rp 750.000.000)
Kategori Investasi Strategi Investasi Diabaikan (abandon) Ketergantungan rendah
Aplikasi sebaiknya diabaikan
Krisis (crisis) Ketergantungan tinggi (4,5) dan Kualitas
hanya 2 atau kurang
Aplikasi adalah kandidat investasi untuk meningkatkan kualitas, terutama aplikasi dengan
Ketergantungan yang tinggi.
Tidak kritis, Stabil (noncritical, stabilize) Ketergantungan sedang (3)
Mengeluarkan uang sekecil mungkin untuk perawatan dan peningkatan.
Peningkatan hanya jika dibutuhkan (improve only as needed)
Ketergantungan tinggi (4,5) dan kualitas sedang (3)
Walaupun Ketergantungan tinggi, kualitasnya biasa saja. Pengeluaran uang hanya jika darurat atau bila
sumber daya habis.
Memuaskan, Terkendali (excellent, monitor)
Ketergantungan tinggi (4,5) dan Kualitas tinggi (4,5)
Mengontrol aplikasi untuk menjaga kualitas. Pengeluaran uang untuk mempertahankan tingkat
kualitas, namun investasi baru sepertinya tidak dibutuhkan.
272
Hardware & software maintenance (dependency = 4.5, quality = 4.5, biaya
= Rp 550.000.000)
Operational Budget Management (dependency = 5.0, quality = 4.3, biaya =
Rp 250.000.000)
Training program (dependency = 4.5, quality = 4.6, biaya = Rp100.000.000)
Security (dependency = 4.4, quality = 4.5, biaya = Rp80.000.000)
Untuk kategori “Ditingkatkan hanya jika dibutuhkan (improve only as
needed)”, memiliki total biaya sebesar Rp 434.345.000, yang terdiri dari:
LNS (dependency = 4.5, quality = 3.9, biaya = Rp 100.065.000)
GLS (dependency = 4.8, quality = 3.6, biaya = Rp 101.170.000)
Hardware (dependency = 4.7, quality = 3.9, biaya = Rp 107.710.000)
Exchange Mail (dependency = 3.9, quality = 3.6, biaya = Rp 125.400.000)
Untuk kategori “Tidak kritis, stabil (noncritical, stabilize)” tidak ada
Untuk kategori “Krisis (Crisis)” tidak ada
Untuk kategori “Diabaikan (Abdandon)” tidak ada
273
4.13.6. Strategi Investasi portfolio Kategori “memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)” Berdasarkan Ketergantungan dan Kualitas
Gambar 4.33 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi
“memuaskan, terkendali” berdasarkan ketergantungan dan kualitas.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.33 Strategi Investasi Portfolio kategori “memuaskan, terkendali (excellent,
monitor)” berdasarkan ketergantungan dan kualitas
Dari gambar 4.33 diatas dapat disimpulkan bahwa biaya aplikasi, infrastruktur, service,
dan manajemen berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitas dengan kategori
memuaskan dan terkendali, yang memiliki biaya terbesar adalah server sebesar
Rp 750.000.000, sedangkan yang memerlukan biaya paling kecil yaitu network sebesar
Rp 33.072.000. Keadaan yang memuaskan dan terkendali berdasarkan hubungan
ketergantungan dan kualitas, menunjukkan Bank Riau perlu untuk mengontrol aplikasi
tersebut untuk menjaga kualitasnya. Diperlukan pengeluaran biaya untuk
mempertahankan tingkat kualitas, namun investasi baru sepertinya belum dibutuhkan.
274
4.13.7. Strategi Investasi Portfolio Kategori “ditingkatkan hanya jika dibutuhkan
(improve only as needed)” Berdasarkan Ketergantungan dan Kualitas
Gambar 4.34 dibawah ini menunjukkan diagram batang strategi investasi
“ditingkatkan hanya jika dibutuhkan” berdasarkan ketergantungan dan kualitas.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.34 Strategi Investasi Portfolio kategori “ditingkatkan hanya jika dibutuhkan
(improve only as needed)” berdasarkan ketergantungan dan kualitas
Dari gambar 4.34 diatas dapat disimpulkan bahwa biaya aplikasi, infrastruktur, service,
dan manajemen berdasarkan hubungan ketergantungan dan kualitas dengan kategori
ditingkatkan hanya jika dibutuhkan, yang memiliki biaya terbesar adalah Exchange Mail
sebesar Rp 125.400.000, sedangkan yang memerlukan biaya paling kecil yaitu LNS
sebesar Rp 100.065.000. Keadaan yang ditingkatkan hanya jika dibutuhkan berdasarkan
hubungan ketergantungan dan kualitas, menunjukkan Bank Riau memiliki
ketergantungan tinggi, tapi kualitasnya biasa saja. Pengeluaran biaya untuk portfolio ini
diperlukan jika terjadi keadaan yang darurat ataupun sumber daya yang ada telah habis.
275
4.14. Hubungan Jangkauan Pengguna (Breadth) dengan Ketergantungan
(dependency) terhadap Biaya
4.14.1. Diagram Hubungan Jangkauan Pengguna dengan Ketergantungan (terhadap
biaya) Pada Aplikasi
Gambar 4.35 dibawah ini menunjukkan hubungan jangkauan pengguna (breadth)
dengan ketergantungan (dependency) pada aplikasi.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.35 Hubungan Jangkauan Pengguna dengan Ketergantungan (terhadap Biaya)
pada aplikasi
Berdasarkan gambar 4.35, kita dapat melihat hubungan ketergantungan dengan
jangkauan pengguna terhadap biaya aplikasi, sebagai berikut:
• XAS memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 1.4, nilai ketergantungan
(dependency) sebesar 4.6 dan biaya sebesar Rp 159.500.000
• DDS memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 4.1, nilai ketergantungan
(dependency) sebesar 4.3 dan biaya sebesar Rp 100.105.000
276
• CIS memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 3.0, nilai ketergantungan
(dependency) sebesar 3.5 dan biaya sebesar Rp 102.235.000
• LNS memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 1.8, nilai ketergantungan
(dependency) sebesar 4.5 dan biaya sebesar Rp 100.065.000
• GLS memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 1.3, nilai ketergantungan
(dependency) sebesar 4.8 dan biaya sebesar Rp 101.170.000
• TDS memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 3.3, nilai ketergantungan
(dependency) sebesar 3.0 dan biaya sebesar Rp 95.000.000
4.14.2. Diagram Hubungan Jangkauan Pengguna dengan Ketergantungan
(terhadap biaya) Pada Infrastruktur
Gambar 4.36 dibawah ini menunjukkan hubungan jangkauan pengguna (breadth)
dengan ketergantungan (dependency) pada infrastruktur.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.36 Hubungan Jangkauan Pengguna dengan Ketergantungan (terhadap Biaya)
pada infrastruktur
277
Berdasarkan gambar 4.36, kita dapat melihat hubungan ketergantungan dengan
jangkauan pengguna terhadap biaya infrastruktur, sebagai berikut:
• Hardware memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 5.0, nilai
ketergantungan (dependency) sebesar 4.7 dan biaya sebesar Rp 107.710.000
• Software License memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 3.8 dan nilai
ketergantungan (dependency) sebesar 4.0 dan biaya sebesar Rp 650.530.000
• Network memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 4.8 dan nilai
ketergantungan (dependency) sebesar 4.6 dan biaya sebesar Rp 33.072.000
• Server memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 4.8 dan nilai
ketergantungan (dependency) sebesar 4.7 dan biaya sebesar Rp 750.000.000
4.14.3. Diagram Hubungan Jangkauan Pengguna dengan Ketergantungan
(terhadap biaya) Pada Service
Gambar 4.37 dibawah ini menunjukkan hubungan jangkauan pengguna (breadth)
dengan ketergantungan (dependency) pada service.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.37 Hubungan Jangkauan Pengguna dengan Ketergantungan (terhadap Biaya)
pada service
278
Berdasarkan gambar 4.37, kita dapat melihat hubungan ketergantungan dengan
jangkauan pengguna terhadap biaya service, sebagai berikut:
• Exchange Mail yang memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 4.8, nilai
ketergantungan (dependency) sebesar 3.9 dan biaya sebesar Rp 125.400.000
• Hardware & software maintenance yang memiliki jangkauan pengguna
(breadth) sebesar 4.7 dan nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.5 dan
biaya sebesar Rp 550.000.000
• Security yang memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar 4.8 dan nilai
ketergantungan (dependency) sebesar 4.4 dan biaya sebesar Rp 80.000.000
4.14.4. Diagram Hubungan Jangkauan Pengguna dengan Ketergantungan
(terhadap biaya) Pada Manajemen
Gambar 4.38 dibawah ini menunjukkan hubungan jangkauan pengguna (breadth)
dengan ketergantungan (dependency) pada manajemen
Sumber: Hasil Pengolahan Data Gambar 4.38 Hubungan Jangkauan Pengguna dengan Ketergantungan (terhadap Biaya)
pada manajemen
279
Berdasarkan gambar 4.38, kita dapat melihat hubungan ketergantungan dengan
jangkauan pengguna terhadap biaya manajemen, sebagai berikut:
• Operational Budget Management memiliki jangkauan pengguna (breadth)
sebesar 1.3, nilai ketergantungan (dependency) sebesar 5.0 dan biaya sebesar
Rp 250.000.000
• Training Program digunakan memiliki jangkauan pengguna (breadth) sebesar
4.3 dan nilai ketergantungan (dependency) sebesar 4.5 dan biaya sebesar
Rp 100.000.000
4.15. Hubungan Kualitas, Nilai Penyelarasan, dan Ketergantungan
Gambar 4.39 di bawah ini menunjukkan hubungan antara kualitas (Quality),
ketergantungan (Dependency), dan nilai penyelarasan (Alignment).
Sumber: Hasil Pengolahan Data
280
Gambar 4.39 Hubungan Kualitas (Quality), Ketergantungan (Dependency), dan Nilai Penyelarasan (Alignment)
Berdasarkan gambar 4.39 diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai
kualitas suatu sistem (quality) maka kinerja sistem tersebut semakin baik, semakin tinggi
nilai ketergantungan (dependency) maka sistem aplikasi tersebut semakin dibutuhkan
oleh perusahaan, dan semakin tinggi nilai penyelarasan strategi (alignment) maka sistem
aplikasi tersebut semakin sesuai dengan strategi bisnis perusahaan.
Berikut penjelasannya:
• XAS memiliki nilai kualitas yang tinggi dengan nilai 4.7, nilai ketergantungan
yang tinggi yaitu 4.6 dan nilai penyelarasan strategi yang tinggi yaitu 4.66
• DDS memiliki nilai kualitas yang tinggi dengan nilai 4.3, nilai ketergantungan
yang tinggi yaitu 4.3 dan nilai penyelarasan strategi yang tinggi yaitu 4.47
• CIS memiliki nilai kualitas yang tinggi dengan nilai 4.3, nilai ketergantungan
yang sedang yaitu 3.5 dan nilai penyelarasan strategi yang tinggi yaitu 4.16
• LNS memiliki nilai kualitas yang sedang dengan nilai 3.9, nilai ketergantungan
yang tinggi yaitu 4.5 dan nilai penyelarasan strategi yang sedang yaitu 3.99
• GLS memiliki nilai kualitas yang sedang dengan nilai 3.6, nilai ketergantungan
yang tinggi yaitu 4.8 dan nilai penyelarasan strategi yang sedang yaitu 3.88
• TDS memiliki nilai kualitas yang tinggi dengan nilai 4.3, nilai ketergantungan
yang sedang yaitu 3.0 dan nilai penyelarasan strategi yang sedang yaitu 3.89
• Hardware memiliki nilai kualitas yang sedang dengan nilai 3.9, nilai
ketergantungan yang tinggi yaitu 4.7 dan nilai penyelarasan strategi yang tinggi
yaitu 4.47
281
• Software License memiliki nilai kualitas yang tinggi dengan nilai 4.2, nilai
ketergantungan yang tinggi yaitu 4.0 dan nilai penyelarasan strategi yang sedang
yaitu 3.92
• Network memiliki nilai kualitas yang tinggi dengan nilai 4.3, nilai
ketergantungan yang tinggi yaitu 4.6 dan nilai penyelarasan strategi yang tinggi
yaitu 4.34
• Server memiliki nilai kualitas yang tinggi dengan nilai 4.4, nilai ketergantungan
yang tinggi yaitu 4.7 dan nilai penyelarasan strategi yang tinggi yaitu 4.37
• Exchange Mail memiliki nilai kualitas yang sedang dengan nilai 3.6, nilai
ketergantungan yang sedang yaitu 3.9 dan nilai penyelarasan strategi yang tinggi
yaitu 4.03
• Hardware & Software Maintanance memiliki nilai kualitas yang tinggi dengan
nilai 4.5, nilai ketergantungan yang tinggi yaitu 4.5 dan nilai penyelarasan
strategi yang tinggi yaitu 4.49
• Security memiliki nilai kualitas yang tinggi dengan nilai 4.5, nilai
ketergantungan yang tinggi yaitu 4.4 dan nilai penyelarasan strategi yang tinggi
yaitu 4.46
• Operational Budget Management memiliki nilai kualitas yang tinggi dengan nilai
4.3, nilai ketergantungan yang tinggi yaitu 5.0 dan nilai penyelarasan strategi
yang sedang yaitu 3.87
• Training Program memiliki nilai kualitas yang tinggi dengan nilai 4.6, nilai
ketergantungan yang tinggi yaitu 4.5 dan nilai penyelarasan strategi yang tinggi
yaitu 4.13