37
63 BAB IV IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI LAUT PELABUHAN MAKASSAR A. Identifikasi Sistem Kegiatan 1. Hinterland Pelabuhan Makassar Provinsi Sulawesi Selatan berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI), terletak pada 0 o 12’ sampai 8 o Lintang Selatan dan 116 o 48’ sampai 122 o 36’ Bujur Timur memiliki wilayah seluas tercatat 45.764,53 km 2 . Sulawesi Selatan yang beribukota di Makassar memiliki lokasi yang strategis karena dilalui oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia Gambar 5. Peta Administrasi Propinsi Sulawesi

Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penelitian

Citation preview

Page 1: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

63

BAB IV

IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI LAUT

PELABUHAN MAKASSAR

A. Identifikasi Sistem Kegiatan

1. Hinterland Pelabuhan Makassar

Provinsi Sulawesi Selatan

berada di Kawasan Timur

Indonesia (KTI), terletak

pada 0o12’ sampai 8o

Lintang Selatan dan 116o48’

sampai 122o36’ Bujur Timur

memiliki wilayah seluas

tercatat 45.764,53 km2.

Sulawesi Selatan yang

beribukota di Makassar

memiliki lokasi yang

strategis karena dilalui oleh

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II yang merupakan jalur lalu lintas

kapal-kapal nasional maupun internasional.

Kedudukan Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di tepi Selat

Makassar dan dilalui oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II

merupakan potensi posisi yang strategis bagi berbagai kepentingan

pembangunan sektoral, terutama perhubungan dan perdagangan.

Gambar 5. Peta Administrasi Propinsi Sulawesi Selatan

Page 2: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

64

Bagi sektor perhubungan, posisi Sulawesi Selatan merupakan simpul

perhubungan yang penting, baik laut maupun udara. Ditinjau dari

sektor perdagangan, kedudukan Provinsi Sulawesi Selatan sangat

menguntungkan karena dapat berfungsi sebagai pusat penampungan dan

penyebaran bagi komoditas perdagangan dari dan ke kawasan

pendukung Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Secara administrasi, wilayah Provinsi Sulawesi Selatan terdiri atas

24 wilayah administrasi kabupaten/kota yang meliputi 21 kabupaten dan

3 kota serta 304 kecamatan. Kabupaten Luwu Utara merupakan

kabupaten terluas dengan yaitu 7.502,68 km2 atau luas kabupaten

tersebut merupakan 16,46 persen dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan.

Sebelah Utara dengan Provinsi Sulawesi Barat

Sebelah Timur dengan Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi Tenggara

Sebelah Barat dengan Selat Makassar

Sebelah Selatan dengan Laut Flores

Tabel 8. Kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan

No. Kabupaten/Kota Ibukota Luas Wilayah

1. Selayar Benteng 903,50

2. Bulukumba Bulukumba 1.154,67

3. Bantaeng Bantaeng 395,83

4. Janeponto Bontosunggu 903,35

5. Takalar Pattalasang 566,51

6. Gowa Sungguminasa 1.883,33

7. Sinjai Sinjai 819,96

8. Maros Maros 1.619,12

9. Pangkep Pangkajene 1.112,29

10. Barru Barru 1.174,71

11. Bone Watampone 4.559,00

Page 3: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

65

Lanjutan Tabel 8.

12. Soppeng Watansoppeng 1.359,44

13. Wajo Sengkang 2.506,20

14. Sidrap Sidenreng 1.883,25

15. Pinrang Pinrang 1.961,17

16. Enrekang Enrekang 1.786,01

17. Luwu Belopa 3.000,25

18. Tana Toraja Makale 2.054,30

19. Luwu Utara Masamba 7.502,68

20. Luwu Timur Malili 6.944,88

21. Toraja Utara Rantepao 1.151,47

22. Makassar Makassar 175,77

23. Parepare Parepare 99,33

24. Palopo Palopo 247,52

Jumlah 45.751,91Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011

2. Potensi Sumber Daya Alam

a. Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Produksi padi Sulawesi

Selatan tahun 2009

sebesar 4.324.178 ton

yang dipanen dari areal

seluas 862.017 ha atau

rata-rata 5,02 ton per

hektar yang berarti naik

sekitar 5,90 persen

dibandingkan tahun

2008, yang menghasilkan

4.083356 ton padi

Gambar 6. Peta Sebaran SDA Propinsi Sulawesi Selatan

Page 4: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

66

dengan luas panen 836.298 ha dengan rata-rata produksi

4,88 ton per hektar.

Sebagian besar produksi padi di Sulawesi Selatan dihasilkan oleh

jenis padi sawah. Jenis padi ini menyumbang 99,30 % dari seluruh

produksi padi atau sebesar 4.293.918 ton. Sedangkan sisanya

dihasilkan oleh padi ladang. Produksi jagung Sulawesi Selatan

pada tahun 2009 sebesar 1.395.742 ton dengan luas panen

299.669 ha atau menghasilkan rata-rata 4,66 ton/ha.

b. Sektor Perkebunan

Sektor perkebunan Sulawesi

Selatan merupakan salah

satu sektor yang

memberikan kontribusi

cukup besar terhadap devisa negara melalui beberapa komoditas

ekspor unggulan diantaranya kakao dan Kelapa Dalam yang

masing-masing berproduksi sebesar 163.001,47 ton dan 76.886,70

ton.

c. Sektor Peternakan

Peranan sub sektor peternakan dalam

bidang pertanian cukup besar menempati

posisi kedua terbesar setelah tanaman

bahan makanan. Pada tahun 2009 jumlah

ternak sapi sebesar 769.066 ekor, kerbau 124 141 ekor, kuda

117.293 ekor, kambing 436.918 ekor, domba 499 ekor dan babi

Gambar 7. Perkebunan Kakao Sulawesi Selatan

Gambar 8. Peternakan Sulawesi Selatan

Page 5: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

67

546.287 ekor. Sementara itu, jumlah ternak yang dipotong adalah

ternak sapi 57.401 ekor, kerbau 14.170, kuda 3.307, kambing

55.210, domba 126 ekor dan babi 25.230 ekor.

d. Sektor Perikanan

Di Sulawesi Selatan prospek

perikanan tiap tahunnya hampir

memperlihatkan angka yang cukup

menjanjikan. Pada tahun 2009, total

produksi ikan hasil penangkapan dan budidaya sebesar

1.210.835,10 ton, dengan nilai produksi 4.649.153.873 ribu rupiah.

Luas areal tambak adalah 93.515,0 ha, luas kolam 4.647,0 ha dan

luas area sawah yang dijadikan tempat pemeliharaan ikan adalah

6.961,0 ha.

e. Sektor Kehutanan

Kawasan hutan di Sulawesi Selatan

pada tahun 2009 seluas 2.712.812 ha

yang antara lain terdiri dari 1.223.560

ha hutan lindung, 488.551 ha hutan

produksi terbatas, dan 131.041 ha

hutan produksi biasa. Produksi hasil hutan terdiri dari kayu dan non

kayu (seperti rotan dan damar). Produksi hutan Sulawesi Selatan

pada tahun 2009 yang berupa kayu sebesar 133.950,59 kubik.

Hasil lainnya yakni rotan 1.787,00 ton, getah pinus 519,25 ton dan

damar 187,15 ton.

Gambar 9. Perikanan Sulawesi Selatan

Gambar 10. Potensi Hutan Sulawesi Selatan

Page 6: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

68

f. Sektor Pertambangan

Kontributor terbesar sektor

pertambangan adalah

pertambangan non migas. Sejauh

ini pertambangan yang

dieksploitasi adalah nikel.

Pertambangan nikel terdapat di Kabupaten Luwu Timur yang

dikelola oleh PT. International Nickel Company (INCO). Pada tahun

2009 volume export hasil pertambangan nikel mencapai 73.283 ton

dengan nilai eksport sekitar USD 386 juta.

3. Potensi Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Sulawesi Selatan tahun 2005 adalah sebesar

7.489.696 jiwa, kemudian berkembang menjadi 7.908.519 jiwa pada tahun

2009 atau mengalami pertambahan sebesar 418.823 jiwa periode waktu

5 tahun terakhir (2005-2009), atau tumbuh rata-rata sebesar 1,72%

pertahun. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 902.453 jiwa dari

jumlah penduduk pada tahun 2001 yang berjumlah 7.006.066 jiwa.

Tabel 9. Laju Pertumbuhan Penduduk Sulawesi Selatan 2005-2009No. Kabupaten/Kota 2005 2006 2007 2008 2009

1. Selayar 111.961 115.908 117.860 119.811 121.7492. Bulukumba 377.471 381.874 386.239 390.543 394.746

3. Bantaeng 168.603 170.049 171.468 172.849 174.176

4. Janeponto 326.243 328.343 330.379 332.334 334.175

5. Takalar 246.402 249.348 252.270 255.154 257.974

6. Gowa 571.705 583.021 594.423 605.876 617.317

7. Sinjai 218.583 221.064 223.522 225.943 228.304

8. Maros 292.454 296.071 299.662 303.211 306.687

9. Pangkep 284.149 287.838 291.506 295.137 298.701

10. Barru 157.726 159.090 160.428 161.732 162.985

Gambar 11. Potensi Nikel Sulawesi Selatan

Page 7: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

69

11. Bone 686.603 693.089 699.474 705.717 711.748

12. Soppeng 225.382 226.804 228.181 229.502 230.744

13. Wajo 370.236 373.067 375.833 378.512 381.066

14. Sidrap 244.821 246.816 248.769 250.666 252.483

15. Pinrang 334.459 338.669 342.852 346.988 351.042

16. Enrekang 180.400 182.967 185.527 188.070 190.576

17. Luwu 312.056 316.141 320.205 324.229 328.180

18. Tana Toraja 436.066 444.339 452.663 461.012 240.249

19. Luwu Utara 289.463 297.392 305.468 313.674 321.979

20. Luwu Timur 211.871 218.063 224.383 230.821 237.354

Page 8: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

70

Lanjutan Tabel 9.

21. Toraja Utara - - - 229.090

22. Makassar 1.198.251 1.216.746 1.235.239 1.253.656 1.271.870

23. Parepare 113.696 115.008 116.309 117.591 118.842

24. Palopo 129.095 133.293 137.595 141.996 146.482

Jumlah 7.489.696 7.595.000 7.700.255 7.805.024 7.908.519Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011

Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kota Makassar yang

merupakan pusat kegiatan nasional dengan jumlah penduduk sebesar

1.271.870 jiwa, sedang yang paling rendah adalah di Kabupaten Selayar

sebesar 121.749 jiwa pada tahun 2009. Kabupaten/kota yang menjadi

pusat-pusat kegiatan wilayah seperti Parepare, Barru, Pangkajene,

Palopo, Bulukumba, dan Bone memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih

rendah dibandingkan dengan Kota Makassar.

4. Potensi Sosial Budaya

Keragaman sosial budaya dalam tatanan Sulawesi Selatan sangat

tinggi. Sulawesi Selatan pada awalnya mencakup empat etnis besar yakni

Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar serta berbagai sub-etnis seperti

Duri, Konjo, Bajo dan sebagainya. Dalam perkembangannya, Sulawesi

Selatan mengalami pemekaran wilayah Kabupaten Polewali Mamasa,

Mamuju dan Majene yang dominan etnis Mandar tergabung dalam

propinsi baru yakni Sulawesi Barat. Etnis Bugis dominan berada

di Kabupaten pada wilayah Utara Sulawesi Selatan, sementara etnis

Makassar dominan berada di Kabupaten pada wilayah Selatan Sulawesi

Selatan. Etnis Toraja tersebar di Kabupaten Tana Toraja dan Luwu, etnis

Duri di Kabupaten Enrekang.

Page 9: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

71

Di balik keragaman etnis tersebut, terdapat pula keragaman dalam

sistem nilai dan norma serta adat-istiadat yang spesifik. Masing-masing

etnis memiliki bahasa daerah dan mengembangkan pengetahuan asli

sesuai setting ekologinya. Variasi-variasi ini terkait pula dengan potensi

kearifan lokal yang bisa berkembang dalam tatanan. Selain itu,

terkandung pula potensi berkembangnya interaksi sosial dan komunikasi

lintas budaya, yang dapat mendorong dinamika perubahan secara lebih

kreatif dalam menanggapi spirit zaman.

5. Potensi Ekonomi

PDRB Sulawesi Selatan atas dasar harga berlaku pada tahun 2009

sekitar 99 904,66 milyar rupiah. Sektor pertanian mempunyai nilai tambah

paling besar dibandingkan sektor lain yaitu mencapai 27.958,27 milyar

rupiah. Selanjutnya disusul oleh sektor jasa-jasa terbesar kedua dengan

nilai tambah mencapai 16.704,94 milyar rupiah. Sektor industri

pengolahan Sulawesi Selatan yang diharapkan mampu menunjang sektor

pertanian dengan berorientasi pada agroindustri ternyata nilai tambahnya

terbesar keempat, yaitu mencapai 12 5 14,89 milyar rupiah.

Karakteristik penting yang melekat dalam proses pertumbuhan

ekonomi yaitu dari tingkat perubahan struktural dan sektoral yang tinggi.

Komponen utama dari perubahan struktural ini meliputi pergeseran secara

bertahap kegiatan-kegiatan dari bidang pertanian ke bukan pertanian.

Struktur perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2005 - 2009

tidak mengalami banyak perubahan.

Page 10: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

72

Tabel 10. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) di Sulawesi Selatan, 2005 -2009

Lapangan UsahaTahun

2005 2006 2007 2008 2009

1. Pertanian 16.188,36 18.513,26 20.900,36 25.071,81 27.958,27

2. Pertambangan & Penggalian 4.714,27 5.249,99 5.894,00 6.201,50 5.503,78

3. Industri Pengolahan (tanpa migas) 7137,86 8.245,34 9.158,55 11.060,44 12.514,89

4. Listrik dan Air Bersih 548,87 629,31 721,96 838,10 949,24

5. Bangunan 2.479,27 2.790,79 3.204,10 4.253,53 5.387,79

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.880,01 9. 507,87 10. 986,58 13.913,80 16. 690,29

7. Pengangkutan dan Komunikasi 4.007,93 5.102,84 5.769,05 6.972,02 7.953,95

8. Keuangan, Persewa. & Jasa Perus 3.098,67 3. 675,19 4. 285,18 5. 203,00 6. 241,52

9. Jasa-jasa 5. 725,20 7. 188,24 8. 352,14 11.629,00 16. 704,94

Total Sektor dengan MIGAS 51. 780,44 60. 902,82 69. 271,92 85. 143,19 99.904,66

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010

B. Identifikasi Sistem Jaringan

1. Posisi Geografis

Pelabuhan Makassar adalah pelabuhan terbesar di Kawasan Timur

Indonesia, terletak di pesisir barat Kota Makassar, ibukota Propinsl

Sulawesi Selatan. Pada posisi titik koordinat tengah bentangan nusantara

pada pasisi 05'08'08" BT dan 119'24'02" LS dengan luas daratan

1.192.933 m2 dan luas perairan 2.978. Lokasi ini sangat strategis, hai ini

ditandai bahwa sejak tahun 1927 di masa VOC, Pelabuhan Makassar

merupakan pusat perdagangan, sehingga dengan letaknya yang demikian

Pelabuhan Makassar yang berada di posisi Alur Laut Kepulauan

Indonesia II merupatan jalur pelayaran yang menghubungkan antara (KBI)

dan (KTI).

Page 11: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

73

Sumber : Sumber : Google Earth, 2011

Berdasarkan Integrated Sea Transport Study pada tahun 1982,

yang melahirkan "Gate Way Port Policy" Pelabuhan Makassar layak

sebagai pelabuhan pintu gerbang (gatewat port) bagian timur Indonesia,

yang memiliki peran penting sebagai simpul lalu lintas laut ke hubungan

internasional. Secara fungsional mendorong perkembangan pelabuhan-

pelabuhan relatif lebih kecil yang berada disekitarnya.

2. Keadaan Hidro-Oceanografi

a. Hidrografi

Kondisi pantai sekitar

pelabuhan pada umumnya

landai, dasar laut terdiri lumpur

dan pasir dan kedalaman air

di depan dermaga Hatta baru sedalam 12 meter, dan di dermaga

Soekarno 9 hingga 10 meter.

Gambar 13. Kondisi Hidrografi Pelabuhan Makassar

Gambar 12. Peta Administrasi Kawasan Pelabuhan Makassar

Page 12: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

74

b. Temperatur dan Tekanan Atmosfer

Suhu rata-rata 24°C s/d 31°C kelembaban udara antara 60-85 %.

Tekanan udara berkisar antara 1.003 mb s/d 1.013 mb.

c. Angin

Kecepatan rata-rata antara 5 s/d 25 km/jam. Bisa terjadi kecepatan

maximum pada bulan Desember s/d Januari sekitar 60 s/d

70 km/jam.

d. Alur Pelayaran

Alur pelayaran sepanjang 2,5

mil (bouy terluar) dengan lebar

150 meter, kedalaman rata-

rata 16 meter. Plntu

masuk (acres channel) lebar 200 meter sepanjang 2 mil,

kedalaman rata-rata 10 s/d 14 meter.

e. Arus

Arah arus dominan di dalam kolam memanjang dermaga atau U

ke S kecepatan antara 0 s/d 2 knots, dipengarui oleh aliran Sungai

Tallo yang bermuara di DLKR.

f. Kolam Pelabuhan

Kolam Pelabuhan seluas

kurang lebih 315 ha dengan

Gambar 14. Kondisi Alur Pelayaran Pelabuhan Makassar

Gambar 15. Kondisi Kolam Pelabuhan Makassar

Page 13: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

75

kedalaman 9,7 m. Pasang tertinggi 1,8 M LWS, dan Pasang

terendah 0,9 M LWS.

g. Pasang Surut

Arah arus pasang surut utara ke selatan dan sebaliknya, pasang

tertinggi 180 dm, terendah 5 dm. Tinggi muka air laut rata-rata

(MSL) 0,90 m. Karakteristik dari pasang surut di Pelabuhan

Makassar adalah semi diurnal/diurnal.

C. Identifikasi Sistem Pergerakan

1. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan

a. Pangkalan/ Terminal

Pelabuhan Makassar memiliki 3 pangkalan utama. Setiap dermaga

tidak memiliki halaman belakang yang cukup luas untuk

mengakomodasi kontainer dan penumpang. Selain itu, jalan akses

yang berbatasan dengan pelabuhan tidak begitu luas untuk

mengakomodasi penumpang ketika kapal tiba, sehingga

menimbulkan kemacetan lalu lintas di dalam pelabuhan dan pada

jalan-jalan akses.

Page 14: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

76

Pangkalan Soekarno

Panjang dermaga 1.360

meter, kedalaman

minimum -08,00 m LWS,

pangkalan ini

diperuntukkan untuk pelayanan barang-barang general cargo

dan penumpang, serta barang curah seperti semen, batubara,

tepung terigu, penampungan minyak goreng dan aspal cair.

Dengan kedalaman yang dimiliki tersebut maka Pangkalan

Soekarno hanya mampu melayani kapal-kapal dengan bobot

5.000 - 7.500 ton.

Pangkalan Hatta

Panjang dermaga 850

meter, kedalaman min -

12.00 m LWS,

diperuntukkan untuk

peiayanan peti kemas. Dengan kedalaman yang ada dapat

melayani kapal-kapal berkapasitas maksimal 3.000 Teu's.

Lapangan peti kemas yang ada memiliki daya tampung 350.000

teus/ tahun, Pangkalan Hatta mempunyai permasalahan yang

Gambar 16. Lay out Dermaga Soekarno dan Dermaga Hatta

Gambar 17. Pangkalan Soekarno

Gambar 18. Pangkalan Hatta

Page 15: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

77

serius dalam pengembangannya karena lokasinya yang

berbatasan langsung dengan pusat kota.

Kawasan Pangkalan Paotere

Total panjang dermaga

510 meter, dengan

kedalaman min -03,00 m

LWS, diperuntukkan

melayani kapal-kapal lokal (Phinisi) dan pelayaran rakyat.

Pangkalan Paotere ini tetap dlpertahankan keberadaannya,

dengan maksud untuk melestarikan kekayaan kebudayaan

daerah.

b. Gudang dan Lapangan Penumpukan

Gudang yang ada saat ini

memiliki luas 29.200 m2,

sedangkan lapangan

penumpukkan tersebar di tiga

lokasi terdiri lokasi Soekarno dengan luas 979.506 m2, lokasi Hatta

seluas 114.446 m2 dan lokasi Paotere mempunyai luas 7.962 m2

dengan total luas lapangan penumpukkan sebesar 1101.914 m2.

Tabel 11. Gudang di Pelabuhan Makassar

Gudang Luas Area (m2)101 3.800102 3.800103 4.000104 3.800105 3.800CFS 4.000 API 6.000Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011

Gambar 19. Pangkalan Paotere

Gambar 20. Lapangan Penumpukan

Page 16: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

78

Tabel 12. Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Makassar

Lapangan Penumpukan Luas Area (m2)Lokasi Soekarno Ex Gudang 100 1.254 101 1.213 102 1.930 103 3.374 104 1.017 105 1.216 106 925 Ex Containe Yard 21.937 Ex Empty container 3.347 Ex Kaporlap 8.001

Page 17: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

79

Lanjutan Tabel 12.

Ex PUSRI 8.417 Ex Gudang IMCO 2.800Lokasi Hatta Petikemas 75.000 Multi Purpose I 17.000 Multi Purpose II 22.446Lokasi Paotere Penumpukan I 1.801 Penumpukan II 1.974 Penumpukan III 4.187 Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011

c. Peralatan Bongkar Muat

Fasilitas bongkar muat yang ada di Pelabuhan Makassar saat ini

yang beroperasi dan siap untuk digunakan terdiri peralatan bongkar

muat konvensional yaitu Mobil Crane 2 unit dengan kapasitas

25 ton dan 40 ton dan Forklift 3 ton dan 5 ton.

Tabel 13. Peralatan Bongkar Muat Konvensional

Uraian VolumeMobile Crane 40 Ton 1 unitMobile Crane 25 Ton 1 unitForklift 3 Ton 1 unitForklift 5 Ton 1 unitSumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011

Fasilitas Terminal Petikemas Makassar melayani untuk

pengangkutan barang dalam petikemas internasional dan

petikemas domestik (antar pulau), fasilitas yang dimiliki antara lain :

Tabel 14. Fasilitas Terminal Petikemas

Uraian VolumeCY Hatta 114.416 M2Container Crane 4 UnitReach Stacker 2 Unit @ 42 TonTop Loader 2 Unit @ 36 TonBottom Lift 1 Unit P15 Ton Gambar 21. Container Crane

Page 18: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

80

Lanjutan Tabel 14.

Forklift 10 Unit @ 2 TonHead Truck 14 UnitChassis 32 UnitTranstainer 8 UnitReefer plug 36 plugCFS 4.000 M2

Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011

d. Sarana Bantu

Untuk meningkatkan

pengawasan disepanjang alur

pelayaran maka PT.

Pelindo IV Makassar

mengoperasikan 3 unit kapal tunda khususnya untuk mengawasi

kegiatan bongkar muat barang di dermaga khusus,

kegiatan labuh dan tambat. Melalui kegiatan monitoring dan

controlling secara terus menerus diharapkan akan mampu

meningkatkan pendapatan Pelabuhan Makassar. Kapal pandu 3

unit diadakan digunakan untuk kegiatan antar jemput pandu.

Tabel 15. Fasilitas Penundaan dan Pemanduan Pelabuhan Makssar

Uraian Volume Keterangan

Kapal Pandu

MPI-029 1 unit

MPS-029 1 unit

MP Lae-Lae 1 unit

Kapal Tunda

Anggada IX 1 unit 2 x 400 HP

Selat Tanakeke 1 unit 1 x 1.160 HP

Anoman VIII 1 unit 2 x 750 HP

Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011

Gambar 22. Kapal Pandu

Page 19: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

81

2. Kunjungan Kapal, Bongkar Muat Barang dan Peti Kemas

a. Kunjungan Kapal

Arus Kunjungan kapal di Pelabuhan Makassar pada umumnya

dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu: Arus Kapal Luar Negeri dan

Dalam Negeri. Arus kunjungan kapal di Pelabuhan Makassar untuk

kedua jenis kunjungan kapal tersebut di atas dapat dilihat pada

gambar 23.

Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011

Gambar 23. Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Makassar Tahun 2006-2009

Pada gambar 23 di atas, dapat dilihat besarnya arus kunjungan

kapal untuk tiap jenis kapal, dimana untuk kapal luar negeri

mempunyai rata-rata pertumbuhan dari tahun 2006-2009

berfluktuasi sebesar 20,06 % s/d -7,61 %, sedangkan untuk kapal

dalam negeri besaran kapalnya mempunyai rata-rata pertumbuhan

berfluktuasi sebesar 0,47 % s/d 7,45 % dari tahun 2006-2009.

Page 20: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

82

b. Bongkar Muat Barang

Volume barang yang ada di Pelabuhan Makassar dapat dibedakan

menjadi dua jenis yaitu berdasarkan perdagangan luar negeri dan

perdagangan dalam negeri. Untuk jelasnya mengenai volume

barang yang melalui Pelabuhan Makassar tahun 2006-2009 dapat

dilihat pada gambar 24.

Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011

Gambar 24. Arus Barang di Pelabuhan Makassar Tahun 2006-2009

Pada gambar 24 di atas dapat dilihat pada tahun 2006–2009 arus

perdagangan barang dalam negeri mempunyai rata-rata

pertumbuhan berfluktuasi sebesar 15.83 % s/d -3.83 %. Sedangkan

arus perdagangan barang luar negeri mempunyai rata-rata

pertumbuhan berfluktuasi sebesar -13,13 % s/d 29,25 %.

c. Volume Peti Kemas

Perkembangan volume lalu lintas peti kemas yang terjadi

di Pelabuhan Makassar selama kurun waktu empat tahun 2006–

2009 menunjukkan bahwa: Muatan pada perdagangan dalam

Page 21: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

83

negeri cenderung mengalami pergeseran dalam hal kemasan yaitu

dari cara karungan (bag) menjadi kemasan dengan menggunakan

peti kemas. Volume barang yang menggunakan peti kemas untuk

kegiatan bongkar mengalami peningkatan pertahunnya dengan

rata-rata pertumbuhan sebesar 17,44 % % pada tahun 2000–2004.

Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011

Gambar 25. Grafik volume barang dengan menggunakan peti kemas di Pelabuhan Makassar

D. Identifikasi Sistem Kelembagaan

1. Sejarah Pelindo

Pendirian PT. Pelabuhan Indonesia IV

(Persero) tidak terlepas dengan sejarah

mengenai kebijakan sistem pengelolaan

pelabuhan laut di Indonesia. Sebelum

tahun 1983 pengelolaan pelabuhan laut

yang diusahakan dilaksanakan oleh

8 (delapan) Badan Usaha berbentuk Perusahaan Negara yaitu PN.

Pelabuhan I – VIII.

Gambar 26. Gedung PELINDO IV Cabang Makassar

Page 22: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

84

Pada tahun 1983 sejalan dengan kebijakan tatanan kepelabuhanan

nasional yaitu pemerintah menetapkan adanya 4 (empat) pintu gerbang

perdagangan luar negeri nasional, maka dilakukan merger 8 Badan Usaha

PN. Pelabuhan menjadi 4 (empat) Badan Usaha yang berstatus

Perusahaan Umum (Perum), salah satu diantaranya adalah Perum

Pelabuhan IV.

Perum Pelabuhan IV merupakan hasil merger PN. Pelabuhan V, VI,

VII, dan VIII, ditambah dengan 6 (enam) pelabuhan yang tidak diusahakan

di Propinsi Irian Jaya, yang pendiriannya didasarkan pada Peraturan

Pemerintah Nomor 17 Tahun 1983 dan PP. No. 7 Tahun 1985.

Selanjutnya pada tahun 1992, berdasarkan PP. 59 tahun 1991 status

Badan Usaha Perum dialihkan menjadi Persero yaitu menjadi

PT. Pelabuhan Indonesia IV yang dikuatkan dengan Anggaran Dasar

Perusahaan yang pengesahannya melalui Akta Notaris Imas Fatimah, SH

Nomor 7 tanggal 1 Desember 1992.

2. Visi dan Misi PT. Pelabuhan Indonesia IV Makassar

Visi Menjadi perusahaan jasa kepelabuhanan yang berstandar

internasional yang mandiri, sehat dan menjamin kesinambungan sistem

transportasi nasional dengan misi pencapaian yaitu:

a. Mengembangkan usaha yang dapat memberikan keuntungan

optimal bagi pemegang saham;

b. Mendorong percepatan pengembangan wilayah Pelindo IV;

c. Memberikan pelayanan jasa yang berkualitas, tepat waktu dengan

tarif layak; dan

Page 23: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

Direktur Utama

Biro Hukum

Satuan Pengawas Internal

Sekretaris Perusahaan

Direktur Operasi & Teknik Direktur Keuangan Direktur Personalia & UmumDirektur Komersial & Pengembangan Usaha

Senior Manager TPBAUSenior Manager Akuntansi ManajemenSenior Manager Umum Senior Manager Pemasaran

Senior Manager Pelayanan KapalSenior Manager Akuntansi KeuanganSenior Manager Administrasi & Kesejahteraan SDMSenior Manager Pengembangan Bangunan & Peralatan

Senior Manager Pemeliharaan Bangunan & PeralatanSenior Manager PerbendaharaanSenior Manager Pengembangan SDM & Organisasi Senior Manager Perencanaan Perusahaan

General Manager & Unit Managers

85

d. Mengembangkan kompetensi, komitmen dan meningkatkan

kesejahteraan SDM.

3. Struktur Organisasi PT. Pelindo IV Cabang Pelabuhan Makassar

Struktur Organisasi Pelabuhan Makassar dipimpin oleh seorang

General Manager dan tiga Asisten General Manager Kendali Mutu serta

empat orang Manager. Berikut struktur organisasi PT. Pelabuhan

Indonesia IV Cabang Makassar.

Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011

Gambar 27. Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar, 2011

Page 24: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

86

4. Sumber Daya Manusia

Realisasi kekuatan Sumber Daya Manusia tahun 2009 sebanyak

1.357 orang, yang berarti tidak mencapai anggaran tahun 2009 sejumlah

1.358 orang. Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2008 terjadi

penambahan sebanyak 126 orang. Kenaikan terjadi disebabkan adanya

penambahan karyawan /KKWT sebanyak 137 orang. Sedangkan

pengurangan sebanyak 11 orang terdiri atas pensiun normal 9 orang, dan

meninggal dunia 2 orang.

Dalam pengelolaan sumber daya manusia perusahaan tetap

menganut prinsip kuantitas minimal dan kualitas maksimal. Rekruitmen

hanya pegawai berkualitas tinggi untuk mengganti pegawai yang pensiun.

Sedangkan untuk pengembangan SDM di laksanakan melalui jenjang

karir yang jelas, menyelenggarakan diklat yang terarah dan merata

dengan titik berat pada peningkatan keterampilan karyawan tingkat

pelaksana dan kemampuan manajerial pada tingkat pimpinan.

Kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Personalia dan Umum

dalam periode 2009 meliputi pengusahaan dan pengembangan sumber

daya manusia yang diantaranya adalah keberhasilan dalam pencapaian

usaha PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) akhirnya berada di tangan

karyawan. Memperoleh karyawan yang cakap, tanggap dan cermat serta

mempunyai integritas yang tinggi bukan merupakan suatu persoalan yang

mudah, terlebih dengan latar belakang budaya, etos kerja dan tingkat

pendidikan yang berbeda.

Page 25: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

87

Guna meningkatkan wawasan dan profesionalisme di bidang usaha

kepelabuhanan, PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) telah melakukan

berbagai pendidikan dan latihan baik di dalam maupun di luar negeri.

Di samping itu untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan,

PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) telah melakukan penataan nama-

nama jabatan dan kelas jabatan.

E. Identifikasi Sistem Lingkungan

1. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Budaya

Karakteristik budaya yang dijumpai pada

lokasi wilayah studi, Pelabuhan Makassar,

secara umum dikategorikan dalam

komunitas yang terbuka. Keterbukaan ini

antara lain disebabkan telah terjadi

pembauran barbagai etnis dalam satu hamparan komunitas yang didasari

oleh harapan hidup, kesempatan kerja dan peluang berusaha yang sama

mulai dari etnis Makassar, Bugis, Toraja, dan etnis lainnya.

Nilai sosial budaya dominan yang menjadi perekat atau acuan pada

masyarakat di wilayah studi adalah nilai-nilai yang berlandaskan Agama

Islam terutama dalam hal kegiatan pernikahan, kelahiran, kematian,

tasyakuran dan penegakan syariat yang berlaku dimasyarakat apabila

terjadi konflik. Orientasi nilai budaya mencakup tatanan kelembagaan

yang dipakai sebagai acuan tata kehidupan suatu komunitas masyarakat

di wilayah penelitian yang sudah terbentuk sejak lama.

Gambar 28. Lingkungan Ekonomi, Sosial & Budaya Sekitar Pelabuhan Makassar

Page 26: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

88

Keberadaan aktivitas sosial ekonomi di kawasan pelabuhan

Makassar sebagai salah satu upaya dalam rangka mendorong laju

pertumbuhan kegiatan ekonomi di wilayah pengaruh. Berbagai aktivitas

sosial ekonomi masyarakat di Pelabuhan Makassar berpotensi untuk

meningkatkan perekonomian, bahkan akan mendorong tumbuhnya

industri-industri kecil atau kegiatan-kegiatan lainnya namun sekaligus

dapat sebagai sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan sehingga

menimbulkan permasalahan penurunan kualitas lingkungan.

2. Lingkungan Ekologis

Degradasi ekosistem yang terjadi

merupakan suatu siklus yang berantai

pada berbagai permasalahan. Meskipun

permasalahan lingkungan dapat

disebabkan oleh bencana alam, akan

tetapi kebanyakan berasal dari aktifitas manusia yang dilandasi oleh

kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang fungsi lingkungan hidup

dan keberlanjutannya.

Aktifitas Pelabuhan Makassar serta transportasi laut dari berbagai

jenis sedikit banyak menyebabkan tumpahan minyak, demikian pula

dengan adanya pemukiman penduduk di sekitar Pelabuhan Makassar

dapat menurunkan kualitas perairan misalnya pembuangan limbah

domestik langsung ke laut. Akibat aktifitas manusia terhadap lingkungan

pantai dan daratan dapat berpengaruh kuat terhadap perubahan fisik,

lingkungan dan ekosistem serta biota yang berasosiasi di perairan

Gambar 29. Aktivitas di Pelabuhan Makassar

Page 27: Bab 4. Identifikasi Sistem Transportasi Laut Pelabuhan Makassar

89

tersebut. Ini dapat menyebabkan penurunan kualitas perairan dan

mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan bijaksana.

Dari survey yang dilakukan dapat dilihat perubahan pantai yang

cukup jelas, untuk itu perlu dilakukan pengamatan proses dinamika pantai

dan aktivitas parameter oseanografi seperti ombak, arus, pasang-surut,

erosi pantai, akresi pantai dan sebagainya sebagai bagian penting yang

akan menunjang pembangunan berkelanjutan.