Upload
idris-taking
View
191
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penelitian
Citation preview
63
BAB IV
IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI LAUT
PELABUHAN MAKASSAR
A. Identifikasi Sistem Kegiatan
1. Hinterland Pelabuhan Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan
berada di Kawasan Timur
Indonesia (KTI), terletak
pada 0o12’ sampai 8o
Lintang Selatan dan 116o48’
sampai 122o36’ Bujur Timur
memiliki wilayah seluas
tercatat 45.764,53 km2.
Sulawesi Selatan yang
beribukota di Makassar
memiliki lokasi yang
strategis karena dilalui oleh
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II yang merupakan jalur lalu lintas
kapal-kapal nasional maupun internasional.
Kedudukan Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di tepi Selat
Makassar dan dilalui oleh Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II
merupakan potensi posisi yang strategis bagi berbagai kepentingan
pembangunan sektoral, terutama perhubungan dan perdagangan.
Gambar 5. Peta Administrasi Propinsi Sulawesi Selatan
64
Bagi sektor perhubungan, posisi Sulawesi Selatan merupakan simpul
perhubungan yang penting, baik laut maupun udara. Ditinjau dari
sektor perdagangan, kedudukan Provinsi Sulawesi Selatan sangat
menguntungkan karena dapat berfungsi sebagai pusat penampungan dan
penyebaran bagi komoditas perdagangan dari dan ke kawasan
pendukung Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Secara administrasi, wilayah Provinsi Sulawesi Selatan terdiri atas
24 wilayah administrasi kabupaten/kota yang meliputi 21 kabupaten dan
3 kota serta 304 kecamatan. Kabupaten Luwu Utara merupakan
kabupaten terluas dengan yaitu 7.502,68 km2 atau luas kabupaten
tersebut merupakan 16,46 persen dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan.
Sebelah Utara dengan Provinsi Sulawesi Barat
Sebelah Timur dengan Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi Tenggara
Sebelah Barat dengan Selat Makassar
Sebelah Selatan dengan Laut Flores
Tabel 8. Kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan
No. Kabupaten/Kota Ibukota Luas Wilayah
1. Selayar Benteng 903,50
2. Bulukumba Bulukumba 1.154,67
3. Bantaeng Bantaeng 395,83
4. Janeponto Bontosunggu 903,35
5. Takalar Pattalasang 566,51
6. Gowa Sungguminasa 1.883,33
7. Sinjai Sinjai 819,96
8. Maros Maros 1.619,12
9. Pangkep Pangkajene 1.112,29
10. Barru Barru 1.174,71
11. Bone Watampone 4.559,00
65
Lanjutan Tabel 8.
12. Soppeng Watansoppeng 1.359,44
13. Wajo Sengkang 2.506,20
14. Sidrap Sidenreng 1.883,25
15. Pinrang Pinrang 1.961,17
16. Enrekang Enrekang 1.786,01
17. Luwu Belopa 3.000,25
18. Tana Toraja Makale 2.054,30
19. Luwu Utara Masamba 7.502,68
20. Luwu Timur Malili 6.944,88
21. Toraja Utara Rantepao 1.151,47
22. Makassar Makassar 175,77
23. Parepare Parepare 99,33
24. Palopo Palopo 247,52
Jumlah 45.751,91Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011
2. Potensi Sumber Daya Alam
a. Sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Produksi padi Sulawesi
Selatan tahun 2009
sebesar 4.324.178 ton
yang dipanen dari areal
seluas 862.017 ha atau
rata-rata 5,02 ton per
hektar yang berarti naik
sekitar 5,90 persen
dibandingkan tahun
2008, yang menghasilkan
4.083356 ton padi
Gambar 6. Peta Sebaran SDA Propinsi Sulawesi Selatan
66
dengan luas panen 836.298 ha dengan rata-rata produksi
4,88 ton per hektar.
Sebagian besar produksi padi di Sulawesi Selatan dihasilkan oleh
jenis padi sawah. Jenis padi ini menyumbang 99,30 % dari seluruh
produksi padi atau sebesar 4.293.918 ton. Sedangkan sisanya
dihasilkan oleh padi ladang. Produksi jagung Sulawesi Selatan
pada tahun 2009 sebesar 1.395.742 ton dengan luas panen
299.669 ha atau menghasilkan rata-rata 4,66 ton/ha.
b. Sektor Perkebunan
Sektor perkebunan Sulawesi
Selatan merupakan salah
satu sektor yang
memberikan kontribusi
cukup besar terhadap devisa negara melalui beberapa komoditas
ekspor unggulan diantaranya kakao dan Kelapa Dalam yang
masing-masing berproduksi sebesar 163.001,47 ton dan 76.886,70
ton.
c. Sektor Peternakan
Peranan sub sektor peternakan dalam
bidang pertanian cukup besar menempati
posisi kedua terbesar setelah tanaman
bahan makanan. Pada tahun 2009 jumlah
ternak sapi sebesar 769.066 ekor, kerbau 124 141 ekor, kuda
117.293 ekor, kambing 436.918 ekor, domba 499 ekor dan babi
Gambar 7. Perkebunan Kakao Sulawesi Selatan
Gambar 8. Peternakan Sulawesi Selatan
67
546.287 ekor. Sementara itu, jumlah ternak yang dipotong adalah
ternak sapi 57.401 ekor, kerbau 14.170, kuda 3.307, kambing
55.210, domba 126 ekor dan babi 25.230 ekor.
d. Sektor Perikanan
Di Sulawesi Selatan prospek
perikanan tiap tahunnya hampir
memperlihatkan angka yang cukup
menjanjikan. Pada tahun 2009, total
produksi ikan hasil penangkapan dan budidaya sebesar
1.210.835,10 ton, dengan nilai produksi 4.649.153.873 ribu rupiah.
Luas areal tambak adalah 93.515,0 ha, luas kolam 4.647,0 ha dan
luas area sawah yang dijadikan tempat pemeliharaan ikan adalah
6.961,0 ha.
e. Sektor Kehutanan
Kawasan hutan di Sulawesi Selatan
pada tahun 2009 seluas 2.712.812 ha
yang antara lain terdiri dari 1.223.560
ha hutan lindung, 488.551 ha hutan
produksi terbatas, dan 131.041 ha
hutan produksi biasa. Produksi hasil hutan terdiri dari kayu dan non
kayu (seperti rotan dan damar). Produksi hutan Sulawesi Selatan
pada tahun 2009 yang berupa kayu sebesar 133.950,59 kubik.
Hasil lainnya yakni rotan 1.787,00 ton, getah pinus 519,25 ton dan
damar 187,15 ton.
Gambar 9. Perikanan Sulawesi Selatan
Gambar 10. Potensi Hutan Sulawesi Selatan
68
f. Sektor Pertambangan
Kontributor terbesar sektor
pertambangan adalah
pertambangan non migas. Sejauh
ini pertambangan yang
dieksploitasi adalah nikel.
Pertambangan nikel terdapat di Kabupaten Luwu Timur yang
dikelola oleh PT. International Nickel Company (INCO). Pada tahun
2009 volume export hasil pertambangan nikel mencapai 73.283 ton
dengan nilai eksport sekitar USD 386 juta.
3. Potensi Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk Sulawesi Selatan tahun 2005 adalah sebesar
7.489.696 jiwa, kemudian berkembang menjadi 7.908.519 jiwa pada tahun
2009 atau mengalami pertambahan sebesar 418.823 jiwa periode waktu
5 tahun terakhir (2005-2009), atau tumbuh rata-rata sebesar 1,72%
pertahun. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 902.453 jiwa dari
jumlah penduduk pada tahun 2001 yang berjumlah 7.006.066 jiwa.
Tabel 9. Laju Pertumbuhan Penduduk Sulawesi Selatan 2005-2009No. Kabupaten/Kota 2005 2006 2007 2008 2009
1. Selayar 111.961 115.908 117.860 119.811 121.7492. Bulukumba 377.471 381.874 386.239 390.543 394.746
3. Bantaeng 168.603 170.049 171.468 172.849 174.176
4. Janeponto 326.243 328.343 330.379 332.334 334.175
5. Takalar 246.402 249.348 252.270 255.154 257.974
6. Gowa 571.705 583.021 594.423 605.876 617.317
7. Sinjai 218.583 221.064 223.522 225.943 228.304
8. Maros 292.454 296.071 299.662 303.211 306.687
9. Pangkep 284.149 287.838 291.506 295.137 298.701
10. Barru 157.726 159.090 160.428 161.732 162.985
Gambar 11. Potensi Nikel Sulawesi Selatan
69
11. Bone 686.603 693.089 699.474 705.717 711.748
12. Soppeng 225.382 226.804 228.181 229.502 230.744
13. Wajo 370.236 373.067 375.833 378.512 381.066
14. Sidrap 244.821 246.816 248.769 250.666 252.483
15. Pinrang 334.459 338.669 342.852 346.988 351.042
16. Enrekang 180.400 182.967 185.527 188.070 190.576
17. Luwu 312.056 316.141 320.205 324.229 328.180
18. Tana Toraja 436.066 444.339 452.663 461.012 240.249
19. Luwu Utara 289.463 297.392 305.468 313.674 321.979
20. Luwu Timur 211.871 218.063 224.383 230.821 237.354
70
Lanjutan Tabel 9.
21. Toraja Utara - - - 229.090
22. Makassar 1.198.251 1.216.746 1.235.239 1.253.656 1.271.870
23. Parepare 113.696 115.008 116.309 117.591 118.842
24. Palopo 129.095 133.293 137.595 141.996 146.482
Jumlah 7.489.696 7.595.000 7.700.255 7.805.024 7.908.519Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011
Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kota Makassar yang
merupakan pusat kegiatan nasional dengan jumlah penduduk sebesar
1.271.870 jiwa, sedang yang paling rendah adalah di Kabupaten Selayar
sebesar 121.749 jiwa pada tahun 2009. Kabupaten/kota yang menjadi
pusat-pusat kegiatan wilayah seperti Parepare, Barru, Pangkajene,
Palopo, Bulukumba, dan Bone memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih
rendah dibandingkan dengan Kota Makassar.
4. Potensi Sosial Budaya
Keragaman sosial budaya dalam tatanan Sulawesi Selatan sangat
tinggi. Sulawesi Selatan pada awalnya mencakup empat etnis besar yakni
Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar serta berbagai sub-etnis seperti
Duri, Konjo, Bajo dan sebagainya. Dalam perkembangannya, Sulawesi
Selatan mengalami pemekaran wilayah Kabupaten Polewali Mamasa,
Mamuju dan Majene yang dominan etnis Mandar tergabung dalam
propinsi baru yakni Sulawesi Barat. Etnis Bugis dominan berada
di Kabupaten pada wilayah Utara Sulawesi Selatan, sementara etnis
Makassar dominan berada di Kabupaten pada wilayah Selatan Sulawesi
Selatan. Etnis Toraja tersebar di Kabupaten Tana Toraja dan Luwu, etnis
Duri di Kabupaten Enrekang.
71
Di balik keragaman etnis tersebut, terdapat pula keragaman dalam
sistem nilai dan norma serta adat-istiadat yang spesifik. Masing-masing
etnis memiliki bahasa daerah dan mengembangkan pengetahuan asli
sesuai setting ekologinya. Variasi-variasi ini terkait pula dengan potensi
kearifan lokal yang bisa berkembang dalam tatanan. Selain itu,
terkandung pula potensi berkembangnya interaksi sosial dan komunikasi
lintas budaya, yang dapat mendorong dinamika perubahan secara lebih
kreatif dalam menanggapi spirit zaman.
5. Potensi Ekonomi
PDRB Sulawesi Selatan atas dasar harga berlaku pada tahun 2009
sekitar 99 904,66 milyar rupiah. Sektor pertanian mempunyai nilai tambah
paling besar dibandingkan sektor lain yaitu mencapai 27.958,27 milyar
rupiah. Selanjutnya disusul oleh sektor jasa-jasa terbesar kedua dengan
nilai tambah mencapai 16.704,94 milyar rupiah. Sektor industri
pengolahan Sulawesi Selatan yang diharapkan mampu menunjang sektor
pertanian dengan berorientasi pada agroindustri ternyata nilai tambahnya
terbesar keempat, yaitu mencapai 12 5 14,89 milyar rupiah.
Karakteristik penting yang melekat dalam proses pertumbuhan
ekonomi yaitu dari tingkat perubahan struktural dan sektoral yang tinggi.
Komponen utama dari perubahan struktural ini meliputi pergeseran secara
bertahap kegiatan-kegiatan dari bidang pertanian ke bukan pertanian.
Struktur perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2005 - 2009
tidak mengalami banyak perubahan.
72
Tabel 10. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah) di Sulawesi Selatan, 2005 -2009
Lapangan UsahaTahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Pertanian 16.188,36 18.513,26 20.900,36 25.071,81 27.958,27
2. Pertambangan & Penggalian 4.714,27 5.249,99 5.894,00 6.201,50 5.503,78
3. Industri Pengolahan (tanpa migas) 7137,86 8.245,34 9.158,55 11.060,44 12.514,89
4. Listrik dan Air Bersih 548,87 629,31 721,96 838,10 949,24
5. Bangunan 2.479,27 2.790,79 3.204,10 4.253,53 5.387,79
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.880,01 9. 507,87 10. 986,58 13.913,80 16. 690,29
7. Pengangkutan dan Komunikasi 4.007,93 5.102,84 5.769,05 6.972,02 7.953,95
8. Keuangan, Persewa. & Jasa Perus 3.098,67 3. 675,19 4. 285,18 5. 203,00 6. 241,52
9. Jasa-jasa 5. 725,20 7. 188,24 8. 352,14 11.629,00 16. 704,94
Total Sektor dengan MIGAS 51. 780,44 60. 902,82 69. 271,92 85. 143,19 99.904,66
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010
B. Identifikasi Sistem Jaringan
1. Posisi Geografis
Pelabuhan Makassar adalah pelabuhan terbesar di Kawasan Timur
Indonesia, terletak di pesisir barat Kota Makassar, ibukota Propinsl
Sulawesi Selatan. Pada posisi titik koordinat tengah bentangan nusantara
pada pasisi 05'08'08" BT dan 119'24'02" LS dengan luas daratan
1.192.933 m2 dan luas perairan 2.978. Lokasi ini sangat strategis, hai ini
ditandai bahwa sejak tahun 1927 di masa VOC, Pelabuhan Makassar
merupakan pusat perdagangan, sehingga dengan letaknya yang demikian
Pelabuhan Makassar yang berada di posisi Alur Laut Kepulauan
Indonesia II merupatan jalur pelayaran yang menghubungkan antara (KBI)
dan (KTI).
73
Sumber : Sumber : Google Earth, 2011
Berdasarkan Integrated Sea Transport Study pada tahun 1982,
yang melahirkan "Gate Way Port Policy" Pelabuhan Makassar layak
sebagai pelabuhan pintu gerbang (gatewat port) bagian timur Indonesia,
yang memiliki peran penting sebagai simpul lalu lintas laut ke hubungan
internasional. Secara fungsional mendorong perkembangan pelabuhan-
pelabuhan relatif lebih kecil yang berada disekitarnya.
2. Keadaan Hidro-Oceanografi
a. Hidrografi
Kondisi pantai sekitar
pelabuhan pada umumnya
landai, dasar laut terdiri lumpur
dan pasir dan kedalaman air
di depan dermaga Hatta baru sedalam 12 meter, dan di dermaga
Soekarno 9 hingga 10 meter.
Gambar 13. Kondisi Hidrografi Pelabuhan Makassar
Gambar 12. Peta Administrasi Kawasan Pelabuhan Makassar
74
b. Temperatur dan Tekanan Atmosfer
Suhu rata-rata 24°C s/d 31°C kelembaban udara antara 60-85 %.
Tekanan udara berkisar antara 1.003 mb s/d 1.013 mb.
c. Angin
Kecepatan rata-rata antara 5 s/d 25 km/jam. Bisa terjadi kecepatan
maximum pada bulan Desember s/d Januari sekitar 60 s/d
70 km/jam.
d. Alur Pelayaran
Alur pelayaran sepanjang 2,5
mil (bouy terluar) dengan lebar
150 meter, kedalaman rata-
rata 16 meter. Plntu
masuk (acres channel) lebar 200 meter sepanjang 2 mil,
kedalaman rata-rata 10 s/d 14 meter.
e. Arus
Arah arus dominan di dalam kolam memanjang dermaga atau U
ke S kecepatan antara 0 s/d 2 knots, dipengarui oleh aliran Sungai
Tallo yang bermuara di DLKR.
f. Kolam Pelabuhan
Kolam Pelabuhan seluas
kurang lebih 315 ha dengan
Gambar 14. Kondisi Alur Pelayaran Pelabuhan Makassar
Gambar 15. Kondisi Kolam Pelabuhan Makassar
75
kedalaman 9,7 m. Pasang tertinggi 1,8 M LWS, dan Pasang
terendah 0,9 M LWS.
g. Pasang Surut
Arah arus pasang surut utara ke selatan dan sebaliknya, pasang
tertinggi 180 dm, terendah 5 dm. Tinggi muka air laut rata-rata
(MSL) 0,90 m. Karakteristik dari pasang surut di Pelabuhan
Makassar adalah semi diurnal/diurnal.
C. Identifikasi Sistem Pergerakan
1. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan
a. Pangkalan/ Terminal
Pelabuhan Makassar memiliki 3 pangkalan utama. Setiap dermaga
tidak memiliki halaman belakang yang cukup luas untuk
mengakomodasi kontainer dan penumpang. Selain itu, jalan akses
yang berbatasan dengan pelabuhan tidak begitu luas untuk
mengakomodasi penumpang ketika kapal tiba, sehingga
menimbulkan kemacetan lalu lintas di dalam pelabuhan dan pada
jalan-jalan akses.
76
Pangkalan Soekarno
Panjang dermaga 1.360
meter, kedalaman
minimum -08,00 m LWS,
pangkalan ini
diperuntukkan untuk pelayanan barang-barang general cargo
dan penumpang, serta barang curah seperti semen, batubara,
tepung terigu, penampungan minyak goreng dan aspal cair.
Dengan kedalaman yang dimiliki tersebut maka Pangkalan
Soekarno hanya mampu melayani kapal-kapal dengan bobot
5.000 - 7.500 ton.
Pangkalan Hatta
Panjang dermaga 850
meter, kedalaman min -
12.00 m LWS,
diperuntukkan untuk
peiayanan peti kemas. Dengan kedalaman yang ada dapat
melayani kapal-kapal berkapasitas maksimal 3.000 Teu's.
Lapangan peti kemas yang ada memiliki daya tampung 350.000
teus/ tahun, Pangkalan Hatta mempunyai permasalahan yang
Gambar 16. Lay out Dermaga Soekarno dan Dermaga Hatta
Gambar 17. Pangkalan Soekarno
Gambar 18. Pangkalan Hatta
77
serius dalam pengembangannya karena lokasinya yang
berbatasan langsung dengan pusat kota.
Kawasan Pangkalan Paotere
Total panjang dermaga
510 meter, dengan
kedalaman min -03,00 m
LWS, diperuntukkan
melayani kapal-kapal lokal (Phinisi) dan pelayaran rakyat.
Pangkalan Paotere ini tetap dlpertahankan keberadaannya,
dengan maksud untuk melestarikan kekayaan kebudayaan
daerah.
b. Gudang dan Lapangan Penumpukan
Gudang yang ada saat ini
memiliki luas 29.200 m2,
sedangkan lapangan
penumpukkan tersebar di tiga
lokasi terdiri lokasi Soekarno dengan luas 979.506 m2, lokasi Hatta
seluas 114.446 m2 dan lokasi Paotere mempunyai luas 7.962 m2
dengan total luas lapangan penumpukkan sebesar 1101.914 m2.
Tabel 11. Gudang di Pelabuhan Makassar
Gudang Luas Area (m2)101 3.800102 3.800103 4.000104 3.800105 3.800CFS 4.000 API 6.000Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011
Gambar 19. Pangkalan Paotere
Gambar 20. Lapangan Penumpukan
78
Tabel 12. Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Makassar
Lapangan Penumpukan Luas Area (m2)Lokasi Soekarno Ex Gudang 100 1.254 101 1.213 102 1.930 103 3.374 104 1.017 105 1.216 106 925 Ex Containe Yard 21.937 Ex Empty container 3.347 Ex Kaporlap 8.001
79
Lanjutan Tabel 12.
Ex PUSRI 8.417 Ex Gudang IMCO 2.800Lokasi Hatta Petikemas 75.000 Multi Purpose I 17.000 Multi Purpose II 22.446Lokasi Paotere Penumpukan I 1.801 Penumpukan II 1.974 Penumpukan III 4.187 Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011
c. Peralatan Bongkar Muat
Fasilitas bongkar muat yang ada di Pelabuhan Makassar saat ini
yang beroperasi dan siap untuk digunakan terdiri peralatan bongkar
muat konvensional yaitu Mobil Crane 2 unit dengan kapasitas
25 ton dan 40 ton dan Forklift 3 ton dan 5 ton.
Tabel 13. Peralatan Bongkar Muat Konvensional
Uraian VolumeMobile Crane 40 Ton 1 unitMobile Crane 25 Ton 1 unitForklift 3 Ton 1 unitForklift 5 Ton 1 unitSumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011
Fasilitas Terminal Petikemas Makassar melayani untuk
pengangkutan barang dalam petikemas internasional dan
petikemas domestik (antar pulau), fasilitas yang dimiliki antara lain :
Tabel 14. Fasilitas Terminal Petikemas
Uraian VolumeCY Hatta 114.416 M2Container Crane 4 UnitReach Stacker 2 Unit @ 42 TonTop Loader 2 Unit @ 36 TonBottom Lift 1 Unit P15 Ton Gambar 21. Container Crane
80
Lanjutan Tabel 14.
Forklift 10 Unit @ 2 TonHead Truck 14 UnitChassis 32 UnitTranstainer 8 UnitReefer plug 36 plugCFS 4.000 M2
Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011
d. Sarana Bantu
Untuk meningkatkan
pengawasan disepanjang alur
pelayaran maka PT.
Pelindo IV Makassar
mengoperasikan 3 unit kapal tunda khususnya untuk mengawasi
kegiatan bongkar muat barang di dermaga khusus,
kegiatan labuh dan tambat. Melalui kegiatan monitoring dan
controlling secara terus menerus diharapkan akan mampu
meningkatkan pendapatan Pelabuhan Makassar. Kapal pandu 3
unit diadakan digunakan untuk kegiatan antar jemput pandu.
Tabel 15. Fasilitas Penundaan dan Pemanduan Pelabuhan Makssar
Uraian Volume Keterangan
Kapal Pandu
MPI-029 1 unit
MPS-029 1 unit
MP Lae-Lae 1 unit
Kapal Tunda
Anggada IX 1 unit 2 x 400 HP
Selat Tanakeke 1 unit 1 x 1.160 HP
Anoman VIII 1 unit 2 x 750 HP
Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011
Gambar 22. Kapal Pandu
81
2. Kunjungan Kapal, Bongkar Muat Barang dan Peti Kemas
a. Kunjungan Kapal
Arus Kunjungan kapal di Pelabuhan Makassar pada umumnya
dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu: Arus Kapal Luar Negeri dan
Dalam Negeri. Arus kunjungan kapal di Pelabuhan Makassar untuk
kedua jenis kunjungan kapal tersebut di atas dapat dilihat pada
gambar 23.
Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011
Gambar 23. Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Makassar Tahun 2006-2009
Pada gambar 23 di atas, dapat dilihat besarnya arus kunjungan
kapal untuk tiap jenis kapal, dimana untuk kapal luar negeri
mempunyai rata-rata pertumbuhan dari tahun 2006-2009
berfluktuasi sebesar 20,06 % s/d -7,61 %, sedangkan untuk kapal
dalam negeri besaran kapalnya mempunyai rata-rata pertumbuhan
berfluktuasi sebesar 0,47 % s/d 7,45 % dari tahun 2006-2009.
82
b. Bongkar Muat Barang
Volume barang yang ada di Pelabuhan Makassar dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu berdasarkan perdagangan luar negeri dan
perdagangan dalam negeri. Untuk jelasnya mengenai volume
barang yang melalui Pelabuhan Makassar tahun 2006-2009 dapat
dilihat pada gambar 24.
Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011
Gambar 24. Arus Barang di Pelabuhan Makassar Tahun 2006-2009
Pada gambar 24 di atas dapat dilihat pada tahun 2006–2009 arus
perdagangan barang dalam negeri mempunyai rata-rata
pertumbuhan berfluktuasi sebesar 15.83 % s/d -3.83 %. Sedangkan
arus perdagangan barang luar negeri mempunyai rata-rata
pertumbuhan berfluktuasi sebesar -13,13 % s/d 29,25 %.
c. Volume Peti Kemas
Perkembangan volume lalu lintas peti kemas yang terjadi
di Pelabuhan Makassar selama kurun waktu empat tahun 2006–
2009 menunjukkan bahwa: Muatan pada perdagangan dalam
83
negeri cenderung mengalami pergeseran dalam hal kemasan yaitu
dari cara karungan (bag) menjadi kemasan dengan menggunakan
peti kemas. Volume barang yang menggunakan peti kemas untuk
kegiatan bongkar mengalami peningkatan pertahunnya dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 17,44 % % pada tahun 2000–2004.
Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011
Gambar 25. Grafik volume barang dengan menggunakan peti kemas di Pelabuhan Makassar
D. Identifikasi Sistem Kelembagaan
1. Sejarah Pelindo
Pendirian PT. Pelabuhan Indonesia IV
(Persero) tidak terlepas dengan sejarah
mengenai kebijakan sistem pengelolaan
pelabuhan laut di Indonesia. Sebelum
tahun 1983 pengelolaan pelabuhan laut
yang diusahakan dilaksanakan oleh
8 (delapan) Badan Usaha berbentuk Perusahaan Negara yaitu PN.
Pelabuhan I – VIII.
Gambar 26. Gedung PELINDO IV Cabang Makassar
84
Pada tahun 1983 sejalan dengan kebijakan tatanan kepelabuhanan
nasional yaitu pemerintah menetapkan adanya 4 (empat) pintu gerbang
perdagangan luar negeri nasional, maka dilakukan merger 8 Badan Usaha
PN. Pelabuhan menjadi 4 (empat) Badan Usaha yang berstatus
Perusahaan Umum (Perum), salah satu diantaranya adalah Perum
Pelabuhan IV.
Perum Pelabuhan IV merupakan hasil merger PN. Pelabuhan V, VI,
VII, dan VIII, ditambah dengan 6 (enam) pelabuhan yang tidak diusahakan
di Propinsi Irian Jaya, yang pendiriannya didasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 1983 dan PP. No. 7 Tahun 1985.
Selanjutnya pada tahun 1992, berdasarkan PP. 59 tahun 1991 status
Badan Usaha Perum dialihkan menjadi Persero yaitu menjadi
PT. Pelabuhan Indonesia IV yang dikuatkan dengan Anggaran Dasar
Perusahaan yang pengesahannya melalui Akta Notaris Imas Fatimah, SH
Nomor 7 tanggal 1 Desember 1992.
2. Visi dan Misi PT. Pelabuhan Indonesia IV Makassar
Visi Menjadi perusahaan jasa kepelabuhanan yang berstandar
internasional yang mandiri, sehat dan menjamin kesinambungan sistem
transportasi nasional dengan misi pencapaian yaitu:
a. Mengembangkan usaha yang dapat memberikan keuntungan
optimal bagi pemegang saham;
b. Mendorong percepatan pengembangan wilayah Pelindo IV;
c. Memberikan pelayanan jasa yang berkualitas, tepat waktu dengan
tarif layak; dan
Direktur Utama
Biro Hukum
Satuan Pengawas Internal
Sekretaris Perusahaan
Direktur Operasi & Teknik Direktur Keuangan Direktur Personalia & UmumDirektur Komersial & Pengembangan Usaha
Senior Manager TPBAUSenior Manager Akuntansi ManajemenSenior Manager Umum Senior Manager Pemasaran
Senior Manager Pelayanan KapalSenior Manager Akuntansi KeuanganSenior Manager Administrasi & Kesejahteraan SDMSenior Manager Pengembangan Bangunan & Peralatan
Senior Manager Pemeliharaan Bangunan & PeralatanSenior Manager PerbendaharaanSenior Manager Pengembangan SDM & Organisasi Senior Manager Perencanaan Perusahaan
General Manager & Unit Managers
85
d. Mengembangkan kompetensi, komitmen dan meningkatkan
kesejahteraan SDM.
3. Struktur Organisasi PT. Pelindo IV Cabang Pelabuhan Makassar
Struktur Organisasi Pelabuhan Makassar dipimpin oleh seorang
General Manager dan tiga Asisten General Manager Kendali Mutu serta
empat orang Manager. Berikut struktur organisasi PT. Pelabuhan
Indonesia IV Cabang Makassar.
Sumber : Pelindo IV Cabang Makassar, 2011
Gambar 27. Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar, 2011
86
4. Sumber Daya Manusia
Realisasi kekuatan Sumber Daya Manusia tahun 2009 sebanyak
1.357 orang, yang berarti tidak mencapai anggaran tahun 2009 sejumlah
1.358 orang. Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2008 terjadi
penambahan sebanyak 126 orang. Kenaikan terjadi disebabkan adanya
penambahan karyawan /KKWT sebanyak 137 orang. Sedangkan
pengurangan sebanyak 11 orang terdiri atas pensiun normal 9 orang, dan
meninggal dunia 2 orang.
Dalam pengelolaan sumber daya manusia perusahaan tetap
menganut prinsip kuantitas minimal dan kualitas maksimal. Rekruitmen
hanya pegawai berkualitas tinggi untuk mengganti pegawai yang pensiun.
Sedangkan untuk pengembangan SDM di laksanakan melalui jenjang
karir yang jelas, menyelenggarakan diklat yang terarah dan merata
dengan titik berat pada peningkatan keterampilan karyawan tingkat
pelaksana dan kemampuan manajerial pada tingkat pimpinan.
Kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Personalia dan Umum
dalam periode 2009 meliputi pengusahaan dan pengembangan sumber
daya manusia yang diantaranya adalah keberhasilan dalam pencapaian
usaha PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) akhirnya berada di tangan
karyawan. Memperoleh karyawan yang cakap, tanggap dan cermat serta
mempunyai integritas yang tinggi bukan merupakan suatu persoalan yang
mudah, terlebih dengan latar belakang budaya, etos kerja dan tingkat
pendidikan yang berbeda.
87
Guna meningkatkan wawasan dan profesionalisme di bidang usaha
kepelabuhanan, PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) telah melakukan
berbagai pendidikan dan latihan baik di dalam maupun di luar negeri.
Di samping itu untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan,
PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) telah melakukan penataan nama-
nama jabatan dan kelas jabatan.
E. Identifikasi Sistem Lingkungan
1. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Budaya
Karakteristik budaya yang dijumpai pada
lokasi wilayah studi, Pelabuhan Makassar,
secara umum dikategorikan dalam
komunitas yang terbuka. Keterbukaan ini
antara lain disebabkan telah terjadi
pembauran barbagai etnis dalam satu hamparan komunitas yang didasari
oleh harapan hidup, kesempatan kerja dan peluang berusaha yang sama
mulai dari etnis Makassar, Bugis, Toraja, dan etnis lainnya.
Nilai sosial budaya dominan yang menjadi perekat atau acuan pada
masyarakat di wilayah studi adalah nilai-nilai yang berlandaskan Agama
Islam terutama dalam hal kegiatan pernikahan, kelahiran, kematian,
tasyakuran dan penegakan syariat yang berlaku dimasyarakat apabila
terjadi konflik. Orientasi nilai budaya mencakup tatanan kelembagaan
yang dipakai sebagai acuan tata kehidupan suatu komunitas masyarakat
di wilayah penelitian yang sudah terbentuk sejak lama.
Gambar 28. Lingkungan Ekonomi, Sosial & Budaya Sekitar Pelabuhan Makassar
88
Keberadaan aktivitas sosial ekonomi di kawasan pelabuhan
Makassar sebagai salah satu upaya dalam rangka mendorong laju
pertumbuhan kegiatan ekonomi di wilayah pengaruh. Berbagai aktivitas
sosial ekonomi masyarakat di Pelabuhan Makassar berpotensi untuk
meningkatkan perekonomian, bahkan akan mendorong tumbuhnya
industri-industri kecil atau kegiatan-kegiatan lainnya namun sekaligus
dapat sebagai sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan sehingga
menimbulkan permasalahan penurunan kualitas lingkungan.
2. Lingkungan Ekologis
Degradasi ekosistem yang terjadi
merupakan suatu siklus yang berantai
pada berbagai permasalahan. Meskipun
permasalahan lingkungan dapat
disebabkan oleh bencana alam, akan
tetapi kebanyakan berasal dari aktifitas manusia yang dilandasi oleh
kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang fungsi lingkungan hidup
dan keberlanjutannya.
Aktifitas Pelabuhan Makassar serta transportasi laut dari berbagai
jenis sedikit banyak menyebabkan tumpahan minyak, demikian pula
dengan adanya pemukiman penduduk di sekitar Pelabuhan Makassar
dapat menurunkan kualitas perairan misalnya pembuangan limbah
domestik langsung ke laut. Akibat aktifitas manusia terhadap lingkungan
pantai dan daratan dapat berpengaruh kuat terhadap perubahan fisik,
lingkungan dan ekosistem serta biota yang berasosiasi di perairan
Gambar 29. Aktivitas di Pelabuhan Makassar
89
tersebut. Ini dapat menyebabkan penurunan kualitas perairan dan
mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan bijaksana.
Dari survey yang dilakukan dapat dilihat perubahan pantai yang
cukup jelas, untuk itu perlu dilakukan pengamatan proses dinamika pantai
dan aktivitas parameter oseanografi seperti ombak, arus, pasang-surut,
erosi pantai, akresi pantai dan sebagainya sebagai bagian penting yang
akan menunjang pembangunan berkelanjutan.