Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
21
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experimental dan rancangan
penelitian yang digunakan adalah post test only control group design.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biomedik Universitas
Muhammadiyah Malang.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 30 hari.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus strain wistar).
4.3.2 Sampel
Sampel diambil dari populasi tikus putih jantan (Rattus norvegicus strain
wistar) yang memenuhi kriteria inklusi.
4.3.3 Besar Sampel
Penelitian menggunakan 1 kelompok kontrol positif (diberi MSG) dan 3
kelompok perlakuan (diberi MSG dan ekstrak daun pepaya dengan dosis yang
berbeda). Besar sampel ditentukan dengan rumus Resource Equation Methode
dengan terlebih dahulu menghitung jumlah replikasi menggunakan rumus Federer
22
(1999), yaitu (n-1)(t-1) >15, dengan n = jumlah replikasi dan t = jumlah kelompok
perlakuan. Sehingga banyak replikasi yang dilakukan yaitu:
(n-1) (t-1) ≥ 15
(n-1) (4-1) ≥ 15
(n-1) 3 ≥ 15
3n – 3 ≥ 15
n ≥ 6
Banyaknya ulangan pada tiap kelompok perlakuan adalah 6, dengan
demikian akan diperoleh besar sampel atau E (Resource equation) yaitu:
E = total sampel – total kelompok perlakuan
= (6x4) – 4
= 24 – 4 = 20
Dalam penelitian eksperimen terdapat kemungkinan drop out hewan coba
sebelum penelitian selesai dilakukan, oleh karena itu untuk mengantisipasi
terjadinya kekurangan sampel maka perlu dilakukan perhitungan untuk
menambahkan sampel cadangan. Rumus sampel terkoreksi pada kemungkinan
adanya sampel drop out:
n’ = 𝑛
1−𝑓
= 6
1−0,1
= 6
0,9
= 6,66 ≈ 7.
f= Presentase kemungkinan drop out 10% (0,1).
Cadangan tiap kelompok = n’- n = 7 – 6 = 1 (Prihanti, 2016)
23
Setelah menghitung jumlah replikasi menggunakan rumus Federer dan
dilanjutkan dengan menghitung besar sampel menggunakan rumus Resource
Equation Methode didapat sejumlah 20 ekor tikus yang dibutuhkan untuk
penelitian. Dalam mengantisipasi adanya sampel drop out maka dilakukan koreksi
pada kemungkinan adanya sampel drop out sebanyak 10% (f = 0,1) dari total
sampel tikus sehingga didapat 1 ekor tikus untuk cadangan. Sehingga, total sampel
tikus yang dibutuhkan beserta cadangan yaitu sejumlah 24 ekor tikus dibagi ke
dalam 4 kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus dan 1 ekor
tikus cadangan.
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling.
4.3.5 Karakteristik Sampel Penelitian
a) Kriteria Inklusi
- Tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus)
- Umur 2-3 bulan
- Berat badan tikus 150-250 gram
- Sehat, ditandai dengan gerakannya yang aktif (nokturnal), mata yang
jernih, suhu rektal rata-rata 37oC, serta bulunya tebal, licin, mengkilat
dan bersih.
b) Kriteria Eksklusi
- Tikus yang pernah dilakukan dalam penelitian lain
c) Kriteria Drop Out
- Tikus yang mati saat perlakuan
24
4.3.6 Variabel Penelitian
4.3.6.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah esktrak daun pepaya (Carica
papaya) dengan dosis yang telah ditentukan.
4.3.6.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah gambaran histopatologi sel
piramidal korteks serebri dan fungsi memori tikus putih jantan (Rattus norvegicus
strain wistar).
4.3.7 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Variabel
Hasil Ukur
(Indikator)
variabel
Cara Ukur
Variabel
Alat Ukur Skala
Ukur
Variabel
1. Ekstrak
daun
pepaya
Ekstrak daun
pepaya dimaserasi
dengan metanol
dan didapatkan dari
UPT Materia
Medika Kota Batu
Dosis I:
30mg/tikus/hari
Dosis II:
60mg/tikus/hari
Dosis III:
120mg/tikus
/hari
Menimbang
ekstrak daun
pepaya sesuai
dosis dan
diberikan
peroral
menggunakan
sonde setiap
hari selama 30
hari
Timbangan
(Miligram
Balance)
Numerik
25
2. Gambaran
histo
patologi
sel
piramidal
otak tikus
Gambaran
histologis berupa
inti sel piramidal
yang piknotik pada
cortex cerebri tikus
putih jantan (Rattus
norvegicus strain
wistar).
Perhitungan jumlah
sel piramidal
dengan inti
piknotik ditandai
dengan penyusutan
dan pemadatan inti
sel dan dibantu oleh
ahli patologi
anatomi di
Laboratorium
Biomedik FK
UMM
Data disajikan
sebagai rata-rata
standar deviasi
(SD) per slide
Area cortex
cerebri dibagi
menjadi 3
bagian, yaitu
bagian lateral
kiri, tengah
dan lateral
kanan
kemudian
diamati dan
dihitung
jumlah sel
piknotik setiap
bagian tersebut
dengan
pembesaran
400x
Mikroskop
cahaya
Numerik
3. Fungsi
memori
Aktivitas fisik tikus
berupa kemampuan
mengingat yang
diukur saat tikus
memasuki lengan 8
Arm Radial Maze
Diperoleh skor
memori tikus
dalam
memasuki
lengan 8 Arm
Radial Maze
yang disajikan
dalam tabel
sebagai rata-rata
standar deviasi
(SD)
Rumus
menghitung skor
memori:
(Angka benar –
angka salah) :
(angka benar +
angka salah)
Seluruh lengan
diberi umpan.
Tikus
diletakkan di
lempeng
silindris dan
dibiarkan
beradaptasi
selama 30
detik dengan
pintu gerbang
tertutup.
Setelah
periode
penyesuaian,
pintu gerbang
diangkat
sehingga tikus
bebas bergerak
di segala
tempat di
maze. Sesi
diakhiri
setelah tikus
mengonsumsi
pelat di
seluruh lengan
atau setelah
memakan
waktu 10
menit,
dilakukan
Alat peraga
8 Arm
Radial
Maze
Numerik
26
setiap 10 hari
sekali dalam
30 hari selama
perlakuaan
berlangsung
4. MSG Penyedap rasa
merek “X” dengan
komposisi 99%
MSG murni yang
dicampurkan
kedalam 1 ml air.
Dosis :
4 mg/gBB/ hari
Diberikan
peroral
menggunakan
sonde setiap
hari selama 30
hari
Timbangan
(Miligram
Balance)
-
4.4 Alat dan Bahan Penelitian
4.4.1 Alat Penelitian
1. Alat pemeliharaan tikus
a. Kandang pemeliharaan
b. Tempat makanan
c. Botol air
d. Kawat kasa untuk penutup kandang
(Alexandru, 2011)
2. Alat untuk membuat ekstrak daun pepaya
a. Blender atau alat maserasi
b. Wadah
c. Rotary vacuum evaporator
d. Pengaduk
e. Corong Buchner
f. Botol hasil ekstrak
g. Kertas saring
h. Labu methanol
(Nurhaeni, Ridhay, Magfira, 2017)
27
3. Alat pemberian perlakuan
a. Sarung tangan
b. Sonde dan pipet
c. Masker
(Alexandru, 2011)
4. Alat pembedahan tikus
a. Alat bedah
b. Sarung tangan
c. Jas laboratorium
d. Tabung pembius tikus
e. Tempat organ
f. Botol flakon
(Alexandru, 2011)
5. Alat untuk membuat preparat otak
a. Object glass dan cover glass
b. Mikroskop
c. Kamera
d. Pipet tetes
e. Mikrotom
(Vincent et al, 2014)
6. Alat untuk melihat fungsi memori
a. Meja
b. 8 Arm Radial Maze
(Ritcher et al, 2013)
28
4.4.2 Bahan Penelitian
1. Bahan perawatan tikus putih
a. Bahan pakan (BR-1)
b. Aquadest
(Alexandru, 2011)
2. Bahan untuk ekstrak daun pepaya
a. Daun pepaya
b. Pelarut metanol 200 ml
(Nurhaeni, Ridhay, Magfira, 2017)
3. Bahan untuk memberikan perlakuan
a. Ekstrak daun pepaya
b. MSG
(Wakidi, 2012)
4. Bahan untuk pengambilan otak
a. Kloroform
b. Formalin 10%
c. Kapas atau tisu
d. NaCl
e. Aluminium foil
(Vincent et al, 2014)
5. Bahan pembuatan preparat otak
a. Alkohol
b. Pewarna Hematoksilin-Eosin (HE)
c. Parafin
29
d. Eosin
e. Xylol
(Vincent et al, 2014)
4.5 Prosedur Penelitian
4.5.1 Penentuan Dosis
4.5.1.1 Dosis MSG
Pada penelitian yang dilakukan Fithriyah tahun 2016, bahwa pemberian
MSG dengan dosis maksimal 3,5 mg/gBB belum menimbulkan kerusakan pada sel
piramidal korteks serebri. Kemudian disebutkan juga pada penelitian Gonzales-
Burgos et al (2001) terdapat kematian sel dan hipotrofi dendrit neuron piramidal
setelah dipapar MSG dengan dosis 4 mg/gBB.
4.5.1.2 Dosis Ekstrak Daun Pepaya
Dasar penghitungan dosis ekstrak daun pepaya (Carica papaya) adalah
penelitian sebelumnya tentang ekstrak daun pepaya (Carica papaya) yang memiliki
aktivitas antioksidan tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar antioksidan
endogen di dalam tubuh dan dapat memperbaiki fungsi organ yang diinduksi oleh
carbon tetrachloride 3ml/kgBB dan acetaminophen 300 mg/kgBB pada dosis
300mg/kgBB (Awodele et al, 2016). Dosis penelitian tersebut dikonversikan ke
dosis untuk ekstrak daun pepaya:
X = 300
200 1000
X = 60 mg/200grBB/hari
Sehingga untuk mendapatkan variasi dosis maka digunakan rumus 1/2n, n,
2n. Dosis ekstrak daun pepaya (Carica papaya) pada penelitian ini adalah:
30
Dosis 1 : 1/2 X = 30 mg/200grBB/hari.
Dosis 2 : X = 60 mg/200grBB/hari.
Dosis 3 : 2X = 120 mg/200grBB/hari.
4.5.2 Aklimatisasi dan Pengelompokkan Tikus
4.5.2.1 Aklimatisasi
1. Menimbang berat badan tikus kemudian memberi tanda dengan cat
sesuai dengan berat badannya. Pengecatan diberikan pada bagian ekor
tikus agar mudah terlihat sehingga mudah dalam pengambilan,
sedangkan cat yang dipakai adalah cat yang tidak menimbulkan iritasi
pada kulit tikus.
2. Memasukkan tikus ke kandang yang terbuat dari bahan yang mudah
dibongkar pasang, yaitu dari bak plastik yang ditutup dengan penutup
yang terbuat dari kawat. Hal ini dimaksudkan agar tikus tampak dari luar,
sehingga mudah dalam mengamati tikus dan mengambil tikus karena
kandang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. Kandang diberi sekam
sebagai alas tidur tikus, sehingga tikus merasa nyaman. Sekam sebagai
alas tidur untuk tikus diganti setiap tiga hari sekali agar tidak kotor dan
berbau. Kandang yang disiapkan sebanyak 12 tempat dan masing-masing
diisi tikus sebanyak 2 ekor. Cara memasukkan yaitu dengan memegang
badan tikus dan memasukkan satu persatu ke dalam kandang. Cara
memasukkan tikus harus dengan hati-hati dan perlahan-lahan agar
tikus tidak merasa ketakutan ataupun stres, karena takut dan stres
dapat mempengaruhi kerja hormonal tikus.
31
3. Mengadaptasikan tikus (aklimatisasi) selama 7 hari dan selama masa ini
tikus diberi makan BR-1 dalam bentuk konsentrat asli tanpa ada
penambahan bahan lain. Makanan diberikan dua kali sehari yaitu pagi
dan sore, jika ada sisa makanan maka sisanya dibuang lalu diganti dengan
yang baru, serta diberi minum aquades.
4.5.2.2 Pengelompokkan Tikus
Tikus yang sudah diaklimatisasi selama 7 hari dikelompokkan untuk
dilakukan perlakuan, di mana pengelompokan dilakukan secara random dengan
cara mengambil tikus secara acak lalu menaruh pada kandang-kandang yang sudah
disediakan di mana dalam satu kandang diisi tikus sebanyak 2 ekor dan kandang
yang digunakan sebanyak 12 buah. Setelah itu memberi label pada masing-masing
kandang sesuai perlakuan yaitu kontrol positif, perlakuan I, perlakuan II dan
perlakuan III. Mengelompokkan tikus berdasarkan perlakuan masing-masing yaitu:
a. Tikus putih jantan (Rattus norvegicus strain wistar) hanya diberi
Monosodium Glutamat (kontrol positif)
b. Induksi MSG 4 mg/gBB/hari + ekstrak daun pepaya dosis 30
mg/200gram/hari (perlakuan I)
c. Induksi MSG 4 mg/gBB/hari + ekstrak daun pepaya dosis 60
mg/200gram/hari (perlakuan II)
d. Induksi MSG 4 mg/gBB/hari + ekstrak daun pepaya dosis 120
mg/200gram/hari (perlakuan III)
4.5.3 Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya
a. Menimbang daun pepaya sesuai kebutuhan dosis
b. Mencuci daun muda papaya menggunakan air
32
c. Memotong daun pepaya menjadi bagian yang lebih kecil
d. Mengeringkan potongan daun papaya pada temperatur kamar selama 5
hari
e. Memasukan potongan daun pepaya ke dalam blender hingga menjadi
bubuk kering kemudian disimpan dalam wadah tertutup
f. Bubuk tersebut dimaserasi menggunakan metode maserasi dengan
menggunakan pelarut metanol pada perbandingan 1:3 selama 3x24 jam
dengan setiap 1x24 jam dilakukan penyaringan
g. Hasil maserasi diupkan dengan evaporator pada suhu 40ᵒ C sehingga
diperoleh ekstrak kental.
4.5.4 Pemberian Ekstrak Daun Pepaya
Dosis pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya), yaitu:
Dosis 1: 30mg/200gBB/hari
Dosis 2: 60mg/200gBB/hari
Dosis 3: 1204mg/200gBB/hari
Volume cairan yang disarankan untuk diberikan pada tikus putih
menggunakan sonde per oral adalah 5 ml/kgBB sehingga untuk tikus putih dengan
berat 200 g, volume cairan yang diberikan adalah 1 ml/200 gBB (Brabb et al, 2011).
Perhitungan volume pengenceran ekstrak daun pepaya (Carica papaya):
C1 = Konsentrasi dosis tinggi
= 120 mg/1 ml
C2 = Konsentrasi dosis sedang
= 60 mg/X ml = 120 mg/1 ml
33
= 60/120 = 0,5 ml
C3 = Konsentrasi dosis rendah
= 30 mg/X ml = 120 mg/ 1ml
= 30/120 = 0,25 ml
Sehingga, dosis ekstrak daun pepaya 120 mg akan dilarutkan dengan 1 ml
aquades, dosis 60 mg akan dilarutkan dengan 0,5 ml aquades dan dosis 30 mg akan
dilarutkan dengan 0,25 ml aquades.
4.5.5 Pelaksanaan Perlakuan Penelitian
a. Peneliti mengambil tikus yang sudah dikelompokkan satu persatu secara
hati-hati dan perlahan sehingga tikus tidak takut dan stres. Tikus yang
ketakutan dan stres akan mempengaruhi kerja hormonnya, sehingga
akan berpengaruh pada absorbsi ekstrak daun pepaya di dalam tubuh
tikus. Setelah itu tikus dipegang dengan cara memegang badan tikus dan
menaruh bagian ekor serta menjepitnya pada jari antara kelingking
dengan jari manis, lalu menyilangkan kaki depan tikus dan menjepitnya
pada jari antara jari telunjuk dengan jari tengah, sedangkan posisi kepala
agak ditengadahkan sehingga posisi tikus siap untuk disonde.
b. Memberi induksi Monosodium Glutamat (MSG) menggunakan sonde
peroral dengan dosis 4 mg/gBB/hari dimulai hari pertama sampai
dengan hari ke-30.
c. Memberi ekstrak daun pepaya secara peroral dengan sonde setiap hari
selama 30 hari dengan dosis 30 mg/200gram, 60mg/200gram, dan
120mg/200gram. Pemberian melalui peroral dilakukan melalui sudut
mulut agar tikus tidak mengigit sonde. Pemasukan sonde dilakukan
34
ketika tikus melakukan gerakan menelan atau menggerak-gerakkan
lidahnya, sehingga sonde tidak melukai bagian dalam mulut tikus.
Setelah sonde masuk sampai pada bagian oesophagus, ekstrak daun
pepaya dimasukkan.
4.5.6 Pengujian Fungsi Memori
Pengamatan fungsi memori tikus dilakukan dengan cara mengamati
perubahan perilaku tikus saat diletakkan pada alat uji yaitu 8 Arm Radial Maze.
Dilakukan sebanyak 3 kali selama perlakuan dibagi menjadi 10 hari pertama, kedua
dan ketiga. Pada hari ke-7, ke-17 dan ke-27 tikus diletakkan di bagian tengah
lempeng maze radial untuk menerima penyesuaian selama 10 menit dengan lengan
tidak diberi umpan. Dua hari berturut-turut selanjutnya tikus dibiarkan di bagian
tengah lempeng selama 10 menit, masing-masing lengan diberi umpan pada pintu
masuk, bagian tengah dan ujung lengan maze pada hari ke-8, ke-18 dan ke-28 dan
umpan diletakkan pada bagian tengah dan ujung lengan maze pada hari ke-9, ke-19
dan ke-29. Pada hari ke-10, ke-20 dan ke-30 dilakukan uji kinerja maze radial 8
lengan untuk mengukur fungsi memori dari semua tikus. Ujung masing-masing
lengan diletakkan cangkir (diameter 2,5 cm dan tinggi 2 cm) berisi pelet segar (100
mg). Pada waktu uji kinerja maze radial, tikus diletakkan di dalam lempeng silindris
dengan arah berlawanan dengan peneliti dan tikus dibiarkan beradaptasi selama 30
detik dengan pintu gerbang tertutup. Setelah periode penyesuaian, pintu gerbang
diangkat sehingga tikus bebas bergerak di segala tempat di maze. Sesi diakhiri
setelah tikus mengonsumsi pelet di seluruh lengan atau setelah memakan waktu 10
menit. Kinerja maze radial ditentukan menurut angka kesalahan tikus dalam
35
memasuki lengan maze radial 8 lengan. Kemudian hasil tersebut dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: (Ritcher et al, 2013)
𝑀𝑒𝑚𝑜𝑟𝑦 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 =𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑎𝑟𝑚 𝑒𝑛𝑡𝑟𝑖𝑒𝑠 − 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑎𝑟𝑚 𝑒𝑛𝑡𝑟𝑖𝑒𝑠
𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑎𝑟𝑚 𝑒𝑛𝑡𝑟𝑖𝑒𝑠 + 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑎𝑟𝑚 𝑒𝑛𝑡𝑟𝑖𝑒𝑠
4.5.7 Tahap Pembedahan dan Pembuatan Preparat
4.5.7.1 Tahap Anastesi
Tahap ini dilakukan dengan cara memasukkan hewan coba ke dalam toples
kaca tertutup yang telah diberi kloroform. Pembiusan dilakukan satu per satu
dengan tujuan pembiusan dapat dilakukan secara inhalasi dengan dosis kloroform
0,67 ml/hewan coba selama 60 detik yang dihitung menggunakan stopwatch.
Hewan coba yang teranastesi ditandai dengan tidak adanya respon nyeri dan
dilanjutkan dengan cervical dislocation, yaitu dengan cara memisahkan tengkorak
dan vertebrae tikus. Teknik ini dilakukan dengan memberikan tekanan pada bagian
posterior dasar tulang tengkorak dan vertebrae, bila vertebrae terpisah dari otak,
reflek kedip akan menghilang dan rasa nyeri akan menghilang sehingga hewan
tersebut tidak merasakan sakit. Selanjutnya tikus diletakkan pada meja paraffin dan
keempat kaki tikus difiksasi menggunakan jarum pentul (Alexandru, 2011).
4.5.7.2 Tahap Pembedahan dan Pengambilan Organ
Peneliti mengambil tikus dari dalam toples dan meletakkan tikus pada
papan bedah. Peneliti memposisikan tikus secara terlentang dengan keempat
ekstremitasnya difiksasi dengan jarum pentul, lalu membedah bagian kepala tikus
untuk mengambil organ otak tikus. Peneliti mengambil organ otak tikus secara
hati-hati dan mencuci organ tersebut di wadah NaCl.
36
4.5.7.3 Tahap Fiksasi Jaringan
Peneliti merendam organ otak dalam cairan fiksatif Buffered Neutral
Formalin 10% (BNF) selama 2 hari hingga organ otak mengeras. Potongan jaringan
2x2x1 cm dimasukkan kembali ke dalam BNF 10% selama 3x24 jam, dipotong
lebih tipis dengan ukuran yang sama, lalu dimasukan dalam kaset dan siap diproses
dalam Tissue Processor (Wibowo, 2007).
4.5.7.4 Tahap Pembuatan Preparat
1.Tahap dehidrasi
Preparat dimasukkan ke dalam larutan alkohol secara bertingkat
berturut-turut:
a. Alkohol 70% selama 2 jam
b. Alkohol 80% selama 6 jam
c. Alkohol 90% selama 6 jam
d. Alkohol 100% selama 6 jam
e. Alkohol absolut I selama 2 jam
f. Alkohol absolut II selama 2 jam
g. Alkohol absolut III selama 2 jam
2.Tahap clearing (penjernihan)
Preparat kemudian dimasukkan ke dalam:
a. Xylol I selama 2 jam
b. Xylol II selama 2 jam
3.Tahap infiltrasi
Masukkan preparat ke dalam parafin dalam Tissue Processor
dilanjutkan dengan pencetakan jaringan di media parafin.
37
4.Tahap embedding
Parafin dimasukin setengah cetakan, lalu meletakkan potongan
jaringan hingga dasar cetakan kemudian mengisi parafin hingga semua
memenuhi semua volume cetakan.
5.Tahap pemotongan
Setelah cetakan jaringan dalam parafin beku, blok jaringan dapat
dipotong dengan menggunakan Rotatory microtom dengan ketebalan 4-
5μ. Potongan jaringan diletakkan diatas air bersuhu 400C hingga
kerutannya menghilang. Diletakan digelas objek dan masukan inkubator
selama satu malam dengan suhu 560.
6.Tahap deparafinasi
a. Xylol III, II, I
b. Alkohol absolut I, II, III
c. Alkohol 95%, 90%, 80%, 70%.
d. Dimasukan air keran selama 10 menit
e. Aquadest selama 5 menit
7. Tahap pewarnaan
1) Masukkan ke dalam zat pewarna HE (hematoksilin-eosin)
selama 1 menit, lalu ke dalam air keran selama 10 menit dan
aquadest selama 30-60 detik.
2) Warnai dengan Eosin 2 menit dan aquadest 5 menit.
8.Tahap dehidrasi
a. Masukkan ke dalam alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, alkohol
absolut I, II, III
38
b. Clearing dengan xylol I, II, III
c. Mounting dengan entelan dan ditutup dengan cover glass
(Wibowo, 2007).
4.5.8 Pengamatan Histopatologi
Pengamatan dan perhitungan sel piramidal otak tikus putih jantan (Rattus
norvegicus strain wistar) dibantu oleh ahli patologi anatomi di Laboratorium
Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Pengamatan
menggunakan pemeriksaan patologi anatomi terhadap jaringan otak pada cortex
cerebri tikus putih jantan (Rattus norvegicus strain wistar) setelah 30 hari, yang
diamati yaitu adanya degenerasi neuron piramidal cortex cerebri berupa inti neuron
yang piknotik dalam 3 lapang pandang dengan perbesaran 400x. Lapang pandang
yang diambil adalah keseluruhan area cortex cerebri yang dibagi menjadi 3 bagian
yaitu sisi lateral kiri, tengah dan lateral kanan. Masing-masing bagian tersebut
diamati dan dihitung jumlah sel piramidal piknotik kemudian dihitung hasilnya
sebagai rata-rata standar deviasi dan dibandingkan.
4.5.9 Tahap Sesudah Perlakuan
Hewan coba yang telah dibedah kemudian dikumpulkan dan dikuburkan
dengan cara dimasukkan ke dalam lubang pada tanah yang kering dengan
kedalaman 1 meter dan dengan jarak minimal 250 meter dari sumber air. Masing-
masing lubang berisi tidak lebih dari sepuluh ekor tikus.
39
4.6 Alur Penelitian
Tikus putih jantan (Rattus norvegicus strain wistar)
Seleksi kriteria inklusi dan eksklusi
Pembuatan sediaan dengan pewarnaan Hematoxilin Eosin
Aklimatisasi 24 ekor tikus baik pakan dan lingkungan selama 7 hari
P 1
K +
P 2
P 3
Diberi pakan
standar BR-1 dan
air minum aquadest
Diberi pakan
standar BR-1 dan
air minum aquadest
Diberi pakan
standar BR-1 dan
air minum aquadest
Diberi pakan
standar BR-1dan
air minum aquadest
Induksi MSG
(4 mg/gBB/hari)
Personde selama 30 hari tiap pukul 06.30
Induksi MSG
(4mg/gBB/hari)
Personde selama 30 hari tiap pukul 06.30
Induksi MSG
(4mg/gBB/hari)
Personde selama 30 hari tiap pukul 06.30
Induksi MSG
(4 mg/gBB/hari)
Personde selama 30 hari tiap pukul 06.30
Ekstrak daun pepaya
30mg/200grB/ hari
Personde selama 30 hari tiap pukul 17.00
Ekstrak daun pepaya
60mg/200grB/ hari
Personde selama 30 hari tiap pukul 17.00
Ekstrak daun pepaya
120mg/200grB/ hari.
Personde selama 30 hari tiap pukul 17.00
Tikus dibedah pada hari ke-31 dan diambil jaringan otak bagian bagian cortex cerebri
Penghitungan jumlah sel piramidal yang piknotik dengan perbesaran 400x
Analisis data : uji normalitas & homogenitas, uji MANOVA, uji korelasi dan uji
regresi
Pada hari ke 7-9, 17-19 dan 27-29 dilakukan adaptasi tikus dengan alat peraga 8 Arm Radial
Maze dan dilakukan pengujian fungsi memori pada hari ke-10, ke-20 dan ke-30 selama 10
menit
Gambar 4.1
Alur Penelitian
40
4.7 Analisis Data
Data yang diperoleh akan dilakukan tabulasi data yang kemudian dihubungkan
antara variabel satu dengan yang lain sesuai dengan tujuan penelitian, lalu dianalisis
menggunakan software SPSS.
1. Uji normalitas dan homogenitas
Dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk (normal jika p>0,05) untuk
mengetahui set data yang digunakan memiliki distribusi normal atau
tidak. Serta dilakukan uji homogenitas Levene’s Test (homogen jika
p>0,05) untuk mengetahui apakah kelompok data mempunyai varian
yang sama atau tidak. Bila pada uji normalitas didapatkan sebaran data
normal dan pada uji homogenitas didapatkan varian data homogen, maka
dilanjutkan dengan uji Multivariate Analysis of Variance (MANOVA)
untuk membuktikan adanya perbedaan bermakna antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan serta untuk mengetahui adanya
hubungan antar variable dependen. Kemudian dilanjutkan dengan uji Post
Hoc Bonferroni untuk mengetahui perbedaan yang bermakna dan
signifikan antar kelompok penelitian. Sedangkan bila pada uji normalitas
didapatkan sebaran data tidak normal, maka digunakan uji non parametrik
Kruskal-Wallis. Serta bila pada uji homogenitas didapatkan varian yang
tidak homogen, maka digunakan uji Post Hoc Tamhane’s atau Post Hoc
Games Howell.
2. Uji Multivariate Analysis of Variance (MANOVA)
Uji MANOVA digunakan karena penelitian menggunakan lebih dari satu
variabel bebas berskala numerik dengan variabel tergantung berskala
41
numerik. Hasil yang didapat kemudian diinterpretasikan untuk
mengetahui mengetahui perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan.
3. Uji korelasi
Uji korelasi yang dipilih adalah uji korelasi Pearson, digunakan untuk
mengetahui adanya hubungan antara jumlah sel piramidal dengan fungsi
memori yang terjadi dan melihat seberapa besar kekuatannya sebagai
interpretasi kekuatan hubungannya.
4. Uji regresi
Uji regresi yang dipilih adalah uji regresi linier karena variabel terikat
berskala numerik. Uji regresi linier digunakan untuk melihat besar
pengaruh dosis daun pepaya dengan menggunakan rumus (R2) dan
memprediksi dosis daun pepaya yang berpengaruh menggunakan rumus
( y = a + bx ).