6
 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesi mp ul an Dari h asil penel itian dan hasil an alisis data d apat d iambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdas arkan ra sio kemandir ian keua ngan da erah yan g ditun jukkan d engan angka r asio ra ta-rat anya ada lah 8.79 % masih b erada d iantar a 0 %-25 % tergo long mempun yai pola hubu ngan instr uktif yang berart i kemampuan keuangan Pemeri nta h Kabupat en Bant ul dal am menduk ung pe laks ana an ot onomi da er ah ma si h sa ng at kurang. Ha l ini di se ba bk an ti ng ka t ketergantungan pada sumber pendapatan dari pihak ekstern yang masih cukup tinggi disebabkan karena sumber-sumber keuangan potensial negara adalah milik pemerintah pusat. 2. Berdas arkan Rasio Deraja t Des entralisasi Fisk al s elama lima tahun pada pemerintahan Kabup aten Bantul masih dalam skala interval yang sangat kurang, karena masih berada dalam skala interval antara 0,00-10,00 yaitu sebesar 8.07 % dan ini berarti bahwa PAD mempunyai kemampuan yang sangat kurang dalam mendukung otonomi daerah kh ususnya dalam membiayai pembangunan daerah. Hal ini terjadi karena PAD di Kabupaten Bantul masih relatif kecil dibandingkan dengan Total Pendapatan Daerah dan Kabupaten Bantul dalam membiayai pelaksanaan

BAB 5-10412145003.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

7/21/2019 BAB 5-10412145003.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-10412145003pdf 1/5

79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan rasio kemandirian keuangan daerah yang ditunjukkan dengan

angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

tergolong mempunyai pola hubungan instruktif yang berarti kemampuan

keuangan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam mendukung pelaksanaan

otonomi daerah masih sangat kurang. Hal ini disebabkan tingkat

ketergantungan pada sumber pendapatan dari pihak ekstern yang masih

cukup tinggi disebabkan karena sumber-sumber keuangan potensial negara

adalah milik pemerintah pusat.

2. Berdasarkan Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal selama lima tahun pada

pemerintahan Kabupaten Bantul masih dalam skala interval yang sangat

kurang, karena masih berada dalam skala interval antara 0,00-10,00 yaitu

sebesar 8.07 % dan ini berarti bahwa PAD mempunyai kemampuan yang

sangat kurang dalam mendukung otonomi daerah khususnya dalam

membiayai pembangunan daerah. Hal ini terjadi karena PAD di

Kabupaten Bantul masih relatif kecil dibandingkan dengan Total

Pendapatan Daerah dan Kabupaten Bantul dalam membiayai pelaksanaan

7/21/2019 BAB 5-10412145003.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-10412145003pdf 2/5

80

pemerintahan dan pembangunan masih sangat tergantung pada sumber

keuangan yang berasal dari pemerintah pusat.

3. Rasio Indeks Kemampuan Rutin selama lima tahun pada pemerintahan

Kabupaten Bantul masih dalam skala yang sangat kurang, karena masih

berada dalam skala interval antara 0,00-20,00 yaitu sebesar 11.98 %, dan

ini berarti bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai kemampuan

yang masih sangat kurang untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah

khususnya dalam membiayai pengeluaran rutin.

4. Berdasarkan rasio Keserasian sebagian besar dana yang dimiliki

pemerintah daerah masih diprioritaskan untuk kebutuhan belanja rutin

sehingga rasio belanja pembangunan terhadap APBD relatif kecil. Ini

dapat dibuktikan dari rasio belanja rutin yang selalu lebih besar dari rasio

belanja pembangunan dan tingkat pertumbuhan belanja rutin jauh lebih

besar dari pada tingkat pertumbuhan belanja pembangunan. Besarnya

alokasi dana untuk belanja rutin menunjukkan bahwa Pemerintah

Kabupaten Bantul yang lebih condong pada ekonomi kerakyatan belum

memperhatikan pembangunan daerah, walaupun belanja pembangunan

yang selalu naik meskipun relatif kecil. Hal ini dikarenakan belum ada

patokan yang pasti untuk belanja pembangunan, sehingga pemerintah

daerah masih berkonsentrasi pada pemenuhan belanja rutin yang

mengakibatkan belanja pembangunan untuk pemerintah Kabupaten Bantul

masih sangat kecil dibanding belanja rutin dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah.

7/21/2019 BAB 5-10412145003.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-10412145003pdf 3/5

81

5. Berdasarkan Rasio Pertumbuhan, kondisi pertumbuhan APBD Kabupaten

Bantul dapat disimpulkan bahwa APBD pada tahun anggaran 2006 - 2010

menunjukkan pertumbuhan rata-rata yang positif meskipun ada

kecenderungan pertumbuhannya semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat

dari rasio belanja pembangunan tahun 2009. Akan tetapi pertumbuhan

yang terjadi secara keseluruhan masih sangat kurang yaitu rata-rata

pertumbuhan yang masih di bawah 20%. pertumbuhan yang terjadi dari

tahun 2006 sampai dengan 2010 belum cukup untuk mendukung

pelaksanaan otonomi daerah di Pemerintah Kabupaten Bantul.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan tentang kinerja keuangan

Pemerintah kabupaten Bantul, penulis mencoba mengajukan beberapa saran.

Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah harus mengoptimalkan penerimaan dari potensi

pendapatannya yang telah ada. Inisiatif dan kemauan pemerintah daerah

sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan PAD. Pemerintah daerah

harus mencari alternatif-alternatif yang memungkinkan untuk dapat

mengatasi kekurangan pembiayaannya, dan hal ini memerlukan kreatifitas

dari aparat pelaksana keuangan daerah untuk mencari sumber-sumber

pembiayaan baru baik melalui program kerjasama pembiayaan dengan

pihak swasta dan juga program peningkatan PAD misalnya pendirian

BUMD sektor potensial.

7/21/2019 BAB 5-10412145003.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-10412145003pdf 4/5

82

2. Mengingat terbatasnya jumlah dan jenis sumber-sumber Pendapatan Asli

Daerah, maka diperlukan penyerahan beberapa sumber keuangan nasional

yang potensial untuk dikelola dan dipungut sendiri oleh daerah dan

menjadi penerimaan PAD.

3. Untuk mengatasi kekurangserasian antara belanja rutin dan belanja

pembangunan sebaiknya pemerintah harus menetapkan standar ukuran

atau patokan dalam mengambil kebijakan pembangunan agar terciptanya

keserasian tersebut.

4. Untuk merangsang Rasio pertumbuhan, pemerintah sebaiknya

mengadakan pendekatan persuasif kepada wajib pajak agar memenuhi

kewajibannya melalui kegiatan penyuluhan, serta melakukan langkah-

langkah pengendalian lain guna menghindari timbulnya penyimpangan

terhadap pelaksanaan peraturan daerah mengenai pengelolaan keuangan

daerah.

7/21/2019 BAB 5-10412145003.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/bab-5-10412145003pdf 5/5

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat.

Abdul Halim. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat.

Bahtiar Arif, Muchlis, Iskandar. 2002.  Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : Salemba

Empat.

Erlangga Agustino Landiyanto (2005) Kinerja Keuangan Daerah dan Strategi

Pembangunan Kota di Era Otonomi Daerah ( Studi Kasus Kota

Surabaya).Surabaya: Universitas Airlangga Surabaya.

Kuncoro Thesaurianto (2002) Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap

Kemandirian Daerah Semarang. Semarang : UNDIP.

Mardiasmo.2002. Akuntansi Sektor Publik .Yogyakarta : ANDI.

Nataluddin. 2001. Potensi Dana Perimbangan Pada Pemerintahan Daerali di Propinsi

Jambi, Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : UPP YKPN.

Nirzawan. 2001, Tinjauan umum terhadap sistem pengelolaan Keuangan Daerah di

Bengkulu Utara, Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : UPP YKPN.

Rika Elvira (2003) Analisis Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Daerah di Indonesia Pada Periode

2001 – 2003. Semarang : UNDIP.

UU RI. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah.

UU RI. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah.

UU RI. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.