Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
43
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisa Denah
5.1.1. Analisa Makro
1. Lokasi
Conlcave Wijaya berada pada Jl. Wijaya I No.5C, RT.7/RW.4,
Petogogan, Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 12170. Conclave Wijaya terletak di Jakarta Selatan,
dimana luas wilayah sesuai dengan Keputusan Gubernur DKI Nomor
1815 tahun 1989 adalah 145,37 km2 atau 22,41% dari luas DKI
Jakarta. Terbagi menjadi 10 kecamatan dan 65 kelurahan, berada di
belahan selatan banjir kanal dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
Gambar 5.1 : Layout Conclave Wijaya
(Sumber : Tugas Akhir Alvin Daniel Heryadi)
44
• Sebelah Utara : Banjir Kanal Jl. Jenderal Sudirman
Kecamatan Tanah Abang
44
• Sebelah Timur : Kali Ciliwung
• Sebelah Selatan :Berbatasan dengan Kota Administrasi
Depok
• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Ciledug
2. Analisa Gedung
Gedung Conclave Wijaya berada diantara rumah – rumah dan area
perkantoran, yang memiliki tingkat arus kendaraan yang padat.
Bagian utara dan selatan dari gedung terdapat masjid dan mushola
yang mudah diakses dengan hanya berjalan kaki. Juga banyak cafe
dan tempat makan sepanjang Jalan Wijaya I. Akses menuju Conclave
Wijaya sangat mudah karena dapat dicapai oleh kendaraan umum
maupun kendaraan pribadi karena melewati jalan protokol. Berikut
adalah jalan yang terdapat di sekitar gedung Conclave Wijaya :
• Utara : Jalan Wolter Monginsidi
• Timur : Jalan Wijaya Timur I
• Selatan : Jalan Wijaya Timur I
• Barat : Jalan Cisanggiri II
Gambar 5.2 : Lokasi Conclave (Sumber : Google Maps)
45
3. Kondisi Bangunan
• Nama Bangunan : Conclave Wijaya
• Fungsi Bangunan : Co-working Space
• Jumlah Lantai : 3
• Luas Bangunan : 457.5 m2 / lantai
Saat ini gedung Conclave Wijaya masih digunakan sebagai Co -
Working Space, dengan menggunakan gaya industrial pada
interiornya.
5.1.2. Analisa Mikro
Bangunan Conclave terdiri dari 3 lantai yang memiliki jendela pada setiap
sisinya. Bagian fasad menghadap barat sehinggga ketika sore hari akan
mendapat cahaya yang alami dengan peningkatan suhu yang tidak terlalu
berbeda. Diapit oleh 2 rumah yang hanya memiliki 1 tingkat lantai.
Sehingga pada lantai 2 dan 3 tingkat cahaya lebih optimal dan tingkat
kebisingan yang tidak terlalu mengganggu. Memiliki beberapa fasilitas
sebagai berikut :
• Lift & Tangga
• Sistem keamanan 24 CCTV
• Lapangan parkir yang cukup luas
• Toilet yang letaknya ada di tiap lantai
• Co – Working Space
• Meeting Room
• Auditorium
• Private Office
• Games Room
• Library
5.1.3. Analisa Aktivitas
46
Sebagian besar pengunjung melakukan aktivitas pada area co – working
space, auditorium, meeting room, dan private office. Beberapa dari
pengunjung akan keluar saat jam makan siang atau melakukan sholat 5
waktu. Dan juga ada beberapa dari pengunjung melakukan break – time
pada games room & library.
5.2. Konsep Perancangan
5.2.1. Desain Skematik
A. Program Ruang
Tabel rekapitulasi ditetapkan setelah membuat tabel aktivitas dan
fasilitas (akfas terdapat pada lampiran L1 – L8). Didapatkan data new
area public 116,43 m2, area semi public 405,85 m2, area private
269,74 m2, dan area service 12 m2.
Area touch down, cubicle dan work lounge pada area semi public.
Work lounge berjumlah 3 tipe sebagai tempat kerja yang santai
ataupun dapat dijadikan breakout area. Cubicle dengan 2 seat yang
berhadapan. Dan touch down area yang dapat digunakan dengan cara
berdiri atau pun duduk.
Terdapat 4 area private yang direncanakan, 2 diantaranya adalah
fasilitas berupa nap room dan phone room yang dapat digunakan oleh
Gambar 5.8 : Tabel Rekapitulasi (Sumber : Pribadi)
47
seluruh pengguna co – working space, serta meeting room dan private
office yang disewakan. Untuk refreshing, penulis menambahkan area
games room yang kurang lebih dapat digunakan oleh 5 orang secara
bersamaan, serta smoking room.
Terdapat pantry yang dapat digunakan untuk pengguna co –
working space, private office, dan meeting room. Resepsionis
berukuran kecil untuk melakukan transaksi pembayaran penyewaan
co – working space. Dan penulis berencana membuat area food &
beverages yang dapat diakses pengunjung tanpa perlu menyewa co -
working space terlebih dahulu.
Setelah menentukan program ruang, tahap selanjutnya adalah
penetapan ukuran per area dan dimasukan ke dalam ukuran denah
yang dipakai. Dan penulis hanya mengambil lantai 1 dan 2 dari denah
dikarenakan cukup untuk kebutuhan berdasarkan tabel rekapitulasi.
Gambar 5.7 : AKFAS 7 & 8 (Sumber : Pribadi)
48
B. Diagram Kedekatan Antar Ruang
C. Diagram Struktur Organisasi Antar Ruang
Gambar 5.9 : Diagram Kedekatan Antar Ruang (Sumber : Pribadi)
Gambar 5.10 : Diagram Struktur Organisasi Antar Ruang (Sumber : Pribadi)
49
D. Zoning & Grouping
Zoning yang sudah terpilih dengan membuat 3 alternatif zoning yang
dan memilih dengan cara analisis SWOT dan mengeliminasi yang
tidak terpakai.
Strength : - Area semi public mendapat view, pencahayaan,
dan penghawaan yang baik pada lantai 2 dari arah
utara & timur.
- Area private mendapat view, pencahayaan dan
penghawaan yang baik pada lantai 2 dari arah
timur dan barat.
Weakness : - Area semi public tidak mendapat pencahayaan
secara langsung yang cukup pada lantai.
Opportunities : - Area semi public pada lantai 2 akan lebih
diminati pengguna karena mendapat view,
penghawaan, dan pencahayaan yang baik.
Gambar 5.11 : Zoning Terpilih (Sumber : Pribadi)
50
Threats : ---
Grouping yang sudah terpilih dengan membuat 3 alternatif grouping
dari zoning yang terpilih dan mengeliminasi dengan analisis SWOT.
Strength : - Private office dan meeting room mendapatkan
cahaya dan view sesuai dengan yang dibutuhkan
dari arah barat dan timur.
- Akses menuju resepsionis dan co – working
mudah dijangkau dari pintu masuk.
- Akses pelanggan cafe menuju barista mudahh
terjangkau dan tidak mengganggu aktifitas area co
- working.
- Akses lantai 2 co - working mudah dan dekat
dengan pintu masuk.
Weakness : ---
Gambar 5.12 : Grouping Terpilih (Sumber : Pribadi)
51
Opportunities : - Private office akan diminati pengguna karena
mendapat front view dan pencahayaan langsung.
Threats : ---
E. Layout Furniture & Layout Ruang Khusus
Gambar 5.13 : Layout Furniture (Sumber : Pribadi)
52
Layout furniture dirancang setelah zoning & grouping terpilih, dan
memilih layout ruang khusus yang berada pada lantai 2 area co –
working space dikarenakan mendapat cahaya yang optimal dan
merupakan area breakout dari working lounge.
Gambar 5.14 : Layout Ruang Khusus (Sumber : Pribadi)
53
5.2.2. Studi Konsep
Studi konsep menggunakan pemetaan melalui mind map, dengan
bertujuan membantu menentukan konsep dasar. Berdasarkan mind map,
didapatkan yang penulis butuhkan untuk masyarakat urban pada lokasi
yang berada pada daerah produktif adalah lingkungan yang “fresh”
dengan aksen cheerful sebagai pemanis dan tetap dengan gaya material
Gambar 5.15 : Mind Map (Sumber : Pribadi)
Gambar 5.16 : Moodboard (Sumber : Pribadi)
54
yang industrial.
5.3. Konsep Bentuk
Penulis melakukan pendekatan desain dengan keyword : fresh. Dengan
tujuan mendapatkan lingkungan yang terasa segar maka penulis mengambil
inspirasi dari alam yang dapat digunakkan sebagai konsep bentuk dengan
metode biomimicry. Kemudian didapatkan burung cendrawasih kuning kecil
dengan nama latin “paradisea minor”.
Cendrawasih ini adalah salah satu yang paling favorit dan menjadi salah
satu yang paling banyak di alam secara jumlah. Penulis mengambil
cendrawasih juga karena burung ini merupakan satwa endemik Indonesia yang
dapat dijumpai banyak di bagian Papua yang menjadi poin lokal konten dari
penulis ambil untuk tema tugas akhir.
55
Cendrawasih
memiliki karakteristik yang
unik saat melakukan proses
perkawinan. Cendrawasih kuning
kecil jantan akan memikat
perhatian betina dengan
mengembangkan
sayapnya ke depan dan
membengkokan
bulunya kebawah, serta
bagian ekor yang dibuat
Gambar 5.17 : Cendrawasih Kuning Kecil (Sumber : Google)
56
mengembang menjalar dari atas sampai bawah.
5.4. Pengembangan Desain
5.4.1. Marketing Mapping
Marketing mapping digunakan untuk membantu memilih jenis furnitur
apa yang akan penulis rancang, serta membantu pemilihan bentuk dan
material. Dari data dapat disimpulkan bahwa penulis akan membuat
furnitur yang ringan dengan harga yang tidak terlalu mahal.
Gambar 5.18 : Sketsa Pengambilan Bentuk (Sumber : Pribadi)
Gambar 5.19 : Marketing Mapping (Sumber : Pribadi)
57
5.4.2. Studi Bentuk & Material
Berikut adalah studi bentuk untuk mendapatkan konstruksi awal
berdasarkan tipe furnitur yang ringan.
a b c d e f g
Karakter a b c d e f g
Kekuatan 3 4 3 2 4 4 3
Estetika 2 2 3 4 3 4 2
Total 5 6 6 6 7 8 5
a b c d e f g
Karakter a b c d e f g
Kekuatan 4 3 3 2 3 4 3
Estetika 1 3 4 5 4 2 3
Total 5 6 7 7 7 6 6
Gambar 5.20 : Studi Bentuk 1 (Sumber : Pribadi)
Gambar 5.21 : Studi Bentuk 2 (Sumber : Pribadi)
Tabel 5.2 : Tabel Bentuk 2 (Sumber : Pribadi)
Tabel 5.1 : Tabel Bentuk 1 (Sumber : Pribadi)
58
Keterangan : 1 = Sangat kurang
2 = Kurang
3 = Cukup baik
4 = Baik
5 = Sangat baik
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bentuk konstruksi yang akan
digunakan penulis berdasarkan banyaknya poin nilai estetika dan
kekuatan. Kemudian penulis memilih material yang cocok untuk
konstruksi furniture dengan memperhatikan kekuatan, ketahanan,
estet
ika,
dan
kele
ntur
an
dari
material.
Keterangan : 1 = Sangat kurang
2 = Kurang
3 = Cukup baik
4 = Baik
5 = Sangat baik
Berdasarkan data material diatas, didapatkan material rotan sebagai bahan
utama kerangka furnitur dikarenakan konstruksi memiliki elastisitas dan
ketahanan yang tinggi.
Material Kekuatan Ketahanan Estetika Kelenturan Total
Bambu 4 4 2 1 11
Kayu 3 3 3 2 11
Besi 4 4 3 2 13
Rotan 3 4 3 5 15
Tabel 5.3 : Tabel Material (Sumber : Pribadi)
59
5.4.3. Studi Ergonomi & Antropometri
Ergonomi adalah studi tentang manusia dengan mesin, alat, atau benda
mati. Sedangkan antopometri adalah ilmu yang mempelajari tentang
pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan ukuran pada
setiap individu. Studi ergonomi berdasarkan antropometri.
No Furnitur Komponen Ukuran (cm)
1 Lounge Chair Tinggi Dudukan 40
Tinggi Kursi 76
Panjang Dudukan 57
Panjang Kursi 85
Lebar 77
2 Coffee Table Tinggi 30,5 – 45,5
3 Standing Lamp Tinggi 139 - 200
Selain berdasarkan data, penulis juga melakukan survey ukuran lounge
chair berbahan rotan secara langsung kepada pengrajin rotan.
5.4.4. Studi Konstruksi
Penulis melakukan studi konstuksi secara langsung dengan konsultasi
kepada pengrajin rotan. Penambahan kekuatan pada konstruksi
diperhatikan oleh penulis untuk menunjang faktor keamanan saat furnitur
digunakan. Penulis mengikutsertakan penguatan konstruksi yang
dijadikan elemen estetika pada furnitur.
5.4.5. Studi Warna
Studi warna dilakukan dengan tujuan untuk mempertimbangkan
pemilihan warna yang akan digunakan untuk furnitur dan aksesoris yang
Tabel 5.4 : Tabel Ergonomi & Antropometri (Sumber : Pribadi)
60
akan dibuat. Dengan ini penulis melakukan studi warna berdasarkan buku
“Color Harmony : A Guide To Creative Color Combination”.
Di dapatkan warna yang akan penulis pakai sebagai berikut :
• Hijau :
Sebagai warna yang melambangkan harmoni (keseeimbangan),
kesuburan, kesegaran, kedamaian, hingga efek relaksasi. Hijau
juga merupakan warna yang merepresentasikan alam.
• Kuning :
Memberikan kesan ceria, bahagia, energik, dan rasa optimis.
Gambar 5.22 : Warna Hijau (Sumber : Pribadi)
Gambar 5.23 : Warna Kuning (Sumber : Google)
61
• Orange :
Warna orange dianggap mampu merangsang emosi, guna
meningkatkan produktivitas. Biasanya banyak digunakan pada
tempat – tempat makan dan lingkungan kerja yang membutuhkan
banyak produktivitas.
5.4.6. Material
Material yang dipakai adalah material yang menurut penulis akan
memberikan kenyamanan serta dapat memberikan elemen estetika
keindahan. Sehingga dapat digunakan dengan durabilitas yang lama saat
pengguna melakukan pekerjaannya.
• Rotan
Gambar 5.24 : Warna Orange (Sumber : Google)
62
Penulis menggunakan rotan sebagai material utama
kerangka furniture dan aksesoris. Dibandingkan dengan besi,
Gambar 5.26 : Pohon Beringin (Sumber : Google)
63
rotan memberikan kesan hangat dan dapat dilekukan seperti besi.
Rotan yang digunakan adalah rotan kualitas terbaik, yaitu manau.
. Alasan lain penulis menggunakan rotan adalah penulis
juga memasukan konsep fresh environment burung cendrawasih
dimana rotan dijadikan sebagai representasi dari batang – batang
pohon yang saling bertumpang tindih pada pohon beringin yang
merupakan tempat hidup, dan bermain dari cendrawasih.
• Woven Fabric
Kain woven adalah kain yang menggunakan jenis jahitan
yang sama lebih erat dari knitting. Memiliki tekstur yang terlihat
kasar tetapi halus ketika diraba. Penulis memilih menggunakan
warna hijau sesuai dengan studi warna yang dipelajari.
Gambar 5.25 : Rotan Manau (Sumber : Google)
64
Alasan lain penulis menggunakan kain woven dikarenakan
kain ini memiliki tekstur menarik yang terlihat tidak rata dan
berlubang ketika dilihat, tetapi halus ketika disentuh. Ini yang
menjadi representasi dari buah tin yang dibelah. Buah tin sendiri
adalah salah satu buah yang banyak dikonsumsi oleh burung
cendrawasih.
• Linen Fabric
Kain linen berwarna abu – abu digunakan sebagai bahan
kap lampu pada standing lamp. Secara umum kap lampu
menggunakan kain linen sebagai bahan utama untuk menutupi
cahaya langsung dari standing lamp.
Gambar 5.27 : Kain Woven (Sumber : Google)
Gambar 5.28 : Buah Tin (Sumber : Google)
65
• Plywood
Plywood digunakan untuk bagian top table dari coffee
table. Menggunakan plywood ukuran 18mm.
• HPL
High lressure laminate sebagai lapisan luar dari plywood
pada top table. HPL yang dipilih adalah kayu jati.
Gambar 5.29 : Kain Linen (Sumber : Google)
Gambar 5.30 : Plywood (Sumber : Google)
Gambar 5.31 : HPL Kayu Jati (Sumber : Google)
66
5.4.7. Desain Furnitur & Aksesoris
A. Desain Furnitur
Furnitur pertama yang dibuat adalah lounge chair. Desain
awal mengalami banyak perubahan mulai dari penambahan
konstruksi pada kaki kaki, perubahan ukuran diameter rotan, dan juga
perbaikan ukuran. Serta penambahan pada kaki bagian belakang yang
menjadi support konstruksi dan juga estetika.
Dengan mengambil bentuk pose burung jantan cendrawasih
ketika melakukan ritual perkawinan dari sisi samping. Estetika
konstruksi dibuat dengan memadukan tipe garis organik dan lurus.
Gambar 5.32 : Desain Lounge Chair (Sumber : Pribadi)
Desain awal lounge chair
Desain akhir lounge chair
67
Arm rest dibuat seperti sayap burung, dan bagian back rest seperti
grid persegi panjang yang lebih cekung ke arah dalam guna membuat
pengguna lebih nyaman ketika bersandar.
Bagian kaki depan dibuat lebih renggang pada bagian bawah
agar nampak seperti kaki cendrawasih yang kokoh ketika
menggenggam dahan pohon. Sedangkan bagian belakang kaki dibuat
menyatu seperti buntut pada cendrawasih. Cushion menggunakan
busa setebal 8cm dan dilapis kain woven berwarna hijau.
Gambar 5.33 : Desain Coffee Table (Sumber : Pribadi)
Desain akhir coffee table Desain awal coffee table
68
Coffee table terinspirasi dari bentuk pohon beringin yang
merupakan tempat bermain dan hidup dari burung cendrawasih, maka
dari itu penulis memberi aksesoris berupa planter pada bagian tengah
meja. Bagian top table dan shelf menjadi segi delapan dengan tujuan
untuk menyamai tipe garis lounge chair berupa garis dan organik.
Penambahan struktur juga dilakukan dengan cara membuat frame
motif pada bagian tengah shelf dan bagian bawah kaki yang juga
menjadi elemen estetik. Dan perubahan material top table dari
plywood menjadi kaca agar terlihat lebih terbuka dan tidak “bulky”.
Penulis juga mendesain coffee table tipe 2 pada ruang yang
sama tetapi ditempatkan pada tipe seat yang berbeda. Pada coffee
table ini, penulis hanya menggunakan tipe garis organik karena tidak
dalam 1 set dengan lounge chair yang penulis buat. Bagian top table
menggunakan plywood dan dilapisi hpl kayu jati, dan sisa kerangka
menggunakan rotan manau.
B. Desain Aksesoris
Gambar 5.34 : Desain Coffee Table 2 (Sumber : Pribadi)
69
Untuk melengkapi set lounge chair dan coffee table, penulis
menambahkan standing lamp sebagai aksesoris. Bagian alas dan atas
aksesoris berbentuk sama dengan coffee table, yaitu persegi delapan.
Sedangkan kap lampu dibuat tetap bulat agar selaras dengan coffee
table dan lounge chair dengan kombinasi garis organik. Kap lampu
menggunakan kain linen abu – abu. Terinspirasi dari kerangka
kandang burung yang hanya memiliki setengah sisi.
Desain kedua yang penulis buat adalah planters, untuk
Gambar 5.35 : Desain Standing Lamp (Sumber : Pribadi)
Gambar 5.36 : Desain Planters (Sumber : Pribadi)
70
mempercantik pot tanaman pada open area co – working space.
Menggunakan rotan manau berukuran kecil 14mm yang dibentuk
melingkar dan disusun membesar keatas.
C. Finishing
Semua finishing untuk rotan menggunakan PU (Poliuretana)
yang sebelumnya dilakukan proses sanding telebih dahulu. Dengan
mendapat looks clear finish. Plywood dilapisi dengan HPL kayu jati
pada baguan shelf coffee table tipe 1, dan top table coffee table tipe 2.
Kap lampu dibuat dari rotan dan dilapis dengan kain linen berwarna
abu – abu.
71