Upload
duongthien
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
75
BAB 5
PEMBAHASAN
1.1 Industri Seni Kerajinan Pahat Batu
Industri Seni Kerajinan Pahat Batu dalam konteks pengembangan kawasan
dipilih dikarenakan merujuk pada surat edaran Kemedagri
No.500/1404/V/BANGDA tentang Pengembangan Produk Unggulan Daerah
berbasis Klaster, program pengembangan ekonomi lokal di selenggarakan hampir
di seluruh provinsi di Indonesia. Selanjutnya Propinsi Jawa Tengah melaksanakan
program pengembangan ekonomi lokal berdasar SK Gubernur Jawa Tengah
No.500.05/ 30/2003 mengenai pendirian Forum Pengembangan Ekonomi dan
Sumberdaya Daerah (FPESD) dan diperbarui lagi dengan SK Gubernur Jawa
Tengah No.500.05/34/2008. Menyikapi SK tersebut maka dipilih beberapa
kegiatan usaha yang akan mampu bersaing dalam pengembangan ekonomi lokal.
Salah satunya dengan dipilih kegiatan usaha Industri Seni Kerajinan Pahat Batu di
Kabupaten Magelang. Merujuk pada penunjukan Industri Pahat Batu maka
pemerintah Kabupaten Magelang mulai menyelenggarakan pengembangan untuk
melaksanakan program binaan agar pelaku usaha mampu bersaing dalam kancah
pembangunan perekonomian. Penjelasan mengenai hal tersebut dimuat dalam
warta surat kabar pada profil website daerah sebagai berikut.
“Eksistensi keberadaan industri seni pahat batu akan
dihidupkan pada 2013 dengan program yang akan dijembatani
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang. Berbagai aspek
76
fisik maupun nonfisik akan coba dihidupkan untuk
membuatnya menarik. Hal tersebut sebagai upaya mengangkat
ekonomi masyarakat maupun pelaku usaha di sekitar
kawasan”.1
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Gunadi M.Par, Kabid PDE
Telematika Diskom (sebelumnya staff di Dinas Disporabudpar) Kabupaten
Magelang dalam pernyataannya mengenai pengembangan kawasan adalah
sebagai berikut.
“....program pengembangan produksi pahat batu merujuk
pada pengembangan produk unggulan daerah, Provinsi Jawa
Tengah sendiri menginginkan daerah Kabupaten Magelang
yang memiliki kerajinan pahat batu yang terkenal untuk
dikembangkan apalagi dengan ikon Candi Borobudur yang
terkenal dengan pahat batu pada reliefnya maka diadakanlah
program pengembangan.”
Pengembngan kawasan dengan melihat pada komponen aspek secara
keseluruhan sendiri bertujuan untuk (1) meningkatkan apresiasi masyarakat
terhadap industri seni. (2) Mewujudkan kawasan yang mampu menginspirasi
masyarakat untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya (3)
Menjadikan sebagai pranata sosial yang mampu memberikan kebanggaan bagi
masyarakat.
Industri Kerajinan Pahat Batu mulai melakukan pengembanagan yang
diarahkan kedalam berbagai kegiatan dan sub kegiatan yang mengarah pada
tujuan tersebut. Berbagai kegiatan dan sub kegiatan dipantau oleh Dinas yang
1( www.magelangkab.go.id) berita warta magelang
http://www.magelangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1746:pemkab-
gelar-pengembangan-produksi-pahat-batu-di-muntilan=207:berita-perekonomian. Diakses pada
tanggal 20 april 2017
77
telah mengacu pada rancangan yang diusulkan setiap tahunnya. Kegiatan
mencoba pada dirumuskannya kebutuhan prioritas dari kawasan. Sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan kegiatan dalam program pengembangan yang telah
dimandatkan lewat surat tugas dan keputusan. Berikut ini adalah penuturan dari
Bapak Iwan staff di Dinas Disporabudpar.
“dalam merumuskan pengembangan kawasan tentunya kita
sesuai dengan peraturan dari perundangan, kemudian nanti
ada tugas yang sifatnya kedinasan. Seperti halnya tembusan
dinas pariwisata kepada dinaskertrans, dalam rangka
menggerakkan pengembangan pada aspek ekonomi dengan
diusahankannya Koperasi Binaan. Dalam hal ini juga
berkaitan juga dengan pendanaan yang tentunya berkaitan
dengan program pengembangan. Selain itu juga terdapat
wacana dari Bapak Bupati yang mendukung pengembangan
karena kawasan sendiri merupakan icon Kabupaten yang
berdampingan dengan land-mark Kabupaten yaitu Monumen
Bambu Runcing.”
Berbagai kegiatan pengembangan mengacu pada aspek yang telah
disepakati oleh Pemerintah Daerah berupa aspek kebijakan, manajemen, fisik,
program, jaringan, dan pencitraan. Secara umum kegiatan diarahkan agar dapat
menyentuh seluruh aspek tersebut meskipun pada perkembangannya aspek fisik
cenderung lebih dominan menjadi objek pengembangan.
Dalam rangka pengembangan ekonomi kawasan Industri Seni Pahat Batu
Pemerintah Kabupaten Magelang mulai melibatkan kegiatan industri dengan
menggerakkan koperasi. Upaya menggerakan koperasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Magelang merupakan sebuah bentuk proses menekankan
78
pada penggunaan sumberdaya yang ada di wilayah untuk membangun kesempatan
kerja dan menciptakan kesejahteraan melalui lokalitas. Sebagai langkah
mewujudkan upaya mengembangkan aktifitas ekonomi dengan membangun
kesempatan kerja dan menciptakan kesejahteraan melalui lokalitas, Pemerintah
Kabupaten Magelang merintis pemberdayaan Industri Seni Kerajinan Pahat Batu
melalui koperasi binaan yaitu “Koperasi Karya Agung Mandiri”.
Usaha Pemerintah Kabupaten
merintis koperasi binaan selain
bertujuan membangun kesempatan
kerja dan menciptakan kesejahteraan
melalui lokalitas, juga sebagai upaya
untu memberikan kesadaran terhadap
masyarakat maupun pelaku industri
kerajinan bahwa koperasi mampu memberikan kesempatan dan jalan keluar
terhadap pengembangan usaha dari industri kerajinan. Maka dari itu dirintisnya
koperasi dimungkinkan dapat memberikan kesadaran anggota masyarakat akan
manfaat koperasi dimana anggota masyarakat belum menyadari sepenuhnya
bahwa koperasi dapat memberikan kesempatan dan jalan keluar terhadap
tantangan sehari-hari terutama dalam kesulitan.
Adanya koperasi sendiri mampu membawa konsep aktifitas ekonomi
dalam rangka membantu usaha dari Industri Seni Kerajina Pahat Batu. Dengan
melihat adanya program dari koperasi binaan, konsen pengembangan kawasan
juga tetap memperhatikan aspek-aspek diluar dari aspek fisik, aspek-aspek lain
Gambar 7 : Plang Koperasi Pahat Batu Binaan
Disnakertrans
79
juga perlu dipengembangan karena seluruhnya saling berkaitan dalam upaya
mengangkat citra Kabupaten Magelang khususnya untuk Industri Seni Kerajinan
Pahat Batu di Kota Muntilan sendiri sebagai lokasi dari landmark Kabupaten.
Program pengembangan kawasan erat kaitannya dengan jumlah
pengunjung candi borobudur setiap tahunnya, letak strategis dari kawasan yang
berada pada akses jalan utama memberikan dampak yang signifikan dikarenakan
wisatawan yang akan menuju ke candi borodudur terlebih dahulu melewati sentra
industri yang memberikan rasa penasaran wisatawan terhadap keberadaaan
potensi daerah tersebut. Hal tersebut seperti penuturan dari Kepala Klaster Pahat
Batu yang juga Ketua 1 Asmindo Bapak Ismartoyo.
“jika tahun lalu wisatawan berkunjung ke borobudur saja
hingga pertengahan tahun 2016 sudah tercapai sekitar 800
ribu orang, tentunya keberadaan sentra mampu manarik
paling tidak separo terhadap omzet penjulan kerajinan pada
wisatawan yang melewati sentra Industri Kerajinan Pahat
Batu, dalam hal ini juga wisatawan yang tertarik untuk
melihat secara langsung pemahatan batu.”
Peningkatan jumlah pengunjung yang penasaran akan keberadaan dari
Industri Seni Kerajinan Pahat Batu menjadi potensi yang harus ditanggapi
pemerintah Daerah maupun grup dari Klaster Pelaku Usaha Kerajinan. Penataan
perlu lebih ditingkatkan, agar masyarakat yang pernah berkunjung memiliki
keinginan untuk berkunjung kembali. Sehingga fasilitas, sarana dan prasarana
juga harus diperbaiki agar masyarakat merasa nyaman dan terlayani terhadap
keingintahuaan mereka terhadap wujud atraksi yang menjadi daya tarik. Akan
tetapi respon dari pengunjung sendiri sudah nampak bahwasanya ada kepuasan
80
pada daya tarik Industri Seni Kerajian Pahat Batu. Berikut pernyataan dari
seorang pengunjung yang sedang mengadakan makrab komunitas live-in selama 3
hari di desa wisata yang letaknya tidak jauh dari kawasan Industri Seni Kerjinan
Pahat Batu.
“kalau sekarang yang dilihat sudah beda mas, apalagi dengan
adanya desa wisata. Dulu setiap dua minggu saya lewat sini
karena saya berasal dari semarang dan kuliah di jogja dan
hanya tau kalo ini sekedar kawasan bisnis. Tapi setelah saya
mengadakan kegiatan disini ternyata dalamnya memberikan
pengetahuan baru berupa kehidupan sosial, adat istiadat,
kesehaian, arsitekrutr banunan, struktur tata ruang desa yang
khas, alam dan lingkungan. Begitu pula penduduknya yang
masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli,
tampak pada kombinasi seperti makanan khas, selain itu
bangunan landmark bambu runcing juga turut mewarnai
terbentuknya sebuah desa wisata yang kompeten.
Keberadan desa wisata mewujudkan
kawasan sebagai media pendidikan non
formal bagi pengembangan ilmu
pengetahuan sejarah dengan nuansa
edutaiment. Dalam mewujudkan salah satu
misi tersebut maka kawasan sudah mampu
menciptkaan kondisi yang visitor oriented
melalui pengembangan.
Gambar 8: Plang Desa Wisata
81
5.2 Analisis Lingkungan
Tujuan dari analisa lingkungan strategis adalah untuk mengetahui pengaruh-
pengaruh kunci, serta pemilihan strategi apa yang sesuai dengan tantangan yang
datangnya dari lingkungan. Mengidentifikasi lingkungan merupakan salah satu
tahapan dalam perencanaan strategis. Dengan mengetahui lingkungan baik
internal maupun eksternal, maka akan dapat menghasilkan strategi yang tepat
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Lingkungan merupakan kondisi
badan yang menangani hal ini. Analisis lingkungan ini menjelaskan keadaan di
dalam badan itu sendiri, dalam kasus ini merupakan Dinas Disporabudpar
Kabupaten Magelang. Dengan adanya analisis lingkungan akan membantu
menjelaskan komponen destinasi yang telah dimiliki. Dengan menganalisis
komponen-komponen lingkungan akan sangat membantu pengembangan kawasan
untuk menjadi lebih baik.
1.2.1 Analisis Lingkungan Internal
Dalam analisis lingkungan internal yang akan menjadi titik perhatian adalah
potensi yang di miliki oleh kawasan produksi seni pahat batu.
Berdasar data dan informasi yang didapat dari metode wawancara, survei
dan observasi, maka dapat di identifikasi dari lingkungan internal adalah sebagai
berikut :
a) Organisasi
Belum ada koordinasi antar lembaga, seperti yang dituturkan oleh
Bapak Ahmad pemilik Toko Dua Putra. Dengan adanya Kelompok
82
Klaster seni pahat batu belum bisa membantu secara maksimal. Masing-
masing sanggar kerjasama masih sangat kurang karena masing-masing
berorientasi pada bisnis sehingga saling menjatuhkan antar sanggar
ataupun toko tetap ada. Hal ini dirasa akan sangat merugikan bagi
pemilik sanggar yang menpunyai modal sedikit.
b) Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting untuk
menghasilkan suatu produk. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Sutikno,
sekretaris Desa Tamanagung atau Pak Carik lokasi tempat Industri Seni
Kerajinan Pahat Batu. Desa Tamanagung telah memberikan jenis
pekerjaan lain di luar bidang pertanian. Berkembangnya seni pahat batu
sangat baik dan cukup potensial dalam menampung tenaga kerja. Banyak
kaum muda yang tidak melanjutkan sekolah, akhirnya terjun menekuni
bidang pahat batu. Keadaan ini juga didukung oleh faktor lingkungan,
yaitu mereka tumbuh dan berkembang dalam lingkungan pemahat. Bagi
mereka yang mempunyai kemauan untuk belajar, akan berkembang
menjadi seorang pemahat yang kreatif. Tetapi mereka yang tidak
memiliki bekal pendidikan sama sekali perkembangannya akan lambat.
Mereka hanya sebagai tenaga buruh dan bekerja sesuai dengan perintah.
Belum tersedianya tenaga pariwisata. Menurut Gunadi M.Par,
Kabid PDE Telematika Diskom (sebelumnya staff di Dinas
Disporabudpar) Kabupaten Magelang, kawasan produksi seni pahat batu
83
membutuhkan banyak tenaga pariwisata yang handal dalam pengelolaan
dan penataan kawasan untuk menjadi salah satu daerah tujuan wisata.
c) Sarana Prasarana
Letak yang sangat strategis dan kemudahan dalam menjangkau
lokasi. Keunggulan letak georafis yang dimiliki Kabupaten Magelang
khususnya kawasan produksi seni pahat batu, dapat menjadi nilai tambah
tersendiri bagi pengembangan sektor pariwisata. Menurut observasi
penulis, kawasan produksi seni pahat batu terletak pada lokasi yang
strategis karena secara geografis terletak dijalur kawasan wisata strategis
Borobudur – Jogjakarta, dua kawasan yang merupakan ikon wisata
Indonesia.
Belum tersediannya sarana dan prasarana penunjang kegiatan
wisata minat khusus seni pahat batu, hal ini di kemukakan oleh Bapak
Ismartoyo sebagai Ketua Klaster pahat batu. Untuk di jadikannya
kawasan produksi seni pahat batu sebagai salah satu tujuan wisata di
Kabupaten Magelang, sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata di
kawasan produksi seni pahat batu dirasa masih sangat kurang.
d) Promosi
Promosi kawasan produksi seni pahat batu, yaitu perlu
dilakukannya pengemasan pariwisata yang memiliki Brand Image. Hal
84
ini diungkapakan oleh konsumen dan pengunjung yang merasa puas akan
hasil pahat batu yang dibeli konsumen.
e) Teknologi
Aspek teknologi yang telah dimiliki oleh kawasan produksi seni
pahat batu sesungguhnya cukup memadai (dari pengamatan penulis)
dengan tersedianya sarana dan prasaran penunjang pariwisata yang
dibutuhkan oleh dunia pariwisata. Sarana perhubungan dan
telekomunikasi dimiliki secara memadai, disamping sarana akomodasi
berupa penginapan, termasuk juga restoran dan kendaraan umum menuju
lokasi.
f) Tata tuang atau tata ruang kawasan
Tata ruang kawasan industri seni kerajinan pahat batu untuk
kegiatan wisata belum jelas. Menurut survei penulis adalah kurangnya
sarana dan prasarana pendukung lainnya seperti area parkir yang
memadai, sarana bongkar muat barang untuk truk tronton yang sering
digunakan untuk mengirim barang keluar daerah. Tidak adanya efisiensi
tempat, ini dikarenakan tempat dari pengolahan batu yang belum jadi
menjadi patung yang siap jual berada di tempat yang terpisah pisah.
Potensi kekayaan alam dan budaya masyarakat sekitar kawasan
seni pahat batu, hal ini dikemukakan oleh Bapak Ismartoyo sebagai
Ketua Klaster pahat Batu. Tidak hanya Bapak Ismartoyo saja yang
85
mempunyai pendapat di atas, para perajin, staff Desa Tamanagung dan
juga masyarakat sekitar.
Tabel 11
Analisis Lingkungan Internal
No Faktor dan Indikator Kekuatan Kelemahan
1 Potensi kekayaan alam dan budaya
masyarakat sekitar kawasan seni pahat batu √
2 Aspek teknologi yang telah dimiliki oleh
kawasan produksi seni pahat batu
sesungguhnya cukup memadai
√
3 Tenaga kerja, merupakan faktor yang sangat
penting dalam menghasilkan suatu produk. √
4 Promosi kawasan seni pahat batu dan image
kawasan seni pahat batu.
√
5 Letak yang strategis dan mudah dijangkau. √
6 Tata ruang kawasan untuk kegiatan wisata
belum jelas.
√
7 Belum tersedianya sarana dan prasarana
penunjang kegiatan wisata.
√
8 Belum tersedianya tenaga pariwisata. √
9 Belum ada koordinasi antar lembaga dan
sanggar.
√
86
1.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal
Untuk memperoleh hasil yang optimal dari analisis SWOT, maka
fenomena lingkungan eksternal perlu di kemukakan untuk memperoleh details dan
dimensi yang nantinya berguna untuk mengetahui faktor ancaman yang datangnya
dari lingkungan eksternal maupun peluang yang diberikan oleh lingkungan
ekternal tersebut.
Berdasar data dan informasi yang didapat dari metode wawancara, survei
dan observasi, maka dapat di identifikasi dari lingkungan eksternal adalah sebagai
berikut :
a) Regulasi
Dukungan pemerintah dalam mengembangkan kawasan seni pahat
batu. Pemerintah daerah memberikan bantuan dana untuk sebesar 1 Milyar
untuk program Nata Desa dengan adanya PMPN Mandiri, P2KP dan
PLPBK masih dalam tahap perencanaan. Hal ini di kemukakan oleh Ibu
Titik Sumarni sebagai Kepala Dusun Sidoharjo (Prumpung).
b) Pesaing
Meningkatnya minat masyarakat terhadap seni pahat batu, terbukti
dengan tidak hanya warga Sidoharjo, warga dari dusun lain di Tamanagung
dan bahkan dari desa-desa sekitarnya pun ikut mengembangkan kerajinan
pahat batu di daerah mereka. Sehingga pertumbuhan sanggar pahat batu di
87
Desa Tamanagung semakin menjamur setiap tahunnya. Hal ini di
kemukakan oleh Ibu Titik Sumarni sebagai Kepala Dusun Sidoharjo.
c) Pasar atau wisatawan
Atraksi seni pahat batu, menurut bapak Suwanto salah satu perajin di
Sanggar Gama Stone, banyak pengunjung khususnya wisatawan asing yang
tertarik untuk melihat atraksi seni pahat batu. Wisatawan biasanya
mengambil dokumentasi atraksi seni pahat batu, bahkan tidak jarang
wisatawan ingin belajar memahat dengan menggunakan alat tradisional
seperti palu dan tatah.
.
d) Psikologi
Aspek psikologis, menurut hasil observasi penulis yaitu sebagai sarana
memamerkan suatu karya seni sebuah galeri juga merupakan suatu tempat
atau wadah guna menampung berbagai macam kegiatan, bukan hanya untuk
memamerkan suatu karya seni saja sehingga membutuhkan ruang-ruang
yang memadai untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Sebuah galeri yang ada
merupakan suatu ruangan yang cukup luas dengan bentuk yang universal
kemudian oleh pengelolanya ditata sedemikian rupa dengan barang-barang
yang dipamerkan hanya sebatas pengunjung dapat melihatnya. Mereka tidak
dapat melihat bagaimana pengaruh psikologis ruang tersebut terhadap minat
pengunjung yang juga membutuhkan suatu kenyamanan dalam menikmati
suatu karya seni yang dipamerkan. Selain galeri sebagai tempat untuk
88
memamerkan suatu karya seni, hal yang sangat mempengaruhi keberadaan
sebuah galeri yaitu keadaan galeri itu sendiri. Kenyamanan ruang galeri
sangat penting bagi pengunjung pameran dalam menikmati suatu karya seni.
Bahan, warna, tekstur, cahaya dan elemen- elemen pembentuk ruang
lainnya merupakan elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam suatu
galeri karena akan berpengaruh terhadap psikologis pengunjung galeri.
e) Ekonomi
Aspek ekonomi yang muncul sebagai ancaman adalah mekanisme
pasar dengan adanya persaingan dalam menjual atraksi dan karya seni
dalam kawasan tersebut. Hal ini di kemukakan oleh Bapak Bapak Gunadi
sebagai staff Dinas Pariwisata.
f) Politik
Aspek politik yang berpotensi muncul sebagai suatu ancaman
mengambil bentuk konkrit pertikaian pada tingkat politik berdampak pada
kendornya penerapan dan kesadaran hukum di masyarakat sehingga
berakibat pada tingginya tingkat kerawanan sosial berupa ancaman
ketertiban dan keamanan di tengah masyarakat.
g) Sosial
Aspek sosial, berdasarkan pemaparan dari Bapak Gunadi,
masyarakat Desa Tamanagung adalah masayarakat yang hangat, ramah dan
89
bersahabat. Karakteristik masyarakat tersebut mampu membantu
berkembangnya kegiatan wisata, mengingat sifat welcome dari tuan rumah
dapat membuat pengunjung merasa aman dan nyaman.
Tabel 12
Analisis Lingkungan Eksternal
No Faktor dan Indikator Peluang Ancaman
1 Dukungan pemerintah dalam
pengembangan kawasan produksi seni
pahat batu.
√
2 Meningkatnya minat masyarakat terhadap
seni pahat batu.
√
3 Atraksi seni pahat batu, wisatawan
tertarik dengan atraksi seni pahat batu.
√
4 Aspek psikologis, penataan kawasan dan
galeri atau sanggar yang tidak memadai
berpengaruh pada psikologis pengunjung.
√
5 Aspek sosial, masyarakat desa
Tamanagung adalah masyarakat yang
ramah, hangat dan dersahabat
√
6 Kestabilan politik, ekonomi dan
keamanan.
√
90
5.3 Matriks SWOT dan Identifikasi Isu Strategis
Sifat Analisis SWOT ini adalah sangat situasional. Artinya hasil analisis
tahun sekarang, belum tentu akan sama dengan hasil analisis tahun yang akan
datang. Biasanya hasil analisis akan banyak ditentukan oleh faktor-faktor seperti
situasi dan kondisi ekonomi, politik, stabilitas keamanan, dan keadaan sosial yang
melatar belakanginya.
Keempat analisis SWOT perlu mendapatkan perhatian yang seksama.
Kekuatan (Strength), harus diperhatikan sebaik-baiknya. Kelemahan (Weakness)
harus dihilangkan dengan segera. Kesempatan (Opportunity) atau peluang
hendaknya segera dimanfaatkan, Ancaman (Threat) atau tantangan harus segera
diantisipasi. Dengan cara demikian, dapat diambil langkah-langkah perbaikan,
sehingga lebih banyak wisatawan yang datang, lebih lama tinggal, dan lebih
banyak wisatawan yang membelanjakan uangnya selama melakukan perjalanan
wisata.
Tabel 13
Matrik SWOT
Internal
KEKUATAN (S)
1. Potensi kekayaan
alam dan budaya
masyarakat sekitar
kawasan seni pahat
batu,
2. Atraksi seni pahat
batu
3. Tenaga kerjadari
masyarakat sekitar,
4. Promosi kawasan
seni pahat batu,
5. Letak yang
KELEMAHAN (W)
1. Tata ruang kawasan
seni pahat batu
untuk kegiatan
wisata belum jelas,
2. Belum tersediannya
sarana dan
prasarana penunjang
kegiatan wisata
minat khusus seni
pahat batu,
3. Belum tersedianya
tenaga pariwisata,
91
Eksternal
strategis. 4. Belum ada
koordinasi antar
lembaga dan
sanggar.
PELUANG (O)
1. Dukungan
pemerintah dalam
mengembangkan
kawasan seni pahat
batu.
2. Meningkatnya
minat masyarakat
terhadap seni pahat
batu,
3. Perkembangan
informasi dan
teknologi,
4. Banyak kendaraan
menuju lokasi
STRATEGI (SO)
1. Pemerintah
bekerjasama dengan
sanggar dan
masyarakat sekitar
2. Promosi digalakkan
dengan adanya
perkembangan
teknologi dan
informasi.
3. Adanya kerjasama
dengan biro
perjalanan.
STRATEGI (WO)
1. Meningkatkan
kesediaan sarana
dan prasarana
penunjang
kegiatan wisata.
2. Adanya pelatihan
sumber daya
manusia
3. Adanya kerjasama
antara organisasi
lembaga dengan
pemilik sanggar.
ANCAMAN (T)
1. Aspek psikogis,
2. Aspek sosial,
3. Kestabilan
ekonomi, politik
dan keamanan.
STRATEGI (ST)
1. Melibatkan peran
swasta dalam
pengembangan
pariwisata
2. Pemberdayaan
kinerja Sub Dinas
Pariwisata secara
menyeluruh.
STRATEGI (WT)
1. Perlunya
merancang galeri
seni pahat batu
sebagai wadah
penjualan,
promosi, rekreasi
dan pameran hasil
kerajinan.
2. Peningkatan
sarana dan
prasarana
pendukung, serta
upaya promosi
yang
berkesinambungan
3. Melibatkan
masyarakat lokal
dengan kegiatan
pariwisata.
92
Adapun isu-isu strategik yang ditemukan dari hasil analisis dengan
menggunakan Matriks SWOT adalah sebagai berikut:
1. Melibatkan peran swasta dalam pengembangan pariwisata,
2. Peningkatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata,
3. Promosi yang berkesinambungan untuk menarik minat wisatawan baik lokal
maupun mancanegara,
4. Melibatkan manajemen para pengembang skala besar untuk ikut bersama
mengembangkan dan meningkatkan skill sumber daya manusia yang terlibat,
5. Pemberdayaan kinerja organisasi Sub Dinas Pariwisata secara menyeluruh
dengan melakukan diagnosa dan intervensi, agar kinerja Sub Dinas
Pariwisata dapat bergerak secara cepat, tepat dan berdaya guna. Hal ini
disebabkan oleh tuntutan jaman yang membutuhkan kinerja organisasi yang
nyata, bukan organisasi yang masih menggunakan paradigma lama untuk
dilayani, melainkan melayani dan menciptakan prestasi yang nyata dalam
bidang yang menjadi tanggungjawabnya,
6. Mendekatkan dan menumbuhkan rasa memiliki masyarakat akan fasilitas,
sarana dan prasarana pariwisata, dengan cara setiap aktivitas pariwisata perlu
melibatkan masyarakat lokal sekitarnya, sehingga menjadi nilai tambah yang
dirisakan masyarakat baik penambahan atau peningkatan pendapatan
maupun proses sosialiasasi pada aktivitas pariwisata yang ada.
7. Kerjasama pemerintah daerah, dinas pariwisata, pemilik sanggar dan
masyarakat sekitar menuju pengembangan kawasan produksi seni pahat batu
sebagai salah satu daerah tujuan wisata,
93
8. Promosi digalakkan dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi,
9. Mengadakan kerjasama dengan travel atau biro perjalanan,
10. Perlunya merancang galeri seni pahat batu sebagai wadah penjualan,
promosi, rekreasi dan pameran hasil kerajinan dan mengolah wadah tempat
sebagai pendukung kegiatan produksi, promosi, pemasaran dan pengepakan
untuk pengiriman barang. Dengan penekanan pada tata ruang, tata penyajian
dan tata ruang luar yang dapat mendukung kegiatan produksi promosi dan
rekreasi.
5.4 Hasil Temuan Komponen Destinasi Kawasan Industri Seni Kerajinan
Pahat Batu
5.4.1 Atraksi
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Daya tarik wisata yang terdapat di
daerah tujuan wisata merupakan motivasi orang untuk datang berkunjung ke
daerah tersebut.
Atraksi merupakan komponen dari produk pariwisata. Suatu tempat
atau daerah bisa dikatakan sebagai daerah tujuan wisata apabila tempat atau
daerah yang karena atraksinya, situasi dalam hubungan lalu-lintas, dan
fasilitas-fasilitas kepariwisataan yang menyebabkan tempat atau daerah
tersebut menjadi obyek kebutuhan wisatawan.
94
Kawasan produksi seni pahat batu memiliki daya tarik yaitu atraksi seni
pahat batu dimana wisatawan bisa menikmati atraksi perajin atau pemahat batu
dalam menghasilkan sebuah karya seni.
5.4.2 Potensi Alam
Potensi desa Tamanagung kecamatan Muntilan sebagai daerah industri dan
kerajinan seni pahat batu. Kekayaan alam merupakan salah satu potensi yang
dimiliki oleh desa, yang diharapkan dapat dimanfaatkan bagi kelangsungan dan
perkembangan suatu desa dan masyarakat warga desa tersebut harus dapat
mengusahakan daya potensi tersebut. Seperti halnya kerajinan batu yang terletak
di Muntilan, Kabupaten Magelang tepatnya di Desa Tamanagung.
Kerajinan seni pahat batu tersebut memanfaatkan potensi yang ada di desa
tersebut dan daerah sekitarnya. Bagi mereka batu memberikan penghasilan,
setelah batu-batu tersebut diolah, dipahat dengan aneka bentuk. Kerajinan seni
pahat batu tersebut masih tegak berdiri meskipun dalam dunia yang sudah maju.
Mereka masih mempertahankan bahkan mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Hal tersebut dapat dilihat melalui produksi kerajinan batu yang tadinya
hanya berupa barang sederhana terbatas untuk kebutuhan rumah tangga, sekarang
kerajinan seni pahat batu berkembang menjadi seni yang bersifat komersial dan
memiliki nilai ekonomis.
95
5.4.3 Kendala
Cukup banyak perusahaan sanggar seni dan tenaga kerja yang bergerak
dalam menekuni kerajinan seni pahat batu di Muntilan. Sebagai sarana
memamerkan suatu karya seni sebuah galeri juga merupakan suatu tempat atau
wadah guna menampung berbagai macam kegiatan, bukan hanya untuk
memamerkan suatu karya seni saja sehingga membutuhkan ruang-ruang yang
memadai untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Sebuah galeri yang ada merupakan
suatu ruangan yang cukup luas dengan bentuk yang universal kemudian oleh
pengelolanya ditata sedemikian rupa dengan barang-barang yang dipamerkan
hanya sebatas pengunjung dapat melihatnya.
Mereka tidak dapat melihat bagaimana pengaruh psikologis ruang tersebut
terhadap minat pengunjung yang juga membutuhkan suatu kenyamanan dalam
menikmati suatu karya seni yang dipamerkan. Selain galeri sebagai tempat untuk
memamerkan suatu karya seni, hal yang sangat mempengaruhi keberadaan sebuah
galeri yaitu keadaan galeri itu sendiri.
Kenyamanan ruang galeri sangat penting bagi pengunjung pameran dalam
menikmati suatu karya seni. Bahan, warna, tekstur, cahaya dan elemen- elemen
pembentuk ruang lainnya merupakan elemen-elemen yang perlu diperhatikan
dalam suatu galeri karena akan berpengaruh terhadap psikologis pengunjung
galeri.
Kapasitas ruang sanggar seni yang belum dapat sepenuhnya menampung
kegiatan yang ada khususnya ruang untuk memamerkan dan menjual. Sirkulasi
96
yang tidak terpogram dengan baik, sehingga faktor-faktor pengkondisian ruang
seperti pencahayaan, penghawaan, keamanan menjadi terabaikan.
Kurangnya sarana dan prasarana pendukung lainnya seperti area parkir
yang memadai, sarana bongkar muat barang untuk truk tronton yang sering
digunakan untuk mengirim barang keluar daerah. Tidak adanya efisiensi tempat,
ini dikarenakan tempat dari pengolahan batu yang belum jadi menjadi patung
yang siap jual berada di tempat yang terpisah pisah.
5.5 Strategi Perencanaan dan Pengembangan
Dari temuan potensi, atraksi dalam suatu obyek wisata yang menjadikan
daya tarik bagi suatu obyek wisata itu sendiri serta kendala-kendala yang ada,
perlu dirumuskannya suatu strategi perencanaan dalam pengembangan kawasan.
Dari perumusan strategi tersebut diharapkan mampu mendukung sepenuhnya
kegiatan pengembangan kawasan produksi seni pahat batu sebagai salah satu
tujuan daerah wisata. Hal ini perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah,
dinas pariwisata, masyarakat sekitar, maupun pemilik dan pengelola sanggar dan
juga dari perajin sendiri sebagai tokoh dalam memberikan atraksi dalam seninya
memahat.
Adapun penjabaran dari ringkasan strategi hasil temuan analisis SWOT
adalah:
a) Melibatkan peran swasta dalam pengembangan pariwisata melalui
langkah: Mempermudah ijin operasional dan kemudahan lainnya
sehingga ada daya tarik bagi para investor untuk terjun dalam bidang
97
penyediaan akomodasi pariwisata. Membuka kesempatan bagi investor
bagi pengembangan penginapan maupun restoran.
b) Peningkatan sarana dan prasarana pariwisata yang secara langsung
mendukung aktifitas wisata, seperti lahan pakir, pembuatan taman, toilet,
tempat duduk di taman, dan sebagainya, melalui program pengembangan:
Menggunakan dana yang diperoleh dari retribusi dan pajak. Strategi di
atas akan berjalan efektif, jika ada kontrol atas kinerja strategi ini dengan
melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat yang dengan rela dan bersedia
memantau kinerja serta output yang dikerjakan oleh pihak yang
berwenang.
c) Melibatkan manajemen para pengembang skala besar untuk ikut bersama
mengembangkan dan meningkatkan skill sumber daya manusia yang
terlibat melalui: Pelatihan dilakukan melalui program terpadu untuk
merekrut sumber daya manusia setempat yang terlibat dalam bisnis
pariwisata. Dengan dukungan pengalaman dan kompetensi yang dimiliki
manajemen para pengembang yang telah teruji, maka strategi dari strategi
ini akan berjalan lancar.
d) Pemberdayaan kinerja organisasi Sub Dinas Pariwisata secara
menyeluruh dengan melakukan diagnosa dan intervensi, agar kinerja Sub
Dinas Pariwisata dapat bergerak secara cepat, tepat dan berdaya guna.
Melalui program pengembangan: Pembenahan staff dan karyawan dengan
peningkatan skill, baik ketrampilan pengolahan maupun teknologi yang
ada.
98
e) Mendekatkan dan menumbuhkan rasa memiliki masyarakat akan fasilitas,
sarana dan prasarana pariwisata, dengan cara setiap aktivitas pariwisata
perlu melibatkan masyarakat lokal sekitarnya, sehingga menjadi nilai
tambah dari masyarakat baik penambahan atau peningkatan pendapatan
maupun proses sosialiasasi pada aktivitas pariwisata yang ada. Melalui
program pemberian penyuluhan, sosialisasi dan pelibatan semua
komponen masyarakat yang ada dalam pengembangan pariwisata.
f) Kerjasama pemerintah daerah, dinas pariwisata, pemilik sanggar dan
masyarakat sekitar menuju pengembangan kawasan produksi seni pahat
batu sebagai salah satu daerah tujuan wisata dengan mengadakan
pertemuan antar pemerintah daerah, dinas pariwisata, pemilik sanggar dan
perwakilan masyarakat sekitar guna menuju kesepakatan untuk
pengembangan pariwisata di kawasan seni pahat batu.
g) Promosi digalakkan dengan adanya perkembangan teknologi dan
informasi. Promosi dapat dilakukan melalui media brosur yang
disebarkan di hotel maupun tempat umum, bekerja sama dengan pihak
hotel untuk mempromosikan kawasan seni pahat batu, promosi melalui
media internet, dan sebagainya.
h) Mengadakan kerjasama dengan travel atau biro perjalanan untuk
mempromosikan kawasan seni pahat batu, mempermudah akses menuju
lokasi dengan biaya yang tidak terlalu mahal karena adanya kerjasama
yang baik.
99
i) Perlunya merancang galeri seni pahat batu sebagai wadah penjualan,
promosi, rekreasi dan pameran hasil kerajinan dan mengolah wadah
tempat sebagai pendukung kegiatan produksi, promosi, pemasaran dan
pengepakan untuk pengiriman barang. Dengan penekanan pada tata
ruang, tata penyajian dan tata ruang luar yang dapat mendukung kegiatan
produksi promosi dan rekreasi.
Dari deskripsi data, penulis mempunyai temuan dalam pengembangan
pariwisata di kawasan produksi seni pahat batu yaitu menciptakan citra atau image
Kawasan industri Seni Kerajinan Pahat batu di Prumpung, Tamanagung, Muntilan.
Sehingga mampu mengangkat kepariwisataan di Kabupaten Magelang. Dalam
menciptakan image tersebut dapat direalisasikan dalam bentuk merancang galeri
seni pahat batu sebagai wadah penjualan, promosi, rekreasi dan pameran hasil
kerajinan dan mengolah wadah tempat sebagai pendukung kegiatan produksi,
promosi, pemasaran dan pengepakan untuk pengiriman barang. Dengan penekanan
pada tata ruang, tata penyajian dan tata ruang luar yang dapat mendukung kegiatan
produksi promosi dan rekreasi. Dimana wisatawan pada saat meninggalkan
Propinsi Yogyakarta memasuki Propinsi Jawa Tengah menuju Obyek Wisata
Candi Borobudur, wisatawan berasumsi telah memasuki Prumpung yang
merupakan kawasan produksi seni pahat batu. Dalam pelaksanaanya bisa
direalisasikan adalah patung-patung hasil karya seni diletakkan di sepanjang jalan
raya Magelang – Yogyakarta. Membuat icon dengan membuat patung besar
sebagai ciri khas kawasan produksi seni pahat batu di pintu masuk Propinsi Jawa
100
Tengah, dilemgkapi juga dengan penataan sanggar dengan memajang hasil karya
seni pahat batu. Sehingga hal ini dapat menarik minat wisatawan dalam maupun
luar negeri dan merupakan ciri khas kawasan produksi seni pahat batu sebagai
salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Magelang yang terletak di
Prumpung, Tamanagung, Muntilan.