13
79 BAB 6. Analisa Kritis Kampanye Bab Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan dan di bagian mana perbaikan-perbaikan dapat dilakukan. Bab ini dirancang untuk kebutuhan lembaga yang telah bergerak ke tahap “tindak lanjut” proyek, namun juga dapat dimanfaatkan untuk berbagi pengalaman dan pembelajaran berharga dengan manajer-manajer kampanye lain yang kemungkinan mengerjakan tema yang sama. 1. Tinjauan Kritikal Dari keseluruhan tahapan Kampanye Pride di SM Sungai Lamandau, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ditemukan ada banyak hal yang menarik untuk dikaji dan diulas. Bab ini akan meninjau: a. proses perencanaan dan b. proses pelaksanaan dengan membingkainya dalam 3K (Kapasitas, Konstituen, Konservasi (3C= Capacity, Constituent, Conservation) Rare. Bab ini juga akan melihat beberapa media saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan, menyoroti media saluran komunikasi yang efektif dan yang tidak efektif, serta pelaksanaan kegiatan penyingkiran hambatan. 2. Tinjauan terhadap proses perencanaan proyek dan berakhir dengan dokumen Rencana Proyek a . Pengembangan Konsep Model Proses Perencanaan Proyek dimulai segera setelah fase universitas pertama dan mencakup periode dua puluh minggu yang dimulai dari Januari 2009 sampai Mei 2009. Proses multi-langkah tersebut melelahkan dan kadang-kadang berat, tapi akhirnya menghasilkan rencana langkah demi langkah yang berfungsi sebagai landasan untuk kampanye, diantaranya model konseptual kawasan dan baseline data. Beberapa pelajaran penting yang bisa dipelajari: Sebanyak 35 orang pemangku kepentingan yang masih berpartisipasi dalam pertemuan pemangku kepentingan pertama dan membantu untuk mengembangkan model konsep awal untuk kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau (SMSL). Mereka berasal dari beragam bagian dari masyarakat luas, termasuk perwakilan dari lembaga mitra, masyarakat, pemerintah daerah wilayah administrasi kawasan, khalayak-khalayak sasaran yang potensial dan anggota-anggota masyarakat yang terpercaya. Karena SMSL adalah kawasan lindung/konservasi yang lebih dikenal dengan sebutan hutan lindung oleh masyarakat, sebagian besar orang saling tahu satu sama lain dan dinamika kelompok tidak menjadi masalah. Sepanjang sesi itu sama sekali tidak muncul konflik dan hampir seluruhnya positif. Manajer Kampanye Pride untuk SMSL berusaha keras bersama staf lembaga (Yayorin) lainnya sebagai satu kesatuan tim memfasilitasi kegiatan ini dengan netral dan tidak bersikap menghakimi. Hadir pula pada pertemuan ini lembaga pemerintah daerah sebagai leading sector pengelolaan kawasan dan pengendalian kebakaran hutan dari perwakilan BKSDA Kalimantan Tengah, Dinas Kehutanan Kabupaten dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten beserta mitra OFUK. Hal ini sangat menguntungkan karena selain ikut berpartisipasi dalam diskusi yang berkenaan dengan status dan fungsi kawasan, mereka juga membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta lain. Para peserta saat itu begitu aktif memberikan komentar secara langsung (mengutarakan pendapat) maupun tertulis (tidak langsung). Mereka pun juga mampu membuat identifikasi dari permasalahan yang mengancam kelestarian kawasan SM Sungai Lamandau yang didalamnya sebagai habitat orangutan dan sumber kehidupan masyarakat sekitar hutan. Para peserta pun mampu membuat mata rantai penyebab

BAB 6. Analisa Kritis Kampanye - rareplanet.org · perkebunan sawit, kemudian yang melakukan adalah masyarakat lokal dan pendatang dengan tujuan membuka ladang, mengambil kayu dan

Embed Size (px)

Citation preview

79

BAB 6. Analisa Kritis Kampanye

Bab Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan

dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan dan di bagian mana

perbaikan-perbaikan dapat dilakukan. Bab ini dirancang untuk kebutuhan lembaga yang

telah bergerak ke tahap “tindak lanjut” proyek, namun juga dapat dimanfaatkan untuk

berbagi pengalaman dan pembelajaran berharga dengan manajer-manajer kampanye

lain yang kemungkinan mengerjakan tema yang sama.

1. Tinjauan Kritikal

Dari keseluruhan tahapan Kampanye Pride di SM Sungai Lamandau, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ditemukan ada banyak hal yang menarik untuk

dikaji dan diulas. Bab ini akan meninjau:

a. proses perencanaan dan

b. proses pelaksanaan dengan membingkainya dalam 3K (Kapasitas, Konstituen,

Konservasi (3C= Capacity, Constituent, Conservation) Rare. Bab ini juga akan

melihat beberapa media saluran komunikasi yang digunakan untuk

menyampaikan pesan, menyoroti media saluran komunikasi yang efektif dan

yang tidak efektif, serta pelaksanaan kegiatan penyingkiran hambatan.

2. Tinjauan terhadap proses perencanaan proyek dan berakhir dengan

dokumen Rencana Proyek

a . Pengembangan Konsep Model

Proses Perencanaan Proyek dimulai segera setelah fase universitas pertama dan

mencakup periode dua puluh minggu yang dimulai dari Januari 2009 sampai Mei 2009.

Proses multi-langkah tersebut melelahkan dan kadang-kadang berat, tapi akhirnya

menghasilkan rencana langkah demi langkah yang berfungsi sebagai landasan untuk

kampanye, diantaranya model konseptual kawasan dan baseline data. Beberapa

pelajaran penting yang bisa dipelajari:

Sebanyak 35 orang pemangku kepentingan yang masih berpartisipasi dalam pertemuan

pemangku kepentingan pertama dan membantu untuk mengembangkan model konsep

awal untuk kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau (SMSL). Mereka berasal dari

beragam bagian dari masyarakat luas, termasuk perwakilan dari lembaga mitra,

masyarakat, pemerintah daerah wilayah administrasi kawasan, khalayak-khalayak

sasaran yang potensial dan anggota-anggota masyarakat yang terpercaya. Karena SMSL

adalah kawasan lindung/konservasi yang lebih dikenal dengan sebutan hutan lindung

oleh masyarakat, sebagian besar orang saling tahu satu sama lain dan dinamika

kelompok tidak menjadi masalah.

Sepanjang sesi itu sama sekali tidak muncul konflik dan hampir seluruhnya positif.

Manajer Kampanye Pride untuk SMSL berusaha keras bersama staf lembaga (Yayorin)

lainnya sebagai satu kesatuan tim memfasilitasi kegiatan ini dengan netral dan tidak

bersikap menghakimi.

Hadir pula pada pertemuan ini lembaga pemerintah daerah sebagai leading sector

pengelolaan kawasan dan pengendalian kebakaran hutan dari perwakilan BKSDA

Kalimantan Tengah, Dinas Kehutanan Kabupaten dan Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten beserta mitra OFUK. Hal ini sangat menguntungkan karena selain ikut

berpartisipasi dalam diskusi yang berkenaan dengan status dan fungsi kawasan, mereka

juga membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta lain. Para

peserta saat itu begitu aktif memberikan komentar secara langsung (mengutarakan

pendapat) maupun tertulis (tidak langsung). Mereka pun juga mampu membuat

identifikasi dari permasalahan yang mengancam kelestarian kawasan SM Sungai

Lamandau yang didalamnya sebagai habitat orangutan dan sumber kehidupan

masyarakat sekitar hutan. Para peserta pun mampu membuat mata rantai penyebab

80

dari masing-masing rantai masalah. Ketika dimintai pendapat (dalam perbicangan

informal di sela-sela rehat kegiatan) para peserta menyukai proses pemodelan aktual

dan penggunaan “dinding lekat”, terutama manajer program proyek EC Lamandau dari

OFUK sangat menyukai ini. Bagi sebagian peserta (khususnya perwakilan masyarakat

desa sekitar SMSL), pertemuan ini adalah pertemuan yang pertama kalinya mereka

dimintai masukan. Semua bicara dan mengalir seperti saat itu mempunyai rasa

kepemilikan untuk Model Konsep dan proyek diyakini tumbuh, yang kemudian muncul

dalam kesediaan mayoritas peserta untuk bergabung dalam Panitia Pengarah Kampanye.

Terkait dengan Model Konsep awal, para pakar/nara sumber yang mengenail kawasan

SMSL diminta untuk memvalidasi setiap rantai masalah yang teridentifikasi dan

menuntun untuk membuat ranking ancaman. Setelah sebelumnya dikembangkan

bersama para pemangku kepentingan, Model Konsep awal yang mewakili bagaimana

mereka “melihat” situasi yang ada, para pakar/nara sumber ini mengajukan sejumlah

kecil perubahan untuk dapat diintegrasikan ke dalam Model Konsep ini menjadi Model

Konsep yang direvisi. Masalah utama dengan model awal adalah bahwa ia tidak memiliki

beberapa kekhususan (kurang spesifik) sehingga kami harus lebih menambahkan

informasi spesifik ke dalamnya. Dari hasil perumusan model konsep bersama

masyarakat dan pemerintah daerah selaku pemangku kepentingan yang saat itu hadir

diperoleh 5 ancaman yang mengancam kelestarian SM Sungai Lamandau:

1) Kebakaran,

2) Pembukaan Lahan (Perladangan Berpindah dan Perkebunan Sawit),

3) Penebangan,

4) Perburuan dan

5) Pencemaran (air karena pembuangan sampah oleh pekerja dalam kawasan).

b. Pemeringkatan Ancaman

Setelah dibuat ranking, diperoleh peringkat ancaman tertinggi adalah kebakaran yang

disebabkan karena pembukaan lahan dengan tebas bakar. Hal ini dibenarkan oleh

Kepala SKW II-BKSDA Kalimantan Tengah, Manajer Patroli Proyek EC Lamandau-OFUK

dan Supervisor serta Manajer Program EC Lamandau.

Sebagai contoh, beberapa faktor yang berkontribusi tidak memberikan rincian yang

cukup. "salah satu ancaman adalah pencemaran" mungkin lebih baik dijelaskan

"pencemaran oleh aktifitas pembuangan limbah sampah pekerja di dalam kawasan

SMSL". atau kurangnya "Perburuan berkaitan dengan menimbulkan kebakaran” ini bisa

dijelaskan proses cara perburuan yang dilakukan adalah dengan membakar rumput

semak sekitar agar tumbuh tunas baru yang menarik satwa buruan memakannya dan

abu bakaran sebagai tempat bermain abu dengan mengguling-gulingkan badannya di

abu bekas bakaran (Lihat rantai faktor hubungan terjadinya kebakaran berkaitan dnegan

perburuan pada gambar di bawah)

Gambar 38. Rantai faktor kebakaran hutan yang memperlihatkan kaitan kebakaran dengan teknik perburuan

81

Proses analisa Peringkat Ancaman yang dibangun di atas Model Konsep berlangsung

dengan sempurna. Piranti lunak Miradi mudah digunakan dan sempat dipresentasikan

dihadapan Supervisor (Direktur Yayorin), Kepala SKW II BKSDA Kalimantan Tengah,

Manajer Program Proyek EC Lamandau-OFUK. Kebakaran adalah ancaman dengan

peringkat "tertinggi" dalam ringkasan analisa dan satu-satunya yang menempati

peringkat "sangat tinggi" untuk target keanekaragaman hayati adalah orangutan. Piranti

lunak Miradi tak hanya membuat Penjajakan Peringkat Ancaman dapat dibuat dengan

mudah, tetapi juga sangat visual sehingga beberapa tim di lembaga sempat ada yang

bersemangat untuk menggunakannya pada proyek-proyek mereka sendiri. Perangkat

lunak Miradi juga memudahkan untuk mengisolasi rantai-rantai faktor yang

bersangkutan dan untuk mengeditnya kembali dengan penambahan wawasan yang

diperoleh dari percakapan terarah (wawancara mendalam) yang kami laksanakan untuk

memvalidasi langkah-langkah awal proses perencanaan.

Sebelumnya juga dibuat pohon keputusan. Pohon keputusan membantu mengambil

keputusan pemilihan strategi penyingkiran halangan dalam hal ini agroforestri yang akan

diambil, melihat aspek-aspek teknis (seperti status lahan, akses pemasaran, dan

sebagainya) dalam pelaksanaannya. Contoh: ancamannya adalah pembukaan lahan

hutan SM Sungai Lamandau dengan alasan membukan lahan untuk pertanian dan

perkebunan sawit, kemudian yang melakukan adalah masyarakat lokal dan pendatang

dengan tujuan membuka ladang, mengambil kayu dan getah pantung. Status lahan

masyarakat ada di luar kawasan, dalam kawasan (sebagai status klaim lahan) dan untuk

mengambil getah pantung lahan kawasan SM Sungai Lamandau. Akses pemasarannya

ke pasar yang bisa ditempuh 30-45 menit, dan sebagian lokasi tidak ada pasar lokal,

kemudian sebagian dipasarkan ke pasar kota seperti getah pantung. Untuk

mengantisipasi kegiatan yang mengancam ada ketersediaan lapangan pekerjaaan selain

pertanian atau beberapa hal yang menjadi solusi untuk tetap bekerja di bidang

pertanian, seperti pengelolaan lahan berbasis agroforestri (pelatihan teknik budidaya,

perawatan, pemasaran dan peluang lain). Selain itu membuat pertimbangan lain dan

langkah selanjutnya, seperti melihat dampak potensial dan kelayakan sumberdaya

manusianya dalam mencari pengembangan-pengembangan solusi.

Kemudian melakukan penilaian kelayakan dan dampak potensial dari strategi

penyingkiran hambatan yang dipilih dan akan dilakukan dengan alat Barrier Removal

Assessment and Viability Overview/BRAVO. Penilaian secara ekonomi untuk sumber

dana penyingkiran hambatan tidak terkendala karena mitra penyingkiran hambatan

mendukung pendanaan kegiatan untuk nilai biaya-biaya adalah 4, nilai pendapatan rata-

rata 3,75 sedangkan nilai penggantian pendapatan 4. Artinya dana untuk kegiatan ini

mampu mendukung kegiatan penyingkiran hambatan. Kemudian penilaian teknikal

hampir rata-rata adalah 3,66 dan kapasitas organisasi rata-rata 4, Artinya kegiatan

penyingkiran hambatan secara teknik mampu dilakukan. Lalu dilihat dari sisi penilaian

budaya mencakup nilai kepemimpina di masyarakat, nilai norma-norma dan dampak

konservasi nilai rata-ratanya 3,5. Artinya bahwa kegiatan ini masih relevan

menimbulkan pengaruh perubahan yang dinginkan kampanye ini. Proses penilaian ini

dilakukan bersama Supervisor untuk menemukan nilai keakuratan dari demplot

pertanian ladang menetap sistem agroforestri. Hal ini dipilih karena lembaga telah

membuktikan bahwa sistem ini mampu mengurangi tekanan pembukaan lahan di hutan

untu pertanian ladang berpindah. Dan tidak adan strategi lain yang dipilih dan pilihan ini

juga merupakan strategi lembaga dalam mengurangi dampak pembukaan lahan/hutan

untuk pertanian ladang berpindah ataupun untuk perkebunan sawit. Salah satu hal yang

menarik dari strategi penyingkiran hambatan berupa perladangan menetap sistem

agroforestri dapat mendukung upaya pengurangan dampak kebakaran dan penurunan

pembukaan ladang berpindah dan pembukaan lahan perkebunan sawit dengan tebas

bakar sebagai salah satu pemicu kebakaran. Tentunya keberhasilan keseluruhan strategi

bergantung pada tiga hal:

82

1. Bahwa Pengutaan Masyarakat melalui penyampaian pesan kampanye secara

berulang-ulang. Penguatan masyarakat melalui penyampaian pesan kampanye

bermuatan memberikan informasi pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan komunikasi interpersonal serta perubahan perilaku perlu dilakukan dengan strategi

berulang-ulang, sehingga pesan yang disampaikan melekat.

2. Dukungan dari Bupati untuk memberikan himbauan dan dukungan di internal

pemerintah daerah. Dukungan ini juga diperlukan penting karena dari hasil survey

pra-kampanye tercatat 66,7% petani di 2 desa target utama percaya jika yang

memberikan atau menghimbau sebuah informasi mengenai pengelolaan lahan adalah

dari Bupati, sedangkan untuk sumber terpercaya bagi para petani secara umum

keseluruhan disekitar kawasan SM Sungai Lamandau adalah himbauan Bapak Bupati

yang memperoleh tingkat kepercayaan petani 79,3%. Catatan penting ini menjadi

peluang dalam mencapai tujuan kampanye. Dari sini Bupati bisa membuat sebuah

kebijakan yang diturunkan ke internal pemerintah daerah terkait untuk mendukung

upaya tujuan keberhasilan kampanye.

3. Bahwa diperlukan kepatuhan 100% oleh petani peladang berpindah untuk

mengadopsi kegiatan demplot pertanian kebun campuran menetap tanpa

bakar. Tentunya untuk mendorong masyarakat petani berubah dan melakukan perilaku

baru (berladang berpindah menjadi berladang menetap) perlu instrumen/kendaraan

yang mendorong masyarakat petani mau mencoba melakukan selain melakukan

pendampingan melalui pertemuan-ertemuan dan pelatihan. Tipe masyarakat yang

dihadapi di sekitar SM Sungai Lamandau selain memerlukan dampingan juga ingin

melihat contoh sebuah keberhasilan yang bisa diperlihatkan ke mereka sehingga mereka

tertarik melihat, bertanya dan mau mencoba.

c. Survei (Penelitian Kuantitatif)

Dalam mendapatkan baseline data pelaksana kampanye melakukan survei pra

kampanye. Survei ini menggunakan kuesioner yang pelaksanaannya membutuhkan

banyak upaya, dantaranya mencari pewawancara yang terbukti memakan waktu dan

kompleks (membuat kesepakatan waktu berkumpul untuk pelatihan pewawancara).

Semua pewawancara sebagian besar adalah relawan dan karena itu, semuanya tidak

cukup memahami isu kawasan dan waktu pelatihan yang hanya sehari tidak cukup untuk

membuat pengantar tentang kondisi dan isu kawasan serta beberapa hal detil mengenai

kampanye, serta pemilihan responden kuesioner sehingga pasti ada jawaban yang tidak

sesuai dan menjadi bias.

Idealnya manajer kampanye mempunyai cukup waktu untuk memberikan bekal tentang

materi kampanye dan kawasan serta melakukan pemahaman isi kuesioner kepada

pewawancara. Walau kami mempunyai tim inti kampanye dan pengawas survei yang

diikutsertakan pada kelompok pewawancara besar untuk mengatisipasi kemungkinan tim

pewawancara relawan ada bertanya. Untuk memenuhi kuota petani seharusnya terlebih

dahulu dipetakan daerah mana di desa tersebut yang mempunyai jumlah

kelompok/individu yang bekerja sebagai petani. Sehingga kemungkinan kecil

mendapatkan masyarakat di luar pekerjaan petani. Ini yang juga menjadi pembelajaran

penting untuk mengenali sebelumnya karakter penempatan wilayah oleh suatu kelompok

atau individu target.

Kuesioner yang dibuat juga kami rasakan terlalu banyak pertanyaan dan hal ini

membuat waktu dan kondisi di lapangan saat terjadi interaksi wawancara dengan

responden. Ada juga beberapa pertanyaan yang mungkin tidak dipahami oleh responden

atau pertanyaan yang jawabannya berubah (tidak konsisten dari responden khalayak),

walaupun kami sudah melakukan uji pre-testing dan penyuluhan sebelumnya. Contoh

pertanyaan untuk pernyataan sikap setuju atau tidak setuju mengenai ”Membuka lahan

tebas dan bakar di kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau akan menimbulkan

masalah?”, jawabnya di pra kampanye menjawab tidak setuju (58,3%), tapi kemudian

menurun di pasca kampanye menjadi hanya 6,7% yang menjawab tidak setuju. Walau

83

disisi lain perubahan pengetahuan dan perilaku meningkat signifikan. Untuk

mengantisipasi hal ini terjadi akan dibuat pertanyaan yang spesifik dan tidak banyak,

dan sebelumnya diberitahukan isu yang akan disosialisasikan.

Instrumen-instrumen survei pra dan pasca ditinjau oleh Rare. Hal ini sangat membantu,

karena rancangan awal memiliki sejumlah pertanyaan yang memerlukan perumusan

kata-kata dengan baik supaya mudah dipahami, baik oleh pewawancara ataupun

responden. Proses pemeriksaan berulang memakan waktu, tetapi membantu saya untuk

belajar dalam membuat pertanyaan yang baik. Survei Pro terbukti mudah digunakan.

Hasil survei, dilengkapi oleh percakapan satu-satu yang kami lakukan dengan anggota-

anggota khalayak sasaran (petani target primer dan sekunder). Hal ini sangat

membantu kami untuk membangun sebuah gambaran tentang kedua kelompok target

dan memancing keluar manfaat dan hambatan yang mungkin kami perlu promosikan

atau hilangkan sehubungan dengan perubahan-perubahan perilaku yang kami inginkan.

Akhirnya, semua waktu yang saya habiskan untuk bekerja bersama dengan tim dan

relawan untuk merencanakan dan melaksanakan survei benar-benar terbayar. Informasi

yang kami dapatkan dari survei tersebut berguna bukan hanya untuk kampanye ini, tapi

juga digunakan oleh beberapa proyek lain di lembaga dan mitra lembaga.

d. Strategi Penyingkiran Halangan

Kampanye Pride SM Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, saya rasa beruntung. Kami

telah mengidentifikasi mitra "penyingkiran hambatan" (Proyek EC Lamandau dan BPP

Kotawaringin Lama) dan pendanaan (sempat didukung dari proyek Uni Eropa) sebelum

mendaftar dengan program Kampanye Pride ini. Dengan demikian, pada tahap awal

pelaksanaan program Pride, rencana penyingkiran halangan sudah bisa diterima tim.

Manajer kampanye Pride di kawasan SM Sungai Lamandau juga bekerja di Yayorin

selaku manajer divisi pendidikan dan sempat 3 tahun (2007-2009) menjadi lead

educator (yang mengkoordinir tim edukasi dan pendampingan masyarakat serta

fasilitator pertanian di proyek EC Lamandau di program OFUK) berpartisipasi dalam

lokakarya Penyingkiran Hambatan (BROP) di Bogor yang mempertemukan para Manajr

Kampanye, yang juga menangani ancaman yang sama pertanian perladangan berpindah

tebas bakar. Jelas bahwa kampanye kami menjadi lebih kompleks karena kegiatan yang

memerlukan integrasi dengan baik dengan kegiatan proyek mitra sehingga terkadang

memerlukan pembagian ’share’ pendanaan untuk berkegiatan bersama. Walau sempat

terjadi ketidaksepahaman dipertengahan tahun fase kampanye, mitra penyingkiran

hambatan kami mempertanyakan siapa yang berhak untuk mengakui hasil capaian di

demplot. Hal ini muncul sebagai akibat pergantian koordinator program proyek EC

Lamandau-OFUK. Dampaknya proses awal yang telah dijelaskan kembali ke personal

yang baru belum maksimal dipahaminya. Ternyata proses pemahaman dan

pembelajaran menjadi hal penting. Kami bersyukur menjelang tahap akhir kampanye,

mitra BR kami kembali mendukung keberadaan kegiatan penyingkiran hambatan. Proyek

EC Lamandau, program OFUK bekerjasama dengan Yayorin didukung BKSDA Kalimantan

Tengah melanjutkan pengelolaan penyingkiran hambatan (demplot kebun campuran

menetap tanpa bakar di desa target (desa Tempayung). Selain itu terus membantu

monitoring kawasan SM Sungai Lamandau serta mengadakan pertemuan-pertemuan

sosialisasi kawasan.

Setelah menyusun rencana penyingkiran halangan (BROP: Rencana Operasi

Penyingkiran Halangan), tahapan selanjutnya adalah menetapkan Sasaran-sasaran

SMART. Kami menghadapi sejumlah masalah dalam melakukan hal ini:

§ Menurut metodologi program Pride ada Survei Pengetahuan-Sikap-Perilaku Pra

Kampanye yang menetapkan data dasar dan Survei Pasca pada akhir kampanye. Ini

adalah survei-survei bersampel besar yang membantu menilai perubahan

Pengetahuan-Sikap-Perilaku. Survei Pra Kampanye dijadwalkan pada bulan sebelum

tahap universitas kedua - dalam kasus kami awal Juni 2009. Karenanya sasaran-

sasaran terkait dengan Pengetahuan dan Sikap dirancang untuk dibaca "pada awal

bulan Juni 2009". Namun pada kenyataannya kami memerlukan banyak perubahan-

84

perubahan untuk sekedar menentukan hipotesa yang tertuang pada sasaran SMART

tercapai atau tidak. Perubahan yang dimaksud adalah strategi pemasaran pesan dan

teknik komunikasi. Strategi pelaksanaan waktu dan delegasi tim kampanye.

§ Secara teoritis, tahap-tahap perubahan tampaknya sangat mudah. Orang-orang

berpindah dari satu tahap ke tahap lainnya dan bahwa satu kelompok dalam suatu

tahap. Pada kenyataannya, sementara sebagian besar petani sudah pada tahap

kontemplasi, tapi tidak semua berada dalam tahap tersebut. Beberapa sudah tahu

tentang isu-isu yang ada. Karena kegiatan yang sifatnya untuk perubahan tujuan

yang sama dengan capaian kampanye juga dilakukan oleh proyek EC Lamandau dari

tahu 2007. Dengan demikian sulit untuk mengatakan kita hanya perlu materi untuk

jenis pesan tertentu, ketika kami harus mendapatkan kepatuhan 100%. Untuk itu

kami cenderung harus memproduksi materi untuk semua tahap.

§ Teori difusi inovasi yang diajarkan dapat menimbulkan masalah dalam konteks untuk

kelestarian orangutan dan SM Sungai Lamandau. Kami belajar bahwa sementara

beberapa individu dalam suatu populasi adalah pengadopsi awal dan akan mengambil

gagasan atau konsep baru dengan cepat, individu-individu lain akan lambat,

membutuhkan waktu lama untuk mengadopsi perilaku baru. Mengharapkan

kepatuhan 100% dalam waktu pendek adalah tantangan. Perlu waktu dan biaya

lanjutan untuk mengawal proses penguatan berkelanjutan hingga muncul aktor lokal

yang mampu mengawal secara lokal. Meskipun demikian, saya pikir hal ini bisa

dipenuhi dengan menyampaikan dan membuktikan manfaat-manfaat besar (dari

hasil tanaman demplot), membuat kesepakatan lokal yang jika dilanggar maka

khalayak yang menanggung resiko pelanggaran kesepakatan yang dibuatnya.

Secara umum proses perencanaan berjalan lancar. Dalam konteks kampanye ini,

prosesnya difasilitasi oleh lembaga mitra yang kuat, mitra penyingkir halangan dan

pendanaan, panitia pengarah yang melibatkan diri dan seorang mentor yang

memberikan umpan balik secara cepat dan terinci.

3. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai pada tanggal 1 Juli 2009 dan berjalan hingga Manajer

Kampanye kembali untuk tahap universitas ketiga pada tanggal 1 Juli 2010. Saya akan

meninjau tahap ini dalam konteks yang diacu Rare sebagai 3K (3C).

a. Kapasitas (Capacity)

Kapasitas dapat dibagi menjadi peningkatan dalam kemampuan saya sendiri dan

kemampuan lembaga tempat saya bekerja. Dalam kaitannya dengan yang pertama,

sebelum bergabung dengan Program Pride, saya sudah bekerja di lembaga saya selaku

manajer pendidikan yang selama 3 tahun membantu kegiatan pendidikan dan

penyadaran serta pendampingan penguatan masyarakat berkaitan dengan isu-isu

penjangkauan. Sebelumnya saya belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan program

kepemimpinan lama (2 tahun) yang memberikan berbagai bentuk cara berkomunikasi

dan pengenalan metode pemasaran sosial (social marketing) yang dikaitkan dengan

kampanye lingkungan. Pada pelatihan ini juga diperkenalkan bagaimana mengenal Teori

Perubahan, segmentasi khalayak, disain materi kampanye dan menetapkan sasaran

berbasis SMART (spesifik, terukur, berdasarkan aksi, realistis dan dibatasi waktu).

Secara pribadi saya melihat dua fase universitas pertama sangat baik tetapi memerlukan

kerja yang sangat keras. Hanya ada sedikit waktu untuk refleksi dan terlalu banyak

tugas, namun teori-teori yang diberikan telah berhasil membantu saya untuk

menyelesaikan kampanye. Beberapa contoh perubahan kapasitas di pribadi atau

lembaga:

§ Sebelumnya lembaga saya pernah membuat berbagai media pesan kampanye

berupa poster di masa lalu, tapi tidak pernah berpikir tentang segmentasi

85

masyarakat atau ada pengujian pesan. Kesenderungan saat itu lembaga masih

merancang poster sendiri dan idenya ditunjukkan hanya dikalangan rekan-rekan di

lembaga dan kemudian mengirimkannya ke percetakan. Sekarang saya mengerti dan

lembaga juga mulai mengerti bahwa dalam membuat media pemasaran pesan

merupakan hasil tanggapan yang diterima dari kacamata khalayak untuk melihat

betapa pentingnya pengiriman pesan yang efektif.

Berkaitan dengan peningkatan kapasitas saya, sebelum adanya program pelatihan

pengembangan kepemimpinan yang dibuat RARE selama 2 tahun (2008-2010),

mendapati diri selaku personal yang menjalankan kegiatan mengalami kemajuan dalam

segi kapasitas diri. Sebelumnya saya merasa masih belum terlalu bisa mengambil

keputusan dan bernegosiasi kini setelah mengikuti program ini mulai dirasakan ada

perubahan. Sebagai contoh kasus dalam sebuah kesepakatan pada pertengahan waktu

kegiatan terjadi keraguan mitra kerja lembaga pada pelaksanaan salah satu kegiatan

proyek Pride ini, saya mendapat amanat kepercayaan lembaga untuk melakukan

negosiasi dan mengambil beberapa keputusan penting. Seperti menegaskan apa yang

perlu dan harus dilakukan, bagaimana kerjasama itu dimainkan dan meyakinkan kembali

tujuan. Hal ini dilakukan melalui pendekatan personal. Pada tahap akhir dan melalui

banyak proses, lembaga mitra dalam kasus kerja sama pelaksanaan kegiatan proyek

pride mulai memberikan komitmen untuk membantu mengembangkan proyek. Dalam

hal ini saya memfasilitasi keberlangsungan kegiatan tim perwakilan lembaga pada

program proyek mitra yang berintegrasi dengan proyek Pride (untuk pelaksanaan

kegiatan penyingkiran Hambatan/Barrier Removal). Pada kesempatan lain

perkembangan pribadi kepemimpinan yang saya rasakan terlihat, adalah pengakuan

lembaga untuk saya menjadi utusan-utusan diberbagai pertemuan, beberapa

diantaranya mengenai hal-hal yang berkaitan mengenai pengelolaan konservasi (diminta

BKSDA Kalteng membahas pengembangan tanaman jelutung di tapal batas kawasan SM

Sungai Lamandau dan lahan masyarakat dan pengendalian kebakaran lahan dan hutan;

BLH dan KNPI kotawaringin Barat untuk pengelolaan kader lingkungan dan strategi

kampanye orangutan yang diminta WWF Indonesia-Kalimantan Tengah. Kesimpulannya

saya mampu mengemban amanat tugas lembaga untuk dipublikasikan kepada para

pihak. Dalam hal ini saya bisa merasakan juga bagaimana mengkoordinir waktu kegiatan

dan tim.

Berkaitan dengan pengelolaan proyek Manajer Kampanye selalu melihat kembali

Rencana Kerja Operasional Kampanye (Campaign Operational Work Plan). Rencana kerja

ini selalu diperbaharui capaiannya dan dimonitor kegiatan yang sekiranya memerlukan

tenggang waktu mundur. Ini juga dikomunikasikan kepada tim pelaksana kampanye.

Alat evaluasi kerja ini juga sering di dalam rapat koordinasi internal lembaga diutarakan

kepada staf program lain. Untuk teknik fasilitasi sepenuhnya hampir sebagian besar

mendelegasikan tim pendidikan dan perpustakaan keliling yang bekerja untuk Proyek EC

Lamandau yang mefasilitasi. Kecuali kegiatan besar seperti studi banding dibentuk tim

khusus yang mefasiltasi dan semua berperan memfasilitasi, dari memfasilitasi

pertemuannya, materinya, pelatihannya, permainan interaktifnya sampai tanya jawab

dan rencana tindak lanjut kegiatan.

Selama tahun pertama berjalannya program, saya telah diminta untuk melacak dan

mengevaluasi kemajuan saya sendiri dengan menggunakan Rencana Perkembangan

Pribadi (Personal Development Plan) seputar tema-tema seperti teori dan aplikasi praktis

pemasaran sosial, kemampuan dan metode riset, pengelolaan proyek, kepemimpinan,

penggunaan tekhnologi, dll. Anda dapat melacak kemajuan yang saya evaluasi sendiri

dengan melihat halaman kampanye saya di RarePlanet. Sedangkan di tahun kedua saya

memonitor dan mengevaluasi capaian kegiatan dengan selalu melihat Rencana Kerja

Operasional Kampanye (Campaign Operational Work Plan). Saya diminta untuk

mendaftar tiga bidang khusus yang saya harapkan akan berkembang seiring dengan

berjalannya program:

86

§ Pemasaran sosial: Ketika memulai pelatihan saya memberi diri saya peringkat “1”

untuk kemampuan memahami dan mengartikulasikan konsep-konsep dasar

pemasaran sosial, peringkat “1” untuk kemampuan saya melakukan segmentasi

khalayak. Skor “1” didefinisikan sebagai “tidak menyadari kemampuan”. Setelah

melaksanakan kampanye dengan memperhatikan segmentasi khalayak sasaran,

berhasil membuahkan media menarik yang menggerakkan para petani di dua desa

target primer (Tempayung dan Babual Baboti) untuk mengadopsi pertanian

ladang/kebun campuran menetap yang sebagian sudah tanpa bakar. Saya meyakini

bahwa tahap kemampuan saya telah meningkat menjadi “4” (memiliki kemampuan

untuk melaksanakannya) dan mungkin bahkan “5” (benar-benar memiliki

kemampuan dan mampu mengajarkannya kepada yang lain).

§ Penyingkiran hambatan: Ketika memulai pelatihan ini saya menilai diri saya pada

peringkat “1” untuk kemampuan menilai secara kritis kelayakan strategi

penyingkiran hambatan, dan “2” untuk kemampuan saya mengintegrasikan pesan-

pesan penyingkiran hambatan ke dalam materi-materi kampanye. Setelah

berpartisipasi secara aktif dalam proses BRAVO dan BROP dan melihat pelaksanaan

program kampanye berladang menetap yang didukung masyarakat, saya meyakini

bahwa kemampuan saya telah meningkat menjadi “4” (memiliki kemampuan untuk

melaksanakannya sendiri).

§ Membuat rencana yang meyakinkan: Ketika memulai pelatihan, saya menilai diri

saya sendiri kurang mempunyai kemampuan membuat Rencana Proyek yang

meyakinkan. Setelah menyelesaikan rencana proyek sebagai unit akademik dan yang

telah dijalankan dengan sejumlah kesuksesan, saya meyakini bahwa kemampuan

saya telah meningkat menjadi “4” (memiliki kemampuan untuk melaksanakannya

sendiri).

Ketika pembimbing/supervisor langsung saya, Togu Simorangkir, diminta untuk

memvalidasi peningkatan kemampuan saya seiring berjalannya program. Togu

menyatakan langsung pada pertemuan presentasi saya di seminar Melanjutkan

Perubahan, Belajar Dari Penggerak Konservasi Akar Rumput yang dihadiri 9 Agustus

2010 di Hotel Santika Bogor dihadapan para undangan penggiat konservasi lainnya dan

mentor saya di RARE, bahwa: “Eddy banyak perubahan. Dalam berbicara sudah memiliki

alur yang baik. Dia lebih yakin dan memiliki kemampuan itu melalui kampanye ini.”

Terkait dengan membangun kapasitas kelembagaan: Sejauh dimungkinkan saya telah

berbagi pengalaman dengan para staf lembaga yang lain. Saya telah menyelenggarakan

sesi-sesi sosialisasi mengenai rencana kampanye Pride SM Sungai Lamandau, yang

menjelaskan rencana Pride dan BROP, bentuk Model Konsep, pembuatan Sasaran-

sasaran SMART dan desain materi. Saya telah secara aktif melibatkan para staf lembaga

dalam pertemuan para pemangku kepentingan dan pelatihan serta penyebaran media

pemasaran pesan kampanye. Saya adalah pengguna aktif RarePlanet dan mendorong

pembimbing/supervisor saya untuk menggunakannya juga. Mungkin manfaat yang tak

terduga muncul pada rekan-rekan staf di lembaga yang membantu kontribusi capaian-

capaian kampanye di lapangan untuk sebuah tulisan dib log RarePlanet kampanye SM

Sungai Lamandau. Hal ini memberi semangat rekan kerja untuk menulis kampanye Pride

SM Sungai Lamandau atau tulisan kampanye untuk konservasi lain.

b. Konstituen (Constituent)

Bukti bahwa kampanye menciptakan konstituen pendukung diilustrasikan dengan jumlah

relawan yang membantu dalam proyek tersebut. Lebih dari 50 individu yang berbeda

membantu; mulai dari melakukan survei pra dan pasca kampanye, membagi-bagikan

poster dan stiker hingga pin dan kalender. Ini tidak termasuk vendor yang membantu

disain media dan bahan-bahan yang telah didiskon. Perubahan pengetahuan dan sikap

telah dilaporkan pada bagian Hasil Kampanye pada Laporan ini. Saya menyatakan

bahwa kampanye adalah penyebab perubahan perilaku di kalangan petani peladang

berpindah, dimana sebelum proyek tersebut tercatat 202 peladang berpindah yang

87

masih tebas bakar. Sementara keyakinan kami di awal harapannya dengan peningkatan

pengetahuan dan praktek yang diaplikasikan melalui penyingkiran hambatan maka

pengetahuan, sikap dan perilaku berubah dan konstituen terbangun. Contoh pada

tahpan perubahan perilaku dari hasil survey pra dibandingkan dengan hasil survey pasca

masyarakat target primer yang berpikir kawasan SM Sungai Lamandau itu penting naik 5

% dari 8,3% dan di target sekunder 10,1% dari 13,1%. Proses berpikir yang berubah

dapat berpengaruh pada sikap tindakan konstituen. Kami mungkin bertanya apakah

semua kendaraan yang digunakan berhasil merubah itu, sekali lagi kita dapat melihat ke

survei pasca kampanye untuk mendapatkan beberapa jawaban.

Tabel 23. Paparan informasi pada berbagai kegiatan pemasaran Kampanye Pride

Kegiatan

Petani

Primer 2 desa

Petani

Sekunder 10 desa

Total

ILM radio-Berladang Menetap Tanpa Bakar-Kopi Asin 59% 23% 41%

Talkshow radio 63% 31% 47%

Insert di radio-Himbuan Bupati 93% 60% 77%

Stiker logo berslogan kampanye 74% 42% 58%

Pin logo berslogan kampanye 87% 45% 66%

Poster-berladang menetap 74% 44% 59%

Kalender-perubahan iklim 70% 37% 53%

Buletin SUMPITAN 96% 42% 69%

Lembar Fakta-langkah kelola lahan tanpa bakar 56% 24% 40%

Demplot Pertanian Menetap Tanpa Bakar 93% 17% 55%

Pelatihan dan Studi Banding Pertanian Menetap Tanpa Bakar 100% 21% 61%

Pertemuan Masyarakat 78% 43% 61%

Sumber: Data dalam Tabel 3 didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani).

Dari tabel di atas kita seharusnya sudah dapat melihat media atau saluran komunikasi

pesan kampanye yang paling berhasil untuk masing-masing khalayak dan yang paling

tidak berhasil. Karena distribusi informasi yang lebih banyak dilakukan lebih banyak di

desa Target Primer. Untuk tujuan belajar dan berbagi pelajaran, saya akan memilih satu

dari masing-masing untuk ditinjau lebih lanjut:

1. Petani Khalayak target Primer (2 desa=Tempayung dan Babual Baboti).

Terlihat pada tabel di atas hampir sebagian besar komposisi penyampaian pesan

lebih tinggi diberikan di desa target primer. Hal ini dikarenakan kedua desa ini

merupakan desa yang ditunjuk di kampanye ini untuk mendapatkan perubahan

utama. Dari hasil perbandingan survey pra dan survey pasca kampnye tercatat

kegiatan pelatihan dan studi banding pertanian menetap merupakan kegiatan yang

sangat berkesan dan disukai khalayak desa target primer. Kenaikannnya mencapai

65% dari sebelumnya 8,3%. Hal ini dikarenakan masyarakat desa ini sangat tertarik

pada kegiatan pertanian menetap yang menghasilkan. Selain itu karena

masyarakatnya memerlukan pemberdayaan pelatihan pertanian dan sesuai keinginan

desa ini untuk menjadikan desa ini daerah sumber hasil pertanian dan perkebunan

(menjadi target rencana pembangunan di kedua desa). Kemunian media lain yang

mendorong perubahan pengetahuan adalah kesan yang tinggi pada poster, yaitu

sampai 86,7% dan demplot 66,7%.

2. Petani Khalayak target Sekunder (10 desa lain disekitar SM Sungai Lamandau)

Poster merupakan media yang diminati tertinggi dan berkesan di masyarakat petani

sekunder (peningkatan 42,5% dari 5,8%). Kemudian media lain yang memang

sebarannya dijangkau oleh khalayak luas, seperti iklan di radio di khalayak petani

taget sekunder yang berkesan mencapai 20,2% dari 8,2%. Selain itu iklan radio

yang dikemas dalam bentuk insert himbauan bupati mencapai angka kenaikan kesan

dari 23,6% dari 0%. Kegiatan lainnya hampir rata-rata diminati dan berkesan, hanya

88

saja persentase kepeminatan dan kesannya rendah. Hampir rata-rata mereka

terkesan pada kegiatan pemasaran pesan kampanye meningkat.

Gambar 39. Kesan media pemasaran pesan komunikasi kampanye oleh masyarakat petani target

Ada beberapa media pemasaran pesan yang terlihat perbedaan kesan sehingga kesan

dan minat menurun, seperti pin dengan stiker di masyarakat target primer dengan

sekunder mempunyai kesan yang berbeda. Di khalayak petani target sekunder pin

terlihat tidak berkesan, adalah karena media ini memang sebarannnya lebih banyak di

desa target primer. Selain itu karena ada beberapa pin yang sampai di masyarakat

petani target sekunder sehingga mereka tidak menjadi fokus dan berkesan.

Pembelajaran dari penyampaian media pesan kampanye ini bahwa untuk membangun

dukungan konstituen diperlukan:

§ Konsisten dalam bentuk dan pesan kampanye. Sehingga khlayak tahu kampanye

ini ingin mengajak mereka melakukan apa.

§ Media yang disebarkan dalam satu bentuk dikeluarkan dengan batasan interval

waktu. Artinya satu media dengan media lain yang bentuknya sama dikeluarkan

tidak pada waktu yang sama.

§ Terlebih dulu semua media harus melalui uji media ke masyarakat target dan tim

pelaksana kampanye serta rekan di lembaga dan mitra, sehingga saat media ini

keluar mereka pernah menyatakan media itu pernah mereka bahas dan penting

untuk penyebaran pesan komunikasi kampanye dan semua mempunyai

pemahaman yang sama. Hasil ini membedakan dari efektifitas media-media

pesan komunikasi lembaga sebelumnya. Untuk sekarang media yang digunakan

disenangi khalayak. Contoh poster yang menggambarkan petani, mereka merasa

itu diri mereka, sehingga mereka mudah tertarik. Hanya saja kesadaran tidak

serta merta terlihat cepat. Kami yakin dengan konsisten kami yang dimulai dari

pembelajaran kampanye bangga ini mampu membuat perubahan yang lebih baik.

Petani Target Primer Petani Target Sekunder

89

§ Bentuk media yang berkesan di masyarakat bisa menjadi bentuk media yang

dibuat kembali dengan gambaran berbeda dan pesan yang sama atau

menyesuaikan tujuan/capaian perubahan dan konservasi baru.

c. Konservasi (Conservation)

Kampanye Pride ini cukup ambisius setelah direnungkan. Kami mengukur jumlah yang

lebih besar dalam sasaran perubahan perilaku kami daripada dalam sasaran

pengetahuan dan sasaran sikap kami. Dalam sebagian besar kampanye, jumlah

perubahan terbesar adalah dalam sasaran pengetahuan, disusul dengan perubahan

dalam sasaran sikap, dan akhirnya perubahan kecil dalam perilaku. Ada hal yang

terbilang masih belum mencapai keinginan pada kampanye ini adalah membuat

masyarakat membicarakan tentang pentingnya berladang menetap tanpa bakar dan hal-

hal mengenai pelestarian hutan dan orangutan kepada saudara dan tetangganya masih

terbilang kurang. Walau hasil survei pasca memperlihatkan kenaikan. Jujur bahwa

enumerator/pewawancara ada yang mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan

enumerator adalah sebagian besar orang baru, sehingga latar belakang kampanye ini

kurang banyak dipahami, walau telah diberikan pengarahan manajer kampanye atau

koordinator tiap-tiap wilayah survei.

Saya kira kunci sukses ini adalah bahwa (1) petani sebelumnya sudah tertarik sampai

menunggu kesempatan mereka tahu cara implementasinya, sehingga kami bisa

menjangkau mereka semua dengan pesan-pesan kami dan (2) kami memiliki mitra

penyingkiran hambatan bagus sekali, RARE telah memberikan komitmen pendanaan

untuk memproyeksikan penyingkiran hambatan untuk biaya-biaya pembuatan model

demplot, tenaga, pengadaan bibit, pendampingan praktek. Untuk Proyek EC Lamandau-

OFUK yang bekerja sama dengan Yayorin didukung BKSDA Kalimantan Tengah akan

membiayai monitoring dan pendampingan serta mobilisasi (transport) serta

keberlanjutan lepas tahun pertama pelaksanaan penyingkiran hambatan (demplot).

Hanya saja sempat di pertengahan tahun kegiatan terjadi keraguan pihak manajemen

Proyek EC Lamandau-OFUK mengenai keberadaan demplot ini milik program siapa.

Ditegaskan oleh manajer kampanye Pride SM Sungai Lamandau pada tim manajer

program proyek EC Lamandau dan tim evaluator dari deleasi Uni Eropa bahwa kegiatan

demplot ini dibangun untuk membantu pengurangan kegiatan perladangan berpindah

tebas bakar dan bahaya kebakaran yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Demplot ini

sifatnya terjadi penawaran kerjasama berbagi siapa mengerjakan apa. Pihak manajer

program EC Lamandau yang pertama menyepakati ini dan keraguan pada personal

pengganti manajer program yang tidak menerima pesan lengkap tentang proses

kerjasama penyingkiran hambatan ini. Selanjutkanya mitra penyingkiran hambatan yang

dianggap paling berperan membantu mengeluarkan rekomendasi dan bantuan teknis,

seperti tenaga penyuluh dan buku-buku praktek pertanian atau kebun campuran adalah

dari Dinas Pertanian melalui Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan. Ini sebuah

pembelajaran untuk langkah strategi tindak lanjut dari proyek ini.

Ada beberapa hal yang akan saya lakukan berbeda jika saya harus melakukan

kampanye ini lagi terutama yang berhubungan dengan sejumlah sasaran SMART yang

saya tetapkan dan melanjutkan pengelolaan penyingkiran hambatan. Sebagai contoh,

dalam jangka panjang kami ingin menjadikan SM Sungai Lamandau diketahui dengan

sadar bahwa SM Sungai Lamandau kawasan hutan lindung yang memberikan sumber

kehidupan yang dikelola bersama kelestariannya. Tetapi hal ini bisa terjadi jika ada

koordinasi baik dari pelaksanaan kegiatan yang banyak dibangun untuk konservasi SM

Sungai Lamandau dan penguatan masyarakat sekitarnya.

Selain itu membuat kegiatan yang lebih efektif mengarahkan bahwa kegiatan itu

membuat petani memahami bahwa ladang berpindah tebas bakar atau berladang

dengan membakar merupakan ancaman hutan di kawasan sekitar dan SM Sungai

Lamandau. Sedangkan dalam pengemasan pesan kami perlu melibatkan produk

marketing besar seperti produk minuman dan provider telepon seluler yang

jangkauannya luas. Kegiatan dengan pengemasan pesan-pesan akan dibuat lebih fokus

90

dan menarik yang mengubah pesan menjadi tindakan. Pada saat penulisan laporan ini,

pada awal Juli 2010, kami memiliki indikasi awal dari keberhasilan kampanye ini di

masyarakat desa target dan sekitar SM Sungai Lamandau. Selama beberapa minggu

terakhir pada bulan Juli 2010 tidak ada informasi kebakaran hutan akibat perladangan

berpindah.menetap tebas bakar. Hal ini merupakan indikasi dari keberhasilan kampanye

mengajak berladang menetap tanpa bakar. Tapi hal ini terlalu dini untuk dipastikan,

karena sampai Agustus 2010 ini masih turun hujan yang diperkirakan karena terjadi

perubahan iklim yang mempengaruhi musim. Pakar Perubahan Iklim ITB Armi Susandi,

mengatakan saat ini adalah musim kemarau. Namun terjadi Lamina yang berupa

penguapan tinggi di wilayah timur Indonesia sehingga menyebabkan wilayah Indonesia

basah. “Ini membuat Indonesia menjadi tidak kering total (http: //

www.inilah.com/news/read/2010/07/09/652851/penyimpangan-iklim-ri-bisa banjir-

besar/). Walau hal lain menguatkan bahwa kampanye ini berhasil adalah di wilayah

selain daerah target kampanye dan di luar wilayah kerja lembaga, masih terjadi

pembakaran dan tercatat ada titik panas api (hot spot) (BorneoNews, 2010)

Ke depan, kami menyadari bahwa pekerjaan kami belum selesai. Mengurangi kegiatan

pembukaan lahan untuk perkebunan dan perladangan dengan tebas bakar di dalam dan

sekitar SM Sungai Lamandau menjadi tantangan utama. Jika tidak dikurangi akan terus

berdampak memberikan kontribusi dampak perubahan iklim yang mempengaruhi sector

kegiatan pendukung kehidupan masyarakat sekitar kawasan Sm Sungai Lamandau.

Kami tahu bahwa kami harus selalu mengingatkan masyarakat petani, masyarakat

umum lainnya yang mengambil manfaat SM Sungai Lamandau dan yang hidup di sekitar

SM Sungai Lamandau, rekan-rekan di lembaga dan pihak-pihak lain yang mengelola SM

Sungai Lamandau bahwa mereka harus mendukung informasi tiap kampanye berladang

menetap dan tidak/mengurangi membakar lahan. Untuk itu, kami memiliki rencana

supaya kampanye dapat terus berkesinambungan dan terus bekerja dengan khalayak-

khalayak sasaran.

Tentu saja masih terlalu dini untuk mengetahui apakah populasi orangutan akan kembali

meningkat dan burung migrant akan selalu kembali ke wilayah danau burung. Perlu ada

penelitian mendalam yang mengundang khusus peneliti populasi orangutan di kawasan

SM Sungai Lamandau dan memantau berkelanjutan aktifitas per tahun gerakan dari

burung migrasi tersebut.

4. Teori Perubahan (Theory of Change = ToC)

Kampanye SM Sungai Lamandau dibangun di atas asumsi bahwa jika kita

menginformasikan kepada petani khalayak target primer dan sekunder tentang masalah-

masalah pertanian berladang menetap dapat menguntungkan (meningkatakan ekonomi

petani), dapat mengurangi bahkan menghentikan kebakaran hutan, melestarikan

sumber kehidupan dan habitat satwa liar sehingga tidak menjadi hama yang disebabkan

oleh pembukaan ladang berpindah tebas bakar. Peran mereka dalam membuat

pengurangan kegiatan pembukaan lahan untuk perladangan berpindah tebas bakar dan

sikap mereka terhadap pembukaan lahan ladang atau kebun berpindah dengan pola

tebas bakar tidak menguntungkan dan merugikan meningkat.

Awalnya kegiatan ini bisa berhasil karena lembaga telah melakukan kegiatan pertanian

agroforestri yang berhasil mengajak masyarakat mengurangi pembukaan ladang

berpindah untuk berladang menetap yang sebagian masih melakukan pembakaran

sistem pembakaran yang diisolasi dengan sekat bakar atau tradisi bekerjasama

mengawasi api pembakaran agar tidak merambat ke daerah lain. Api diharapkan hanya

membakar daerah yang dibuka. Hasilnya saat ini masyarakat dampingan lembaga di

wilayah hulu DAS Belantikan merasakan tidak jauh mengambil hasil ladang. Dari ide ini

muncul untuk melakukan perubahan di masyarakat target primer dan menghimbau

masyarakat target sekunder melakukan pembukaan lahan pertanian dengan tidak

berpindah dan membakar lagi, sehingga menghemat waktu, biaya dan tenaga serta

tidak berdampak pada bahaya kebakaran hutan yang bisa menghabiskan hutan habitat

91

orangutan dan satwa liar lain serta sumber kehidupan masyarakat, seperti air bersih,

ikan dan getah jelutung.

Dari pengalaman lembaga dan ide pemikiran itu maka teori perubahan disusun untuk

membuat perubahan perilaku masyarakat petani target yang tercatat sebelumnya 175

KK dari 2 desa (Tempayung dan Babual Baboti), setelah didata ulang tercatat 202 KK

berladang berpindah. Harapannya 50% (101) peladang berpindah di 2 desa target

primer mengadopsi kegiatan perladangan menetap tanpa bakar. Hasilnya ternyata

perubahan melebihi target sampai 16,84% (pra 0-50%; pasca 0-58,42%; perubahan

8,42%; persen poinnya 116,84%).

Dari awal kami bisa memprediksi pengaruh kampanye ini secara keseluruhan hingga

berpengaruh dalam capaian konservasi. Dari hasil ini, kami telah mampu menunjukkan

perubahan pada setiap bagian dari Teori Perubahan. Karena kami tidak menjalankan

kawasan kontrol (perbandingan), kami tidak bisa memastikan bahwa perubahan ini

disebabkan oleh kampanye Pride, tapi pasti ada kemungkinan bahwa perubahan-

perubahan tersebut merupakan pengaruh kampanye karena tidak ada program

konservasi serupa di desa target primer ini di waktu yang bersamaan dengan kampanye

kami. Lebih lanjut, 80% masyarakat mematuhi perintah Kepala Desa yang menghimbau

untuk melakukan perladangan menetap dan membuka lahan dengan tidak membakar.

Tapi kami harus waspada, sehingga pekerjaan kita tidak berakhir. Tingkat Kepatuhan

perlu dipertahankan, pemantauan terhadap praktek pembukaan lahan dengan tebas

bakar oleh peladang menetap tanpa bakar dan 39 KK (19,30%) dan peladang berpindah

dengan tebas bakar sebanyak 42 KK (20,79%). Hal ini menjadi rencana tindak lanjut

bagi pelaksanaan kampanye berikutnya di target yang sama untuk memastikan mereka

mematuhi berladang menetap tanpa bakar menguntungkan dan bisa mengurangi target

perubahan yang saat ini masih belum dicapai pada mereka yang menetap masih

membakar dan beprindah dengan tebas bakar.