Upload
nguyenkhanh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
79
BAB 6. Analisa Kritis Kampanye
Bab Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan
dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan dan di bagian mana
perbaikan-perbaikan dapat dilakukan. Bab ini dirancang untuk kebutuhan lembaga yang
telah bergerak ke tahap “tindak lanjut” proyek, namun juga dapat dimanfaatkan untuk
berbagi pengalaman dan pembelajaran berharga dengan manajer-manajer kampanye
lain yang kemungkinan mengerjakan tema yang sama.
1. Tinjauan Kritikal
Dari keseluruhan tahapan Kampanye Pride di SM Sungai Lamandau, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi ditemukan ada banyak hal yang menarik untuk
dikaji dan diulas. Bab ini akan meninjau:
a. proses perencanaan dan
b. proses pelaksanaan dengan membingkainya dalam 3K (Kapasitas, Konstituen,
Konservasi (3C= Capacity, Constituent, Conservation) Rare. Bab ini juga akan
melihat beberapa media saluran komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan, menyoroti media saluran komunikasi yang efektif dan
yang tidak efektif, serta pelaksanaan kegiatan penyingkiran hambatan.
2. Tinjauan terhadap proses perencanaan proyek dan berakhir dengan
dokumen Rencana Proyek
a . Pengembangan Konsep Model
Proses Perencanaan Proyek dimulai segera setelah fase universitas pertama dan
mencakup periode dua puluh minggu yang dimulai dari Januari 2009 sampai Mei 2009.
Proses multi-langkah tersebut melelahkan dan kadang-kadang berat, tapi akhirnya
menghasilkan rencana langkah demi langkah yang berfungsi sebagai landasan untuk
kampanye, diantaranya model konseptual kawasan dan baseline data. Beberapa
pelajaran penting yang bisa dipelajari:
Sebanyak 35 orang pemangku kepentingan yang masih berpartisipasi dalam pertemuan
pemangku kepentingan pertama dan membantu untuk mengembangkan model konsep
awal untuk kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau (SMSL). Mereka berasal dari
beragam bagian dari masyarakat luas, termasuk perwakilan dari lembaga mitra,
masyarakat, pemerintah daerah wilayah administrasi kawasan, khalayak-khalayak
sasaran yang potensial dan anggota-anggota masyarakat yang terpercaya. Karena SMSL
adalah kawasan lindung/konservasi yang lebih dikenal dengan sebutan hutan lindung
oleh masyarakat, sebagian besar orang saling tahu satu sama lain dan dinamika
kelompok tidak menjadi masalah.
Sepanjang sesi itu sama sekali tidak muncul konflik dan hampir seluruhnya positif.
Manajer Kampanye Pride untuk SMSL berusaha keras bersama staf lembaga (Yayorin)
lainnya sebagai satu kesatuan tim memfasilitasi kegiatan ini dengan netral dan tidak
bersikap menghakimi.
Hadir pula pada pertemuan ini lembaga pemerintah daerah sebagai leading sector
pengelolaan kawasan dan pengendalian kebakaran hutan dari perwakilan BKSDA
Kalimantan Tengah, Dinas Kehutanan Kabupaten dan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten beserta mitra OFUK. Hal ini sangat menguntungkan karena selain ikut
berpartisipasi dalam diskusi yang berkenaan dengan status dan fungsi kawasan, mereka
juga membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta lain. Para
peserta saat itu begitu aktif memberikan komentar secara langsung (mengutarakan
pendapat) maupun tertulis (tidak langsung). Mereka pun juga mampu membuat
identifikasi dari permasalahan yang mengancam kelestarian kawasan SM Sungai
Lamandau yang didalamnya sebagai habitat orangutan dan sumber kehidupan
masyarakat sekitar hutan. Para peserta pun mampu membuat mata rantai penyebab
80
dari masing-masing rantai masalah. Ketika dimintai pendapat (dalam perbicangan
informal di sela-sela rehat kegiatan) para peserta menyukai proses pemodelan aktual
dan penggunaan “dinding lekat”, terutama manajer program proyek EC Lamandau dari
OFUK sangat menyukai ini. Bagi sebagian peserta (khususnya perwakilan masyarakat
desa sekitar SMSL), pertemuan ini adalah pertemuan yang pertama kalinya mereka
dimintai masukan. Semua bicara dan mengalir seperti saat itu mempunyai rasa
kepemilikan untuk Model Konsep dan proyek diyakini tumbuh, yang kemudian muncul
dalam kesediaan mayoritas peserta untuk bergabung dalam Panitia Pengarah Kampanye.
Terkait dengan Model Konsep awal, para pakar/nara sumber yang mengenail kawasan
SMSL diminta untuk memvalidasi setiap rantai masalah yang teridentifikasi dan
menuntun untuk membuat ranking ancaman. Setelah sebelumnya dikembangkan
bersama para pemangku kepentingan, Model Konsep awal yang mewakili bagaimana
mereka “melihat” situasi yang ada, para pakar/nara sumber ini mengajukan sejumlah
kecil perubahan untuk dapat diintegrasikan ke dalam Model Konsep ini menjadi Model
Konsep yang direvisi. Masalah utama dengan model awal adalah bahwa ia tidak memiliki
beberapa kekhususan (kurang spesifik) sehingga kami harus lebih menambahkan
informasi spesifik ke dalamnya. Dari hasil perumusan model konsep bersama
masyarakat dan pemerintah daerah selaku pemangku kepentingan yang saat itu hadir
diperoleh 5 ancaman yang mengancam kelestarian SM Sungai Lamandau:
1) Kebakaran,
2) Pembukaan Lahan (Perladangan Berpindah dan Perkebunan Sawit),
3) Penebangan,
4) Perburuan dan
5) Pencemaran (air karena pembuangan sampah oleh pekerja dalam kawasan).
b. Pemeringkatan Ancaman
Setelah dibuat ranking, diperoleh peringkat ancaman tertinggi adalah kebakaran yang
disebabkan karena pembukaan lahan dengan tebas bakar. Hal ini dibenarkan oleh
Kepala SKW II-BKSDA Kalimantan Tengah, Manajer Patroli Proyek EC Lamandau-OFUK
dan Supervisor serta Manajer Program EC Lamandau.
Sebagai contoh, beberapa faktor yang berkontribusi tidak memberikan rincian yang
cukup. "salah satu ancaman adalah pencemaran" mungkin lebih baik dijelaskan
"pencemaran oleh aktifitas pembuangan limbah sampah pekerja di dalam kawasan
SMSL". atau kurangnya "Perburuan berkaitan dengan menimbulkan kebakaran” ini bisa
dijelaskan proses cara perburuan yang dilakukan adalah dengan membakar rumput
semak sekitar agar tumbuh tunas baru yang menarik satwa buruan memakannya dan
abu bakaran sebagai tempat bermain abu dengan mengguling-gulingkan badannya di
abu bekas bakaran (Lihat rantai faktor hubungan terjadinya kebakaran berkaitan dnegan
perburuan pada gambar di bawah)
Gambar 38. Rantai faktor kebakaran hutan yang memperlihatkan kaitan kebakaran dengan teknik perburuan
81
Proses analisa Peringkat Ancaman yang dibangun di atas Model Konsep berlangsung
dengan sempurna. Piranti lunak Miradi mudah digunakan dan sempat dipresentasikan
dihadapan Supervisor (Direktur Yayorin), Kepala SKW II BKSDA Kalimantan Tengah,
Manajer Program Proyek EC Lamandau-OFUK. Kebakaran adalah ancaman dengan
peringkat "tertinggi" dalam ringkasan analisa dan satu-satunya yang menempati
peringkat "sangat tinggi" untuk target keanekaragaman hayati adalah orangutan. Piranti
lunak Miradi tak hanya membuat Penjajakan Peringkat Ancaman dapat dibuat dengan
mudah, tetapi juga sangat visual sehingga beberapa tim di lembaga sempat ada yang
bersemangat untuk menggunakannya pada proyek-proyek mereka sendiri. Perangkat
lunak Miradi juga memudahkan untuk mengisolasi rantai-rantai faktor yang
bersangkutan dan untuk mengeditnya kembali dengan penambahan wawasan yang
diperoleh dari percakapan terarah (wawancara mendalam) yang kami laksanakan untuk
memvalidasi langkah-langkah awal proses perencanaan.
Sebelumnya juga dibuat pohon keputusan. Pohon keputusan membantu mengambil
keputusan pemilihan strategi penyingkiran halangan dalam hal ini agroforestri yang akan
diambil, melihat aspek-aspek teknis (seperti status lahan, akses pemasaran, dan
sebagainya) dalam pelaksanaannya. Contoh: ancamannya adalah pembukaan lahan
hutan SM Sungai Lamandau dengan alasan membukan lahan untuk pertanian dan
perkebunan sawit, kemudian yang melakukan adalah masyarakat lokal dan pendatang
dengan tujuan membuka ladang, mengambil kayu dan getah pantung. Status lahan
masyarakat ada di luar kawasan, dalam kawasan (sebagai status klaim lahan) dan untuk
mengambil getah pantung lahan kawasan SM Sungai Lamandau. Akses pemasarannya
ke pasar yang bisa ditempuh 30-45 menit, dan sebagian lokasi tidak ada pasar lokal,
kemudian sebagian dipasarkan ke pasar kota seperti getah pantung. Untuk
mengantisipasi kegiatan yang mengancam ada ketersediaan lapangan pekerjaaan selain
pertanian atau beberapa hal yang menjadi solusi untuk tetap bekerja di bidang
pertanian, seperti pengelolaan lahan berbasis agroforestri (pelatihan teknik budidaya,
perawatan, pemasaran dan peluang lain). Selain itu membuat pertimbangan lain dan
langkah selanjutnya, seperti melihat dampak potensial dan kelayakan sumberdaya
manusianya dalam mencari pengembangan-pengembangan solusi.
Kemudian melakukan penilaian kelayakan dan dampak potensial dari strategi
penyingkiran hambatan yang dipilih dan akan dilakukan dengan alat Barrier Removal
Assessment and Viability Overview/BRAVO. Penilaian secara ekonomi untuk sumber
dana penyingkiran hambatan tidak terkendala karena mitra penyingkiran hambatan
mendukung pendanaan kegiatan untuk nilai biaya-biaya adalah 4, nilai pendapatan rata-
rata 3,75 sedangkan nilai penggantian pendapatan 4. Artinya dana untuk kegiatan ini
mampu mendukung kegiatan penyingkiran hambatan. Kemudian penilaian teknikal
hampir rata-rata adalah 3,66 dan kapasitas organisasi rata-rata 4, Artinya kegiatan
penyingkiran hambatan secara teknik mampu dilakukan. Lalu dilihat dari sisi penilaian
budaya mencakup nilai kepemimpina di masyarakat, nilai norma-norma dan dampak
konservasi nilai rata-ratanya 3,5. Artinya bahwa kegiatan ini masih relevan
menimbulkan pengaruh perubahan yang dinginkan kampanye ini. Proses penilaian ini
dilakukan bersama Supervisor untuk menemukan nilai keakuratan dari demplot
pertanian ladang menetap sistem agroforestri. Hal ini dipilih karena lembaga telah
membuktikan bahwa sistem ini mampu mengurangi tekanan pembukaan lahan di hutan
untu pertanian ladang berpindah. Dan tidak adan strategi lain yang dipilih dan pilihan ini
juga merupakan strategi lembaga dalam mengurangi dampak pembukaan lahan/hutan
untuk pertanian ladang berpindah ataupun untuk perkebunan sawit. Salah satu hal yang
menarik dari strategi penyingkiran hambatan berupa perladangan menetap sistem
agroforestri dapat mendukung upaya pengurangan dampak kebakaran dan penurunan
pembukaan ladang berpindah dan pembukaan lahan perkebunan sawit dengan tebas
bakar sebagai salah satu pemicu kebakaran. Tentunya keberhasilan keseluruhan strategi
bergantung pada tiga hal:
82
1. Bahwa Pengutaan Masyarakat melalui penyampaian pesan kampanye secara
berulang-ulang. Penguatan masyarakat melalui penyampaian pesan kampanye
bermuatan memberikan informasi pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan komunikasi interpersonal serta perubahan perilaku perlu dilakukan dengan strategi
berulang-ulang, sehingga pesan yang disampaikan melekat.
2. Dukungan dari Bupati untuk memberikan himbauan dan dukungan di internal
pemerintah daerah. Dukungan ini juga diperlukan penting karena dari hasil survey
pra-kampanye tercatat 66,7% petani di 2 desa target utama percaya jika yang
memberikan atau menghimbau sebuah informasi mengenai pengelolaan lahan adalah
dari Bupati, sedangkan untuk sumber terpercaya bagi para petani secara umum
keseluruhan disekitar kawasan SM Sungai Lamandau adalah himbauan Bapak Bupati
yang memperoleh tingkat kepercayaan petani 79,3%. Catatan penting ini menjadi
peluang dalam mencapai tujuan kampanye. Dari sini Bupati bisa membuat sebuah
kebijakan yang diturunkan ke internal pemerintah daerah terkait untuk mendukung
upaya tujuan keberhasilan kampanye.
3. Bahwa diperlukan kepatuhan 100% oleh petani peladang berpindah untuk
mengadopsi kegiatan demplot pertanian kebun campuran menetap tanpa
bakar. Tentunya untuk mendorong masyarakat petani berubah dan melakukan perilaku
baru (berladang berpindah menjadi berladang menetap) perlu instrumen/kendaraan
yang mendorong masyarakat petani mau mencoba melakukan selain melakukan
pendampingan melalui pertemuan-ertemuan dan pelatihan. Tipe masyarakat yang
dihadapi di sekitar SM Sungai Lamandau selain memerlukan dampingan juga ingin
melihat contoh sebuah keberhasilan yang bisa diperlihatkan ke mereka sehingga mereka
tertarik melihat, bertanya dan mau mencoba.
c. Survei (Penelitian Kuantitatif)
Dalam mendapatkan baseline data pelaksana kampanye melakukan survei pra
kampanye. Survei ini menggunakan kuesioner yang pelaksanaannya membutuhkan
banyak upaya, dantaranya mencari pewawancara yang terbukti memakan waktu dan
kompleks (membuat kesepakatan waktu berkumpul untuk pelatihan pewawancara).
Semua pewawancara sebagian besar adalah relawan dan karena itu, semuanya tidak
cukup memahami isu kawasan dan waktu pelatihan yang hanya sehari tidak cukup untuk
membuat pengantar tentang kondisi dan isu kawasan serta beberapa hal detil mengenai
kampanye, serta pemilihan responden kuesioner sehingga pasti ada jawaban yang tidak
sesuai dan menjadi bias.
Idealnya manajer kampanye mempunyai cukup waktu untuk memberikan bekal tentang
materi kampanye dan kawasan serta melakukan pemahaman isi kuesioner kepada
pewawancara. Walau kami mempunyai tim inti kampanye dan pengawas survei yang
diikutsertakan pada kelompok pewawancara besar untuk mengatisipasi kemungkinan tim
pewawancara relawan ada bertanya. Untuk memenuhi kuota petani seharusnya terlebih
dahulu dipetakan daerah mana di desa tersebut yang mempunyai jumlah
kelompok/individu yang bekerja sebagai petani. Sehingga kemungkinan kecil
mendapatkan masyarakat di luar pekerjaan petani. Ini yang juga menjadi pembelajaran
penting untuk mengenali sebelumnya karakter penempatan wilayah oleh suatu kelompok
atau individu target.
Kuesioner yang dibuat juga kami rasakan terlalu banyak pertanyaan dan hal ini
membuat waktu dan kondisi di lapangan saat terjadi interaksi wawancara dengan
responden. Ada juga beberapa pertanyaan yang mungkin tidak dipahami oleh responden
atau pertanyaan yang jawabannya berubah (tidak konsisten dari responden khalayak),
walaupun kami sudah melakukan uji pre-testing dan penyuluhan sebelumnya. Contoh
pertanyaan untuk pernyataan sikap setuju atau tidak setuju mengenai ”Membuka lahan
tebas dan bakar di kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau akan menimbulkan
masalah?”, jawabnya di pra kampanye menjawab tidak setuju (58,3%), tapi kemudian
menurun di pasca kampanye menjadi hanya 6,7% yang menjawab tidak setuju. Walau
83
disisi lain perubahan pengetahuan dan perilaku meningkat signifikan. Untuk
mengantisipasi hal ini terjadi akan dibuat pertanyaan yang spesifik dan tidak banyak,
dan sebelumnya diberitahukan isu yang akan disosialisasikan.
Instrumen-instrumen survei pra dan pasca ditinjau oleh Rare. Hal ini sangat membantu,
karena rancangan awal memiliki sejumlah pertanyaan yang memerlukan perumusan
kata-kata dengan baik supaya mudah dipahami, baik oleh pewawancara ataupun
responden. Proses pemeriksaan berulang memakan waktu, tetapi membantu saya untuk
belajar dalam membuat pertanyaan yang baik. Survei Pro terbukti mudah digunakan.
Hasil survei, dilengkapi oleh percakapan satu-satu yang kami lakukan dengan anggota-
anggota khalayak sasaran (petani target primer dan sekunder). Hal ini sangat
membantu kami untuk membangun sebuah gambaran tentang kedua kelompok target
dan memancing keluar manfaat dan hambatan yang mungkin kami perlu promosikan
atau hilangkan sehubungan dengan perubahan-perubahan perilaku yang kami inginkan.
Akhirnya, semua waktu yang saya habiskan untuk bekerja bersama dengan tim dan
relawan untuk merencanakan dan melaksanakan survei benar-benar terbayar. Informasi
yang kami dapatkan dari survei tersebut berguna bukan hanya untuk kampanye ini, tapi
juga digunakan oleh beberapa proyek lain di lembaga dan mitra lembaga.
d. Strategi Penyingkiran Halangan
Kampanye Pride SM Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, saya rasa beruntung. Kami
telah mengidentifikasi mitra "penyingkiran hambatan" (Proyek EC Lamandau dan BPP
Kotawaringin Lama) dan pendanaan (sempat didukung dari proyek Uni Eropa) sebelum
mendaftar dengan program Kampanye Pride ini. Dengan demikian, pada tahap awal
pelaksanaan program Pride, rencana penyingkiran halangan sudah bisa diterima tim.
Manajer kampanye Pride di kawasan SM Sungai Lamandau juga bekerja di Yayorin
selaku manajer divisi pendidikan dan sempat 3 tahun (2007-2009) menjadi lead
educator (yang mengkoordinir tim edukasi dan pendampingan masyarakat serta
fasilitator pertanian di proyek EC Lamandau di program OFUK) berpartisipasi dalam
lokakarya Penyingkiran Hambatan (BROP) di Bogor yang mempertemukan para Manajr
Kampanye, yang juga menangani ancaman yang sama pertanian perladangan berpindah
tebas bakar. Jelas bahwa kampanye kami menjadi lebih kompleks karena kegiatan yang
memerlukan integrasi dengan baik dengan kegiatan proyek mitra sehingga terkadang
memerlukan pembagian ’share’ pendanaan untuk berkegiatan bersama. Walau sempat
terjadi ketidaksepahaman dipertengahan tahun fase kampanye, mitra penyingkiran
hambatan kami mempertanyakan siapa yang berhak untuk mengakui hasil capaian di
demplot. Hal ini muncul sebagai akibat pergantian koordinator program proyek EC
Lamandau-OFUK. Dampaknya proses awal yang telah dijelaskan kembali ke personal
yang baru belum maksimal dipahaminya. Ternyata proses pemahaman dan
pembelajaran menjadi hal penting. Kami bersyukur menjelang tahap akhir kampanye,
mitra BR kami kembali mendukung keberadaan kegiatan penyingkiran hambatan. Proyek
EC Lamandau, program OFUK bekerjasama dengan Yayorin didukung BKSDA Kalimantan
Tengah melanjutkan pengelolaan penyingkiran hambatan (demplot kebun campuran
menetap tanpa bakar di desa target (desa Tempayung). Selain itu terus membantu
monitoring kawasan SM Sungai Lamandau serta mengadakan pertemuan-pertemuan
sosialisasi kawasan.
Setelah menyusun rencana penyingkiran halangan (BROP: Rencana Operasi
Penyingkiran Halangan), tahapan selanjutnya adalah menetapkan Sasaran-sasaran
SMART. Kami menghadapi sejumlah masalah dalam melakukan hal ini:
§ Menurut metodologi program Pride ada Survei Pengetahuan-Sikap-Perilaku Pra
Kampanye yang menetapkan data dasar dan Survei Pasca pada akhir kampanye. Ini
adalah survei-survei bersampel besar yang membantu menilai perubahan
Pengetahuan-Sikap-Perilaku. Survei Pra Kampanye dijadwalkan pada bulan sebelum
tahap universitas kedua - dalam kasus kami awal Juni 2009. Karenanya sasaran-
sasaran terkait dengan Pengetahuan dan Sikap dirancang untuk dibaca "pada awal
bulan Juni 2009". Namun pada kenyataannya kami memerlukan banyak perubahan-
84
perubahan untuk sekedar menentukan hipotesa yang tertuang pada sasaran SMART
tercapai atau tidak. Perubahan yang dimaksud adalah strategi pemasaran pesan dan
teknik komunikasi. Strategi pelaksanaan waktu dan delegasi tim kampanye.
§ Secara teoritis, tahap-tahap perubahan tampaknya sangat mudah. Orang-orang
berpindah dari satu tahap ke tahap lainnya dan bahwa satu kelompok dalam suatu
tahap. Pada kenyataannya, sementara sebagian besar petani sudah pada tahap
kontemplasi, tapi tidak semua berada dalam tahap tersebut. Beberapa sudah tahu
tentang isu-isu yang ada. Karena kegiatan yang sifatnya untuk perubahan tujuan
yang sama dengan capaian kampanye juga dilakukan oleh proyek EC Lamandau dari
tahu 2007. Dengan demikian sulit untuk mengatakan kita hanya perlu materi untuk
jenis pesan tertentu, ketika kami harus mendapatkan kepatuhan 100%. Untuk itu
kami cenderung harus memproduksi materi untuk semua tahap.
§ Teori difusi inovasi yang diajarkan dapat menimbulkan masalah dalam konteks untuk
kelestarian orangutan dan SM Sungai Lamandau. Kami belajar bahwa sementara
beberapa individu dalam suatu populasi adalah pengadopsi awal dan akan mengambil
gagasan atau konsep baru dengan cepat, individu-individu lain akan lambat,
membutuhkan waktu lama untuk mengadopsi perilaku baru. Mengharapkan
kepatuhan 100% dalam waktu pendek adalah tantangan. Perlu waktu dan biaya
lanjutan untuk mengawal proses penguatan berkelanjutan hingga muncul aktor lokal
yang mampu mengawal secara lokal. Meskipun demikian, saya pikir hal ini bisa
dipenuhi dengan menyampaikan dan membuktikan manfaat-manfaat besar (dari
hasil tanaman demplot), membuat kesepakatan lokal yang jika dilanggar maka
khalayak yang menanggung resiko pelanggaran kesepakatan yang dibuatnya.
Secara umum proses perencanaan berjalan lancar. Dalam konteks kampanye ini,
prosesnya difasilitasi oleh lembaga mitra yang kuat, mitra penyingkir halangan dan
pendanaan, panitia pengarah yang melibatkan diri dan seorang mentor yang
memberikan umpan balik secara cepat dan terinci.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai pada tanggal 1 Juli 2009 dan berjalan hingga Manajer
Kampanye kembali untuk tahap universitas ketiga pada tanggal 1 Juli 2010. Saya akan
meninjau tahap ini dalam konteks yang diacu Rare sebagai 3K (3C).
a. Kapasitas (Capacity)
Kapasitas dapat dibagi menjadi peningkatan dalam kemampuan saya sendiri dan
kemampuan lembaga tempat saya bekerja. Dalam kaitannya dengan yang pertama,
sebelum bergabung dengan Program Pride, saya sudah bekerja di lembaga saya selaku
manajer pendidikan yang selama 3 tahun membantu kegiatan pendidikan dan
penyadaran serta pendampingan penguatan masyarakat berkaitan dengan isu-isu
penjangkauan. Sebelumnya saya belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan program
kepemimpinan lama (2 tahun) yang memberikan berbagai bentuk cara berkomunikasi
dan pengenalan metode pemasaran sosial (social marketing) yang dikaitkan dengan
kampanye lingkungan. Pada pelatihan ini juga diperkenalkan bagaimana mengenal Teori
Perubahan, segmentasi khalayak, disain materi kampanye dan menetapkan sasaran
berbasis SMART (spesifik, terukur, berdasarkan aksi, realistis dan dibatasi waktu).
Secara pribadi saya melihat dua fase universitas pertama sangat baik tetapi memerlukan
kerja yang sangat keras. Hanya ada sedikit waktu untuk refleksi dan terlalu banyak
tugas, namun teori-teori yang diberikan telah berhasil membantu saya untuk
menyelesaikan kampanye. Beberapa contoh perubahan kapasitas di pribadi atau
lembaga:
§ Sebelumnya lembaga saya pernah membuat berbagai media pesan kampanye
berupa poster di masa lalu, tapi tidak pernah berpikir tentang segmentasi
85
masyarakat atau ada pengujian pesan. Kesenderungan saat itu lembaga masih
merancang poster sendiri dan idenya ditunjukkan hanya dikalangan rekan-rekan di
lembaga dan kemudian mengirimkannya ke percetakan. Sekarang saya mengerti dan
lembaga juga mulai mengerti bahwa dalam membuat media pemasaran pesan
merupakan hasil tanggapan yang diterima dari kacamata khalayak untuk melihat
betapa pentingnya pengiriman pesan yang efektif.
Berkaitan dengan peningkatan kapasitas saya, sebelum adanya program pelatihan
pengembangan kepemimpinan yang dibuat RARE selama 2 tahun (2008-2010),
mendapati diri selaku personal yang menjalankan kegiatan mengalami kemajuan dalam
segi kapasitas diri. Sebelumnya saya merasa masih belum terlalu bisa mengambil
keputusan dan bernegosiasi kini setelah mengikuti program ini mulai dirasakan ada
perubahan. Sebagai contoh kasus dalam sebuah kesepakatan pada pertengahan waktu
kegiatan terjadi keraguan mitra kerja lembaga pada pelaksanaan salah satu kegiatan
proyek Pride ini, saya mendapat amanat kepercayaan lembaga untuk melakukan
negosiasi dan mengambil beberapa keputusan penting. Seperti menegaskan apa yang
perlu dan harus dilakukan, bagaimana kerjasama itu dimainkan dan meyakinkan kembali
tujuan. Hal ini dilakukan melalui pendekatan personal. Pada tahap akhir dan melalui
banyak proses, lembaga mitra dalam kasus kerja sama pelaksanaan kegiatan proyek
pride mulai memberikan komitmen untuk membantu mengembangkan proyek. Dalam
hal ini saya memfasilitasi keberlangsungan kegiatan tim perwakilan lembaga pada
program proyek mitra yang berintegrasi dengan proyek Pride (untuk pelaksanaan
kegiatan penyingkiran Hambatan/Barrier Removal). Pada kesempatan lain
perkembangan pribadi kepemimpinan yang saya rasakan terlihat, adalah pengakuan
lembaga untuk saya menjadi utusan-utusan diberbagai pertemuan, beberapa
diantaranya mengenai hal-hal yang berkaitan mengenai pengelolaan konservasi (diminta
BKSDA Kalteng membahas pengembangan tanaman jelutung di tapal batas kawasan SM
Sungai Lamandau dan lahan masyarakat dan pengendalian kebakaran lahan dan hutan;
BLH dan KNPI kotawaringin Barat untuk pengelolaan kader lingkungan dan strategi
kampanye orangutan yang diminta WWF Indonesia-Kalimantan Tengah. Kesimpulannya
saya mampu mengemban amanat tugas lembaga untuk dipublikasikan kepada para
pihak. Dalam hal ini saya bisa merasakan juga bagaimana mengkoordinir waktu kegiatan
dan tim.
Berkaitan dengan pengelolaan proyek Manajer Kampanye selalu melihat kembali
Rencana Kerja Operasional Kampanye (Campaign Operational Work Plan). Rencana kerja
ini selalu diperbaharui capaiannya dan dimonitor kegiatan yang sekiranya memerlukan
tenggang waktu mundur. Ini juga dikomunikasikan kepada tim pelaksana kampanye.
Alat evaluasi kerja ini juga sering di dalam rapat koordinasi internal lembaga diutarakan
kepada staf program lain. Untuk teknik fasilitasi sepenuhnya hampir sebagian besar
mendelegasikan tim pendidikan dan perpustakaan keliling yang bekerja untuk Proyek EC
Lamandau yang mefasilitasi. Kecuali kegiatan besar seperti studi banding dibentuk tim
khusus yang mefasiltasi dan semua berperan memfasilitasi, dari memfasilitasi
pertemuannya, materinya, pelatihannya, permainan interaktifnya sampai tanya jawab
dan rencana tindak lanjut kegiatan.
Selama tahun pertama berjalannya program, saya telah diminta untuk melacak dan
mengevaluasi kemajuan saya sendiri dengan menggunakan Rencana Perkembangan
Pribadi (Personal Development Plan) seputar tema-tema seperti teori dan aplikasi praktis
pemasaran sosial, kemampuan dan metode riset, pengelolaan proyek, kepemimpinan,
penggunaan tekhnologi, dll. Anda dapat melacak kemajuan yang saya evaluasi sendiri
dengan melihat halaman kampanye saya di RarePlanet. Sedangkan di tahun kedua saya
memonitor dan mengevaluasi capaian kegiatan dengan selalu melihat Rencana Kerja
Operasional Kampanye (Campaign Operational Work Plan). Saya diminta untuk
mendaftar tiga bidang khusus yang saya harapkan akan berkembang seiring dengan
berjalannya program:
86
§ Pemasaran sosial: Ketika memulai pelatihan saya memberi diri saya peringkat “1”
untuk kemampuan memahami dan mengartikulasikan konsep-konsep dasar
pemasaran sosial, peringkat “1” untuk kemampuan saya melakukan segmentasi
khalayak. Skor “1” didefinisikan sebagai “tidak menyadari kemampuan”. Setelah
melaksanakan kampanye dengan memperhatikan segmentasi khalayak sasaran,
berhasil membuahkan media menarik yang menggerakkan para petani di dua desa
target primer (Tempayung dan Babual Baboti) untuk mengadopsi pertanian
ladang/kebun campuran menetap yang sebagian sudah tanpa bakar. Saya meyakini
bahwa tahap kemampuan saya telah meningkat menjadi “4” (memiliki kemampuan
untuk melaksanakannya) dan mungkin bahkan “5” (benar-benar memiliki
kemampuan dan mampu mengajarkannya kepada yang lain).
§ Penyingkiran hambatan: Ketika memulai pelatihan ini saya menilai diri saya pada
peringkat “1” untuk kemampuan menilai secara kritis kelayakan strategi
penyingkiran hambatan, dan “2” untuk kemampuan saya mengintegrasikan pesan-
pesan penyingkiran hambatan ke dalam materi-materi kampanye. Setelah
berpartisipasi secara aktif dalam proses BRAVO dan BROP dan melihat pelaksanaan
program kampanye berladang menetap yang didukung masyarakat, saya meyakini
bahwa kemampuan saya telah meningkat menjadi “4” (memiliki kemampuan untuk
melaksanakannya sendiri).
§ Membuat rencana yang meyakinkan: Ketika memulai pelatihan, saya menilai diri
saya sendiri kurang mempunyai kemampuan membuat Rencana Proyek yang
meyakinkan. Setelah menyelesaikan rencana proyek sebagai unit akademik dan yang
telah dijalankan dengan sejumlah kesuksesan, saya meyakini bahwa kemampuan
saya telah meningkat menjadi “4” (memiliki kemampuan untuk melaksanakannya
sendiri).
Ketika pembimbing/supervisor langsung saya, Togu Simorangkir, diminta untuk
memvalidasi peningkatan kemampuan saya seiring berjalannya program. Togu
menyatakan langsung pada pertemuan presentasi saya di seminar Melanjutkan
Perubahan, Belajar Dari Penggerak Konservasi Akar Rumput yang dihadiri 9 Agustus
2010 di Hotel Santika Bogor dihadapan para undangan penggiat konservasi lainnya dan
mentor saya di RARE, bahwa: “Eddy banyak perubahan. Dalam berbicara sudah memiliki
alur yang baik. Dia lebih yakin dan memiliki kemampuan itu melalui kampanye ini.”
Terkait dengan membangun kapasitas kelembagaan: Sejauh dimungkinkan saya telah
berbagi pengalaman dengan para staf lembaga yang lain. Saya telah menyelenggarakan
sesi-sesi sosialisasi mengenai rencana kampanye Pride SM Sungai Lamandau, yang
menjelaskan rencana Pride dan BROP, bentuk Model Konsep, pembuatan Sasaran-
sasaran SMART dan desain materi. Saya telah secara aktif melibatkan para staf lembaga
dalam pertemuan para pemangku kepentingan dan pelatihan serta penyebaran media
pemasaran pesan kampanye. Saya adalah pengguna aktif RarePlanet dan mendorong
pembimbing/supervisor saya untuk menggunakannya juga. Mungkin manfaat yang tak
terduga muncul pada rekan-rekan staf di lembaga yang membantu kontribusi capaian-
capaian kampanye di lapangan untuk sebuah tulisan dib log RarePlanet kampanye SM
Sungai Lamandau. Hal ini memberi semangat rekan kerja untuk menulis kampanye Pride
SM Sungai Lamandau atau tulisan kampanye untuk konservasi lain.
b. Konstituen (Constituent)
Bukti bahwa kampanye menciptakan konstituen pendukung diilustrasikan dengan jumlah
relawan yang membantu dalam proyek tersebut. Lebih dari 50 individu yang berbeda
membantu; mulai dari melakukan survei pra dan pasca kampanye, membagi-bagikan
poster dan stiker hingga pin dan kalender. Ini tidak termasuk vendor yang membantu
disain media dan bahan-bahan yang telah didiskon. Perubahan pengetahuan dan sikap
telah dilaporkan pada bagian Hasil Kampanye pada Laporan ini. Saya menyatakan
bahwa kampanye adalah penyebab perubahan perilaku di kalangan petani peladang
berpindah, dimana sebelum proyek tersebut tercatat 202 peladang berpindah yang
87
masih tebas bakar. Sementara keyakinan kami di awal harapannya dengan peningkatan
pengetahuan dan praktek yang diaplikasikan melalui penyingkiran hambatan maka
pengetahuan, sikap dan perilaku berubah dan konstituen terbangun. Contoh pada
tahpan perubahan perilaku dari hasil survey pra dibandingkan dengan hasil survey pasca
masyarakat target primer yang berpikir kawasan SM Sungai Lamandau itu penting naik 5
% dari 8,3% dan di target sekunder 10,1% dari 13,1%. Proses berpikir yang berubah
dapat berpengaruh pada sikap tindakan konstituen. Kami mungkin bertanya apakah
semua kendaraan yang digunakan berhasil merubah itu, sekali lagi kita dapat melihat ke
survei pasca kampanye untuk mendapatkan beberapa jawaban.
Tabel 23. Paparan informasi pada berbagai kegiatan pemasaran Kampanye Pride
Kegiatan
Petani
Primer 2 desa
Petani
Sekunder 10 desa
Total
ILM radio-Berladang Menetap Tanpa Bakar-Kopi Asin 59% 23% 41%
Talkshow radio 63% 31% 47%
Insert di radio-Himbuan Bupati 93% 60% 77%
Stiker logo berslogan kampanye 74% 42% 58%
Pin logo berslogan kampanye 87% 45% 66%
Poster-berladang menetap 74% 44% 59%
Kalender-perubahan iklim 70% 37% 53%
Buletin SUMPITAN 96% 42% 69%
Lembar Fakta-langkah kelola lahan tanpa bakar 56% 24% 40%
Demplot Pertanian Menetap Tanpa Bakar 93% 17% 55%
Pelatihan dan Studi Banding Pertanian Menetap Tanpa Bakar 100% 21% 61%
Pertemuan Masyarakat 78% 43% 61%
Sumber: Data dalam Tabel 3 didasarkan pada wawancara-wawancara dengan 761 responden dalam survei pasca kampanye (N = 9 petani target primer dan 691 pertani target sekunder dan sisanya 61 responden adalah masyarakat dengan mata pencaharian bukan petani).
Dari tabel di atas kita seharusnya sudah dapat melihat media atau saluran komunikasi
pesan kampanye yang paling berhasil untuk masing-masing khalayak dan yang paling
tidak berhasil. Karena distribusi informasi yang lebih banyak dilakukan lebih banyak di
desa Target Primer. Untuk tujuan belajar dan berbagi pelajaran, saya akan memilih satu
dari masing-masing untuk ditinjau lebih lanjut:
1. Petani Khalayak target Primer (2 desa=Tempayung dan Babual Baboti).
Terlihat pada tabel di atas hampir sebagian besar komposisi penyampaian pesan
lebih tinggi diberikan di desa target primer. Hal ini dikarenakan kedua desa ini
merupakan desa yang ditunjuk di kampanye ini untuk mendapatkan perubahan
utama. Dari hasil perbandingan survey pra dan survey pasca kampnye tercatat
kegiatan pelatihan dan studi banding pertanian menetap merupakan kegiatan yang
sangat berkesan dan disukai khalayak desa target primer. Kenaikannnya mencapai
65% dari sebelumnya 8,3%. Hal ini dikarenakan masyarakat desa ini sangat tertarik
pada kegiatan pertanian menetap yang menghasilkan. Selain itu karena
masyarakatnya memerlukan pemberdayaan pelatihan pertanian dan sesuai keinginan
desa ini untuk menjadikan desa ini daerah sumber hasil pertanian dan perkebunan
(menjadi target rencana pembangunan di kedua desa). Kemunian media lain yang
mendorong perubahan pengetahuan adalah kesan yang tinggi pada poster, yaitu
sampai 86,7% dan demplot 66,7%.
2. Petani Khalayak target Sekunder (10 desa lain disekitar SM Sungai Lamandau)
Poster merupakan media yang diminati tertinggi dan berkesan di masyarakat petani
sekunder (peningkatan 42,5% dari 5,8%). Kemudian media lain yang memang
sebarannya dijangkau oleh khalayak luas, seperti iklan di radio di khalayak petani
taget sekunder yang berkesan mencapai 20,2% dari 8,2%. Selain itu iklan radio
yang dikemas dalam bentuk insert himbauan bupati mencapai angka kenaikan kesan
dari 23,6% dari 0%. Kegiatan lainnya hampir rata-rata diminati dan berkesan, hanya
88
saja persentase kepeminatan dan kesannya rendah. Hampir rata-rata mereka
terkesan pada kegiatan pemasaran pesan kampanye meningkat.
Gambar 39. Kesan media pemasaran pesan komunikasi kampanye oleh masyarakat petani target
Ada beberapa media pemasaran pesan yang terlihat perbedaan kesan sehingga kesan
dan minat menurun, seperti pin dengan stiker di masyarakat target primer dengan
sekunder mempunyai kesan yang berbeda. Di khalayak petani target sekunder pin
terlihat tidak berkesan, adalah karena media ini memang sebarannnya lebih banyak di
desa target primer. Selain itu karena ada beberapa pin yang sampai di masyarakat
petani target sekunder sehingga mereka tidak menjadi fokus dan berkesan.
Pembelajaran dari penyampaian media pesan kampanye ini bahwa untuk membangun
dukungan konstituen diperlukan:
§ Konsisten dalam bentuk dan pesan kampanye. Sehingga khlayak tahu kampanye
ini ingin mengajak mereka melakukan apa.
§ Media yang disebarkan dalam satu bentuk dikeluarkan dengan batasan interval
waktu. Artinya satu media dengan media lain yang bentuknya sama dikeluarkan
tidak pada waktu yang sama.
§ Terlebih dulu semua media harus melalui uji media ke masyarakat target dan tim
pelaksana kampanye serta rekan di lembaga dan mitra, sehingga saat media ini
keluar mereka pernah menyatakan media itu pernah mereka bahas dan penting
untuk penyebaran pesan komunikasi kampanye dan semua mempunyai
pemahaman yang sama. Hasil ini membedakan dari efektifitas media-media
pesan komunikasi lembaga sebelumnya. Untuk sekarang media yang digunakan
disenangi khalayak. Contoh poster yang menggambarkan petani, mereka merasa
itu diri mereka, sehingga mereka mudah tertarik. Hanya saja kesadaran tidak
serta merta terlihat cepat. Kami yakin dengan konsisten kami yang dimulai dari
pembelajaran kampanye bangga ini mampu membuat perubahan yang lebih baik.
Petani Target Primer Petani Target Sekunder
89
§ Bentuk media yang berkesan di masyarakat bisa menjadi bentuk media yang
dibuat kembali dengan gambaran berbeda dan pesan yang sama atau
menyesuaikan tujuan/capaian perubahan dan konservasi baru.
c. Konservasi (Conservation)
Kampanye Pride ini cukup ambisius setelah direnungkan. Kami mengukur jumlah yang
lebih besar dalam sasaran perubahan perilaku kami daripada dalam sasaran
pengetahuan dan sasaran sikap kami. Dalam sebagian besar kampanye, jumlah
perubahan terbesar adalah dalam sasaran pengetahuan, disusul dengan perubahan
dalam sasaran sikap, dan akhirnya perubahan kecil dalam perilaku. Ada hal yang
terbilang masih belum mencapai keinginan pada kampanye ini adalah membuat
masyarakat membicarakan tentang pentingnya berladang menetap tanpa bakar dan hal-
hal mengenai pelestarian hutan dan orangutan kepada saudara dan tetangganya masih
terbilang kurang. Walau hasil survei pasca memperlihatkan kenaikan. Jujur bahwa
enumerator/pewawancara ada yang mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan
enumerator adalah sebagian besar orang baru, sehingga latar belakang kampanye ini
kurang banyak dipahami, walau telah diberikan pengarahan manajer kampanye atau
koordinator tiap-tiap wilayah survei.
Saya kira kunci sukses ini adalah bahwa (1) petani sebelumnya sudah tertarik sampai
menunggu kesempatan mereka tahu cara implementasinya, sehingga kami bisa
menjangkau mereka semua dengan pesan-pesan kami dan (2) kami memiliki mitra
penyingkiran hambatan bagus sekali, RARE telah memberikan komitmen pendanaan
untuk memproyeksikan penyingkiran hambatan untuk biaya-biaya pembuatan model
demplot, tenaga, pengadaan bibit, pendampingan praktek. Untuk Proyek EC Lamandau-
OFUK yang bekerja sama dengan Yayorin didukung BKSDA Kalimantan Tengah akan
membiayai monitoring dan pendampingan serta mobilisasi (transport) serta
keberlanjutan lepas tahun pertama pelaksanaan penyingkiran hambatan (demplot).
Hanya saja sempat di pertengahan tahun kegiatan terjadi keraguan pihak manajemen
Proyek EC Lamandau-OFUK mengenai keberadaan demplot ini milik program siapa.
Ditegaskan oleh manajer kampanye Pride SM Sungai Lamandau pada tim manajer
program proyek EC Lamandau dan tim evaluator dari deleasi Uni Eropa bahwa kegiatan
demplot ini dibangun untuk membantu pengurangan kegiatan perladangan berpindah
tebas bakar dan bahaya kebakaran yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Demplot ini
sifatnya terjadi penawaran kerjasama berbagi siapa mengerjakan apa. Pihak manajer
program EC Lamandau yang pertama menyepakati ini dan keraguan pada personal
pengganti manajer program yang tidak menerima pesan lengkap tentang proses
kerjasama penyingkiran hambatan ini. Selanjutkanya mitra penyingkiran hambatan yang
dianggap paling berperan membantu mengeluarkan rekomendasi dan bantuan teknis,
seperti tenaga penyuluh dan buku-buku praktek pertanian atau kebun campuran adalah
dari Dinas Pertanian melalui Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan. Ini sebuah
pembelajaran untuk langkah strategi tindak lanjut dari proyek ini.
Ada beberapa hal yang akan saya lakukan berbeda jika saya harus melakukan
kampanye ini lagi terutama yang berhubungan dengan sejumlah sasaran SMART yang
saya tetapkan dan melanjutkan pengelolaan penyingkiran hambatan. Sebagai contoh,
dalam jangka panjang kami ingin menjadikan SM Sungai Lamandau diketahui dengan
sadar bahwa SM Sungai Lamandau kawasan hutan lindung yang memberikan sumber
kehidupan yang dikelola bersama kelestariannya. Tetapi hal ini bisa terjadi jika ada
koordinasi baik dari pelaksanaan kegiatan yang banyak dibangun untuk konservasi SM
Sungai Lamandau dan penguatan masyarakat sekitarnya.
Selain itu membuat kegiatan yang lebih efektif mengarahkan bahwa kegiatan itu
membuat petani memahami bahwa ladang berpindah tebas bakar atau berladang
dengan membakar merupakan ancaman hutan di kawasan sekitar dan SM Sungai
Lamandau. Sedangkan dalam pengemasan pesan kami perlu melibatkan produk
marketing besar seperti produk minuman dan provider telepon seluler yang
jangkauannya luas. Kegiatan dengan pengemasan pesan-pesan akan dibuat lebih fokus
90
dan menarik yang mengubah pesan menjadi tindakan. Pada saat penulisan laporan ini,
pada awal Juli 2010, kami memiliki indikasi awal dari keberhasilan kampanye ini di
masyarakat desa target dan sekitar SM Sungai Lamandau. Selama beberapa minggu
terakhir pada bulan Juli 2010 tidak ada informasi kebakaran hutan akibat perladangan
berpindah.menetap tebas bakar. Hal ini merupakan indikasi dari keberhasilan kampanye
mengajak berladang menetap tanpa bakar. Tapi hal ini terlalu dini untuk dipastikan,
karena sampai Agustus 2010 ini masih turun hujan yang diperkirakan karena terjadi
perubahan iklim yang mempengaruhi musim. Pakar Perubahan Iklim ITB Armi Susandi,
mengatakan saat ini adalah musim kemarau. Namun terjadi Lamina yang berupa
penguapan tinggi di wilayah timur Indonesia sehingga menyebabkan wilayah Indonesia
basah. “Ini membuat Indonesia menjadi tidak kering total (http: //
www.inilah.com/news/read/2010/07/09/652851/penyimpangan-iklim-ri-bisa banjir-
besar/). Walau hal lain menguatkan bahwa kampanye ini berhasil adalah di wilayah
selain daerah target kampanye dan di luar wilayah kerja lembaga, masih terjadi
pembakaran dan tercatat ada titik panas api (hot spot) (BorneoNews, 2010)
Ke depan, kami menyadari bahwa pekerjaan kami belum selesai. Mengurangi kegiatan
pembukaan lahan untuk perkebunan dan perladangan dengan tebas bakar di dalam dan
sekitar SM Sungai Lamandau menjadi tantangan utama. Jika tidak dikurangi akan terus
berdampak memberikan kontribusi dampak perubahan iklim yang mempengaruhi sector
kegiatan pendukung kehidupan masyarakat sekitar kawasan Sm Sungai Lamandau.
Kami tahu bahwa kami harus selalu mengingatkan masyarakat petani, masyarakat
umum lainnya yang mengambil manfaat SM Sungai Lamandau dan yang hidup di sekitar
SM Sungai Lamandau, rekan-rekan di lembaga dan pihak-pihak lain yang mengelola SM
Sungai Lamandau bahwa mereka harus mendukung informasi tiap kampanye berladang
menetap dan tidak/mengurangi membakar lahan. Untuk itu, kami memiliki rencana
supaya kampanye dapat terus berkesinambungan dan terus bekerja dengan khalayak-
khalayak sasaran.
Tentu saja masih terlalu dini untuk mengetahui apakah populasi orangutan akan kembali
meningkat dan burung migrant akan selalu kembali ke wilayah danau burung. Perlu ada
penelitian mendalam yang mengundang khusus peneliti populasi orangutan di kawasan
SM Sungai Lamandau dan memantau berkelanjutan aktifitas per tahun gerakan dari
burung migrasi tersebut.
4. Teori Perubahan (Theory of Change = ToC)
Kampanye SM Sungai Lamandau dibangun di atas asumsi bahwa jika kita
menginformasikan kepada petani khalayak target primer dan sekunder tentang masalah-
masalah pertanian berladang menetap dapat menguntungkan (meningkatakan ekonomi
petani), dapat mengurangi bahkan menghentikan kebakaran hutan, melestarikan
sumber kehidupan dan habitat satwa liar sehingga tidak menjadi hama yang disebabkan
oleh pembukaan ladang berpindah tebas bakar. Peran mereka dalam membuat
pengurangan kegiatan pembukaan lahan untuk perladangan berpindah tebas bakar dan
sikap mereka terhadap pembukaan lahan ladang atau kebun berpindah dengan pola
tebas bakar tidak menguntungkan dan merugikan meningkat.
Awalnya kegiatan ini bisa berhasil karena lembaga telah melakukan kegiatan pertanian
agroforestri yang berhasil mengajak masyarakat mengurangi pembukaan ladang
berpindah untuk berladang menetap yang sebagian masih melakukan pembakaran
sistem pembakaran yang diisolasi dengan sekat bakar atau tradisi bekerjasama
mengawasi api pembakaran agar tidak merambat ke daerah lain. Api diharapkan hanya
membakar daerah yang dibuka. Hasilnya saat ini masyarakat dampingan lembaga di
wilayah hulu DAS Belantikan merasakan tidak jauh mengambil hasil ladang. Dari ide ini
muncul untuk melakukan perubahan di masyarakat target primer dan menghimbau
masyarakat target sekunder melakukan pembukaan lahan pertanian dengan tidak
berpindah dan membakar lagi, sehingga menghemat waktu, biaya dan tenaga serta
tidak berdampak pada bahaya kebakaran hutan yang bisa menghabiskan hutan habitat
91
orangutan dan satwa liar lain serta sumber kehidupan masyarakat, seperti air bersih,
ikan dan getah jelutung.
Dari pengalaman lembaga dan ide pemikiran itu maka teori perubahan disusun untuk
membuat perubahan perilaku masyarakat petani target yang tercatat sebelumnya 175
KK dari 2 desa (Tempayung dan Babual Baboti), setelah didata ulang tercatat 202 KK
berladang berpindah. Harapannya 50% (101) peladang berpindah di 2 desa target
primer mengadopsi kegiatan perladangan menetap tanpa bakar. Hasilnya ternyata
perubahan melebihi target sampai 16,84% (pra 0-50%; pasca 0-58,42%; perubahan
8,42%; persen poinnya 116,84%).
Dari awal kami bisa memprediksi pengaruh kampanye ini secara keseluruhan hingga
berpengaruh dalam capaian konservasi. Dari hasil ini, kami telah mampu menunjukkan
perubahan pada setiap bagian dari Teori Perubahan. Karena kami tidak menjalankan
kawasan kontrol (perbandingan), kami tidak bisa memastikan bahwa perubahan ini
disebabkan oleh kampanye Pride, tapi pasti ada kemungkinan bahwa perubahan-
perubahan tersebut merupakan pengaruh kampanye karena tidak ada program
konservasi serupa di desa target primer ini di waktu yang bersamaan dengan kampanye
kami. Lebih lanjut, 80% masyarakat mematuhi perintah Kepala Desa yang menghimbau
untuk melakukan perladangan menetap dan membuka lahan dengan tidak membakar.
Tapi kami harus waspada, sehingga pekerjaan kita tidak berakhir. Tingkat Kepatuhan
perlu dipertahankan, pemantauan terhadap praktek pembukaan lahan dengan tebas
bakar oleh peladang menetap tanpa bakar dan 39 KK (19,30%) dan peladang berpindah
dengan tebas bakar sebanyak 42 KK (20,79%). Hal ini menjadi rencana tindak lanjut
bagi pelaksanaan kampanye berikutnya di target yang sama untuk memastikan mereka
mematuhi berladang menetap tanpa bakar menguntungkan dan bisa mengurangi target
perubahan yang saat ini masih belum dicapai pada mereka yang menetap masih
membakar dan beprindah dengan tebas bakar.