49
Bab 6 Prakiraan Dampak Besar dan Penting 6.1 Umum Pembangunan PPN Kuala Cangkoi diprakirakan akan menimbulkan dampak, baik positif maupun negative terhadap lingkungan. Prakiraan dampak potensial kegiatan pembangunan diidentifikasikan dengan menggunakan Metoda Bagan Alir Prakiraan Dampak. Bagan alir tersebut menunjukkan terjadinya dampak yang iakibatkan oleh komponen-komponen kegiatan proyek, baik pada tahap pra konstruksi, konstruksi, maupun pasca konstruksi seperti ditunjukkan pada Gambar 6.5. Tingkat kepentingan dampak terhadap komponen lingkungan setiap tahapnya akan dibahas pada uraian berikut. 6.2 Tahap Pra Konstruksi 6.2.1 Pembebasan Lahan Lahan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk dapat mambangun pelabuhan perikanan nusantara. Luas lahan keseluruhan yang dibutuhkan untuk pembangunan PPN Kuala Cangkoi di Kabupaten Aceh Utara seluas 1.224.400 meter persegiyang terdiri dari 999.400 meter persegi untuk pembahunan dermaga bongkar muat, tambat labuh, dan kolam pelabuhan, dan 225.000 meter persegi untuk keperluan fasilitas penunjang pelabuhan. Secara rinci kebutuhan luasan untuk pembangunan PPN Kuala Cangkoi disajikan pada Table 6.1. No Fasilitas Satuan Dimensi 1 2 Pemecah gelombang (sebelah timur) Pemecah gelombang (sebelah barat) m m 1.306 1.099 Subtotal 1 2.405

Bab 6 & Bab 7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bab 6 & 7

Citation preview

Bab 6Prakiraan Dampak Besardan Penting

6.1UmumPembangunan PPN Kuala Cangkoi diprakirakan akan menimbulkan dampak, baik positif maupun negative terhadap lingkungan. Prakiraan dampak potensial kegiatan pembangunan diidentifikasikan dengan menggunakan Metoda Bagan Alir Prakiraan Dampak. Bagan alir tersebut menunjukkan terjadinya dampak yang iakibatkan oleh komponen-komponen kegiatan proyek, baik pada tahap pra konstruksi, konstruksi, maupun pasca konstruksi seperti ditunjukkan pada Gambar 6.5.Tingkat kepentingan dampak terhadap komponen lingkungan setiap tahapnya akan dibahas pada uraian berikut.

6.2Tahap Pra Konstruksi6.2.1Pembebasan Lahan

Lahan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk dapat mambangun pelabuhan perikanan nusantara. Luas lahan keseluruhan yang dibutuhkan untuk pembangunan PPN Kuala Cangkoi di Kabupaten Aceh Utara seluas 1.224.400 meter persegiyang terdiri dari 999.400 meter persegi untuk pembahunan dermaga bongkar muat, tambat labuh, dan kolam pelabuhan, dan 225.000 meter persegi untuk keperluan fasilitas penunjang pelabuhan. Secara rinci kebutuhan luasan untuk pembangunan PPN Kuala Cangkoi disajikan pada Table 6.1.NoFasilitasSatuanDimensi

12Pemecah gelombang (sebelah timur)Pemecah gelombang (sebelah barat)

1.3061.099

Subtotal 12.405

3456Dermaga muatDermaga bongkarDermaga tambat labuhKolam pelabuhan

2.0002.0003.500991.500

Subtotal 2999.400

7Fasilitas penunjang pelabuhan225.000

Subtotal 3

Subtotal 2 + Subtotal 31.224.000

Sumber: diolah dari data studi kelayakan, 2005

Dilihat dari status, tanh rencana pelabuhan adalah tanah milik Negara (Pemda) seluas 2 hektar; dan selabihnya tanah milik penduduk (tanah adat). Tanah milik Pemda semula diperuntukkan bagi kepentingan nelayan dan pada saat survey tidak lagi digunakan semenjak terjadinya tsunami.Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) untuk tanah di rencan lokasi pelabuhan berkisar antara Rp.10.000 hingga Rp.20.000 / dengan rata-rata sekitar Rp.15.000. Apabilka dikalkulasi nilai pembebasan lahan uuntuk lahan penduduk sekitar 12.044 hingga 24.088 milyar rupiah.Berdasrkan data lapangan, rencananya tanah tersebut akan dibebaskan sepenuhnya oleh Pemda Kabupaten Aceh Utara. Masyarakat di rencana lokasi pembangunan pelabuhan sudah menyatakan kesediaannya untuk membebaskan lahannya bagi kepentingab pembangunan pelabuhan perikanan yang diwujudkan dengan adanya pernyataan tertulis seluruh masyarakat yang lahannya diperkirakan akan terpakai untuk keperluan pembangunan PPN Kuala Cangkoi. Isi dari pernyataan tersebut antara lain :1. Sehubungan dangan rencana pembangunan Pelabuhan Nusantara yang lokasinya direncanakan di bekas PPI Kuala Cangkoi Kec. Tanah Pasir2. Warga kami masyarakat Gampong Kuala Cangkoi mendukung sepenuhnya dan bersedia diberi ganti rugi tanah milik kami untuk lokasi pembangunan PPN tersebut dengan harga di bawah pasaran yang berlaku menurut keadaan tanah sesuai dengan kebutuhan PPN.3. Untuk keyakinan bagi Bapak dalam hal ini, nama dan tanda tangan kami pemilik tanah turut kami lampirkan 4. Tentang ganti rugi tanah untuk lokasi PPN diharapkan langsung berhubungan dengan kami pemilik tanah dan tidak melalui calo atau orang lain kecuali Panglima Laut dan Geuchik Gampong Kuala Cangkoi.5. Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya untuk Bapak maklumi, atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih.Dari kondisi tersebut, berkaitan dengan rencana pembebasan lahan, diprakirakan kegiatan pembebasan lahan untuk keperluan pembangunan PPN Kuala Cangkoi berdampak negatif terhadap persepsi dan sikap masyarakat.Dikatakan negative karena kegiatan pembebasan lahan akan menyababkan berpindahnya hak penguasaan lahan yang berpindah dari penduduk ke pemerintah. Penduduk tidak dapat lagi memanfaatkan lahan tersebut untuk keperluan mereka. Kondisi seperti ini merupakan dampak yang merugikan bagi masyarakat apalagi kaua cara dan nilai pembebasannya tidak sesuai dengan keinginan si pemilik lahan.

6.2.2Sosialisasi, Survei dan PerijinanKegiatan sosialisasi, survey lapangan dan pengurusan perijinan diprakirakan akan menimbulkan dampak positif terhadap persepsi dan sikap masyarakat yang ada di wilayah lapak proyek terutama masyarakat yang ada sepanjang pesisir pantai Desa Kuala Cangkoi dan Baktiya Barat.Kegiatan survey dan perijinan antara lain meliputi kegiatan: Sosialisasi kepada nelayan dan petambak] Pengukuran, pengambilan sampel, dan pengamatan lapangan Wawancara dengan masyarakat Pengumpulan data sekunder dari berbagai instansi terkait Poengurusan perijinan pada instansi terkaitSurvey yang dilakukakn di lokasi studi kegiatan oleh kelembagaan lain sudah cukup sering sehingga adanya kegiatan survey yang dilakukakan Tim ANDAL di lokasi tidak menimbulakn keresahan pada masyarakat, bahkan menimbulkan harapan baru bagi masyarakat untuk terciptanya kondisi lingkungan pesisir yang lebih baik.6.2.3Pematokan Kawasan PembangunanKegiatan pematokan kawasan PPN Kuala Cangkoi akan dilakukan di lahan lahan yang di bebaskan dan sepanjang aliran Kuala Cangoi yang berada di sekitar rencana lokasi pembangunann kea rah laut (utara). Kegiatan ini diprakirakan akan menimbulkan dampak negative verupa terganggunya aktifitas masyarakat terutama masyarakat nelayan yang biasa melewati lokasi atau alur sungai Kuala Cangkoi dari dank e laut untuk melakukakn kegiatan penangkapan ikan.Pematokan relative terbatas sehingga diprakiraan tidak akan teralu banyak menimbulkan gangguan bagi aktifitas masyarakat. Bentuk kegiatan pematokan kawasan diupayakan dalam bentuk pemberitahuan rencana kegiatan di lokasi melaluio papan-papan pengumuman, pembatas area pembangunan di laut berupa bendera-bendera yang terapung maupun rambu-rambu khusus. Pemberitahuan tidak akan dilaksanakan dalam bentuk fisik yang mengganggu atau menghalangi aktifitas masyarakat. Dengan demikian kegiatan pematokan kawasan tidak akan menyebabkan dampak negative penting terhadap persepsi dan sikap masyarakat.6.2.4Mobilisasi Peralatanuntuk keperluan pelaksanaan pembangunan pengaman pantai akan dipergunakan berbagai jenis peralatan berat, yaitu 2 unit excavator, 4 unit forklift, I unit icrane, 3 unit genset SKV, 2 unit wheel loader, 1 unit Diesel Hammer, 1 unit vibrator roller, dan 1 unit bulldozer. Semua alat-alat berat tersebut akan didatangkan dari sumbernya ke lokasi stockyard melalui jalan primer yang ada di Kabupaten Aceh Utara dan sekitarnya. Sadangkan 6 unit pontoon, 2 tug boat, dan 1 perahu nelayan akan dimobilisasi melalui jalur perairan.Dampak yang diidentifikasi akan timbul dari kegiatan mobilisasi peralatan ini adalah gangguan lalu lintas, kerusakan jalan, peningkatan kadar debu dan kebisingan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan vegetasi darat. Selain itu, beberapa peralatan yang dimobilisasi lewat laut diprakirakan akan mengganggulalu-lintas perairan. Dampak turunan dari semua hal diatas adalah munculnya suikap dan persepsi yang negative dari masyarakat terhadap proyek.Selama mobilisasi peralatan berat diprakirakan dapat mengganggu lalu lintas darat maupun merusak jalan, kondisi awal lalu-lintas di jalan primer adalah 3.750 kendaraan/hari kerja. Selain itu jalan primer Medan-Lhokseumawe ini umumnya juga sering dilalui olehkendaraan seperti truk dan bis yang merupakankendaraandengan tonase tinggi. Peralatan berat yang dimobilisasi tidak akan bersamaan atau beriringan dalam sekali perjalanan namun diatur waktu mobilisasinya. Walau peralatan yang diangkut adalah peralatan berat namun karena mobilisasi peralatan sekali dan diatur, maka kegiatan in hamper tidak akan menambah kepadatan lalu-lintas maupun kerusakan jalan pada jalan yang dilalui.Dilihat dari aspek Kualitas Udara maka kegiatan transportasi kendaraan bermesin diesel terutama alat berat dapat mengakibatkan penambahan kadar partikulat di udara, konsentrasi gas CO dan NOx akibat emisi gas buang kendaraan bermesin diesel tersebut. Konsentrasi emisi gas ini akan bercampur dengan udara ambient di lokasi studi. Perhitungan penambahan kadar partikulat CO dan NOx dilakukan dengan mengasumsikan bahwa jumlah kendaraan yang digunakan pada kondisi maksimal adalah 10 kendaraan/jam. Pada rona akhir ini akan diperoleh prakiraan kualitas udara ambient yang disajikan pada Tabel 6.2Tabel 6.2 Prakiraan Rona Akhir Kualitas Udara untuk Mobilisasi AlatNOParameterKonsentrasi Awal()Prakiraan Kontribusi)Konsentrasi Akhir)Baku Mutu)

1Debu59,20,9260,12230

2COTtd15,6915,6910000

3NOx21,14,6125,71150

*Diperoleh melalui hasil perhitungan

Secara keseluruhan dampak pada kualitas udara akibat mobilisasi peralatan sangat kecil dan tidak signifikan. Penyebarannya pun hanya sebatas di lokasi tapak proyek. Manusia yang diprakirakan akan terkena dampak adalah masyarakat sekitar jalan akses dan para pekerja proyek. Dengan demikian dampak dari mobilisasi peralatan dianggap negatif.Meningkatnya frekuensi transportasi pada kegiatan mobilisai peralatan ini akan meningkatkan intensitas kebisingan di sepanjang jalur tramsportasi. Besarnya kenaikan tingkat kebisingan sangat bergantung juga pada jenis dan kondisi kendaraan yang digunakan. Transportasi kendaraan berat yang digunakan untuk mobilisasi peralatan berat adalah truk tronton. Dalam memprakirakan peningkatan kebisingan maka mula-mula besarnya intensitas kebisingan yang ditimbulkan dari kendaraan tronton ini adalah 15 dBA, yang terdengar hingga pada jarak 100 meter. Intensitas kebisingan in akan berkurang semakin jauh dari sumbernya, sesuai dengan perambatan bising menurut persamaan yang telah dikemukakan pada Bab Metoda Studi, yaitu (NASA ADS,1991) pada jarak 200m dari sumber bising, yaiitu sesudah melewati daerah permukiman intensitas kebisingan tronton akan menurun menjadi 33 dBA, sedangkan pada jarak 500m hanya 11dBA. Intensitas kebisingan tronton ini akan berlangsung dalam jangka waktu yang sangat pendek, yaitu hanya pada saat tronton satu kali mengangkut alat berat menuju stockyard dan kemudian kembali ke lokasi asal. Intensitas kebisingan yang ditimbulkan dan tronton tidak melebihi baku mutu kebisingan untuk daerah pemukiman yaitu sebesar 55dBA (SK MENLH No.18/96). Karena tronton meningkatkan kebisingan, walau kecil namun dikategorikan sebagai dampak negative.

Berdasarkan hasil survey, vegetasi darat yang dilalui selam kegiatan mobilisasi peralatan tidak menunjukkan adanya vegetasi darat yang dilindungi. Secara umum vegetasi darat di sekitar jalan akses yang dilalui oleh tronton didominasi oleh vegetasi alami tanaman budidaya pertanian serta tanaman pekarangan. Dengan demikian gangguan kadar debu terhadap vegetasi darat yang ada akan sangat kecil pengaruhnya.

Dilihat dari letak pemukiman masyarakat dan jalur yang dilalui selama mobilisasi alat relative jauh maka kontribusu penambahan debu maupun peningkatan kebisingan tidak akan terlalu berdampak pada kesehatan masyarakat.

Mobilisai peralatan melaui perairan berjumlah sedikit dan waktu mobilisasi akan diatur sedemikian rupa sehingga hamper tidakmengganggu lalu-lintas laut. Kondisi awal perairan ini menunjukkan bahwa sebagian besar lalu-lintas perairan pada umumnyadilalui oleh perahu-perahu nelayan. Karena mobilisai alat melalui perairan dapat berpengaruh pada lalu-lintas perairan maka mobilisasi alat ini berdampak negative.

6.2.5Rekrutmen Tenaga Kerja

Pengerjaan proyek pembangunan PPN Kuala Cangkoi ini akan memerlukan sejumlah tenaga kerja baik ahli maupun tenaga kerja kasar. Berdasarkan porsinya jumlah tenaga kerja kasar akan lebih banyak daripada tenaga ahli. Tenaga kerja kasar akan diprioritaskan dari daerah Kuala Cangkoi dan desa-desa yang ada di kecamatan Tanah Pasir. Sedangkan tenaga ahli dapat berasal dari Kabupaten Aceh Utara maupun dari luar sesuai dengan kebutuhan dan syarat-syarat yang ada.

Jenis kegiatan yang apat dilakukan oleh tenaga kerja kasar antara lain pada kegiatan perbaikan jalan akses, pembangunan stockyard, pembuatan kantor direksi, pembuatan saluran drainase, kegiatan pengerukan, pembangunan dermaga serta fasilitas penunjang pelabuhan. Jumlah tenaga kasar secara keseluruhan yang diperlukan ubnuk kegiatan pembangunan PPN Kuala Cangkoi ini diperkirakan sebanya 200 orang.

Penyerapan tenaga kerja khususnya tenaga kerja local akan menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat yang ada pada akhirnya akan memberikan pendapatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Dengan demikian kegiatan rekrutmen tenaga kerja akan berdampak positif bagi masyarakat. Mengingat bahwa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pekerjaan pembangunan PPN ini cukup besar maka dampaknya dikategorikan positif penting.

Di sisi lainnya rekrutmen tenaga kerja diprakirakan akan menyebabkan penurunan sanitasi lingkungan di lokasi tempoat tinggal para pekerja. Lingkungan yang tidak bersih dikhawatirkan akan berdampak pada penurunan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, rekrutmen tenaga kerja ini dapat berdampak negative pada sanitasi lingkunagn dan kesehatan masyarakat. Jika banyak tenaga kerja local yang diikutsertakan dalam kegiatan proyek maka dimungkinkan mereka untuk tidak tinggal di basecamp, sehingga dampaknya terhadap sanitasi lingkungan menjadi kecil dan tidak menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat yang signifikan.

6.3Tahap Konstruksi6.3.1Peningkatan Jalan Akses

Peningkatan jalan akses akan dilakukan mulai dari jalan Gedung ke lokasi stockyard di Kuala Cangkoi. Saat ini jalan tersebut merupakan jalan kampong dengan panjang kira-kira 10km dari jalan primer (Gedung) ke lokasi stockyard di Kuala Cangkoi dengan lebar 6m. kondisi jalan akses eksisting dari jalan Gedung hingga Keude Lapang sudah mengalami pengaspalan, sedangkan dari Keude Lapang ke muara, lokasi PPN, masih merupakan jalan tanah yang belum dilakukan perkerasasn dengan batu. Kondisi drainase jalan khususnya untuk daerah Keude Lapang kurang baik sehingga ketika dilakukan pambangunan jalan akses di daerah tersebut harus menjadi perhatian.Jalan akses ke lokasi proyek terlebih dahulu harus dilakukan pelebaran dan peningkatan jalan dua jalur dengan lebar minimal 12m agar memungkinkan kendaraan besar dapat berlalu lintas dengan lancar.

Kegiatan peningkatan jalan akses diprakirakan akan mengakibatkan penurunan kualitas udara , yakni penambahan kadar debu oleh kendaraan truk pembawa batu, penambahan kadar debu akibat penghamparan batuan, penambahan kadar debu akibat pemadatan tanah dan batu oleh bulldozer serta penambahan kadar debu pada saat pengaspalan jalan. Untuk kondisi penghamparan abtuan diprakirakan hanya berlangsung sesaat sehingga dampaknya tidak diperhitungkan.

Pada saat pengangkutan batuan oleh trul, kecepatan rata-rata kendaraan diasumsikan 20km/jam. Maka penambahan debu yang diperoleh adalah sebesar . Sedangkan pada saat pemerataan dan pemadatan jalan akan menggunakan bulldozer yang diasumsikan mempunyai kecepatan rata-rata adalah 10km/jam. Hasil perhitungan penambahan kadar debu untuk pemadatan jalan akses adalah sebesar . Ditinjau dari penambahan kadar debu yang ditambahkan pada kondisi awal, yaitu maka kadar debu pada rona akhir adalah sekitar . Kontribusi kadar debu ini adalah kecil terhadap komponenudara. Demikian halnya dengan rona akhir kadar CO dan NOx yang masing-masing sebesar dan . Pada rona akhir ini menunjukkan terjadinya penambahan konsentrasi udara abien sehingga dikatakan berdampak negative pada kualitas udara. Secara keseluruhan hasil perhitungan menunjukkan bahwa kontribusi debu dari kegiatan peningkatan jalan akses terhadap kualitas udara relative kecil sehingga dampaknya dikategorikan tidak penting. Hasil perhitungan selengkapnya disajikan pada Tabel 6.3

Tabel 6.2 Prakiraan Rona Akhir Kualitas Udara Saat Penigkatan Jalan AksesNOParameterKonsentrasi Awal()Prakiraan Kontribusi)*Konsentrasi Akhir)Baku Mutu)

1Debu59,21,0260,22230

2COTtd17,2617,2610000

3NOx21,15,0826,18150

*Diperoleh melalui hasil perhitungan

Penggunaan truk dan bulldozer juga akan meningkatkan intensitas kebisingan di area jalan akses dan sekitarnya. Besarnya kenaikan tingkat kebisingan sangat bergantung pada kondisi kendaraan yang di gunaka. Intensitas kebisingan yang ditimbulkan oleh bulldozer lebih besar dibandingkan dengan truk, yaitu sebesar 100dBA. Intensitas kebisingan ini akan berkurang semakin jauh dari sumbernya, sesuai dengan perambatan bising menurut persamaan (NASA ADS,1991). Pada jarak 200m dari sumber bising intensitas kebisingan truk akan berkurang menjadi 44dBA, sedangkan pada jarak 500m hanya 14dBA. Intensitas kebisingan yang ditimbulkan daribulldozer akan melebihi baku mutu kebisingan dilokasi kerja yaitu sebesar 70dBA namun tidak untuk daerah pemukiman yaitu sebesar 55dBA (SK MENLH No. 48/96).penggunaan bulldozer selama peningkatan jalan akses akan meningkatkan kebisingan sehingga dikategorikan sebagai dampak negative. Mengingat bahwa pemukiman penduduk cukup jauh dari rencana pembangunan PPN maka dampaknya dikategorikan tidak penting.

Dampak kegiatan peningkatan jalan akses terhadap aspek sosial ekonomi budaya adalah keresahan masyarakat yang ditimbulkan karena kemungkinan meningkatnya kadar debu serta kebisingan pada saat jalan tersubut diperbaiki. Kepadatan perumahan yang relative rendah, kondisi lingkungan yang terbuka, kadar debu dan kebisingan yang masih dibawah baku mutu, serta kegiatan yang bersifat sementara, maka kegiatan peningkatan jalnakses diprakirakan tidak akan menyebabkan terjadinya dampak negative penting terhadap lingkungan sosial.

6.3.2Kantor Proyek. Stockyard Dan Kantor Direksi

Kantor proyek, stockyard dan kantor direksi akan dibangun di rencana lokasi lahan yang telah dibebaskan, yang diperuntukkan bagi pengelolaan aktifitas manajemen proyek pembangunan PPN Kuala Cangkoi yang meliputi pembangunan fasilitas utama seperti pembangunan breakwater, dermaga dan kolan pelabuhan; dan fasilitas penunjang pelabuhan seperti pembangunan gedung TPI, gudang, pos jaga, kantor adminitrasi, tempat pendingin, bengkel, pabrik es, tangki BBM, rumah genset, IPAL, alat bantu navigasi dan peralatan tambat.

Penyiapan kantor proyek, stockyard, dan kantor direksi ini akan merubah ruang dan lahan yang ada. Kondisi eksisting stockyard ini adalah lahan perkebunan yang rusak akibat bencana alam tsunami. Lahan tersebut akan diurug dan dipadatkan agar dapat dilalui oleh kendaraan berat. Pengurugan lahan tersebut diperkirakan berdampak negatif walaupun tidak akan mengalami perubahan maupun penurunan lahan yang signifikan.

Selain perubahan ruang dan lahan, diprakirakan dampak dari kegiatan penyiapan kantor proyek, stockyard, dan kantor direksi ini terhadap aspek fisik kimia adalah penurunan kualitas udara. Dampak turunan dari penurunan kualitas udara adalah terganggunya vegetasi udara dan kesehatan masyarakat.

Peningkatan kadar CO, NOx, debu dan kebisingan diprakirakan berasal dari alat berat, yaitu, truk dan bulldoze. Penggunaan alat berat yang sama seperti pada saat pekerjaan peningkatan jalan untuk akses untuk aktifitas pekerjaan yang sama pula yaitu pekerjaan pengurugan tanah dan pemadatannya memberikan dampak negatif secara kuantitatif terhadap kualitas udara adalah sama.

6.3.3Mobilisasi Material

Mobilisasi material antara lain mencakup material tanah urugan, brangkal, batu, bata, kayu, semen, beton, besi, baja ready mix dan sebagainya diperlukan untuk pekerjaan yaitu peningkatan jalan akses, penyiapan kantor proyek, stockyard dan kantor direksi, pembangunan panahan gelombang, dermaga, kolam pelabuhan dan asilitas penunjang pelabuhan.

Seperti halnya mobilisasi alat, material juga kana didatangkan dari sumbernya baik yang berasal dari wilayah Kabupaten Aceh Utara maupun dari luar melalui jalan-jalan arteri primer dan jalan akses. Sebaran dampak dari kegiatan tersebut diprakirakan akan terbatas hanya sepenjang jalur transportasi yang sensitif terhadap penurunan kualitas udara, yaitu jalur yang dekat dengan pemukiman penduduk.

Material bangunan yang potensial menimbulkan dampak terhadap kuaklitas udara dan kebisingan adalah material pasir, batu dan tanah urugan. Material batu dan pasir umumnya terdapat di quarry di sekitar Aceh Utara tepatnya di Desa Panti Bahagia, Kecamatan Payabakung. Pengangkutan material batu untuk pekerjaan peningkatan jalan akses penyiapan kantor proyek, stockyard dan kantor direksi, pembangunan penahangelombang, dermaga, kolam pelabuhan dan fasilitas penunjang pelabuhan akan menggunkan dump truck dengan jumlah 8 sampai 10 unit dengan 6 rit per hari. Mobilisasi material ini diprakirakan akan meningkatkan volume transportasi sebesar 10 kendaraan/jam. Dengan asumsi kecepatan rata-rata truk 30 km/jam maka dapat diperhitunmgkan penambahan konsentasigas CO, NOx dan kadar partikulat di udara akibat emisi gas buang dump truck. Konsentrasi emisi gas ini akan bercampur dengan udara ambient di lokasi studi. Hasil perhitungan penambahan konsentrasi gas CO, NOx, dan kadar partikulat menunjukkan bahwa debu masih jauh berada dibawah baku mutu. Demikian juga untuk kadar CO dimana kondisi awalnya memang tidak ada CO yang terdeteksi sehingga konsentrasi akhir untuk CO akan sama dengan penambahan kadar CO akibat emisi dump truck. Untuk kadar NOx juga tidak memberikan konstribusi yang berarti pada udara ambient dimana penambahan kadar NOx adalah sebesar 4,61 g/m2 dari kondisi rona awal yang sebesar 21,1 g/m2 sehingga diperoleh konsentrasi pada kondisi akhir rona lingkungan sebesar 25,71 g/m2 prakiraan rona akhir kualitas udara ambient pada data mobilisasi material ini disajikan pada Tabel 6.4.

Mobilisasi material untuk pembuatan tetrapod sebagai bahan dasar konstruksi breakwater dilakukan dengan truk ready mix. Sebanyak 14 truk ready mix akan dioperasikan per hari dimana 1 hari kerja adalah 7 jam sehingga dalam setiap 1 jam aka nada 2 truk ready mix yang menuju stockyard. Hasil perhitungan penambahan kadar partikulat hamper sama dengan penggunaan dump truck hanya saja untuk pergerakan truk ready mix lebih jarang sehingga diperoleh penambahan kadar debu, CO, NOx masing-masing sebesar 0,18 g/m2 , 3,14 g/m2 0,92 g/m2 . hasil perhitungan kualitas udara akhir selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 6.5.

Tabel 6.4 Prakiraan Rona Akhir Kualitas Udara Untuk Mobilisasi Material BatuNOParameterKonsentrasi Awal()Prakiraan Kontribusi)*Konsentrasi Akhir)Baku Mutu)

1Debu59,20,9260,12230

2COTtd15,6915,5910000

3NOx21,14,6125,71150

*Diperoleh melalui hasil perhitungan

Tabel 6.5 Prakiraan Rona Akhir Kualitas Udara Untuk Mobilisasi Material Ready MixNOParameterKonsentrasi Awal()Prakiraan Kontribusi)*Konsentrasi Akhir)Baku Mutu)

1Debu59,20,1859,38230

2COTtd3,143,1410000

3NOx21,10,9222,02150

*Diperoleh melalui hasil perhitungan

Secara keseluruhan dampak pada kualitas udara akibat mobilisasi material ini tidak signifikan karena tidak melebihi baku mutu dan penyebarannya anay sebatas di lokasi tapak proyek. Manusia yang diprakirakan akan terkena dampak adalah para pekerja proyek. Dengan demikian dampak dari mobilisasi material adalah negatif.

Penggunaan truk selama masa mobilisasi material akan meningkatkan intensitas kebisingan di jalan dan area yang dilaluinya. Besarnya kenaikan tingkat kebisingan sangat tergantung pada jenis dan kondisi truk yang digunakan untuk mengangkut material ke lokasi pekerjaan. Intensitas kebisingan yang diemisikan dari kendaraam truk ini adalah 75 dBA, yang terdengar hingga pada jarak 100 meter. Intensitas kebisingan akan berkurang semakin jauh dari sumbernya, sesuai dengan penambatan bising menurut perasamaan N2 = (r1/r2)^{1,2} N1 {NASA ADS, 1991). Pada jarak 200 m dari sumber bising , yaitu sesudah melewati daerah permukiman intensitas kebisingan truk akan berkurang menjadi 33 dBA, sedangkan pada jarak 500 m hanya 11 dBA. Intensitas kebisingan yang ditimbulkan dari truk akan melebihi baku mutu kebisingan di lokasi kerja yaitu sebesar 70 dBA namun tidak untuk daerah pemukiman yaitu sebesar 55 dBA (SK MENLH No. 48/96). Truk-truk yang digunakan selama mobilisasi material ini akian meningkatkan kebisingan sehingga dikategorikan sebagai dampak negatif.

Vegetasi darat yang dilalui sepanjang jalan pengangkutan material tidak menunjukkan adanya vegetasi darat yang dilindungi. Secara umum vegetasi darat yang dilalui didominasi oleh vegetasi alami tanaman budidaya pertanian perkarangan. Dengan demikian pengaruh penambahan kadar debu pada vegetasi darat adalah sangat kecil.

Kegiatan mobilisasi material diprakirakan akan mengganggu lalu lintas terutama di jalan masuk jalan akses di pertigaan jalan Gedung. Pada titik tersebut akan menimbulkan bahaya kecelakaan. Hal ini disebabkan oleh kondisi jala yang menikung serta laju kendaraan penggunaan jalan yang cukup tinggi. Kerusakan jalan diprakirakan kecil terjadi akibat mobilisasi material mengingat frekuensi serta jenis kendaraan yang digunakan selama mobilisasi material. Timbulnya bahaya kecelakaan di jalan dapat menimbulkan persepsi dan sikap negatif dari masyarakat. Kegiatan mobilisasi material diprakirakan akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak yang ditimbulkan dikategorikan penting dan perlu dikelola.

6.3.4Pengukuran/Dredging

Pengerukan diprakirakan akan bedampak negative pada kualitas udara, oleh karena penggunaan alat berat mobile crane. Dengan adanya penggunaan mobile crane ini dapat , menngkatkan kebisingan. Berdasarkan persamaan N2 = (r1/r2)^{1,2} N1 (NASA ADS, 1991), intensitas kebisingan akan berkurang seiring semakin jauh dari sumbernya. Sumber kebisingan yaitu mobile crane itu sendiri adalah 85 dBA. Pada jarak 200 m dari sumber bising, intensitas kebisingan mobile crane akan menurun menjadi 37 dBA, sedangkan pada jarak 500 m menjadi 16 dBA. Intensitas kebisingan yang ditimbulkan dari alat ini di lokasi kerja melebihi baku mutu kebisingan sebesar 70 (SK MENLH No. 48/96)

Kondisi daerah pengerukan ini berada cukup jauh dari area permukiman penduduk sehingga tidak berada di area yang sensitive dekat permukiman serta konstribusinyayang kecil terhadap kebisingan.

Dalam aspek fisika kimia lainnya yang diprakirakan juga timbul adalah gangguan terhadap kualitas air laut yang akan berdampak secara tidak langsung pada biota laut yang ada. Dampak pengerukan ini akan berdampak negatif, karena akan menyebabkan kekeruhan pada air laut, sehingga menyebabkan biota laut pada area pengerukan menjadi terganggu.

Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pengerukan akan diprakirakan akan menurunkan komunitas biologi organisme perairan payau, terutama yang ada di muara sungai Kuala Cangkoi. Menurunnnya kualitas komunitas organisme tersebut, dapat terjadi akibat menurunnya tingkat fotosintesis produsen primer organisme tersebut, dapat terjadi akibat kekeruhan air dan terganggunya habitat organisme payau akibat menurunnya salinitas air muara, sehubungan dengan sedimentasi terutama di mulut muara sungai Kuala Cangkoi dan berdasarkan data rona awal dari Salinitas perairan muara Kuala Cangkoi saat ini rata-rata sebesar 8,35 ppt (meso haline).

Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan umumnya beupa peningkatan padatan tersuspensi (suspended solid) yang selanjutnya akan meningkatkan kekeruhan perairan (Turbiditas) dan tingkat kecerahan air (Transparansi Cahaya).

Berdasarkan rona awal kualitas fisika dan kimia perairan laut di sekitar tapak proyek, rata-rata kecerahan perairan laut disekitar rencana lokasi pelabuhan adalah sebesar 1,86 m dan berdasarkan evaluasi storet, nilai kecerahan perairan tersebut tidak memenuhi baku mutu peruntukan Biota laut (budidaya perikanan). Maka berdasarkan hal tersebut kegiatan yang berhubungan dengan pengerukan diprakirakan akan menimbulkan dampat terhadap kualitas kecerahan air laut dengan kategori besaran dampak terhadap kekeruhan dan kecerahan perairan tersebut tergolong sedang.

Dampak yang diprakirakan akan timbul bagi aspek sosekbud adalah terganggunya aktifitas nelayan terutama ketika akan melaut dan pulang dari laut melewati Kuala Cangkoi. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan disekitar Kuala Cangkoi dan Kuala Kerto adalah pancing, rawai hiu, rawai karang, Jaring udang, jaring ikan siang-malam dan pukat cincin. Sebelum terjadi tsunami, jumlah perahu yang ada di Kuala Cangkoi dan Kuala Kerto tercatat sebanyak 385 unit dengan ukuran 5-6 GT. Pada saat survey dilakukan jumlah tercatat sebanyak 120 unit. Berarti telah terjadi penurunan jumlah perahu sekitar 265 unit atau sekitar 68,83% dari total sebelum tsunami. Dengan adanya kegiatan pengerukan diprakirakan akan menimbulkan dampak negatif terhadap aktifitas nelayan. Lebih lanjut gangguan aktifitas ini akan menyebabkan gangguan terhadap pendapatan nelayan walaupun bersifat sementara.

6.3.5Pembangunan Penahan Gelombang

Pembuatan Tetrapod

Tetrapod merupakan salah satu komponen utama dalam pembangunan pengaman pantai di samping urugan tanah. Tetrapod ini dicetak di stockyard untuk kemudian diangkut ke lokasi-lokasi yang direnacanakn sebagai penahan gelombang dengan menggunakan pontoon yang ditarik oleh tug boat.

Kegiatan pembuatan Tetrapod diprakirakan aka menimbulkan dampak negative ke aspek Kebisingan di stockyard karena gangguan ready mix. Ready mix yang akan digunakan adalah sebanyak 14 buah per hari.

Peningkatan kebisingan diprakirakan akan terjadi pada saat pengecoran Tetrapod oleh Ready mix. Intensitas kebisingan yang ditimbulkan dari perputaran ready mix pada saat beroperasi adalah 85 dBA. Sesuai dengan perambatan bising untuk sumber diam menurut persamaan N2 = (r1/r2)^{1,2} N1 (NASA ADS, 1991). Intensitas ini akan berkurang semakin jauh dari sumbernya. Pada jarak 200 m dari sumber bising, intensitas kebisingan kendaraan ready mix menurun menjadi 37 dBA, sedangkan pada jarak 500 m menjadi 16 dBA. Di lokasi proyek terdapat tumbuh-tumbuhan yang berada di sekitar lapangan yang dapat membantu mengurangi intensitas kebisingan yang ditimbulkan, namun demikian pengurangan relatif kecil, mengingat kerapatan tumbuhan dan jenis tumbuhan yang ada di lokasi.

Pembangunan Penahan Gelombang

Pembangunan penahan gelombang diprakirakan akan merubah ruang dan lahan. Secara ruang berarti bahwa ada struktur penahan gelombang memanjang dilokasi masing-masing si sebelah timur sepanang 1.306 m dan di sebelah barat 1.099 m dari pantai.

Pembangunan penahan gelombang diprakirakan akan merubah ruang dan lahan. Secara ruang bearti bahwa ada penambahan struktur baru, yaitu penahan gelombang yang memanjang serta sejajar.

Kegiatan pembangunan penahan gelombang diprakirakan tidak berdampak pada perubahan tinggi gelombang. Hal disebabkan oleh karena rencana struktur pantai berada dekat denga garis pantai sehingga tidak akan memperngauhi baik gelombang yang datang dari perairan dalam kemudian pecah di laut lepas maupun setelah terjadi gelombang pecah. Berdasarkan hasil simulasi pada rona lingkungan diprakirakan memang tidak perubahan pada perilaku gelombang. Terutama di dekat pantai kegiatan pembangunan menahan gelombang juga di prakirakan tidak berdampak besar pada perubahan arus baik dari segi arah maupun kecepatannya. Mengingat bahwa rencana struktur pantai berada dekat da sejajar dengan garis pantai maka pembangunan penahan gelombang ini tidak akan berpengaruh dengan arus perairan.

Hasil olahan simulasi arus setelah pembangunan penahan gelombang dapat dilihat pada gambar 6.6 sampai dengan gambar 6.7. dari hasil tersebut terlihat bahwa konstruksi penahan gelombang hanya mempengaruhi sebagian kecil lokasi di dekat konstruksi penahan gelombang. Secara global pola arus tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Demikian juga dengan pola sedimentasi akibat litora transport tidak mengalami perubahan berarti seperti yang ditunjuk pada gambar 6.8.

Dilihat dari dampak pembangunan penahan gelombang terhadap perubahan garis pantai setelah 10 tahun, tidak menunjukkan perubahan yang berarti (gambar 6.9).

Kegiatan pembangunan penahan gelombang ini akan mengganggu kualitas air laut yaitu menambah kekeruhan air laut pada saat peletakan batu atau tetrapod. Biota laut yang ada di lokasi pun akan terganggu akibat kegiatan ini. Biota laut yang ada di lokasi pembangunan penahan gelombang secara alamiah akan berpindah dengan demikian pembangunan penahan gelombang akan berdampak negatif terhadap kualitas air laut dan biota laut.

Penggunaan kendaraan berat meningkatkan intensitas kebisingan. Intensitas kebisingan yang ditimbulkan dari alat berat Wheel loader pada saat beroperasi adalah 93 dBA. Berdasarkan persamaan N2 = (r1/r2)^{1,2} N1 (NASA ADS, 1991), pada jarak 200 m dari sumber bising, intensitas kebisingan alat berat ini menurun menjadi 40 dBA, sedangkan pada jarak 500 m menjadi 18 dBA. Intensitas kebisingan alat berat berlangsung selama 3 bulan untuk masing-masing tapak proyek. Intensitas kebisingan ini akan menimbulkan kebisingan melebihi bahan baku mutu sebesar 70 dBA (SK MENLH No. 48/96) di lokasi kerja saja. Dengan demikian, kegiatan pembangunan penahan gelombang diprakirakan akan menimbulkan dampak negatif ke aspek fisik kebisingan.

Pembangunan penahan gelombang diprakirakan tidak banyak menutupi jalan air eksisting. Hal ini telah dijelaskan dalam dokumentasi pesisir pada bab 5 di masing-masing tapak pryek. Saluran yang terkena penutupan dari penahan gelombang rencananya akan dibangun saluran khusus untuk mengalirkan air dari darat menuju laut terutama dari lahan persawahan dan tambak.

Karena aktifitas ini di lakukan di sepanjang pesisir dari mulai Desa Kuala Cangkoi hingga Baktiya Barat maka yang juga akan terganggu adalah aktifitas nelayan. Dengan kata lain, kegiatan pembangunan penahan gelombang diprakirakan akan berdampak negative terhadap aktifitas nelayan terutama di Desa Kuala Cangkoi hingga Baktiya Barat. Hal ini dapat menimbulkan persepsi dan sikap masyarakat yang negative. 6.3.6Pekerjaan Pengurugan (reklamasi) dan Pemadatan

Pekerjaan pengurugan dan pemadatan berpotensi menimbulkan dampak negative berupa gangguan biota darat dan laut, penuunan kualitas air dan kebisingan

6.3.7Pembangunan Dermaga

Seperti halnya pekerjaan pemecah gelombang, pekerjaan dermaga tambat labuh dan bongkar muat kapal-kapal juga diprakirakan akan berdampak terhadap perubahan ruang dan lahan, kualitas air, dinamika perairan, kualitas udara dan kebisingan serta gangguan jalan air eksisting. Gangguan kualitas air, kualitas udara dan kebisingan serta gangguan jalan air eksisting merupakan dampak yang paling menonjoln dari adanya pekerjaan pembangunan dermaga.Pekerjaan dermaga diprakirakan akan menyebebkan menurunnya kualitas air laut berupa adanya peningkatan kekeruhan air laut pada saat pembangunan. Peningkatan kekeruhan ini pada akhirnya akan mengganggu keberadaan Biotal aut yang ada di lokasi. Biota laut yang ada di lokasi pembangunan penahan gelombang secara alamiah akan berpindah ke lokasi yang lebih baik. Dengan demikian pembangunan penahan gelombang akan berdampak negatif terhadap kualitas air laut dan biota laut.

Penggunaan alat berat untuk membangun dermaga diprakirakan akan dapat meningkatkan intensitas kebisingan seperti halnya pada saat membangun pemecah gelombang sejalan dengan bertambahnya jarak, inbtensitas kebisingan akan terus mengalami penurunan. Diperkirakan intensitas kebisingan yang ditimbulkan dari alat berat ini akan menimbulkan kebisingan melebihi baku mutu sebesar 70 dBA (SK MENLH No. 48/96) di lokasi kerja saja. Dengan demikian, kegiatan pembangunan penahan gelombang diprakirakan akan menimbulkan dampak negatif ke aspek fisik kebisingan.

Kuala Cangkoi pada saat pembangunan dermaga diprakirakan akan terganggu alirannya. Hal ini disebabkan karena adanya serangkaian aktifitas pembangunan dermaga seperti pemasangan tiang pancangdan pemasangan sheet pile dengan menggunakan steam hammer, vibratory hammer atau alat sejenisnya. Gangguan aliran eksisting di Kuala Cangkoi akan mempengaruhi system drainase pada lingkungan sekitarnya seperti drainase tambak dan pemukiman penduduk. Pada kondisi eksisting system drainase umumnya kurang baik sehingga banyak genangan air dimana-mana. Dengan adanya pekerjaan dermaga ini diprakirakan akan semakin meningkatkan gangguan pada saluran air eksisting. Dengan demikian pekerjaan dermaga akan berdampak negatif terhadap keberadaan saluran air eksisting.

6.3.8Pekerjaan Fasilitas Operasional Pelabuhan\

pekerjaan fasiltas pelabuhan seperti tempat pelelangan ikan, gudang, pos jaga, tangki BBM, IPAI dan sebagainya, diprakirakan akan berdampak terhadap biota darat, kualitas air dan kualitas udara.

Biota darat pada saat pekerjaan fasilitas pelabuhan terutama ketika dilakukan landclearing akan terganggu keberadaannya bsik itu flora maupun fauna. Flora darat yang ada di sekitar lokasi yang akan terganggu antara lain jenis tanaman perdu, bakau-bakauan (mangrove), kelapa (cocos nicifera), waru (Hibiscus tilliacens), pandan (Pandans sp), nibung (Nudaindah frondosa), keben (Baringtonia Asiatica) dan aren (arenga piata).

Secara otomatis dengan hilangnya flora tesebut akan menyebabkan fauna yang selama ini biasa ringgal akan berpindah ke lokasi lainyang dirasa lebih aman.. jenis fauna yang akan terganggu diantaranya jenis burung-burungan, mamalia dan kepiting bakau. Dengan demikian pekerjaan fasilitas pelabuhan akan berdampak negatif terhadap keberadaan biota darat baik flora maupun fauna.

Penggunaan alat-alat berat pada pekerjaan pembangunan fasilitas pelabuhan diprakirakan akan menyebabkan gangguan terhadap kualitas air karena adanya peningkatan kekeruhan dan tumpahan minyak atau oli pada saat pekerjaan pembangunan dilakukan.

Hal serupa jiga terjadi pada kualitas udara dan kebisingan. Pekerjaan pembangunan fasilitas pelabuhan akan meningkatkan kadar debu di udara dan kebisingan yang dikeluarkan oleh alat-alat berat yang dipergunakan. Akumulasi dampak tersebut akan berpebgaruh terhadap kesehatan masyarakat terutama para perkerja yang berada di lokasi pekerjaan. Dengan demikian penggunaan alat-0alat berat pada pekerjaab pembangunan fasilitas pelabuhan akan berdampak negatif terhadap kualitas air, kualitas udara dan kebisingan serta kesehatan masyarakat.

6.4Tahap Pasca Konstruksi6.4.1Demobilisasi Alat

Dengan berakhirnya kegiatan konstruksi, maka semua peralatan seperti excavator, forklift, crane, genset, wheel loader, diesel hammer, vibrator roller dan bulldozer akan dikembalikan ke tempat asalnya dari lokasi proyek di Kuala Cangkoi melewati jalan darat dan laut.

Dampak yang akan timbul dari adanya kegiatan demobilisasi alat dan bahan ini diprakirakan akan sama ketika dilakukan mobilisasi peralatan. Hanya saja pada saat demobilisasi ini, frekuensi akan bertambah sedikit terutama yang berkaitan dengan sisa material bangunan.

Dilihat dari aspek kualitas udara maka kegiatan demobilisasi ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas udara akibat emisi dari kendaraan tronton pengangkut alat berat. Konsentrasi emisi gas ini akan bercampur dengan udara ambient di lokasi studi. Perhitingan penambahan konsentrasi gas Co, NOx dan kadar partikulat dilakukan dengan pertama mengasumsikan bahwa jumlah kendaraan yang digunakan pada kondisi maksinmal adalah 10unit/jamn dan kecepatan rata-rata kendaraan 20km/jam disepanjang jalan akses. Pada rona akhir akan diperoleh prakiraan kualitas udara ambient disajikan pada Tabel 6.6

Tabel 6.6 Prakiraan Rona Akhir Kualitas Udara Untuk Mobilisasi Material BatuNOParameterKonsentrasi Awal()Prakiraan Kontribusi)*Konsentrasi Akhir)Baku Mutu)

1Debu59,20,9260,12230

2COTtd15,6915,5910000

3NOx21,14,6125,71150

*Diperoleh melalui hasil perhitungan

Secara keseluruhan dampak pada kualitas udara akibat demobilisasi peralatan sangat kecil dan tidak signifikan. Penyebaranya pun hanya sebatas di lokasi lapak proyek. Walaupun demikian dampak dari demobilisasi peralatan ini adalah negative.

Meningkatnya frekuensi transportasi pada kegiatan demobilisasi peralatan ini akan meningkatkan intensitas kebisingan di sepanjang jalur transportasi. Besarnya kenaikan tingkat kebisingan sangat bergantung p-ada jenis dan kondisi kendaraan yang digunakan. Transportasi kendaraan berat yang digunakan untuk demobilisasi peralatan berat sama dengan pada saat mobilisasi. Intensitas kebisingan yang diemisikan, yaitu kendaraan tronton adalah 75 dBA, yang terdengar hingga jarak 100m. Intensitas kebisingan in akan berkurang semakin jauh dari sumbernya, sesuai dengan perambatan bising menurut persamaan yang telah dikemukakan pada Bab Metoda Studi, yaitu (NASA ADS,1991) pada jarak 200m dari sumber bising, yaiitu sesudah melewati daerah permukiman intensitas kebisingan tronton akan menurun menjadi 33 dBA, sedangkan pada jarak 500m hanya 11dBA. Intensitas kebisingan tronton ini akan berlangsung dalam jangka waktu yang sangat pendek, yaitu hanya pada saat tronton satu kali mengangkut alat berat menuju stockyard dan kemudian kembali ke lokasi asal. Intensitas kebisingan yang ditimbulkan dan tronton tidak melebihi baku mutu kebisingan untuk daerah pemukiman yaitu sebesar 55dBA (SK MENLH No.18/96). Karena tronton meningkatkan kebisingan, walau kecil namun dikategorikan sebagai dampak negatif.

Selama demobilisai peralatan berat diprakirakan akan mengganggu lalu lintas darat. Terutama dipersimpangan jalan Gedung dan jalan akses ke lokasi proyek. Mengingat bahwa kondisi jalan menikung di lokasi tersebut maka potensib kecelakaan dan kemacetan jalan cukup besar. Di jalur primernya secara kondisi lalu lintas relative tidak padat. Selain itu, jalan primer juga memang sering dilalui oleh kendaraan dengan tonase tinggi. Peralatan berat yang didemobilisasikan tidak akan bersamaan atau beriringan dalam sekali perejalanan namun diatur waktu demobilisasinya. Walau peralatan yang diangkut adalah peralatan berat namun karena frekuensi demobilisasi peralatan diatur, maka kegiatan ini juga hamper tidak akan menyebabkan kerusakan jalan pada jalan yang dilalui.

Demobilisasi peralatan melalui perairan akan berjumlah sedikit dengan waktu demobilisasi yang akan diatur sedemikian rupa sehingga hamper tidak mengganggu lalu lintas perairan umumnya dilalui oleh perahu nelayan. Dilihat dari dampak demobilisasi alat melalui perairanb dapat berpengaruh pada lalu lintas perairan sehingga dapat dikatakan negatif.

6.4.2. Pelepasan Tenaga Kerja

Setelah semua kegiatan proyekn selesai selanjutnya kontrak kerja semua tenaga kerja baik tenaga ahli maupun tenaga kasar akan selesai. Kondisi seperti ini dapat berdampak negatif terhadap masyarakat terutama yang menjadi tenaga kerja proyek dimana kesempatan kerja yang selama ini diperoleh akan hilang. Hal ini berarti bahwa untuk kes=depannya para tenaga kerja proyek tidaka akan mempunyai pendapatan apabila tidak dengan segera mencari pekerjaan baru.

Pelepasan tenaga kerja merupakan dampak langsung dari berakhirnya kegiatan proyek. Karena sifat rekrutmen pekerja adalah kontrak maka ketika terjadi pelepasan tenaga kerja diprakirakan tidak akan menimbulkan keresahan pada masyarakat sehingga persepsi dan sikap yang terbentuk akan positif.

6.4.3Pembersihan Lahan Kerja

Sesuai dengan SOP pekerjaan, begitu pekerjaan proyek selesai selanjutnya akan dilakukan pembersihan lokasi lahan kerja di bekas stockyard dan causeway agar si lahan tersebut tidak menimbulkan sampah yang mungkin akan berdampak pada gangguan lainnya bagi sanitasi lingkungan.

Kegiatan pembersihan lahan kerja ini diprakirakan akan menimbulkan dam[ak positif bagi kesehatan masyarakat maupun lingkungan fisi yang telah digunakan selama ini. terpulihkannya kembali kondisi fisik lingkungan ini merupakan dampak langsung dari adanya kegiatan pemnersihan lahan kerja sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan persepsi dan sikap positif sari masyarakat.

6.4.4Operasionalisasi Pelabuhan

Setelah semua fasilitas pokok dan penunjang pelabuhan selesai dibangun selanjutnya akan diresmikan dan dioperasikan sesuai dengan fungsinya. Selama operasional fasilitas pelabuhan akan diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap kualitas udara dan air, sedimentasi serta kesempatan kerja dan berusaha.

Pada tahap operasional kegiatan utama berupa bongkar muat dan aktivitas umum pelabuhan perikanan diprakirakan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas fisika dan kimia perairan laut disekitar pelabuhan maupun lingkungan perairan muara Kuala Cangkoi.

Aktivitas bongkar muat hasil perikanan dan aktivitas umum pelabuhan perikanan dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas perairan, dampak ini berasal dari tumpahan atau ceceran limbah cair/padat pada saat aktivitas bongkar muat ikan hasil tangkapan maupun aktivitas umum pengolahan hasil perikanan, juga berasal dari tumpahan/ceceran bahan bakar atau minyak pelumas pada saat pengisian bahan bakar/minyak pelumas, dampak yang ditimbulkan dari aktivitas ini berupa peningkatan kadar BOD, COD, benda terapung dan lapisan minyak di perairan.Selama masa operasi fasilitas pelabuhan kualitas udara akan terganggu karena peningkatan kadar Cox, Sox,dan NOx terutama dari mesin di perbengkelan, pabrik es, coldstorage dan tempat pengolahan ikan. Dengan demikian, operasionalisasi fasilitas pelabuhan berdampak negatif terhadap kualitas udara.Operasionalisasi fasilitas pelabuhan juga akan berdampak terhadap kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat yang ada di sekitar pelabuhan. Dengan operasionalnya pelabuhan akan menciptakan kesempatan kerja dan berusaha baik bagi masyarakat local khususnya nelayan, maupun masyarakat lainnya baik yang bekerja di sector perikanan dan pelabuhan maupun di sector hulu dan hilir perikanan. Adanya kesempatan kerja dan berusaha ini merupakan peluang bagi pendapatan masyarakat. Dengan kata lain, operasionalisasi pelabuhan juga akan memberikan dampak ganda (multifier effect) bagi sector lainnya. Dalam lingkup makro, adanya pelabuhan ini akan turut menggerakkan roda perekonomian daerah dan meningkatkan PAD khususnya bagi Pemda Aceh Utara. Dengan demikian, operasionalisasi pelabuhan akan berdampak positif terhadap kesempatan kerh=ja dan berusaha, pendapatan penduduk, dan perekonomian wilayah.

6.4.5Penghentian Operasi Pelabuhan

Fasilitas pelabuhan akan dihentikan manakala fasilitas tersebut sudah tidak berfungsi lagi dengan baik. Diperkirakan umur teknis dari fasilitas pelabuhan akan bervariasi sesuai dengan karakteristik kualitas fasilitas yang dibangun, berkisar antara 8 hingga 30 tahun. Setelah itu, fasilitas pelabuhan sudah tidak layak lagi digunakan.

Penghentian operasi pelabuhan ini diprakirakanb akan berdampak terhadap ruang dan lahan, kualitas dan fungsi tanah, amenitas lingkunagn dan kesempatan kerja. Ruang dan lahan idealnya dikembalikan lagi pada kondisi pada saat sebelum dibangun bahkan kalu mungkin penataan ruang dan lahan serta kualitas dan fungsi lahan lebih ditingkatkan dengan cara melakukan rekayasa engineering sehingga pada akhirnya tercipta kondisi amenitas lingkungan yang lebih baik. Tidak menutup kemungkinan bekas lokasi PPN dapat difungsikan untuk keperluan wisata terkait dengan bahan (Ecotourism). Dengan kata lain, penghentian operasi pelabuhan berdampak positif terhadap kondisi ruang dan lahan, kualitas dan fungsi tanah serta amenitas lingkungan.

Penghentian operasi fasilitas pelabuhan juga akan berdampak terhadap kesempatan kerja dan berusaha karyawan serta masyarakat yang ada di pelabuhan. Dengan penghentian operasi pelabuhan ini kesempatan kerja dan berusaha menjadi hilang sehingga merupakan ancaman bagi pendapatan masyarakat yang usahanya tergantung dari adanya aktifitas pelabuhan. Dengan demikian, penghentian operasi pelabuhan akan berdampak negatif terhadap kesempatan kerja dan berusaha serta pendapatan penduduk.

Bab 7Evaluasi Dampak BesarDan Penting

7.1Telaahan Terhadap Dampak Besar dan Penting

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat diterangkan dampak-dampak yang mungkin timbul pada tiga spek utama, yaitu aspek fisika kimia, biologi dan sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat, akibat adanya kegiatan pembangunan PPN Kuala Cangkoi di Kabupaten Aceh Utara. Kegiatan pembangunan ini meliputu tiga tahapan kegitan pembangunan yaitu, tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan tahap pasca konstruksi.

Dalam bab ini akan kembali dianalisis secara menyeluruh (holistic) atas kemungkinan-kemungkinan dampak positif maupun negatif yang mungkin timbul sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa dalam setiap tahap kegiatan atau rencana proyek pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Kuala Cangkoi ini akan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan, baik bersifat penting maupun tidak penting.

Dari evaluasi dampak ini akan diperoleh hasil seperti yang disajikan pada halaman terakhir bab ini yaitu Tabel 7.1, dimana dampak pada tabel ditunjukkan berdasarkan criteria penting tidaknya dampak, yaitu:+P: Dampak positif penting-P: Dampak negatif penting+T: Dampak positif tidak penting-T: Dampak negatif tidak penting

7.2Tahap Pra Konstruksi

Pada tahap pra konstruksi telah diprakirakan bahwa tidak akan terlalu berdampak pada aspek fisika kimia, maupun biologi namun lebih pada aspek sosial ekonomi dan budaya, yaitu rencana rekrutmen tenaga erja untuk pembangunan pengaman pantai.

7.2.1Pembebasan Lahan

Kegiatan pembebasan lahan untuk keperluan pembangunan PPN Kuala Cangkoi dinilai akan berdampak negatif penting terhadap persepsi dan sikap masyarakat. Dikatakan penting, karena dilihat dari jumlah penduduk yang aka terkena pembebasan lahan sengat banyak yaitu sekitr 94 orang walaupun mereka secara keseluruhan beredia dan tidak berkeberatan untuk membebaskan lahannya dengan syarat-syarat yang telah disepakati oeh kedua belah pihak. Disamping itu, pembebasan lahan akan menyebabkan terjadinya perubaha yang mendasar dalam hal penguasaan dan pengusahaan lahan milik penduduk. Dengan dibebaskannya lahan tersebut, maka hak penguasaan dan pengusahaan lahan dari masyarakat akan berpindah secara total kepada pemilik baru. Bercermin dari kasus-kasus di tempat lain, bahwa pembebasan lahan sering menjadi isu pokok dari setiap rencana pembangunan yang dilakukan disetiap daerah maka demikian pula halnya dengan rencana pembebasan lahan untuk rencana lokasi PPN Kuala Cangkoi harus dikelola dan dipantau dengan baik dan benar agar tidak menimbulkan gejolak sosial dikemudian hari.

7.2.2Sosialisasi Survei dan Perijinan

Dampak persepsi dan sikap masyarakat yang ada di wilayah tapak proyek, yang ditimbulkan dai adanya kegiatan survey lapangan dan pengurusan perijinan dinilai tidak penting. Hal ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya walaupun jumlah masyarakat yang terkena dampak cukup banyak terutama masyarakat yang diwawancarai dan diikutsertakan dalam survey tetapi sifat kegiatan ini sendiri tidak berlangsung lama dan terus menerus. Sifat kegiatan seperti ini tidak memungkinkan perubahan yang mendasar dan permanen terhadap tatanan norma, nilai-nilai sosial, dan kegiatan ekonomi dari masyarakat setempat sehingga dampaknya dikategorikan tidak penting.

Sebagai contoh, kegiatam pengukuran, pengambilan sampel, dan pengamatan aspek fisik kimia dan biologis tidak dilakukan tiap hari atau dalam jangka waktu yang tidak lama serta jumlah penduduk yang terlibat tidak banyak.

Begitu pula hal;nya terhadap pihak-pihak tertentu dari dinas instansi yang dihubungi dalam pengurusan perijinan, jumlahnya banyak tetapi sifat kegiatannya tidak berlangsung lama sehingga dampaknya dikategorikan tidak penting

Penyebaran dampak relative sempit terbatas pada lokasi-lokasi tertentu di wilayah administrasi tertentu pula yaitu focus di gampong Kuala Cangkoi, Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara.7.2.3Pematokan Kawasan Pembangunan

Persebaran dampak kegiatan pematokan kawasan pembangunan proyek relative terbatas, yaitu terbentang di bagian pesisir gampong dan sepanjang Kuala Cangkoi, tidak seluruh wilayah desa atau kecamatan. Pematokan relative terbatas sehingga diprakirakan tdak akan terlalu banyak menimbulkan gangguan bagi aktifitas masyarakat. Bentuk kegiatan pematokan kawasan diupayakan dalam bentuk pemberitahan rencana kegiatan di lokasi melalui papan-papan pengumuman, pembatas area pembangunan dilaut berupa bendera-bendera yang terapung maupun rambu-rambu khusus. Pemberitahuan tidak akan dilaksanakan dalam bentuk fisik yang mengganggu atau menghalangi aktifitas masyarakat. Waktu pemasokannya sendiridiperkirakan berlangsung tidak terlalu lama sehingga tidak akan menyebabkan perubahan yang mendasar dalam komponen sosial, yaitu persepsi dan sikap. Dengan demikian dampak negatif tersebut dinilai tidak penting sehingga tidak perlu dikelola atau dipantau.

7.2.4Mobilisasi Peralatan

Dampak yang diidentifikasi akan timbul dari kegiatan mobilisasi peralatan ini antara lain pada gangguan lalu lintas, kerusakan jalan, peningkatan kadar debu dan kebisingan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan vegetasi darat. Selain itu, beberapa peralatan yang dimobilisasikan lewat laut diprakirakan akan mengganggu lalu lintas perairan. Dampak turunannya semua hal tersebut diatas adalah munculnya persepsi dan sikap negatif masyarakat terhadap proyek.

Dilihat dari aspek kualitas udara maka kegiatan transportasi kendaraan bermesin diesel terutama alat berat dapat mengakibatkan penambahan konsentrasi gas CO, NOx dan kadar partikulat di udara akibat emisi gas buang kendaraan bermesin diesel tersebut. Konsentrasi emisi gas ini akan bercampur dengan udara anbien di lokasi studi.

Walaupun penyebarannya culup luas mulai dari lokasi sumbe alat di Medan atau Nanggroe Aceh Darussalam hingga lokasi tapak proyek; manusia yang diprakirakan akan terkena dampakjcukup banyak yaitu masyarakat yang ada di sepanjang jalan lintasan dari mulai lokasi sumber ala, hinga tapak proyek termasuk para pekerja proyek, namun secara keseluruhan intensitas dampak pada kualitas udara akibat mobilisasi peralatan sangat kecil dan tidak signifikan sehingga tidak akan merubah secar fundamental terhadap kesehatan masyarakat, selain itu juga dalam SOP berkaitan dengan kegiatan mobilisasi alat berat akan ditetapkan bahwa pengangkutan alat berat yang potensial menimbulkan dampak besar dan penting terhadap gangguan kemacetan lalu lintas, kerusakan jalan dan kecelakaan lalu lintas, diupayakan diangkut melalui jalur laut, setiap kendaraan yang digunakan dalam proyek (SOP) harus memiliki emisi buang yang tidak mengganggu lingkungan, maka dampak kegiatan mobilisasi peralatan dinilai negatif tidak penting terhadap kualitas udara

Meningkatnya frekuensi transportasi pada kegiatan mobilisasi peralatan ini akan meningkatkan intensitas kebisingan disepanjang jalur transportasi. Besarnya kenaikan tingkat kebisingan sangat bergantung kepada jenis dan kondisi kendaraan yang digunakan. Transportasi kendaraan berat yang digunakan ntuk mobilisasi [ealatan berat adalah truk tronton. Berdasarkan hasil kajian pada prakiraan intensitas kebisingan yang diemisikan dari kendaraan tronton ini secara berangsur-angsur akan berkurang sesuai dengan jarak dan dinilai tidak melebihi baku mutu kebisingan untuk daerah pemukiman yaitu sebesar 55 dBA (SK MENLH No.48/96); serta intensitas kebisingan tronton ini berlangsng dalam jangka waktu yang sangat pendek, yaitu hanya pada saat tronton beroperasi satu kali mengangkut alat berat menuju lokasi proyek, dan tidak akan menyebabkan perubahan yang mendasar pada kondisi fisik lingkungan maka dampak mobilisasi peralatan terhadap kebisingan dinilai tidak penting.

Berdasarkan hasil survey, vegetasi darat yang dilalui selama kegiatan mobilisasi peralatan tidak menunjukkan adanya vegetasi darat yang dilindungi. Secara umum vegetasi darat di sekitar jalan akses yang dilalui oleh tronton didominasi oleh vegetasi alami tanaman budidaya pertanian serta tanaman perkarangan. Dengan demikian gangguan kadar debu tidak akan menyebabkan hilangnya atau matinya tanaman endemic yang dilindungi sehingga dampak dinilai negatif tidak penting.

Kepadatan permukiman masyarakat dari jalur yang dilalui terutama di jalan akses menuju lokasi proyek relative jarang sekitar 10-20 rumah per 100 meter panjang jalan; umumnya masih terbuka dan banyak ditanami pepohonan; sifat waktunya sementara artinya tidak berlangsung secara terus menerus; dalam SOP pengangkutan terutama pada musim kemarau dilakukan penyemprotan jalan dengan air pada lokasi yanbg potensial berdebu, pengangkutan pada malam hari serta ditutup baknya, sehingga konstribusi penambahan debu tidak akan terlalu berdampak pada kesehatan masyarakat.

Selama mobilisasi peralatan berat diprakirakan akan mengganggu lalu lintas darat, terutama sepanjang jalur Trans Medan Kuala Cangkoi. Kondisi awal lau lintas di jalan primer relatif tidak padat terlebih di jalan masuk jalan akses. Selain itu jalan primer memang juga sering dilalui oleh kendaraan seperti truk dan bis yang merupakan kendaraan dengan tonase tinggi. Peralatan berat yang dimobilisasi tidak akan bersamaan atau beriringan dalam sekali perjalananan namun diatur waktu mobilisasinya. Tonase angkut disesuaikan, maka kegiatan ini hamper tidak akan menyebabkan kerusakan jalan pada jalan yang dilalui sehingga dampaknya dinilai negatif tidak penting.

Mobilisasi peralatan melalui perairan akan berjumlah sedikit dengan waktu mobilisasi yang akan diatur sedemikian rupa sehingga hamper tidak ada lalu lintas laut. Kondisi awal perairan ini adalah sebagian besar lalu lintas perairan umumnya dilalui oleh perahu-perahu nelayan. Dilihat dari dampak mobilisasi alat melalui perairan dapat berpengaruh pada lalu lintas perairan dikategorikan negatif tidak penting.

7.2.5Rekruitmen Tenaga Kerja

Pengerjaan proyek pembangunan PPN Kuala Cangkoi ini akan memerlukan sejumlah tenaga kerja baik ahli maupun tenaga kerja kasar. Berdasarkan porsinya jumlah tenaga kerja kasar akan lebih banyak daripada tenaga ahli. Tenaga kerja kasar akan diprioritaskan lokasi sendiri, sedangkan tenaga ahli dapat berasal dari daerah sendiri maupun dari luar sesuai dengan kebutuhan dan syarat-syarat yang ada.

Kegiatan rekruitmen tenaga kerja untuk keperluan pembangunan PPN ini merupakan isu penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaanya. Rekruitmen tenaga kerja untuk proyek baik tenaga ahli maupun kasar akan memerlukan jumlah yang cukup banyak dan berlangsung cukup lama, yaitu selama masa konstruksi dan pasca konstruksi. Disamping itu, masalah tenaga kerja di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Kabupaten Aceh Utara pada masa krisis seperti sekarang ini memiliki sifat akumulasi dari semua aspek pembangunan sehingga akan banyak komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak, seperti sosio demografi, sosio ekonomi, sosio kultur, sosio higienis dan sanitasi dan sosio politik. Dengan demikian secara relatif dampak kesempatan kerja dan berusaha untuk memperoleh pendapatan dari rekruitmen tenaga kerja ini akan merubah secara mendasar tatanan sosial yang ada, sehingga dikategorikan positif penting dan harus dikelola.

Dengan adanya rekruitmen tenaga kerja ini dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan sanitasi lingkungan akibat penumpukan sampah dari para tenaga kerja yang tinggal area permukiman tenaga kerja. Penurunan sanitasi lingkungan ini dikhawatirkan dapat mengganguu kesehatan masyarakat. Dengan menjaga kebersihan lingkungan yang baik maka hal ini dapat dikategorikan sebagai dampak negatif tidak penting terhadap sanitasi lingkungan serta kesehatan masyarakat.

Pola rekruitmen tenaga kerja yang tidak tepat akan menimbulkan masalah serius dan dampak berdampak negatif berupa kecemburuan sosial dan timbulnya sikap negatif dari masyarakat lainnya. Prinsip keadilan dan pemerataan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat local di sekitar proyek dan Kabupaten Aceh Utara sangat perlu dilakukan untuk menghin dari gejolak sosial yang tidak diharapkan. Dilihat dari kedua sisi tersebut maka dampak rekruitmen tenaga kerja perlu dikelola secara hati-hati dan bijaksana terutama dampak negatifnya.

7.3Tahap Konstruksi7.3.1Peningkatan Jalan Akses

Kegiatan peningkatan jalan akses akan mengakibatkan penurunan kualitas udara, yakni penambahan kadar debu oleh kendaraan truk pembawa batu, penambahan kadar debu akibat penghamparan batuan, penambahan kadar debu akibat pemadatan tanah dan batu oleh bulldozer serta penambahan kadar debu pada saat pengaspalan jalan dan dampaknya dinilai negatif tidak penting. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa untuk kondisi penghamparan batuan diprakirakan hanya berlangsung sesaat sehingga dampaknya tidak diperhitungkan; hasil perhitungan penambahan kadar debu untuk pemadatan jalan akses adalah sebesar 1.02 g/m3 (jauh di bawah ambang baku mutu 230 g/m3 ) sehingga konstribusi kadar debu ini adalah kecil terhadap komponen udara; demikian halnya dengan rona akhir kadar CO dan NOx yang masing-masing sebesar 17,26 g/m3 san 26,18 g/m3 ; sehingga tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan yang mendasar pada komponen fisik udara dan gangguan kesehatan penduduk.

Penggunaan bulldozer selama peningkatan jalan akses akan meningkatkan kebisingan tetapi Karena pemukiman penduduk cukup jauh, berlangsung tidak secara terus menerus, intensitas dampak rendah, maka dampaknya dikategorikan negatif tidak penting.

Dampak kegiatan jalan akses terhadap aspek keresahan masyarakat yang ditimbulkan karena kemungkinan meningkatnya kadar debu serta kebisingan pada saat jalan tersebut diperbaiki dikategorikan negatif tidak penting karena kepadatan perumahan yang relatif rendah, wilayah persebaran dampak terbatas yaitu sepanjang jalan akses dari Gedung ke Kuala Cangkoi, kondisi lingkungan yang terbuka, kadar debu dan kebisingan yang masih di bawah baku mutu, kegiatan yang bersifat sementara dan tidak akan merubah secara mendasar tatanan sosial

7.3.2Kantor Proyek, Stockyard dan Kantor Direksi

Penyiapan kantor proyek, stockyard dan kantr direksi ini akan merubah ruang dan lahan yang ada. Kondisi eksisting stockyard ini adalah lahan perkebunan yang rusak akibat bencana tsunami. Lahan tersebut akan diurug dan dipadatkan agar dapat dilalui oleh kendaraan berat. Pengurugan lahan tersebut akan berdampak negatif walaupun tidak mengalami perubahan maupun penurunan lahan yang signifikan sehingga dinilai tidak penting.

Selain perubahan ruang dan lahan, diprakirakan dampak dari kegiatan penyiapan kantor proyek, stockyard dan kantor direksi ini terhadap aspek fisik kimia adalah penurunan kualitas udara dan dampaknya dinilai tidak penting karena kegiatan penyiapan kantor proyek, stockyard dan kantor direksi berlangsung sesaat; penambahan kadar debu umumnya jauh dibawah ambang baku mutu, konstribusi kadar CO dan NOx umumnya juga rendah; sehingga tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan yang mendasar pada komponen fisik udara dan gangguan kesehatan penduduk. Dampak turunan dari penurunan kualitas udara adalah terganggunya vegetasi darat dan kesehatan masyarakat.

Berdasarkan hasil survey, vegetasi darat yang disekitar area stockyard adalah vegetasi alami pertanian dan tidak ada yang termasuk tanaman endemic yang dilindungi. Di samping itu, kondisi vegetasi darat mengalami kerusakan yang parah karena bencana tsunami. Dengan demikian dampak dikategorikan negatif tidak penting.

7.3.3Mobilisasi Material

Yang membedakan kegiatan mobilisasi peralatan dengan kegiatan mobilisasi material adalah jangka waktu pelaksanaannya yang lama, yaotu 1 tahun dan frekuensi penggunaan alat beratnya lebih banyak, yaitu 10 truk dengan 6 rit per hari selama 2 bulan dan sisa 10 bulan menggunakan 14 truk per hari. Bila dilihat di sepanjang jalan raya di Juntiyuat yang akan dilalui oleh truk-truk ini, kendaraan roda 4 atau lebih yang melewati jalan tersebut sebanyak 3.750 pada hari kerja sedangkan jumlah truk yang akan beroperasi 1 hari kerja adalah 60. Jika dibandingkan dengan rata-rata kendaraan yang lewat dengan operasi 60 truk per hari kerja maka hal ini tidak akan menambah kepadatan lalu-lintas secara signifikan karena hanya menambah kendaraan sebesar 1.6 % di jalur tersebut.

Namun dalam mobilisasi material ini pergerakan truk dinilai akan menimbulkan gangguan kelancaran lalu-lintas dan rawan kecelakaan terutama dijalan masuk menuju jalan akses dari jalan raya Medan-Lhokseumawe. Terhadap dampak lalu-lintas darat maka dikategorikan sebagai dampak penting dan perlu dikelola mengingat bahaya yang mungkin ditimbulkannya cukup besar dan menyakngkut keselamatan serta nyawa seseorang.

Mobilisasi material yang akan berlangsung selama 2 bulan pertama adalah mengangkut batu dan tanah urug dengan menggunakan dump truck. Sisa 10 bulan selama masa konstruksi aka nada mobilisasi material beton ready mix dengan operasi 14 truk per hari. Hal ini berarti bahwa intensitas mobilisasi material sedang. Kondisi jalan primer yang umumnya sering dilewati truk dan kendaraan berat juga mengindikasikan bahwa hampir tidak akan menyebabkan kerusakan jalan akibat dari kegiatan mobilisasi material, sehingga dampak tersebut dikategorikan sebagai dampak negatif tidak penting.

Mobilisasi material ini dinilai akan menimbulan dampak negatif yang kecil terhadap aspek penuruna kualitas udara. Baik pada 2 bulan pertama pembangunan maupun 10 bulan sisanya aka nada peningkatan kadar debu, CO dan NOx. Hal ini dapat dijelaskan melalui perhitungan kondisi kualitas udara akhir yang diakibatkan oleh truk-truk pembawa material sehingga dapat dikategorikan sebagai dampak negatif tidak penting. Mengacu pada SOP yang ada, maka mobilisasi diwajibkan menggunakan kendaraan yang layak pakai, daya angkut yang sesuai, penggunaan penutup bak truk sehingga akan mengurangi konstribusi debu dari kendaraa tersebut terhadap lingkungan.

Dari mobilisasi material juga dapat berdampak pada tebal vegetasi darat dan kesehatan masyarakat yang merupakan dampak turunan dari penurunan kualitas udara. Namun melihat penurunan kualitas udara yang telas disebutkan masih tetap berada di bawah baku mutu serta melihat kondisi lapangan yang didominasi daerah persawahan serta tanaman perkarangan yang terletak jauh dari pemukiman penduduk maka gangguan terhadap vegetasi darat maupun kesehatan masyarakat adalah kecil sehingga tidak dapat dikategorikan tidak penting.

7.3.4Pengerukan/Dredging

Kegiatan pengerukan akan berdampak negatif tidak penting pada kualitas udara dan kebisingan, oleh karena penggunaan alat berat mobile crane. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi daerah pengerukan ini berada cukup jauh dari area permukiman penduduk sehingga tidak berada di area yang sensitive daket permukiman; kontribusi terhadap kadar pencemaran udara dan kebisingan relative masih rendah; dan kegiatan berlangsung sementara.

Dampak aspek fisika kimia lainnya ysng diprakirakan jugs timbul adalah gangguan terhadap kualitas air laut yang akan berdampak secara tidak langsung pada biota laut yang ada. Dampak peengerukan ini akan berdampak negatif, karena akan menyebabkan kekeruhan pada air laut, sehingga menyebabkan biota laut pada area pengerukan jadi terganggu.

Kegiatan pengerukan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas fisika dan kimia perairan laut, yaitu berupa perubahan kekeruhan dan kecerahan air laut akibat meningkatnya padatan tersuspensi. Maka berdasarkan kriteria derajat dampak penting dapat dievaluasi sebagai berikut:

1. ditinjau dari jumlah dari manusia yang terkena dampak terutama nelayan di Kecamatan Tanah Pasir sebagai perairan sebanyak 1.321 orang.

2. ditinjau dari luas persebaran dampak, berpengaruh pada daerah perairan laut sekitarnya terutama dapat mengakibatkan sedimentasi pada muara sungai Kuala Cangkoi.

3. ditinjau dari lamanya dampak berlangsung adalah selama kegiatan pengerukan atau penimbunan dilakukan, akan mengakibatkan perubahan sifat fisika dan kimia air laut.

4. ditinjau dari intensitas dampak cukup tinggi mengingat areal yang dikeruk atau ditimbum untuk pembangunan pemecah gelombang adalah 2 x 1000 m serta pengerukan kolam pelabuhan dengan kedalaman -3,00 m LLWS seluas 1000 x 800 m2.

5. ditinjau dari banyaknya komponen lain yang terkena dampak antara lain terhadap biota perairan (plankton, benthos, dan nekton) yang pada akhirnya akan berdampak pada menurunnya produktivitas primer perairan.

6. ditinjau dari sifat kumulatif dampak, padatan tersuspensi selain berpengaruh terhadap kekeruhan dan kecerahan air juga dapat terakumulasi terutama di muara atau mulut sungai dalam bentuk sedimentasi.

7. ditinjau dari sifat berbalik atau berbaliknya dampak kegiatan pengerukan dan penimbunan terhadap kualitas kekeruhan dan kecerah air laut disekitar lokasi dapat kembali seperti semula setelah kegiatan selesai.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dampak kegiatan pengerukan terhadap kualitas fisika-kimia perairan laut mempunyai sifat dampak yang tergolong negatif penting.

Dampak yang diprakirakan akan timbul bagi aspek sosekbud adalah terganggunya aktifitas nelayan terutama ketika akan melaut dan pulang dari melaut melewati Kuala Cangkoi. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di sekitar Kuala Cangkoi dan Kuala Kerto adalah pancing, rawai hiu, rawai karang, Jaring udang, jaring ikan siang-malam dan pukat cincin. Sebelum terjadi tsunami, jumlah perahu yang ada di Kuala Cangkoi dan Kuala Kerto tercatat sebanyak 385 unit dengan ukuran 5-6 GT. Pada saat survey dilakukan jumlah tercatat sebanyak 120 unit. Berarti telah terjadi penurunan jumlah perahu sekitar 265 unit atau sekitar 68,83% dari total sebelum tsunami. Dengan adanya kegiatan pengerukan diprakirakan akan menimbulkan dampak negatif terhadap aktifitas nelayan. Lebih lanjut gangguan aktifitas ini akan menyebabkan gangguan terhadap pendapatan nelayan walaupun bersifat sementara.

7.3.5Pembangunan Penahan Gelombang

Pembuatan Tetrapod

Tetrapod merupakan salah satu komponen utama dalam pembangunan pengaman pantai di samping urugan lumpur dan mangrove. Tetrapod ini dibuat di stockyard untuk kemudian diangkut ke lokasi-lokasi yang direncanakan akan ditempati tetrapod sebagai penahan gelombang dengan menggunakan pontoon yang ditarik oleh tug boat.

Kegiatan pembuatan Tetrapod diprakirakan aka menimbulkan dampak negative ke aspek Kebisingan di stockyard karena gangguan ready mix. Ready mix yang akan digunakan adalah sebanyak 14 buah per hari.

Penggunaan truk ready mix yang akan berdampak negatif pada kualitas udara. Mobilisasi truk ready mix relatif tdak banyak dimana dalam 1 hari akan ada mobilisasi 14 truk. Penggunaan ready mix sendiri berlangsung hanya pada saat pembuatan tetrapod. Dari pembahasan bab sebelumnya diperoleh pada jarak 200 meter dari sumber bising yaitu ready mix, intensitas kebisingan ready mix menurun menjadi 37 dBA, sedangkan pada jarak 500 meter hanya 16 dBA. Mengingat lokasi pembuatan tetrapod ini berjarak cukup jauh dari permukiman, sehingga tidak akan mengganggu masyarakat. Dengan demikian kegiatan pembuatan tetrapod dinilai berdampak negatif tidak penting terhadap lingkungan.

Pembangunan Penahan Gelombang

Pembangunan penahan gelombang diprakirakan akan merubah ruang dan lahan. Secara ruang berarti bahwa ada struktur penahan gelombang memanjang dilokasi masing-masing si sebelah timur sepanang 1.306 m dan di sebelah barat 1.099 m dari pantai.

Kegiatan pembangunan penahan gelombang ini berdampak pada perubahan tinggi gelombang. Hal ini disebabkan oleh karena rencana struktur pantai berada cukup jauh dengan garis pantai sehingga akan mempengaruhi baik gelombang yang datang dari perairan dalam kemudian pecah di laut lepas maupun setelah terjadinya gelombang pecah.

kegiatan pembangunan penahan gelombang juga diprakirakan akan berdampak pada perubahan arus baik dari segi arah maupun kecepatannya. Kembali mengingat bahwa rencana struktur pantai berada cukup jauh dengan garis pantai sehingga akan berpengaruh pada arus perairan. Akan tetapi dari hasil simulasi arus dan gelombang tidak menunjukkan perubahan yang berarti terhadap pola arus dan perubahan garis pantai. Dengan demikian pembangunan penahan gelombang dinilai berdampak negatif tidak penting terhadap arus dan perubahan garis pantai.

Kegiatan pembangunan penahan gelombang ini akan mengganggu kualitas air laut yang telah ada. Kegiatan ini diprakirakan akan menambah kekeruhan air laut pada saat perletakkan batu atau tetrapod. Biota laut yang ada dilokasi pun akan terganggu dengan adanya kegiatan ini. biota laut yang ada di lokasi pembangunan penahan gelombang secara alamiah akan berpindah.

Kegiatan pembangunan penahan gelombang akan menimbulkan dampak negatif terhadap komponen biologi perairan, yaitu berupa penurunan kualitas komunitas perairan payau muara Kuala Cangkoi karena sendimentasi dimulut muara, sehingga air tawar menjadi dominan. Maka berdasarkan kriteria derajat dampak penting dapat dievaluasi sebagai berikut:

1. ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak terutama nelayan sungai Desa Kuala Cangkoi sebagai pemakai perairan sebanyak 476 orang.2. ditinjau dari luas persebaran dampak cukup tinggi, karena berpengaruh pada dinamika ekosistem perairan muka Kuala Cangkoi.3. ditinjau dari lamanya dampak berlangsung adalah selama kegiatan pembangunan pemecah gelombang, pasca konstruksi bahkan hingga tahap operasional pelabuhan apabila tidak dilakukan normalisasi pada mulut muara sungai Kuala Cangkoi.4. ditinjau dari intensitas dampak cukup tinggi mengingat areal yang dikeruk atau ditimbun untuk pembangunan pemecah gelombang adalah 2 x 1000 m serta pengerukan kolam pelabuhan dengan kedalaman -3,00 m LLWS seluas 1000 x 800 m2 .5. ditinjau dari banyaknya komponen yang terkena dampak dinilai cukup tinggi, karena penurunan kualitas biologi perairan payau tidak terbatas pada biota yang ada di muara tetapi bagi biota laut lainnya, karena daerah muara (estuarine) ini merupakan Nursery Ground bagi beberapa jenis ikan laut, akhirnya akan berdampak pda sosial ekonomi masyarakat nelayan.6. dampak yang terjadi bersifat kumulatif, yaitu dimulai dari terganggunya proses-proses biogeokimia perairan.7. ditinjau dari sifat berbalik atau tidak berbaliknya dampak, dapat berbalik apabila komponen fisik dan kimia air payau telah kembali pada kondisi yangs sesuai dengan kehidupan biota estuarine.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dampak kegiatan pembangunan pemecah gelombang terhadap kualitas komponen biologi perairan muara/estuarine mempunyai sifat dampak yang tergolong Negatif Penting.

Penggunaan kendaraan berat, antara lain wheel loader, mobile crane, dan forklift dapat meningkatkan intensitas kebisingan. Intensitas kebisingan yang ditimbulkan dari alat berat wheel loader pada saat beroperasi adalah 93 dBA. Berdasarkan persamaan (NASA ADS,1991), pada jarak 200 m dari sumber bising, intensitas kebisingan alat berat ini menurun menjadi 40 dBA, sedangkan pada jarak 500 m menjadi 18 dBA. Intensitas kebisingan yang ditimbulkan dari alat berat ini akan menimbulkan kebisingan tidak melebihi baku mutu sebesar 70 dBA (SK MENLH No. 48/96) di lokasi kerja saja. Disamping itu, lokasi permukiman penduduk cukup jauh, intensitas dampak rendah tidak berlangsung terus menerus dan tidak akan menyebabkan perubahan yang mendasar dalam aspek kebisingan dan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, kegiatan pembangunan penahan gelombang akan menimbulkan dampak negatif tidak penting terhadap aspek kebisingan.

Pembangunan penahan gelombang akan mempengaruhi jalan air eksisting. Saluran yang terkena penutupan dari penahan gelombang akan dibangun saluran khusus untuk mengalirkan air dari darar terutama dari lahan tambak menuju laut. Dampak dinilai negatif penting didasarkan atas pertimbangan jumlah manusia yang akan terkena dampak akan banyak meliputi penduduk yang ada di Gampong Kuala Cangkoi, persebarannya cukup luas meliputi Gampong Kuala Cangkoi dan Keude Lapang, dampak akan berlangsung lama yaitu pada saat pembangunan pemecah gelombang hingga operasionalisasi pelabuhan.

Karena aktifitas ini dilakukan di sepanjang pesisir dan Kuala Cangkoi maka yang akan terganggu adalah aktifitas nelayan. Dengan kata lain, kegiatan pembangunan penahan gelombang diprakirakan akan berdampak negatif terhadap aktifitas nelayan terutama disepanjang Kuala Cangkoi. Hal ini akan dapat menimbulkan persepsi dan sikap masyarakat yang negatif. Dampak dinilai negatif penting karena jumlah nelayan yang terkena dampak cukup banyak sekitar 1.321 orang, yang persebaran dampak relatif luas meliputi wilayah pesisir yang dibangun dan sepanjang aliran Kuala Cangkoi, dan dampak berlangsung cukup lama selama kegiatan pembangunan pemecah gelombang hingga operasionalisasi pelabuhan.

Pembangunan penahan gelombang tidak akan menutupi jalan air eksisting. Hal ini telah digambarkan dalam dokumentasi pesisir di masing-masing ttapak proyek. Air masih dimungkinkan untuk keluar masuk di jalan air dengan cara dibangun saluran khusus berupa soakan pada penahan gelombang untuk mengalirkan air dari darat terutama dari lahan persawahan dan tambak menuju laut. Hal ini berarti pula bahwa air dari darat tidak akan stagnan dan tetap dapat mengalir sehingga dampak ini dapat dikatakan tidak penting.

Dilihat dari kualitas air dan biota laut, tidak akan menimbulkan perubahan yang signifikan oleh karena dalam perkerjaan ini hanya meningkatkan kekeruhan sementara dan kemudian berbalik kembali ke dalam kondisi semula. Dampak turunannya adalah gangguan terhadap biota laut akibat peningkatan konsentrasi sedimen. Namun biota laut ini secara alamiah akan berpindah apabila lingkungannya tidak mendukung. Maka untuk kedua aspek lingkungan ini dapat dikategorikan tidak penting.

Pembangunan penahan gelombang ini menggunakan beberapa alat berat. Alat berat yang digunakan saat pembangunan penahan gelombang tidak akan menimbulkan penurunan kualitas udara ataupun penambahan kebisingan yang signifikan. Hal ini telah dijelaskan pada bagian pekerjaan pengerukan karena menggunakan alat berat yang sama. Maka dampak ini dikategorikan tidak penting.

Dampak pembangunan penahan gelombang dapat mengubah pola aktifitas masyarakat yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Bagi nelayan kegiatan penangkapan ikan akan semakin jauh ke arah laut, sementara semula kegiatan penangkapan ikan atau udang dilakukan pada jarak kurang lebih 10-50 meter kea rah laut lepas. Tetapi karena penangkapan dengan menggunakan sudu bersifat berpindah-pindah maka hal tersebut tidak akan terlalu mengganggu aktifitas penangkapan karena mereka secara otomatis akan melakukan kegiatan penangkapan udang ke lokasi lain yang kosong. Dengan demikian maka kegiatan pembangunan penahan gelombang akan menimbulkan dampak negatif tidak penting bagi masyarakat nelayan. 7.3.6Pekerjaan Pengurugan (Reklamasi) dan Pemadatan

Pekerjaan pengurugan dan pemadatan berpotensi menimbulkan dampak negatif berupa gangguan biota darat dan laut. Penurunan kualitas air dan kebisingan.

Dilihat dari kualitas air dan biota laut, tidak akan menimbulkan perubahan yang signifikan oleh karena dalam pekerjaan ini hanya meningkatkan kekekruhan semesntara dan kemudian berbalik kembali ke dalam kondisi semula. Dampak turunannya adalah gangguan terhadap biota laut akibat peningkatan konsentrasi sedimen. Namun biota laut ini secara alamiah akan berpindah apabila liangkungannya tidak mendukung. Maka untuk kedua aspek lingkungan ini dapat dikategorikan tidak penting.

Pekerjaan pengurugan dan pemadatan ini menggunakan beberapa alat berat. Alat berat yang digunakan saat pekerjaan tidak akan menimbulkan penurunan kualitas udara ataupun penambahan kebisingan yang signifikan. Hal ini dijelaskan pada bagian pekerjaan pengerukan Karena menggunakan alat berat yang sama. Maka dampak ini dikategorikan tidak penting.